Anda di halaman 1dari 71

A.

Taksonomi Media Pembelajaran


Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan, melalui saluran atau perantara tertentu, ke penerima pesan.
Di dalam proses belajar mengajar pesan tersebut berupa materi ajar yang disampaikan oleh
dosen/guru, sedang saluran atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan/materi ajar
adalah media pembelajaran atau disebut juga sebagai media instruksional. Fungsi media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah untuk : (1) memperjelas penyajian pesan agar
tidak bersifat verbalistis, (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, (3)
menghilangkan sikap pasif pada subjek belajar, (4) membengkitkan motivasi pada subjek belajar.
Untuk mendapatkan gambaran yang agak rinci tentang macam-macam media pembelajaran, perlu
diadakan pembahasan seperlunya tentang taksonomi media pembelajaran.
1. Taksonomi menurut Rudy Bretz
Bretz (1972) mengidentifikasikan ciri utama media menjadi tiga unsur, yaitu unsure : suara,
visual, dan gerak. Media visual sendiri dibedakan menjadi tiga, yaitu: gambar, garis, dan simbol, yang
merupakan suatu bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Di samping ciri tersebut,
Bretz (1972) juga membedakan antara media siar (telecomunication) dan media rekam (recording),
sehingga terdapat delapan klasifikasi media, yaitu: (1) media audio visual gerak, (2) media audio
visual diam, (3) media visual gerak, (4) media visual diam, (5) media semi gerak, (6) media audio,
dan (7) media cetak. Secara lengkap dapai dilihat pada skema berikut ini.
2. Hirarki Media Menurut Duncan
Duncan menyusun taksonomi media menurut hirarki pemanfaatannya untuk pendidikan. Dalam hal
ini hirarki disusun menurut tingkat kerumitan perangkat media. Semakin tinggi satuan biaya,
semakin umum sifat penggunaannya. Namun sebaliknya kemudahan dan keluwesan
penggunaannya, semakin luas lingkup sasarannya.
3. Taksonomi Media Menurut Briggs
Taksonomi oleh Briggs lebih mengarah kepada karakteristik siswa, tugas instruksional, bahan dan
transmisinya. Briggs mengidentifikasikan tiga macam media yang dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar antara lain: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pelajaran
terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film rangkai, film gerak, televisi dan gambar.
5. Taksonomi Media Menurut Edling
Menurut Edling media merupakan bagian dari unsur-unsur rangsangan belajar, yaitu dua
unsur untuk pengalaman visual meliputi kodifikasi subjek audio, dan kodifikasi objek visual, dua unsur
pengalaman belajar tiga dimensi, meliputi: pengalaman langsung dengan orang, dan pengalaman
langsung dengan benda-benda Dipandang dari banyaknya isyarat yang diperlukan, pengalaman
subjektif, objektif, dan langsung menurut Edling merupakan suatu kontinum kesinambungan
pengalaman belajar yang dapat disejajarkan dengan kerucut pengalaman menurut Edgar Dale.

B. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran


Sesuai dengan klasifikasinya, maka setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik
sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut dapat dilihat menurut kemampuan media pembelajaran untuk
membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun
pembauan/penciuman. Dari karakteristik ini, untuk memilih suatu media pembelajaran yang akan
digunakan oleh seorang guru pada saat melakukan proses belajar mengajar, dapat disesuaikan
dengan suatu situasi tertentu. Media pembelajaran seperti yang telah dijelaskan di atas,
berdasarkan tujuan praktis yang akan dicapai dapat dibedakan menjadi tiga kelompok.
1. Media Grafis
Media grafis adalah suatu jenis media yang menuangkan pesan yang akan disampaikan
dalam bentuk simbol-simbol komunikasi verbal. Simbol-simbol tersebut artinya perlu difahami
dengan benar, agar proses penyampaian pesannya dapat berhasil dengan balk dan efisien. Selain
fungsi tersebut secara khusus, grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,
mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat terlupakan bila tidak digrafiskan
(divisualkan). Bentuk-bentuk media grafis antara lain adalah: (1) gambar foto, (2) sketsa, (3)
diagram, (4) bagan/chart, (5) grafik, (6) kartun, (7) poster, (8) peta, (10) papan flannel, dan (11)
papan buletin.
2. Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan melalui media audio
dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, balk verbal maupun non-verbal. Bebarapa media
yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok media audio antara lain: (1) radio, dan (2) alat perekam
pita magnetik, alat perekam pita kaset.

3. Media Projeksi
Media projeksi diam memiliki persamaan dengan media grafis, dalam art] dapat menyajikan
rangsangan-rangsangan visual. Bahan-bahan grafis banyak digunakan juga dalam media projeksi
diam. Media projeksi gerak, pembuatannya juga memerlukan bahan-bahan grafis, misalnya untuk
lembar peraga (captions). Dengan menggunakan perangkat komputer (multi media), rekayasa
projeksi gerak lebih dapat bervariasi, dan dapat dikerjakan hampir keseluruhannya menggunakan
perangkat komputer. Untuk mengajarkan skill (keterampilan motorik) projeksi gerak mempunyai
banyak kelebihan di bandingkan dengan projeksi diam. Beberap media projeksi antara lain adalah:
(1) Film Bingkai, (2) Film rangkai, (3) Film gelang (loop), (4) Film transparansi, (5) Film gerak 8 mm,
16 mm, 32 mm, dan (6) Televisi dan Video.

C. Nilai Praktis Media pembelajaran


Sebagai komponen dari sistem instruksional, media mempunyai nilai-nilai praktis berupa
kemampuan, antara lain untuk:
1.
Konkritisasi konsep yang abstrak (sistem peredaran darah)
2.
Membawa pesan dari objek yang berbahaya dan sukar, atau bahkan tak mungkin dibawa ke dalam
lingkungan belajar (binatang buas, letusan gunung berapi)
3.
Menampilkan objek yang terlalu besar (Candi Borobudur, Monas)
4.
Menampilkan objek yang tidak dapat diamati oleh mata telanjang (bakteri, struktur logam)
5.
Mengamati gerakan yang terlalu cepat (lompat indah, putaran roda, yang keduanya di-slow motion)
6.
Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan
7.
Memungkinkan pengamatan dan persepsi yang seragam bagi pengalaman belajar siswa.
8.
Membangkitkan motivasi siswa
9.
Memberi kesan perhatian individual bagi anggauta kelompok belajar
10. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut
kebutuhan

D. Kelaikan Media
Dikenal adanya tiga macam kelaikan media, yaitu kelaikan praktis, kelaikan teknis, dan kelaikan
biaya
1. Kelaikan Praktis, didasarkan pada kemudahan dalam mengajarkannya bahan ajar dengan
menggunakan media, seperti: (1) media yang digunakan telah lama diakrabi, sehingga
mengoperasikannya dapat terlaksana dengan mudah dan lancar, (2) mudah digunakan tanpa
memerlukan alat tertentu, (3). mudah diperoleh dari sekitar, tidak memerlukan biaya mahal, (4) mudah
dibawa atau dipindahkan (mobilitas tinggi), dan (5) mudah pengelolaannya.

2. Kelaikan Teknis, adalah potensi media yang berkaitan dengan kualitas media. Di antara unsur yang
menentukan kualitas tersebut adalah relevansi media dengan tujuan belajar, potensinya dalam memberi
kejelasan informasi, kemudahan untuk dicerna. Dan segi susunannya adalah sistematik, masuk akal,
apa yang terjadi tidak rancu. Kualitas suatu media terutama berkaitan dengan atributnya. Media
dinyatakan berkualitas apabila tidak berlebihan dan tidak kering informasi.
3. Kelaikan Biaya, mengacu pada pendapat bahwa pada dasarnya ciri pendidikan modern adalah efisiensi
dan keefektifan belajar mengajar. Salah satu strategi untuk menekan biaya adalah dengan simplifikasi
dan memanipulasi media atau alat bantu dan material pengajaran.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Media Pembelajaran


Dalam menentukan media pembelajaran yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar, pertamatama seorang guru harus mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang
ada dengan mengingat kemampuan dan karakteristik media yang akan dipilihnya. Dengan mengajukan
beberapa pertanyaan, maka pemilihan media dapat dilakukan berdasarkan:
1. Apakah media yang bersangkutan relevan dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai ?
2. Apakah ada sumber informasi, katalog mengenai media yang bersangkutan ?
3. Apakah perlu dibentuk tim untuk memonitor yang terdiri dari para calon pemakai ? (Sadiman, 1986).
Dalam pemilihan media, salah satu cara yang dapat digunakan untuk memilih yaitu dengan
menggunakan matriks seperti pada Tabel I. halaman berikut. Selain dari itu, dapat dikemukakan
pula bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan media antara lain adalah : (1) tujuan
instruksional yang ingin dicapai, (2) karakteristik siswa, (3) jenis rangsangan belajar yang diinginkan
(audio atau visual), keadaan latar atau lingkungan, dan gerak atau diam, (4) keterssediaan sumber
setempat, (5) apakah media siap pakai, ataukah media rancang, (6) kepraktisan dan ketahanan
media, (7) efektifitas biaya dalam jangka waktu panjang.

Taksonomi media menurut ahli


Taksonomi / klasifikasi Media

Dalam pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan
komponen dari sistem instrusional di samping pesan, orang, teknik dan peralatan. Dari usaha penantaan
yang timbul yaitu pengelompokan atau klasifikasi menurut kesamaan atau karakteristiknya.
Beberapa contoh usaha ke arah taksonomi media tersebut antara lain :
1)Taksonomi menurut Rudy Bretz
Bertz mengidentifikasikan ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok, yaitu : suara, visual
dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu garis ( line graphic ) dan simbol yang merupakan suatu
kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indra penglihatan. Bretz juga membedakan antara
media siar ( telecommunication ) dan media rekam ( recording ) sehingga terdapat 8 klasifikasi media,
yaitu :
Media audiovisual gerak
Media audiovisual diam
Media audio semi-gerak
Media visual gerak
Media visual diam
Media semi-gerak
Media audio
Media cetak
2) Hirarki media menurut Duncan
Dalam penyusunan taksonomi media menurut hirarki pemanfaatan untuk pendidikan, Duncan
ingin mensejajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan lingkup sasarannya disatu pihak dan
kemudahan pengadaan serta penggunaan, keterbatasan lingkup sasaran dan rendahnya biaya di lain
pihak dengan tingkat kerumitan perangkat medianya dalam satu hirarki.
3) Taksonomi menurut Briggs
Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu :

Obyek
Model
Suara langsung
Rekaman audio
Media cetak
Pembelajaran terprogram
Papan tulis
Media transparansi
Film rangkai

Film bingkai
Film
Televisi
Gambar

4) Taksonomi menurut Gagne


dalam taksonominya gagne mengelompokan media menjadi 7 macam yaitu sebagai berikut :

Benda untuk didemontrasikan


Komunikasi lisan
Media cetak
Gambar diam
Gambra gerak
Film bersuara
Mesin belajar
5) Taksonomi menurut Edling
Menurut Edling media merupakan bagian dari enam unsur rangsangan belajar, yaitu dua untuk
pengalaman audio meliputi kodifikasi subyektif visual dam kodifikasi obyektif audio, dua untuk
pengalaman visual meliputi kodifikasi obyektif audio dan kodifikasi obyektif visual dan dua pengalaman
belajar 3 dimensi meliputi pengalaman langsung dengan orang dan pengalaman langsung dengan
benda-benda.
6) Pengelompokan menurut Schramm ( 1977 )
Schramm membedakan/mengelompokan media menjadi media rumit dan mahal ( big media )
dan media sederhana dan murah ( little media ). Ia juga mengelompokan media menurut daya liputnya
menjadi media massal, media kelompok dan media individual.
7) Pengelompokan menurut Allen
Dalam taksonominya Allen berusaha menghubungkan fungsi media dengan tujuan belajar yang
hendak dicapai.

sumber : www.mtkstkip.co.cc dan sumber lain yang mendukung

MEDIA PEMBELAJARAN

2 SKS / 2 JP
Disusun :
Dr. H. Y. PADMONO
STAF PENGAJAR FKIP UNS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
MARET, 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas berkat rahmatNya penulian buku Media
Pembelajaran ini dapat diselesaikan.
Penulian ini masih pada tahap uji coba, hal ini disebabkan terbatasnya waktu dan
tersedianya sarana-prasarana penunjang, sehingga buku ini masih bersifat pengantar
yang diharapkan pada waktunya nanti akan dapat dilengkapi dengan gambar-gambar
yang sangat diperlukan dalam mempelajari media pembelajaran. Akan tetapi dengan
pengantar yang sederhana dan kemauan para calon guru untuk mengembangkan
sendiri, maka itu tujuan mempelajari materi media pembelajaran akan tercapai.
Konsekuensi logis dari buku ini , tentunya masih perlu perbaikan dan penyempurnaan.
Untuk itu saran dan kritik penyusun harapkan demi penyempurnaan penulisan buku
ini di waktu yang akan atang.
Semoga buku ini memberikan manfaat bagi calon guru dan pemerhati pendidikan
umumnya. Amien
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
i

KATA
PENGANTAR
. ii
DAFTAR
ISI
..
iii
BAB I KOMUNIKASI DAN MEDIA
INSTRUKSIONAL.. 1
A. Faktor-faktor yang menghambat PBM
1
B.

Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi..

C.

Pengertian, Pemanfaatan Media Pembelajaran 6

BAB II JENIS DAN KARAKTERISTIK


MEDIA.

12

A. Taksonomi
.
12
B. Karakteristik
.
14
1.
Media
Grafis..
2.
Media Tiga
Dimensi

14

23

3.

Media Pandang Berproyeksi Diam.

4.

Media Visual Proyeksi Gerak

5.
Media
Audio..
BAB III PERENCANAAN DAN PENGGUNAAN
MEDIA..
33

29

26
28

A.

Pemanfaatan Media untuk Pembelajaran..

33

B.

Pengembangaan Media Instruksi Operasional.

36

1.

Pengembangan Media

2.

Langkah-langkah Pengembangan.

3.

Pembuatan Rancangan Isi

4.
Penulisan
Naskah..

40

5.
Produksi
Program.

42

6.
Uji
Coba
C.
Patokan Pembuatan Media
Grafis.

37
37
38

44

45

DAFTAR
PUSTAKA
.
49
Lampiranlampiran

50
BAB I
KOMUNIKASI DAN MEDIA INSTRUKSIONAL
Penggunaan media secara efektif menuntut seorang guru untuk memahami latar
belakang secara teoritis tentang pemanfaatan media dalam proses belajar mengajar.
Dengan pemahaman tersebut, guru akan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman
hal-hal yang berkenaan dengan proses belajar mengajar, dimana proses belajar
mengajar pada hakikatnya merupakan aktivitas komunikasi.
Proses komunikasi belajar mengajar akan semakin efektif apabila terdapat komponen
media yang berfungsi sebagai penyampai pesan sehingga subjek didik akan

terangsang, baik pikiran maupun perasaan sehingga akan timbul perhatian dan minat
yang mendorong subyek untuk belajar.
Beberapa latar belakang perlunya penggunaan media dalam kegiatan belajar
mengajar. Berikut akan diuraikan hal-hal mendasari atau melatar belakangi
penggunaan media di dalam proses komunikasi belajar.
A.

Faktor-faktor yang Menghambat PBM

Belajar mengajar merupakan suatu proses, konsekuensinya di dalam pelaksanaan


suatu proses belajar mengajar dipengaruhi berbagai faktor pendorong mauun faktor
penghambat yang datangnya dari dalam maupun dari luar diri individu.
Faktor penghambat proses belajar mengajar di kelas, antara lain :
1.

Verbalisme

Verbalisme terjadi apabila seorang guru terlalu banyak atau hanya menggunakan katakata di dalam menjelaskan isi pelajaran, memberi contoh, dan di dalam
mengilustrasikan. Cara mengajar demikian sering menimbulkan terganggunya
konsentrasi belajar dan timbulnya penangkapan materi yang bersifat abstrak.
Perbedaan pengalaman, kosa kata, kosa bahasa tidaklah sama antara guru dan murid,
antara siswa dengan siswa. Perbedaan tersebut berdampak timbulnya kesulitan siswa
di dalam menerima materi-materi bersifat verbal.
2.

Kekacauan Makna

Bila seseorang berhadapan dengan situasi asing, orang cenderung menelusuri


pengalaman yang pernah di alami di masa lampau, dan menghubungkannya
dengansituasi yang sedang dihadapi.
Contoh : siswa dijelaskan tentang kuda laut, karena sulit membayangkan, maka ia
membayangkan kuda tunggang atau kuda menarik sado, padahal bentuk maupun
ukuran sangat berbeda, dimana kuda laut dapat dipelihara di dalam akuarium.
Di dalam konteks tersebut tidak ada hubungan antara kuda laut dengan kuda tunggang
maupun kuda penarik sado.
Contoh lain : seorang sedang belajar makna salju, salju lebih dingin dibanding dengan
es, sedang es lebih dingin dibanding air. Es lebih dingin dari air berbentuk beku, maka
siswa akan membayangkan salju tentu lebih keras dan lebih beku mengingat salju

lebih dingin dibanding s dan air, padahal salju tidaklah keras bahkan sangat lunak,
halus, dan ringan.
Kesulitan tersebut akan semakin besar jika siswa mempunyai sifat pemalu dn takut
untuk bertanya pada guru.
3.

Kegemaran Berangan angan

Pada proses belajar mengajar tampak siswa tengah mengikuti pelajaran dan tidak
pernah menimbulakan kesulitan pda guru dan kelas nampak tenang dan penuh
perhatian. Padahal kenyataan tidakah demikian (mengingat usia siswa berada pada
masa imajinatif / suka berangan-angan). Banyak siswa yang sebenarnya tidak
tertarik pada pelajaran, bosan, bingung terhadap apa yang dijelaskan guru, akan tetapi
siswa tak berdaya karena takut mengganggu, takut bertanya. Akhirnya sisa melarikn
diri pada dunianya dari dunia kelas ke dunia angan-angan.
Keadaan demikian tentu mengganggu tercapainya tujuan pengajaran. Guru perlu
tanggap terhadap gejala perilaku siswa yang suka lari ke dunia angan-angan dengan
berusaha mencari penyebabnya.
Dalam hal tersebut media merupakan alternatif yang dapat memelihara minat,
memberi variasi, menguarangi rasa jemu, menarik, dan memusatkan perhatian.
4.

Persepsi yang Kurang Tepat

Suatu objek bila diamati oleh beberapa individu kadang mempunyai kesan yang
berbeda terhadap objek tersebut.
Perbedaan kesan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : pengalaman,
pengetahuan, tingkat kecakapan, kosa kata, dan kosa bahasa.
Kondisi tersebut sering pula terjadi dalam aktifitas belajar mengajar. Siswa dalam
satu kelas mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap tujuan dan isi pelajaran.
Perbedaan persepsi tersebut berkembang terhadap apa yang menjadi tujuan guru
mengajarkan topik tertentu.
Kenyataan tersebut mengakibatkan persepsi yang kemudian akan mempengaruhi
siswa dalam memperoleh persepsi dan pemahaman yang keliru, yang pada akhirnya
mempengaruhi respon mereka ketika mengerjakan soal.
Untuk mendapatkan pemahaman dan persepsi yang sama terhadap tujuan isi
pelajaran, dan proses belajar mengajar pemanfaatan media sangat membantu, sebab

media mempunyai kemampuan teknis, mampu menyajikan peristiwa secara terpadu


atau menyampaikan konsep secara utuh dan benar.
B. Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi
Setiap individu tentu pernah melaksanakan komunikasi dimana komunikasi dilakukan
dengan orang lain setiap waktu. Dalam komunikasi individu senantiasa disertai
gagasan, pikiran, perasaan, dan pesan. Komunikasi juga dilakukan untuk mengetahui
gagasan, pikiran, perasaan, pesan tertentu dari orang lain.
1.
a.

Proses Komunikasi

Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari kata Communication (Communicate = Inggris) berakar kata


Communica (latin) yang berarti memberi, menyerahkan, memberitahukan, dan
berhubungan. Wilbur Schramm (1977) menyatakan bahwa komunikasi adalah
tindakan dari pihak pengirim menyerahkan atau menyampaikan data, informasi, dan
sikap kepada penerima (sender = pengirim, receiver = penerima), sehingga si
penerima memperoleh message (pesan).
David Krech, dkk menyatakan bahwa komunikasi adalah tindakan saling tukar
pengertian antara mereka (yang melakukan komunikasi) yang dilakukan dengan
menggunakan lambang-lambang (signals) secara konvensional.
Edwin Emery, dkk menyatakan komunikasi adalah seni penyebaran (penyiaran)
informasi, ide, dan sikap-sikap seseorang kepada yang lainnya.
Dictionary of Behavioral Science : memeberikan definisi : Komunikasi adalah:
1)
Penyampaian (pengiriman) kekuatan yang mengubah dari satu tempat ke
tempat lain berupa sistem syaraf atau gelombang-gelmbang suara.
2)
Penyampaian atau penerimaan lambang-lambang mauu pesan-pesan oleh
organisme (makhluk).
3)

Penyampaian pesan (message)

4)
Secara teori komunikasi adalah proses yang dilakukan oleh suatu sistem untuk
mempengaruhi sistemyang lain melalui pengaturan lambang-ambang yang
disampaikan.

Dari uraian tersebut nampak bahwa komunikasi tidak hanya mempunyai pengertian
hubungan saja, melainkan lebih kompleks yaitu adanya pengiriman pesan dalam ujud
lambang yang telah dimengerti pelaku komuniksai (sender-receiver). Lebih lanjut
dapat dilihat, bahwa komunikasi merupakan suatu proses, yaitu proses berupa
tindakan pengirim (komunikator;sender) kepada (komunikasi; receiver = penerima).
Komunikasi dilihat dai bentuknya dibedakan :
1. Komunikasi satu arah (One Way communication), yaitu komunikasi dimana
peran pelaku komunikasi tidak berubah.
Komunikator Pesan Komunikan
2. Komunikasi dua arah ( Two Way communication / double way communication),
yaitu komunikasi dimana peran pengirim dan penerima saling bertukar peran.
Komunikator
Komunikan
Komunikan
Komunikator
Pesan
Pesan/ Respon
b.

Bentuk-bentuk Komunikasi

1)

Komunikasi Intra dan Inter Persona

Komunikator Pesan Komunikan


Balikan
Intra Persona
2)

Intra Persona

Komunikasi satu arah


Komunikator
Sender
Komunikan

Receiver
Pesan
3)
Komunikan
Receiver
Komunikator
Sender
Komunikator
Sender
Komunikan
receiver
Balikan
Pesan
Komunikasi dua arah (langsung)
4)

Bentuk shanon. Schramm :

Latar belakang pengalaman


Sumber encoder
Pesan
Saluran
Media
Decoder Penerima
Pesan
Gangguan
5)

Komunikasi dua arah (tak langsung)


Media

Encoder
Interprenter
Decoder
Encoder
Interprenter
Decoder
Signal / pesan
Umpan Balik
c.

Komponen Komunikasi

Schramm (1977) komponen komunikasi, meliputi :


1)

Tata kerja atau tata cara / teknik berhubungan.

2)

Pihak-pihak yang berkomunikasi

3)

Pesan ( sesuatu yang disampaikan)

4)
Alat atau segala sesuatu yang menunjang penyampaian pesan ( instrumen,
media, signals)
Secara sederhana komponen utama komuniksai adalah :
1)

Pelaku komunikasi ( komunikator-komunikan)

2)

Pesan (message)

3)

Teknik komunikasi (keseragaman kata, cara antara pelaku komunikasi)

Sedang unsur-unsur penunjang komunikasi, yaitu :


Media, yaitu perantara antara pelaku komunikasi
d.

Komunikasi Proses Belajar Mengajar

Proses dapat diartikan langkah-langkah, prosedur, cara/jalan yang melibatkan


komponen penunjang tercapainya hasil akhir, runtutan kegiatan dalam
rangkapencapaian tujuan.

Paul Bergevin (1963) proses merupakan prosedur yang terjadi intra dan inter personal
(hubungan kedalam diri dan hubungan antar pribadi) sebagai faktor bagaimana
seseorang secara kontras mempelajari apa yang dipelajari.
Whiterington dan Cronbach (1982) proses belajar merupakan perbuatan, melakukan
reaksi, sedang mengalami (menghayati), dan tengah menyerap pengalaman.
Arief Sadiman ; proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi,
yaitu penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran media tertentu kepada
penerima.
Wilbur Schramm dan Phillips Combs (1971) mengatakan bahwa proses (dalam bidang
pembelajaran) adalah kesatuan dari metode-metode, teknik-teknik dan organisasi serta
pengolahan input guna mencapai dasar tujuan.
Dengan demikian jelas bahwa proses belajar mengajar merupakan proses yang tengah
berlangsng/komunikasi interaktif antar person yang melibatkan pendidikan dan siswa,
metode-metode, teknik serta pengolahan input dalam mencapai tujuan pengajaran.
Dengan demikian dapat dikatan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan proses
komunikasi instruksional.
Sumber pesan
(guru)
Pesan
Bahan belajar
Umpan Balik
(hasil)
Penerima pesan
(siswa)
Dari komunikasi intruksional dapat dilihat komponen komponen yang terlibat :
1.

Sumber pesan

2.

Metode, media, dan teknik

3.

Pihak pihak yang dianggap subyek (guru murid)

Sumber pesan
Media, metoda, teknik
Umpan Balik
(guru)
Siswa
c. Pengertian, Pemanfaatan Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Kata media berasal dari kata medium (latin) yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima.
Association of Education An Communication Technology (AECT) (1977)
menyatakan media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan/ informasi. Lebih lanjut dikatakan media atau bahan adalah
perangkat lunak (soft ware) berisi pesan / informasi pendidikan yang biasanya
disajikan dengan mempergunakan peralatan. Sedang peralatan atau perangkat keras
(hard ware) merupakan sarana untuk menampilkan pesan terkandung pada media.
Gagne (1970) menngatakan media adalah berbagai jenis komponen dlm lingkungan
siswa yang merangsangnya untuk belajar.
Briggs (1970) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar.
National Education Association media adalah bentuk-bentuk komunikasibaik
tercetak maupun audio visual serta peralatannya.
Ensyclopedia Webster Dictionary (1960) ; media atau medium adalah sesuatu yang
terletak di tengah atau alat apa saja yang digunakan sebagi perantara atau
penghubung dua pihak atau dua hal.
Bretz(1971) media adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah,jadi suatu
perantara.
Gerlach dan Elly (1980) media adalah grafik, foto grafik, elektronik,atau alat-alat
mekanik untuk menyajikan, memproyeksikan dan menjelaskan informasi lisan atau
visual
Dari beberapa batasan tersebut,nyata bahwa media makna segala hal (manusia, alat)
yang ,membantu atau perantara pesan dari pengirim kepada penerima.

Dalam buku ini dapat disimpulkan pengertian media mengandung makna intruksional
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan sehingga subyek didik
terangsang pikiran,emosinya sehingga timbul perhatian/minat dan memungkinkan
subyek belajar.
2. Manfaat Media
Edgar Dale,dkk (1949) menyatakan fungsi dan manfaat media,meliputi :
a)

Memberikan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir (tidak verbalistis)

b)

Menarik perhatian siswa terhadap pelajaran.

c)
Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga
memungkinkan hasil belajar lebih tahan lama.
d)
Memberi pengalaman-pengalaman nyata pada siswa sehingga usaha belajar
sendiri dapat berkembang.
e)

Mengembangkan keteraturan dan kontinyunitas berpikir.

f)
Ikut membantu pertumbuhan pengertian yang berakibat pula pada
pertumbuhan kosa kata.
g)

Membuat kegiatan belajar menjadi mendalam efisien, dan beraneka ragam.

Heinrich, molenda, dan russell (1982) menyatakan kegunaan media, meliputi :


a)
Bagi pelajar dapat memberi latihan dan menghayati tugas-tugas yang di
berikan oleh guru.
b)
Dapat membantu semangat,untuk melakukan penemuan dan penelitian
bagi pendekatan belajar dan mengajar.
c)

Dapat memberikan rangsangan bagi :

1) managemen pengajaran
2) pengajaran secara individual
3) pemberian pengajaran khusus (hal tertentu).
Arif Sadiman, dkk (1986) secara garis besar kegunaan media, sebagai berikut :

a)
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata, tertulis, maupun lisan belaka)
b)

Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu,serta dava indera, misalnya :

1)
Obyek terlalu besar : bisa digantikan dengan realia, gambar, model, film
bingkai, film.
2)
Obyek terlalu kecil : bisa digantikan dengan proyektor mikro, film bingkai,
film, atau gambar
3)
Gerak yang terlalu cepat, dapat di bantu dengan Time lapse atau High-speed
photography.
4)
Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa di tampilkan lagi lewat
rekaman film, video, film bingkai, foto.
5)
Obyek yang terlalu kompleks (misal mesin-mesin,jaringan tubuh) dapat
disajikan dengan model diagram.
6)
Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa, iklim) dapat ditampilkan
dalam bentuk film bingkai, gambar, dan lain-lain.
c)
Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat negativ
siswa :
1)

Menimbulkan kegairahan belajar

2)
Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak dengan lingkungan
dan kenyataan
3)
memungkinkan anak didik belajar sndri-sendiri menurut kemampuan dan
minatnya
d)
Dengan media pengajaran bisa mengatasi kesulitan guru dalam menghadapi
siswa-siswa yang mempunyai sifat unik dengan lingkungan dan pengalaman yang
berbeda.Kesulitan akan bertambah bila latar belakang siswa berbeda dengan siswa
lain.Masalah ini dapat diatasi dengan media yang mampu :
1)

Memberikan Perangsang Yang Sama

2)

Mempersembahkan Pengalaman

3)

Menimbulkan Persepsi Yang Sama

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai(1990) alasan berkenaan dengan maanfaat media
pengajaran dalam proses belajar mengajar :
a.
Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
b.
Bahan pengajaran akan lebih jelas maksudnya, sehingga dapat lebih dipahami
oleh para sisw a, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan
lebih baik.
c.
Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
d.
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar,sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seprti mengamati, melaksanakan,
mendemonstrasikan, dan lain-lain.
3.Fungsi media
Penggunaan kata fungsi dan maanfaat kadang dipertukarkan penggunaannya.Akan
tetapi pada hakikatya berbeda, karena di dalam fungsi mengandung suatu misi
tertentu, sehingga dari fungsi justru muncul manfaat.Dengan demikian pengertian
fungsi ini mempunyai kedekatan pengertian dengan role (peranan).
Arif Sadiman (1986), mengemukakan fungsi medis instruksional meliputi :
a.

Memberi rangsangan siswa dalam belajar

b.

Pengarahan (atau pengkonsentrasian) perhatian atau kegiatan belajar

c.

Menyajikan contoh-contoh secara nyata (bentuk real)

d.

Menyajikan isyarat eksternal

e.

Menimbulkan umpan balik siswa.

The Role Of Mass Communication In America Society, dalam buku Mass Media
and Education, menyatakan fungsi media, meliputi :
a. Fungsi informasional ( pnyampaian informasi )

b. Fungsi intertainment (memberi kesenangan, hiburan)


c. Fungsi penyampaian pesan, penjualan dan advertensi.
Secara umum dalam media intruksional, media mempunyai fungsi :
a.
Fungsi pendidikan : media memberikan nilai edukatif, baik dalam memberikan
nuansa berpikir, merangsang motivasi memberikan rangsangan berpikir logis,
sistematis, dan realistis.Media mendorong individu untuk senantiasa aktif terlibat
dalam interaksi belajar,sehingga belajar akan menjadi dinamis, dan kontrukstif,serta
menyenangkan bagi siswa.
b.
Fungsi sosial; media mendorong individu siswa untuk berinteraksi dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non fisik. Dengan media memungkinkan
terjadinya sosialisasi dalam pendidikan, pengembangan sifat sosial, sikap mu
bekerjasama, saling membantu.
c.
Fungsi budaya; Media berusaha melesatarikan hasil-hasil karya manusia tidak
hanya sebagai penemuan inovatif akan tetapi juga berusaha melestarikan hasil karya
di masa lalu. Media mengembangkan individu untuk mengembangkan kreatifitas
berkarya/berbudaya.
d.
Fungsi efisiensi; media memungkinkan dilakukannya efisiensi, baik waktu,
tenaga, dan biaya. Hal ini dimungkinkan, karena tidak semua materi belajar dapat
dipelajari melalui benda langsung, akan tetapi perlu alat pengganti, penyederhanaan,
dan sebagainya.
e.
Fungsi politis; dengan pemanfaatan media secara tepat akan dapat mengubah
suatu kebijakan dalam pendidikan sehingga dapat menghemat tenaga guru,
keseragaman konsep keteraturan kegiatan dan konsistensi suatu materi pelajaran.
Media juga dapat mendorong pengubahan peran guru,dari teacher center bergerak ke
arah siswa, sehingga memungkinkan perkembangan diri pribadi secara utuh.
4. Nilai Praktis Media
Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran, yang
pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar. Beberapa alasan mengapa media
pengajaran dapat mempertinggi hasil belajar siswa :
a. Alasan pertama, adalah berkenaan manfaat media

b. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan mulai dari berpikir konkrit
menuju brpikir abstrak, dari berpikir sederhana menuju berpikir kompleks.
5. Jenis dan Kriteria Media
Ada beberapa jenis medi pengajaran yang bisa digunakan dalam proses belajar
mengajar :
a. Media Grafis : gambar/foto, grafik, diagram, dsb.
b. Media tiga dimensi : realita, model, spesiment
c. Media Proyeksi :
1) Diam

: OHT, Slide, Film Strip

2) Gerak

: Film Gelang.

d. Media Audio : radio, rekaman, piringan hitam.


e. Media audiovisual : video, film, slide suara.
f. Penggunaan lingkungan sebagai media.
Dari berbagai macam media dapat dipilih dengan criteria :
a.

Ketepatan dengan tujuan pengajaran

b.
Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, bahan yang bersifat fakta, konsep,
prinsip, generalisasi sangat memerlukan bantuan media untuk mempermudah.
c.

Pemudahan memilih media

d.

Ketrampilan guru dalam menggunakannya

e.

Tersedianya waktu untuk penggunaan

f.

Sesuai dengan taraf berpikir siswa.


BAB II
JENIS DAN KARAKTERISTIK MEDIA

A. Taksonomi
Dalam teknologi pendidikan, terdapat beberapa komponen instruksional, antara lain :
media atau sumber bahan, pesan, orang, teknik latar, dan peralatan. Pengertian media
sampai saat ini masih sering dikacaukan dengan peralatan. AECT (1977) Media atau
bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang
biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau
perangkat keras (hard ware) sendiri merupakan sarana untuk dapat menampilkan
pesan yang terkandung pada media tersebut.
Masuknya berbagai pengaruh ke dalam khasanah pendidikan, antara lain : seperti ilmu
cetak mencetak, tingkah laku, komunikasi, dan laju perkembangan teknologi
elektronik, pada akhirnya media tampil dalam berbagai jenis dan format ( modul,
cetak, film, televise, slide/film bingkai, film strip/film rangkai, program audio,
computer dan sebagainya ), masing-masing dengan cirri-ciri dan kemampuannya
sendiri.
Dari hal-hal tersebut timbul usaha-usaha penataan, yaitu pengelompokan atau
klarifikasi menurut kesamaan cirri atau karakteristiknya. Beberapa contoh usaha
kearah taksonomi media tersebut antara lain :
1.
Taksonomi menurut Rudy Bretz. Bretz mengidentifikasi cirri utama dari media
menjadi tiga unsure pokok, yaitu : a. suara, b. visual, c. gerak, garis (line graphic),
dan simbul yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan
indera penglihatan. Disamping itu Bretz juga membedakan antara media siar
(telecommunication) dan media rekam (recording) sehingga terdapat 8 klasifikasi
media : a. media audio visual gerak, b. media audio visual diam, c. media audio semi
gerak, d. media visual gerak, e. media visual diam, f. media semi gerak, g. media
audio, dan h. media cetak. Skema dari klarifikasi media dapat dilihat pada gambar 1.
2.

Hirarki menurut Duncan.

Dalam menyusun taksonomi media menurut hirarki pemanfaatannya untuk


pendidikan, Duncan ingin menjajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan
lingkup sasarannya di satu fihak dan kemudahan pengadaan serta penggunaan,
keterbatasan lingkup sasaran dan rendahnya biaya dilain fihak dengan tingkat
kerumitan perangkat medianya dalam satu hirarki. Dengan bahasa awam dapat
kiranya dijelaskan bahwa semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai, semakin
mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaanya, tetapi juga semakin umum
penggunaannya dan semakin luas lingkup sasarannya. Sebaliknya, semakin sederhana
perangkat media yang digunakan, biayanya akan lebih murah, pengadaanya mudah,
sifat penggunaanya khusus, dan lingkup sasarannya terbatas. Jadi pada dasarnya

hirarki Duncan disusun menurut tingkat kerumitan perangkat media yang digunakan.
Skema hirarki ini dapat dilihat pada gambar 2.
Catatan :
Semakin rendah tingkat hirarki media, semakin tinggi satuan biayanya dan semakin
umum sifat penggunaanya. Namun sebaliknya kemudahan dan keluasan
penggunaannnya semakin berkurang.
3.
Taksonomi menurut Briggs. Taksonomi ini lebih mengarah pada karakteristik
menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkannya daripada medianya
sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas
pembelajaran, bahan, dan transmisinya. Briggs mengidentifikasikan 13 macam media
yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu : obyek, model, suara 1
langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media
transparansi, film bingkai, film, televise dan gambar. Matriks ini dapat dilihat pada
gambar 3.
4.
Taksonomi menurut Gagne. Tanpa menyebutkan jenis dari masing-masing
medianya, Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu : benda untuk
didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film
bersuara dan mesin belajar. Ke tujuh kelompok media ini kemudian dikaitkannya
dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkatan hirarki belajar yang
dikembangkannya, yaitu : pelontaran stimulus belajar, memberi kondisi minat belajar,
contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir,
memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan balik. Taksonomi ini
dapat dilihat pada gambar 4.
Masih banyak taksonomi dari para ahli, misalnya dari J.V. Edling yang membagi
media berdasar kontinum pembelajaran, Schramm (1977) membagi berdasarkan
kerumitan media, dan media mahal atau sederhana/murah, disamping itu Schramm
membagi pula berdasar daya luputnya menjadi media masal, media kelompok, media
individual, allen mengelompokkan media dengan mencoba menghubungkannya
dengan fungsi media dengan mencoba menghubungkannya dengan fungsi media
dengan tujuan belajar yang hendak dicapai.
Dari berbagai taksonomi dari para ahli, Nampak jelas bahwa sampai saat ini belum
dapat disatukan atau belum dapat diambil suatu kesepakatan tentang taksonomi media
yang berlaku secara umum dan menjangkau semua aspeknya, khusunya aspek
instruksionalnya.

Dari perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, nampaknya tidak akan
muncul kesatuan pandan gan tentang taksonomi media. Berkenaan dengan itu seorang
guru di dalam kegiatan pemilihan media, dapat menggunakan salah satu taksonomi
media, atau dengan menggunakan beberapa taksonomi ditinjau dari tujuan guru
menggunakan media dan daya dukungnya terhadap tercapainya tujuan pembelajaran.
Dapat pula seorang guru berusaha memilih media dengan menggunakan acuan
pemilihan media oleh Anderson ( akan dibahas dalam pemilihan media ).
B.

Karakteristik

Usaha pengklasifikasian menunjukkan bahwa karakteristik atau cirri-ciri khas suatu


media berbeda menurut tujuan dan maksud pengelompokannya.
Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan membangkitkan rangsang
indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun penciuman.
Kemp ( 1975 ) karakteristik media merupakan dasar pemilihan media sesuai dengan
situasi belajar tertentu. Kemp (1975) The Question ao what media attributes are
necessary for agiven learning situation becomes the basis for media selection.
Jelaslah bahwa klasifikasi media, karakteristik media, dan pemilihan media
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran.
Berikut merupakan bahsan karakteristik media yang lazim dipakai dalam kegiatan
belajar mengajar.
1.

Media Grafis

Media grafis termasuk media visual. Media grafis berfungsi umtuk menyampaikan
pesan dari sumber ke penerima pesan, saluran yang dipakai menyangkut indera
penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbul-simbul
komunikasi visual.
Simbul-simbul tersebut perlu difahami benar artinya agar proses penyampaian pesan
dapat berhasil dan efisien. Secara khusus grafis berfungsi untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan
cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Media grafis mudah pembuatannya, sederhana, relative murah, Jenis-jenis media
grafis, anatara lain :
a.

Gambar / foto

Sebuah gambar berbicara lebih banyak dari pada seribu kata (pepatah cina). Kelebihan
gambar :
1.) Sifat konkrit, realistis menunjukkan pokok masalah disbanding media verbal.
2.) Gambar mengatasi batasan ruang dan waktu. Banyak peristiwa atau objek tidak
mungkin dibawa kedalam kelas, untuk itu foto/gambar dapat mewakilinya.
3.) Ganbar mengatasi keterbatasan pengamatan. Missal : sel, penampang daun, tidak
mungkin kita lihat denga mata telanjang.
4.) Dapat memperjelas suatu masalah yang mencegah atau membertulkan kesalah
pahaman.
5.) Murah dan gampang didapat serta digunakan (tanpa peralatan khusus)
Foto / gambar yang baik sebagai media pendidikan, adalah gambar yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran, selain itu ada 6 syarat foto / gambar yang baik, yaitu :
1.)

Autentik ; jujur melukiskan situasi seperti orang melihat bendanya.

2.)

Sederhana ; komposisi jelas menunjukkan point-point pokok dalam gambar.

3.) Ukuran relatif ; dalam gambar perlu diberi pembanding (skala) agar siswa tidak
sulit membayangkan besar benda.
4.)

Gambar / foto mengandung gerak perbuatan atau aktivitas tertentu.

5.) Gambar bagus belum tentu baik untuk mencapai pembelajaran. Walau dilihat
dari segi mutu kurang, gambar / foto kiranya siswa sendiri sering lebih baik.
6.) Tidak semua gambar bagus merupakan media yang bagus. Gambar harus bagus
dari sudut seni dan sesuai tujuan pembelajaran.
b.

Sketsa

Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draft kasar yang melukiskan bagianbagian pokoknya tanpa detail.
Setiap orang normal dapat diajar menggambar, maka setiap guru harus dapat
menuangkan ide dalam bentuk sketsa, selain dapat menarik perhatian murid,
menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan.

Contoh : Guru mengajar proses perkembangbiakan kupu-kupu. Kalau ingin jelas


sebaiknya menunjukkan benda-benda sebenarnya atau foto. Akan tetapi tentu perlu
biaya, maka sketsa dapat dibuat guru secara cepat sambil menerangkan.
1. Bagan / Chart
Fungsi pokok bagan / chart adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit
bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan. Bagan dapat pula member ringkasan
butir-butir penting dari suatu persentasi.
Pesan yang akan disampaikan biasanya berupa ringkasan visual suatu proses,
perkembangan atau hubungan-hubungan penting. Dalam bagan sering kali dijumpai
jenis media grafis yang lain, seperti gambar, diagram, kartun atau lambang-lambang
verbal. Media bagan haruslah :
1.) Dapat dimengerti anak
2.) Sederhana dan lugas, tidak rumit
3.) Diganti pada waktu-waktu tertentu agar tetap up to date dan tidak kehilangan
daya tarik.
Media bagan, secar garis besar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1.) Chart yang penyampaiannya bertahap
2.) Chart yang penyampaiannya sekaligus. Kedua chart tersebut dapat dijelaskan,
sebagai berikut :
1.) Chart Bertahap
Sering kali siswa bingung bila dihadapkan data yang banyak sekaligus, oleh karena itu
dipakailah chart yang dapat disajikan pesan secara bertahap, missal :
a) Flip char ; flip chart atau bagan balikan yang menyajikan setiap informasi,
apabila urutan informasi yang akan disajikan sulit ditunjukkan dalam selembar chart,
maka bagan balikan dapat dipakai. Bagian-bagian dari pesan tersebut / dituangkan
dalam lembaran tersendiri, kemudian lembaran-lembaran disatukan dibendel menjadi
satu. Penggunaannya tinggal membalik satu persatu sesuia dengan pesan yang
disajikan.
b) Hiden chart / bagan tettutup / strip charat ; pesan yang akan dikomunikasikan
mula-mula dituangkan kedalam satu chart. Misalnya pesan tersebut berupa jenis chart,

setiap jenis kemudian ditutup dengan potongan kertas yang mudah untuk dilepas.
Potongan kertas ini akan menari saat penyajian satu persatu.
2.) Chart Sekaligus
Bagan / chart disajikan sekaligus banyak macamnya antara lain :
a) Bagan organisasi ; bagan organisasi adalah bagan yang menjelaskan hubungan
fungsional antara bagian-bagian dalam suatu organisasi. Missal : struktur organisasi di
Perguruan Tinggi.
b) Bagan berganbar (bagan lukisan) ; bagan yang disampaikan berupa lukisan,
missal : dalam peta dicantumkan gambar binatang tertentu yang hidup di daerah
tertentu.
c) Bagan pandangan tembus ; bagan yang menerangkan keadaan di dalam suatu
benda, tanpa menghilangkan bentuk utuh benda.
d) Bagan terurai ; bagan yang memberikan gambaran seandainya sesuatu diurai,
tetapi tetap dalam posisi dan urutan semula. Missal : ganbar meja atau kursi yang siap
untuk dirakit.
e) Bagan petunjuk ; bagan yang memberikan petunjuk pembuatan sesuatu. Misal :
pembuatan mebel.
f)
Bagan garis waktu (time line chart) ; bagan yang melukiskan keadaan waktu
tertntu dan menggambarkan hubungan antara peristiwa yang terjadi pada waktu
tersebut.
Misal : tumbuhnya kacang dari menuangkan biji sampai tumbuh.
-

Perkembangan kendaraan dari waktu ke waktu.

g) Bagan pohon (tree chart) ; Ibarat sebuah pohon yang terdiri dari batang, cabang,
dan ranting. Biasanya posisi atau hubungan antara kelas / keturunan. Missal : silsilah
raja
h) Bagan arus (flow chart) ; Menggambarkan arus suatu produksi atau dapat pula
menelusuri tanggung jawab atau hubungan kerja antar berbagai bagian atau saksi
suatu organisasi. Tanda panah seringkali untuk menggambarkan arah arus tersebut.
Missal : alur produksi suatu barang dari produsen sampai ke konsumen.

i)
Stream Chart ; merupakan kebalikan dari tree chart. Jika diagram pohon
dimulai dari suatu hal kemudian memecah menjadi bagian, maka dalam stream chart
berbagai hal tersebut akhirnya menyimpul / menuju ke suatu hal yang sama. Missal :
suatu produk dihasilkan dari berbagai bahan mentah.
j)
Wall Chart ; media ini berupa denah, bagan, skema, atau gambar-gambar pada
kertas lembar yang biasanya digantungkan pada dinding.
Contoh : karta gambar benda bernyawa, benda tak bernyawa, gambar perbuatan, alatalat pertanian.
k) Flash chart ; Media ini berupa kartu-kartu ukuran 15 X 20 X cm2 yang terbuat
dari karton. Kartu ini berisi gambar yang berbentuk stick figure / gambar dengan
garis pokok saja, akan tetapi dapat menggambarkan maksud. Kartu paling sedikit
berjumlah 20 buah. Media ini cocok untuk melatih ketrampilan berbicara secara
spontan dengan pola kalimat tertentu.
l)
Ritatoon ; Media ini berupa gambar lepas yang cukup menarik dan
mengandung suatu pesan / informasi dimana di belakang ganbar diberikan tambahan
keterangan tentang gambar tersebut, sehingga ketika guru menjelaskan isi gambar
guru tidak perlu membalik / melihat gambar akan tetapi cukup membaca keterangan
yang ada di sebalik gambar.
Media ini cocok untuk mengajarkan materi bersifat informasi baru yang merangsang
anak untuk terlibat secara intelektual dan emosional untuk membuat tanggapan
terhadap gambar yang ditampilkan.
1. Diagram
Diagram adalah gambaran terbuka dari suatu obyek atau proses. Maksud diagram
adalah untuk menerangkan irisan atau penampangan dari suatu yang ditunjukkan
dengan gambar, garis, dan kata.
Missal : penampang batang pohon, penampang kulit manusia, diagram cara membuat
air bersih
1. Grafik (Graphs)
Grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, `garis atau gambar.
Untuk melengkapinya seringkali simbol-simbol verbal digunakan disitu.

Grafik berfungsi menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan


perkembangan atau perbandingan suatu obyek atau peristiwa yang saling
berhubungan secara singkat dan jelas.
Grafik berbeda dengan bagan, grafik disusun berdasarkan prinsip-prinsip matematik
dan menggunakan data komparatif.
Beberapa manfaat dan kelebihan grafik sebagai media :
1) Grafik bermanfaat untuk mempelajari dan mengingat data-data kuantitatif dan
hubungan-hubungannya.
2) Grafik dengan cepat memungkinkan kita mengadakan analisis, interpretasi dan
perbandingan antara data-data yang disajikan baik dalam hal ukuran, jumlah,
pertumbuhan arah.
3) Penyajian data grafik ; jelas, cepat, menarik ringkas dan logis. Semakin ruwet
data yang disajikan semakin baik grafik menampilkannya dalam bentuk statistic yang
cepat dan sederhana.
Sebagai media pendidikan grafik dapat dikatakan baik bila memenuhi ketentuan :
1)

Jelas untuk dilihat seluruh kelas

2)

Hanya menyajikan satu ide setiap grafik

3)

Ada jarang / ruang kosong antara kolom-kolom bagiannya

4)

Warna yang digunakan kontras dan harminis

5)

Berjudul dan ringkas

6)

Sederhana (simplicity)

7)

Mudah dibaca (legibility)

8)

Praktis dan mudah diatur (manageability)

9)

Menggambarkan kenyataan (realisme)

10) Menarik (attractiveness)


11) Jelas dan tidak memerlukan informasi tambahan (appropriateness)

12) Teliti (accuracy)


Ada beberapa macam grafik, diantaranya :
1)

Grafik garis ( linegraphs )

Termasuk grafik dua skala, atau dua proses yang dinyatakan dalam garis vertical dan
garis horizontal yang saling bertemu. Baik pada garis vertical maupun horizontal
dicantumkan angka-angka yang akan menyampaikan informasi tertentu dari pesan
yang disajikan. Selain membandingkan dua data, grafik garis dapat menunjukkan
perkenbangan dengan jelas. Penggambaran dapat dengan menggunakan garis lurus,
garis patah, dimulai dari kiri ke kanan, naik, turun, atau mendatar.
2)

Grafik batang ( Bargraphs )

Grafik batng juga menggunakan proses vertical dan horizontal. Grafik jenis ini
bermanfaat untuk membandingkan sesuatu obyek, atau peristiwa yang sama dalam
waktu berbeda, atau menggambarkan berbagai hal / obyek yang berbeda tentang
sesuatu yang sama.
3)

Grafik lingkaran (Circle graphs atau pie graphs)

Grafik ini dimaksudkan untuk menggambarkan bagian-bagian dari sesutau


keseluruhan serta perbandingan bagian-bagian tersebut. Penggambaran bagian-bagian
tersebut dilakukan dengan pecahan atau persentase.
4)

Grafik gambar (Pictorial graphs)

Grafik gambar menggunakan gambar-gambar sederhana. Jumlah symbol gambar


tersebut menggambarkan data kuantitatif. Selain dapat menunjukkan perbandingan
dalam bentuk yang jelas dan singkat, grafik ganbar mudah dibaca karena
menggunakan gambar-gambar tersebut.
Kartun
Kartun adalah suatu gambar interpretative yang menggunakan symbol-simbol untuk
menyampaikan sesuatu sikap terhadap orang situasi, atau kejadian-kejadian tertentu.
Kartun mempunyai kekuatan besar untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap
maupun tingkah laku. Kartun biasanya hanya menangkap esensi pesan yang harus
disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana, tanpa detail dengan

menggunakan symbol serta karakter yang mudah dikenal dan dimengerti dengan
cepat.
1. Karikatur
Karikatur adalah gambar yang disederhanakan bentuknya dan biasanya berisi sindiran.
Karikatur dapat digunakan sebagai media komunikasi untuk semua tingkatan social,
mulai dari orang tak bersekolah sampai berpendidikan tinggi.
1. Poster
Poster merupakan suatu gambar yang mengkombinasikan unsure-unsur visual seperti :
garis, gambar, dan kata-kata yang bermaksud menarik perhatian serta
mengkomunikasikan pesan secara singkat.
Poster yang baik seharusnya berwarna tetapi tidak berkesan ruwet.
Poster dalam proses belajar dapat digunakan, misalnya untuk mengenalkan bahasan
yang mengandung peringatan tentang hal-hal berbahaya. Poster disamping
menyampaikan pesan juga dapat mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang
yang melihatnya.
Poster dapat dibuat di atas kertas, kain, kayu, seng, dan semacamnya. Pemasangannya
bias di dalam kelas di luar kelas, dipohon, di jalan, dimajalah. Ukuran fleksibel sesuai
kebutuhan. Namun secara umum poster yang baik hendaknya :
1)

Sederhana

2)

Menyajikan satu ide pokok untuk mencapai tujuan pokok

3)

Berwarna

4)

Slogannya ringkas dan jitu

5)

Tulisannya jelas

6)

Motif dan disain bervariasi

Poster dibedakan menjadi empat, yaitu :


1)

Poster niaga ; poster yang mempromosikan suatu produk

2) Poster pendidikan / kupusus ; poster yang berisi pengenalan pendidikan /


kursus-kursus pada masyarakat
3) Poster penerangan ; poster yang berisi penerangan atau penjelasan tentang suatu
program / rencana. Missal : poster KB
4) Poster kegiatan ; poster yang dimaksudkan memberikan keterangan akan adanya
sutu kegiatan / aktivitas tertentu. Missal : pameran buku
1. Peta
Webster mendifinisikan peta sebagai gambar yang menjelaskan permukaan bumi atau
sebagian dari padanya, yang menunjukkan ukuran dan posisi yang relative, menurut
skala yang digambarkan.
Peta / globe secara umum memberikan informasi tentang :
1) Keadaan permukaan bumi, daratan, sungai, lautan, gunung bentuk dataran, dan
sebagainya.
2)

Tempat-tempat serta arah dan jarak dengan tempat lain

3)

Data-data ekonomi, missal : hasil pertanian, industry, perdagangan.

Dengan penggunaan peta / globe dalam proses belajar mengajar mempunyai kelebihan
:
1) Memungkinkan siswa mengerti posisi dari kesatuan politik, daerah kepulauan,
dan lain-lain.
2)

Merangsang minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh geografis.

Peta menurut isinya dibedakan :


1) Peta fisika ; merupakan peta yang memberikan data khusus mengenai ketinggian
suatu daerah, iklim, tumbuh-tumbuhan, serta keadaan tanah
2)

Peta ekonomi ( peta produksi / peta industri )

Peta ini menunjukkan hubungan antara wilayah tertentu dengan keadaan ekonominya.

3) Peta politik ; Peta yang menggambarkan batas-batas suatu Negara sampai pada
bagian-bagian atau batas-batas terkecil, yang dilengkapi kata-kata terpenting, lautan,
sungai, danau serta rute transportasinya.
Peta ditinjau dari bentuknya dibagi atas :
1) Peta buta ; peta ini digunakan untuk menguji sejauh mana pemahaman siswa
tentang isi peta. Peta disajikan dalam bentuk kosong tanpa informasi.
2) Peta timbul ; peta berbentuk tiga dimensi yang menyajikan perbedaan tinggi
rendahnya permukaan tanah diwujudkan dalam relief.
3) Atkas ; himpunan berbagai jenis peta sehingga berujud semacam kamus
geografi yang lengkap.
4) Globe ; model bumi bulat dalam bentuk kecil. Globe memungkinkan untuk
melihat perbandingan darat dan laut secara tepat, perbandingan luas, jarak, bagaimana
bumi berputar, katulistiwa, garis lintang, garis bujur.
1. Papan
Dengan semakin terbukanya dunia pendidikan, maka penggunaan papan tidak terbatas
pada papan hitam. Jenis-jenis papan, antara lain :
1)

Papan tulis ; Penulisannya dengan kapur

2)

Papan putih ; penulisannya dengan spidol

3) Papan magnet ; digunakan untuk menempelkan benda-benda yang tidak


terlampau berat
4) Stensil papan tulis ; suatu alat untuk menggambar sesuatu yang terbuat dari
karton yang digambar dan dilubangi pada gambar. Penggunaannya dengan menempel
papan dan menaburkan serbuk kapur pada karton, apabila karton diangkat maka
tercetak titik-titik sesuai gambar.
5) Catakan papan tulis ; Alat bantu mengajar menggambar di papan tulis dengan
cara membuat gambar baik dari karton atau papan kemudian digunting sesuai bentuk
gambar. Penggunaannya guru tinggal menempel di papan dan menirunya dengan
kapur (menyalin).
6) Papan peragaan (display board) ; papan untuk menempelkan berbagai bentuk,
seperti : gambar, bagan, foto.

7) Papan flannel ; papan yang dilapisi kain flannel yang dapat untuk menempelkan
pias / kertas yang telah dilapisi dengan busa / kain pasir.
8) Papan tetap ; papan yang telah ada gambar ( tak dapat di hapus ). Kerangka dari
suatu bentuk tertentu, sehingga guru tinggal menjelaskan sesuatu dengan menambah
bagian-bagian secara detail.
9) Papan temple ; Papan yang dapat digunakan untuk menempelkan pengumuman,
berupa berita singkat, brosur.
10) Papan tali ; papan yang berupa bentangan tali yang dapat digunakan
menggantungkan struktur atau operasi angka / bilangan.
11) Papan selip (slot board / Pocket chart ) ; papan yang berguna untuk meletakkan
kartu-kartu kata / bilangan disusun menjadi satu kalimat / operasi bilangan
2.

Media tiga Media Tiga Dimensi

dimensi merupakan media pandang (visual) yang tidak diproyeksikan, misalnya :


a.

Kubus Struktur

Media ini dibuat dari beberapa kubus yang terbuat dari kayu ataupun karton. Pada
keenam sisinya bertuliskan kata-kata tertentu. Kubus pertama biasanya berisi kata
yang menduduki gatra subyek, kubus ke dua gatra predikat, kubus ke tiga gatra obyek,
dan gatra ke empat gatra keterangan. Akan tetapi dalam perkembangannya maka gatra
lain dapat disiapkan pada sela atau akhir kubus yang telah disebutkan di muka.
Kubus structural ini dapat pula digunakan untuk bidang studi selain bahasa Indonesia,
yaitu : dalam bidang studi bahasa inggris, bahasa arab, matematika (dalam operasi
bilangan)
b.

Bumbung substitusi

Media ini berupa bumbung panjang yang pada bagian luarnya dilapisi karton manila
yang dapat diputar (missal empat karton). Penggunaan media ini pada prinsipnya
sama dengan kubus struktur.
c.

Rotatoon ( Rota = putaran dan toon = pertunjukkan )

Media yang berupa rangkaian gambar yang berkaitan satu dengan lain ( seperti flip
chart) yang penyajiannya dengan memutar tombol pemutar sehinggga gambar akan
berganti sesuai dengan yang dikehendaki.

Dalam penyajian rotation ganda (dua macam gambar) dapat dilengkapi dengan
gambar tumpang tindih (overlays) seperti dalam media over head transparan (OHT).
d.

Model

Model adalah media yang mewakili benda sebenarnya. Suatu model mungkin lebih
besar, lebih kecil, atau sama dengan benda aslinya.
Macam-macam model antara lain :
1)

Model Penampang ( Cutaway Model )

Model penampang memperlihatkan bagaimana sebuah obyek itu tampak, apabila


bagian permukaannya diangkat untuk mengetahui susunan dalam bagiannya. Model
ini sering disebut model X-Ray atau model Crossection, yaitu model penampang yang
memotong.
Contoh : Model mata yang dibesarkan, model torso separuh badan sehingga siswa
dapat mempelajari anatomi pada organ tubuh manusia yang vital.
2)

Model Susun ( Build-Up Model )

Model susunan terdiri dari beberapa bagian objek yang lengkap, atau sedikitnya suatu
bagian penting dari obyek tersebut.
Contoh : Model susun dari tubuh manusia untuk mengenal susunan dan ukuran tubuh.
3)

Model Kerja (Working Model)

Model kerja adalah tiruan dari suatu obyek yang memperlihatkan bagian luar dari
obyek asli, dan mempunyai beberapa bagian luar dari obyek asli, dan mempunyai
beberapa bagian dari benda yang sesungguhnya.
Contoh : Suatu kelas membangun stasion cuaca sendiri. Para siswa mendirikan
Model Kerja dari rambut Hygrometer untuk mengukur hujan, indicator kecepatan
angin, panah arah angin, indicator awan, satu barometer indicator gerakan udara
(konstruksi sederhana yang petunjukkannya terdapat di dalam naskah Ilmu
Pengetahuan).
Model dibuat agar siswa tidak hanya mengenal prinsip akan tetapi siswa akan
mengetahui mekanisme suatu obyek berfungsi.

Contoh lain : telegraf, telepon, kapal api, mistar sorong, busur derajat, protaktor,
biola, seruling, harpa, tamburin (kesemuanya dapat dibuat dan merupakan bentuk dari
model kerja)
e.

Specimen

Specimen merupakan media yang merupakan bagian atau pecahan dari benda
sebenarnya (atau contoh). Misalnya : pecahan gelas, contoh daun, contoh uang, dsb.
f.

Mock up

Media yang berupa bagian benda yang ingin ditunjukkan cara kerjanya. Misalnya ;
guru akan mengajarkan tentang mesin pembangkit tenaga listrik, maka guru cukup
memperlihatkan salah satu bagian yang perlu diterangkan dengan membuat tiruannya
ke dalam kelas.
g.

Diorama

Diorama adalah sebuah pemandangan tiga dimensi mini yang bertujuan


menggambarkan pemandangan sebenarnya. Diorama biasanya terdiri atas bentukbentuk sosok atau obyek-obyek ditempatkan di pentas yang berlatar belakang lukisan
yang disesuaikan dengan penyajian.
Contoh-contoh penggunaan diorama, yaitu :
1)

Penggambaran saat-sat penemuan besar

2)

Peristiwa bersejarah

3)

Ilmu bumi ; interior gua, hutan, binatang tiruan, dsb

4)

Hasil produksi pabrik dan perindustrian

5) Adegan cerita, peristiwa pokok dari suatu cerita yang menceritakan urutan
kejadian.
h.

Rod Puppet (Boneka Panggung)

Boneka (marionette / bahasa perancis) ada dua, yaitu : 1) tubuh yang dihubungkan
dengan lengan, kaki dan badannya, digerakkan dari atas dengan tali atau kawat kawat
halus. 2) Boneka yang digerakkan dari bawah oleh seseorang dengan tangannya
masuk ke bawah pakaian boneka (wayang golek / sunda).

i.

Penggunaan Benda Nyata

Menggunakan benda nyata atau makhluk hidup (real life materials) dalam
pembelajaran sering kali paling baik, karena siswa akan dengan tepat memperoleh
pengalaman nyata. Penggunaan benda nyata perlu mempertimbangkan 1) apakah
memungkinkan dimanfaatkan dalam kelas secara efisien, 2) bagaimana caranya agar
benda nyata sesuai dengan pola belajar siswa, 3) dari mana sumbernya benda nyata
digunakan.
Penggunaan benda nyata dalam pelajaran dengan cara :
1)

Memperkenalkan unit baru perlu metode khusus yang menarik perhatian anak

2) Menjelaskan proses, benda nyata tepat untuk pengajaran yang menunjukkan


proses dan tidak sekedar benda (missal benda batu cadas, cristal)
3) Menjawab pertanyaan (perlu diuji sejauh mana keterlibatan siswa dalam
berinteraksi dengan benda nyata)
4)

Melengkapi perbandingan

5)

Unit akhir atau puncak.


3.

Media Pandang Berproyeksi Diam

Media pandang proyeksi diam (Still proyected Medium) mempunyai persamaan


dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Kecuali itu
bahan-bahan grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam.
Perbedaan yang jelas adalah media grafis langsung berinteraksi dengan pesan media
yang bersangkutan, sedang pada media proyeksi diam pesan tersebut harus
diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran. Adakalanya media
jenis ini disertai rekaman audio, tapi ada pula yang hanya visual saja.
Jenis media pandang berproyeksi diam, antara lain : film bingkai, film strip, Overhead
transparency, film bisu, opaque proyektor, dan mikrofis.
a.

Film Bingkai ( Slide )

Film bingkai adalah suatu film transparan berukuran 35mm dalam bentuk positif film,
yang biasanya dibungkus bingkai 2 X 2 inci ( 5 X 5 cm ) terbuat dari karton / plastic.
Film yang telah diframing (diberi bingkai) kemudian diproyeksikan pada layar di

ruang gelap baik secara manual, remote control, maupun dengan sunc tape (operasi
secara otomatis bersama suara).
b.

Film Strip (film rangkai)

Berbeda dengan film bingkai yang terpisah, maka dalam film rangkai film berujud
dalam satu rangkaian. Konsekuensinya dalam memproduksi, film rangkai harus
berurutan antara gambar satu dengan yang lain.
c.

Media Transparasi (Overhead Transparacy / OHT)

Media ini senantiasa disajikan secara bersama-sama dengan perangkat kerasnya yaitu
OKP (Overhead Proyektor). Media ini dibuat diatas bahan transparasi (film aceate
atau plastic). Cara penyajian transparasi antara lain :
1) Overlays : Penyajian transparasi secara tumpang tindih yang diproyeksikan
bersama-sama.
2) Revelation ; penyajian dengan cara buka tutup jendela, yaitu dengan membuka
dan menutup sebagian dari transparasi dengan maksud untuk mempertunjukkan
bagian-bagian tertentu yang mendapat perhatian terlebih dahulu.
d.

Film Bisu ( Silent Eine Projection )

Media ini diproyeksikan rangkaian gambar-gambar film dengan kecapatan putar


tertentu ( 20 gambar/detik ) sehingga menimbulkan kesan seolah gambar-gambar
tersebut bergerak. Dapat dikatakan media ini menyampaikan informasi melalui
lambang gerak.
e.

Opaque Proyektor ( Proyektor tak tembus pandang )

Media ini memproyeksikan benda-benda datar tiga dimensi. Kelebihan media ini,
bahwa bahan cetak, majalah bagan, peta dapat diproyeksikan secara langsung tanpa
dipindah ketransparan, kelemahan perlu ruangan gelap dan arus listrik yang besar.
f.

Microfis ( Microfishe )

Lembaran film transparan terdiri lambang-lambang visual (grafis maupun verbal)


yang diperkecil sehingga tidak dapat dibaca dengan mata telanjang, akan tetapi harus
menggunakan kartu mikro (Mikro card Reader)
Micro ini dapat meringkas 50 halaman buku kedalam satu lembar ( 3 X 5 inci )

4.

Media Visual Proyeksi Gerak

Media pandang proyeksi gerak dibedakan menjadi dua yaitu : media pandang
proyeksi gerak tanpa suara dan media pandang proyeksi gerak bersuara.
a.

Media Visual Proyeksi Gerak tak Bersuara

Yang termasuk dalam kategori media yang terdiri dari film gelang ( Loop Film ) yaitu
media yang terdiri dari film berukuran 8 mm atau 16 mm yang ujung-ujungnya saling
bersambungan sehingga film ini akan berputar terus berulang0ulang kalau tidak
dimatikan.
Film 8 mm lebih praktis karena dirancang dalam bentuk kaset, lama putarnya 3 4
menit, karena bisu terkadang guru perlu member narasi (ulasan)
b.

Media Visual Proyeksi gerak Bersuara

Yang termasuk dalam media ini antara lain :


1) Film ; Ada tiga macam ukuran film : 8 mm, 16 mm, dan 35 mm. 8 mm untuk
keluarga, 16 mm untuk sekolah, dan 35 mm untuk komersial.
Kecepatan putar film 16 mm, untuk bisu 16 gambar/detik, sedangkan bersuara 24
gambar / detik.
2) Televise ; Televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran
secara audio visual dengan disertai untuk gerak. Televise dilihat dari jumlah penerima
pesan tergolong dalam media masa.
Pada masa sekarang televisi telah dioptimalkan untuk dunia pendidikan.
3) Video ; Sebagai media audio visual yang menampilkan gerak semakin lama
semakin popular. Pesan berupa fakta maupun fiktif, bersifat informative, edukatif,
maupun instruksional. Maka video dapat dirancang sebagai media instruksional.
5.

Media Audio

Media audio merupakan salah satu media yang setiap hari selalu digunakan manusia
dalam komunikasi yang bersifat auditif. Demikian pula di dalam pembelajaran mulai
dari SD, sampai perguruan tinggi, media audio merupakan media yang banyak
digunakan (hasil penelitian).
Pemanfaatan media audio dalam pembelajaran terutama digunakan di dalam :

a.

Pengerjaan music literary (pembacaan sajak) dan dokumensi.

b.

Pengajaran bahasa asing ( dapat audio maupun visual)

c.

Pengajaran melalui radio (radio pendidikan)

d. Paket-paket belajar untuk berbagai jenis materi, yang memungkinkan siswa


dalam melatih daya penafsirannya dalam suatu bidang studi.
Beberapa kecakapan yang dapat dicapai melalui media audio :
a.

Pemusatan perhatian dan mempertahankan perhatian.

Contoh : siswa ditugasi menghitung kata-kata tertentu dalam suatu paragraf.


b. Mengikuti pengarahan, siswa mendengarkan suatu pernyataan singkat dan siswa
dapat menaai satu pertanyaan paling cocok dari beberapa jawaban.
Contoh : Soal dalam kaset dan lembar jawab ada pada siswa.
c.
Melatih daya analisis ; siswa dapat diminta mengupas satu kalimat dan
menirukan
d.

Memisah kata / informasi yang releven dan yang tidak releven.

Contoh : Memilih informasi releven dalam suatu paragraph


e.

Melatih daya ingat ; siswa mendengarkan dan mengemukakan kembali.

Beberapa kelebihan media audio yaitu :


a.
Tidak mahal dan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, program dapat
dihapus dan diganti.
b.

Peralatan audio banyak tersedia di sekolah

c.

Dapat untuk pengajaran individu dan kelompok

d.

Dapat untuk anak tuna netra, buta aksara

e.

Menambah pengalaman belajar bahasa bagi anak yang belum bias membaca.

Bentuk-bentuk penyajian media audio anrata lain :

a.

Bentuk Narasi (talk Program / Singel Voicing)

Bentuk ini berupa uraian topic permasalahan yang dibawakan secara sederhana, katakata yang akrab dan mudah dimengerti pendengar.
Bentuk ini periu pembicara yang menarik, bernada tidak menggurui
b.

Bentuk Percakapan (dialog)

Bentuk ini berupa percakapan dua pihak tentang sesuatu masalah. Pihak-pihak yang
terlibat saling tukar pendapat, oleh karena itu mereka mempunyai kedudukan yang
sama, dalam arti percakapan seimbang.
c.

Bentuk Wawancara

Merupakan bentuk percakapan antara dua pihak yang berbeda kedudukannya. Dalm
arti satu pihak menjadi pewawancara dan pihak lain orang yang diwawancarai.
Pertanyaan dan jawaban hendaknya satu persatu yang jelas dan tidak beruntun.
Wawancara dapat dibedakan :
1) Wawancara informasi ; ialah wawancara yang mengemukakan fakta-fakta,
kadang ada sedikit ulasan dari pewawancara dalam rangka melancarkan pembicaraan.
Missal : wawancara berita, program documenter, wawancara dalam majalah udara.
2) Wawancara pribadi ; ialah wawancara untuk mengenalkan pribadi seseorang
yang terkenal, penting, menarik, berprestasi untuk dapat mengemukakan ide-idenya,
kehidupannya, pengalamannya, prestasinya. Wawancara bentuk ini biasanya berjalan
lamban, menampilkan profil karakter atau potret orang yang ditokohkan.
d.

Bentuk Diskusi

Bentuk ini menempatkan beberapa orang untuk mengemukakan pendapat, pertukaran


ide / pandangan yang mungkin berbeda satu sama lain tentang suatu masalah. Diskusi
dapat berjalan serius atay ringan, namun semuanya bertujuan untuk mengajak
pendengar berpikir dengan jalan mengikuti penjelasan pendapat serta jalan pikiran
mereka yang berdiskusi.
Agar diskusi berjalan lancer, diskusi dipimpin seorangmoderator yang bertugas
menjelaskan masalah secara singkat, mengatur jalannya diskusi, mewujudkan
pertanyaan untuk mendorong pembicaraan ,dan moderator dapat menyimpulkan
pendapat pembicara.

e.

Bentuk Berita

Merupakan bentuk penyajian yang berisi sejumlah kesaksian mata, ringkasan pidato,
laporan kejadian, komentar, pembicaraan pendek, wawancara, yang hamper sama
dengan isi suatu Koran.
Program ini akan mahal jika dibuat secara professional.
f.

Bentuk Dokumenter

Program berisi berita mengenai peristiwa yang sesungguhnya terjadi. Lama program
15 60 menit. Documenter dapat menceriterakan kisah tentang sesuatu sedang terjadi
atau telah terjadi. Contoh : Letusan Gunung Gelunggung, pembuatan Koran, cara
menanam padi.
g.

Feature

Penyajian kupasan masalah yang sedang hangat dimasyarakatkan dengan berbagai


bentuk sajian yang berbeda menjadi satu program. Ada uraian, dialog, wawancara.
Tujuan feature adalah memberikan pendapat / penerangan melalui penggunaan suara
atau bunyi, baik di studio maupun di luar, langsung maupun interview.
h.

Majalah Udara

Program ini sama dengan feature akan tetapi tidak hanya satu masalah melainkan
beberapa topic yang disusun dalam berbagai bentuk
i.

Drama

Drama pada hakikatnya sandiwara yang mengandung konflik kejiwaan atau


pertentangan dalam kehidupan. Drama audio berbeda dengan drama panggung, drama
audio bersifat ganda, selain terikat pada kaidah drama juga harus sesuai untuk media
audio.
Bentuk drama, dibedakan : drama sosila ; artinya drama yang berisi pemecahan
masalah social (sosiodrama). Psikodrama, yaitu masalah yang beisi pembahasan
masalah-masalah psikologi.

BAB III

PERENCANAAN DAN PENGGUNAAN MEDIA


A. PEMANFAATAN MEDIA UNTUK PEMBELAJARAN
Media merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Di dalam
penggunaan media baik sebagai media maupun sebagai sumber belajar (laboratorium,
perpustakaan, pabrik, candi, taman, dan sebagainya) senantiasa disesuaikan dengan
tuntutan lembaga, kurikulum, tingkat kemampuan dan kematangan anak/karakteristik
anak didik, dan sebagainya.
Kelas merupakan wahana komunikasi antara guru dan siswa, sehingga perlu
diciptakan situasi yang kondusif, yang dapat memungkinkan terjadinya tukar menukar
dan mengembangkan ide-ide, pengertian-pengertian, dan pengalamannya. Kondisi
tersebut akan mendorong peningkatan peran guru dalam mengontrol efektivitas dan
efisiensi pembelajaran.
Hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah sejauh mana kemampuan guru dalam
mengenal dan menggunakan media sebaik-baiknya.
1. Mengenal Karakteristik Subyek Didik
Di dalam menggunakan media, guru terlebih dahulu harus mengenal karakteristik
subyek didik, baik kemampuan subyek, ketrampilan, maupun sikap, kebutuhan siswa
yang diselaraskan dengan tuntutan masyarakat dan tuntutan kurikulum.
Setiap siswa/kelompok siswa mempunyai kemampuan dan kebutuhan yang berbeda,
baik ditinjau dari usia, jenjang pendidikan, maupun latar belakang kehidupan siswa.
Untuk itu penyusun program media dan guru sebagai pengguna media harus
mengetahui pengetahuan, ketrampilan, dan sikap siswa (entry behavior) sebelum
mengikuti kegiatan pembelajaran. Di samping itu perlu mengetahui pengetahuan
prasarat apa yang harus dimiliki siswa. Misal : penggunaan audio bahasa inggris
mensyaratkan siswa memiliki perbendahaaraan kata yang cukup.
Untuk mengetahui entry behavior siswa dan kemampuan prasarat, dapat dilakukan
dengan test. Pengetahuan tentang entry behavior siswa akan membantu guru
menentukan jenis media yang akan dipilih.
Beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran, yaitu:
a. Pemanfaatan untuk situasi kelas (classroom setting)
Yaitu media yang dipadukan dalam proses belajar mengajar dalam situasi kelas.

b. Pemanfaatan media di luar situasi kelas:


1) Pemanfaatan bebas: misal penggunaan kaset bahasa inggris, siaran radio
pendidikan.
2) Pemanfaatan terkontrol , misal: siaran radio pendidikan denagn kontrol tugas.
c.

Pemanfaatan media secara perorangan, kelompok, atau masal.


2. Analisa Perilaku Awal Siswa

Untuk penggunaan media, maka guru dapat menganalisis kemampuan awal siswa
sehingga dapat disesuaikan dengan media yang akan dipilih. Edgar Dale membuat
suatu analisis penggunaan media disesuaikan dengan taraf pengalaman siswa yaitu
The Cone Experience yang terbagi atas : doing, observing, dan symbolysing.
Masing-masing dapat diuraikan
a. Doing, berupa pengalaman-pengalaman yang dapat mendorong individu untuk
memperoleh pengalaman langsung. Yang termasuk doing, yaitu:
1) Direct, pursefull experiences: merupakan pengalaman-pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dengan jalan berhubungan langsung dengan
benda, kejadian, dan keadaan sebenarnya di mana siswa aktif belajar/bekerja sendiri,
mengalami, memecahkan masalah sendiri, semua dihayati didasarkan atas tujuan
tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.
2) Contrived experinces (pengalaman tiruan)
Pengalaman yang diperoleh melalui benda-benda atau kejadian-kejadian tiruan dari
yang sebenarnya.
Proses penciptaan kembali, yang disebabkan benda atau kejadian yang sulit di dapat,
terlalu kecil/besar, terlalu jauh, terlalu rumit, dan sebagainya.
Misal : model, mock up, obyek.
3) Dramatic participation (dramatisasi)
Penyajian dalam bentuk drama dari berbagai gerakan sampai permainan yang
lengkap. Penyajian ini akan menarik perhatian, pelaku mengalam watak yang
diperankan, bernilai terapi, melatih kerja sama, melatih penguasaan bahasa, mimik,
sikap, dan gaya.

Misal : pantomim, tableau, puppet, psikodrama, sosiodrama, role playing.


b. Observing
Media ini mendorong siswa untuk melihat, mengamati, sehingga diperoleh
pamahaman materi. Termasuk media observing adalah :
1)

Demonstration (demonstrasi)

Melalui demonstrasi siswa dapat mengamati bagaimana sesuatu dikerjakan.


Demonstrasi memerlukan beberapa alat bahasa yang sederhana, persiapan yang baik,
waktu, tempat yang memadai. Di dalam pelaksnaan demonstrasi perlu memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga dapat mengurangi verbalisme,
salah persepsi, dan dapat meningkatkan interaksi belajar.
2)

Field Strip (Karya Wisata)

Dengan kegiatan karya wisata memberi kesempatan siswa melihat obyek yang
mengandung informasi secara langsung, sehingga akan memperluas dan memperkaya
pengalaman. Kegiatan karya wisata dapat diefektifkan dengan mencatat, diskusi,
tanya jawab, dan membuat laporan.
3)

Exhibition (Pameran)

Pameran mempunyai tujuan mempertunjukan/memamerkan hasil karya siswa,


perkembangan dan kemajuan sekolah dalam bentuk model, mock up, specimen, dan
barang hasil kerajinan.
4)

Motivation Pictures ( Televisi, gambar hidup/film )

Gambar hidup akan memberikan informasi aktual dan autentik (nyata) dan dapat
menghemat waktu, sehingga dapat menimbulkan minat dan perhatian anak.
5)

Still Pictures, radio, recording ( gambar diam, radio, dan kaset )

Gambar diam dapat berupa lukisan, ilustrasi, karikatur, kartun, poster, gambar seri,
potret slide, OHT, film strip, opaque proyektor.
Radio dan tape recorder dapat digunakan dalam pembelajaran yang efektif, dapat
menambah pengetahuan, pengalaman, dan memotivasi belajar. Siaran radio/kaset
dapat berupa ceramah, ceritera, wawancara, sadiwara, feature, majalah udara, narasi,
dialog, diskusi, dan sebagainya.

c. Symbolizing
Di dalam kehidupan intelek tidak dapat dilepaskan dari simbol, abstraksi, kerena
individu dapat belajar dengan tidak melihat. Individu belajar dari taraf konkrit ke arah
abstrak, dari sederhana ke kompleks. Termasuk dalam symbolizing, antara lain:
1)

Visual Symbol (lambang visual)

Yaitu visualisasi dari keseluruhan sesuatu yang dijelaskan ke dalam suatu bentuk
tertentu, misalnya : bnetuk sketsa, bagan, grafik, poster, komik, diagram, peta, dan
sebagainya.
2)

Verbal Symbol (lambang verbal)

Simbol-simbol mewakili obyek ide yang tidak sama dengan objeknya, misalnya
berupa kata, rumus, ide (baik, cantik)
Pengalaman belajar menurut Edgar Dale tidaklah terpisah secara diskrit, akan tetapi
kadang berkaitan antara satu dan yang lain, di mana pengalaman adalah sumber
belajar.
The Cone of Experience dapat digambarkan sebagai berikut :
10. Verbal symbol
9.

Visual symbol

8.

Still pictures, radio, recording

7.

Motion pictures

6.

Exhition

5.

Filed strip

4.

Demontrasion

3.

Dramatic participation

2.

Contrived experience

1. Direct, purseful experience


DOING

1
2
3
4
5
6
7
8
10
9
SYMBOLIZING
OBSERVING
Gambar The Cone of Experience Edgar Dale
B. PENGEMBANGAN MEDIA INTRUKSIONAL
Di dalam pengembangan media instruksional, meliputi kegiatan: pertama pembahasan
pengertian pengembangan media instruksional, kedua membahas langkah-langkah
dalam pengembangan media instruksional, ke tiga membahas tentang hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menyusun rencana program. Ke empat membahas tentang
langkah-langkah umum dalam penulisan naskah program media, ke lima membahas
langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam melaksanakan kegiatan produksi media,
ke enam membahas tentang maksud dan jenis-jenis uji coba program media
instruksional.
Mengingat jenis media bermacam-macam dan cara pembuatannya berbeda-beda,
maka dalam bahasan ini hanya dibahas prinsip-prinsip umum dalam pengembangan
media. Dengan pembahasan bahasan ini pembaca/guru/calon guru diharapkan dapat
memiliki kemampuan dalam merencanakan dan langkah-langkah pengembangan
media.
1. Pengembangan Media
Pengertian hakiki media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, hal ini
membuktikan bahwa kaset, radio, video, film, surat kabar, majalah, buku merupakan
media. Sedangkan intruksional (instruction = inggris) diartikan pembelajaran, yaitu
usaha-usaha atau kegiatan yang bertujuan agar sasaran didik/subyek didik belajar.
Dengan demikian dalam pemanfaatan media siswa merupakan titik sentral perhatian.
Dalam pembelajaran yang penting bukanlah apa yang dilakukan guru, akan tetapi apa
yang dapat dilakukan siswa (subyek didik). Proses belajar diharapkan bukan karena
guru mengajar siswa dapat belajar, akan tetapi dimungkinkan interaksi aktif antara

siswa dengan sumber belajar yang ada di lingkunagnnya. Kegiatan instruksional


berusaha memanfaatkan sumber belajar sumber belajar di lingkungan subyek didik,
supaya terjadi interaksi yng terarah antara siswa dan lingkungan, sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Media belajar adalah salah satu sumber belajar yang dapat
merangsang terjadinya proses belajar itu.
Media instrusuksional adalah media yang dirancang dan dikembangkan dengan teliti
sehingga media tersebut dapat menyalurkan pesan untuk mencapai tujuan
instruksional yang telah ditentukan.
Dalam hal pengembangan media dapat diartikan sebagai pembuatan media. Jadi
pengembangan berarti membuat media. Akan tetapi pembuatan tersebut melalui
proses perencanaan, penulisan, pengkaji ulangan, produksi, uji coba, dan perbaikan.
2.

Langkah-Langkah Pengembangan Media Instruksional

a. Menyusun rancangan isi


Langkah pertama adalah merumuskan tujuan dan menjabarkannya menjadi rancangan
isi program media.
b. Penulisan naskah
Setelah rancangan isi program isi tersusun, maka langkah berikut adalah penulisan
naskah. Naskah program media adalah rancangan produksi. Di dalam naskah segala
sesuatu yang harus dilakukan dalam memproduksi media itu harus telah
diidentifikasikan dan diuraikan dengan teliti.
c. Produksi program
Memproduksi program media berupa menterjemahkan naskah ke dalam bentuk
gambar, bentuk, atau rekaman sesuai naskah. Produksi berarti pengambilan gambar
dan perekaman suara yang kemudian dirangkai menjadi suatu penyajian yang baik
dan dimengerti subyek didik.
d. Uji coba
Untuk mendapatkan media yang dapat menunjang tercapainya tujuan, tidak cukup
hanya dinilai dari puas dan tidaknya pembautan media, baik buruknya media, akan
tetapi program harus dapat dimengerti oleh anak didik. Untuk mengetahui media
tersebut komunikatif atau tidaknya, kompleks atau tidaknya, perlu diuj coba pada
sebagian siswa sebagai sampel.

Dari uraian kegiatan pengembangan media dapat divisualisasikan dalam bagan arus
sebagai berikut :
Penulisan naskah
SELESAI
Uji Coba
Revisi
Tidak
ya
PRODUKSI
Bagan Arus : Pengembangan Media
3.

Pembuatan Rancangan Isi

Dalam rancangan isi terdiri dari tiga komponen, yaitu : topik, tujuan, fan pokok-pokok
materi program.
a. Topik
Topik ditentukan berdasar kurikulum yang digunakan dalam proses belajar mengajar,
kecuali itu program media haruslah berisi materi yang diperlukan siswa.
Kebutuhan belajar adalah kesenjangan/beda antara penegtahuan, ketrampilan, dan
sikap yang seharusnya dimiliki siswa, dengan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
yang telah siswa miliki.
Contoh: kurikulum kelas III SD menuntut supaya siswa bersikap bersih dan
menghargai kebersihan. Kalau pada saat ini semua siswa kleas III SD telah memiliki
siskap hidup bersih dan menghargai kebersihan, maka materi sikap hidup bersih dan
menghargai kebersihan bukanlah kebutuhan belajar siswa. Dengan demikian topik
didasarkan atas analisis kebutuhan siswa.
b. Tujuan Instruksional
Setelah topik ditentukan, perlu segera dirumuskan tujuan instruksional yang ingin
dicapai melalui program media. Tujuan disusun dalam kemampuan, pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan yang diharapkan dari siswa yang dapat diamati dan diukur
(obserable dan measureble).
c. Pokok-Pokok Materi Instruksional

Tujuan pembelajaran dapat tercapai bila bahan belajar disusun sesuai dengan tujuan
yang telah dirumuskan. Pokok-pokok materi merupakan penjabaran/ perincian lebih
lanjut dari tujuan yang telah dirumuskan.
Contoh: Jika tujuannya adalah Siswa dapat menjelaskan keuntungan keluarga kecil
., maka pokok-pokok materi dapat dijabarkan:
Keluarga kecil terdiri dari .
Pada keluarga kecil kesehatan ibu terjamin
Keluarga kecil ibu banyak waktu memperhatikan anak
Keluarga kecil, makanan dan pakaian lebih terjamin
Keluarga kecil lebih mampu membiayai sekolah
Berikut merupakan bagan arus pembuatan rancangan isi program media.
PEMBUATAN RANCANGAN ISI
R
A
N
C
A
N
G
A
N
I
S

I
TUJUAN
Analisis Kebutuhan
TOPIK
Analisis Sumber
Analisis Siswa
Pokok-pokok Materi
Bagan arus: Pembuatan Rancangan Isi Program Media
Adapun garis besar penyusunan rancangan isi program media dapat dibuat tabel
sebagai berikut:
Tabel: GARIS-GARIS BESAR RANCANGAN ISI PROGRAM MEDIA
No. Topik

Tujuan
Umum

Tujuan
Khusus
4.

Pokok-pokok Ket.
Materi

Penulisan Naskah

Sebelum penulisan naskah, langkah yang perlu dilakukan adalah mempelajari prinsipprinsip penulisan naskah.
Setiap media mempunyai kebiasaan sendiri dalam menuangkan isi program ke dalam
naskah. Secara garis besar penulisan naskah meliputi:
a. Format naskah
Tiap media mempunyai bentuk sendiri, misal: media audio terdiri dari tiga kolom,
yaitu kolom nomor urut, kolom pelaku dan jenis bunyi yang akan direkam
(musik/sound effect), kolom berisi kalimat-kalimat yang harus dibaca oleh pengisi
suara.
Naskah video terdiri dari kolom gambar dan petunjuk tentang pengambilan gambar,
dan kolom yang harus diisi dialog (kalimat) yang harus dibaca oleh pelaku,
musik/sound effect yang harus direkam.
b. Terminologi
Naskah adalah rencana produksi, naskah adalah pedoman sutradara, pelaku, teknisi,
dalam kegiatan produksi. Agar pedoman/petunjuk tidak salah tafsir, maka penulis
harus menggunakan terminologi yang biasa digunakan dalam penulisan naskah.

Misal: Off mike artinya; kode bagi pembaca/pemain untuk pada saat membaca naskah
mulutnya tidak diarahkan langsung ke mike.
Tilt down artinya; memberi petunjuk kepada juru kamera, bahwa gambar harus
diambil dengan gerakan kamera dari atas ke bawah.
c. Bentuk-bentuk Program
Ada berbagai bentuk program, misalnya dokumentasi, cerita, drama, feature, dan
sebagainya. Bentuk ini mempunyai gaya dan cara penulisan yang berbeda-beda,
karena itu bentuk-bentuk program ini juga perlu dipelajari dengan seksama.
Setelah penguasaan prinsip-prinsip penulisan naskah maka dapat menentukan
program apa yang akan ditulis. Pada penulisan harus senantiasa mengacu pada
rancangan isi yang telah disusun. Pokok-pokok materi yang telah dirinci di dalam
rancangan isi dialihkan ke dalam naskah sesuai bentuk program.
Naskah yang telah selesai ditulis perlu direview oleh orang yang dipandang ahli, baik
daris segi isi maupun dari segi penyajian, serta medianya. Idealnya review dilakukan
oleh ahli bidang pelajaran, ahli pengembang instruksional, dan ahli media
instruksional.
Reviewer bertugas mengkaji kelemahan-kelemahan yang ada dan memberi
saran perbaikannya.
Naskah yang telah dinilai baik oleh reviewer maupun penulis belum tentu baik bagi
sasaran didik, mungkin terlalu sulit bagi siswa, kurang menarik. Untuk itu naskah
perlu diuji coba kepada sampel sasaran didik. Sampel diberi gambar-gambar sesuai
uraian gambar. Naskah yang masih lemah perlu diperbaiki dan direvisi, naskah yang
baik siap diproduksi.
Adapun penulisan naskah dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :
PENULISAN NASKAH
PRINSIP PRINSIP PENULISAN NASKAH
PENULISAN
REVIEW
REVISI
UJI COBA
Tidak
ya

REVISI
PRODUKSI
Tidak
ya
.
5.

Produksi Program

Produksi program berarti mengubah naskah menjadi program siap pakai, baik berupa
kaset rekaman, film,slide, dan sebagainya. Kegiatan produksi ini dipimpin oleh
seorang sutradara dan melibatkan sejumlah kerabat kerja dan pemain.
Sutradara adalah orang yang bertugas menyiapkan, mengkoordinir, dan memimpin
pelaksanaan produksi. Baik buruknya suatu program menjadi tanggung jawab
sutradara. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sutradara dalam menjalankan
tugas:
a. Mempelajari Naskah
Seorang sutradara setelah menerima naskah, ia harus mempelajari denagn
seksama.Naskah harus dimengerti betul. Ia harus menghayati adegan demi adegan,
bagian demi bagian, situasi, perwatakan tiap pelaku naskah.
Dari penghayatan dapat dibayangkan adegan, situasi, suasana yang akan diciptakan.
b. Memilih Kerabat Kerja Produksi (crew)
Kerabat kerja adalah staf/orang-orang yang membantu sutradara dalam pelaksanaan
produksi. Jumlah crew tergantung media yang diproduksi.
Pada produksi program media audio, kerabat produksi yang diperlukan hanyalah
seorang atu dua orang operator mesin perekam. Produksi slide suara, kecuali dua
operator juga diperluakn juru kamera, juru gambar grafis, editor gambar, petugas
pemberi bingkai (framing=framer). Dlam produksi film lebih banyak lagi, antara lain :
juru kamera, juru lampu, juru suara, ahli rias, juru gambar grafis, properties, juru
dekor, desainer interior (ruang), kleper, asisten sutradara, juru catat dan sebagainya.
c. Memesan Studio

Dalam pembuatan media terstandar perlu diproduksi di studio yang lengkap


peralatannya, di mana studi banyak yang membutuhkan, maka supaya dapat bekerja
tanpa terganggu sutradara lain, perlu studio dipesan terlebih dahulu.
d. Pemilihan Pemain
Pemain mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam membawa perwatakan tertentu.
Oleh karena itu sutradara perlu memilih pemain sesuai perwatakan naskah.
e. Mempersiapkan Kegiatan Produksi
Setiap sutradara, pemain, kerabat kerja hanya mempunyai waktu terbatas, demikian
pula dalam penggunaan fasilitas. Untuk itu perlu disiapkan masak-masak
sehingga waktu, tenaga, biaya dapat dipergunakan secara efisien.
Beberapa aspek kegiatan yang perlu disiapkan:
1)

Kesiapan naskah : naskah telah diperbanyak keseluruh kerabat dan pemain.

2) Kesiapan kerabat dan pemain : perlu penjadwalan dan job diskripsion yang jelas
dan tepat.
3) Kesiapan peralatan : perlu cek peralatanyang akan digunakan, apakah semaunya
berfungsi dengan baik dan siap digunakan.
4) Kesiapan barang-barang yang akan digunakan : kesiapan peralatan perlengkap,
misal : alat rumah tangga, kendaraan, pakaian, yang dapat menciptakan suasana.
5) Menyiapkan lokasi : bila dilakukan di studio perlu disiapkan tempat dan
peralatan, bila di luar studio perlu ditentukan lokasi yang tepat. Sutradara dapat
mencari (hunting) lokasi bersama crew.
f.

Pelaksanaan Produksi

Pada jadwal pelaksanaan semua pemain da kerabat kerja produksi harus siap di tempat
yang telah ditentukan dengan segala peralatan, perlengkapan, yang diperlukan.
Pemain dapat segera menyiapkan untuk make up, latihan terakhir sebelum shooting
atau rekaman.
Kendali produksi ada di tangan sutradara. Produser tiap produksi media berbeda,
petunjuk lengkap dapat dilihat pada pembuatan media secara khusus.

Adapun produksi media dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:


PRODUKSI MEDIA
MEMPELAJARI NASKAH
PRODUKSI
LATIHAN PRODUKSI
MEMESAN FASILITAS PRODUKSI
MENUNJUK KERABAT
KERJA
MEMILIH
PERMAINAN
MEMBAGI
NASKAH
MEMPERBANYAK NASKAH
6.

Uji Coba

Suatu program agar baik dan efektive, sebelumdigunakan sasaran didik. Suatu
program media yang oleh pembuat dirasa baik, tetapi mungkin media tersebut tidak
menarik, sukar dipahami siswa, atau tidak merangsang proses belajar sasaran didik,
maka media dapat dikatakan tidak baik.
Uji coba dimaksudkan untuk melihat efektivitas progarm itu bila digunakan oleh
sasaran didik.
Adapun langkah uji coba, adalah:
a. Menentukan tujuan
Dalam uji coba harus dirumuskan secara spesifik dan jelas, apakah bertujuan untuk
melihat menarik tidaknya media, mengetahui mutu teknisnya, atau apakah sasaran
didik dapat belajar dari program itu, atau beberapa tujuan sekaligus.
b. Membuat alat uji coba
Data-data yang berkaitan dengan kebaikan, kelemahan, efisiensi, dan efektivitas
program dapat dikumpulkan melalui observasi, interview dengan sasaran didik,
kuisioner, atau tes. Untuk itu sebelum uji coba perlu membuat alat uji coba itu. Alat
uji coba dapat berupa daftar cek, pedoman interview, kuisioner, soal-soal tes.

Uji coba dapat dilakukan dengan :


1)

Uji coba orang-perorangan (one-to one try out)

Uji coba dengan dua atau tiga sasaran didik sabagai sampel. Sampel diminta belajar
dengan menggunakan media yang dicobakan. Siswa membaca, mendengarkan,
melihat program tersebut. Selama proses belajar kita dapat mengamati reaksi dari
sampel terhadap media.
Apakah sampel mengalami kesulitan dalam memahami program, apakah sampel
tertarik, atau sebaliknya.
Kita dapat memcatat dengan teliti, dan memberi tanda bagian mana yang sulit
dipahami, membingungkan, urutannya tidak logis, kurang menarik.
Uji coba dengan cara ini bermanfaat untuk media yang biayanya mahal.
2)

Uji coba kelompok kecil (small group try out)

Uji coba dilakukan pada sekelompok kecil siswa sebagai sampel. Sampel di tata
dalam setting PBM sebenarnya.
Uji coba meliputi program dan hal-hal lain, misal petunjuk pemanfaatan media,
prosedur KBMnya, evaluasinya. Dalam uji coba ini guru dilibatkan sebagai
pengembang program.
3)

Uji coba lapangan (field try out)

Dalam uji coba ini program digunakan betul-betul dalam proses belajar mengajar
sesungguhnya. Program beserta kelengkapannya seperti petunjuk pemanfaatan
petunjuk guru, alat evaluasi, dan sebagainya diserahkan pada guru kelas dan guru
melaksanakannnya.
Pengembang program tidak perlu ikut campur dalam proses belajar, tugas
pengembang mengamati dan mencatat kelemahan-kelemahan yang ada dan kesulitankesulitan yang dihadapi baik sasaran didik maupun guru.
C.

PATOKAN PEMBUATAN MEDIA GRAFIS

Webster mendefinisikan graphics sebagai seni atau ilmu menggambar, terutama


diartikan untuk menggambar mekanik. Dalam penerapannya pada media audio visual,
maknanya berkembang lebih luas, bukan hanya sekedar gambar saja. Graphics
(graphicos= Yunani) artinya melukiskan atau menggambarkan dengan garis-garis.

Graphics diartikan sebagai penjelasan yang hidup, penjelasan yang kuat atau
penyajian yang efektive.
Grafis sebagai media pengajaran dapat mengkombinasikan fakta-fakta, gagasangagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan ungkapan kata-kata dan gambar.
Baik dalam bentuk sketsa, diagram, grafik.
Nilai media grafis terletak pada kemampuan dalam menarik perhatian dan minat
dalam menyampaikan jenis informasi tertentu secara tepat. Peran utamanya
memvisualisasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan dalam bentuk yang ringkas dan
padat.
Media grafis yang baik hendaknya mengembangkan daya imajinasi atau citra anak
didik. Imajinasi dapat ditimbulkan dengan menata dan menyusun unsur-unsur visual
dalam meteri pengajaran. Beberapa patokan pembuatan media grafis antara lain :
1. Kesederhanaan
Dalam tata letak (lay out) media pengajaran tampak pada gambar yang cukup besar
dan jelas rincian pokoknya. Lambang-lambang gambar harus diberi garis yang cukup
tebal karena ingin ditonjolkan pentingnya, tetapi rincian penjelasannya cukup dengan
garis-garis tipis. Dalam hal ini, harus terlihat perbedaan antara latar depan dengan
latar belakang, unsur pokok yang ditonjolkan. Perhatian siswa harus dipusatkan pada
gagasan pokok atau inti pelajaran. Kata-kata, kalimat, huruf harus sederhana, ringkas,
padat, tetapi mudah dipahami siswa.
2. Keterpaduan
Media mengandung pengertian ada hubungan erat antara berbagai unsur visual
sehingga secara keseluruhannya berfungsi padau. Penggunaan unsur-unsur tumpang
tindih, panah, petunjuk arah, garis, bentuk, tekstur, warna, dan tuang secara seimbang.
3. Penekanan
Penekanan memegang peranan penting dalam penyajian media pengajaran, walaupun
penyajian visual bersifat tunggal, dengan satu gagasan pokoknya memiliki
keterpaduan, seringkali memerlukan titik penekanan pada satu unsur saja yang justru
memerlukan titik perhatian dan minat siswa. Dengan memanfaatkan ukuran,
hubungan, perspektif dan unsur-unsur visual seperti bentuk, garis, tekstur, warna, dan
ruang.
4. Keseimbangan

Keseimbangan dibedakan menjadi dua, yaitu keseimbangan formal dan in formal


(asimetris). Keseimbangan formal tampak pada susunan unsur-unsur visualnya terbagi
dua bagian yang sama dan sebangun. Keseimbangan asimetris unsur-unsur visualnya
ditata sedemikian rupa seimbang tetapi tidak simetris.
Keseimbangan simetris, sifatnya statis, huruf formal, penempatan huruf seimbang.
Keseimbangan asimetris, dinamis, kreatif, hidup, menarik, kreatif, tidak terfokus pada
titik tengah.
5.

Penggunaan Unsur-Unsur Visual

Beberapa unsur visual yang perlu digunakan, yaitu :


a. Garis
Dalam pesan visual dapat berfungsi untuk menghubungkan berbagai unsur bersamasama, serta mengarahkan pengamat dalam mempelajari unsur-unsur visual dalam
urut-urutan khusus. Garis berfungsi sebagai unsur visual adalah sebagai penuntun bagi
siswa dalam mempelajari konsep (rangkaian) gagasan, makna, atau isi pelajaran yang
tersirat dalam media visual.
b. Bentuk
Bentuk yang tidak lazim sering memberikan perhatian secara khusus kepada media
visual, maka media pengajaran semacam itu mampu menarik minat para siswa secara
efektif.
c. Ruang
Ruang terbuka yang mengelilingi unsur visual dan kata-kata akan menghindarkan
kesan keterpaduan.
d. Tekstur
Unsur yang memungkinkan timbul suatu kesan kasar atau halusnya permukaan.
Tekstur juga bisa dipergunakan seperti warna dalam hal penekanan, aksentuasi, atau
pemisahan, serta dapat menambah kesan keterpaduan.
e. Warna
Warna merupakan penambahan yang penting untuk sebagian besar media visual,
tetapi pemakaiannya harus hemat dan hati-hati bila menghendaki dampak yang

terbaik. Pakailah warna dengan maksud memberikan kesan pemisahan, penekanan,


keterpaduan.
Warna pada dasarnya dikelompokkan menjadi :
1) Warna Primer : yaitu warna pokok yang dapat digunakan untuk membentuk
warna lain (sekunder/tertier), yaitu : merah, biru, dan kuning.
2) Warna sekunder, yaitu warna yang dibentuk dari pencampuran dua warna
primer, yaitu :
a)

Merah dengan biru menjadi ungu

b)

Merah dengan kuning menjadi orange

c)

Biru dengan kuning menjadi hijau

3) Warna tertier, yaitu warna yang terjadi dari perpaduan warna-warna primer dan
sekunder, serta menggunakan jenis non warna (hitam dan putih). Warna tersier
cenderung terkesan kecoklat-coklatan dan nampak kusam, tua, dan primitif.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Ronald H., (1987), pemilihan Dan Pengembangan Media Untuk
Pembelajaran, Jakarta : Rajawali
Arief S. Sadiman. R. Rahardjo, Anung Haryono, (1986), Media Pendidikan, Jakarta :
Rajawali
Miarso, Yusuf Hadi, (1984), Technologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta : Rajawali.
Nana Sudjana, Akhmad Rivai, (1990), Media Pengajaran, Bandung : Sinar Baru.
Depdikbud (1987) Materi Penataran Jilid 1 30, Jakarta : Depdikbud.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://padmono.staff.fkip.uns.ac.id/category
/uncategorized/

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang[M1]


Dalam pengertian teknologi pendidikan media sebagai sumber belajar merupakan komponen
dari sistem intruksional disamping pesan, orang, teknik latar, dan peralatan. Pengetrian media ini
masih sering di kacaukan dengan peralatan. Media atau bahan adalah perangkat lunak berisi pesan
pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Peralatan atau perangkat
keras merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut.
Dari sini usaha-usaha penataan timbul, yaitu pengkelompokan atau klasifikasi menurut kesamaan
ciri atau karakteristiknya.

1.2 Rumusan Masalah


1.

Apa saja jenis-jenis dari media pembelajaran?

2.

Jelaskan karakteristik dari media pembelajaran!

3.

Jelaskan taksonomi menurut beberapa tokoh!

1.3 Tujuan Penulisan


1.

Untuk mengetahui jenis-jenis media pembelajaran.

2.

Dapat menjelaskan karakteristik media pembelajaran.

3.

Dapat menjelaskan taksonomi dari beberapa tokoh.

BAB II
PEMBAHASAN

TAKSONOMI MEDIA PEMBELAJARAN

2.1 Taksonomi Media Berdasarkan Rangsangan Belajar[M2]


Edling beranggapan bahwa siswa, rangsangan belajar dan tanggapan merupakan variabel
kegiatan

belajar

dengan

media.

Menurut

Edling,

media

merupakan

bagian

dari

enam unsure[M3] rangsangan belajar, yaitu dua untuk pengalaman audio meliputi kodifikasi
subjektif visual dan kodifikasi objektif audio, dua untuk pengalaman visual meliputi kodifikasi
subjektif audio dan kodifikasi objektif visual, dan dua pengalaman belajar 2 dimensi meliputi
pengalaman langsung dengan orang dan pengalaman langsung dengan benda-benda.
2.2 Taksonomi Media Berdasarkan Fungsi Pembelajaran
Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu benda untuk didemonstrasikan,
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar.
Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkannya dengan kemampuannya memenuhi fungsi
menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya.
2.3 Taksonomi Media Menurut Hirarki Pemanfaatannya Untuk Pendidikan
Menurut Duncan, semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya
investasinya, semakin sulit pengadaannya, tetapi juga semakin umum penggunaanya dan semakin
luas lingkup sasarannya. Sebaliknya, semakin sederhana perangkat media yang digunakan biayanya
akan lebih murah, pengadaannya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus, dan lingkup
sasaranya lebih terbatas. Jadi, pada dasarnya hirarki Duncan menurut tingkat kerumitan perangkat
media yang dipergunakan.

2.4 Taksonomi Media Berdasarkan Indera Yang Terlibat


Rudi Bretz mengklasifikasikan media berdasarkan indera yang terlibat, yaitu suara, visual dan
gerak.

Pada

klasifikasinya

tersebut,

ia

juga

membedakan

antara

media

siar

(telecommunication) dengan media rekam (recording), sehingga terdapat 8 klasifikasi media, yakni:
media audio-visual gerak, media audio-visual diam, media audio semi gerak, media visual gerak,
media visual diam, media semi gerak, media audio dan media cetak.

JENIS- JENIS MEDIA PEMBELAJARAN DAN


KARAKTERISTIKNYA

Dari uraian di atas telah dijelaskan berbagai pengklasifikasian media pembelajaran, namun
dalam makalah ini akan diuraikan jenis-jenis media secara umum yang akan didasarkan pada indera
yang terlibat seperti yang telah dilakukan Rudy Bretz. Dengan demikian, media dalam proses
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar, yakni media audio, media
visual, media audio visual dan multimedia.

A.

MEDIA AUDIO

Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu
memanipulasi kemampuan suara semata. Pada dasarnya, mendengarkan merupakan suatu proses
rumit yang melibatkan empat unsur, yakni:
1. Mendengar. Mendengar

merupakan

proses

fisiologis

otomatik

penerimaan

rangsangan

pendengaran. Mendengar adalah sebuah proses di mana gelombang suara masuk melalui telinga
bagian luar terhubung dengan gendang telinga di bagian tengah telinga dan menimbulkan getarangetaran yang kemudian merangsang impuls-impuls saraf sampai ke otak.
2. Perhatian.
3. Memahami. Memahami biasanya diartikan sebagai proses pemberian makna pada kata yang kita
dengar, yang sesuai dengan makna yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan.
4. Mengingat. Mengingat adalah menyimpan informasi untuk diperoleh kembali.

Karakteristik media audio


Ciri utama dari media ini adalah pesan yang disalurkan melalui media audio dituangkan
dalam lambang auditif, baik verbal maupun nonverbal. Karakteristik lainnya akan diuraikan dengan
menjelaskan kelebihan dan kekuranganya. Adapun kelebihan-kelebihannya adalah sebagai berikut:
1)

Mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu dan memungkinkan menjangkau sasaran yang
luas.

2)

Mampu mengembangkan daya imajinasi pendengar

3)

Mampu memusatkan perhatian siswa pada penggunaan kata-kata, bunyi, dan arti dari kata/bunyi
itu.

4)

Sangat tepat/cocok untuk mengajarkan musik dan bahasa. Sedangkan kekurangan media audio ini
adalah sifat komunikasinya hanya satu arah. Disamping itu, penyajian dengan suara, mempunyai
kekurangan ditinjau dari sudut pandang belajar.

B.

MEDIA VISUAL

Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan
yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal-visual terdiri atas
kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan; dan pesan nonverbal-visual adalah pesan yang
dituangkan ke dalam simbiol-simbol nonverbal-visual. Posisi symbol-simbol nonverbal-visual yakni
sebagai pengganti bahasa verbal, maka ia biasa disebut sebagai bahasa visual. Bahasa visual inilah
yang kemudian menjadisoftware-nya media visual.
Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri atas garis, bentuk,
warna, dan tekstur.[1]

Garis adalah kumpulan dari titik-titik.

Bentuk adalah sebuah konsep simbol yang dibangun atas garis-garis atau gabungan garis dengan
konsep-konsep lainnya.

Warna adalah digunakan untuk memberi kesan pemisah atau penekanan, juga untuk membangun
keterpaduan, bahkan dapat mempertinggi tingkat realisme dan menciptakan respon emosional
tertentu.

Tekstur digunakan untuk menimbulkan kesan kasar dan halus, juga untuk memberikan penekanan
seperti halnya warna.
Simbol pesan visual untuk pembelajaran hendaknya memiliki prinsip kesederhanaan,
keterpaduan dan penekanan.[2]

Kesederhanaan. Secara umum ia mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu
visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan
yang disajikan visual itu.

Penekanan. Meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep yang
ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat
perhatian siswa.

Keterpaduan. Ia mengacu kepada hubungan yang terdapat di antara elemen-elemen visual yang
ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama.

Karakteristik media visual


a.

Gambar

Gamabar secara garis besar dapat dibagi pada tiga jenis, yakni stetsa, lukisan dan
photo. Pertama, stetsa atau bias disebut jiga sebagai gambar garis (stick figure), yakni gambar

sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok suatu objek tanpa detail. Kedua,
lukisan merupakan gambar hasil representasi simbolis dan artistic seseorang tentang suatu objek
atau situasi. Ketiga, photo yakni gambar hasil pemotretan atau photografi.
b.

Grafik

Grafik adalah gambar yang sederhana yang banyak sedikitnya merupakan penggambaran data
kuantitatif yang akurat dalam bentuk yang menarik dan mudah dimengerti. Dengan mengalihkan
data angka-angka ke dalam sebuah grafik, arti angaka-angka tersebut menjadi jelas.
1) Grafik Garis
Grafik Garis yaitu, grafik berupa garis di atas suatu bidang yang dibagi petak-petak empat persegi
yang sama besar.
2) Grafik Batang
Grafik bisa pula merupakan gambar batang-batang, maka disebut grafik batang.
3) Grafik Lingkaran
Grafik bisa juga berupa lingkaran yang dibagi dari titik tengahnya menjadi beberapa sektor. Karena
ia berbentuk lingkaran, maka grafik demikian disebut grafik lingkaran. Tujuan grafik lingkaran ialah
memperlihatkan pembagian sebuah lingkaran, perbandingan antara satu bagian dengan bagian yang
lain dan antara masing-masing bagian dengan lingkaran seluruhnya.
4) Grafik Simbol
Grafik bisa juga berupa gambar-gambar atau simbol-simbol. Dalam hal ini namanya grafik gambar
atau grafik symbol atau disebut juga grafik piktorial.
c.

Diagram

Diagram sering juga digunakan untuk menerangkan letak bagian-bagian sebuah alat atau mesin
serta hubungan satu bagian dengan bagian yang lain.
d.

Bagan

Bagan hampir sama dengan diagram. Bedanya, bagan lebih menekankan kepada suatu
perkembangan atau suatu proses atau susunan suatu organisasi. Bagan ada kalanya disertai simbol
atau gambar, maka hal ini sifatnya piktorial. Ada juga bagan yang ditambah dengan keterangan
singkat.
1) Bagan Organisasi
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan struktur sebuah organisasi.
2) Bagan Arus
Bagan arus dapat diartikan sebagai beberapa anak sungai yang menuju ke satu arah yang sama
untuk bersama-sama melahirkan sebuah sungai yang baru.

3) Bagan Pohon
Bagan pohon digunakan untuk menjelaskan bahwa dari satu benda dapat dihasilkan berbagai benda
yang lain. Bagan pohon dapat juga digunakan untuk menjelaskan hubungan antara konsep iman,
islam, dan ihsan.
4) Bagan Proses
Bagan proses menggambarkan tahap-tahap pembuatan sesuatu. Dengan bagan ini dapat dijelaskan
tahap-tahap pembuatan kaca; dan dapat juga menjelaskan bagaimana sebuah rancangan undangundang diolah sehingga mencapai tahap terakhir untuk disahkan menjadi undang-undang; dan lainlain.
e.

Peta

Peta adalah gambar permukaan bumi atau sebagian daripadanya. Sebenarnya peta bisa disebut
juga sebagai bagan. Secara langsung atau tidak langsung peta mengungkapkan sangat banyak
informasi seperti lokasi suatu daerah, luasnya, bentuknya, penyebaran penduduknya, daratan,
perairan, iklim, sumber ekonomi, serta hubungan yang satu dengan yang lainnya.

C.

MEDIA AUDIO VISUAL

1. Film Gerak Bersuara


Media audiovisual ini dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi
peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni, seperti film
gerak (movie) bersuara, televisi, dan video. Jenis kedua adalah media audio visual tidak murni yakni
apa yang kita kenal dengan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya bila diberi unsure suara
dari rekaman kaset.
Dilihat dari indera yang terlibat, film adalah alat komunikasi yang sangat membantu proses
pembelajaran efektif. Apa yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan
lebih mudah diingat daripada apa yang hanya dapat dibaca saja atau hanya dapat di dengarkan saja.
Manfaat dan kerakteristik lainnya dari media film dalam meningkatkan efektifitas dan efisien proses
pembelajaran, di antaranya adalah:

Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

Mampu menggambarka peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat.

Film dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.

Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.

Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.

Mengembangakan imajinasi peserta didik.

Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.


Dalam menilai baik tidaknya sebuah film, Omar Hamalik sebagai mana dikutip Asnawir
(2002:98) mengemukakan bahwa film yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Dapat menarik minat siswa.

Benar dan autentik.

Up to date dalam setting, pakaian, dan lingkungan.

Sesuai dengan tingkatan kematangan audiens.

Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar.

Kesatuan dan sequence-nya cukup teratur.

Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.

2. Video
Karakteristik video banyak kemiripannya dengan media film, di antaranya adalah:

Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.

Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat.

Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.

Mengembangakan imajinasi peserta didik.

Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.


Namun selain kelebihan-kelebihan di atas, ia pun tidak lepas dari kelemahannya, yakni
media ini terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut.
Dilihat dari ketersediaanya, masih sedikit sekali video di pasaran yang sesuai denga tujuan
pembelajaran di sekolah. Di sisi lain, produksi video sendiri membutuhkan waktu dan biaya yang
cukup banyak.

3. Televisi

Television is an electronic motion picture with conjoined or attendant sound; both picture
and sound reach the eye and ear simultaneously from a remote broadcast point[M4] [3]. Definisi
tersebut menjelaskan bahwa televise[M5] sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik, yang pada
dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Maka televisi sebenarnya
sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat.
Televisi sebagai media pengajaran mengandung beberapa keuntungan antara lain:

Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa yang sebenarnya.

Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau berbagai Negara.

Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau.

Banyak mempergunakan sumber-sumber masyarakat.

Menarik minat anak.

Dapat melatih guru, baik dalam pre-servise maupun dalam inservice training.

Masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian mereka terhadap sekolah.

BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Jenis-jenis media pembelajaran :
1. Taksonomi menurut rudy bretz
2. Hierarki media menurut Duncan
3. Taksonomi menurut Briggs
4. Taksonomi menurut Gagne
5. Taksonomi menurut Edling
Karakteristik media pembelajaran:
1. Media grafis
2. Madia Audio
3. Media Proyeksi diam

DAFTAR PUSTAKA

Arif S. Sadiman, dkk. Media pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Arsyad Azhar, Media Pengajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.
Munadi Yudhi, Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru), Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.
http://www.mtkstkip.co.cc/2009/12/jenis-dan-karakteristik-media.html

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat
kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini
kami membahas Mengamankan Akun Media Sosial, suatu permasalahan yang selalu dialami
bagi masyarakat yang menggunakan media sosial utuk mengakses suatu informasi dengan
menggunakan
internet.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah keamanan yang sangat
diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan keamanan dalam memanfaatkan teknologi
informasi terutama yang menggunakan internet dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas
mahasiswa
yang
mengikuti
mata
kuliah
Jaringan
Keamanan
informasi.
Dalam proses pendalaman materi security ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan : Dr. Ir.
Ismi Aisyah, selaku dosen mata kuliah Keamanan Jaringan informasi, rekan-rekan mahasiwa
yang
telah
banyak
memberikan
masukan
untuk
makalah
ini.
Demikian makalah ini saya buat semoga memberikan faedah.

Bogor, 24 April 2014

Anda mungkin juga menyukai