LP Sinusitis
LP Sinusitis
OLEH
Sri Sugesti Widianingsih
03/172573/EIK/00353
KULIAH PROFESI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2005
SINUSITIS
BAB I
DASAR TEORI
A.
Pengertian
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi,
infeksi virus, bakteri dan jamur. Sinusitis biasa terjadi pada salah satu dari keempat
sinus yang ada (Cangjaya, 2002). Fungsi sinus adalah sebagai bilik personansi saat
bicara. Sinus menjadi tempat terjadinya infeksi.
B.
Etiologi
Berdasarkan jenisnya, sinusitis dapat dibagi sebagai berikut :
1.
Sinusitis akut
Sinusitis bersifat akut jika berlangsung selama 3 minggu atau lebih.
Penyebab sinusitis akut menurut Changjaya, 2003 adalah :
-
Infeksi virus
Sinusitis akut dapat terjadi setelah terinfeksi suatu infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas.
Infeksi bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya streptococcus pneumoniae,
haemophilus influenzae dan staphilus aerus).
Infeksi jamur
Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita
gangguan system kekebalan.
Penyakit tertentu
Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan system kekebalan
dan penderita kelainan sekresi lendir.
2.
Sinusitis kronik
jika berlangsung selama 3 8 minggu dan dapat berlanjut sampai berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun.
Penyebab sinusitis kronik :
-
Asma
Penyakit alergi
Gangguan
system
kekebalan/kelainan
sekresi
maupun
pembuangan lendir.
-
C.
Patofisiologi
Perubahan patologis pada umumnya sebagai berikut :
1.
2.
3.
terjadi, dan darah bercampur dengan secret. Secret yang mula-mula encer dan
sedikit, kemudian menjadi kental dan banyak, karena terjadi koagulasi fibrin dan
serum.
4.
5.
2.
3.
4.
Masih dipertanyakan apakah infeksi dapat disebarkan dari sinus secara limfatik.
Bentuk
hiperplastik. Mukosa dapat rusak pada beberapa tempat akibat ulserasi, sehingga
tampak licin dan telanjang, atau dapat menjadi lunak atau kasar akibat karies. Pada
beberapa kasus, didapati nekrosis dan sekuestrasi tulang, atau mungkin ini telah
diabsorbsi.
Pemeriksaan
mikroskopis
pada
bagian
mukosa
kadang-kadang
memperlihatkan hilangnya epitel dan kelenjar, yang digantikan oleh jaringan ikat.
Ulserasi pada mukosa sering dikelilingi oleh jaringan granulasi, terutama jika ada
nekrosis tulang.
mempersatukan tulang dengan mukosa. Jika hal ini terjadi, bagian superficial tulang
diabsorbsi sehingga menjadi kasar. Osteofit, atau kepingan atau lempengan tulang,
yang terjadi akibat eksudasi plastik, kadang-kadang terbentuk di permukaan tulang.
D.
Manifestasi Klinis
1.
Nyeri
Nyeri biasanya sesuai dengan daerah yang terkena, yaitu :
Sinusitis maksilaris : nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi, sakit
kepala.
2.
depan dan jika badan tiba-tiba digerakkan. Sakit kepala ini akan menetap saat
menutup mata, saat istirahat atau saat berada di kamar yang gelap. Sakit kepala
timbul tiap hari mulai pukul 10 - 11 dan berakhir pukul 3 - 4 sore. Pada sinusitis
kronik nyeri dan sakit kepala mungkin tidak ada kecuali bila terjadi gangguan
drainase dan fentilasi.
3.
4.
Gangguan penghidu
Indra penghidu dapat disesatkan (parosmia), pasien mencium bau yang tidak
tercium oleh hidung normal. Keluhan yang sering adalah hilangnya penghidu
(anosmia), terjadi karena sumbatan pada fisura olfaktorius di daerah kontra media.
Pada kasus anemia, dapat terjadi karena degenerasi filamen terminal N.
olfaktorius.
5.
Pembengkakan/edema
Jika sinus yang berbatasan dengan kulit terkena secara akut dapat terjadi
pembengkakan dan udema kulit yang ringan akibat periostitis. Palpasi dengan jari
mendapati sensasi seperti ada penebalan ringan/seperti meraba beludru.
6.
Secret nasal
Pus dalam rongga hidung dapat berarti empisema dalam sinus, mukosa hidung
jarang merupakan pusat focus peradangan supuratif, sinus-sinus lainlah yang
merupakan pusat fukus peradangan semacam ini. Adanya pus dalam rongga
menandakan adanya suatu peradangan sinus.
2.
Demam
3.
Letih, lesu
4.
E.
Pat way
F.
Penatalaksanaan
1. Sinusitis akut
Tujuan pengobatan sinusitis akut adalah mengontrol infeksi, memulihkan kondisi
mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri.
Pengobatan untuk sinusitis akut biasanya diberikan :
a.
b.
c.
b.
c.
b.
c.
Tindakan bedah
jarang dilakukan pada terapi sinusitis akut, jika dikerjakan biasanya hanya setelah
gagal dengan bermacam-macam terapi. Pembedahan yang diindikasikan pada
sinusitis kronis untuk memperbaiki deformitas structural yang menyumbat ostio
(ostium) sinus dengan tujuan mempermudah drainage.
Pembedahan dapat
kering.
Luksasi koonka hidung seringkali memperbaiki drainage melalui
hiatus semikularis.
Hanya dengan pembukaan kecil dibuat dengan cara intra nasal. Pembedahan
model Cadwell Luch dengan memakai drainage permanen ke dalam hidung.
Kedua jenis pembedahan tersebut dilakukan dengan anestesi lokal.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Anamnesa
Riwayat kesehatan ?
Adakah demam, sakit kepala hebat, dan kaku kuduk ? (tanda potensial
komplikasi)
Pemeriksaan rontgent sinus ? (untuk mengalihkan kemungkinan kelainan
Inspeksi
-
o
perdarahan.
Palpasi
Sinus frontalis dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan. Metode lain
untuk pengujian sinus adalah transiluminasi tenggorok untuk mendeteksi
udara/cairan dari dalam sinus. Untuk sinus frontal perawat menaikkan pen
light di dalam supraorbital pada tulang frontal. Cahaya masuk tulang ke
dalam sinus, udara normal ditemukan pada sinus, warna gelap ini adalah
cairan. Sinus maxilaris tempat perawat meletakkan pen light diantara rongga
orbita ketika inspeksi.
B.
Diagnosa keperawatan .
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mucus berlebih.
2. Nyeri sehubungan dengan adanya sumbatan drainase sinus.
3. Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya daya tahan tubuh.
4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap atau perubahan dalam status
kesehatan.
C.
Rencana keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mucus berlebih.
Outcome : Bersihan jalan nafas efektif, yang dibuktikan dengan :
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
5)
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
Jelaskan
6)
7)
8)
9)
10)
Penyakit kronis.
Outcome :
o
Status imun
Status infeksi
Intervensi :
1) Kaji dan monitor tanda-tanda vital : suhu, nadi setiap 4 jam, laporkan bila ada
kenaikan suhu.
2) Observasi warna, bau dan konsistensi sputum.
3) Ajarkan pada pasien untuk memilih makanan yang tinggi kalori, tinggi protein
dan tinggi vitamin.
4) Berikan dorongan kepada pasien untuk minum air 2500 ml/hari.
5) Kolaborasi dokter untuk pemeriksaan sputum, Ronsen sinus, pemeriksaan
kultus setiap hari, pemeriksaan hitung sel leukosit.
6) Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter.
7) Anjurkan pasien untuk menghindari hal-hal yang memicu alergi.
4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap atau perubahan dalam status
kesehatan.
Out come :
o
Intervensi :
1)
2)
D.
3)
4)
5)
6)
Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
disusun.
E.
Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana evaluasi yang telah disusun.
PERAN PERAWAT
Peran perawat sehubungan dengan adanya alat tersebut, diharapkan pasien
dapat secara mandiri dalam menggunakannya sehingga perawat berperan untuk
menjelaskan dan mendemontrasikan kepada pasien tentang :
1.
Fungsi alat.
2.
3.
4.
5.
Pemeliharaan alat.
1.