Anda di halaman 1dari 6

Anatomi Persarafan Kandung Kemih

1. Struktur otot detrusor dan sfingter


Susunan sebagian besar otot polos kandung kemih sedemikian rupa sehingga bila
berkontraksi akan menyebabkan pengosongan kandung kemih. Pengaturan serabut
detrusor pada daerah leher kandung kemih berbeda pada kedua jenis kelamin, pria
mempunyai distribusi yang sirkuler dan serabut-serabut tersebut membentuk suatu sfingter
leher kandung kemih yang efektif untuk mencegah terjadinya ejakulasi retrograd sfingter
interna yang ekivalen. Sfingter uretra (rhabdosfingter) terdiri dari serabut otot luruk
berbentuk sirkuler. Pada pria, rhabdosfingter terletak tepat di distal dari prostat sementara
pada wanita mengelilingi hampir seluruh uretra. Rhabdosfingter secara anatomis berbeda
dari otot-otot yang membentuk dasar pelvis. Pemeriksaann EMG otot ini menunjukkan
suatu discharge tonik konstan yang akan menurun bila terjadi relaksasi sfingter pada awal
proses miksi (Japardi, 2002).

Persarafan kandung kemih diurus oleh saraf yang berasal dari plexus vesicalis dan plexus
prostaticus yang merupakan bagian hypogastrium inferior. Persarafan ini terdiri dari:
1. Serabut motoris yang bersifat parasimpatis untuk persarafan otot destrusor melalui
nervus erigentes. Preganglion neuron parasimpatis berlokasi pada nervus parasimpatis
sakral di medula spinalis pada level sakral-2 sampai dengan sakral-4.
2. Serabut sensoris yang bersifat simpatis melalui nervus hypogastricus akan terangsang
pada peregangan kandung kemih sehingga memberi rasa penuh, terbakar dan sesak
kencing. Inervasi simpatis pada kandung kemih dan uretra berasal dari

intermediolateral nuclei di region torakolumbal (torakal-10 sampai dengan lumbal-2)


pada medula spinalis.
2. Persarafan dari kandung kemih dan sfingter
a. Persarafan parasimpatis (nervus pelvikus)
3. Pengaturan fungsi motorik dari otot detrusor utama berasal dari neuron preganglion
parasimpatis dengan badan sel terletak pada kolumna intermediolateral medula
spinalis antara S2 dan S4. Neuron preganglionik keluar dari medula spinalis bersama
radiks spinal anterior dan mengirim akson melalui N.pelvikus ke pleksus parasimpatis
pelvis. Ini merupakan suatu jaringan halus yang menutupi kandung kemih dan
rektum. Serabut postganglionic pendek berjalan dari pleksus untuk menginervasi
organ- organ pelvis. Tidak terdapat perbedaan khusus postjunctional antara serabut
postganglionik danotot polos dari detrusor. Sebaliknya, serabut postganglionik
mempunyai jaringan difus sepanjang serabutnya yang mengandung vesikel dimana
asetilkolin dilepaskan. Meskipun pada beberapa spesies transmitter nonkolinergik
nonadrenergik juga ditemukan, keberadaannya pada manusia diragukan (Japardi,
2002).
b. Persarafan simpatis (N.hipogastrik dan rantai simpatis sakral)
1. Kandung kemih menerima inervasi simpatis dari rantai simpatis torakolumbal melalui
hipogastrik. Leher kandung kemih menerima persarafan yang banyak dari sistem saraf
simpatis dan pada kucing dapat dilihat pengaturan parasimpatis oleh simpatis,
sedangkan peran sistim simpatis pada proses miksi manusia tidak jelas. Simpatektomi
lumbal saja tidak berpengaruh pada kontinens atau miksi meskipun pada umumnya
akan menimbulkan ejakulasi retrograd. Leher kandung kemih pria banyak
mengandung mervasi noradrenergik dan aktivitas simpatis selama ejakulasi
menyebabkan penutupan dari leher kandung kemih untuk mencegah ejakulasi
retrograde (Japardi, 2002).

c. Persarafan somantik (N.pudendus)


Otot lurik dari sfingter uretra merupakan satu-satunya bagian dari traktus
urinarius yang mendapat persarafan somatik. Onufrowicz menggambarkan suatu
nukleus pada kornu ventralis medula spinalis pada S2, S3, dan S4. Nukleus ini yang
umumnya dikenal sebagai nukleus Onuf, mengandung badan sel dari motor neuron
yang menginnervasi baik sfingter anal dan uretra. Nukleus ini mempunyai diameter
yang lebih kecil daripada sel kornu anterior lain, tetapi suatu penelitian mengenai
sinaps motor neuron ini pada kucing menunjukkan bahwa lebih bersifat skeletomotor
dibandingkan persarafan perineal parasimpatis preganglionik (Japardi, 2002). Serabut
motorik dari sel-sel ini berjalan dari radiks S2, S3 dan S4 ke dalam N.pudendus
dimana ketika melewati pelvis memberi percabangan ke sfingter anal dan cabang
perineal ke otot lurik sfingter uretra. Secara elektromiografi, motor unit dari otot lurik
sfingter sama dengan serabut lurik otot tapi mempunyai amplitudo yang sedikit lebih
rendah (Japardi, 2002).

d. Persarafan sensorik traktus urinarius bagian bawah


Sebagian besar saraf aferen adalah tidak bermyelin dan berakhir pada pleksus
suburotelial dimana tidak terdapat ujung sensorik khusus. Karena banyak dari serabut
ini mengandung substansi P, ATP atau calcitonin gene-related peptide dan
pelepasannya dapat mengubah eksitabilitas otot, serabut pleksus ini dapat
digolongkan sebagai saraf sensorik motorik daripada sensorik murni (Japardi, 2002).

Ketiga pasang saraf perifer (simpatis torakolumbal, parasimpatis sacral dan


pudendus) mengandung serabut saraf aferen. Serabut aferen yang berjalan dalam
n.pelvikus dan membawa sensasi dari distensi kandung kemih tampaknya merupakan
hal yang terpenting pada fungsi kandung kemih yang normal. Akson aferen terdiri
dari 2 tipe, serabut C yang tidak bermyelin dan serabut A bermyelin kecil (Japardi,
2002).
Peran aferen hipogastrik tidak jelas tetapi serabut ini mungkin menyampaikan
beberapa sensasi dari distensi kandung kemih dan nyeri. Aferen somatik pudendal
menyalurkan sensasi dari aliran urine, nyeri dan suhu dari uretra dan memproyeksikan
ke daerah yang serupa dalam medula spinalis sakral sebagai aferen kandung kemih.
Hal ini menggambarkan kemungkinan dari daerah-daerah penting pada medulla
spinalis sakral untuk intergrasi viserosomatik (Japardi, 2002). Nathan dan Smith
(1951) pada penelitian pasien yang telah mengalami kordotomi anterolateral,
menyimpulkan bahwa jaras asending dari kandung kemih dan uretra berjalan di dalam
traktus spiotalamikus. Serabut spinobulber pada kolumna dorsalis mungkin juga
berperan pada transmisi dari informasi aferen (Japardi, 2002).
Persarafan kandung kemih ini dikendalikan oleh:
1. Medula Spinalis. Pengandalian kandung kemih dan pengeluaran air kemih melalui
sistem simpatis dan parasimpatis. Parasimpatis berasal dari medula spinalis sakral 2-4,
yang keluar dari plexus pelvikus dan sakralis, menuju kandung kemih sebagai nervus
pudendal yang akan menyebabkan kontraksi pada otot-otot detrusor dan dilatasi
sfingter interna. Sedangkan saraf simpatis berasal dari medula spinalis torakal 11
sampai lumbal 2, melalui plexus hypogastricus. Reseptor simpatis terdiri dari reseptor
dan . Reseptor terletak di bagian leher kandung kemih dan otot polos sekitar
pangkal uretra yang menyebabkan kontraksi bagian bawah kandung kemih, sehingga
menghambat pengosongan kandung kemih. Bila terjadi inhibisi, maka relaksasi leher
kandung kemih dan bagian proksimal uretra, sehingga terjadilah miksi. Reseptor
berada di korpus kandung kemih, perangsangan reseptor ini mengakibatkan relaksasi
otot-otot detrusor sehingga terjadi pengisian. Inhibisi menyebabkan kontraksi otot
detrusor dan peningkatan tekanan kandung kemih diikuti pengosongan kandung
kemih (Guyton dan Hall, 2007; Sloane, 2003).
2. Otak. Otak memiliki pusat-pusat pengendali miksi yang diliputi oleh pontine
micturition center, yaitu: pusat perangsang miksi berupa pons anterior dan
hipotalamus posterior, dan pusat inhibisi pada otak tengah. Pada saat miksi, pusatpusat ini akan mempermudah pusat miksi di medula spinalis sakral untuk memulai

refleks miksi serta inhibisi kontraksi otot sfingter eksternum kandung kemih, sehingga
terjadilah pengeluaran urin (Sloane, 2003).

3. Hubungan dengan susunan saraf pusat


a. Pusat Miksi Pons
Pons merupakan pusat yang mengatur miksi melalui reflex spinal-bulber-spinal
atau long loop refleks. Demyelinisasi Groat (1990) menyatakan bahwa pusat miksi
pons merupakan titik pengaturan (switch point) dimana refleks transpinal-bulber
diatur sedemikian rupa baik untuk pengaturan pengisian atau pengosongan kandung
kemih. Pusat miksi pons berperansebagai pusat pengaturan yang mengatur refleks
spinal dan menerima input dari daerah lain di otak (Japardi, 2002).

b. Daerah kortikal yang mempengaruhi pusat miksi pons


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lesi pada bagian anteromedial dari
lobus frontal dapat menimbulkan gangguan miksi berupa urgensi, inkontinens,
hilangnya sensibilitas kandung kemih atau retensi urine. Pemeriksaan urodinamis
menunjukkan adanya kandung kemih yang hiperrefleksi (Japardi, 2002).
Gambar di bawah ini ini menggambarkan daerah control kortikal di frontal
dan cingulate gyri serta daerah subkortikal memberikan pengaruh penghambatan pada
berkemih pada tingkat pons dan memberikan rangsang yang berpengaruh pada
sfingter kemih eksternal. Hal ini memungkinkan adanya kontrol sukarela berkemih
sehingga biasanya evakuasi kandung kemih dapat ditunda (Dorsher & McIntosh ,
2011).

Pada kandung kemih terdapat penahan berupa ligamentum-ligamentum, yaitu:


1. Ligamentum mediale puboprostaticum (pubovesicale), pada laki-laki melekat pada
prostat dan dinding belakang tulang pubis, sedangkan pada perempuan pada kolum
vesika dan belakang pubis.
2. Ligamentum laterale puboprostaticum yang melekat bersamaan dengan mediale
menuju arcus tendineus fascia pelvis.

Anda mungkin juga menyukai