Proposal Leaky Akuifer 22 Nov 2008
Proposal Leaky Akuifer 22 Nov 2008
1. Latar Belakang
Pengambilan air tanah pada lapisan akuifer tertekan di Cekungan Air Tanah
Bandung telah menyebabkan penurunan muka air tanah. Pada awalnya pengeboran
sumur dalam pada akuifer tertekan sebelum tahun 1980 menghasilkan sumur artesis di
beberapa tempat. Namun akibat eksploitasi air tanah selama 2 dekade terakhir telah
menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah dengan angka laju penurunan
bervariasi di beberapa tempat antara 0,32 15,12 m/tahun (DGTLKP, 2002,
dalam Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat, 2004). Kondisi
tersebut semakin parah dengan kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar
pengambilan air tanah dalam (akuifer tertekan) dilakukan oleh kalangan industri yang
rata-rata mengambil air tanah dengan kuantitas cukup besar.
Selama ini imbuhan air tanah pada akuifer tertekan seringkali hanya berdasar
pada curah hujan yang dianggap sebagai faktor utama dan dominan sumber imbuhan.
Jika anggapan tersebut benar maka jumlah imbuhan yang masuk ke dalam akuifer
tertekan di cekungan bandung tidak bisa mengimbangi eksploitasi air tanah pada akuifer
tersebut. Hal tersebut terjadi karena imbuhan akuifer terkekang terletak pada
ketinggian 1050 1300 mdpl Geyh (1990), jauh dari lokasi pengambilan air tanah oleh
industri, dan untuk sampai lokasi tersebut memerlukan waktu ribuan tahun.
Secara teori proses pengisian kembali akuifer tertekan membutuhkan waktu yang
lama karena umumnya daerah imbuhannya terletak jauh dari lokasi sumur pengambilan.
Kemungkinan adanya lapisan akuitar yang terdapat diantara akuifer tertekan dan akuifer
tidak tertekan memberikan harapan terjadinya aliran air dari akuifer tidak tertekan ke
akuifer tertekan sehingga mengurangi defisit air yang terjadi pada akuifer tersebut.
Dalam siklus hidrologi, perjalanan aliran air hingga mencapai akuifer tertekan
sangat panjang. Dimulai dari presipitasi ketika mencapai permukaan tanah sebagian
akan
permukaan (run off). Air yang meresap ke dalam tanah tersebut akan mencapai muka
airtanah dan akhirnya dapat menambah cadangan air tanah dan disebut imbuhan.
Sebagian air tanah tersebut ada yang mengalir pada akuifer yang terletak diantara
lapisan impermeabel/semipermeabel. Ketika head dari akuifer tersebut terletak di atas
lapisan impermeabel bagian atas akuifer maka akan terbentuk akuifer tertekan,
Sedangkan air tanah yang terletak dia atas lapisan impermeabel dengan head yang
bebas maka akan terbentuk akuifer tertekan.
Selama ini belum banyak dilakukan studi tentang imbuhan air tanah pada akuifer
tertekan yang disebabkan oleh adanya aliran inter akuifer melalui fenomena leakage.
Untuk itulah kontribusi imbuhan air tanah yang berasal dari akuifer bebas ke akuifer
tertekan perlu diteliti. Kontribusi tersebut dapat berupa model alirannya serta potensi
air tanah akuifer bebas yang menjadi imbuhan air tanah tertekan.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah krisis air
tanah pada akuifer tertekan yang ada di Cekungan Airtanah Bandung adalah :
Bagaimana kontribusi air tanah pada akuifer bebas terhadap akuifer tertekan
Berapa besar prosentasi air tanah dari leakage yang menjadi imbuhan pada akuifer
tertekan?
3. Tujuan
Adapun tujuan tulisan ilmiah ini adalah :
Membuktikan adanya aliran air tanah melalui fenomena leakage.
Memodelkan dan menghitung besar potensi air tanah akuifer bebas yang menjadi
imbuhan pada akuifer airtanah tertekan melalui mekanisme leakage.
4. Lokasi Penelitian
Secara administrasi Cekungan Airtanah Bandung meliputi Kota Bandung, Kota
Cimahi dan Kabupaten Bandung. Secara astronomis posisi tersebut berada pada 107 14'
24.4212" 107 57' 1.9188" BT dan 6 45' 34.3908" 7 17' 37.3164" LS. Luas Cekungan
Bandung hasil perhitungan menggunakan WMS adalah 2,334 Km2, sedangkan
berdasarkan hasil perhitungan IWACO & WASECO (1990) sebesar 1.776 Km2.
-
6 04 0 1
107 10
107 20
107 30
107 40
107 50
108 00
6 04 0 1
15
0
6 50
15 Km
6 05 0 1
7 00 0 1
7 00
Z o n a K r itis
0
7 10
Zona R aw an
7 10
7 02 0 1
7 02 0 1
Gambar 2. Peta Zona Konservasi Airtanah Cekungan Bandung (Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat, 2002)
1 0 7 01 0
1 0 7 02 0 1
1 0 7 03 0
1 0 7 04 0 1
1 0 7 05 0 1
1 0 8 00 0 1
8. Dasar Teori
lapisan pembatas yang memiliki permebilitas kecil tersebut dikenal sebagai fenomena
leakage (bocor) dan lapisan pembatasnya disebut akuitar. Lapisan akuitar merupakan
lapisan yang dapat menyimpan air dan mengalirkan air dalam jumlah terbatas
Akuifer yang ditumpangi (dibatasi) oleh lapisan akuitar disebut akuifer bocor (leaky)
(Mendel dan Shiftan, 1981). Asumsi dalam aliran melalui fenomena leakage ini (Hantush,
1956, dan 1960, Mendel dan Shiftan, 1981, Freeze dan Chery, 1979) adalah :
-
Imbuhan airtanah didefinisikan secara umum (Lerner et all, 1990) sebagai aliran air
vertikal yang dominan ke bawah mencapai muka airtanah dan membentuk tambahan
cadangan airtanah. Artinya dari proses infiltrasi baik secara gravitasi maupun karena
adanya tekanan kapiler, air akan mencapai muka airtanah dan akhirnya dapat
menambah jumlah air tanah. Definisi ini menurut Rushton (1988) dikatagorikan sebagai
imbuhan airtanah aktual.
8.3. Imbuhan air tanah karena proses leakage
Rushton (1988) mencatat beberapa faktor yang mempengaruhi imbuhan air-tanah,
yaitu diantaranya adalah : faktor di permukaan tanah, faktor kondisi tanah, Faktor zone
tidak jenuh antara permukaan tanah dan akuifer dangkal, Faktor akuifer:, Faktor sungaisungai dan Faktor irigasi. Selain itu Rushton (1988) juga menambahkan adanya aspek
lain berupa Faktor kebocoran pipa air ledeng dan Faktor infiltrasi limbah air domestik. Dari
beberapa faktor ini yang dipandang merupakan sumber bagi imbuhan airtanah adalah:
curah hujan (sumber utama), sungai, irigasi, kebocoran air dari pipa air bersih serta
limbah domestik. Perhitungan imbuhan airtanah yang didasarkan pada neraca air,
seringkali hanya didasarkan pada curah hujan saja sebagai sumbernya dan hal ini
dirasakan kurang akurat, karena kontribusi keempat faktor lainnya cukup signifikan,
seperti yang dijelaskan oleh Hall (1984). Faktor akuifer merupakan kemampuan akuifer
untuk menerima air dan variasi akuifer terhadap waktu dan berperanan penting terhadap
aliran interakuifer.
Aliran inter akuifer melalui fenomena leakage terjadi karena adanya beda head
antara akuifer tertekan dan akuifer bebas yang diantara keduanya dibatasi oleh lapisan
semi permeabel (akuitar). Perbedaan head tersebut dapat terjadi akibat gangguan berupa
pemompaan atau sebab lainnya. Bila head akuifer tertekan lebih tinggi maka akan terjadi
aliran leakage dari akuifer tertekan ke akuifer bebas, demikian pula sebaliknya bila head
akuifer tertekan lebih rendah dari akuifer bebas akan terjadi aliran leakage dari akuifer
bebas ke akuifer tertekan.
Akibat pengambilan air tanah yang tidak terkontrol pada akuifer tertekan
menyebabkan head akuifer tertekan menurun, selain itu untuk pengisian kembali
membutuhkan waktu yang lama karena daerah imbuhan akuifer tertekan terletak jauh dari
lokasi pengambilan. Aliran air tanah dari akuifer bebas yang masuk ke akuifer tertekan
melalui lapisan akuitar dapat menjadi imbuhan yang mengisi kekurangan air di akuifer
tertekan.
8.4. Parameter Hidrolik
8.4.1. Koefisien Kelulusan
Koefisien kelulusan (K) adalah kemampuan suatu lapisan tanah atau batuan untuk
melewatkan sejumlah air tanpa mengubah sifat-sifatnya. Koefisien kelulusan ini sangat
dipengaruhi oleh kesarangan (porositas) dan sifat cairan yang melaluinya. Nilai K dapat
ditentukan di laboratorium dengan permeameter ataupun uji di lapangan dengan slug
test dan uji pemompaan. Pada penelitian ini metode yang akan dipakai adalah uji
pemompaan.
Berdasarkan hukum Darcy koefisien kelulusan dinyatakan sebagai :
Dimana :
K
Q
dh/dl
A
=
=
=
=
Dimana :
T
K
b
=
=
=
Transmisivitas (L2T-1)
Koefisien kelulusan (LT-1)
Tebal akuifer (L)
Sedangkan koefisien daya simpan (S) adalah volume air yang dapat dilepaskan
atau disimpan setiap satuan luas permukaan akuifer dalam setiap satuan perubahan
tinggi (head).
Untuk mendapatkan nilai transmisivitas dan koefisien daya simpan berdasarkan
dari data uji pemompaan dapat dilakukan dengan beberapa metode. Untuk akuifer
tertekan dilakukan dengan metode theis atau Jacob sedangkan akuifer bocor disini
dilakukan dengan metode hantush.
Dimana :
Q
T
(h0 h)
W(u,r/B)
S
t
r
u
=
=
=
=
=
=
=
=
Debit (L3T-1)
Transmisivitas (L2T-1)
Penurunan (drowdown) per satu siklus log (L)
Fungsi sumur (dari kurva baku hantush, 1956)
Koefisien daya simpan (tidak berdimensi)
Waktu pemompaan (T)
Jarak radial dari sumur (L)
Konstanta (dari kurva baku)
Lc
T
K
b
B
t
=
=
=
=
=
=
Koefisien kebocoran
Transmisivitas (L2T-1)
Konduktivitas Hidrolik lapisan akuitar ((L2T-1)
Tebal lapisan akuitar (L)
Konstata dari kurva baku (r/B)
Waktu pemompaan (T)
9. Metodologi
10
DATA SEKUNDER
KAJIAN PUSTAKA
- PETA GEOLOGI REGIONAL
- PETA HIDROGEOLOGI REGIONAL
- PETA HIDROGEOLOGI IWACO
- DATA PENELITI SEBELUMNYA
- DATA LOKASI SUMUR BOR
- DATA PENGAMBILAN AIRTANAH
- DATA MAT
- DATA LOG BOR
PERUMUSAN MASALAH
PENENTUAN PARAMETER
11
PENGUMPULAN
DATA PRIMER
PENGUKURAN MAT
AKUIFER BEBAS
UJI PEMOMPAAN
AKUIFER TERTEKAN
AKUIFER TERTEKAN
PENENTUAN KARAKTERISTIK
FISIK / HIDROLIK AKUIFER
ANALISIS
TAHAPAN
BULAN
OKT 08
NOV 08
DES 08
JAN 09
FEBR 09
MART 09
Penyusunan Proposal
Studi literatur
Pemerolehan data
lapangan
Pemrosesan data
Analisa data
Penyusunan tulisan
Bimbingan
12
Daftar Pustaka
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat, 2004, Pemantauan
Kondisi Airtanah Cekungan Bandung-Soreang, Bogor dan Bekasi-Kerawang.
De Wiest R.J.M., 1961, On the Theory of Leaky Aquifers, Journal of Geophysical
Research, Volume 66, No. 12.
De Wiest R.J.M, 1962, Flow to an Eccentric Well in A Leaky Circular Aquifer With Varied
Lateral Replenishment, Journal of Geophysical Research, --.
Geyh, M.A. (1990), Isotopic Hydrological Study in the Bandung Basin Indonesia, Project
Report No. 10, Directorate of Environmental Geology.
Hantush, M.S., and Jacobs, C.E., 1954, Plane Potential Flow of Ground Water With
Linear Leakage Transaction, American Geophysical Union, Volume 35, Number 6.
Hantush, M.S., and Jacobs, C.E., 1955, Non-Steady Radial Flow in Infinite Leaky Aquifer
Transaction, American Geophysical Union, Volume 36, Number 1.
Hantush, M.S., and Jacobs, C.E., 1955, Non-Steady Greens Function for an Infinite Strip
of Leaky Aquifer, Transaction, American Geophysical Union Volume 36, Number 1.
Hantush, M.S., 1956, Analysis of Data from Pumping Test in Leaky Aquifers, Transaction,
American Geophysical Union, Volume 36, Number 1.
Hantush, M.S., 1959, Non Steady Flow to Flowing Wells in Leaky Aquifer, Journal of
Geophysical Research, Volume 64, No. 8.
Hantush, M.S., 1959, Modification of the Theory Leaky Aquifers, Journal of Geophysical
Research, Volume 65, No. 11.
Hantush, M.S., 1967, Flow to Wells in Aquifer in Aquifers Separated by a Semipervious
Layer, Journal of Geophysical Research, Volume 72, No. 6.
Harrera, I., 1970, Theory of Multiple Leaky Aquifers, Water Resources Research, Volume
6, No. 1.
Harrera, I., 1973, Integrodifferential Equations for Systems of Leaky Aquifers and
Applications The Nature of Approximate Theories -, Water Resources Research,
Volume 9, No. 4.
13
Jacob, C.E, 1946, Radial Flow in a Leaky Artesian Aquifer, Transaction, American
Geophysical Union, Volume 27, Number 11.
Lai, R.Y.S., and Su, C.W, 1974, Non Stady Flow to a Large Well in Leaky Aquifer, Journal
of Hydrology, No. 22, North-Holland Publishing Company, Amsterdam.
Lerner, D.N. & Issar, A.S. & Simmers, I.,(1990), Groundwater Recharge a Guide to
Understanding and Estimating Natural Recharge, International Associatin of
Hydrogeologists.
Marino, M.A., and Yeh, W.W.G, 1973, A Discrete Space Continous Time Modeling
Approach to Non Steady Flow in a Leaky Aquifer System of Finite Configuration,
Journal of Hydrology, No. 20, North-Holland Publishing Company, Amsterdam.
Neuman S.P., and Witherspoon P.A., 1968, Theory of Flow in Aquicludes Adjacent to
Slightly Leaky Aquifers, Water Resources Research, Volume 4, No. 1.
Neuman S.P., and Witherspoon P.A., 1969, Applicability of Current Theories of Flow in
Leaky Aquifers, Water Resources Research, Volume 5, No. 4.
Rushton, K.R., (1988), Numerical and Conceptual Models for Recharge Estimation in Arid
and Semiarid Zones, In: Simmers et all (1990).
Streltsova, T.D., 1973, On the Leakage Assumption Applied to Equations of Groundwater
Flow, Journal of Hydrology, No. 20, North-Holland Publishing Company, Amsterdam.
Sukrisno & Wagner, W & Rosadi, D.,(1993), Groundwater Quality and Protection in
Selected Parts of the Bandung Basin, Project Report No. 29, Project CTA 108,
Cooperative Work between Directorate Environmental Geology and German
Environmental Geology Advisory Team for Indonesia.
Worthington, P.F., 1981, Estimation of The Transmissivity of Thin Leaky-Confined Aquifers
from Single-Well Pumping Tests, Journal of Hydrology, No. 49, North-Holland
Publishing Company, Amsterdam.
14