Draft Final Report RPKPP Martapura City of Kalimantan Selatan Indonesia Laporan Draf Akhir RPKPP Martapura Kalimantan Selatan Indonesia
Draft Final Report RPKPP Martapura City of Kalimantan Selatan Indonesia Laporan Draf Akhir RPKPP Martapura Kalimantan Selatan Indonesia
Puji syukur atas berkat kasih dan anugerah-Nya Laporan Draf Akhir Rencana
Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dapat selesai dengan baik.
Setelah melakukan proses FGD II, di Martapura dan melakukan koordinasi di Direktorat
Jenderal Keciptakaryaan pada tanggal 6 Oktober 2013. Disimpulkan agar dilakukan
perluasan wilayah kajian KPP agar volume pekerjaan bidang keciptakaryaan dapat
memenuhi syarat dan kriteria dalam pelaksanaan pembangunannya. Dan berdasarkan
arahan dari SPPIP Banjar pada tahun 2012 KPP yang dapat dikaji (perluasan) adalah KPP
Murung Kenanga.
Berdasarkan proses penyusunan pekerjaan ini, tim penyusun mendapati isu utama
didalam penanganan permasalahan keciptakaryaan di KPP 1 yakni Kelurahan Murung
Keraton Jawa adalah permasalahan jalan dan drainase, persampahan, sanitasi serta air
minum. Selain itu didapati juga isu strategis adalah penanganan wilayah sempadan
sungai dan pengembangan hunian vertical yakni rumah susun dalam rangka upaya untuk
mengantisipasi kebutuhan rumah layak serta tekanan terhadap kebutuhan ruang di darat
yang semakin sempit.
Sesuai dengan arahan pedoman penyusunan dokumen utama RPKPP, maka laporan ini
terdiri atas Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 profil kota dan kawasan permukiman prioritas,
kajian mikro kawasan permukiman prioritas, Bab 3 terdiri Penetapan Sub Kawasan
Prioritas dan Penanganan, Bab 4 terdiri atas Kajian Mikro Kawasan, dan Bab 5 terdiri atas
Perumusan Rencana Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap Pertama Tahun
Pertama, Bab6 Penutup.
Semoga laporan ini bermanfaat dan atas masukan serta sarannya tim penyusun
mengucapkan terima kasih.
Kata kunci dalam laporan akhir ini adalah infrastruktur, keciptakaryaan, dan detail desain.
Martapura, 2013
Tim Penyusun
Daftar Isi
1.2.
1.3.
Sasaran ...................................................................................................................... 16
1.4.
Keluaran .....................................................................................................................17
1.5.
Lingkup Kegiatan...................................................................................................... 19
1.6.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.
3.10.
4.6.
4.7.
Daftar Gambar
Gambar 2.2.8 Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Jamban dengan Tangki
Septik Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjar, Tahun 2010 .................... 24
Gambar 2. 21. Peta Gambaran Fasilitas PBK KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa . 39
Daftar Tabel
Tabel 2. 1. Tutupan Lahan Kabupaten Banjar Tahun 2009 ..................................................... 3
Tabel 2. 2. Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Kabupaten Banjar Tahun 2012 .. 3
Tabel 2. 3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banjar Tahun 2012 ...................... 4
Tabel 2. 4. Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan dan Status Penempatannya
.................................................................................................................................................... 5
Tabel 2. 5. Produksi Air Minum, Distribusi, Terjual, dan Susut / Hilang Menurut Unit
Pelayanan, 2011 ......................................................................................................6
Tabel 2. 6. Jumlah Pelanggan Air Minum PDAM Intan Banjar Tahun 2011 ............................6
Tabel 2. 7. Pelanggan Listrik, VA Tersambung dan KWh Terjual di PT. PLN Ranting
Martapura Menurut Jenisnya, 2010 ...................................................................... 7
Tabel 2. 8. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan dan Pemerintahan Yang Berwenang, 2011
....................................................................................................................................................8
Tabel 2. 9. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Kecamatan, 2011 .........................8
Tabel 2. 10. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan dan Kecamatan, 2011 ..............................9
Tabel 2. 11. Panjang Jalan Berkerikil Menurut Kondisi Jalan dan Kecamatan, 2011 ..............9
Tabel 2. 12. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha, Tahun 2009-2011
(Dalam Ribu Rupiah) ........................................................................................... 10
Tabel 2. 13. PDRB Atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha, Tahun 2009-2011
(Dalam Ribu Rupiah) ........................................................................................... 10
Tabel 2. 14. Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Kelayakan Sumber Air
Minum, 2010..........................................................................................................17
Tabel 2. 15. Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Status Kepemilikan
Fasilitas Buang Air Besar , 2010 ........................................................................... 20
Tabel 2.
Tabel 2.
Tabel 2. 18. Panjang Jalan > 3 M Menurut Permukaan Jalan di Kawasan Prioritas ............ 26
Tabel 2.
19. Jumlah Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Dirinci Tiap Desa
Menurut Kecamatan Martapura, tahun 2010 .................................................... 26
Tabel 2. 20. Aspek Potensi, Permasalahan, Tantangan dan Hambatan Kawasan Prioritas
................................................................................................................................................. 40
Tabel 2. 21. Aspek Kebutuhan Penanganan Kawasan Prioritas ........................................... 42
Daftar Singkatan
RPKPP
SPPIP
RP4D
CAP
FGD
RED
SPK
BAB 1
PENDAHULUAN
Abstrak
Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka setiap kota perlu melakukan penyusunan
Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas yang mengacu kepada dokumen
Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan. Untuk itu, Direktorat
Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, melalui Direktorat Pengembangan
Permukiman memberikan bantuan teknis berupa pendampingan penyusunan Rencana
Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas yang disebut dengan RPKPP.
1.2.
Sasaran
Bab 1 Pendahuluan
3. Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan yang bersifat
operasional pada kawasan permukiman prioritas yang dapat diacu oleh seluruh
pemangku kepentingan di kota/kabupaten.
1.4.
Keluaran
dalam
kegiatan
Penyusunan
RPKPP
Kota Martapura,
antara lain;
1. Dokumen Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), yang
memuat :
a) Profil kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan indikasi dalam SPPIP.
b) Kajian mikro kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan dalam SPPIP.
c) Potensi dan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman
perkotaan pada kawasan permukiman prioritas.
d) Konsep dan rencana penanganan pada kawasan permukiman prioritas.
e) Rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan
pada kawasan prioritas selama 5 tahun.
f) 2
(dua)
kawasan
di
dalam
kawasan
prioritas
yang
akan
dilakukan
Bab 1 Pendahuluan
a) Dokumen ini disajikan sebagai Laporan Utama (terpisah dengan dokumen
Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan Akhir Sementara, dan Laporan
Akhir).
b) Penulisan dokumen ini dilengkapi dengan tabel, gambar dan peta yang
representatif.
2. Dokumen hasil rangkaian penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan untuk proses
pemberian kekuatan hukum terhadap dokumen RPKPP.
Muatan Dokumen:
a) Notulensi dari tiap penyelenggaraan kegiatan penyepakatan dan sosialisasi.
b) Absensi dan daftar hadir tiap penyelenggaraan kegiatan penyepakatan dan
sosialisasi.
c) Materi yang disampaikan.
d) Bentuk-bentuk kesepakatan yang dihasilkan.
e) Proses penyelenggaraan partisipatif melalui pendekatan Community based
Participatory Approach (CPA).
Penyajian dokumen:
1. Dokumen ini disajikan sebagai dokumen yang terpisah dengan dokumen proses
(Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan Akhir Sementara, dan Laporan
Akhir) dan Dokumen RPKPP.
2. Kegiatan yang dilaporkan setidaknya adalah kegiatan FGD, diskusi partisipatif,
kolokium, konsultasi publik dan diseminasi.
3. Bentuk-bentuk kesepakatan tertuang dalam berita acara kegiatan yang dihasilkan
yang ditanda tangani oleh perwakilan pihak yang hadir dan menyetujui.
4. Tiap kegiatan yang diselenggarakan dilengkapi dengan dokumentasi foto
penyelenggaraan yang disajikan sebagai lampiran dalam dokumen ini.
3. Dokumentasi profil kawasan dalam bentuk visual dalam berupa tampilan video
dokumentasi untuk menggambarkan kondisi eksisting fisik, kondisi masyarakat
hingga potensi dan permasahan kawasan prioritas.
Bab 1 Pendahuluan
1.5.
Lingkup Kegiatan
b.
c.
Bersama
dengan
pemangku
kepentingan
prioritas selama
5 tahun
pastisipatif.
d.
tingkat
g.
Bab 1 Pendahuluan
h.
Kegiatan
Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Kawasan
Permukiman
Prioritas
(RPKPP), pada dasarnya adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan
SPK, SPPIP dan RP4D. RPKPP ini merupakan salah satu bentuk rencana operasional dari
SPPIP dan RP4D. Berkaitan dengan hal ini, maka lingkup kegiatan dari rangkaian
Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)
tetap mengacu pada SPK dan RP4D. Secara rinci, lingkup kegiatan dari rangkaian
Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan kaji ulang/review dan evaluasi terhadap berbagai produk rencana yang
telah dimiliki pemerintah kota/kab diantaranya SPK, SPIPP, dan RP4D untuk
dioptimalkan dan disinergikan sesuai dengan karakteristik dan kekhasan kota/kab
yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu;
2. Melakukan kaji ulang, evaluasi dan analisis terhadap kontribusi dan kedudukan
kawasan-kawasan permukiman perkotaan dan tingkat pelayanannya dalam lingkup
wilayah kota;
3. Melakukan identifikasi dan penetapan kawasan-kawasan permukiman prioritas dalam
skala kota berdasarkan arahan Strategi Pengembangan Permukiman Perkotaan
(SPPIP), rencana pengembangan dan pembangunan perumahan dan permukiman
Daerah (RP4D) atau dokumen sejenis lainnya yang telah digunakan sebagai acuan
pengembangan permukiman di daerah.
4. Melakukan survey primer dan sekunder untuk mendapatkan data dan informasi
terkait permasalahan, kebijakan, strategi dan program pengembangan kawasan
permukiman prioritas dalam konstelasi kota, serta data dan informasi pendukung
analisis dan penyusunan RPKPP.
5. Menyiapkan peta dasar dengan kedalaman informasi skala 1 : 5.000 yang akan
digunakan sebagai peta dasar untuk melakukan identifikasi kebijakan dan strategi
penanganan dan pengembangan kawasan sesuai arahan strategi pengembangan
kota maupun rencana pengembangan permukiman terkait
lainnya,
melakukan
Bab 1 Pendahuluan
analisis serta menuangkan konsep dan strategi pengembangan kawasan permukiman
prioritas dan infrastruktur keciptakaryaannya ke dalam bentuk spasial.
6. Identifikasi potensi, permasalahan, hambatan, dan tantangan pembangunan
permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas tersebut.
Proses identifikasi ini dilakukan di atas peta dasar yang bersumber dari citra satelit
dan atau foto udara.
7. Melakukan
analisis
kebutuhan
penanganan
dan
pengembangan
kawasan
dengan
tingkat
kedalaman
yang
bersifat
operasional
yang
siap
Bab 1 Pendahuluan
12. Penyusunan
(Detailed
Engineering
Desain/DED) untuk
kebutuhan,
bentuk
dan
skala
prioritas
penanganan
dan
Penyusunan
rencana
aksi
program
penanganan
dan
pembangunan
Bab 1 Pendahuluan
b) Kolokium, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Pengembangan
Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, yang ditujukan untuk melakukan
penyamaan pencapaian dari kegiatan penyusunan RPKPP yang dilakukan di setiap
kota/kabupaten. Pihak Konsultan akan mengikuti kegiatan Kolokium dan
melaporkan kemajuan pencapaian kegiatan maupun hasil kesepakatan di daerah
dalam penyusunan RPKP. Kegiatan Kolokium ini dilakukan sebanyak 2 (dua) kali
masing masing selama 1 (satu) hari untuk kegiatan berikut:
Dilakukan pada awal bulan ke-3 (tiga) setelah SPMK, setelah dilakukan
kegiatan identifikasi dan penetapan kawasan-kawasan permukiman prioritas
Dilakukan pada akhir bulan ke-7 (tujuh) setelah SPMK, setelah dilakukan
kegiatan penyusunan konsep, rencana, strategi dan program penanganan
dan
kepentingan daerah
Lingkup Wilayah
Bab 1 Pendahuluan
Berikut gambar Wilayah Administrasi Kabupaten Banjar untuk memberikan inteprestasi
mengenai lokasi studi.
Bab 1 Pendahuluan
Gambar 1. 1. Lokasi Lingkup Wilayah
BAB 2
Abstrak
Distrik Pleihari
Distrik Maluka
Distrik Satui
2. Kecamatan Aranio
3. Kecamatan Astambul
5. Kecamatan Gambut
Tabel 2. 2. Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Kabupaten Banjar Tahun 2012
No.
Jumlah Rumah
Tangga Tahun
2012
26.413
7.821
4.530
Kecamatan
1
Martapura
2
Martapura Timur
3
Martapura Barat
Jumlah
Penduduk
Perkotaan Martapura
4
Aluh-aluh
5
Beruntung Baru
Kawasan
Jml Penduduk
Tahun 2012
104.973
29.623
17.093
38.764
151.689
7.266
3.517
27.446
13.194
Jml Penduduk
Tahun 2012
36.883
40.359
11.076
58.227
104.973
31.067
8.386
14.665
4.313
15.904
10.813
23.867
32.504
3.136
436.813
Kecamatan
Martapura
Martapura Timur
Martapura Barat
Aluh-aluh
Beruntung Baru
Gambut
Kertak Hanyar
Tatah Makmur
Sungai Tabuk
Astambul
Karang Intan
Aranio
Sungai Pinang
Paramasan
Pengaron
Sambung Makmur
Mataraman
Simpang Empat
Telaga Bauntung
Luas
Wilayah
(Km)
42
30
149
82
61.42
129
46
35
147
217
215
1.166
459
561
433
135
148
453
158
Jumlah
Penduduk
Tahun 2012
104.973
29.623
17.093
27.446
13.194
36.883
40.359
11.076
58.227
104.973
31.067
8.386
14.665
4.313
15.904
10.813
23.867
32.504
3.136
Kepadatan
Penduduk
2498
988
114
333
215
285
881
312
395
153
144
7
32
8
37
80
161
72
20
Kepadatan
Penduduk
111
Berdasarkan data Kantor dinas Tenaga Kerja Kabupaten Banjar tercatat 2.108 pencari
kerja, dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah tingkat SMU/SMK. Dari jumlah
tersebut 97 orang diantaranya telah ditempatkan, sementara sisanya sejumlah 3.539
orang belum ditempatkan. Detail mengenai jumlah pencari kerja menurut tingkat
pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. 6. Jumlah Pelanggan Air Minum PDAM Intan Banjar Tahun 2011
No.
Unit Pelayanan
Jumlah Pelanggan
1
Banjarbaru I
2096
2
Banjarbaru II
572
3
Banjarbaru III
266
4
Banjarbaru IV
1958
5
Banjarbaru V
2423
6
Landasan Ulin
4121
7
Cempaka
498
8
Sei. Besar
5008
Jumlah Pelanggan dalam Lingkup Kota Banjarbaru
16.942
9
Loktabat
3625
10 Martapura I
1421
11
Martapura II
1671
12 Dalam Pagar
141
13 Gambut
2676
14 Sei. Tabuk
1504
15 Kertak Hanyar
3692
16 Astambul
582
17 Mataraman
834
18 Pengaron
515
19 Simpang Empat
421
20 Karang Intan
149
21 Aluh-aluh
1748
Jumlah Pelanggan dalam Lingkup Kabupaten Banjar
18.979
JUMLAH
35.919
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012
No.
Uraian
Perkantoran
Lampu
Penerangan
Jalan
Jenis
Tarif
Pelanggan
Daya
KWh
I3
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P3
1
16
24
22
42
36
0
98
345.000
7.200
21.600
28.600
139.900
625.700
0
864.375
31.200
659
2.887
5.508
18.301
85.490
0
187.805
756
48.496.675
715.587
Jumlah/Total
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012
Kecamatan
Martapura
Martapura Timur
Diaspal
65,58
7,50
Kerikil
1,02
10,00
Tanah
0
0
Jumlah
66,60
17,50
Kecamatan
Diaspal
Kerikil
Martapura Barat
13,99
Total Kawasan
8707
1102
Perkotaan
4 Total 16 kecamatan
8244.59 891.78
lainnya
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012
Tanah
0
0
Jumlah
13,99
9808
9080.67
Untuk kondisi jalan yang telah diaspal, berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Banjar, kondisi baik memiliki panjang 204.57 km, kondisi sedang 55.69
kilometer, kondisi rusak 148.27 kilometer, dan kondisi rusak berat 53.88 kilometer. Pada
kawasan perkotaan Martapura kondisi jalan yang rusak adalah 18.45 kilometer.
Tabel 2. 10. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan dan Kecamatan, 2011
No
1
2
3
Kecamatan
Baik
Sedang Rusak
Martapura
57,31
1,59
5,95
Martapura Timur
2,00
5,50
Martapura Barat
6,99
7,00
Total Kawasan
66.3
1.59
18.45
Perkotaan
4 Total 16
138.27
54.1
129.82
kecamatan
lainnya
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012
Rusak Berat
0,73
0.73
Jumlah
65,58
7,50
13,99
87.07
53.15
375.34
Kecamatan
Baik Sedang Rusak
Martapura
1.02
Martapura Timur
10
Martapura Barat
Total Kawasan
10
0
1.02
Perkotaan
4 Total 16 kecamatan
33.7
0
132.7
lainnya
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012
Rusak Berat
0
Jumlah
1.02
10
11.02
38.40
199.20
Tabel 2. 12. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha, Tahun 2009-2011
(Dalam Ribu Rupiah)
No.
Lapangan Usaha
2009
2010
2011
1
Pertanian, Peternakan,
1.376.527.089
1.530.752.044
1.672.414.856
Kehutanan dan Perikanan
2
Pertambangan dan
1.290.740.112
1.464.113.614
1.627.378.412
Penggalian
3
Industri Pengolahan
339.886.511
398.880.291
454.833.274
4
Listrik, Gas, dan Air
45.143.648
54.340.799
64.463.089
5
Bangunan
379.395.193
431.674.604
478.906.751
6
Perdagangan, Hotel, dan
1.442.978.974
1.629.391.375
1.832.768.052
Restoran
7
Pengangkutan dan
338.007.161
391.942.992
449.971.215
Komunikasi
8
Keuangan, Persewaan,
294.878.815
333.440.860
366.572.441
Jasa Perusahaan
9
Jasa-jasa
641.254.128
752.344.448
840.022.340
JUMLAH
6.148.811.632
6.986.881.027
7.787.330.430
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012
Tabel 2. 13. PDRB Atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha, Tahun 2009-2011
(Dalam Ribu Rupiah)
No.
Lapangan Usaha
2009
2010
2011
1
Pertanian, Peternakan,
845.965.520 883.330.246.00 920.145.844
Kehutanan dan Perikanan
Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)
Direktorat Jenderal Cipta Karya | Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia | Hal
10
Lapangan Usaha
2009
Pertambangan dan Penggalian
562.998.937
Industri Pengolahan
209.747.957
Listrik, Gas, dan Air
20.033.208
Bangunan
196.757.937
Perdagangan, Hotel, dan
742.984.870
Restoran
7
Pengangkutan dan Komunikasi
165.888.045
8
Keuangan, Persewaan, Jasa
137.488.004
Perusahaan
9
Jasa-jasa
311.679.481
JUMLAH
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012
2010
565.772.692.90
228.530.477.00
21.354.777.00
209.550.779.00
779.237.943.00
2011
577.291.258
245.632.667
22.792.639
224.988.837
827.577.591
179.128.641.32
147.142.542.92
192.390.502
155.823.561
336.381.802.00
362.574.339
Dari jumlah NTB yang dihasilkan perekonomian Kabupaten Banjar tersebut, jika dibagi
dengan jumlah penduduk Kabupaten Banjar selama tahun 2011 maka ternyata per jiwa
atau per kapita telah menghasilkan nilai tambah bruto sebesar 13,667 juta rupiah atau
disebut juga dengan PDRB perkapita .
2.2.
pola ruang
PETA KAWASAN
PERKOTAAN
MARTAPURA
33.27
19.86
51.26
65.00
79.91
45.72
100.00
100.00
100.00
Bila dilihat per kecamatan , rumah tangga yang mengkonsumsi air minum yang tidak
layak tertinggi berada di kecamatan Paramasan sebesar 96,07 persen sebanyak 3,93
persen yang menggunakan air yang layak, tidak ada rumah tangga yang menggunakan air
kemasan/isi ulang. Kemudian diikuti Kecamatan Sambung Makmur sebesar 95,72 persen,
air minum yang layak sekitar 3,15 persen, dan sekitar 1,13 persen menggunakan air
kemasan/isi ulang. Sedangkan Kecamatan yang terendah yang mengkonsumsi air yang
tidak layak adalah Kecamatan Kertak Hanyar yakni 0,10 persen, 93,86 persen
menggunakan air minum layak konsumsi dan sisanya 6,04 persen mengkonsumsi air
kemasan/isi ulang.
2.2.3. Kondisi Fasilitas Sanitasi
Salah satu kebutuhan penting dalam rumah tinggal adalah tersedianya fasilitas sanitasi
seperti tempat buang air besar. Yang dimaksud dengan fasilitas tempat buang air besar
adalah ketersediaan jamban/kakus yang dapat digunakan oleh anggota rumah tangga.
Berdasarkan ketersediaan jamban ini dapat dibedakan menjadi empat, yaitu jamban
sendiri (jamban/kakus yang digunakan khusus oleh rumah tangga, walaupun
kadangkadang ada yang menumpang), jamban bersama (jamban/kakus yang digunakan
beberapa rumah tangga tertentu), jamban umum (jamban/kakus yang penggunaannya
tidak terbatas pada rumah tangga tertentu, tetapi siapapun dapat menggunakannya)
dan tidak ada jamban (tidak ada fasilitas jamban/kakus, misalnya lahan terbuka yang bias
digunakan untuk buang air besar (tanah lapang/kebun/halaman/semak belukar), pantai,
sungai, danau, kolam dan lainnya).
Gambar 2. 6. Grafik Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan Fasilitas Buang Air
Besar di Kabupaten Banjar, Tahun 2010
Sumber: Survey Pertanian, 2010, Susenas
Dari diatas terlihat bahwa dari data SP2010, sebagian besar rumah tangga di Kabupaten
Banjar memiliki jamban sendiri, mencapai 57,92 persen, jamban bersama dimiliki oleh 23,3
persen rumah tangga, jamban umum dimiliki oleh 6,23 persen rumah tangga dan sekitar
12,47 persen rumah tangga tidak memiliki jamban. Jika dibedakan menurut klasifikasi
desa/kelurahan, jamban sendiri lebih banyak di daerah perkotaan (76,36 persen)
sedangkan di daerah pedesaan hanya mencapai 50,01 persen. Terlihat bahwa masyarakat
perkotaan lebih banyak yang memiliki jamban sendiri untuk kenyamanan, dan lebih
mapan kehidupannya. Untuk jenis jamban bersama, masyarakat perkotaan yang
memilikinya mencapai 16,01 persen, lebih sedikit dibanding masyarakat pedesaan yang
mencapai 26,42 persen. Sedangkan untuk persentase rumah tangga yang tidak
mempunyai fasilitas tempat buang air besar yakni secara umum sekitar 12,47 persen
dimana sebagian besar rumah tangga tersebut berada di daerah perdesaan, yaitu sebesar
17,24 persen, sementara di perkotaan hanya sebesar 1,35 persen.
Jumlah
100.00
100.00
100.00
52.13
48.46
22.13
16.06
39.60
32.92
21.08
16.46
5.49
6.86
0.98
22.34
4.79
1.15
2.85
3.32
1.34
7.59
6.03
7.40
10.56
2.11
4.47
4.92
10.70
0.86
21.54
1.14
5.11
0.70
16.49
14.36
30.18
13.37
23.62
44.71
91.33
25.52
13.20
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
10.87
19.85
26.79
1.64
2.61
3.63
10.36
17.53
35.41
100.00
100.00
100.00
23.30
6.32
12.47
100.00
Hal yang cukup memperihatinkan adalah masih ada rumah tangga di beberapa
kecamatan yang tidak memiliki jamban sebagai fasilitas buang air besar dan paling
banyak terdapat di Kecamatan Paramasan yang mencapai 91,33 persen rumah tangga,
Kecamatan Sungai Pinang (44,71 persen) dan Kecamatan Telaga Bauntung (35,41 persen).
Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah karena fasilitas sanitasi yang layak masih
belum dicapai di kecamatan tersebut.
Tempat penampungan kotoran/tinja sangat berpengaruh terhadap kesehatan anggota
rumah tangga dan lingkungannya. Tempat penampungan yang tidak memenuhi syarat
sanitasi akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan sekitar seperti
mempengaruhi kualitas air tanah dan menimbulkan bau yang kurang sedap. Tempat
penampungan yang paling memenuhi syarat kesehatan adalah tangki septik atau saluran
pembuangan air limbah (SPAL). Tangki septik adalah tempat pembuangan akhir yang
berupa bak penampungan, biasanya terbuat dari pasangan bata/batu atau beton, baik
yang mempunyai bak resapan maupun tidak. Sedangkan yang tanpa tangki septik seperti
cubluk atau cemplung. Dikatakan tidak mempunyai tempat pembuangan tinja apabila
70.62
61.45
50.96
55.58
31.76
72.38
52.58
50.72
98.30
25.24
55.42
81.37
45.46
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
Pada tingkat kecamatan, ada lima kecamatan dengan persentase rumah tangga yang
menggunakan tangki septik lebih dari 50 persen yaitu Kecamatan Gambut (75,04 persen),
Kecamatan Kertak Hanyar (84,01 persen), Kecamatan Martapura (81,79 persen),
Kecamatan Aranio (68,24 persen) dan Kecamatan Mataraman (74,76 persen). Sedangkan
di Kecamatan Sambung Makmur, hanya 1,70 persen rumah tangga yang memiliki tangki
septik. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.16.
Suatu rumah tangga disebut memiliki sanitasi layak jika rumah tangga tersebut memiliki
jamban dengan tangki septik. Menurut hasil SP2010, persentase rumah tangga yang
memiliki jamban sendiri dengan tangki septik mencapai 42,53 persen.
Gambar 0.1 Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Jamban dengan Tangki
Septik Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjar, Tahun 2010
Sumber: Survey Pertanian 2010, Susenas
Jika dilihat menurut kecamatan, persentase rumah tangga dengan sanitasi layak
(memiliki jamban dengan tangki septik) pada tahun 2010 paling tinggi di Kecamatan
Kertak Hanyar (75,89 persen), kecamatan Martapura (72,51 persen) dan Kecamatan
Gambut (61,45persen). Sedangkan persentase rumah tangga dengan sanitasi yang layak
paling kecil ada di Kecamatan Sambung Makmur (1,29 persen), Kecamatan Paramasan
(2,14 persen) dan Kecamatan Telaga Bauntung (4,96 persen). Hal ini berarti masih sangat
tinggi jumlah masyarakat yang memiliki sanitasi layak yang sesuai dengan standar
kesehatan.
PETA RENCANA
PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN KAWASAN
PERKOTAAN MARTAPURA
2.3.
Berdasarkan hasil penilaian 7 (tujuh) kriteria dan 22 (duapuluh dua) indikator yang telah
ada, kawasan prioritas yang memilik skor tertinggi adalah kawasan permukiman kumuh
Keraton-Jawa dengan skor 110. Desa/kelurahan Murung Keraton-Jawa berada di
kecamatan Martapura dengan total luas kawasan mencapai 2,66 km2, dengan jumlah
penduduk mencapai 8.811 jiwa. Kawasan prioritas kedua yang menjadi perluasan wilayah
kajian RPKPP yakni Murung Kenanga memiliki skor 108.
Tabel 2. 17. Luas Desa/Kelurahan, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan
Kepadatan Kawasan Prioritas
Desa
Luas
Jumlah Rumah
Jumlah
Rata-Rata Penduduk
(km2)
Tangga
Penduduk
Per km2
Murung Keraton
0.56
940
3.487
6.227
Jawa
2.10
1.356
5.324
2.535
Murung Kenanga
0,28
586
2.932
10.471
Sumber: Kecamatan Martapura Dalam Angka, 2012
Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan Martapura, panjang jalan lebar lebih dari 3 m
yang berada di kawasan prioritas adalah aspal, dimana 1 (satu) km berada di Desa
Murung Keraton dan 2 (dua) km berada di desa/kelurahan Jawa.
Tabel 2. 18. Panjang Jalan > 3 M Menurut Permukaan Jalan di Kawasan Prioritas
Desa
Aspal Kerikil Tanah Jumlah
Murung Keraton
1.0
0
0
1.0
Jawa
2.0
0
0
2.0
Sumber: Kecamatan Martapura Dalam Angka, 2012
Berdasarkan data dari hasil survey pertanian pada tahun 2010, desa Jawa dominasi
penggunaan air bersih bersumber dari sumur yang terlindung sebanyak 733 dan sumur
tak terlindung sebanyak 267. Sedangkan desa Murung Keraton didominasi dengan
ledeng sampai rumah sebanyak 80 sambungan serta pompa sebanyak 501. Untuk sumber
airnya,
Tabel 2. 19. Jumlah Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Dirinci Tiap Desa
Menurut Kecamatan Martapura, tahun 2010
Sumber Air Minum
Air Kemasan
Desa
Murung Keraton
27
Jawa
131
Desa
Murung Keraton
80
Ledeng
Sampai
Rumah
Ledeng Eceran
40
Pompa
501
Sumur Terlindung
32
Sumur Tak Terlindung
36
Mata Air Terlindung
0
Mata
Air
Tak
0
Terlindung
Air Sungai
196
Air Hujan
0
Lainnya
1
Sumber: Survey Pertanian, 2010
Jawa
179
4
9
733
267
1
0
1
2
1
Gambar 2. 15. Peta Gambaran Umum Tipologi Bangunan KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa
Sumber : Tim penyusun, 2013
Gambar 2. 16. Peta Gambaran Jalan Lingkungan KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa
Sumber : Tim penyusun, 2013
Gambar 2. 17. Peta Gambaran Drainase KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa
Sumber : Tim penyusun, 2013
Gambar 2. 18. Peta Gambaran Air Bersih KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa
Sumber : Tim penyusun, 2013
Gambar 2. 19. Peta Gambaran Sanitasi KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa
Sumber : Tim penyusun, 2013
Gambar 2. 20. Peta Gambaran Persampahan KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa
Sumber : Tim penyusun, 2013
Gambar 2. 21. Peta Gambaran Fasilitas PBK KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa
Sumber : Tim penyusun, 2013
Tabel 2. 20. Aspek Potensi, Permasalahan, Tantangan dan Hambatan Kawasan Prioritas
No
Aspek
1 Fisik
Potensi
Potensi lahan
kosong untuk
Pengembangan
RTH yang
Berfungsi
sebagai taman
Permasalahan
Tantangan
Kepadatan
bangunan
kawasan yang
mencapai >70%
Hambatan
Warga yang
tidak mau
melepas
tanahnya
untuk
kepentingan
Aspek
Potensi
bermain anak
dan
penempatan
MCK
Drainase
Kelancaran
Drainase
diantara rumah
yang tersumbat
agar tidak
tergenang air
Persampahan Kebersihan
Kawasan
dengan
penyiapan
tempat sampah
Air Bersih
Ketersediaan air
bersih
(Sebagian)
Sanitasi
Pengadaan MCK
Permasalahan
Terdapat
genangan air
karena
tertahan oleh
jalan
llingkungan
Kurangnya
tempat
sampah dan
TPS
Kepadatan
Penduduk dan
penyediaan
PDAM yang
masih terbatas
Keterbatasan
lahan untuk
membangun
MCK
Tantangan
Kelancaran
aliran air
untuk
drainase
Penyediaan
Tempat
sampah dan
TPS beserta
lahannya dan
Tambahan
armada
pengangkut
sampah
Ketersediaan
Air Bersih
secara
menyeluruh
Kebutuhan
MCK karena
keterbatasan
masyarakat
akan Jamban
didalam
rumah
Hambatan
Umum
walaupun
memiliki tanah
yang berlebih.
Struktur jalan
yang sudah
dibeton, harus
diperbaiki agar
dapat dillalui
air.
Kesadaran
masyarakat
dalam
membuang
sampah,
keterbatasan
tempat
sampah, lahan
untuk TPS.
Jaringan air
bersih yang
masih belum
menyeluruh
Warga yang
tidak mau
melepas
tanahnya
untuk
pembuatan
MCK dan lahan
yang dimiliki
PEMDA yang
Terbatas
BAB
3
PENETAPAN KAWASAN DAN
PENANGANAN
Abstrak
3.1.
Kegiatan Focus Group Discusion (FGD) 1 mengenai Penetapan Kebutuhan, Bentuk, dan Skala
Prioritas Penanganan, dalam rangka Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas
(RPKPP) merupakan tindak lanjut dari perumusan kriteria dan indikator, serta penentuan
kawasan prioritas yang dilakukan oleh kegiatan SPPIP.
Setelah ditentukan kawasan pioritasnya berdasarkan penyelarasan dan penyepakatan
bersama antara kegiatan SPPIP, kegiatan RPKPP, dan POKJANIS, kegiatan RPKPP selanjutnya
adalah menetapkan kebutuhan, bentuk, dan skala prioritas penangananya.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menetapkan kebutuhan, bentuk, dan skala prioritas
penanganan dan pembangunan kawasan permukiman prioritas adalah sebagai berikut:
Melakukan kajian terhadap daftar kebutuhan penanganan dan peta kebutuhan
penanganan pada kawasan permukiman prioritas.
Menetapkan kriteria dan indikator untuk menentukan skala prioritas kebutuhan
penanganan di kawasan permukiman yang direncanakan.
Melakukan penilaian terhadap kebutuhan penanganan dengan menggunakan kriteria
dan indikator yang telah ditetapkan untuk menentukan skala prioritas.
Menyusun daftar kebutuhan penanganan dalam skala prioritas yang didasarkan hasil
penilaian dengan menggunakan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan.
Untuk mendapatkan kesepakatan dari semua stakeholder mengenai kebutuhan, bentuk, dan
skala
prioritas
penanganan
dan
pengembangan
permukiman
dan
infrastruktur
Keterkaiatan antara kegiatan SPPIP dan kegiatan RPKPP Kota Martapura, Kabupaten Banjar
dapat dilihat dalam gambar berikut.
a. Dalam pembangunan kota dan kawasan perkotaan memerlukan adanya payung kebijakan
yang jelas, yang menjembatani perencanaan pembangunan dan penataan ruang.
b. Dalam pembangunan kota dan kawasan perkotaan memerlukan arahan pengembangan
kota dan sektoral yang didasarkan pada kebutuhan kota.
c. Dalam pembangunaan kota dan kawasan perkotaan terdapat kebutuhan untuk
mendudukan strategi sektoral yang mendukung dan merupakan bagian yang terintegrasi
dari strategi pengembangan kota.
3.2.
Aspek permukiman dan infrastruktur perkotaan semestinya menjadi ujung tombak dalam
pembangunan perkotaan, dimana justru seringkali menyumbang persoalan serius bagi
Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)
Direktorat Jenderal Cipta Karya | Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia | Hal 3
Tidak adanya atau belum adanya strategi khusus pembangunan aspek permukiman
dan infrastruktur perkotaan
Pola pikir dari aparat kota yang bersangkutan terhadap TUPOKSI sektornya masingmasing tidak terkoordinasi dengan sektor lainnya.
Berdasarkan pada berbagai persoalan pembangunan tersebut, pada dasarnya suatu kota
dalam mengembangkan permukiman dan infrastruktur perkotaan, memiliki kebutuhan
setidaknya meliputi tiga hal sebagai berikut:
1. Dalam pembangunan kota dan kawasan perkotaan memerlukan adanya payung kebijakan
yang jelas, yang menjembatani perencanaan pembangunan dan penataan ruang.
2. Dalam pembangunan kota dan kawasan perkotaan memerlukan arahan pengembangan
kota dan sektoral yang didasarkan pada kebutuhan kota.
Acuan bagi penentu kebijakan (policy makers) dan pengambil keputusan (decision
makers) dalam menetapkan program dan kegiatan prioritas dan cara pencapaiannya,
yang dapat membantu Pemerintah Daerah untuk lebih fokus mengoptimalkan
pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.
Acuan bagi perencana program dan kegiatan dalam mensinergikan dan mengintegrasikan
sektor permukiman dan infrastruktur perkotaan dengan sektor pembangunan lainnya,
baik sektor strategis, sektor unggulan maupun sektor penunjang kedalam program
pembangunan tahunan.
3.3.
Kawasan permukiman prioritas adalah kawasan permukiman yang disepakati oleh pihak
daerah sebagai kawasan yang memiliki nilai strategis dalam konteks pembangunan kota, dan
merupakan prioritas dalam pembangunan dan pengembangannya.
Penentuan dan pengesahan kawasan permukiman prioritas ini menjadi kewenangan
POKJANIS kota Martapura, melalui beberapa pertimbangan terutama aspek legal formal
berupa RTRW, RDTR Kota, RP4D, dan Peraturan-peraturan Daerah yang menjadi referensi
Kekumuhan
Air Bersih
Drainase
Sanitasi
Persampahan
Penanganan terhadap kawasan permukiman prioritas ini, dalam konteks pembangunan perlu
diwadahi dalam suatu Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP).
Dalam pelaksanaannya RPKPP disusun berdasarkan pada prioritas strategis pengembangan
kota, dan perlu mengacu pada Strategi Pengembangan Kota (SPK), Startegi Pengembangan
Kawasan
KPP
Keterangan
Kawasan Permukiman
Kumuh Murung Kenanga
1
2
Kawasan Permukiman
Kumuh Murung Keraton Jawa
Kawasan Permukiman
Kumuh Antasan Senor Hilir
Kawasan Permukiman
Tanjung Rema
Kawasan Permukiman
Tanjung Rema Darat
Kawasan Permukiman
Cagar Budaya Teluk Selong
Ulu
Kawasan Permukiman
Agropolitan Keramat
Permukiman
pendukung
agropolitan dan rawan banjir
Kawasan Permukiman
Kampung Pegawai Indera
Sari
Meskipun memiliki selirih skor yang tipis, Kawasan Prioritas Murung Keraton-Jawa memiliki
faktor pemberat yakni berada di pusat kota kabupaten dan dekat dengan perkantoran
kabupaten.
Kriteria dan Indikator Penetapan Kawasan Prioritas berdasarkan penilaian yang telah
dilakukan, penetapan kawasan prioritas telah disepakati juga dalam FGD 2 SPPIP tahun 2010.
Adapun Kawasan prioritas tersebut adalah:
Kecamatan Martapura Kota sebagai
Kabupaten/Pusat Pemerintahan
Kecamatan Martapura Timur sebagai
Agropolitan
Kecamatan Martapura Barat sebagai Daerah Minapolitan
Sedangkan dari hasil kesepakatan dengan POKJANIS, terpilih Kecamatan Martapura Kota
sebagai daerah permukiman disekitar pusat perkantoran kabupaten dengan Kelurahan
Murung Keraton dan Jawa (KPP 1) Untuk detailnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Tabel 3. 2. Pembagian Sub Kawasan KPP 1
KPP 1
Sub
RT
Luas
Kawasan
Kawasan
Murung
Keraton
A
01, 02, 03, 04, 12,4 Ha
Jawa
05, 06, 07,
08, 09
B
010, 011
14,9 Ha
C
8, 17 Ha
Murung Kenanga
D
001 s.d 006
210 Ha
Sumber: Penyusun, 2013
3.4.
Penanganan terhadap kawasan permukiman prioritas ini, dalam konteks pembangunan perlu
diwadahi dalam suatu Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP).
Dalam pelaksanaannya RPKPP disusun berdasarkan pada prioritas strategis pengembangan
Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)
Direktorat Jenderal Cipta Karya | Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia | Hal 8
Hasil dari perumusan konsepsi penanganan kawasan selanjutnya akan diturunkan kedalam
rencana strategis penanganan kawasan yang dilakukan setelah kegiatan ini.
3.5.
FGD 2 ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kesepakatan dari semua stakeholder
mengenai konsepsi, strategi, dan program untuk penanganan dan pembangunan
permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas terpilih.
3.6.
POKJANIS;
Akademisi;
Tokoh masyarakat.
LSM/NGO.
e. Penyimpulan Diskusi
Disepakatinya konsepsi, strategi, dan program untuk penanganan dan pembangunan
permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas terpilih oleh peserta
FGD 2.
Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)
Direktorat Jenderal Cipta Karya | Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia | Hal
10
3.7.
Dari pelaksanaan FGD 2 RPKPP Kota Martapura, telah disepakati kegiatan yang merupakan
prioritas utama akan dilaksanakan, dengan detail sesuai dengan format tabel rencana aksi
program yang memang sudah disepakati.
Hasil dari diskusi terarah ini selanjutnya akan dipergunakan sebagai bahan dalam penyusunan
rencana aksi program penanganan dan pembangunan permukiman berbasis kawasan, dan
pendekatan perencanaan partisipatif dalam bentuk Community Action Plan (CAP) pada
kawasan prioritas.
3.8.
Dengan adanya perluasan kajian wilayah yang mencakup KPP 2 yakni kawasan
permukiman Murung Kenanga, maka pada FGD 3 dilakukan pengembangan konsep
pembangunan kawasan dan rencana penanganan kawasan. Beberapa langkah yang
diatur sebagai berikut ;
1. Menerjemahkan konsep penanganan ke dalam rencana penanganan;
2. Melakukan pengecekan lapangan terkait dengan rencana penanganan;
3. Menyelenggarakan Pra - FGD 3 untuk menyusun rencana penanganan
pembangunan kawasan pembangunan tahap 1; dan
4. Menyelenggarakan FGD 3 untuk pembahasan dan penyepakatan rencana
penanganan kawasan pengembangan tahap 1 ;
3.9.
Tujuan FGD 3
Adapun tujuan dari FGD 3 adalah untuk mendapatkan rencana penanganan kawasan
pembangunan tahap 1.
Hasil FGD 3
BAB 4
Abstrak
4.1. Umum
Kajian Mikro Kawasan adalah kajian rinci pada kawasan permukiman prioritas baik yang
sifatnya fisik maupun non fisik. Sifat fisik adalah keadaan atau kondisi fisik keciptakaryaan
seperti jalan lingkungan, drainase, sanitasi, dan persampahan. Sedangkan sifat non fisik
lebih kepada kemampuan dan kesadaran pemangku-kepentingan di dalam kawasan
permukiman prioritas dan pemangku kepentingan di tingkat pemerintah desa/kelurahan,
kecamatan, kota/kabupaten, provinsi dan direktorat jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum. Kajian mikro ini didasarkan pada hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan pada kawasan permukiman prioritas. Dalam langkah ini konsultan akan
mengidentifikasi karakteristik pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan
pada kawasan permukiman prioritas RPKPP.
Untuk jaringan drainase, karena kelandaian KPP 1 Murung Keraton Jawa yang berada
pada level 0-1 mdpl bahkan sering terjadi banjir pada saat hujan dan atau saat naiknya
muka air sungai Martapura, kondisi jaringan drainase belum terbentuk secara baik
bahkan perlu dilakukan penataan dengan baik. Jaringan drainase utama sudah ada,
namun jaringan drainase sekunder dan tersier tidak terbentuk dengan baik. Kondisi
rumah yang berada di atas air sungai membuat KPP 1 Murung Keraton Jawa belum
maksimal dalam perencanaan dan pembangunan drainasenya.
Karakteristik sosial, kekerabatan antar tetangga di kawasan ini cukup erat. Hal ini
ditunjang oleh letak rumah yang berdekatan. Selain itu karakteristik penduduk yang
relatif homogen membuat hubungan sosial warga lebih erat.
Karakter ekonomi, sebagian penduduk Kel. Murung Keraton Jawa tergolong rendah.
Data, survei dan wawancara menunjukkan sebagian usia produktif bekerja sebagai
pedagang dipasar utama (terdekat).
Karakter budaya, seperti telah dijelaskan bahwa penduduk Kel. Murung Keraton dan
Jawasa adalah sebagian adalah penduduk asli dari suku yang sama yaitu Banjar. Hal ini
terekam pula dari gaya berbicara, dialek dan bahasa yang digunakan sehari-hari. Dapat
Persampahan
Jalan Lingkungan
Drainase
Administrasi:
Luas Desa/Kelurahan :
Jumlah rumah tangga
Jumlah Penduduk
Kepadatan penduduk (per
km2)
Kondisi factual lingkungan
Air bersih
Dampak kumuh
Sumber: Penyusun, 2013
jaringan
pada
setiap
tingkat
dibagi
antara
penyaluran
dan
peresapan/penampungan.
2.
3.
sehingga
menyadarkan
membutuhkan
masyarakat
lingkungan
langkah-langkah
agar
selalu
persuasif
menjaga
untuk
kebersihan
lingkungan.
3.
Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka dibutuhkan skenario pengembangan jaringan
drainase. Secara umum dapat dilihat dalam skema pada Gambar dibawah:
(3)
Gambar 4. 11. Skema Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih/Air Minum Kawasan
Sumber: Penyusun, 2013
Sistem penyediaan air bersih dalam KPP masih belum dikelola dalam sebuah sistem.
Masyarakat memanfaatkan air tanah sebagai sumber air bersih, dimana pemanfaatannya
dikelola masing-masing rumah tangga. Kebutuhan penyediaan air bersih, dalam KPP ini,
dilihat dari aspek fisik dan non fisik:
A. Aspek fisik:
1. Layanan PDAM belum SELURHNYA mencapai kawasan ini. Pemenuhan kebutuhan
air bersih didapat dari air tanah yang diusahakan oleh masing-masing rumah
tangga dan secara komunal (plus bantuan PNPM) terus dilakukan. Kebutuhan
sistem suplai air bersih yang baik dan berkelanjutan sangat dibutuhkan warga.
penyediaan
air
bersih
komunal
harus
diikuti/secara
bersamaan
b. Incenerator
250 kg/jam
c. Vermi Compost
10 m3/hari
a. Incenerator
100 ton/hari
b. Biogas Digester
100 ton/hari
Skala Kota
c. Composting
>50 ton/hari
d. Daur Ulang
>50 ton/hari
Sumber : Pengelolaan Sampah di Permukiman, SNI 3242 : 2008
Kebutuhan sistem persampahan di dalam KPP 1 Murung Keraton Jawa, dapat dilihat dari
aspek fisik dan aspek non fisik, seperti tersebut di bawah ini:
A. Aspek Fisik:
1. Secara umum tingkat pelayanan sampah kota Martapura masih rendah, hal ini
tampak terjadi kawasan KPP 1 Murung Keraton-Jawa, belum tersedia fasilitas
persampahan yang cukup sesuai volume. Sehingga KPP ini membutuhkan fasilitas
persampahan yang lengkap dan terintegrasi dengan sistem kota Martapura.
2. Fasilitas persampahan belum ada, sehingga masyarakat melakukan pembuangan
sampah sembarangan tanpa memperdulikan kualitas lingkungan. Hal ini juga
terlihat keengganan dan ketidakmampuan pemerintah kota Martapura dalam
berinovasi mencari berbagai alternative solusi system pengelolaan persampahan
di kawasan rawan banjir yang berada di tepi sungai Martapura.
3. Sampah yang menumpuk di sudut-sudut kaveling, jika tidak diolah akan memberi
dampak yang tidak sehat, sehingga kualitas udara menurun. Air tanah pun dapat
terganggu kualitasnya jika cairan hasil sampah terserap ke bawah tanah. Kawasan
ini membutuhkan perbaikan fasilitas persampahan sehingga dampak negatif
sampah terhadap kualitas air bersih dapat dihindari.
Gambar 4. 17. Diagram Kebiasaan BAB Di Daerah Sulit yang Perlu Diputus
Sumber : World Bank, Water and Sanitation Program (WSP).
Berdasarkan hasil kajian tersebut, melihat kesesuaian kondisi di kawasan prioritas ini
beberapa aplikasi yang dapat digunakan adalah;
1. Anaerobic Baffled Reactor, Anaerobic baffled reactor (ABR) dapat dikatakan
sebagai
pengembangan
tangki
septik
konvensional.
ABR
terdiri
dari
kompartemen pengendap yang diikuti oleh beberapa reaktor baffle. Baffle ini
digunakan untuk mengarahkan aliran air ke atas (upflow) melalui beberapa seri
reactor selimut lumpur (i). Konfigurasi ini memberikan waktu kontak yang lebih
lama antara biomasa anaerobic dengan air limbah sehingga akan meningkatkan
kinerja pengolahan. Dari setiap kompartemen tersebut akan dihasilkan gas.
Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal yang akan
memaksa air limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Pada ABR ini
Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)
Direktorat Jenderal Cipta Karya | Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia | Hal
28
material
hidup
untuk
menangkap
dan
secara
biologis
Gambar 4. 18. Aplikasi Tipe Jamban dan Sistem Pengolahan Berdasarkan Tantangan
Lingkungan Fisik di Daerah Sulit
Sumber :World Bank, Water and Sanitation Program (WSP).
No
Program
Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
Pengembangan permukiman;
1. Pengembangan dan peningkatan jalan dan
drainase
2. Pengembalian fungsi drainase primer dan
sekunder
3. Pengembangan hunian vertikal (rumah
susun)
Pengembangan
Permukiman
RUSUN
MARTAPURA
Non
Keciptakaryaan
IPAS
dengan
bantuan
program
pemerintah,
seperti
PAMSIMAS;
5. Pengembangan IPA sd 50 lt/det.
4.4.5. RAP Bidang Non Keciptakaryaan
Berdasarkan hasil dari diskusi terarah dan panduan dari POKJANIS, teridentifikasi
beberapa program non keciptakaryaan yang strategis dalam penanganan kawasan
sebagai berikut :
1. Pengendalian banjir melalui pembangunan tanggul;
2. Revitalisasi jembatan gantung;
3. Pembangunan jembatan dan dermaga.
4.5.
Tema pengembangan kawasan pada kawasan terpilih yakni KPP 1 dan KPP 2 sebagai
berikut :
1. Tema kawasan ibadah yang nyaman;
2. Tema pusat pasar tradisional yang bersih, kering, nyaman, terpadu dengan
pusat mitigasi bencana sebagai pusat evakuasi;
3. Tema pusat perdagangan permata dunia;
4. Tema waterfront area menempatkan sungai (bayu) sebagai muka halaman dan
pengembangan wisata kuliner;
5. Tema pengembangan rumah panggung yang aman, nyaman, teratur dan asri;
6. Tema pengembangan lingkungan hunian vertical atau rumah susun.
4.6.
Berdasarkan hasil diskusi terarah hingga pada tahap ketiga (3) didapati beberapa
kebutuhan penanganan kawasan mencakup pengembalian fungsi sempadan sungai,
pembersihan sampah, perbaikan saluran air kawasan (drainase), pengembangan air
minum/bersih, pengelolaan persampahan, dan perbaikan rumah.
Tabel 4. 6. Kebutuhan Penanganan Kawasan
Permasalahan
Dampak
Lokasi
Kebutuhan
Penanganan
Pengembalian Fungsi
sungai dan
pembersihan sampah
Konflik Tanah
Seluruh Kawasan
Banjir pasang
Sepanjang sungai
Pengembalian Fungsi
sungai dan
pembersihan sampah
Drainase tersumbat
Banjir
Hampir Seluruh
Kawasan
Perbaikan saluran
drainase
Minimnya
sambungan rumah
PDAM
Terbatasnya
pasokan air bersih
Penanganan sampah
yang tidak tuntas
Menumpuknya
sampah
Hampir Seluruh
Kawasan
Kualitas bangunan
yang buruk
Murung Kenanga
dan Murung
Keraton - Jawa
Pengelolaan dan
penambahan tempat
sampah
Penataan dan
pengendalian
10
11
12
4.8.
Sebagai tindaklanjut dari kebijakan, strategi dan rencana aksi pogram tersebut maka
disusunlah rencana makro penanganan kawasan berdasarkan sub kawasan penanganan,
sebagai berikut :
1. Rencana Makro Penanganan Sub Kawasan A :
a)
Penanganan Banjir
b)
c)
d)
Penanganan drainase
e)
f)
b)
Penanganan drainase
c)
d)
Penanganan banjir
b)
Penanganan drainase
c)
d)
Penanganan banjir
b)
Penanganan drainase
c)
d)
e)
f)
g)
BAB 5
PERUMUSAN RENCANA
PENANGANAN KAWASAN
PEMBANGUNAN TAHAP I
TAHUN I
Abstrak
5. Melakukan penyusunan Rencana Detail Desain (RED) untuk pelaksanaan tahun pertama
di dalam kawasan pengembangan tahap 1 yang meliputi infrastruktur bidang cipta karya.
Rencana detail desain tersebut juga disajikan dalam bentuk 3 dimensi;
6. Mengikuti kegiatan kolokium yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat melalui
Direktorat Pengembangn Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum untuk memberikan pemaparan dan pembahasan capaian kegiatan
penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP); dan
Sub
Kawasan/Blok
Kriteria/Indikator
A
Historical kawasan
Berpotensi untuk menjadi pilot project dalam skala kawasan dan kota
26
17
10
31
Total Skor
Sumber : Penyusun, 2013
Sub
Kawasan/Blok
Kriteria Prioritas
Prioritas utama yang langsung dirasakan oleh masyarakat
setempat
4. Program Persampahan
5. Program MCK/Sanitasi
6. Program RTH
24
18
12
22
Total Skor
Sumber : Penyusun, 2013
Selain itu berdasarkan berdasarkan analisis kriteria dan indikator komponen terhadap
keseluruhan program keciptakaryaan yang berada pada sub kawasan terpilih juga dimiliki
oleh Sub Kawasan A dan D.
Kriteria
Komponen
Sub
Sub
KPP
KPP A
D
Jalan
dan
Drainase
Persam
pahan
MCK/
Limbah
Air
Bersih
RTH
Fas.
PBK
Komponen yang
dibangun
memberi dampak
nyata terhadap
perbaikan
lingkungan
FGD 2
FGD
3
Komponen yang
dibangun terlihat
secara visual
(konstruksi)
untuk memberi
dorongan moril
bahwa penataan
lingkungan
berdampak
positif
FGD 2
FGD
3
Komponen yang
dibangun mudah
dilaksanakan
pembangunannya
dan tidak berada
dalam
tanah/lahan yang
disengketakan
FGD 2
FGD
3
Komponen yang
dibangun dapat
tercukupi oleh
pembiayaan yang
telah disediakan
FGD 2
FGD
3
2.
3.
Tanah terkontaminasi oleh sampah plastik dan pada saat musim hujan
terjadi genangan sampah
b) Sanitasi
1.
2.
3.
Pembuangan air limbah cair (cuci dan mandi) dari rumah langsung ke
tanah.
c) Air Bersih
1.
Tidak ada masalah dalam penyediaan air bersih karena sudah mendapat
bantuan dari PNPM dan Swadaya Masyarakat berupa Sumur Bor.
2.
Jaringan perpipaan dari Tanki air Sumur Bor tidak teratur mengikuti pola
jalan lingkungan.
d) Jalan lingkungan
1.
Jalan Lingkungan dengan lebar 6 meter hanya ada 1 ruas untuk masuk ke
dalam Sub Kawasan.
2.
Gang/Jalan antar bangunan masih berupa titian kayu dan atau beton
dengan lebar 1-2 m.
3.
e) Drainase/Banjir
1.
Terjadi setiap naiknya muka air sungai dan musim hujan. Dimana pada RT
001 s/d 003 mencapai 150 cm.
2.
2.
3.
Tanah terkontaminasi oleh sampah plastik dan pada saat musim hujan
terjadi genangan sampah
2. Sanitasi
1.
2.
3.
Pembuangan air limbah cair (cuci dan mandi) dari rumah langsung ke
tanah.
3. Air Bersih
1.
2.
Untuk mandi, cuci dan kakus masih menggunakan air sungai Martapura.
3.
4. Jalan Lingkungan
1.
2.
5. Drainase/Banjir
1.
2.
3.
Penanganan banjir
2.
3.
4.
5.
swasta
(mandiri)
PBK
(Penanggulangan
Bencana
Kebakaran).
Sedangkan pada sub kawasan prioritas D di KPP 2 Murung Kenangan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
No
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN;
1.1
1.2
II
III
IV
2014
2015
2016
2017
2018
Lokasi
KPP 2
KPP 2
KPP 2
KPP 2
1.4
KPP 1
&2
KPP 1
& KPP
2
KPP 1
KPP 1
KPP 1
&2
No Program
(1)
Kegiatan
(2)
(3)
KPP 2
KPP 1
dan KPP
2
KPP 1
dan KPP
2
(14)
Instansi Sumber
Terkait
Dana
(15)
PU (CK),
Kemenper
a, Pemda
PU (CK),
Kemenper
a, Pemda
PU (CK),
Kemenper
a, Pemda
PU (CK),
Kemenper
a, Pemda
(16)
APBD,
APBN
3,000
3,000 Kemenpera
3 ha 1
0,5
15.000 Kemenpera
1,000
1,000 Kemenpera
1,000
PU (CK),
1,000 Kemenpera Kemenper APBN
a, Pemda
Instansi
Pelaksana
APBD,
APBN
APBN
APBN
N
o
(1)
Program
(2)
Pengembanga
n Permukiman
Kegiatan
(3)
Peningkatan
Jalan dan
Draenase di
Murung Kenanga
DED Drainase
primer dan
sekunder
Normalisasi
fungsi drainase
Pembuatan jalan
Baru dan
Drainase
Pembuatan jalan
Baru dan
Drainase
Pembuatan jalan
Baru Pondasi
dan Drainase
Lokas
i
20
Kegia
14
tan
(4)
(5)
Tahun
Nilai (X juta)
201 201
5
6
20
17
201
8
(6)
(8)
(9)
(7)
Volume
(10) (11)
Total
(13)
Instansi
Terkait
Sumber
Dana
(14)
(15)
(16)
CK
APBD,
Masyarakat
KPP 1
800 -
1,471
Ciptakary
a
KPP 1
KPP 1
KPP 2
KPP 2
756
1
3
1
P
435
m P
700
m P
210
m
160
-
3.5
KPP 2
Pembuatan jalan
Baru Pondasi
Sat
(12)
Instansi
Pelaksana
KPP 2
1,000
773
755
1,200
Ciptakary
a
Ciptakary
a
Ciptakary
a
Ciptakary
a
CK
APBD,
Masyarakat
APBD,
Masyarakat
CK
APBD,
Masyarakat
CK
APBD,
Masyarakat
CK
437
337
Ciptakary
a
Ciptakary
a
CK
CK
APBD,
Masyarakat
APBD,
Masyarakat
N
o
(1)
Program
(2)
Kegiatan
(3)
dan Drainase
Pembuatan jalan
Baru Pondasi
dan Drainase
Pembuatan jalan
Baru dan
Drainase
Peningkatan
jalan (Aspal)
lingkungan dan
Drainase
Lokas
i
20
Kegia
14
tan
(4)
(5)
KPP 2
KPP 2
KPP 1
Tahun
Nilai (X juta)
201 201
5
6
20
17
201
8
(6)
(8)
(9)
(7)
Volume
(10) (11)
3.5
3.5
Sat
(12)
Total
(13)
Instansi
Terkait
Sumber
Dana
(14)
(15)
(16)
CK
APBD,
Masyarakat
Ciptakary
a
CK
APBD,
Masyarakat
Ciptakary
a
CK
APBD,
Masyarakat
26
71
-
Ciptakary
a
110
707
-
3.7
Instansi
Pelaksana
240
374
-
dan
pelebaran
jalan
sehingga
dapat
mempermudah
akses
No
2.1
2.2
II
III
IV
2014
2015
2016
2017
2018
Lokasi
KPP 1 &
KPP 2
KPP 2
KPP 1 &
KPP 2
KPP 1 &
KPP 2
KPP 2
KPP 1 &
KPP 2
No Program
(1)
(2)
Kegiatan
(3)
1 PBL
Konsolidasi Lahan
2 PBL
3 PBL
Kenanga dan
Murung
Keraton
Murung
Keraton:
Pos
Belakang
Masjid
(6)
(7)
12 3x4 m 0.15
2,5x3
m
19
Pos Belpas
1 3x4 m
Pos Omega
Pos Swadaya
1 3x4 m
Pos Barakat
1 4x4 m
Pos Baital
Ham
1 3x4 m
Pos PBK 2
1 3x4 m
(8)
1.8
19
27
27
2,5x3
m
19
19
27
27
49
49
2,5x3
m
19
19
27
27
27
27
Instansi
Pelaksana
Instansi
Sumber Dana
Terkait
(9)
(10)
PEMDA
PEMDA
PEMDA
BKM /
LKM
APBD dan
Masyarakat
BKM /
LKM
BKM /
LKM
BKM /
LKM
BKM /
LKM
BKM /
LKM
BKM /
LKM
BKM /
LKM
APBD dan
Masyarakat
APBD dan
Masyarakat
APBD dan
Masyarakat
APBD dan
Masyarakat
APBD dan
Masyarakat
APBD dan
Masyarakat
APBD dan
Masyarakat
PEMDA
PEMDA
PEMDA
PEMDA
PEMDA
PEMDA
PEMDA
(11)
Lokasi,
RT/RW
Eksisting
Jumlah
Status Tanah
Milik Pemerintah
Milik Pemerintah
Milik Pemerintah
Milik Pemerintah
Milik Pemerintah
Milik Pemerintah
Milik Pemerintah
Milik Pribadi
MCK Apung
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
01/03
02/03
03/03
04/03
05/03
06/03
07/03
08/03
5
4
4
2
2
1
3
7
9.
09
Jumlah
28
Milik Pribadi
Milik Pribadi
Milik Pribadi
No
Program
(1)
(2)
Penyehatan
1 Lingkungan
Permukiman
KPP 1 &
KPP 2
Penyiapan
Lahan/Konsolidasi
Lahan
KPP 1 &
KPP 2
20
100 2,025
Pembangunan Fisik
MCK
KPP 1 &
KPP 2
20
100 2,025
10
10
10
10
Pelembagaan
pengurus/pengelola
unit MCK Komunal
Peningkatan kualitas
dan kapasitas MCK
komunal
KPP 1 dan
KPP 2
KPP 1 dan
KPP 2
100
100
Cipta
Karya,
LKM
Cipta
Karya,
LKM
Cipta
Karya,
LKM
Cipta
Karya,
LKM
Cipta
Karya,
LKM
Sumber
Dana
(16)
CK
APBD,
Masyarakat
CK
APBD,
Masyarakat
CK
APBD,
Masyarakat
CK
APBD,
Masyarakat
CK
APBD,
Masyarakat
Pengumpulan,
2.
Pemilahan,
3.
Penggunaan ulang,
4.
5.
Pengolahan
Persyaratan TPS 3 R
1.
2.
3.
pelayanan
5.
rumah
3.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
Pencucian
6.
7.
Pemilahan sampah
8.
Pembuatan kompos
9.
PERHITUNGAN
Kelurahan Murung Keraton, Murung Kenanga dan sebagian Kelurahan Jawa
Kelurahan Murung keraton:
Luas
Jumlah Penduduk
= 0,35 Km2
= 4.199 jiwa
= 0,28 Km2
= 2.932 Jiwa
= 0,14 Km2
= 1.000 jiwa
lebih kurang
penduduk sekitar 8.000 jiwa atau 1.600 kk. Bila diasumsikan per jiwa menghasilkan
membutuhkan TPST seluas : 8.00 1.000 m2. Luas ini bisa diperkecil bila pemilahan
sampah sudah dilakukan sejak dari rumah masing- masing.
Ada beberapa pilihan untuk mengoptimalkan pelayanan pengelolaan sampah di tiga
KPP, yaitu:
1.
2.
3.
Program
Kegiatan
(1)
(2)
(3)
Pendataan dan
Sosialisasi
Waktu
Nilai (x Juta)
Lokasi
Kegiatan 2014 2015 2016 2017 2018 Volume Satuan Total
(4)
(5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
(13)
KPP 1
dan KPP
2
KPP 1
dan KPP
1 320
2
KPP 1
Pengadaan Gerobak
dan KPP
1
5
sampah
2
KPP 1
Pengadaan Sepeda roda
dan KPP
1
2
3
2
Konsolidasi
Lahan/Pembebasan
KPP 1
100 1
dermaga
DED & pembuatan
KPP 1
1
1
dermaga
Penyehatan
Pengadaan Bin/ Tong
1 Lingkungan
Sampah
Permukiman
Pengadaan Perahu
KPP 1
Pengadan Amrol
KPP 1
dan
KPP9
Instansi
Pelaksana
(14)
Instansi
Terkait
(15)
Sumber
Dana
(16)
50
50
CK,
CK, Dinas APBD,
Masyarakat Kebersihan CSR
CK,
CK, Dinas APBD,
Masyarakat Kebersihan CSR
CK,
CK, Dinas APBD,
Masyarakat Kebersihan CSR
12
24
CK,
CK, Dinas APBD,
Masyarakat Kebersihan CSR
100
CK,
CK, Dinas APBD,
Masyarakat Kebersihan CSR
50
50
15
15
230
230
CK,
Masyarakat
CK,
Masyarakat
CK,
CK, Dinas APBD,
Masyarakat Kebersihan CSR
No
Program
(1)
(2)
Waktu
Nilai (x Juta)
Lokasi
Instansi
Kegiatan 2014 2015 2016 2017 2018 Volume Satuan Total Pelaksana
(3)
(4)
(5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
(13)
(14)
KPP 1
Konsolidasi/Pembebasan
CK,
dan
200 1
1
200
Lahan TPST 3R
Masyarakat
KPP10
CK,
DED TPST 3R
KPP 2
1
1
50
50
Masyarakat
KPP 1
Pembentukan,Pelatihan
CK,
dan
1
1
1
1
KSM
Masyarakat
KPP12
CK,
Pembangunan TPST 3R
KPP 2
1
1
200
200
Masyarakat
KPP 1
Peningkatan dan
CK,
dan
penggantian sarana
Masyarakat
KPP14
Kegiatan
Instansi
Terkait
(15)
Sumber
Dana
(16)
No
3.1
3.2
II
III
IV
2014
2015
2016
2017
2018
Lokasi
KPP 1 &
2
KPP 1 &
KPP 2
KPP 1
KPP 2
KPP 1 &
KPP 2
Pengelolaan Persampahan
- Pendataan dan Sosialisasi
- DED TPST 3R
KPP 1 &
KPP 2
- Pengadaan/Pembangunan 2
Tong Sampah/ 5 KK. Total 336
Tong Sampah di KPP 1 dan Total
339 Tong Sampah di KPP 2,
Gerobak Sampah, Sepeda Motor
KPP 1 &
KPP 2
KPP 1 &
KPP 2
- Pembentukan LKM
Persampahan Unit Retribusi
KPP 1 &
KPP 2
KPP 1 &
KPP 2
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan
Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum menyatakan
bahwa Standar Kebutuhan Pokok Air Minum adalah sebesar 10 meter kubik/kepala
keluarga/bulan atau 60 Liter/orang/hari.
Nama
Pelayanan
Wilayah
7.368 jiwa
Kebutuhan air
90 Liter/orang/hari
Kapasitas
air
dibutuhkan
Lama Pelayanan
12 Jam
Waktu Pelayanan
Kapasitas
bersih/minum
dibutuhkan
air
yang
15,4 Liter/Detik
(663.120 Liter : 12 jam= 55.260 Liter/jam: 60 Menit = 921
Liter/Menit : 60 detik = 15,4 Liter/detik dibulatkan menjadi
16 Liter/detik).
yang
1. Murung Kenanga
2. Murung Keraton
3. Kelurahan jawa
Proses Pengolahan air sesuai standar SNI yang telah ditetapkan akan terdiri atas
beberapa tahapan, yakni :
1. INTAKE: adalah bangunan /pompa untuk mengambil air dari sungai, danau atau
sumber air permukaan lainnya ke instalasi pengolahan.
2. PRA SEDIMENTASI: adalah bangunan yang difungsikan sebagi pengendapan
secara alami tanpa penggunaan bahan kimia.
3. KOAGULASI: adalah suatu proses dimana zat kimia seperti garam Fe dan Al,
ditambahkan ke dalam air untuk merubah bentuk zat-zat kotoran.
No
4.1
II
III
IV
2014
2015
2016
2017
2018
Lokasi
KPP 1 &
KPP 2
- Pembelian/Konsolidasi Lahan
Untuk Lokasi IPA 2500 m2
KPP 2
KPP 2
KPP 2
KPP 2
No
II
III
IV
2014
2015
2016
2017
2018
Lokasi
KPP 1 &
KPP 2
No
Program
Kegiatan
(1)
(2)
(3)
Pembelian
Pengembangan Lahan
Untuk
Air Minum
Lokasi IPA
KPP 2
Penataan dan
pemagaran
lahan IPA
KPP 2
Pembangunan
IPA (Air Minum)
Kapasitas
20
L/detik
KPP 2
Pembelian Pipa
Primer Ukuran
4 inchi
KPP 2
Pembelian Pipa
Sekunder
ukuran 2 inchi KPP 2
Pembelian
Kran,
Valve,
Socket,
Tee,
Branch, Elbow,
Lem
Pemasangan
Pipa
Primer KPP 1 dan
dan
Pipa KPP 2
(16)
375
APBN/APBD/CSR
10
APBN/APBD/CSR
10
APBN/APBD/CSR
2257
(m) 1
APBN/APBD/CSR
APBN/APBD/CSR
APBN/APBD/CSR
375
Sumber Dana
0.19
107
3420
(m) 1
0.055 44
Pkt 1
20
20
Pkt 1
50
50
No
Program
(1)
(2)
Kegiatan
Waktu
Nilai (x Juta)
Lokasi
Instansi Instansi
Kegiatan 2014 2015 2016 2017 2018 Volume Satuan Total Pelaksana Terkait
(4)
(5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
(14)
(15)
(3)
Sekunder
Pembelian Pipa
Primer Ukuran KPP 1 dan
4 inchi
KPP 2
Pembelian Pipa
Sekunder
KPP 1 dan
ukuran 2 inchi KPP 2
Pemasangan
Pipa
Primer
dan
Pipa KPP 1 dan
Sekunder
KPP 2
Booster Pump
1100 Watt
KPP 2
Total
2524 1
0.19
0.05
189
APBN/APBD/CSR
67
APBN/APBD/CSR
(16)
5292 1
Sumber Dana
60
60
15
APBN/APBD/CSR
APBN/APBD/CSR
3,937
No
II
III
IV
2014
2015
2016
2017
2018
Lokasi
Pengendalian Banjir
5.1
5.2
5.3
Penyusunan DED
KPP 1
KPP 1
Konsolidasi lahan
KPP 1
KPP 1
KPP 1
KPP 2
KPP 2
Konsolidasi lahan
KPP 2
KPP 2
KPP 2
KPP 2
KPP 2
KPP 1
KPP 1
memperhatikan
karakteristik
kawasan,
beberapa
desain
yang
dapat
Keterangan
Luas Kawasan Prioritas (KPP) (ha)
Jumlah
35,5
No
Keterangan
Jumlah
12,4
8811
2877
50
440.550
17622
5754
1.
2.
3.
Sumur Gali
4.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keterangan
Skala komunal
Asumsi kebutuhan 30 -60 liter /
orang / hari
Waktu pengambilan 8 12 jam /
hari
Direncanakan melayani 40 KK
Skala komunal
Asumsi kebutuhan 30 -60 liter /
orang / hari
Direncanakan melayani s.d 5 KK
Skala komunal
Asumsi kebutuhan 30 -60 liter /
orang / hari
Direncanakan melayani s.d 5 KK
Skala komunal
Waktu operasional 6 8 jam
Kapasitas Optimum 0,25 lt/det
Asumsi kebutuhan 30 -60 liter /
orang / hari
Direncanakan melayani 20 s.d
30 KK
Skala komunal
Asumsi kebutuhan 30 -60 liter /
orang / hari
Direncanakan melayani 20 s.d
30 KK
Skala komunal
Asumsi kebutuhan 30 -60 liter /
orang / hari
Direncanakan melayani 1 KK
Skala komunal
Asumsi kebutuhan 30 -60 liter /
orang / hari
Direncanakan melayani s.d 5 KK
Skala komunal
Asumsi kebutuhan 30 -60 liter /
orang / hari
Direncanakan melayani 1 KK
Cakupan pelayanan 60 100%
jumlah penduduk
Jarak minimum penempatan
200 m
Factor kehilangan air 20% dari
10
Intake
11.
11
12
Bak Pengumpul
Saringan Pasir Lambat
12.
13.
14.
15.
16.
Keterangan
total kebutuhan
Faktor hari maksimum 1,1
Faktor jam puncak 1,2
Periode desain 5 10 tahun
Koefisien kekasaran pipa 110 120
Kecepatan aliran (v) = 0,3 2
m/det
Waktu detensi 5 15 menit
Surface loading/kecepatan
filtrasi = 0,1 0,3 m3/m2. Jam
Tinggi air = 0,7 1 m
Tinggi media = 0,7 1 m
Efective size (ES) = 0,15 -0,35
mm
pengamanan
pompa
sekurang-kurangnya
Sumber : SNI 19-2454-2002 Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan
Sumber : Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan, Ditjen Cipta Karya, 1998
Bab 6 Penutup
Bab 6 Penutup
Demikianlah laporan draf akhir Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas
(RPKPP) Kota Martapura, Kalimantan Selatan ini disampaikan. Penyempurnaan berupa
dokumen utama dan dokumen pelengkap lainnya akan disampaikan pada tahap
pelaporan akhir. Masukan dan saran dari pemberi pekerjaan, pemangku kepentingan di
Martapura