KELOMPOK I: BATUGAMPING DOLOMIT KALSIT MARMER ONIKS FOSFAT RIJANG GIPSUM
Batugamping Genesa Batugamping/Batu Kapur Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi secara organik: berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, Foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. secara mekanik, bahannya tidak jauh berbeda dengan jenis batu kapur yang terjadi secara organik. Yang membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari sumbernya. batugamping yang terjadi secara mekanik ini antara lain adalah: Batugamping kalsirudit yaitu batugamping yang butirannya berukuran rudit ( 2 mm); batugamping kalkarenit, butirannya berukuran arenit (0,62 2 mm); dan batugamping kalsilutit, adalah batugamping yang butirannya berukuran lutit (0,062 mm). secara kimia adalah jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut maupun air tawar. Contoh batugamping Oolit dan batugamping Kristalin. Batugamping kristalin merupakan batuan sedimen bertekstur non klastik berwarna putih keabu-abuan atau putih kekuning- kuningan dengan mineral utama yang menyusun batuan ini adalah kalsit.
Batugamping kristalin merupakan batugamping dengan kalsium karbonatannnya yang mengalami pengkristalan menjadi kalsit. Umumnya karena aktivitas air yang melewati permukaan dan pori-pori kecil pada batuan. Pada saat itu, air melarutkan kalsit dan mengendapkannya pada bentuk kristal lalu mengalami litifikasi sehingga membentuk batuan ini.
Pada umumnya deposit batu gamping ditemukan dalam bentuk bukit. Oleh sebab itu teknik penambangan dilakukan dengan tambang terbuka dalam bentuk Quarry tipe sisi bukit (Side hill type).
Beberapa unsur pengotor yang mengendap bersama-sama pada proses pengendapan batugamping mekanik antara lain : magnesium, lempung dan pasir. Keberadaan pengotor batugamping endapan mekanik ini memberikan klasifikasi jenis batugamping. Apabila pengotornya magnesium, maka batugamping tersebut diklasifikasikan sebagai batugamping dolomitan. Presentasi unsur-unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batugamping tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan misalnya, biasanya disebabkan oleh adanya unsur mangaan, sedangkan kehitaman disebabkan oleh adanya unsur organik. KLASIFIKASI BATUGAMPING NAMA BATUAN KADAR MGO (%) Batugamping 0,0 1,1 Batugamping bermagnesium 1,1 2,2 Batugamping dolomitan 2,2 10,9 Dolomit berkalsium 10,9 19,7 Dolomit 19,7 21,8
KEGUNAAN BATUGAMPING LIHAT DALAM BUKU BAHAN GALIAN INDUSTRI SEBARAN BATUGAMPING LIHAT DALAM BUKU BAHAN GALIAN INDUSTRI
KAPUR TOHOR DAN KAPUR PADAM Kapur tohor (quick lime) dihasilkan dari batugamping/dolomit yang dikalsinasikan Suhu pemanasan 600 o C 900 o C Kapur tohor tsb jika disiram dengan air maka akan menjadi kapur padam Kalsinasi dilakukan di dalam dapur tegak (untuk skala rumah tangga) dan dapur putar untuk produksi besar-besaran/skala industri. Batugamping: CaCO 3 CaO + CO 2
Dolomit: CaCO 3 MgCO 3 CaOMgO + CO 2
900 o C Batugamping Kapur tohor kalsium 600- 900 o C Dolomit Kapur tohor dolomitan Kapur tohor tidak dapat disimpan terlalu lama karena dengan air dan udara (kelembaban) akan menimbulkan panas. Reaksi kimiannya: CaO + H 2 O
Ca(OH) 2 + Panas
CaOMgO + H 2 O Ca(OH) 2 Mg(OH) 2 + Panas
Demikian pula CO2 dari udara menyebabkan kapur tohor tidak murni lagi karena akan terbentuk kembali kalsium karbonat. Reaksinya
CaO + CO 2 CaCO 3
Kesimpulan, mutu kapur tohor tergantung dari: Mutu bahan asal/batugamping Cara memproduksi DOLOMIT UMUMNYA TERDAPAT BERSAMA- SAMA BATUGAMPING TERJADI KARENA PROSES PELINDIAN (LEACHING) ATAU PERESAPAN UNSUR MAGNESIUM DARI AIR LAUT KE DALAM BATUGAMPING PROSESNYA DISEBUT DOLOMITISASI YAITU PROSES PERGANTIAN Ca OLEH Mg. TIDAK LARUT DALAM HCl
DOLOMIT JUGA BISA DITERBENTUK DARI PROSES EVAPORASI DOLOMIT: ABU-ABU PUTIH, KEBIRU- BIRUAN, KUNING, MASIF, BUTIRAN HALUS-KASAR, BENTUK KRISTAL HEXAGONAL KADANG DIJUMPAI BERSAMA HALIT DAN GIPSUM Berdasarkan jumlah unsur CaCO 3 = 100% : Batugamping CaCO 3 + MgCO 3 > 10% : Batugamping dolomitan CaCO 3 + MgCO 3 > 45% : Dolomit Dalam lingkungan laut normal (seperti deep sea deposits) dolomit kemungkinan terbentuk Mg/Ca di atas 3 :1. Pada beberapa lokasi air tawar dan low- salinity subsurface waters, dolomit akan terbentuk pada rasio Mg/Ca 1:1 karena kekurangan ion yang bereaksi dan umumnya kecepatan kristalisasi rendah. Ion Mg dapat bersumber dari : (a) air laut, (b) Mg- calcite dalam sedimen, (c) Mg-rich clay, (d) Mg-rich brine concentrated dari air laut melalui presipitasi akibat evaporasi, atau (e) subsurface brine termasuk yang dihasilkan dari aktivitas batuan beku dan metamorf. Dolomit hasil replacement dalam air tawar kristalnya euhedral dan jernih, karena kristalisasi terjadi perlahan-lahan. Kristal-kristal dolomit dari lingkungan hypersaline berukuran kecil karena perkembangannya yang kurang baik. Kegunaan dan Sebaran dicermati pada Buku BGI KALSIT Endapan kalsit merupakan hasil restrukturisasi batugamping yang mengkristal setelah mengalami proses pelarutan. Umumnya terjadi pada batugamping atau marmer dalam masa kristalin yang berlapis dan berupa stalaktit dan stalakmit.
KALSIT Kalsit dengan komposisi kimia CaCO3 dapat ditemukan dalam keadaan murni dan tidak, bergantung kepada kandungan mineral pengotornya. Mineral pemgotor ini terbentuk karena adanya subtitusi unsur Ca oleh unsur logam, seperti Mg, Fe, Mn. Dalam prosentase berat tertentu, mineral pengotor kalsit tersebut akan membentuk mineral kapur yang lain, seperti dolomit, ankerit, dan kutnakorit. KALSIT Kalsit mempunyai bentuk prismatic, tabular, rhombohedral, massive, berbutir sangat halus hingga kasar. Berat jenis kalsit murni adalah 2,71 dan akan meningkat sesuai dengan tingkat subtitusi unsur logam. Kalsit murni tidak berwarna dan transparan, warnanya akan berubah sesuai dengan subtitusi yang terjadi, seperti kuning, coklat, pink, biru, lavender, Kehijau-hijauan, abu-abu, hitam dan mungkin kehijau-hijauan seperti klorit. Sifat kalsit yang lain adalah tingkat kekerasannya adalah 3 (skala Mohs), belahan rhombohedral dengan sudut 75 105 o . KALSIT Kalsit termasuk mineral pembentuk batuan sedimen ataupun metamorf, dan merupakan material semen pada suatu batuan, banyak ditemukan dan terdistribusi pada lapisan bumi. Kalsit juga ditemukan dalam batuan beku basa sebagai hasil dari alterasi kalsium silica, atau hasil proses hidrotermal pada urat-urat bijih. Pada keadaan tersebut kalsit merupakan asosiasi dari bijih sulfida, fosfat, kuarsa, barit, flourit, dolomit dan siderit. KALSIT Pengolahan Kalsit Pengolahan kalsit hanya bertujuan untuk memperoleh ukuran butir dan tingkat kadar CaCO 3 sesuai dengan spesifikasi pasar. Pengolahan dapat dilakukan secara sederhana, yaitu dengan menghilangkan kotoran yang melekat, kemudian dilakukan penghancuran dan diayak sesuai dengan ukuran yang diinginkan. KALSIT MERUPAKAN MINERAL KALSIUM KARBONAT YANG MURNI TERJADI KARENA PENGHABLURAN KEMBALI LARUTAN BATUGAMPING AKIBAT PENGARUH AIR TANAH/HUJAN. DITEMUKAN BERUPA PENGISIAN RONGGA, TEKANAN DAN KEKAR SEHINGGA JUMLAHNYA TIDAK BANYAK KARENA SIFATNYA SETEMPAT-SETEMPAT DIJUMPAI LEBIH BANYAK DI AREA BATUGAMPING NON KLASTIK KALSIT JUGA DIHASILKAN DARI PROSES METAMORFOSA KONTAK/REGIONAL PADA BATUGAMPING YANG DITEROBOS OLEH BATUAN BEKU KALSIT JUGA BISA TERBENTUK AKIBAT PROSES HIDROTERMAL TEMPERATUR RENDAH YANG BERASOSIASI DENGAN SENYAWA SULFIDA
Sistem kristal Orthorhombic Trigonal Trigonal Warna Tidak berwarna atau putih Tidak berwarna atau putih Tidak berwarna atau putih, sering dikotori warna kuning dan coklat Berat Jenis 2.94 2.72 2.86 Elemen jejak yang umum Sr, Ba, Pb Mg, Fe, Mn, Zn, Cu Fe, Mn, Zn, Cu. Reaksi dengan HCl Cepat melarut dan berbuih Cepat melarut dan cepat pula berbuih Tidak banyak yang melarut Lingkungan Diagenesa Laut normal sampai salinitas tinggi Air meteorik dan vados bawah permukaan Bervariasi: air tawar sampai air laut bersalinitas tinggi Perubahan volume (Jika terneomorf ke kalsit) Bertambah 8% (dalam sistem tertutup) - 5 13% (dalam sistem tertutup) MARMER DISEBUT PULA BATU PUALAM ATAU MARBLE: MERUPAKAN HASIL DARI PROSES METAMORFOSA KONTAK ATAU REGIONAL DARI JENIS BATUGAMPING. MARMER SANGAT TERGANTUNG DARI JENIS BATUAN ASAL WARNA ASLI PUTIH, TETAPI TERDAPAT WARNA PENGOTOR MEMBUAT MARMER MENJADI MENARIK MINERAL PENGOTOR ANTARA LAIN: GRAFIT MEMBERI WARNA HITAM-COKLAT; ILMENIT: COKLAT-KEMERAH-MERAHAN. WARNA-WARNA MARMER LAINNYA YANG UMUMNYA DIJUMPAI ADALAH KEEMASAN, MERAH, MERAH JAMBU, HIJAU, KUNING, DAN COKLAT. BERDASARKAN KEGUNAANNYA MARMER ORDINARIO: UNTUK BANGUNAN MARMER STATUARIO: UNTUK SENI PAHAT MARMER YG DIGERGAJI, DIPOLES, MENUNJUKKAN GAMBARAN BERVARIASI DAN DIKENAL DENGAN ISTILAH TEKSTUR BERDASARKAN TEKSTURNYA MARMER DIKLASIFIKASIKAN SBB: Statuary marble (tekstur lembut, putih bersih) Architectural marble (kaya dengan tekstur) Ornamental marble (mempunyai pola warna yang indah dan bervariasi) Ruin (berbutir halus dengan bentuk tidak teratur) Breksia (berbutir kasar dengan bentuk tidak teratur) Shell marble (mengandung fosil) Onix marble (mengandung dolomit/aragonit, transparan) Di dalam kehidupan manusia sehari-hari marmer dimanfaatkan terutama untuk industri bahan bangunan dan industri rumah tangga. Keindahan marmer sangat ditentukan oleh tekstur, arah pemotongan terhadap pola tekstur, bentuk penggunaan dan teknik polesan. Dalam pemanfaatannya, marmer dapat digunakan sebagai penutup lantai, dinding dan bahan ornamen dengan berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan rekayasa pemanfaatannya, harus memenuhi persyaratan Standar Industri Indonesia (SII) seperti ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 3.7. Persyaratan Mutu Marmer Lantai utama Lantai biasa Sebagai Batu Tempel P e n g u j i a n muatan hidup lebih dari 250 kg /cm 2 tiap m 2
(a) muatan hidup kurang dari 250 kg /cm 2
(b)
Di luar
Terlindung (c) Penyerapan air maksimum (%)
0,75
0,75
0,75
1,00 Kuat tekan maksimum kg/cm 2
800
600
600
500 Ketahanan aus mm/menit maksimum 0,130
0,160
---
--- Sumber : SII 0379-80 dalam Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, 1985 Keterangan : (a) Ruang umum, gedung pertemuan, koridor hotel, toko, pasar dan sejenisnya (b) Rumah tinggal, kamar hotel, ruang kantor bukan umum, dll. (c) Retak kecil yang tidak menerus (tembus dan tidak menyebabkan rapuh) Berdasarkan daya aus serta kekuatan tekan marmer dibedakan menjadi beberapa kelas seperti ditunjukan pada tabel berikut:
Kelas Daya Aus (mm/menit) Kuat Tekan (kg/cm 2 ) 1 < 0.100 1500 2000 2 0.100 0.130 1200 1400 3 0.130 0.160 990 1100 4 > 0.160 300 800 KEINDAHAN MARMER DITENTUKAN OLEH: TEKSTURNYA ARAH PEMOTONGAN BENTUK PENGGUNAAN TEKNIK POLESAN (POLISHING) MARMER TIDAK TAHAN TERHADAP AIR ASAM/HUJAN CONTOH PENEMPATAN MARMER YANG SALAH LIHAT FOTO E:DAYA TAHAN
Black Zebra Marble Vases
Red Zebra Marble Vases
Red Zebra Marble Vases
ONIX Onyx is a cryptocrystalline form of quartz. The colors of its bands range from white to almost every color (save some shades, such as purple or blue). Commonly, specimens of onyx available contain bands of colors of white, tan, and brown. Pure black onyx is common, and perhaps the most famous variety, but not as common as onyx with banded colors. ONYX It has a long history of use for hardstone carving and jewellery, where it is usually cut as a cabochon, or into beads, and is also used for intaglio or cameo engraved gems, where the bands make the image contrast with the ground. Some onyx is natural but much is produced by the staining of agate. The name has sometimes been used, incorrectly, to label other banded lapidary materials, such as banded calcite found in Mexico, Pakistan, and other places, and often carved, polished and sold. This material is much softer than true onyx, and much more readily available. The majority of carved items sold as 'onyx' today are this carbonate material.[1] Technical details Chemical composition and name SiO 2 - Silicon dioxide Hardness (Mohs scale) 7 Specific gravity 2.65 - 2.667 Refractive index (R.I.) 1.543 - 1.552 to 1.545 - 1.554 Birefringence 0.009 Optic sign Positive Optical character Uniaxial Onyx Stone Vase
Onyx Stone Vase
CONTOH HASIL REKAYASAN ONIX FOSFAT (P 2 O 5 ) ENDAPAN FOSFAT MEMILIKI SIKLUS PENGENDAPAN YANG KHAS: Batuan yang kaya unsur P, akan mengalami pelapukan dan unsur P ini terpisah dari batuan induknya, menjadi tanah pelapukan (soil) Unsur P yang ada di tanah oleh tumbuh- tumbuhan akan diserap, dan tumbuh-tumbuhan tersebut dimakan oleh binatang atau ternak
FOSFAT (P 2 O 5 ) Pada binatang unsur P akan merupakan bagian dari unsur pembentuk tulang, dan apabila hewan ini mati, tumpukan tulang akan menjadi endapan fosfat Endapan fosfat dapat berupa endapan residu yang tidak mengalami transportasi, ataupun sebagai endapan yang tertransport, dan diendapkan sebagai batuan sedimen. FOSFAT (P 2 O 5 ) PROSES LAIN TERJADINYA FOSFAT: Batuan induk yang kaya unsur P, mengalami pelapukan kimiawi, sehingga unsur P akan berada dalam larutan dan tertransport sampai ke laut. Unsur P yang ada dalam air laut tersebut akan diserap oleh ikan-ikan dan tumbuh- tumbuhan laut. FOSFAT (P 2 O 5 ) Ikan-ikan dan tumbuh-tumbuhan tersebut, akhirnya dimakan burung-burung laut,yang bersarang di gua-gua di dekat pantai Kotoran yang dikeluarkan oleh burung- burung tersebut akan terkonsentrasi ndi pantai atau gua-gua dan disebut fosfat GUANO. FOSFAT (P 2 O 5 ) Fosfat dapat pula terjadi dari pengendpan zat organisme yang mati, dan berupa larutan Calcium Phosphate atau coloid asam fosfat. Fosfat merupakan unsur utama dalam pembuatan pupuk dan sebagai bahan mentah untuk industri kimia. Fosfat sebagai pupuk alam harus memenuhi persyaratan SNI No. 02 - 3776, Tahun 1995 Tabel 1. Persyaratan Pupuk Fosfat Alam Menurut SNI No. 02-3776 Tahun 1995
Uraian Persyaratan Kualitas A Kualitas B Kualitas C Kadar Unsur Hara Fosfat sebagai P 2 O 5
a. Total (Asam Mineral) min 28 % min 24 % min 18 % b. Larut dalam Asam sitrat 2 % min 10 % min 8 % min 6 % Kadar Ca dan Mg setara CaO min 40 % min 40 % min 35 % Kadar R 2 O 3 (Al 2 O 3 + Fe 2 O 3 ) maks 3 % maks 6 % maks 15 % Kadar Air maks 3 % maks 3 % maks 3 % Kehalusan a. Lolos 80 mesh min 50 % min 50 % min 50 % b. Lolos 25 mesh min 80 % min 80 % min 80 %
Tabel 2. Fosfat Mutu I, Menurut SII No. 0029 Tahun 1973
No. Uraian Nilai 1. Fosfat larut dalam asam mineral P 2 O 5 > 19 % 2. Fosfat larut dalam asam sitrat 2 % P 2 O 5 > dari 80 % P 2 O 5 yang larut dalam asam mineral 3. Kehalusan 80 mesh > 90 %
Tabel 3. Fosfat Mutu II, Menurut SII No. 0029 Tahun1973
No. Uraian Nilai 1. Fosfat larut dalam asam mineral P 2 O 5 > 11 % 2. Fosfat larut dalam asam sitrat 2 % P 2 O 5 > dari 30 % P 2 O 5 yang larut dalam asam mineral 3. Kehalusan 80 mesh > 90 % Tabel 4. Spesifikasi Bahan Galian Fosfat Untuk Bahan Baku Asam Fosfat
No. Uraian Batasan (%) No. Uraian Batasan (%) 1. P 2 O 5 Min 32,00 7. Cl Max 0,03 2. H 2 O Max 2,00 8. F 3,50 - 4,00 3. Fe 2 O 3 + Al 2 O 3 Max 0,80 9. CO 2 4,50 - 6,00 4. CaO Min 51,00 10. T - SiO 2 4,00 - 5,50 5. MgO Max 0,4 0 11. Organik Carbon Max 0,60 6. Na 2 O Max 0,7 5 12. K 2 O Max 0,25 Ukuran butiran 13. + US Mesh 4 Max 0,7 5 14. + US Mesh 20 Min 96,00 FOSFAT Proses terbentuknya endapan fosfat ada tiga: 1. Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang bersusunan nefelin, syenit dan takhit, mengandung mineral fosfat apatit, terutama fluor apatit {Ca5 (PO4)3 F} dalam keadaan murni mengandung 42 % P 2 O 5 dan 3,8 % F2. 2. Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di laut dalam, pada lingkungan alkali dan suasana tenang, mineral fosfat yang terbentuk terutama frankolit. 3. Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena pengaruh air hujan dan air tanah. Berdasarkan tempatnya endapan fosfat guano terdiri dari endapan permukaan, bawah permukaan dan gua. Di luar kegunaannya sebagai bahan pupuk, fosfat dalam bentuk senyawa lain digunakan dalam berbagai industri. Asam fosfat direaksikan dengan soda abu atau batu kapur, akan diperoleh senyawa fosfat tertentu. Asam fosfat dengan batugamping akan membentuk dikalsium fosfat yang merupakan bahan dasar pasta gigi dan makanan ternak. Reaksi sederhananya sebagai berikut: Ca3 (PO4)2 + CaCO3 =====> Ca HPO4 (dikalsium fosfat) Asam fosfat direaksikan dengan soda abu menghasilkan 3 produk dengan fungsi berbeda. Reaksi sederhananya sebagai berikut : H3 PO4 + Soda abu ======> 1,2,3. 1. Sodium tripoly phosphate -----> sebagai bahan detergent 2. Sodium triotho phosphate -----> pelembut air 3. Tetra sodium pyro phosphate ------> industri keramik. RIJANG (SiO 2 ) Rijang atau batu api (Bahasa Inggris: flint atau flintstone) adalah batuan endapan silikat kriptokristalin dengan permukaan licin (glassy). Termasuk batuan sedimen non-klastik yang terbentuk dari proses kimiawi. Rijang termasuk batuan sedimen silika, diendapkan di lingkungan pengandapan laut dalam, di bawah carbonate compensation depth (di bawah 3.500 m). Material yang diendapkan adalah material-material yang mengandung unsur silika karena batas toleransi karbonat telah terlampaui. RIJANG (SiO 2 ) Rijang, merupakan batuan yang sangat keras dan tahan terhadap proses lelehan, masif atau berlapis, terdiri dari mineral kuarsa mikrokristalin, berwarna cerah hingga gelap. Rijang dapat terbentuk dari hasil proses biologi (kelompok organisme bersilika, atau dapat juga dari proses diagenesis batuan karbonat). RIJANG Disebut "batu api" karena jika diadu dengan baja atau batu lain akan memercikkan bunga api yang dapat membakar bahan kering. Rijang biasanya berwarna kelabu tua, biru, hitam, atau coklat tua. Rijang terutama ditemukan dalam bentuk nodul pada batuan endapan seperti kapur atau gamping. Sejak Zaman Batu, rijang banyak dipergunakan untuk membuat senjata dan peralatan seperti pedang, mata anak panah, pisau, kapak, dll. RIJANG (SiO 2 ) Proses pembentukan rijang belum jelas atau disepakati, tapi secara umum dianggap bahwa batuan ini terbentuk sebagai hasil perubahan kimiawi pada pembentukan batuan endapan terkompresi, pada proses diagenesis. Ada teori yang menyebutkan bahwa bahan serupa gelatin yang mengisi rongga pada sedimen, misalnya lubang yang digali oleh mollusca, yang kemudian akan berubah menjadi silikat. Teori ini dapat menjelaskan bentuk kompleks yang ditemukan pada rijang. SINGKAPAN RIJANG BERLAPIS DI LILANA SINGKAPAN RIJANG BERLAPIS DI AJAOBAKI KILAP LILIN PADA RIJANG SINGKAPAN RIJANG BERLAPIS DI SANAM-TTS Singkapan rijang berlapis di Nuuf Niabean, Desa Oenbit, berwarna segar putih kekuning-kuningan, warna lapuk kuning, coklat keabu-abuan, jurus dan kemiringan N 145 o E/47 o . Tebal lapisan 3 10 cm. Singkapan Rijang berlapis di daerah Birunatun -TTU KEGUNAAN RIJANG (SiO 2 ) Kegunaan rijang didasarkan pada prosentasi kandungan SiO2 pada rijang tersebut. Rijang dengan kadar SiO 2 antara 55 % - 99% dapat digunakan dalam industri:
Industri Gelas dan Kaca Sebagian besar formula kaca yang diproduksi untuk komersil terdiri dari kuarsa/silica, soda dan garam dapur. Sebagai bahan baku, rijang merupakan oksida pembentuk gelas. Spesifikasi rijang yang digunakan bergantung kepada jenis produknya. Ada empat jenis produk gelas kaca yang beredar di pasaran, yaitu : KEGUNAAN RIJANG (SiO 2 ) Kaca lembaran : biasa digunakan dalam industri bangunan Gelas kemasan : digunakan untuk pengemasan produk industri makanan dan industri farmasi Gelas keperluan alat rumah tangga berupa : piring, mangkok, dan cangkir termasuk gelas perhiasan, gelas kristal dan gelas lainnya. Gelas Ilmu Pengetahuan dan keteknikan seperti: kaca laminasi, kaca diperkeras, kaca berkawat listrik, kaca pengaman lengkung dan lainnya.
KEGUNAAN RIJANG (SiO 2 ) Industri Semen Di industri semen, pasir kuarsa digunakan sebagai bahan pelengkap untuk pembuatan cement Portland, yaitu sebagai pengontrol kandungan silica dalam semen yang dihasilkan. Jumlah pasir kuarsa yang dicampur dengan bahan baku semen lainya bervariasi, bergantung kepada kandungan silica bahan baku semen lainnya. Akan tetapi secara umum dapat ditentukan dengan komposisi atau perbandingan 66,5 Kg rijang atau pasir kuarsa untuk 1 ton produk semen. KEGUNAAN RIJANG (SiO 2 ) Industri Pengecoran dan Bata Tahan Api Rijang yang dipakai di industri pengecoran berfungsi sebagai pasir cetak (casting sand) dan foundry. Sementara itu, di industri bata tahan api rijang atau pasir kuarsa merupakan bahan baku utama.
KEGUNAAN RIJANG Industri Keramik Di industri keramik rijang atau pasir kuarsa digunakan sebagai bahan mentah untuk pembuatan badan keramik bersama-sama dengan kaolin, ball clay, feldspar dan lainnya. Rijang atau pasir kuarsa digunakan karena mempunyai sifat yang baik untuk bahan pengurus sehingga mempermudah proses pengeringan, mengontrol penyusutan, dan memberi kerangka pada badan keramik.
KEGUNAAN RIJANG (SiO 2 ) Pembuatan Batako Salah satu sifat yang dimiliki oleh rijang dengan kandungan SiO 2 yang tinggi adalah karena adanya silicate yang larut dan dapat bersenyawa dengan CaO menjadi Ca-silicate dalam keadaan basah. Perbandingan campurannya adalah SiO 2 : CaO : H 2 O = 2 : 1 : 1. baik dengan atau tanpa aditif.
GYPSUM (CaSO 4 2H 2 O) Termasuk kelompok mineral sulfida Gips terjadi secara alami berupa lapisan dan sering berupa kristal yang kembar, transparan, terdapat belahan yang disebut selenite. Kadang, seperti sutera, berserabut sehingga terkadang disebut satin spar. Merupakan hasil evaporasi, lingkungan pengendapan: danau, laut, mataair panas, larutan sulfat dalam urat Berasosiasi dengan halite, anhidrit, batuan sedimen lainnya Gypsum jarang ditemukan berukuran pasir hal ini disebabkan karena gypsum mudah larut dalam air. GYPSUM (CaSO 4 2H 2 O) Gypsum juga dapat dihasilkan dari proses hidrothermal yang berdekatan dengan batuan karbonat. Contoh gypsum di daerah Ponorogo. Secara teoritis komposisi gypsum adalah: CaO=32,6%; SO 3 =46%; H 2 O=20,9% Dipasaran dikenal: Gelas maria: selenit: lembaran gips dengan ukuran cukup besar dan transparan GYPSUM (CaSO 4 2H 2 O) Gips serat, atau dikenal pula dengan istilah gips sutera Alabaster, gips yang berukuran halus
Di daerah beriklim arid, gypsum ditemukan berbentuk seperti rose, panjang 11 meter. SIFAT FISIK GYPSUM (CaSO 4 2H 2 O) WARNA: Colorless to white; with impurities may be yellow, tan, blue, pink, brown, reddish brown or gray Crystal habit Massive, flat. Elongated and generally prismatic crystals Crystal system Monoclinic 2/m Prismatic Twinning Very common on {110} Cleavage Perfect on {010}, distinct on {100} Fracture Conchoidal on {100}, splintery parallel to [001] Tenacity Flexible, inelastic. Mohs scale hardness 1.52 Luster Vitreous to silky, pearly, or waxy Streak White Diaphaneity Transparent to translucent Specific gravity 2.312.33 Optical properties Biaxial (+) Gypsum dari selatan wales, Australia Singkapan gipsum di daerah Naipeas, Desa Ponu - TTU KEGUNAAN GYPSUM Bahan tambahan semen portland Bahan pelster Bahan pembuat cetakan Kedokteran Alat optik dalam mikroskop polarisasi Industri kimia: bahan utama asam sulfat Industri makanan KELOMPOK II BENTONIT BALL CLAY DAN BOND CLAY FIRE CLAY ZEOLIT DIATOMAE YODIUM MANGAN FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN BATUAN GUNUNG API OBSIDIAN PERLIT PUMICE TRAS BELERANG TRAKHIT KAYU TERKERSIKAN OPAL KALSEDON ANDESIT DAN BASALT PASIR GUNUNG API BREKSI PUMICE
BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN INTRUSI BAT BEK ASAM DAN ULTRA BASA GRANIT DAN GRANODIORIT GABRO DAN PERIDOTIT ALKALI FELDSPAR BAUKSIT MIKA ASBES
BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN ENDAPAN RESIDU DAN ENDAPAN LETAKAN LEMPUNG PASIR KUARSA INTAN KAOLIN ZIRKON KORUNDUM KELOMPOK KALSEDON KRISTAL KUARSA SIRTU
BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PROSES UBAHAN HIDROTERMAL BARIT GIPSUM KAOLIN TALK MAGNESIT KORUNDUM PIROFILIT TOSEKI OKER TAWAS