Anda di halaman 1dari 4

KEPENTINGAN NON PENGENDALI

DALAM LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI MENURUT IFRS


Oleh : Dwi Martani (Staf pengajar Akuntansi FEUI, anggota tim implementasi IFRS)

Laporan keuangan menurut PSAK 1 mengalami banyak perubahan baik dari sisi
nama laporan, isi dan format penyajian. Salah satu yang mengalami perubahan
adalah penyajian kepentingan non pengendali dalam laporan keuangan konsolidasi.
Kepentingan non pengendali adalah pemilik selain induk di anak perusahaan yang
dikendalikan oleh induk perusahaan. Kepentingan non pengendali hanya muncul
dalam laporan keuangan konsolidasi, yaitu laporan yang menggabungkan induk dan
semua anak perusahaan yang dikendalikan oleh induk.
Selama ini kepentingan minoritas di neraca disajikan di bawah utang jangka
panjang dan di atas ekuitas. Dalam laporan laba rugi, laba untuk kepentingan
minoritas dikurangkan dari total laba untuk mendapatkan laba konsolidasi.
Konsekuensi dari penyajian tersebut, dalam menghitung pengembalian modal
(return on equity) hanya memperhatikan kepentingan pemegang saham induk.
Perhitungan struktur modal dengan rasio ekuitas dibagi total aset seringkali tidak
memasukkan unsur hak minoritas yang sebenarnya termasuk komponen laba.
Pembaca laporan keuangan dapat salah membaca rasio keuangan dan
mengintepretasikan laporan keuangan karena penyajian ini. Penyajian tersebut
didasarkan pada pemikiran bahwa entitas konsolidasi merupakan perpanjangan dari
induk perusahaan (parent theory). Konsekuensinya laba minoritas sebagai
pengurang laba (expense) dan tidak disajikan sebagai ekuitas atau di bagian utang
jangka panjang.
Menurut PSAK 1 revisi tahun 2009, kepentingan minoritas diganti istilahnya dengan
kepentingan non pengendali. Hal ini disesuaikan dengan istilah pengendali (control).
Entitas menyusun laporan keuangan jika memiliki kendali atau kontrol terhadap
entitas lain (anak perusahaan), sehingga yang tidak memimiliki kontrol disebut
kepentingan non pengendali. Pengendalian tidak identik dengan mayoritas,
walaupun biasanya pihak yang memiliki saham mayoritas menjadi pengendali.
Dalam kondisi tertentu jika pihak mayoritas dibatasi haknya untuk melakukan
kebijakan keuangan dan operasi maka, belum tentu menjadi pengendali. Sehingga
istilah minoritas sebagai lawan mayoritas dirasakan kurang tepat.
Kepentingan minoritas disajikan dalam Neraca sebagai komponen ekuitas.
Perubahan penyajian ini mengembalikan substansi kepentingan non pengendali
yang sebenarnya merupakan hak pemegang saham selain pihak pengendali di anak
perusahaan. Masuknya kepentingan non pengendali dalam komponen ekuitas akan
membuat nilai ekuitas mencerminkan realitas ekonomi dari entitas konsolidasi.

Dalam laporan laba rugi komprehensif, total laba perusahaan dialokasikan untuk
pihak pengendali dan pihak non pengendali. Laba konsolidasi bukan merupakan
laba residual setelah dikurangi bagian laba untuk kepentingan minoritas. Laba
entitas konsolidasi milik dua kepentingan, sehingga pihak minoritas ditempatkan
sebagai pihak yang mendapat alokasi laba dari total laba entitas konsolidasi.
Perubahan dalam PSAK 1 didasarkan pada pemikiran bahwa entitas konsolidasi
merupakan satu kesatuan entitas mandiri dan bukan dipandang sebagai
perpanjangan dari induknya. Konsep ini sering disebut entity theory. Sebagai satu
entitas mandiri, entitas konsolidasi dimiliki oleh dua pihak yaitu entitas pengendali
dan pihak non pengendali. Itulah mengapa dalam laporan neraca kepentingan non
pengendali diklasifikasikan sebagai komponen ekuitas. Laba untuk pihak pengendali
merupakan alokasi dari total laba entitas konsolidasi yang menjadi hak pihak non
pengendali.
Tabel perbandingan
Keuangan.

Penyajian

Kepentingan

Penyajian Neraca bagian liabilitas


dan ekuitas PSAK 1 (1998)
Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban Jangka Panjang
Hak Minoritas
Ekuitas
Ekuitas yang dapat diatribusikan ke
pemilik
entitas induk
Penyajian Laporan Laba Rugi
PSAK 1 (1998)
Laba sebelum hak minoritas
10.000
Hak minoritas atas laba anak perusahaan
(2.000)
Laba bersih
8.000

non

Pengendali

dalam

Laporan

Penyajian Laporan Posisi


Keuangan bagian liabilitas dan
ekuitas PSAK 1 (2009)
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Ekuitas
Hak non-pengendali*
Ekuitas yang dapat diatribusikan ke
pemilik entitas induk
Penyajian Laporan Laba Rugi
Komprehensif PSAK 1 (2009)
Laba yang dapat diatribusikan kepada:
10.000
Pemilik entitas induk
8.000
Kepentingan nonpengendali
2.000
Total laba rugi komprehensif yang
dapat diatribusikan kepada:
12.000
Pemilik entitas induk
9.600
Kepentingan nonpengendali
2.400

*) Hak non pengendali dinilia berdasarkan porsi kepemilikan dikalikan dengan nilai wajar
aset neto terindentifikai pada tanggal penggabungan usaha. Sedangkan untuk hak

minoritas dalam PSAK (1998) berdasarkan porsi kepemilikan dikalikan dengan nilai buku
aset neto teridentifikasi pada saat penggabungan usaha.

Perubahan penyajian ini akan tidak hanya akan mempengaruhi wajah laporan
keuangan, namun dalam perhitungan rasio akan banyak berubah. Dalam
perhitungan tingkat solvabilitas perusahaan (leverange), kenaikan nilai ekuitas akan
menyebabkan nilai total aset dibagi ekuitas akan semakin kecil. Tingkat
pengembalian modal, return on equity dapat dihitung untuk keseluruhan modal
perusahaan atau hanya khusus untuk pemegang saham pengendali, karena kedua
data tersebut disediakan.

Konsep teori entitas ini, tidak hanya pada penyajian laporan keuangan.
Penilaian kepentingan non pengendali juga berubah. Sesuai dengan PSAK 22 (revisi
2010), pada saat penggabungan usaha terjadi, kepentingan non pengendali diukur
berdasarkan nilai wajar aset neto teridentifikasi pada tanggal penggabungan. Hal ini
berbeda dengan PSAK 22 (1994) yang diukur berdasarkan nilai buku dari aset neto.
Perubahan ini akan membawa dampak pada nilai aset atau liabilitas yang memiliki
perbedaan nilai buku dan nilai wajar pada tanggal penggabungan usaha.
Ilustrasi Penilaian Kepentingan Non Pengendali
Sebagai ilustrasi PT. A mengakusisi 80% PT. B dengan harga 8.500.
Pada saat akuisisi nilai buku aset neto PT. B sebesar 10.000, terdapat
perbedaan nilai buku dan nilai wajar aset PT B pada tanggal
penggabungan usaha yaitu tanah, nilai buku 1.000, nilai wajarnya
1.200 dan bangungan nilai buku 2.000 nilai wajarnya 2.200. Nilai wajar
aset neto PT. B sebesar 10.400. Berdasarkan informasi di atas, nilai
hak pengendali adalah 20% x 10.400 = 2.080 sedangkan nilai wajar
pengendalia sebesar 8.320. Dalam penggabungan tersebut muncul
goodwill sebesar 8.500 8.320 = 180.
Dalam standar yang lama nilai hak minoritas sebesar 20% x
10.000 = 2.000 berbeda dengan menurut standar baru sebesar 2.080.
Perbedaan tersebut karena kepentingan non pengendali memperoleh
tambahan hak klaim atas perbedaan nilai buku dan nilai wajar 400 x
20% = 80. Konsekuensi penilaian tersebut akan mempengaruhi nilai
tanah dan bangunan dalam laporan konsolidasi. Menurut PSAK 4 dan
22 sebelum revisi nilai tanah anak perusahaan akan diperhitungkan
dalam laporan konsolidasi sebesar 1.000 + (80% x 200) = 1.160 dan
nilai bangunan sebesar 2.000 + (80% x 200) = 2.160. Sedangkan
menurut PSAK baru nilai tanah dan bangunan milik anak perusahaan
akan ditambahkan dalam laporan konsolidasi sebesar nilai wajarnya

yaitu sebesar 1.200 dan 2.200.

Berdasarkan ilustrasi dan penjelasan di atas, PSAK baru akan menyebabkan total
aset perusahaan konsolidasi menjadi meningkat. Penilaian aset neto dengan
menggunakan nilai wajar pada tanggal penggabungan usaha secara keseluruhan
yang diikuti dengan penilaian hak non pengendali sebesar nilai wajar pada tanggal
penggabungan menyebabkan total aset perusahaan konsolidasi meningkat.
Perubahan PSAK tersebut akan mempengaruhi tampilan dan juga nilai aset,
liabilitas dan ekuitas dalam laporan keuangan. Pembaca laporan keuangan
terutama analis harus berhati-hati terhadap perubahan tersebut, apalagi jika
melakukan perbandingan dengan laporan keuangan sebelum diterapkannya PSAK
baru.

Anda mungkin juga menyukai