Impending Eklampsia Pada Kehamilan
Impending Eklampsia Pada Kehamilan
PENDAHULUAN
4,5,6
dalam
pada
keadaan
wanita
normal
yang
atau
sebulmnya
memperburuk
telah
menderita
Oleh
permasalahan
karenanya
ilmu
kelainan
kebidanan
ini
terpenting
masih
yang
menjadi
belum
terpecahkan.
DEFENISI1,2
Preeklampsia ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan /
atau edema akibat dari kehamilan, setelah umur kehamilan 20
minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul
sebelum
usia
kehamilan
20
minggu
bila
terjadi
penyakit
trofoblas.
Hipertensi kronik ialah hipertensi yang menetap oleh sebab
papun yang ditemukan umur kehamilan kuarang dari 20 minggua
atau,
hipertensi
yang
menetap
setelah
minggu
pasca
INSIDENS5,6
Menurut WHO pada tahun 1987 insiden preeklampsia dan
eklampsia berkisar antara 0,5%-38,4%. Di USA sekitar 3 5% dari
seluruh kehamilan. Di RSCM pada tahun 1993-1994 adalah
14,3%. Di RSUD Dr. Pirngadi Medan insiden Pre-eklamsi dan
Eklamsi tahun 1990 adalah 6,94% dan tahun 1991 adalah 6,35%.
ETIOLOGI4,5
Hingga saat ini penyebab preeklampsia masih belum diketahui
secara pasti. Penyakit ini dikenal dengan The Disease of
Theories. Namun meskipun telah banyak teori yang coba
menerangkan sebab musabab peny
Tersebut,
tidak
ada
yang
dapat
memberi
jawaban
yang
trofoblast
makin
besar
kemungkinan
terjadinya
lagi
pada
kehamilan
berikutnya.
Keadaan
ini
antibodies terhadap
yang
tidak
menguntungkan
terhadap
histoinkompalibitas plasenta.
Pada kehamilan berikutnya pembentukan blocking antibodies
lebih
banyak
akibat
respon
imunitas
pada
kehamilan
sebelumnya.
c. Faktor Hormon
Penurunan hormon progesteron menyebabkan penurunan
aldosteron
antagonis,
sehingga
menimbulkan
kenaikan
chesley
dan
Cooper
(1996)
meneliti
bahwa
Diet
yang
kurang
mengandung
asam
lemak
dapat
menyebabkan
loss
angiotensin
FAKTOR PREDISPOSISI2,5
hipertensi
essensial
kronik
dan
DM.
4).
PATOFISIOLOGI4,5
Seperti halnya dengan etiologu, patofisiologi dan preeklampsia
belum diketahui dengan pasti. Beberapa faktor yang mungkin
menyebabkan preeklampsia antara lain :
a. Vasospasme
Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah
yang
mengakibatkan
terjadinya
hipertensi
arterial.
karena
peredaran
darah
dalam
vasa
vasorum
membuatnya
berkontraksi.
Semua
faktor
ini
menimbulkan kebocoran sel antar endotel, sehingga unsurunsur pembentuk darah seperti trombosit dan fibrinogen
tertimbun pada lapisan subendotel. Kerusakan vasikuler
disertai hipoksia jaringan menyebabkan pendarahan nekrosis
dan kelainan organ.
b. Respon Presor yang meningkat
yang
mempunyai
kecenderungan
menderita
angiotensin
II
yang
bersifat
individual
yaitu
Gant
dkk.
berkurangnya
kepekaan
terhadap
angiotensin
II
secara
relatif
aldosteron
meningkat
dan
GAMBARAN KLINIS
1,2,4
2. Pre-Eklamasi Berat
Proteinuria
kualitatif 3+ atau 4+
HELLP Syndrome
LABORATORIUM :
Pada :
Preeklampsia ringan : urine lengkap
Preeklampsia berat / eklampsia :
1) Hb, Ht
2) Trombosit
3)
Fungsi
Hati
4) Fungsi Ginjal
5) Asam urat darah 6) Urine lengkap
DIAGNOSA :
Pada
1,2,4
umumnya
diagnosa
preeklampsia
didasarkan
pada
atau
penyakit
ginjal
tidak
jarang
menimbulkan
dengan
menunjukkan
hipertensi
hipertensi
menahun
menahun
dimana
karena
adanya
pada
adanya
PENANGANAN :
1,2,3,6,7
yaitu aktif
dan konservatif.
kehamilan
segala
pemberian
pengobatan
berarti
kehamilan
Penanganan aktif
diakhiri/diterminasi
medisinal.
tetap
bersamaan
Penanganan
dipertahankan
berarti
dengan
konservatif
bersamaan
dengan
Aktif
1. Indikasi :
a. Ibu :
Kehamilan 37 minggu
Impending eklampsia
Dalam
waktu
dimulainya
kenaikan TD.
atau
setelah
pengobatan
jam
medisinial
sejak
terjadi
b. Janin :
Dosis pemeliharaan
Diberikan 4 gr MgSO4 40% setiap 4 jam bergantian.
g. Kateter menetap
h. Diuretik, hanya diberikan bila ada :
i.
Edema paru
Oedem anasarka
Antihipertensi
Jika tekanan diastolik 110 mmHg, berikan obat anti
hipertensi. Tujuannya untuk mempertahankan diastolik
diantara 90 - 100 mmHg dan
serebral.
j.
Kardiotonika
mencegah pendarahan
3. Pengobatan Obstetrik
Persalinan harus diusahakan segera setelah keadaan
pasien stabil. Penundaan persalinan meningkatkan resiko
ibu dan janin.
3.1. Belum inpartu
Periksa serviks, Bila mana :
3.1.1. Serviks matang, lakukan pemecahan ketuban,
lalu induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
Jika
persalinan
pervaginam
tidak
dapat
diharapkan dalam 12 jam, lakukan seksiosesarea. Demikian halnya jika DJJ 100 kali
/menit atau 180 kali / menit lakukan seksiosesarea.
3.1.2. Serviks belum matang, janin hidup, lakukan
seksio-sesarea.
Jika anastesi untuk seksio-sesarea tidak tersedia
atau jika janin mati atau terlalu kecil maka :
-
Matangkan
serviks
dengan
prostaglandin
SC
Kala II dipercepat, bila syarat partus pervaginam
dipenuhi, dilakukan ekstraksi vakum atau ekstraksi
forcep. Persalinan harus sudah selesai kurang dari 12
jam setelah dilakukan amniotomi dan drip oksitosin.
Tetapi bila dalam 6 jam tidak menunjukkan kemajuan
yang nyata, pertimbangkan SC. Ergometrin tidak
boleh diberika kecuali pada PPH oleh karena atonia
uteri.
-
Konservatif
1. Indikasi :
Kehamilan < 37 minggu tanpa tanda-tanda impending
eklampsia dan janin baik.
2. Pengobatan medisinial :
Sama dengan penglolaan aktif.
SM Regim dihentikan
for
life
dan
sangat
berharga
maka
PROGNOSA1,4,5
Prognosa terhadap ibu maupun janinya tergantung kepada usia
kehamilan dan keadaan ibu pada waktu datang ke RS, kapan dan
dengan cara apa kelahiran terjadi. Angka mortalitas perinatal
meningkat
pada
keadaan
kehamilan
yang
terjadi
dengan
PENCEGAHAN8
Pemerikasaan
antenatal
yang
teratur
dan
teliti
dapat
samping
menyusun
itu
selama
strategi
ini
para
pencegahan
peneliti
umumnya
penyakit
telah
ini
berdasarkan
dan
peningkatan
adanya
vasospasme
sintesa
mengurangi
prostaglandin
kerusakan
dengan
endotel
yang
harapan
dapat
mengakibatkan
rendah
garam,
tinggi
protein,
suplemen
kalsium,
DAFTAR PUSTAKA
Medan
UPF
Ilmu
Kebidanan
dan
Penyakit
A.B,
dkk.
Buku
Panduan
praktis
Pelayanan
Warhani
SD.
Diagnosis
dan
Penanganan
Dini
RPO
: (-)
HPHT : 21 01 - 2002
TTP
: 28 10 - 2002
ANC
: 3 x bidan
G1 P0 Ab0
RIWAYAT KEHAMILAN
Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Sensorium
: CM
Anemia
: (-)
Td
Icterus
: (-)
Nadi
: 82 x/I
Cyanosis
: (-)
RR
: 20 x/I
Dyspnoe
: (-)
: 36,80C
Oedem
: (+)
Status Obtetrikus
Abdomen
: Membesar asimetris
TFU
: 3 jari BPX
Teregang
: Kiri
Terbawah
: Kepala
Gerak Janin
: (+)
His
: (+) 2 x 5 /10
EBW
: 2800 3000
Auskultasi
DJJ
VT
dose
Serviks sakral 1 cm
Eff. 100%, selaput ketuban (+), kepala HI
Panggul kesan Adekuat
ST
LABORATORIUM :
Hb
: 10,8 g%
Ewitt
: +++
DIAGNOSA SEMENTARA :
: IMPENDING EKLAMPSIA + PG + KDR (36
38) mg + LK + AH + INPARTU
PENATALAKSANAAN :
Tirah baring
4 gr 20 % 20 cc (iv)
4 gr 40 % 10 cc boka (im)
4 gr 10 % 10 cc boki (im)
Nifedifin 10 mg
RENCANA :
parietalis
luka
incisi.
digunting
Tampak
ke
arah
uterus
atas
gravid
dan
bawah
sesuai
usia
kehamilan
(aterm).
Dilakukan
identifikasi
SBR
dan
kedua
lapisan
subendometrium.
Lapisan
subendometrium
pusat secara
terkendali
perdarahan
(-).
Cavum
abdomen
ditutup
dengan
kasa
berbetadine.
Liang
vagina
Ceftriaxon 1 g / 12 jam
Metrofusin / 8 jam
Alinamin F / 12 jam
IMPENDING EKLAMPSIA
PADA KEHAMILAN
Disusun
O
L
E
FK. UNBRAH
HETTY HELEN
FK. UMI
(95. 1850)
Mentor
Pembimbing
Dr. MAKMUR
SITEPU, SpOG