Anda di halaman 1dari 14

Studi Transfer Antar Akuifer di Cekungan Air Tanah Bandung

Melalui Fenomena Akuifer leakage

1. Latar Belakang
Pengambilan air tanah pada lapisan akuifer tertekan di Cekungan Air Tanah
Bandung telah menyebabkan penurunan muka air tanah. Pada awalnya pengeboran
sumur dalam pada akuifer tertekan sebelum tahun 1980 menghasilkan sumur artesis di
beberapa tempat. Namun akibat eksploitasi air tanah selama 2 dekade terakhir telah
menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah dengan angka laju penurunan
bervariasi di beberapa tempat antara 0,32 15,12 m/tahun (DGTLKP, 2002,
dalam Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat, 2004). Kondisi
tersebut semakin parah dengan kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar
pengambilan air tanah dalam (akuifer tertekan) dilakukan oleh kalangan industri yang
rata-rata mengambil air tanah dengan kuantitas cukup besar.
Selama ini imbuhan air tanah pada akuifer tertekan seringkali hanya berdasar
pada curah hujan yang dianggap sebagai faktor utama dan dominan sumber imbuhan.
Jika anggapan tersebut benar maka jumlah imbuhan yang masuk ke dalam akuifer
tertekan di cekungan bandung tidak bisa mengimbangi eksploitasi air tanah pada akuifer
tersebut. Hal tersebut terjadi karena imbuhan akuifer terkekang terletak pada
ketinggian 1050 1300 mdpl Geyh (1990), jauh dari lokasi pengambilan air tanah oleh
industri, dan untuk sampai lokasi tersebut memerlukan waktu ribuan tahun.
Secara teori proses pengisian kembali akuifer tertekan membutuhkan waktu yang
lama karena umumnya daerah imbuhannya terletak jauh dari lokasi sumur pengambilan.
Kemungkinan adanya lapisan akuitar yang terdapat diantara akuifer tertekan dan akuifer
tidak tertekan memberikan harapan terjadinya aliran air dari akuifer tidak tertekan ke
akuifer tertekan sehingga mengurangi defisit air yang terjadi pada akuifer tersebut.
Dalam siklus hidrologi, perjalanan aliran air hingga mencapai akuifer tertekan
sangat panjang. Dimulai dari presipitasi ketika mencapai permukaan tanah sebagian
akan

meresap ke dalam tanah (infiltrasi) sebagian lainnya akan menjadi aliran

permukaan (run off). Air yang meresap ke dalam tanah tersebut akan mencapai muka
airtanah dan akhirnya dapat menambah cadangan air tanah dan disebut imbuhan.
Sebagian air tanah tersebut ada yang mengalir pada akuifer yang terletak diantara
lapisan impermeabel/semipermeabel. Ketika head dari akuifer tersebut terletak di atas
lapisan impermeabel bagian atas akuifer maka akan terbentuk akuifer tertekan,
Sedangkan air tanah yang terletak dia atas lapisan impermeabel dengan head yang
bebas maka akan terbentuk akuifer tertekan.

Selama ini belum banyak dilakukan studi tentang imbuhan air tanah pada akuifer
tertekan yang disebabkan oleh adanya aliran inter akuifer melalui fenomena leakage.
Untuk itulah kontribusi imbuhan air tanah yang berasal dari akuifer bebas ke akuifer
tertekan perlu diteliti. Kontribusi tersebut dapat berupa model alirannya serta potensi
air tanah akuifer bebas yang menjadi imbuhan air tanah tertekan.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah krisis air
tanah pada akuifer tertekan yang ada di Cekungan Airtanah Bandung adalah :
Bagaimana kontribusi air tanah pada akuifer bebas terhadap akuifer tertekan
Berapa besar prosentasi air tanah dari leakage yang menjadi imbuhan pada akuifer
tertekan?
3. Tujuan
Adapun tujuan tulisan ilmiah ini adalah :
Membuktikan adanya aliran air tanah melalui fenomena leakage.
Memodelkan dan menghitung besar potensi air tanah akuifer bebas yang menjadi
imbuhan pada akuifer airtanah tertekan melalui mekanisme leakage.
4. Lokasi Penelitian
Secara administrasi Cekungan Airtanah Bandung meliputi Kota Bandung, Kota
Cimahi dan Kabupaten Bandung. Secara astronomis posisi tersebut berada pada 107 14'
24.4212" 107 57' 1.9188" BT dan 6 45' 34.3908" 7 17' 37.3164" LS. Luas Cekungan
Bandung hasil perhitungan menggunakan WMS adalah 2,334 Km2, sedangkan
berdasarkan hasil perhitungan IWACO & WASECO (1990) sebesar 1.776 Km2.
-

Cekungan Bandung dibatasi oleh :


Sebelah Utara
: G. Burangrang,G. Tangkuban Perahu,G.Bukit Tunggul
Sebelah Timur
: G. Manglayang dan G.Mandalawangi
Sebelah Selatan : G. Malabar, G. Mayang
Sebelah Barat
: G. Halu

Sumber :LPPM ITB Distamben Jabar, 2002.


Gambar 1. Cekungan Airtanah Bandung

KONDISI AKTUAL CAT BANDUNG


0

6 04 0 1

107 10

107 20

107 30

107 40

107 50

108 00

6 04 0 1

15
0

6 50

15 Km

6 05 0 1

7 00 0 1

7 00

Z o n a K r itis
0

7 10

Zona R aw an

7 10

7 02 0 1

7 02 0 1

Gambar 2. Peta Zona Konservasi Airtanah Cekungan Bandung (Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat, 2002)
1 0 7 01 0

1 0 7 02 0 1

1 0 7 03 0

1 0 7 04 0 1

1 0 7 05 0 1

1 0 8 00 0 1

5. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan studi kompehensif mengenai permodelan aliran air tanah
melalui fenomena leakage di Cekungan Air Tanah Bandung dan pengaruhnya sebagai
imbuhan air tanah pada akuifer tertekan yang dilakukan melalui :
Observasi kondisi geologi dan hidrogeologi di lapangan.
Analisis Parameter hidrolik akuifer berdasarlan analisa pumping test pada akuifer
tertekan.
Observasi ketinggian head akuifer tidak tertekan dan akuifer tertekan.
Permodelan aliran air tanah akuifer leaky.
6. Asumsi
Beberapa asumsi yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Adanya eksploitasi air tanah pada akuifer tertekan telah menyebabkan terjadinya
krisis air tanah pada akuifer tersebut
Pada dasar akuifer tertekan dianggap impermeable sehingga tidak ada aliran air
dari akuifer tertekan keluar akuifer melalui dasar akuifer.
Pada masing-masing akuifer sifat fisik dan parameter hidrolik dianggap homogen.
Kebocoran akuifer akibat konstruksi sumur yang salah atau sebab lainnya diabaikan.
7. Hipothesa
Beberapa Hipothesa yang ada dalam penelitian ini adalah :
Aliran air tanah alami dari daerah imbuhan hasil presipitasi dikawasan bandung
bagian utara memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke lokasi pengambilan. Hal
ini tentu saja tidak sebanding dengan eksploitasi air tanah tertekan oleh kalangan
industry yang berakibat deficit air tanah pada akuifer tertekan. Masih tersedianya
air tanah pada akuifer tertekan kemungkinan disebabkan karena adanya aliran antar
akuifer / leakage yang terjadi dari akuifer bebas ke akuifer tertekan.
Kurva hasil pengeplotan uji pemompaan di lapangan akan memberikan karakteristik
dan parameter hidroliknya akan memperlihatkan tipe akuifer yang ada (akuifer
leaky).
Perbandingan antara hasil pengukuran muka air tanah dangkal (akuifer bebas) dan
muka air tanah dalam (tertekan) akan menunjukkan kemungkinan arah aliran.

8. Dasar Teori

8.1. Fenomena Leakage dan Leaky akuifer


Asumsi utama dari metode theiss non equilibirium adalah ketika air dipompa keluar
maka akuifer akan terisi kembali. Ada 3 jalan terisinya kembali akuifer tersebut yaitu aliran
dari akuifer itu sendiri, aliran langsung (dari akuifer tak tertekan) melalui lapisan pembatas
yang memiliki permeabilitas kecil dan pelepasan air oleh lapisan pembatas dengan
permeabilitas kecil tersebut. (Dominico dan Scwartz, 1990).

Aliran langsung melalui

lapisan pembatas yang memiliki permebilitas kecil tersebut dikenal sebagai fenomena
leakage (bocor) dan lapisan pembatasnya disebut akuitar. Lapisan akuitar merupakan
lapisan yang dapat menyimpan air dan mengalirkan air dalam jumlah terbatas
Akuifer yang ditumpangi (dibatasi) oleh lapisan akuitar disebut akuifer bocor (leaky)
(Mendel dan Shiftan, 1981). Asumsi dalam aliran melalui fenomena leakage ini (Hantush,
1956, dan 1960, Mendel dan Shiftan, 1981, Freeze dan Chery, 1979) adalah :
-

Storativitas lapisan akuitar diabaikan


Muka air tanah pada akuifer bebas dianggap konstan selama pemompaan
Aliran air di akuitar bersifat vertikal dan akuifer di bawahnya dianggap bersifat
horisontal.

Gambar 3. Aliran pada fenomena Leakage (Jacob, 1946)

8.2. Batasan tentang Imbuhan Air Tanah

Imbuhan airtanah didefinisikan secara umum (Lerner et all, 1990) sebagai aliran air
vertikal yang dominan ke bawah mencapai muka airtanah dan membentuk tambahan
cadangan airtanah. Artinya dari proses infiltrasi baik secara gravitasi maupun karena
adanya tekanan kapiler, air akan mencapai muka airtanah dan akhirnya dapat
menambah jumlah air tanah. Definisi ini menurut Rushton (1988) dikatagorikan sebagai
imbuhan airtanah aktual.
8.3. Imbuhan air tanah karena proses leakage
Rushton (1988) mencatat beberapa faktor yang mempengaruhi imbuhan air-tanah,
yaitu diantaranya adalah : faktor di permukaan tanah, faktor kondisi tanah, Faktor zone
tidak jenuh antara permukaan tanah dan akuifer dangkal, Faktor akuifer:, Faktor sungaisungai dan Faktor irigasi. Selain itu Rushton (1988) juga menambahkan adanya aspek
lain berupa Faktor kebocoran pipa air ledeng dan Faktor infiltrasi limbah air domestik. Dari
beberapa faktor ini yang dipandang merupakan sumber bagi imbuhan airtanah adalah:
curah hujan (sumber utama), sungai, irigasi, kebocoran air dari pipa air bersih serta
limbah domestik. Perhitungan imbuhan airtanah yang didasarkan pada neraca air,
seringkali hanya didasarkan pada curah hujan saja sebagai sumbernya dan hal ini
dirasakan kurang akurat, karena kontribusi keempat faktor lainnya cukup signifikan,
seperti yang dijelaskan oleh Hall (1984). Faktor akuifer merupakan kemampuan akuifer
untuk menerima air dan variasi akuifer terhadap waktu dan berperanan penting terhadap
aliran interakuifer.
Aliran inter akuifer melalui fenomena leakage terjadi karena adanya beda head
antara akuifer tertekan dan akuifer bebas yang diantara keduanya dibatasi oleh lapisan
semi permeabel (akuitar). Perbedaan head tersebut dapat terjadi akibat gangguan berupa
pemompaan atau sebab lainnya. Bila head akuifer tertekan lebih tinggi maka akan terjadi
aliran leakage dari akuifer tertekan ke akuifer bebas, demikian pula sebaliknya bila head
akuifer tertekan lebih rendah dari akuifer bebas akan terjadi aliran leakage dari akuifer
bebas ke akuifer tertekan.
Akibat pengambilan air tanah yang tidak terkontrol pada akuifer tertekan
menyebabkan head akuifer tertekan menurun, selain itu untuk pengisian kembali
membutuhkan waktu yang lama karena daerah imbuhan akuifer tertekan terletak jauh dari
lokasi pengambilan. Aliran air tanah dari akuifer bebas yang masuk ke akuifer tertekan
melalui lapisan akuitar dapat menjadi imbuhan yang mengisi kekurangan air di akuifer
tertekan.
8.4. Parameter Hidrolik
8.4.1. Koefisien Kelulusan

Koefisien kelulusan (K) adalah kemampuan suatu lapisan tanah atau batuan untuk
melewatkan sejumlah air tanpa mengubah sifat-sifatnya. Koefisien kelulusan ini sangat
dipengaruhi oleh kesarangan (porositas) dan sifat cairan yang melaluinya. Nilai K dapat
ditentukan di laboratorium dengan permeameter ataupun uji di lapangan dengan slug
test dan uji pemompaan. Pada penelitian ini metode yang akan dipakai adalah uji
pemompaan.
Berdasarkan hukum Darcy koefisien kelulusan dinyatakan sebagai :

Dimana :
K
Q
dh/dl
A

=
=
=
=

Koefisien kelulusan (LT-1)


Volume air yang mengalir (L3T-1)
Landaian Hidrolik
Luas penampang (L2)

8.4.2. Transmisivitas dan Koefisien Daya Simpan


Transmisivitas (T) adalah nilai yang menunjukkan banyaknya air yang dapat
mengalir melalui suatu bidang vertikal setebal akuifer serta selebar satuan panjang atau
sesuai persamaan :

Dimana :
T
K
b

=
=
=

Transmisivitas (L2T-1)
Koefisien kelulusan (LT-1)
Tebal akuifer (L)

Sedangkan koefisien daya simpan (S) adalah volume air yang dapat dilepaskan
atau disimpan setiap satuan luas permukaan akuifer dalam setiap satuan perubahan
tinggi (head).
Untuk mendapatkan nilai transmisivitas dan koefisien daya simpan berdasarkan
dari data uji pemompaan dapat dilakukan dengan beberapa metode. Untuk akuifer
tertekan dilakukan dengan metode theis atau Jacob sedangkan akuifer bocor disini
dilakukan dengan metode hantush.

Dimana :
Q
T
(h0 h)
W(u,r/B)
S
t
r
u

=
=
=
=
=
=
=
=

Debit (L3T-1)
Transmisivitas (L2T-1)
Penurunan (drowdown) per satu siklus log (L)
Fungsi sumur (dari kurva baku hantush, 1956)
Koefisien daya simpan (tidak berdimensi)
Waktu pemompaan (T)
Jarak radial dari sumur (L)
Konstanta (dari kurva baku)

8.4.3. Faktor kebocoran


Faktor kebocoran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Hantush, 1956):

Dengan mensubstitusikan kedua persamaan tersebut diperoleh :

Lc
T
K
b
B
t

=
=
=
=
=
=

Koefisien kebocoran
Transmisivitas (L2T-1)
Konduktivitas Hidrolik lapisan akuitar ((L2T-1)
Tebal lapisan akuitar (L)
Konstata dari kurva baku (r/B)
Waktu pemompaan (T)

9. Metodologi

9.1. Studi Literatur


Studi literatur meliputi inventarisasi hasil kajian ilmiah peneliti-peneliti
sebelumnya yang menyangkut Cekungan Airtanah Bandung. Kajian tersebut meliputi
kondisi geologi, topografi, morfologi, hidrologi, geohidrologi, dan eksplorasi airtanah.
Hasil dari kajian-kajian tersebut akan dijadikan sebagai pedoman, sehingga sifatnya
nanti akan meneruskan kajian terkait yang sudah ada.
Berdasar studi dari IWACO & WASECO (1990), airtanah dalam mendapatkan
imbuhan yang terjadi pada lereng-lereng gunung atau pegunungan di sekitar Bandung.
Aliran total ke dalam airtanah CAT Bandung diperkirakan berkisar antara 4 5 m 3/det.
Jumlah itu diperkirakan secara kasar sebesar 5 10 % dari curah hujan tahunan.
Pengujian oleh Geyh (1990) terhadap isotop stabil 18O dan 2H serta 44 perconto
air dari sumurbor dan mataair yang tersebar di CAT Bandung mengindikasikan bahwa,
daerah imbuh airtanah CAT Bandung terletak di Utara CAT Bandung pada ketinggian
1050 s.d. 1300 mdpl. Sedangkan berdasar uji isotop 14C dapat diketahui bahwa, airtanah
menjadi relatif lebih muda ke arah Barat CAT Bandung. Di bagian Timur umur airtanah
diperkirakan sampai 10.670 tahun.
Berdasar studi kualitas airtanah yang dilakukan oleh Sukrisno dkk (1993) dapat
diketahui bahwa imbuhan airtanah umumnya terjadi di lokasi dengan topografi yang
cukup tinggi. Imbuhan bagi airtanah dalam di CAT Bandung umumnya melalui bocoran
akuifer atau aquifer leakage dari airtanah dangkal dan terjadi di daerah-daerah dengan
topografi yang cukup tinggi.
9.2. Pengukuran data di Lapangan
Direncanakan penelitian akan dilakukan dengan menggunakan pengukuran head
Langsung dan uji pemompaan. Pengukuran head dilakukan terhadap head akuifer
bebas dan akuifer tertekan tujuannya untuk memperkirakan kemungkinan arah aliran
leakage.
Selain pengukuran Head juga akan dilakukan pumping test terhadap sumur bor
dalam yang mengambil air tanah pada akuifer tertekan/leaky. Uji pemompaan ini
dilakukan pada sumur pengamat untuk memperoleh data penurunan head (drawdown)
versus waktu pemompaan.

9.3. Analisis data lapangan

10

Data-data yang diperoleh dilapangan selanjutnya diplot ke dalam kertas log-log


dan dibuat kurva penurunan head (drawdown) versus waktu pemompaan, Selanjutnya
dilakukan matching antara kurva head versus drawdown dengan kurva baku Hantush.
Keberadaan akuifer leaky akan terlihat dengan kenampakan kurva yang khas.
Selanjutnya parameter hidrolik akan dapat dihitung.
Tabel 1. Contoh data yang diambil dari lapangan (Dawson and Istok, 1991)

Gambar 4. Pengeplotan hasil pengukuran di lapangan ke dalam


Kurva Baku Hantush (Dawson and Istok, 1991).
9.3. Analisis data dan pembuatan model aliran leakage
Model Aliran leakage pada CAT Bandung dibangun dengan bantuan perangkat lunak
Modflow 3.0 dengan melibatkan parameter hidrolik dan head sebagai input dikorelasikan
dengan data sekunder yang ada (kondisi geologi, hidrogeologi, dan sebagainya).

DATA SEKUNDER

KAJIAN PUSTAKA
- PETA GEOLOGI REGIONAL
- PETA HIDROGEOLOGI REGIONAL
- PETA HIDROGEOLOGI IWACO
- DATA PENELITI SEBELUMNYA
- DATA LOKASI SUMUR BOR
- DATA PENGAMBILAN AIRTANAH
- DATA MAT
- DATA LOG BOR

PERUMUSAN MASALAH

PENENTUAN PARAMETER

11

PENGUMPULAN
DATA PRIMER

PENGUKURAN MAT
AKUIFER BEBAS

UJI PEMOMPAAN
AKUIFER TERTEKAN

AKUIFER TERTEKAN

PENENTUAN KARAKTERISTIK
FISIK / HIDROLIK AKUIFER

MODEL ALIRAN LEAKY DALAM SUMUR


(SATU TITIK)

ANALISIS

KORELASI DAN ANALISA DATA DENGAN


PERANGKAT LUNAK MODFLOW 3.0

MODEL ALIRAN LEAKY


DALAM CAT BANDUNG
Gambar 3. Diagram alur penelitian

10. Indikator Keberhasilan (Target Capaian)


Target yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :
Terbukti adanya aliran leakage di Cekungan Air Tanah Bandung
Kontribusi aliran leakage terhadap imbuhan air tanah bagi akuifer tertekan.
Pengembangan imbuhan inter akuifer bagi krisis air tanah dalam di bandung

11. Jadwal Kegiatan

TAHAPAN

BULAN
OKT 08

NOV 08

DES 08

JAN 09

FEBR 09

MART 09

Penyusunan Proposal

Studi literatur
Pemerolehan data
lapangan
Pemrosesan data
Analisa data
Penyusunan tulisan
Bimbingan

12

Daftar Pustaka
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat, 2004, Pemantauan
Kondisi Airtanah Cekungan Bandung-Soreang, Bogor dan Bekasi-Kerawang.
De Wiest R.J.M., 1961, On the Theory of Leaky Aquifers, Journal of Geophysical
Research, Volume 66, No. 12.
De Wiest R.J.M, 1962, Flow to an Eccentric Well in A Leaky Circular Aquifer With Varied
Lateral Replenishment, Journal of Geophysical Research, --.
Geyh, M.A. (1990), Isotopic Hydrological Study in the Bandung Basin Indonesia, Project
Report No. 10, Directorate of Environmental Geology.
Hantush, M.S., and Jacobs, C.E., 1954, Plane Potential Flow of Ground Water With
Linear Leakage Transaction, American Geophysical Union, Volume 35, Number 6.
Hantush, M.S., and Jacobs, C.E., 1955, Non-Steady Radial Flow in Infinite Leaky Aquifer
Transaction, American Geophysical Union, Volume 36, Number 1.
Hantush, M.S., and Jacobs, C.E., 1955, Non-Steady Greens Function for an Infinite Strip
of Leaky Aquifer, Transaction, American Geophysical Union Volume 36, Number 1.
Hantush, M.S., 1956, Analysis of Data from Pumping Test in Leaky Aquifers, Transaction,
American Geophysical Union, Volume 36, Number 1.
Hantush, M.S., 1959, Non Steady Flow to Flowing Wells in Leaky Aquifer, Journal of
Geophysical Research, Volume 64, No. 8.
Hantush, M.S., 1959, Modification of the Theory Leaky Aquifers, Journal of Geophysical
Research, Volume 65, No. 11.
Hantush, M.S., 1967, Flow to Wells in Aquifer in Aquifers Separated by a Semipervious
Layer, Journal of Geophysical Research, Volume 72, No. 6.
Harrera, I., 1970, Theory of Multiple Leaky Aquifers, Water Resources Research, Volume
6, No. 1.
Harrera, I., 1973, Integrodifferential Equations for Systems of Leaky Aquifers and
Applications The Nature of Approximate Theories -, Water Resources Research,
Volume 9, No. 4.

IWACO,(1989), Reconaissance of Environmental Aspects Related to Groundwater


Resources in West Java, Special Report: West Java provincial Water Sources
Master Plan for Water Supply, Directorate General of Human Settlement,
Ministry of Public Works.
IWACO & WASECO, (1990), West Java Provincial Water Sources Master Plan for Water
Supply Volume A: Groundwater Resources, Project Report of Cooperative Work
between The Government of Indonesia and The Government of Netherlands.

13

Jacob, C.E, 1946, Radial Flow in a Leaky Artesian Aquifer, Transaction, American
Geophysical Union, Volume 27, Number 11.
Lai, R.Y.S., and Su, C.W, 1974, Non Stady Flow to a Large Well in Leaky Aquifer, Journal
of Hydrology, No. 22, North-Holland Publishing Company, Amsterdam.
Lerner, D.N. & Issar, A.S. & Simmers, I.,(1990), Groundwater Recharge a Guide to
Understanding and Estimating Natural Recharge, International Associatin of
Hydrogeologists.
Marino, M.A., and Yeh, W.W.G, 1973, A Discrete Space Continous Time Modeling
Approach to Non Steady Flow in a Leaky Aquifer System of Finite Configuration,
Journal of Hydrology, No. 20, North-Holland Publishing Company, Amsterdam.
Neuman S.P., and Witherspoon P.A., 1968, Theory of Flow in Aquicludes Adjacent to
Slightly Leaky Aquifers, Water Resources Research, Volume 4, No. 1.
Neuman S.P., and Witherspoon P.A., 1969, Applicability of Current Theories of Flow in
Leaky Aquifers, Water Resources Research, Volume 5, No. 4.
Rushton, K.R., (1988), Numerical and Conceptual Models for Recharge Estimation in Arid
and Semiarid Zones, In: Simmers et all (1990).
Streltsova, T.D., 1973, On the Leakage Assumption Applied to Equations of Groundwater
Flow, Journal of Hydrology, No. 20, North-Holland Publishing Company, Amsterdam.
Sukrisno & Wagner, W & Rosadi, D.,(1993), Groundwater Quality and Protection in
Selected Parts of the Bandung Basin, Project Report No. 29, Project CTA 108,
Cooperative Work between Directorate Environmental Geology and German
Environmental Geology Advisory Team for Indonesia.
Worthington, P.F., 1981, Estimation of The Transmissivity of Thin Leaky-Confined Aquifers
from Single-Well Pumping Tests, Journal of Hydrology, No. 49, North-Holland
Publishing Company, Amsterdam.

14

Anda mungkin juga menyukai