SEJARAH INTERNASIONAL
PERTAMA DAN
INTERNASIONAL KEDUA
Terjemahan Indonesia : Abdul Syukri, Agustus
1999.
Versi Online
: [Indomarxist.Net]
[http://come.to/indomarxist], Nov 2002
: Marxists Internet
Archive, Des. 2002
Keterangan
: Ijin publikasi online ini
adalah untuk tujuan non-komersil.
negara
dengan
"segala
sarana
yang
dalam
pecahnya
revolusi
tahun
1917)
Lenin
mengamati:
Sebelum 22 Januari 1905 partai revolusioner Rusia belum memiliki
keanggotaan secara luas saat itu kaum reformis menyebut kita
sebuah "sekte" (kelompok kecil). Seratusan organiser revolusioner,
sekian ribu anggota organisas lokal, setengah lusin koran revolusiner
yang terbit tidak lebih dari sekali bulan (material-material/ koran ini
biasanya di terbitkan di luar negerri dan di selundupkan ke Rusia
dengan kesukaran luar biasa; dan dengan bayaran pengorbanan yang
tidak kecil.) Seperti itulah partai-partai yang revolusioner dan
khususnya Partai Sosial Demokrasi Rusia, sebelum 22 Januari 1905.
Kondisi seperti itu membuat kaum reformis yang picik dan pongah,
mengeluarkan justifikasi (pembenaran) Revolusi Rusia adalah
peristiwa besar pertama yang membawa hembusan segar dalam
atmosfir Eropa yang pengap/membosankan, selama 35 tahun terakhir
sejak komune Paris. Perkembangan cepat dalam klas buruh Rusia, dan
kekuatan tak terbayangkan dari pemusatan sktifitas revolusioner
mereka.menghasilkan kesan yang mendalam bagi dunia dan
dimana-mana menghasilkan menih yang mempertajam perbedaanperbedaan politik. Di Inggris, revolusi telah mempercepat
pembentukan partai buruh independen. Di Austria terjadi desakandesakan yang kuat untuk menegakkan hak-hak politik rakyat. Di
Perancis, gaung revolusi Rusia ( mengambil bentuk dalam gerakan
sindikalisme) memberikan pencerahan pada tingkat praktek dan
teori bagi terbangunnya kecendrungan revolusioner proletariat
Perancis . Di Jerman revolusi Rusia menunjukan pengaruhnya dalam
penguatan buruh dalan sayap Kiri partai; menyeret mayoritas kaum
tengah ke Kiri . Menghasilkan penyingkiran kaum revisionis (Kanan).
Sehingga secara prinsip partai menetapkan metode revolusioner
dalam aksi-aksipemogokan umum. (Perang dan Internasional ,
halaman 61).
Pemberontakan besar tahun 1905 juga meninggalkan jejak yang
mendalam, di seluruh Asia dan merangsang revolusi-revolusi melawan
kekuatan kolonial di Turki, Persia dan China.
Betapapun revolusi itu di pukul balik dengan sangat keras.
Kekalahan revolusi dan kemenangan kekuatan kontra revolusi; telah
mendorong berlangsungnya periode reksi yang berkepanjangan , hal
ini bukan hanya berlangsung di Rusia, namun juga ditiap penjuru
Eropa. Trotsky menggambarkan kemunduruan politik tersebut
sebagai berikut:
Di Rusia kekuatan kontra revolusi menang . dan bersamaan
dengan ini dimulailah periode kemunduran dalam proletariat Rusia;
kemunduran kekuatan, baik secara politik maupun organisasi di
Austria , jalinan-jalinan kemajuan uang telah di capai oleh klas buruh
mengatakan bahwa kita tidak memiliki air. Segala kecintaan kita akan
kemanusiaan, tidak dapatr menghindarkan kita untuk menjadi orangorang Jerman yang baik Kami berpendapat bahwa prpaganda anti
militer bukan saja tidak benar dari sudut pandang teori, tapi juga
sama sekali berbahaya secara prinsip".
Dari sudut pandang yang sama sekali bertolak belakang
belakang dengan yang diatas; seorang Perancis yang bernama Herve,
mewakili posisi kaum ultra kiri. Herve berpendapat bahwa tiap
peperangan dapat diantisipasi dengan aksi pemogokan buruh besar
besaran, yang diikuti dengan pemberontakan. Menurut Lenin, Herve
telah melupakan, " Bahwa penggunaan atas suatu alat/sarana
(maupun sarana-sarana lainnya), dalam perjuangan ( menghadapi
perang) sangat bergantung pada kondisi-kondisi obyektif dari krisis
tersebut -secara ekonomi ataupun politik - yang dipercepat oleh
perang tersebut. Sehingga bukanlah bergantung pada keputusankeputusan yang telah dibuat oleh kaum revolusioner " (Karya-Karya
Terkoleksi Lenin, Volume 13, halaman 91).
Pengalaman yang telah menunjukan , bahwa aksi pemogokan
umum (ditingkat nasional) adalah sesuatu yang mustahil pada saat
pecahnya perang ketika chauvinisme dan persatuan nasional
sedang begitu memuncak. Ketika klas pemodal begitu kuat dan klas
buruhnya masih sangat lemah. Menurut Lenin formula yang diusulkan
oleh Herve adalah salah, karena, "tidak sanggup mengaitkan perang
dengan rejim kapitalis secara keseluruhan ; dan juga agitasi anti
milite rdengan kerja-kerja sosialisme secara keseluruhan " (dikutip
dari Lenin, volume 13).
Kasus herve ini terutama sangat penting untuk mempertunjukan
bagaimana semua seruan kaum borjuis kecil bagi avonturisme
(petualngan) dai arah ultra kiri, dengan berjudi atas persoalanpersoalan sedemikian pentingnya, yang merupakan kebalikan ekstrim
oportunisme justru dapat merupakan sisi lain dari mata uang yang
sama : sejarah mencatat bahwa Herve -si anti militer yang fanatikmenjadi patriot yang bebal pada tahun 1914.
Sayap Marxis dalam Internasional Kedua yang dipimpin oleh
Lenin, Roxa Luksenburg dan Clara Zetkin memenangkan perdebatan
(keempat) terakhir mengenai peperangan. Zetkin mengekspresikan
momen tersebut sebagai berikut :" keberanian semangat dan energi
revolusioner klas buruh dalam kapasitas tempurnya berhasil
memukul mundur keyakinan mandul yang digrenggam erat oleh
orang-orang
yang
bersandar
pada
metode
perjuangan
parlementarian ; dan juga berhasil mengatasi kedangkalan cara
pandang anti militeris kaum semi anarkis Perancis yang di
Tidaklah mengherankan bahwa mayoritas partai dan pimpinanpimpinannya kemudian membuat manuver 'banting setir, peperangan
yang telah mereka nyatakan pada bulan juli sebagai "agresi antar
kekuatan-kekuatan imprealis ". Tidak sampai satu bulan kemudian
pada bulan Agustus, mereka menjilat ludah mereka sendiri, dengan
mencanangkan perang sebagai upaya pembelaan bangsa secara
umum.
Partai sosial demokrasi Jerman menyerukan "pembelaan
bangsa" dalam menghadapi Rusia. Seturut sikap partai, anggotaanggota sosialis demokrasi di parlemen (reichstag), memberikan
suara mereka untuk mendukung pernyataan perang negeri Jerman
pada tanggal 4 Agustus 1914. Baru saja pada malam sebelumnya
tanggal 3 agustus pada rapat fraksi di parlemen di adakan
pemungutan suara. Dan hasilnya adalah 14 banding 110. Hanya sekali
suara yang menentang posisi partai untuk menolak dukungan
terhadap perang. Termasuk di antaranya adalah Haase, pimpinan
kaum tengah dan Liebknecht pimpinan kaum sayap kiri. Betapapun
sehari kemudian pada pertemuan 4 agustus di Reichstag, Haase
mewnyampaikan pernyataan yang sama sekali bertolak belakang.
Haase menggambarkan perang sebagai sebuah "fakta suram yang tak
bisa dielakkan" dan dengan demikian "menolak untuk meninggalkan
tanah air dalam ancaman mara bahaya dan teror yang di akibatkan
negeri Belgia, yang saat itu sedang di serang dan hampir di duduki
oleh Jerman.
Di Belgia sendiri kaum sosialis dan pimpinan-pimpinan serikat
buruhg berhimpundan meyatakan dukungan mereka pada raja Albert.
Bahkan Vandervelde sendiri, kepala kantor Pusat Sosialis
Internasional, menyatakan kesediaannya menjadi menteri dalam
kabinet perang raja Albert!. Di Perancis bukan saja kaum sosialis,
bahkan kaum sindikalis (yang secara teoritis menolak segala bentuk
pemerintahan) kali ini bangkit mendukung pemerintah Perancis.
Rupanya sebuah "serikat suci" yang meliputi segenap kelompok
maupun partai untuk membela "la patrie " (tanah air) telah di
kumandangkan.
Di Inggris pada tanggfal 1 sampai dengan 2 Agustus 1914
memang di selenggarakan rapat-rapat akbar uyntuk "menghentikan
peperangan" , yang di prakarsai oleh kaum sosialis dan partai Buruh.
Namun hanya beberapa hari kemudian Partai Buruh dan Kongres
Serikat-serikat Buruh memberikan dukungan penuihnya kepada
pemerintahan perang. Memang masih ada juga kecendrungan pasifis
(yang pasif /menolak segala bentuk kekerasan) yang di kampanyekan
oleh Ramsay Mac Donald ( yang keluar dari jabatannya sebagai ketua
Partai Buruh), ataupun juga oleh Partai Buruh Independen
dalam
tapal
batas
masing-masing
(batlefronts).
Pertahanan/pembelaan tanah air tidak memiliki relevansi dalam
agresi
yang
saling
bertarung
tersebut
di
atas.
2. "Adalah kewajiban dari segenap proletariat yang berkesadaran
klas, untuk membela dfan mempertahankan solidaritas klasnya, juga
untuk membela semangat internasionalisme, maup[un ketegaran
sosialisnya melawan chauvinime yang tak terkendalikan dari klikklik 'Patriotik' Borjuis di seluruh dunia. Bila kaum buruh yang
berkesadaran klas pada akhirnya 'angkat tangan' dari kewajiban ini
maka ini berarti bahwa mereka telah mencampakan aspirasi bagi
demokrasi dan kebebasan; singkatnya mencampakan aspirasi sosialis
diri mereka sendiri" (Karya-Karya Terkoleksi Lenin, Volume 21,
Halaman
29).
3. Kaum oporutnis telah menghianati prinsip-prinsip sosialisme.
Untuk itu perlawanan tanpa akhir harus di tujukan kepada mereka.
Kaum oportunis tersebut adalah 'penghianat-penghianat keji yang
paling membahayakan'. Kami memandang tidak ada lagi penyatuan
ataupun perdamaian dengan mereka; sebagaimana yang di usulkan
oleh
kaum
tengah.
4. Internasional yang lama( baca;internasional kedua)telahg gugur.
Dan kita hanya perlu melakukan up[acara penguburan sekedarnya.
Yang terpenting adalah, kita harusa belajar dari sebab-sebab
keruntuhannya, dan segera bangkit untuk meletakkan pondasi/syaratsyaratbagi
kelahiran
internasional
yang
baru.
5. Musuh utama kita sesungguhnya ada di dalam rumah kita sendiri
(baca; didalam negeri). Tugas mendesak dan strtegis bagi kita
sesungguhnya adalah, untuk mengembalikan perang imprealis
menjadui perang kaum buruh bagi penggulingan yang revolusioner
atas kapitalisme. Satu-satunya jalan bagi sosialisme dan perdamaian
sejati adalah justru lewat akasi massa yang revolusioner.
Sungguhpun kemudian, Trotsky tidak lagi menjadi anggota Bolshevik,
namun ia tetap menerima cara pandang di atas. Trotsky masih harus
mengatasi sisa-sisa kecendrungan untuk 'rujukan' atau 'berbaikbaikan' kembali dengan kaum tengah Rusia, maupun untuk
memformulasikan posisinya setegas dan stajam Lenin. Betapapun, ia
memiliki cara pandang internasionalis dan masih berpegang
kepadanya.
Dalam otobiografinya, Trotsky mengingat pemungutan suara
pada tanggal 14 Agustus 1914, sebagai berikut: "Hari itu
membekaskan salah satu kenangan yang paling tragis dalam hidupku"
(Aku kira Lenin juga mengalami hal yang sama). Kemudian pada 9
agustus 1914 Trotsky kembali menulis di buku hariannya, "Jelaslah
sudah bahwa persoalan yang menimpa kita di sini, bukanlah sekedar
kekeliruan atau kesalahan akibat tindakan beberapa kaum oportunis
bukannya sekedar statemen (pernayataan) yang keliru dalam tribun
kami tidak jeri atau gentar atasnya. Kami tidak menyerah dan
berputus asah aytas fakta keruntuhan internasional ( kedua ). Sejarah
telah senantiasa meletakkannya kembali, pada posisi sebenarnya. Era
revolusioner akan menumbuhkan kembali benih-benih berupa bentukbentuk baru organisasi, yang bermunculan dari "sumber-sumber mata
air" yang tak pernah kering dari sosialisme proletariat. Bentuk-bentuk
baru perjuangan akan setara dengan tugas-tugas baru yang tidak
kalah besarnya, kami akan tetap menjaga kejernihan pikiran dan
orientasi yang tak terpadamkan. Kami merasakan betul kekuatankekuatan kreatif hasir bersama kami, memberikan panduan bagi masa
depan. Sudah hadir bersama-sama kami, bahkan lebih banyak dari
yang nampak di permukaan. Esok akan menunjukan, bahwa kita lebih
besar dari hari ini. Dan esok lusa, jutaan kawan akan bangkit, tegak
bersama di bawah panji-panji kita. Jutaan kawan buruh -- bahkan
setelah 67 tahun sejak kelahiran manifesto komunis -- akan bangkit
berjuang. Seberat apapun tekanan yang akan menimpa Mereka
tidak akan kehilangan apa-apa, selain mata rantai yang
membelenggunya (Trotsky, Perihal Perang dan Internasional, Halaman
76-77).
Terdorong oleh gagasan-gagasan ini, kaum sosialis revolusioner
memanggul ke muka, perjuangan bagi internasionalisme, dari tahun
1914 s/d 1917. Sejarah memulihkan kembali keharuman nama baik
mereka, dalam Revolusi Oktober 1917. Kejayaan inilah yang
menghantarkan syarat-syarat bagi penegakkan kembali Internasional
Ketiga.