Anda di halaman 1dari 50

GEORGE NOVACK

SEJARAH INTERNASIONAL
PERTAMA DAN
INTERNASIONAL KEDUA
Terjemahan Indonesia : Abdul Syukri, Agustus
1999.
Versi Online
: [Indomarxist.Net]
[http://come.to/indomarxist], Nov 2002
: Marxists Internet
Archive, Des. 2002
Keterangan
: Ijin publikasi online ini
adalah untuk tujuan non-komersil.

SEJARAH INTERNASIONAL PERTAMA DAN


INTERNASIONAL KEDUA
Oleh: George Novack
Daftar Isi
Bab I
: Pembentukan Internasional
Pertama (1864-1876)
Bab II : Kebangkitan Kaum Buruh dan
Sosialis Internasional (1889-1904)
Bab III : Menjangkitnya Oportunisme dalam
Sosialis Internasional (1904-1914)
Bab IV : Perang Dunia Pertama dan
Keruntuhan Internasional
**

Bab I: Pembentukan Internasional Pertama (18641876)


Internasional pertama dilahirkan di Inggris. Kelahirannya di
Ingris ini bukanlah merupakan suatu kebetulan belaka. Inggris --yang
merupakan tempat kelahiran kapitalisme industrial -- adalah negeri
yang paling maju secara ekonomi pada abad 19. Antagonismeantagonisme klas modern pertama kali muncul dan berkembang
secara sangat kuat di Inggris. Tidak mengherankan kalau bentukbentuk esensial dari perjuangan proletarian melawan kapitalis, pada
awalnya di wujudkan disana juga. Dalam pergerakan besar kaum
Chartis di tahun 1840-an, Inggris menjadi saksi bagi gerakan politik
pertama dari proletariat sebagai sebuah klas. Di Inggris, pulalah klas
buruh pertama kalinya mengorganisir dirinya ke dalam serikat-serikat
buruh. Adalah pimpinan-pimpinan klas buruh Inggris -- yang berani
dan berwawasan jauh kedepan-- yang pada mulanya sampai kepada
pemahaman jernih tentang perjuangan klas; baik sebagai faktor
historis maupun sebagai prinsip dalam merumuskan taktik. Di
Ingggris juga proletariat pertama kali memproleh wawasan yang
mendalam (tentang solidaritas kaum buruh secara internasional), dan
melihat adanya keharusan bagi aksi terpadu dalam perjuangan
melawan kaum kapitalis, berlandaskan solidaritas.
Internasional Pertama tidaklah jatuh begitu saja dari langit,
dalam bentuknya yang sudah matang/sempurna. Internasional
Pertama juga bukanlah hasil buah pikiran Marx yang jenius semata.
Internasinal Pertama merupakan produk sejati dari pergerakan klas
buruh, buah dari inisiatif keras yang di hasilkan oleh peloporpelopornya. Internasional tumbuh dalam rangkaian panjang
perjuangan klas, yang di semai dengan benih-benih internasionalisme.
Kehadirannya juga telah dipersiapkan oleh sejumlah perintis yang
telah menyebarkan gagasan dan sentimen-sentimen solidaritas
proletarian; yang tumbuh dan berkembang dalam lingkaran-lingkaran
kecil kaum buruh yang paling sadar. Hal ini tetap berlangsung,
bahkan dibawah kondisi yang paling keras dan menindas.
Terhitung sejak tahun 1854 sampai dengan 1864, telah
berlangung serangkaian usaha yang dilaksanakan oleh organisasiorganisasi klas buruh; yang berpuncak pada pendirian Internasional
Pertama. Kami akan mengedepankan tiga organisasi yang paing
signifikan pada masa-masa itu. Yang pertama adalah Masyarakat

Fraternal Demokrat ( Society of Fraternal Democrats). Organisasi ini


di bangun pada tahun 1845 oleh Julian Harney di London; dimana
pelarian -pelarian politik dari seantero benua Eropa datang
berkumpul. Inilah juga organisasi klas pekerja yang pertama. Yang
kedua adalah Liga Komunis (Communist League). Lewat liga inilah
untuk pertama kalinya karya-karya Marx dan Engels -- dalam
Manifesto Komunis-- membrikan arahan program dan teoritis yang
benar bagi perjuangan buruh internasional. Yang ketiga adalah
Komite Internasional (International Commitee), yang diorganisir oleh
Ernest Jones di London. Lewat manifestonya dan rapat-rapat
akbarnya,
organisiasi
ini
tetap
mempertahankan
tradisi
internasionalisme selama tahun -tahun reaksioner 1850-an.
Demikianlah setelah kondisi-kondisi bagi pembentukannya telah
matang, Internasional Pertama didirikan berpondasikan kerja-kerja
keras yang di hasilkan oleh para perintisnya. Setelah kekalahan
revolusi 1848 -- dan perkembangan kapitalis yang melonjak selama
tahun 1850-an gerakan buruh menjadi sangat tertekan. Banyak orang
mengira bahwa gerakan buruh tidak akan pernah berhasil
memulihkan api revolusionernya'; sebagaimana yang pernah
ditampilkan pada masa-masa puncak Revolusi 1848. Walau gagasan
internasionalisme sementara memudar, ia tidak pernah benar-benar
lenyap. Gagasan ini tetap dipelihara dalam keloimpok-kelompok kecil
di berbagai tempat yang terpencar, oleh pimpinan klas-klas buruh
yang teruji. Mereka yang pernah mengalami sendiri periode-periode
reaksi yang pasang surut sepanjang abad 19; dapat di mengerti
suasana macam apa yang berkecamuk saat ini .
Kemudian
pada
tahun-tahun
akhir
1850-an
terjadilah
serangkaian peristiwa yang mengubah situasi internasional. Peristiwa
ini membangkitkan kembali gerakan buruh, dan mengobarkan
semangat internasionalisme. Peristiwa-peristiwa penting tersebut
diantaranya adalah krisis ekonomi di tahun 1857 (tercatat sebagai
krisis yang sangat parah dan menyebar paling luas selama abad 19),
yang lainnya adalah perang kemerdekaan Italia di tahun 1859, dan
pecahnya perang saudara di Amerika Srerikat sejak tahun 1860-1861.
Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut membawa konsekuensikonsekuensi yang sangat besar secara ekonomi politik -- di Perancis
dan Inggris -- dua negeri industrial yang paling maju di Eropa saat itu,
peristiwa-peristiwa
tersebut
mengakibatkan
melemahnya
kediktatoran Napoleon III, dan memaksanya untuk memperluas
konsesi-konsesi ekonomi politik dalam rangka meredam kaum buruh
Perancis. Selangkah demi selangkah kaum buruh mencapai berbagai
kemajuan. Mereka di berikan kesempatan untuk memilih dalam
Pemilu, dan Undang-undang yang melarang serikat buruh untuk

memperbaiki kondisi kaum buruh juga di cabut. Betapapun,


perkembangan yang menentukan terjadi di Inggris. Walau kaum
buruh Inggris telah memenangkan hak untuk membentuk serikatserikat buruh sejak tahun 1825, massa buruh tetap tidak di
perbolehkan memilih dalam pemilu. Sementara itu perkembangan
kapitalis di benua Eropa, telah melahirkan persaingan yang
mengancam buruh-buruh di Inggris. Ketika kaum buruh di Inggris
berjuang untuk upah yang lebih tinggi dan jam kerja yang lebih
singkat ; kaum pemilik modal di Inggris mengancam untuk
mendatangkan tenaga-tenaga buruh murah dari Prancis, Belgia,
Jerman dan negeri-negeri lainnya. Pecahnya perang di Amerika dan
embargo atas produk-produk ekspor, menyebabkan krisis persediaan
kapas; yang akibatnya sangat memberatkan buruh-buruh pabrik
tekstil di Inggris.
Kondisi-kondisi ini mengguncang serikat-serikat buruh Ingggris
dan mendesak mereka untuk mengembangkan apa yang kemudian di
kenal dengan "Unionisme Baru"; yang dikepalai oleh sejumlah
pimpinan berpengalaman dari kalangan buruh permesinan, buruh
bangunan, buruh pabrik sepatu, dan serikat-serikat buruh lainnya.
Orang-orang tersebut di atas mulai menyadari arti pentingnya
perjuangan politik bagi serikat buruh, dan mereka mulai menaruh
perhatian besar pada urusan-urusan politik dalam dan luar negeri.
Mereka juga mulai menyelenggarakan rapat-rapat akbar raksasa,
menuntut Perdana Menteri Palmerston, atas konspirasinya yang
mengintervensi "pihak utrara" dalam perang saudara Amerika. Pada
saat yang sama, mereka menyelenggarakan resepsi penyambutan atas
Mazzini -- seorang pejuang kebebasan dari Italia -- ketika ia
mengunjungi London di tahun 1864.
Kebangkitan klas buruh di Inggris dan Perancsis juga
membangkitkan kembali gagasan Internasionalisme. Kunjungan
delegasi buruh Perancis ke pameran dunia di London pada tahun
1864. Terlebih lagi dengan konspirasi bersama antara negeri
Perancis, Inggris dan Rusia untuk memukul usaha Polandia untuk
memisahkan diri di tahun 1863 telah mendorong terjadinnya
kontak, korespondensi, pertukaran hubungan yang timbal balik
---antar kaum buruh di negeri-negeri tersebut untuk membicarakan
dan berusaha memecahkan persoalan kaum buruh secara bersamasama pula. Ini semua bermuara pada kesepakatan untuk
menyelenggarakan
pertemuan
bersama
secara
resmi,
dari
perwakilan-perwakilan kaum buruh Perancis dan Inggris di gedung
St. Martin's Hall, London, pada 26 September 1864. Pertemuan ini
berhasil mengeluarkan keputusan-keputusan, antara lain dengan
terpilihnya sebuah komite -- yang bertugas merancang statuta
AD/ART Pperhimpunan klas pekerja internasional - untuk di timbang-

terimakan/di sahkan dalam kongres Internasional yang akan


diselenggarakan di Belgia tahun depan. Pemberitaan-pemberitaan
surat kabar meliputi tentang pembentukan komite tersebut, yang
terdiri dari perwakilan barbagai serikat buruh yang berasal dari
berbagai negeri. Sedikit disinggung juga tentang Karl Marx.
Sungguhpun kita semua tahu betapa besar sumbangan yang
diberikannya bagi organisasi tersebut.

PERANAN KARL MARX


Kegagalan revolusi tahun 1848, mengakibatkan terguncangnya
Liga Komunis, yang tidak lama kemudian diikuti pembubarannya.
Dalam tahun-tahun terakhir reaksi yang panjang ini -- walaupun masih
mengikuti perkembangan berbagai peristiwa dengan cermat-- Marx
dan Engels dalam pengasingannya, mencurahkan perhatian pada
kerja-kerja ilmiah mereka. Memaklumi bahwa "untuk segala sesuatu
ada musim/masanya sendiri-sendiri". -- Mereka menanti-- kan saat
yang tepat bagi arus balik gelombang sejarah -- yang dapat
mengembalikan mereka pada aktifitas-aktifitas praktis keorganisasian
gerakan buruh. Masa-masa dimana gerakan revolusioner dan kaum
buruh menampilkan semangat baru, saat-saat dimana para pejuang
sejati mengenakan perisai dan perlengkapan perangnya, maju ke
medan laga . Pada 13 februari 1863, Marx menulis surat kepada
Engels, " era revolusi telah kembali terbentan di Eropa " (Marx Engels, Korespondensi Terseleksi New York, halaman 144) . Ketika
Komite Buruh Internasional telah terbentuk, Marx menuliskan
kepadakawan-kawannya di Amerika, " walau selama bertahun-tahun
aku menolak secara sistimatis segala keterlibatanku dalam organisasi
manapun juga kali ini aku menerimanya, karena benart-benar ada
peluang untuk melakukan kerja-kerja yang berubah" (Mehring,
Halaman 323)
Tidak lama kemudian Marx tampil kemuka sebagai pemimpin
imtelektual komite tersebut, yang beranggotakan 50 orang, setengah
daripadanya adalah buruh-buruh Inggris. Setelah yang lainnya
menyatakan tidak sanggup, Marx mengambil alih tugas penyusunan
draft/rancangan program dan statuta Internasional Pertama. Secara
antusias dan suara bulat, komite tersebut menerima rancangan "
Amanat Inagural/Pelantikan " dan Aturan-aturan Peralihan" yang
disusun oleh Marx. Hanya ada sedikit tambahan permintaan tentang
penambahan beberapa ungkapan abstrak, perihal hak dan kewajiban,
kebenaran, moralitas, dan keadilan". Marx kemudian menceritakan
kepada Engels bahwa --Ia menyisipkan ungkapan-ungkapan tersebut

sedemikian rupa -- sehingga ia tidak menyinggung harapan para


peserta lainnya.
"Amanat Pelantikan Bagi Asosiasi Klas Pekerja Internasional"
tersebut disampaikan dalam sebuah pertemuan publik di gedung St.
Martin, London, pada 28 september 1864. Bersama-sama dengan
Manifesto Komunis, "Amanat" tersebut merupakan sebuah dakwaan
yang keras dan berat terhadap kapitalisme yang sekaligus juga
memaparkan tujuan-tujuan klas buruh. Amanat itu di buka dengan
rangkaian catatan tentang sebuah fakta yang tajam --bahwa selama
tahun-tahun 1848 sampai dengan 1864, penderitaan dan penindasan
atas klas buruh tidak kunjung berkurang -- walau dalam periode ini
terjadi perkembangan yang sangat pesat dalam lapangan industrial
dan perdagangan. Hal ini di buktikan dengan menunjukan angkaangka statistik yang diterbitkan dalam "buku-buku" resmi (yang
mencatrat penderitaan/penindasan klas buruh Inggris). Angka-angka
tersebut diperbandingkan dengan catatan resmi yang di buat oleh
ketua bendahara, Gladstone, dalam laporan keuangannya. Hal ini
sekali lagi menunjukan bahwa " penumpukan kekayaan dan
pemebesaran kekuasaan yang menjijikan " (yang terjadi selama
periode tersebut); hanya terpusat seluruhnya pada klas-klas
penindas/penghisap. Kalaupun ada pengecualian, maka hal ini hanya
berlaku pada segelintir buruh aristokrat yang menerima upah agak
lebih besar; walaupun perbaikan ini diikuti lagi dengan kenaikan
harga-harga secara umum . "dari waktu ke waktu , gelombang besar
masa klas buruh senantiasa terbenam dalam kemiskinan; sementara
pada saat yang sama klas-klas atas menikmati peningkatan
kemakmuran dan kesejahteraan sosial tiap perkembangan segar
dalam kekuatan-kekuatan produktif buruh, harus mengarah pada
semakin mendalam dan curamnnya jurang perbedaan sosial ; yang
bermuara pada antagonisme sosial masa ini akan di tandai dalam
catatan sejarah dunia dengan percepatan, pembesaran dan efek-efek
mematikan dari apa yang di --sebut sebagai wabah sosial yang
menular-- dari krisis industrial dan komersial" (Karya-Karya Terseleksi
Marx-Engels, Volume 1, Halaman 345-346).
Amanat di atas tersebut juga mencatat bahkan dalam tahuntahun reaksioner 1850-an, setidaknya kaum buruh telah mencapai dua
kemajuan
yang
berarti.
Pertama,
adalah
pengakuan
dan
pemberlakuan 10 jam kerja secara legal; yang merupakan buah dari
perjuangan keras klas buruh Inggris. 'Undang-undang sepuluh jam
kerja (the ten hourse'bill) bukan hanya merupakan sebuah
keberhasilan praktis yang besar, itu juga merupakan kemenangan
secara prinsip. Hal ini merupakan yang pertama kalinya dalam
sejarah; di mana secara ekonomi politik klas menengah, tunduk pada
ekonomi politik klas buruh" (Karya-Karya Terseleksi , Volume 1

Halaman 345-346). Kemenangan lainnya adalah pendirian gerakan


koperasi dan pabrik-pabrik kooperatif (pabrik yang dikelola bersamasama). Ini membukrtikan bahwa dalam prakteknya kaum buruh
sanggup dan mampu mengorganisir sendiri produksi dan distribusi,
tanpa bantuan apapun dari kaum penghisap.
Namun lanjutnya, "Tuan-tuan tanah dan tuan pemilik modal
akan tetap bertahan dengan menggunakan segala hak istimewa
mereka, demi perlindungan dan kelanggengan monopoli mereka (atas
alat-alat produksi) ". Itulah sebabnya, sudah menjadi kewajiban besar
klas buruh untuk merebut kekuasaan politik. Kaum buruh nampaknya
sudah mulai menangkap keharusan semacam ini. Sebagaimana yang
di buktikan dengan menjalarnya kesadaran pergerakan klas buruh
Inggris, Perancis, Jerman, Italia dengan segala usahanya
mengorganisir buruh secara politis. Kaum buruh setidaknya "memiliki
satu elemen untuk keberhasilan yakni keunggulannya dengan jumlah
yang sangat besar. Namun jumlah tadi hanya memiliki bobot dan arti ,
jika mereka di persatukan dalam organisasi dan berderap maju
kearah tujuannya secara sadar" (halaman 347) . Pengalamanpengalaman lalu telah menunjukan kepada kita: bila kita
mengabaikan solidaritas yang seharusnya terjalin di antara kaum
buruh sedunia atau bila kita gagal dalam menggalang kaum buruh
untuk berjuang bersama -- bahu membahu-- maka segala usaha kita
hanya akan bermuara pada kegagalan. Pertimbangan-pertimbangan
inilah dan juga pertimbangan-pertimbangan yang menytangkut
kebijakan luar negeri (sebagaimana yang telah di uraikan di depan)
yang telah mendorong rapat-rapat di (gedung) St. Martins Hall, untuk
mencertuskan pendidikan Asosiasi Klas Pekerja Internasional (lihat
Mehring, halaman 327). Amanat tersebut di tutup dengan seruan
perang yang tak tergoyahkan, "kaum buruh sedunia bersatulah!".
Dalam "aturan-aturan peralihan" termaktubkan pula prinsipprinsip dasar Marxisme. Tugas pembebasan klas buruh bukanlah
semata-mata untuk mengakkan hak-hak istimewa bagi klas yang baru
berkuasa, namun untuk menghapuskan keberadaan klas-klas itu
sendiri. Penundukan kaum buruh secara ekonomis kepada pihak-pihak
yang memiliki, menguasai peralatan/alat-alat produksi (yang
merupakan sumber penghidupan): menghasilkan segala bentuk
perhambaan: kemelaratan sosial pengkerdilan intelektuan dan
ketergantungan secara [politik karenanya segenap gerakan politik
haruslah juga merupakan sarana bagi pembebaan klas buruh secara
ekonomis. Pembebasan klas buruh bukanlah sebuah tugas di tingkat
lokal ataupun nasional belaka, namun harus meliputi tingkat dunia.
Mencakup juga seluruh negeri yang masyarakat modern. Dengan
demikian tugas ini hanya di capai lewat kerja sama dari perwaklanperwakilan negeri-negeri tersebut. Aturan-aturan yang dirumuskan,

menetapkan tugas dan kewenangan Dewan umum; yang terdriri atas


buruh-buruh dari berbagai negeri yang terwakilkan dalam asosiasi.
Amanat inugerasi yang dicetuskan, memang berbeda dalam
bentuknya, di bandingkan dengan yang terdapat di dalam Manifesto
Komunis. "Di butuhkan waktu yang wajar " tulis Marx kepada Engels,
sbelum pergerakan yang baru bangkit ini, kembali dengan semangat
yang setara sebagaimana yang setara sebagaimana yang pernah kita
capai dulu. Kebutuhan saat ini adalah bagaimana agar kita tetap setia
pada prinsip, namun tetap luwes pada saat yang sama" (Mehring,
halaman 329). Karenanya, dokumen-dokumen yang di hasilkan di
London tersebut memiliki beberapa perbedaan juga, dari segi isinya
sebab tujuan pokoknya adalah untuk merangkul buruh-buruh dari
berbagai level perkembangan politik -- dalam satu kerangka kerja
yang sama. Namun walaupun secara implisit (tak langsung),
dokumen-dokumen itu tetap memiliki muatan gagasan-gagasan
fumdamental komunisme. Marx bertumpu pada kesadaran klas kaum
buruh yang berkembang lebih tinggi lewat aksi bersama mereka
(united action) dalam rangka memastikan kemenangan final
sosialisme ilmiah ( yang sudah di mulai dalam Internasional ) untuk
menaklukan klas kapitalis.

PENCAPAIAN-PENCAPAIAN INTERNASIONAL PERTAMA


Internasional pertama berlangsung seama 14 tahun, terhitung
sejak tahun 1864 sampai dengan 1878. Karena tidak mungkin untuk
membentangkan
semua
hasil-hasil
kerja,
maupun
perdebatan/pertimbangan-pertimbangan yang di hasilkan lewat
kongres-kongresnya maka hanya pencapaian dan aktifitas-aktifitas
organisasional yang paling signifikan sajalah, yang akan kami
kedepankan dalam kesempatan ini.
Internasional mencatat tanda-tanda sukses pertamanya dalam
perjuangan anggota-anggotanya, yang menghasilkan perombakan
franchise di Inggris. Pada 7 juli 1866, dengan bersemangat Marx
menulis surat kepada Engels, " Demonstrasi buruh yang berlangsung
di Inggris cukup dahsyat, di bandingkan dengan apa yang pernah kita
saksikan di Inggris, sejak tahun 1849. Semua ini sepenuhnya
merupakan kerja-kerja Internasional. Lucraft, contohnya seorang
pemimpin demonstrasi di Trafalgar Square lapangan/alun-alun
Trafalgar; ia juga adalah anggota dewan kami. Dalam akbar di
Trafalgar Square tersebut, Lucraft menyerukan agar massa
melakukan aksi yang sama di whitehall Gardeens, 'dimana suatu
ketika kita pernah memenggal kepala seorang raja'. Tak lama

kemudian di galang pula aksi di taman Hyde (Hyde Park) , yang


melibatkan tidak kurang dari 60.000 massa. Aksi tersebut hampir saja
berkembang menjadi sebuah pemberontakan" (Mehring, halaman
349-350) .
Anggota-anggota Internasional melancarkan kampanye yang
bersemangat untuk peraturan kerja yang progresif. Mereka menuntut
hari kerja yang lebih pendek, mengutuk kerja malam dan semua
bentuk kerja yang beresiko bagi perempuan dan anak-anak. Kongres
Internasional di Jenewa 1866 menyerukan, bahwa pemaksaan
pemberlakuan peraturan/undang-undang semacam itu klas buruh
bukanlah mengkonsolidasikan kekuatan klas yang berkuasa, malahan
sebaliknya; klas buruh akan memanfaatkan instrumen-instrumen klas
yang berkuasa untuk menghantam 'majikannya' sendiri" (Mehring,
halaman 354).
Internasional mendorong tumbuhnya organisasi-organisasi
serikat buruh di berbagai negeri. Internasional juga berusaha untuk
meningkatkan level politik gerakan serikat buruh dengan membuat
anggota-anggotanya sadar akan misi/tugas historisnya, "Menegakkan
perang gerilya yang tak putus-putusnya -- dalam kehidupan seharihari -- antara buruh dengan modal serikat-serikat buruh akan menjadi
jauh lebih penting lagi, sebagai pendorong utama bagi penghapusan
kerja upahan secara terorganisir. Pada masa yang lalu, serikat-serikat
buruh terlalu mengkonsentrasikan aktifitasnya bagi perjuangan yang
segera dan frontal melawan modal. Namun di masa-masa yang akan
datang serikat buruh tersebut tidak boleh pasif --dalam
mengantisipasi pergerakan sosial politik secara umum-- dari klas
buruh itu sendiri. Serikat-serikat itu juga harus sanggup memandu
massa buruh yang luas, agar massa tersadarkan akan tujuan-tujuan
mereka yang lebih tinggi. Sehingga dengan tidak mementingkan diri
sendiri, seorang buruh telah berpartisipasi dalam pembebasan
kaumnya yang jutaan jumlahnya (Mehring, halaman 355). Segaris
dengan pandangan di atas, Internasional mendokong aksi-aksi
pemogokkan buruh yang melanda berbagai negeri; menyusul
terjadinya krisis ekonomi yang parah di tahun 1866. Dimanapun
terjadinya, Internasional meyerukan agar kaum Buruh menggalang
dukungan bagii perjuangan kawqan-kawannya di negeri lain ( demi
kepentingan mereka sendiri). Para kapitalis yang merasakan betul
akibat-akibatnya, dengan murka menyebiutkan bahwa aksi-aksi buruh
itu 'di beli' , di danai, atau di 'tunggangi' oleh Internasional Pertama.
Tudingan-tudingan mereka ini (persis seperti yang biasa dilakukan
oleh kaum mapan dewasa ini) terhadap aktifitas-aktifitas gerakan,
dengan sebutan-sebutan "kaum kiri", "orang-orang merah" ataupun
"kaum Trotskys" , dan lain-lain . Beberapa pemilik modal dari swiss,
bahkan mengirimkan utusan ke Londaon , untuk menginvestigasi dan

mencari tahu sumber-sumber keuangan Internasional. Ternyata di


luar dugaan mereka sumber-sumber kkeuangan tersebut hanyalah
sedikit saja, dan jauh dari cukup untuk "membeli " atau menyogok
kaum buruh. Marx menggambarkan kekonyolan mereka dengan
kalimat sebagai berikut;" Kalau mereka-- orang-orang kristen kolot
dan ortodoks itu -- sudah lahir pada abad-abad pertama penyebaran
agama kristen mungkin mereka sudah mentogok orang-orang
untuk membocorkan nomor rekening bank yang di pakai St. Paulus di
Roma." (Mehring, halaman 395).
Internasional menyatakan solidaritas aktifnya kapan saja
perjuangan rakyat mencapai titik perang saudara ataupun perang
berlevel nasional. Dari tahun 1864 sampai dengan 1869, Internasional
mengirimkan empat amanat yang di tujukkan kepada rakyat Amerika
Serikat. Yang pertama di kirim kepada Presiden Lincol, untuk
mendukung
perlaanan
pemerintahnya
terhadap
kekuasaan
perbudakaan. Yang kedua kepada Presiden Johnson , sehubungan
dengan peristiwa pembunuhan terhadap Lincoln. Yang ketiga di
tujukan kepada rakyat atas kemengannya melawan perbudakan. Yang
keempat keempat kepada William Sylvis, Presiden serikat buruh
nasional (National Labour Union). Di tujukan sebagai bentuk protes
terhadap usaha-usaha klas yang berkuaa di Eropa, agar dapat
menggiring Amerika Serikat ke dalam kancah peperangan.
Internasional membangkitkan kegeraman segenap borjuasi dan
orang-orang murtad yang mau saja tunduk menghamba kepada
mereka. Dalam dua amanat yang ditulis oleh Marx, Internasional
menyatakan salut dan dukungan kaum buruh Perancis ketika
mereka bangkit pada akhir perang Perancis-Prussia di tahun 1871
untuk mendirikan Komune Paris. Sementara pasukan tentara musuh
telah begitu dekat mengepung pintu gerbang Paris (dan penguasa
Perancis tidak bisa berbuat banyak untuk mencegahnya) Kaum
buruh beraninya bergerak maju, menggalang kekuatan untuk
membentuk Republik Kaum Buruh. Melihat hal ini, borjuasi Perancis
malah menikam pergerakan rakyat tersebut dari belakang; justru
dengan kekuatan/senjata yang mereka pinjam dari musuh (yakni
tentara Bismarck). Pembantaian atas kaum buruh ini begitu keji dan
berdarah. Seperti halnya ketika Jendral Badoglio menjagal dan
memadamkan revolusi Italia (1943-1945), yang didukung oleh
kekuatan Anglo-Amerika dan kaum Stalinis.
Pencapaian
nyata
Internasional
antara
lain
pada
keberhasilannya dalam menyatukan perjuangan kaum buruh secara
internasional. Sungguhpun di tingkat internalnya masih terbelakang,
namun Internasional Pertama telah menyediakan model/percontohan
bagi semua Organisasi prolewtar berskala internasional. Betapapun

istilah "Internasionalisme" telah tercantuim dalam kamus-kamusb


umum, dan lagu "Internationale" di tulis berkat tegakannya
Internasional Pertama.

PERJUANGAN BAGI MARXISME


Bersamaan dengan semakin gencarnya unjuk kekuatan
solidaritas klas buruh, Internasional telah menampilkan diri sebagai
sarana dan ajang bagi penyebaran gagasan-gagasan Marxisme.
Sungguhpun Marx di akaui sebagai pemanduy teoritis dan inspirator
bagi Internasional; namun doktrin-doktrinnya perlu di perdebatkan
terlebih dahulu, sebelum dapat terima secara dominan di dalam
tubuh organisasi maupun jajaraan kaum buruh yang berkesadaran
klaas. Sejak semula Marx harus menghadapi arus idiologi borjuis
liberal, dan juga menangkal tekanan-tekanan yang dilancarkan oleh
pemimpin serikat-serikat buruh Inggrisyang duduk di Dewan Umum.
Namun saingan yang paling keras terhadap sosialisme ilmiah
(yang berusaha mempengaruhi kaumn buruh yang maju) datang dari
berbagai macam sosialisme burjuis kecil --anarkisme, berbagai bentuk
sektarianismedan oportunisme-- sehubungan dengan persoalanpersoialan yang di hadapi pergerakan buruh. Tulis Marx dalam
suratnya kepada Bolte (23 Nonember 1871) , "sejarah internasoiponal
mewrupakan perjuangan berkelanjutan dari Dewan umum dalam
menangkal/menghadapi --kelompok-kelompok kecil (sects) , para
petualang amatiran -- yanjg berusaha menonjolkan dirinya didalam
tubuh Internasional. Merekalah yang melawan gerakk maju
pergerakan sejati klas buruh. Ajang pertarungan itu sendiri resminya
memang terselenggara di kongres-kongres. Namun telah terlebih
dahulu berlangsung dalam perundingan-perundingan perorangan di
Dewan Umum, juga dalam sesi-sesi individual "( Korespondensi,
Terseleksi Karl Marx-Engels, Moscow, hlm 326)..
Marx juga harus bergulat dengan ide-ide yang di ajarkan oleh
Prodhoun (Prodhounisme). Memang dewasa ini ide-ide semacam itu
sudah tak terdengar lagi, namun pada pada massanya, merupakan
sosialismew borjuis kecil yang paling populer. Kedua menantu lelaki
Marx sendiri -- Paul Lapargue dan Charles Longuet -- sempat menjadi
penganjur setia ajaran Proudhon yang merepotkan sebelum menjadi
Marxis.

Berbeda dengan sosialisme ilmiah, Proudhonisme memang


menghendaki
penghapusan
kepemilikan
perorangan,
namun
konyolnya tetap mempertahankan pertukaran produk-produk yang
dimiliki secara perorangan. 'Resep praktis' mereka untuk mereformasi
masyarakat borjuis adalah dengan membentuk suatu masyarakat
koperasi. Sementara itu, tanpa kapasitas/pengetahuan yang memadai,
mereka hendak ,merombak begitu saja sistim moneter yang ada.
Kaum sosialis borjuis kecil ini tidak sepakat dengan metode dan
bentuk-bentuk pokok perjuanbgan proletarian. Proudhon sendiri
menentang
tpembentukan
serikat-serikat
buruh,
bahkan
ia
menyayangkan aksi-aksi pemogokan buruh. Singkatnya ia menolak
segala bentuk partisipasi langsung dalam politik. Para pengikutnya
beranggapan bahwa sebuah bangsa seharusnya di pecah-pecah
menjadi kelompok-kelompok kecil; yang kemudian akan membentuk
semacam perhimpunan sukarela sebagai penggantinya .
Marx dan kawan-kawan harus bergelut secara terus menerus
melawan kecenndrungan semacam itu. Kecendrungan tersebut
memang sangat kuat di kalangan buruh-buruh dari Perancis dan
Swiss. Mereka sendiri kebanyakanlah buruh-buruh pabrik , namun
para perajin tukang kecil yang masih begitu di liputi dengan cara
pandang borjui kecil.
Betapapun, pertarungan teoritik dan organisasional paling
keras yang di hadapi oleh Karl Marx, adalah melawan gagasan
-gagasan anarkisme Mikhail Bakunin. Bakunin seorang veteran
revolusioner Rusia, yang di anggap sebagai bapak pergerakan politik
anarkis. Perbedaan pokok antara Marx dan Bakunin akan coba kami
paparkan secara singkat saja. Marxisme mendasarkan diri sepenuhpenuhnya kepada klas buruh industrial; sebagai kekuatan sosial yang
paling menenntukan dalam masyarakat modern. Sementara Bakunin
mencari basis sosialk gerakan revolusionernya pada petani, kaum
miskin kota (lumpen proletariat) dan elemen-elemen borjuis kecil
lainnya yang miskin dan sengsara.
Marxisme memerangi segala bentuk pemerintah ataupun
otoritas yang reaksioner dengan menegakkan kekuasan negara di
tangan klas buruh -- sebagai sebuah transisi yang di jalani -- dalam
rangka penghapusan segenap kekuasaan negara, maupun segala
bentuk penindasan. Sedangkan anarkisme menentang segala otorita
maupun negara -- tidak perduli apakah negara tersebut berkarakter
progresif atau reaksioner-- anarkisme tidak memandang hakikat klas
sebagai yang perlu di pertimbangkan. Itulah sebabnya kaum anarkis
menolak segala bentuk partisipasi dalam politik. Sementara kaum
Marxis mendidik kaum buruh agar terlibat secara aktif dalam politik;

dan merebut kekuasaan


memungkinkan".

negara

dengan

"segala

sarana

yang

Perbedaan-perbedaan prinsipil ini mendorong Bakunin untuk


menyusun sebuah organisasi rahasia di dalam tubuh Internasional;
yang bertujuan untuk mengambil alih kepemimpinan Internasional
lewat taktik-taktik konspirasi. Tak pelak lagi pertarungan internal di
dalam tubuh internasional (antara dua arus kecendrungan yang tak
terdamaikan ini), mengganggu dan memperlemah kekuatan
Internasional.
Kaum Marxis juga masih menghadapi pimpinan gerakan buruh
Jerman (yang cenderung ikut ajaran-ajaran Lassale) . Kaum Marxis
harus menghadapinya, paling tidak dalam dua persoalan pokok .
Pertama mengenai Oportunis mereka dalam menurunkan taktik
--sehubungan dengan persoalan kekuatan manakah yang akan
dilibatkan bersama-- dalam perjuangan. Mereka mendorong kebijakan
proletarian yang independen pada saat yang sama "kaum sosialis
Bismarck" ini bersikap sektarian terhadap serikat-serikat buruh.
Mereka menolak atau memasuki ataupun mengorganisisr serikat
buruh manapun; yang tidak menjalankan kepemimpinan dan programprogram mereka sendiri. Mereka tidak mengerti perbedaan antara
serikat buruh sebaghai organisasi massa (yang merangkul buruh dari
bermacam latar belakang politik maupun ekonomi) dengan partai
proletar, yang merupakan organisasi kaum buruh revolusioner dengan
cara pandang yang khas , yakni cara pandang sosialis.
Sepanjang
hayatnya
para
pendiri
internasional
harus
mengahadapi berbagai musuh (secara ekternal), maupun meladeni
perlawanan-perlawanan di dalam (secara internal ). Kekuatankekuatan destruktif tersebut semakin tak tertahankan, apalagi di
bawah kondisi-kondisi yang keras. Yakni tertekannya pergerakan
buruh secara internasional, dengan di pukulnya Komune Paris.
Kesemuanya ini mengakibatkan terjadinya demoralisasi, perpecahan,
dan akhirnya pembubaran Internasional Pertama secara formal.
Persisnya terjadi pada tahun 1878, setelah markas besarnya di
pindahkan ke New York.
Sungguhpun Internasional Pertama telah bubar, tapi hasil
kerjanya masih bertahan. Pada tahun 1878, untuk menangkis
kesimpulan bahwa Internasional telah gagal, Marx menulis sebagai
berikut ,"lihatlah dari fakta bahwa partai-partai buruh sosial
demokrasi di Jerman, Swiss , Denmark, Portugis, Italia, Belgia,
Belanda, dan Amerika Utara ( yang diorganisir dalam batas wilayah
nasional) tidak lagi merupakan bagian-bagian yang sama sekali
terpisah-pisah. Mereka lebih nampak sebagai klas buruh itu sendiri

dalam hubungannya yang langsung, aktif dan berkesinambungan yang


di persatukan oleh tujuan-tujuan yang sama , pertukaran bantuan ,
pertukaran gagasan.. jauh dari lenyap sama sekali, internasional telah
tumbuh dari satu tahap menuju tahap yang lebih tinggi lagi (dimana
semua potensi awalnya, harus dituntaskan/ dilampaui terlebih dahulu
sebelum menginjak tahap yang lebih tinggi). Selama menempuh
rangkaian perkembangan yang yang berkesinambungan ini,
Internasional harus menjalani berbagai perubahan sebelum bab final
dalam sejarahnya dapat di terapkan (Mehring , halaman 383-384).
Akan terlihat bahwa pandangan kenabian Marx, tentang
pergantian/perubahan yang dijalani Internasional telah di benarkan
sejarah.

Bab II : Kebangkitan Kaum Buruh dan Sosialis


Internasional (1889-1904)
Trotsky pernah mengkatagorikan periode aktifitas klas buruh
dalam Internasional Pertama sebagai periode antisipasi. Manifesto
Komunis di pandang olehnya sebagai antisipasi teoritik dari
pergerakan buruh modern. Internasional Pertama sebagai antisipasi
praktis dari perhimpunan (organisasi) buruh di tingkat dunia.
Sedangkan Komune Paris dilihatnya sebagai antisipasi revolusioner
atas kediktatoran proletariat.
Lenin sendiri kemudian memandang internasional ketiga
sebagai periode aksi internasional (baca periode internasional dalam
aksi). Yang telah menempatkan sumbangan besar Marx atas teori
politik ke dalam praktek : gagasan bahwa klas buruh harus berjuang
untuk mendirikan kediktatoran proletariat.
JembaTan historia anatara penyambung antara periode
-antisipasi- internasional dengan periode -aksi- internasional kedua,
Sehingga Internasional Kedua itu sendiri merupakan periode
-organisasi- internasional; yang mengangkat massa buruh yang
tersebar di seluruh dunia dari himpitan ketertindasannya, dan
mengorganisir mereka dalam serikat-serikat buruh dan partai-partai
politik kaum buruh. Ringkasnya menyiapkan lahan bagi pergerakan
massa buruh yang independen.
Walau masih bertahan sampai sekitar enam tehun ke muka.
Namun International Pertama benar-benar bubar pada tahun 1872.
"Tulang punggungnya" di patahkan oleh kekuatan Komune Paris.

Dibutuhkan waktu selama selama 17 tahun, sebagai masa


penyembuhan, sampai kekuatan klas buruh benar-benar di pulihkan.
Untuk kembali berderap di arena internasional dan membentuk
Internasional yang baru.
Tahun-tahun sekitar 1870-an sampai 1880-an adalah masa
penindasan politik yang reaksioner di seantero Eropa . Ini merupakan
hasil kondisi-kondisi eksternal yang pada hakekatnya sama., dengan
mendorong terciptanya konservatisme di tahun 1850-an. Yang
disebabkan oleh perkembangan kapitalisme yang luar biasa atas
negara -negara bangsa. Kesemuanya ini tidak hanya memberikan
kepercayaan diri pada penguasa-penguasa kapitalis, namun juga
membuat takjub kaum buruh. Membuat kaum buruh terkungkung
dalam sistim kapitalis, di bawah negeri kapitalis dan idiologinya.
Sikap yang menghamba/patuh terjadi pada buruh-buruh aristokrat
dan birokrat, yang juga mendapatkan jatah dari penghisapan
kapitalis, yang dilakukan oleh negeri-negeri yang lebih maju .
nampaknya sudah menjadi hukum sejarah; bahwa dengan semakin
mapannya kekuatan material kaum kapitalis, semakin keras pula
reaksi-reaksi yang ditimpakkan kapada kaum buruh., Hal ini
tercermin dalam pengalaman Amerika Seriakt, dari tahun 1923
sampai dengan 1929, dan dari tahun 1923-1929, dan tahun 1947
sampai dengan saat ini.
Namun ironisnya, perkembangan industri yang pesat pada saat
yang sama; memberikan benih bagi kelahiran gerakan buruh dalam
bentuk yang paling sederhana. Perkembangan industri yang pesat
ternyata
juga
menyefdiakan
kondisi-kondisi
material
bagi
pembentukan organisasi buruh. Sungguhpun di bawah kondisi politik
yang menekan, serikat-serikat buruh -- bahkan dalam kasus-kasus
tertentu partai sosialis -- masih dapat menghimpun kekuatannya.
Bahkan tampil secara cukup di perhitungkan. Gejala yang sama ini
juga terjadi di Amerika Serikat di mana serikat-serikat buruh
tertentu berkembang cukup baik dari segi kuantitas; waklau harus di
akui terdapat kecendrungan untuk mengalami keterbelakangan
secara politik maupun idiologi.
Proses kontradiktif di atas, secara mencolok terjadi di Jerman.
Sehingga pusat International Pertama adalah di Inggris, maka pusat
Internasional Kedua di Jerman. Setelah kemenangan dalam perang
Perancis-Prusia di tahun 1871 --Jerman yang bersatu di bawah
monarki Prusia -- bangkit sebagai kekuatan industrial. Proses yang
hampi sama, dengan yang terjadi di Inggris dua puluh tahun lalu
Dengan dilakukannya perombakan besar-besaran atas pondasi
ekonomi Jerman, gerakan buruh menjadi lebih hidup dan
bersemangat bagi perjuangannya bagi kondisi-kondisi kerja dan

penghidupan yang lebih baik, kaum buruh menemukannya salurannya


di dalam organisasi.
Konsekuensi dan karakter revolusi industrial di Jerman ini di
gambarkan oleh Engels dalam suratnya kepada Bebel. Bebel adalah
seorang Marxis pimpinan massa gerakan sosial Demokrasi Jerman.
Pada tanggal 11 desember 18874, Engels menulis dari London:
Fakta-fakta yang menguntungkan kita dalam revolusi industrial di
Jerman, adalah pada laju pertumbuahan yang begitu deras.
Sementara hal yang sama, tidak terjadi di Perancis ataupun Inggris.
Di Inggris dan Perancis, berpedesaan dengan perkotaan, daerah
agraris dengan industrial -- begitu jauh. (Sehingga di butuhkan
proses/waktu yang begitu lama agar tani dapat ke kota menjadi
buruh). Massa rakyat yang luas, masih demikian terikat dengan
kebiasaan/tradisi yang berlaku di Inggris ataupun Perancis. Ini semua
di tambah dengan ingatan masa akan pengalaman buruk, atau
kegagalan gerakan di Perancis tahun 1848. Di lain pihak berbeda
dengan kita (di Jerman) .. di sini segala sesuatunya bergerak dengan
arus yang deras . Revolusi industri di Jerman justru menemukan
momentum
gerakannya
setelah
revolusi
1848
.
Dengan tumbuhnya borjuasi Jerman (walau masih sangat rapuh) .
Namun ini semua di percepat oleh beberapa faktor. Pertama,
disingkirkannya hambatan-hambatan internal pada tahun 1866
sampai dengan 1870. Kedua , Pembayaran pampasan perang oleh
Perancis, akibat kekalahan dari Jerman pada tahun 1870 ( kemudian
material pampasan perang I itu di tanamkan sebagai modal secara
kapitalistik). Maka kita dapat membangun revolusi Industrial yang
lebih dalam dan menyeluruh. Dan khhusunya yang lebih luas dan
komprhensif di bandingkan negeri-negeri lain. Masih di tambah lagi
dengan klas buruh yang utuh dan masih segar, tidak mengalami
demoralisasi ( akibat pukulan atau kekalahan telak). (Korespodensi
Terseleksi Marx-Engels, Moscow ,hal 455-456)
Dalam rangka membela kepentingan klas borjuis , para tuan
tanah kaya , dan juga kerajaannya; Perdana Menteri Bismarck
berusaha mematahkan gerakan sosial Demokratik yang tengah
berkembang, di kalangan kaum buruh Jerman yang maju, namun fakta
menunjukan, bahwa total suara yang di peroleh sosial Demokratik
mengalami peningkatan dari 102.000 suara (tahun 1871) menjadi
493.000 suara (tahun 1877). Kemudian pada tahun 1879 penguasa
Jerman
mengeluarkan
UU
anti
Sosialis.
UU
ini
melarang/mengilegalkan aktifitas propaganda sosialis demokratik
Jerman. UU ini juga membatasi aktifitas partai, sebab kegiatankegiatan parlementer (persis seperti apa yang terjadi pada saat
pemberlakuan Smith Act di Amerika Serikat, yang mengilegalkan
Partai Pekerja Sosialis (Sosialis Workers Party/SWP) dan Partai

Komunis). Akibat di berlakukannya UU tersebut, tak terhitung


banyaknya tindak kekerasan /penganiayaan yang dilakukan oleh
aparat negara, terhadap buruh-buruh dan pimpinan Sosial
Demokratik.
Namun penindasan yang dilakukan terhadap partai Marxis
tersebut, bukannya menghancurkan malah menaikan popularitasnya
di hadapan massa Buruh. Setelah sempat mengalami penurunan
(pada tahun pertama pelarangan) pertumbuahn/ Kenaikan suara
melonjak dengan cepat pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun
1884 Partai Sosila Demokrasi meraih angka perolehan suara tertinggi
pada saat itu, yakni 550.000 suara . Pada tahun 1890 , ketika UU itu
di canbut, angkanya malah melonjak tiga kali lipat.
Pemilihan umum telah menunbjukan", tulis Engels kepada Babel
tanggal 18 November 1884 , " Bahwa kita tidak boleh terlena,
misalkan dengan memberikan kompromi-kompromi kepada lawanlawan kita. Kita sendiri telah mendapatkan popularitas dan menjadi
kekuatan perlawanan yang di perhitungkan. Nyatalah bahwa
kekuasaanlah yang "berbicara ",; dan hanya selama kita cukup kuat
(berkuasa) sajalah, kita akan di dengarkan oleh orang-orang murtad
sekalipun. Proletariat Jerman saat ini telah menjadi partai yang besar,
semoga kehadirannya tidak di sia-siakan " (Korespodensi Terseleksi
Marx-Engels, New York, hal 429-430).
Sementara perkembangan yang menggembirakan telah
berlangsung dalam gerakan buruh Jerman, Organinsasi-organisasi
buruh di Inggris justru sedang mengalami kemandekan (stagnasi).
Engels menggambarkan hal ini dalam suratnya kepada Bebel (30
agustus1883) : "Keikut sertaan dalam penguasaan (pendominasian
dan Monoipoli) pasar dunia adalah merupakan basis bagi kemandulan
politik klas buruh di Inggris. Penghisapan eksternal memang di
lakukan oleh klas Borjuis tarhadap klas buruh di Inggris , namun di
pihak lain, mereka dengan cerdiknya membiarkan kaum buiruh ikut
srta " mencicipi", segelintir dari keuntungan berlimpah yang mereka
peroleh. Pengekoran seperti inilah yang membuat kaum Inggris
mengikuti jejak langkah patai liberal. Sayang sekali hal seperti ini
luput dari antisipasi kaum buruh di Inggris" (Korespodensi
Terseleksi, New York, hal 420). Kemudian pada tanggal 17 Juni 1889
Engels menjelaskan kepada Barnstein, " Pada prinsipnya, serikatserikat buruh di Inggris bahkan membatasi semua aksi-aklsi politik
dalam ketetapan-ketetapan mereka . sehingga pada hakikatnya
mereka juga memberangus -- seluruh aktifitas umum klas buruh-sebagai sebuah klas tersendiri. Dengan demikian yang kita lihat
hanyalah fenomena gerakan buruh sebagai aksi-aksi pemogokan di
berbagai tempat secara terpisah-pisah tanpa adanya peningkatan

gerakan, atau langkah kemuka" (Korespodensi Terseleksi, Moscow hal


386) .
Di bawah sarat-sarat seperti ini, Marx menganggap tiap usaha
untuk segera membentuk Internasional baru sebagai sesuatu yang
prematur. Karenanya Marx menulis surat kepada seorang
revolusioner berkebangsaan Belanda F. Domela Nieuwenhuis, pada
tahun 1881. Tulisnya ."Aku yakin bahwa momentum yang tepat bagi
sebuah asosiasi Internasional yang baru bagi klas pekerja, belum tiba,
. Sehingga aku menimbang bahwa semua -- kongres-kongres kaum
buruh atau kongres-kongres kaum sosialis sejauh tidak berkaitan
langsung dengan pembahasan persoalan negeri-negeri mereka sendiri
-- sebagai upaya yang sia-sia, bahkan membahayakan. Pada saat ini,
segencar apapun di adakannya pertemuan/kongres-kongres berlevel
intrernasionaal hanya akan terbentur pada kejenuhan yang
menjenuhkan (Korespodensi Terseleksi, Moscow, hal 411) . Pandangan
Marx ini teruji dalam kenyataan, ketika sejumlah kaum sosialis Belgia
dan Jerman, berusaha membangkitkan kembali Internasional pada
tahun 1880-an, tanpa hasil yang nyata.
Barulah pada akhir 1880-an terjadi perubahan situasi, akibat
beberapa faktor penting. Pertama, pertumbuhan yang bertahap
dengan penguatan gerakan sosialis dan serikat-serikat Buruh di
seantero Eropa. Kedua, Inggris kehilangan monopolinya secara
industrial atas dunia ; yang mengakibatkan munculnya serikat buruh
dengan semangat baru di Inggris (New Unionisme). Ketiga ,
Perjuangan kaum buruh-buruh sosialis di Jerman sebagaimana telah
di uraikan sebelumnya .
Di Perancis misalnya , Julies Gaude, yang telah mendapatkan
pengampunan (amnesti), sehubungan dengan keterlibatannya dalam
"pemberontakkan" komune Paris telah memperoleh sambutan dan
perhatian yang antusias dari gerakan/serikat-serikat buruh yang baru.
Bahkan setelah tahun 1880 ia berhasil mengorganisir pembentukan
partai sosialis yang kuat. Di Inggris sendiri, telah dibentuk kelompokkelompok propagandis bagi penyebaran ajaran-ajaran Marx dan
gagasan sosialis. Misalnya Federasi Sosial Demokratik (the Sosial
democratic Federation ), masyarakat Fabian (fabian society) .
melewati tahun 1880-an partai-partai buruh maupun sosialis , di
organisir atau bahkan telah di tegakkan di berbagai negeri antara lain
; Denmark, Sewedia, Belgia, Austria, Swiss dan Italia. Kelompokkelompok Marxis sudah mulai bekerja di Finlandia dan Rusia. Di
Amerika Serikat, Partai buruh Sosialis (Socialist Labour Party) di
bentuk tahun 1877; kemudian pada tahun 1886 kita dapat saksikan
masa-masa kejayaan Knights of Labour (Ksatria-ksatria buruh ) yang
menggelar aksi-aksi pemogokan buruh berskala nasional.

Kejatuhan monopoli Inggris atas pasar dunia (setelah 1878),


berakibat pada melonjaknya angka pengangguran dan tekanantekanan sosial. Hal ini secara tajam terjadi di pojok timur kota
London. Tahun 1886 di Hyde Park, terjadi aksi demonstrasi kaum
pengangguran yang berakhir dengan kekerasan. Dengan anjloknya
industri (yang berakibat menyempitnya lapangan kerja) ,
membanjirlah gerakan besar dari kalangan massa pengangguran
(yang tak berpendidikan/tak berketrampilan) . Ini terjadi pada tahun
1889. Momen yang paling mengesankan dari gerakan "Unionisme
Baru" tersebut di pimpin oleh John Burns, Tom Mann dan Bemn Tillet
( yang juga adalah anggota-anggota Federasi Sosial Demokratik
/Social Federatinj Democratic, yang bersimpati dengan gagasangagasan ssosialis). Momen tersebut ketika buruh-buruh galangan
kapal dan minyak melancarkan aksi pemogokan besar-besaran.
Berikut ini adalah pengamatan ringkas yang di buat Engels
sehubungan gerakan ini (di tulis oleh Engels tahun 1892);
Pojok timur kota London (East end of London) tidak lagi
merupakan "kubangan" yang mandul sebagaimana halnya 6 tahun
lalu. Ia telah kembali hidup -- menggugurkan sisa-sisa ketidak
berdayaannya-- dengan menjadi pusat markas Unionisme baru ("New
Unionism"). Yakni oirganisasi massa buruh yang " tak berketrampilan"
. Organisasi iini mungkin saja menyerap sebagian bentuk dari serikatserikat buruh lama (yang beranggotakan buruh-buruh yang
"terampil") namun sama sekali berbeda dalam wataknya. Serikatserikat buruh yang lama di bangun dan bekerja, dengan berlandaskan
tradisi mapan yang masih juga di pertahankan. Contohnya saja
mereka memandang sistim pengupahan sebagai sesuatu yang sudah
baku, mapan, sinal; sesuatu yang hanya perlu di 'sesuaikan ' saja,
sesuai kebutuhan anggota-anggotanya. Sementara serikat-sertikat
buruh yang baru, di lahirkan ketika kepercayaan/jaminan bagi
kelanggengan sistim pengupahan tengah terguncang sangat keras.
Para pendiri dan penganjur gerkan ini adalah --kaum sosialis-- secara
sadar ataupun secara emosional. Massa buruh yang berlimpah ini -yang di persatukan dalam ketertindasan yang sama-- memang nampak
lugu, kasar, di pandang remeh oleh kalangan aristokrat klas buruh.
Namun harus di camkan. Pikiran mereka masih benar-benar murni.
Semuanya terbebas dari prasangka-prasangka/pandangan-pandangan
"terhormat" kaum borjuis. Sesuatu yang masih juga di pertahanakan
dan diwarisi oleh para pimpinan/anggota serikat - serikat buruh
"lama". Dan sekarang kita lihat sendiri, betapa serikat-serikat buruh
yang baru ini mengambil posisi memimpin. Memberikan arah gerakan
kepada klas buruh pada umumnya. Bahkan dari waktu ke waktu mulai
menyeret serikat buruh lama yang kaya dan sombong (Korespondensi
Terseleksi, New York, halaman 465).

Momen penting yang melatari intrernasional kedua adalah


peringatan ke-100 tahun Revolusi Besar Perancis 1889. Tercatat tidak
kurang dari 69 kongres bertaraf internasional di selenggarakan -bersamaan dengan pameran internasional yang juga di adakan di
Paris oleh Pemerintah Perancis -- untuk memperingati peringatan
bersejarah tersebut. Di antara kongres-kongres tersebut, terdapat dua
kongres terpisah yang mewakili kaum buruh dan sosialis dari dua
kubu yang berbeda. Yang satu di rancang oleh kaum sosialis Jerman
dan di selenggarakan oleh kaum Guesdites Perancis, sedangkan yang
lainnya di rancang oleh pimpinan serikat Buruh Inggris bersama
kauam reformis Perancis (biasa di sebut kaum Posibilis)
Mengenai hal ini, Hyndman, seorang sosialis dari Inggris
berkomentar," Dua kongres yang dsaling menjelek-jeelekkan satu
sama lain itu, diselenggarakan di gedung yang terpisah; oleh kaum
posibilis dan imposibilis. Sedangkan kaum anarkis, bersikap[ netral
dengan menghadiri kedua-duanya. Pemberitaan di koran-koran
tyentang pertengkaran di antara persaudaraan sosialis yang tidak
mau akur, di sambut dengan cemooh/ ejekan oleh dunia yang bebal "
(lihat-Braunthal, Sejarah Internasional, Volume 1 halaman 198-200).
Apapun juga, adalah kongres kaum Imposibilis yang
berbasiskan prinsip-prinsip Marxis; yang ternyata menghasilkan
kesatuan dan vitalitas. Sejarah mencatat bahwa kongres itu pulalah
yang merupakan tonggak pendirian Internasional Kedua. Kongres itu
sendiri secara resmi di sahkan menjadi kongres Internasional Kedua.
Ada dua persoalan praktis yang mengedepan dalam kongres ini.
Untuk menangkis anggapan pihak-pihak yang bersikap bahwa, "
Undang-undang perburuhan adalah tidak sesuai dengan prinsipprinsip sosialis"; kongres ini justru menyerukan kaum buruh untuk
mendukung program legislassi/undang-undang perburuhan secara
internasional. Kongres juga menetapkan dukungan untuk perjuangan
delapan kerja, yang di lancarkan oleh Federasi Buruh Amerika
(American Federation of Labour/AFL) Walaupun pada saat itu, AFL
tidak hadir dalam salah satu kongres tersebut di atas; AFL telah
mengirimkan pesan dukuhgan kepada kedua-duanya. Pada saat yang
sama AFL mengajak kaum buruh, untuk ikut mendukung kampanye
tuntutan delapan jam kerja. Kampanye itu sendiri di jadwalkan untuk
di mulai pada 1 Mei 1890. Kongres Pertama Internasionbal kedua
menetapkan, untuk melakukan persiapan bagi demonstrasi serentak
yang akan di lancarkan secara Internasional pada tanggal tersebut.
Dengan demikian, di awalilah tradisi peringatan 1 Mei (May Day)
secara Internasional. AFL sendiri,-- yang ajakannya melahirkan
peringatan 1 Mei -- di kemudian hari ternyata memisahkan diri dari
tradisi peringatan hari libur kaum sosialis (secara internasional) .

Mereka malah mempromosikan hari buruh secara tersendiri, dengan


semangat nasionalis borjuis.
Tahun-tahun awal internasional kedua diwarnai dengan
perjuangan prinsip secara politik, dalam menangkis gagasan maupun
metode anarkisme. Anarkisme yang tidak lain adalah kelanjutan dari
pertarungan Marx melawan Bakunin(di inrternasional pertama).
Kaum anarkis yang di gelari sebutan "internasional Hitam" (Black
Internasional)
menentang
segala
aksi
politik
dan
bentuk
parlementarian . Mereka justru mempraktekan bentuk aksi-aksi
terorissme dan sedemikian mendewa-dewakan aksi-aksi pemogokan
besar (yang spontan/tak terorganisi, tanpa oriewntasi penerjemah).
Pengaruh-pengaruh anarkisme ini di perangi oleh kaum Marxis dari
Jerman. Bahkan pada kongres Internasional di London (tahun 1896)
kaum anarkis dan anti parlementarian tidak di ikut sertakan. Di
tetapkanlah aturan, bahwa peserta kongrees hanya berasal dari
serikat-serikat buruh atau partai-partai politik saja. Pengentalan kaum
sosialis ini menasndai konsolidasi dan organisasi permanen dari
internasional kedua. Terhitung sejak saat itu, sampai sekitar tahun
1914, kepemimpinan internasional kedua di akui sebagai garda depan
klas buruh.
Sepuluh tahun kemuka mencatat Internasional Kedua dalam
puncak ketinggian kekuatan dan prestasinya. Dalam Kongres
Internasional Kedua -- pimpinan-pimpinan utama kaum buruh dari
berbagai negeri memperdebatkan semua problem pokok klas buruh -hasil-hasilnuya di tetapkan dalam resolusi-resolusi. Sebelum dan
sesudah kongres-kongres tersebut, persoalan-persoalnn pokok tadi di
godok dan di tetapkan di berbagai partai nasional. Watak
Internasiomal dari perdebatan-perdebatan tersebut memperkaya, dan
memajukan gerakan buruh secara pesat di berbagai berbagai
perdebatan yang berlangsung di angkat ke level teoritik secara
berkala. Sehingga cara pandang sempit yang yang mementingkan
perjuangan nasional/bangsanya sendiri, dapat dituntaskan disini.
Sejak saat itu, persoalan-persoalan besar yang dihadapi klas buruh di
sebuah negeri tertentu; menjadi tanggungan bersama kaum buruh
maju di segenap negeri.
Salah satu juga persoalan yang mengedepan adalah mengenai
masalah hubungan reformasi (perbaikan) dengan revolusi. Teori
Marxis kedua masalah ini dengan tepat. " perjuangan sehari-hari bagi
reformasi -- bagi perbaikan kondisi-kondisi kerja dan buruh (dalam
kerangka kerja tatanan masyarakat yang ada) dan juga perjuangan
bagi lembaga-lembaga demokratis -- hanya merupakan saran/alat bagi
kaum sosial demokratik . sebuah sarana untuk memasuki kancah
peperangan klas proletarian untuk bekerja bagi tujuan final yakni

perebutan kekuasaan politik dan penjungkiran kaum upahan ",


demikianlah tulis Rosa Luxemburg dalam pamfletnya Reformasi atau
Revolusi (Reform or Revolution, halaman 8) di tulis tahun 1899.
Dalam menghadapi persoalamn di atas ini, kaum Marxis harus
memerangi dua kecendrungan yang keliru dan membahayakan dalam
gerakan sosialis. Yakni, kecendrungan oportunis dan sektarian. Kaum
oportunis yang mandasarkan dirinya pada pada praktek-praktek yang
menitikberatkan kapada partai-partai sosial demokrat (karena pada
saat
itu
tahap
perkembangan
perjuangan
baru
sebatas
reformasi/sebatas kerja di tingkat nasional dalam tubuh negaranegara kapitalis) kaum oportunis ini berusaha untuk memutar
balikan rerformasi dengan revolusi sosial. Mereka justru menjadikan
reformasi sebagai esensi/hakikat, yang di pandangnya sebagai puncak
pencapaian total pergerakan sosialis. " Kesalahan kaum revisionis
adalah bahwa mereka mau mengabadikan/ melanggengkan
reformisme negara teoritik; dan bahkan hendak membuat reformisme
sebagai satu-satunya metode perjuangan klas proletar"' demikianlah
pernyataan Trotsky dalam tulisannya Perang dan Internasional (the
war and the international). "Dengan demikian kaum revisioinis gagal
mengantisipasi
kecendrungan-kecendrungan
obyektif
dalam
perkembangan kapitalistik. Padahal dengan semakin mendalamnya
perdebatan-perdebatan klas, semakin terbuka pulalah jalan revolusi
sosial, sebagai satiu-satunya jalan menuju pembebasan proletariat".
(halaman 60)
Cara pandang kaum reformis dapat tergambarkan dengan jelas
dalam pernyataan Bernstein : " Bagi saya apa-apa yang di sebut
tujuan utama sosialisme, bukanlah apa-apa, bagiku gerakan adalah
segala-galanya" (Reformasi atau Revolusi, halaman 64) Dalam
kecamannya Rosa Luxemburg menunjukkan bahwa di antara
reformasi dan revolusi sosial, terdapat dua hal yang tak terjembatani
bagi kaum sosial demokratik. Perjuangan reformasi sebagai
alat/sarana, revolusi sebagai tujuan sejati" (halaman 8).
Sekarang tentang kaum sektarian. Kaum sektarian justru
melakukan kesalahan yang sebaliknya. Kaum sektarian ataupun ultra
radikal sama sekali menolak reformasi sebagai alat/sarana revolusi.
Mereka menolak perjuangan lewat reformasi secara prinsip, karena
menurut mereka , reformasi cenderung melunakkan kaum buruh ke
haribaan kapitalisme. Sehingga hanya akan merepotkan/menghalanghalangi perjuangan revolusioner bagi pembebasan klas buruh.
Amerika merupakan contoh yang mengerikan pihak sektarianisme
yang sangat kaku di dalam Partai Buruh Sosialis (Socialis Labour
Party). Socialis labour Party memandang segala bentuk aksi massa

bagi reformasi sebagai tindakan reaksioner, dan oleh karena itu


menolaknya sama sekali.
Dalam perdebataan teoritik menghadapi dua kecendrungan di
dalam tiubuh internasional, Marxisme muncul sebagai pemenangnya.
Dalam menghadapi kaum oportunis yang berusaha untuk melunakan
gerakan sosialis ke dalam 'pelukan' tatanan kapitalis .. Kaum Marxis
menekankan keharusan untuk mempromosikan perjuangan klas ,
untuk merebut kekuasaan, dalam rangka menjungkirkan kapitalisme
dan menegakkan sosialisme. Sedangkan dalam menghadapi kaum
ultra kitri, kaum Marxis menunjukkan arti pentingnya perjuangan
lewat reformasi untuk, memanfaatkan semaksimal mungkin
lembaga-lembaga demokrasi dan parlemen, demi mendidik,
mengorganisir dan mencerahkan kaum buruh.. sampai mayoritas
rakyat siap bagi pengambil alihan kekuasaan; bagi sebuah hujaman
telak yang revolusioner atas kapitalisme.
Konflik berkesinambungan antara kaum Marxis melawan kaum
oportunis meletup dengan keras di Eropa. Di negeri-negeri dengan
perkembangan pergerakan sosialis yang paling maju, yakni Jerman
dan Perancis. Di Perancis, Konflik tersebut mengedepan sehubungan
dengan persoalan politik praktis yang dilakukan oleh Alexandre
Millerand. Millerand adalah seorang anggota Partai Sosialis
Independen (Independent Socialis Party) . Pada tahun 1899 ia
menerima tawaran (dengan pertanggung jawaban perorangan) untuk
menduduki jabatan menteri urusan industri, dalam sebuah kabinet
kapitalis. Ini adalah yang pertama kalinya seorang pimpinan sosialis
menerima tawaran jabatan di dalam pemerintahan borjuis; namun ini
bukanlah yang terakhir kalinya. Millerand membela dirinya dengan
dalih, bahwa hal tersebut merupakan sebuah keharusan, demi
menyelematkan demokrasi Perancis dari kaum Monarkis dan
Bonapartis. Menurutnya kaum Monarkis dan Bonapartis sedang
mengeruk keuntungan lewat agitasi-agitasi yang di lancarkan atas
kasus Dreyfus; dengan tujuan untuk mengahancurkan republik
Perancis yang ketiga (Third Republik). Pertikaian berkelanjutan atas
penyelewengan Millerand dari garis sosialisme, mengakibatkan
terkjadinya perpisahan (split) ; antara sayap kiri dan sayap kanan
dalam partai sosialsi Perancis. Polemik dan kontoversi ini bahlkan
menyebar juga seluruh kalangan Sosial Demokrasi Eropa.
Persoalan
mendasar
tentang
politik
koalisi
(tentang
kolaborasi/kerjasama persekongkolan klas kaum sosialis dengan
sayap liberal dari klas kapitalis) dalam menghadapi kekuatan
reaksioner lainnya bukan lagi permasalahan masa lalu, melainkan
persoalan yang masih harus kita hadapi sampai saat ini. Persoalan ini
kembali berulang dari waktu ke waktu, dalam rangkaian

perkembangan sosialis. Dan selalu saja kaum oprtunis menyeruhkan


slogan-slogan dan argumen-argumen palsu yang itu-itu juga sambil
mencari upaya merusak klas buruh, pada tahun 1918, misalnya, Ebert
dan scheidemann memasuki pemerintah republikan kaum borjuis,
dengan dalih "Untuk menyelamatkan demokrasi Jerman ". hasil
nyatanya adalah : Pemukulan keras atas revolusi proletarian, dan
kemenangan Nazi. Ketika sosialis dan belakangan juga kaum Stalinis,
berpartisipasi dalam pemerintahan republiken klas borjuis Spannyol;
(dengan alasan yang kurang lebih sama , menyelematkan demokrasi
Spamyol dari ancaman kaum monarkis dan fasios). Hasil bersih;
naiknya Franco ke panggung kekuasaan. Suatu ketika pimpinan kaum
buruh dan kaum stalinis menyatakan Bahwa; Presiden Roosevelt
harus di dukung, dalam rangka menangkal kaum ultra reaksioner di
Amerika Serikat Dan program perangnya harus di ikuti untuk
memukul balik Fasisme dari Eropa. Hasil melimpah ruahnya
pengangguran dan pengupahan yang rendah; masih di tambah
dengan tindakan keras pemerintah atas setiap aksi-aksi pemogokan
buruh. Dan inilah 'buah' yang dapat di petik setelah mengikuti
perang: di lancarkannya program "pembersihan orang-orang merah"
dari serikat-serikat buruh; dan perburuhan kaum kiri oleh Mc Carthy,
di bawah restu dari "kawan" kawan buruh liberal, yaitu Harry
Truman. Lagi-lagi pada tahun 1968 terdengar seruan untuk
mendukung Presiden Lyndon Johnson, untuk menghadapi "pedagang
perang" Barry Goldwater. Semua ini sama saja.
Hal-hal tersebut di atas maupun pengalaman-pengalaman
sejarah lainnya yang memiliki kesamaan selama abad ke-20 telah
menguji dan membuktikan, ketetapan pandangan kaum Marxis (yang
sudah di lontarkan semasa Millerand); Bahwa kolaborasi politik kaum
sosialis dengan representasi perwakilan kapitalisme manapun juga,
hanya akan memperkuat klas penguasa yang reaksioner. Dengan
menyingkirkan kaum buruh dan merongrong demokrasi. Buktibuktinya sudah terdapat dalam diri Millerand, yang di kemudian hari
"memotong" aksi pemogokan buruh-buruh kereta api Perancis.
Kolaborasi semacam itu menjadi basis bagi pendirian "Front-front
rakyat" (palsu), yang ternyata menggiring kaum buruh Eropa ke
dalam jurang kekalahan sebelum perang dunia II ataupun
persatuan masyarakat dengan imprealis (yang berkedok) demokratik,
yang terbukti hanya membawa kehancuran selama peperangan. Kaum
buruh dapat membela hak-hak ekonomi dan demokratiknya, dengan
mengorganisir diri mereka sendiri dalam perjuangan melawan
pemerintah mereka. Dan sama sekali bukan dengan menggabungkan
kekuatan (dengan musuh-musuh klas mereka sendiri), dalam sebuah
koalisi politik.

Dua persoalan ini merupakan bagian integral dari perjuangan


yang lebih luas , antara kaum marxis dengan sayap-sayap revisionis
sosial demokrasi. Penganjur utama dan pimpinan teoritik kaum
revisionis adalah Edward Bernstein. Dalam rangkaian artikelnya yang
berjudul problem Sosialisme (Problem of Socialism) yang di terbitkan
tahun 1897-1898; maupun dalam bukunya yang berjudul Sosialisme
Evolusioner (Evolutionary Socialism) yang di terbitkan tahun 1899
Bernstein menganjurkan revisi (perbaikan) atas Marxisme, di bawah
terang "realitas hidup" (yang palsu). Ia adalah pimpinan teoritik
oposisi borjuis kecil yang menytimpang dari garis Marxisme.
Bernstein-lah yang dengan pongahnya memperolok-olok dialektika,
dengan cara yang sama seperti yang di lakukan oleh BurnhamShachtman, ketika menentang Socialist Workers Party (SWP)/ Partai
Pekerja Sosialis) pada tahun 1939-1940. Ia mencampakkan metode
historical materialism (Materialisme historis); bahkan ia menentang
makna pentingnya teori pergerakan sosialis secara keseluruhan.
Masih juga ia melakukan hal yang sama terhadap teori nilai
kerja/labour theory of value (yang merupakan pondasi dari
keseluruhan struktur ekonomi politik Marxis) yang mencakup:
Keniscayaan(keharusan) historis atas sosialisme, keruntuhan yang tak
terhindarkan dari kapitalisme, hukum akumulasi modal dan
kecendrungan penghisapan yang sermakin mendalam atas klas buruh
ringkasnya ia menjadi penganjur aliansi dengan partai-partai
borjuis demokrat dan metode-metode oportunisme.
Sejarah telah menunjukan ketidakbenaran teori maupun
maupun ramalan-ramalan Bernstein. Bernstein sendiri sangat
meyakini bahwa kapitalisme telah berkembang secara lebih damai,
lebih progresif, menghapuskan krisis-krisis yang ada, meningkatkan
standar kehidupan massa. Ia meramalkan bahwa reformasi dengan
sendirinya (secara bertahap) akan membuka jalan bagi sosialisme;
bahwa negara kapitalis akan berubah menjadi sosialisme (secara
damai/tanpa konflik sama sekali). Dan bahwa antagonisme klas akan
hilang dengan sendirinya. Padahal paruh dari abad ini sendiri telah
mempertunjukan
barbagai
konflik
krisis
yang
menganga,
kelaparan/kemelaratan,
pengangguran
berbagai
proses
pembusukan Kapitalisme. Bersamaan dengan antagonisme klas yang
bergerak/berkonflik, dan meletus dalam bentuk perang maupun
revolusi.
Bahkan pada masa seperti itu, kaum Marxis-- yang di
persenjatai dengan sosialisme ilmiah-- memenangkan pertarungan
teoritik melawan ide-ide revisionisme. Walaupun memang masih ada
saja orang yang senang memelihara kebiasaan dan praktek-praktek
reformis di tubuh partai. Di Jerman : Babel, Kautsky, Rosa Luxemburg
-- ketika itu -- memukul mundur kaum revisionis yang di piimpin oleh

Bernstein dan Vollmar ( yang 'kebetulan' merupakan pendahulu


Stalin, dalam menganjurkan teori tentang "sosialisme di satu negeri").
Dalam kongres kaum sosial demokrasi Jerman pada tahun 1903
di kota Dresden, Bebel dan Kautsky berhasil mempetahankan
keutuhan partai, sekaligus mengeluarkan sebuah resolusi yang di
tujukkan kepada kaum revisionis. Resolusi tersebut berbunyi antara
lain:
Dengan ini kongres mengutuk keras, upaya-upaya para
revisionis untuk mengubah garis-garis taktik yang sudah teruji dan
sukses. Yang telah kita emban selama ini, yang juga berasal dari
perjuangan
klas
.
Taktik para revisionis ini secara tak terhindarkan akan mengubah
watak partai kita .. dari sebuah gerakan yang bertujuan-- uintuk
melakukan penyingkiran secepatnya atas masyarakat borjuis (dan
menggantikan dengan masyarakaat sosialis ) -- menjadi sebuah
kelompok yang puas dengan perbaikan-perbaikan dalam masyarakat
borjuis. Selanjutnya, kongres mengutuk tiap upaya untuk
menyembunyikan antagonisme-antagonisme klas (pertentanganppertentangan klas) yang semakin meningkat terlebih-lebih bila di
maksudkan untuk memfasilitasi kerja sama dengan partai-partai
borjuis (di kutip dari Landauer, Sosialisme Eropa/ European
soocialism, vol.1, halaman 359).
Pada kongres Internasional di Amsterdam tahun 1904, resolusi
Dresden di atas, menjadi pusat perdebatan sengit yang berlangsung
sampai empat hari. Kongres ini juga menjadi saksi bagi terjadinya "
duel dua raksasa berkaliber internasional" antara Jaures (seorang
sosialis Peranncis) melawan Babel (pimpinan sosialsi Jerman) .
Dengan menerima resolusi Dresden , internasional secara resmi
menyingkirkan teori kaum revisionis, dan sekali lagi mengukuhkan
dirinya berdiri tegak di bawah panji-panji revolusi Marxisme.
Kongres Amsterdam sendiri menandai titik puncak internasional
kedua. Kongres di hadiri oleh 444 delegasi, yang merupakjan
kelompok perwakilan gerakan sosialis terbesar dan paling solid,
sejauh yang pernah di catat. Ketika Van Kol (seorang sosialis dari
Belanda) memberikan sambutan, ia membandingkan perbedaan yang
sangat ,mencolok antara kongres internasional tahun 1872 dengan
1904 ini. Di tahun 1872 seingatnya, beberapa lusin delegasi
International Pertama bertemu di Den Haag (*Belanda) , di sebuah
Kafe hanya untuk membubarkan organisasinya . Dalam waktu 30
tahun orang-orang pengasingan dan pejuang-pejuang buruh yang
tadinya di buru-buru tersebut telah menggerakan dunia.

Tahun itu (1904), merupakan masa kejayaan internasional


kedua dan gagasan Marxisame yang di embannya. Kejayaan ini masih
tetap di tingkatkan, ketika revolusi Rusia yang pertama meletus pada
tahun berikutnya (1905) ketika klas buruh yang masih begitu
mudah -- di bawah kepemimpinan sosial demokrasi -- untuk pertama
kali menunjukkan kegagahan Revolusionernya.
Itulah titik puncak internasional kedua. Titik tersebut turun
bersama dengan surutnya gelombang pasang revolusioner.

Bab III : Menjangkitnya Oportunisme


Sosialis Internasional (1904-1914)

dalam

Kongres Amsterdam tahun 1904 dan revolusi Rusia tahun 1905


adalah dua puncak semangat revolusioner dalam sejarah internasional
kedua. Kongres tersebut menandai kemenangan Marxisme atas ideide sayap kanan kaum revisionis. Juga kemengan cita-cita kaum
proletarian terhadap upaya-upaya penggiringan buruh yang
terorganisir ke arah demokrasi parlementer. Kemenangan taktik yang
berbasiskan perjuangan klas yang tegar, atas taktik yang berbasiskan
oportunisme dan reformisme sosialis. Pendeknya, kemenangan
semangat proletarian atas pengaruh-pengaruh borjuis kecil di dalam
internasional kedua.
Revolusi Rusia tahun 1905 menjadi saksi atas program dan
semangat ini, yang memandu aksi pengerahan massa secara besarbesaran. Harap di ingat sejak di pukulnya komune Paris tahun 1871,
di Eropa tidak pernah ada lagi gejolak revolusioner dalam skala besar,
selama sekitar tiga puluh lima tahun terakhir. Sekarang , justru di
kekaisaran Tsar yang terbelakang, yang merupakan negeri yang
paling reaksioner di Eropa dengan sebuah rejim absolut yang
menindas lembaga-lembaga demokrasi, memburu-buru kaum sosialis
dan gerakan buruh justru segenap rakyat Rusia yang tertindaslah
yang mulai bergerak lebih dulu di Eropa; terutama setelah kekalahan
menyakitkan yang di alami Rusia dalam perang Rusia- Jepang. Adalah
klas buruh Rusia yang masih muda, yang berdiri paling depan dalam
barisan massa rakyat; dan ini semua di pandu oleh kaum sosial
Demokratik Rusia.
Dalam sebuah kuliah tentang revolusi 1905 (yang di berikan
Lenin dalam dalam pembuangan di Swiss, satu bulan sebelum

pecahnya
revolusi
tahun
1917)
Lenin
mengamati:
Sebelum 22 Januari 1905 partai revolusioner Rusia belum memiliki
keanggotaan secara luas saat itu kaum reformis menyebut kita
sebuah "sekte" (kelompok kecil). Seratusan organiser revolusioner,
sekian ribu anggota organisas lokal, setengah lusin koran revolusiner
yang terbit tidak lebih dari sekali bulan (material-material/ koran ini
biasanya di terbitkan di luar negerri dan di selundupkan ke Rusia
dengan kesukaran luar biasa; dan dengan bayaran pengorbanan yang
tidak kecil.) Seperti itulah partai-partai yang revolusioner dan
khususnya Partai Sosial Demokrasi Rusia, sebelum 22 Januari 1905.
Kondisi seperti itu membuat kaum reformis yang picik dan pongah,
mengeluarkan justifikasi (pembenaran) Revolusi Rusia adalah
peristiwa besar pertama yang membawa hembusan segar dalam
atmosfir Eropa yang pengap/membosankan, selama 35 tahun terakhir
sejak komune Paris. Perkembangan cepat dalam klas buruh Rusia, dan
kekuatan tak terbayangkan dari pemusatan sktifitas revolusioner
mereka.menghasilkan kesan yang mendalam bagi dunia dan
dimana-mana menghasilkan menih yang mempertajam perbedaanperbedaan politik. Di Inggris, revolusi telah mempercepat
pembentukan partai buruh independen. Di Austria terjadi desakandesakan yang kuat untuk menegakkan hak-hak politik rakyat. Di
Perancis, gaung revolusi Rusia ( mengambil bentuk dalam gerakan
sindikalisme) memberikan pencerahan pada tingkat praktek dan
teori bagi terbangunnya kecendrungan revolusioner proletariat
Perancis . Di Jerman revolusi Rusia menunjukan pengaruhnya dalam
penguatan buruh dalan sayap Kiri partai; menyeret mayoritas kaum
tengah ke Kiri . Menghasilkan penyingkiran kaum revisionis (Kanan).
Sehingga secara prinsip partai menetapkan metode revolusioner
dalam aksi-aksipemogokan umum. (Perang dan Internasional ,
halaman 61).
Pemberontakan besar tahun 1905 juga meninggalkan jejak yang
mendalam, di seluruh Asia dan merangsang revolusi-revolusi melawan
kekuatan kolonial di Turki, Persia dan China.
Betapapun revolusi itu di pukul balik dengan sangat keras.
Kekalahan revolusi dan kemenangan kekuatan kontra revolusi; telah
mendorong berlangsungnya periode reksi yang berkepanjangan , hal
ini bukan hanya berlangsung di Rusia, namun juga ditiap penjuru
Eropa. Trotsky menggambarkan kemunduruan politik tersebut
sebagai berikut:
Di Rusia kekuatan kontra revolusi menang . dan bersamaan
dengan ini dimulailah periode kemunduran dalam proletariat Rusia;
kemunduran kekuatan, baik secara politik maupun organisasi di
Austria , jalinan-jalinan kemajuan uang telah di capai oleh klas buruh

terpotong-putus. Tuntutan bagi pengesahan jaminan sosial untuk


rakyat banyak, terbengkalai di kantor-kantor pemerintah. Tuntutantuntutan bagi hak-hak politk universal terpuruk dalam kepentingan
kaum nasionalis belaka; semua ini bermuara pada semakin melemah
dan terpecahnya kekuatan Sosial Demokrasi. Di Inggris, setelah
sekian lama Partai Buruh melepaskan diri dari Partai Liberal ,
belakangan ini mulai menjalim hubungan kembali. Di Perancis, kaum
sindikalis menyerah pada posisi kaum reformis . Dalam waktu yang
singkat Gustave Harve memutar balik ketetapan yang diambil sendiri.
Di Jerman sendiri , kaum revisionis dalam tubuh partai Sosial
Demokrasi, mengangkat kembali kepala mereka dengan pongahnya.
Kaum Marxis dipaksa untuk merubah taktik mereka dari taktik ofensif
menjadi taktik defensif. Upaya-upaya kaum kiri dalam mengarahkan
partai-partai untuk mengambil kebijakan yang lebih aktif , tidak
membuahkan hasil. Kaum tengah makin bergerak ke arah kanan,
smbil mengepung akum radikal/kiri. Kekuatan-kekuatan konservatif
menarik nafas lega atas kekalahan revolusi 1905 (Perang dan
Revolusi, halaman 63).
Dalam kuliah- kuliah (sebagaimana yang telah disbutkan di
muka) Lenin menegaskan ,"bahwa revolusi Rusia 1905, dikarenakan
watak proletariatnya adalah merupakan prolog (pendahuluan), bagi
kedatangan revolusi Eropa " (Karya-Karya Terseleksi Lenin, Volume
23, Halaman 252). Pandangan jernih yang tajam ini -ketika itu- di akui
juga oleh Kautsky. Namun pandangan itu tidak menjadi pandangan
yang dominan dikalangan pemimpin-pemimpin Internasional Kedua;
sehingga tidak pernah di pakai sebagai sebuah panduan strategi
(terutama pada tahun 1904-19914). Para pemimpin Internasional
Kedua tersebut, bekerja dengan menggunakan cara pandang dan
analisis yang berbeda. Walau tidak di akui secara terbuka,
sesungguhnya cara pandang kaum reformis
Apa sajakah premis-premis (landasan argumen) mereka? Kini
mereka percaya bahwa kapitalisme akan tetap berlanjut bertahan
sampai dengan mas depan yang tak terbatas. Seperti yang sudah
hidup di bawah kondisi kolonial. Keuntungan luar biasa yang
ditumpuk dan akumulasi oleh penguasa-penguasa kapitalis,
memungkinkan negeri-negeri besar tersebut (selama masa 'naik
daunnya' kapitalisme global) memiliki kemampuan untuk
memberikan lapisan buruh sedikit remah-remah ( sisa-sisa makanan)
yang tercecer dari mejan makan majikan besar mereka yang rakus.
Lapisan buruh yang menikmati hal- hak istimewa inilah yang
merupakan aristokrat-aristokrat buruh mereka; lazimnya membentuk
partai buruh yang besar dan mapan , ataupun juga serikat-serikat
buruh yang birokratis.

Pimpinan-pimpinan partai buruh mapan maupun serikat buruh


birokratis tersebut biasanya memilih jalan parlementer; dan menjadi
penganjur-penganjur utama bagi kampanye pengambilan jalan damai,
gampangan dan hidup berdampingan secara 'berbudaya'. Mereka
tidak bertindak, berpikir dan merasakan -sebagaimana seharusnya
perwakilan klas yang tertindas- namun, lebih mirip penjaga-penjaga
toko borjuis kecil, majikan-majikan kecil, guru-guru sekolahan
bersamaan dengan semakin kentalnya kecendrungan borjuis mereka orang-orang mapan tersebut juga menjadi semakin terisolasi
(terasingkan) - dari penderitaan, kesukaran-kesukaran hidup maupun
aspirasi massa rakyat. Mereka juga sudah tidak merasa penting untuk
memintakan
pertanggungjawaban
majikan
mereka,
apalagi
melawannya.
Kaum borjuis kecil bersikap sama terhadap rakyat tanah jajahan
(daerah-daerah kolonial) . Sungguhpun mereka tahu betul bahwa
--hasil-hasil bumi--, kenyamanan penghidupan, standar penghidupan
yang lebih tinggi, hak-hak istimewa yang mereka kecap - sebagian
besar dihasilkan dari penghisapan atas rakyat-rakyat tanah jajahan.
Dengan dinginnya mereka membiarkan begitu saja pengambilalihan
daerah-daerah koloni mereka juga tidak mempedulikan kekerasan,
penindasan, maupun kemorosaotan penghidupan yang menimpa
rakyat tanah jajahan. Sekali lagi mereka memilih bungkam terhadap
proses
perbudakan
yang
berlangsugn
bersamaan
dengan
kebijaksanaan dan praktek-praktek kolonial maupun imprealis. Sama
sekali tak terlintas dalam mereka, perihal keharusan untuk
memblejeti praktek-praktek tersebut di atas ; dalam rangka mendidik
kaum buruh. Dengan membangkitkan keadaran klasnya, dan
membangun ikatan solidaritan/persaudaraan antar klas buruh dari
negeri-negeri yang paling terinjak-injak.
Sebagai konsekwensi logisnya , kaum sayap kanan dalam
gerakan buruh, justru menjalin aliansi dengan borjuasi pribumi, untuk
menindas rakyat di tanah jajahan (khusunya klas buruh di perkotaan
atau di pinggiran kota ) . Ternyata praktek kolaborasi klas (kerja sama
antar klas) inilah yang pakai untuk menggantikan perjuangan klas
yang konsisten; dan inipulalah yang menjadi akar oportunisme . Lenin
menggambarkan hal ini sebagai," pengorbanan atas kepentingan
fundamental massa klas buruh, demi kepentingan-kepentingan sesaat
minoritas kaum buruh (yang tak penting) . Atau dengan lain
perkataan aliansi sebagian kecil kaum buruh dengan kaum borjuis,
untuk menindas massa proletariat.
Ada empat yang persoalan yang menandai petumbuhan elemenelemen kanan kaum oportunis , terhitung sejak tahun 1906 sampai

dengan tahun 1914; di internasional kedua. Yang pertama dan paling


utama adalah dalam menghadapi persoalan kolonial.
Pada kongres di Stuttgart yang tahhun 1907, kaum sayap kiri
menyerukan perjuangan yang prinsip bagi kebijakan sosialis yang
sejati. Dengan demikian sebagai konsekuensi, kaum kiri menentang
tiap penaklukan, praktek-praktek perhambaan, pemerkosaan,
panjarahan yang menjadi ciri khas dalam operasi-operasi kolonial
kekuatan-kekuatan imprealis.
Kaum oportunis yang di pimpin oleh serikat-serikat buruh
Jerman, menentang tiap upaya untuk melawan kekuatan-kekuatan
imprealis . Mereka cenderung memilih untuk beradaptasi/
menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan imprealis tersebut.
Seorang delegasi Jerman bernama Eduard David, berargumentasi:
Karena kebijakan dan penindasa kolonial adalah sesuatu yang tak
terhindarkan di bawah kapitalisme ; maka kaum sosial demokrasi
tidak perlu melakukan perlawanan atasnya. Yang perlu dilakukan
kaum Sosial-Demokrasi adalah berjuang bagi perbaikan-perbaikan
kondisi kerja penduduk pribumi di tanah jajahan. Ringkasnya Eduard
David mau mengatakan, bahwa perjuangan yang perlu dilakukan
bukannya untuk mengakhiri perbudakan; namun untuk memperbaiki
kondisi- kondisi perbudakan.
Barnstein juga berpendapat, bahwa masyarakat memang dapat
di bagi dalam dua kategori: kaum penguasa dan kaum yang dikuasai.
Bagian tertentu dalam masyarakat memang sepeti kanak-kanak, yang
selalu harus di bimbing , dan tidak sanggup mengembangkan diri
mereka sendiri. Sehingga kebijakan kolonial --menurutnya - adalahg
sesuat yang tak bisa di elakan, bahkan di bawah tatanan sosialisme
sekalipun. Bagi idiologi-idiologi (palsu) tersebut bangsanya sendirilah
yang paling beradab, dan memang terlahirkan sebagai " bangsa yang
di pertuan" ( dan tidak mungkin terjadi sebaliknya sebagai bangsa
yang di perbudak).
Kongres menyelenggarakan pemungutan suara (voting)
sehubungan dengan 'persoalan kolonial' ini. Dan hasilnya adalah
kaum revisionis memperoleh 127 suara, sedangkan kaum oportunis
108 suara, sisa 10 suara menyatakan abstain (tidak memilih). Semua
kaum sosialis Rusia yang yang hadir dalam kongres memilih dengan
semangat revolusioner; sementara mayoritas pimpinan serikat-serikat
buruh Jerman mendukung kaum oprtunis. Pilihan-pilihan yang mereka
ambil ini sudah merupakan isyarat tersendiri, yang akan terbukti
nanti dalam sejarah.

Perdebatan kedua adalah mengenai kebijakan imigrasi. Seorang


delegasi Amerika berpendapat bahwa Internasional seharusnya
mengeluarkan tuntutan bagi pemberlakuan Undang-undang yang
membatasi masuknya kaum buruh-buruh berkulit kuning ke "negerinegeri beradab". Yang hakikatnya adalah usulan untuk membangun
tembok pemisah antara klas buruh di Asia dengan yang tinggal di
Amerika /Eropa; lewat sebuah perundang-undangan kapitalis. Cara
pandang semacam initelah menjadi semacam tradisi dalam kebijakan
buruh Amerika, yang masih berlaku sampai hari ini.
Perdebatan ketiga yang lebih penting , adalah menyangkut
hubungan antar partai-partai sosialis dengan serikat-serikat buruh. Di
satu pihak, ada kecendrungan bahwa para pimpinan serikat buruh,
merasa nyaman dengan hak-hak istimewayang dimilinya; sambil
'membina' kaum buruh yang masih terbelakang. Mereka inilah yang
menentang dan berusaha melepaskan diri dari segala bentuk
kontrol/pengawasan politik; yang lazim bagi sebuah partai yang
menggunalkan metode perjuangan klas. Karenanya orang-orang
tersebut
senantiasa
menyerukan
'netralitas'
serikat
buruh,
sehubungan dengan program-program ataupun aktifitas -aktifitas
partai sosialis. Harap di catat bahwa lahan subur bagi pertumbuhan
oportunisme dan arah gerak ke kanandalam internasionale kedua ,
justru di pelopori oleh serikat-serikat buruh.
Memang kita pahami benar bahwa otonomi organisasional bagi
serikat-serikat buruh adalah sebuah keharusan. Namun independensi
total bagi serikat-serikat buruh adalah sebuah keharusan. Namun
independensi total bagi serikat-serikat buruh dalam praktek dan
kebijakan adalah sesuatu yang mustahil. Mengingat bahwa dalam
peta pertarungan kekuasaan politik , serikat-serikat buruh tersebut
hanya punyta dua pilihan : jatuh ke bawah cengkeraman kapitalis dan
pemerintahannya, atau berjuang bersama kaum oposisi/penentang
klas kapitalis, yakni bersama massa proletariat. Sehingga kita tidak
mengenal 'jalan tengah' dalam menghadapi persoalan diatas dengan
melakukan pemisahan antara perjuangan politik dengan perjuangan
ekonomi, kaum sayap kanan hanya menginginkan mendapatkan
pengesahan atas oportunisme mereka.
Dalam kongres di Stuttgart tersebut, keinginan-keinginan atas
'netralitas' serikat-serikat buruh berhasil diselesaikan oleh kaum
revolusionis yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip fundamental
Marxime. Mengenai hal ini Clara Zetkin menuliskan catatannya
sebagai berikut, " Kini secara prinsip, tidak ada lagi suara-suara yang
mempertanyakan kecendrungan historis yang poko dari perjuangan
klas proletar; untuk mempersatukan pengorganisasian kerja-kerja
ekonomi dan politik seerat mungkin, dalam sebuah klas buruh

sosialis" (dikutip dari Karya-Karya Terkoleksi Lenin , Volume 13,


Halaman 89).
Komentar Lenin sendiri atas perdebatan tersebut: "Sambil
menjalani proses pentahapan dan hubungan timbal balik yang yang
tak terelakan (antara partai revolusioner dengan serikat buruh
--penerjemah) Dengan tidak mengambil langkah-langkah yang
gegabah/tak bijaksana Kita harus bekerja bekerja secara konsisten
dengan serikat-serikat buruh, dlam rangka memandu mereka ke arah
yang lebih dekat dengan Partai Sosial Demokratik" (Karya-Karya
Terkoleksi Lenin, Volume 13, Halaman 89).
Problem mengenai hubungan antara partai pelopor (Vanguard
party) dengan proletriatnya sebagaimana seharusnya, dikaitkan
dengan hubungan antara serikat buruh yang mencerminkan
proletariat sebagaimana seadanya (betapapun kurang maksimalnya)
adalah salah satu persoalan penting dalam khasanah revolusioner
Marxisme. Hal ini juga sekaligus merupakan problem yang paling
sukar untuk di tangani di tingkat praktek.
Hubungan-hubungan ini tidak hanya memiliki perbedaanperbedaan di negeri-negeri yang berlainan ; namun hubungan ini
bahkan telah memiliki perbedaan-perbedaan dalam tingkatantingkatan perkembangannya, di negeri yang sama. Pergerakan serikat
buruh telah menjadi saksi bagi terjadinya dua macam hubungan yang
mewakili dua kubu yang berbeda. Di Jerman dan Rusia pada
umumnya, Partai Sosial Demokrasi-lah yang mengambil inisiatif dalam
membentuk dan memipimpin organisasi serikat-serikat buruh. Bagi
Inggris dan Amerika Serikat --dilain pihak-- gerakan sosialis dengan
gerakan serikat-srikat buruh dilahirkan dan berkembang secara
terpisah bahkan saling bertentangan satu sama lain.
Kaum sindikalis yang cukup berpengaruh di Perancis dan
Spanyol, jug amenentang segala kaitan/hubungan antara serikat
buruh dengan partai politik klas buruh.
Belakangan -di beberapa negeri imprealis utama- seperti Inggris
dan juga Kanada, pergerakan politik di awali kebangkitan dari
serikat-serikat buruh. Dan secara bertahap melebur dengan partai
pelopor, dalam bentuk partai-partai buruh (dengan ataupun tanpa
program/idiologi sosialis yang dinyatakan secara terbuka) .
Dengan variasi peluang/ kemungkinan yang begitu beragam
-dari dua kubu besar tadi- nampaknya tidak akan ada satu formula
yang final/absolut, untuk menentukan hubungan hubungan antara
pergerakan ekonomi dan politik kaum buruh. Apakah pilihan terbaik

yang perlu diambil -dalam tahapan perkembangan tertentu- sangat


tergantung pada keseluruhan faktor politis historis yang kompleks.
Betapapun, ada satu pertimbangan yang akan tetap konsisten
bagi kaum Marxis. Yaitu soal peranan politik yang dinilai lebih
menentukan/lebih penting dibandingkan peran ekonomi (yang secara
organisasional tercerminkan dalam peranan partai atas urusan-urusan
serikat-serikat buruh). "Politik" demikian ungkap Trotsky, " Adalah
pencerminan umum yang terfokus, yang berangkat dari persoalanpersoalan ekonomi".
Trotsky menggambarkan tujuan ideal atas hubungan (partai dan
serikat buruh), sebagai berikut: Partai - kalau memang cukup
berharga untuk disebut demikian- mencakup keseluruhan pelopor klas
buruh. Partai menggunakan pengaruh pengaruh idiologisnya, untuk
membangun tiap 'cabang' dari pergerakan buruh menghasilkan buah
(khusunya bagi gerakan serikat buruh). Namun kalau serikat-serikat
buruh juga hendak benar-benar dianggap cukup berharga serikatserikat buruh itu juga harus merangkul massa buruh yang terus
tumbuh berkembang, meliputi juga elemen-elemen buruh yang belum
maju. Sehingga mereka (serikat-serikat buruh) baru akan
menuntaskan tugas mereka, ketika berhasil memandu buruh-buruh
tersebut, secara sadar denagn prinsip-prinsip yang fundamental. Dan
mereka hanya akan meraih kepemimpinan semacam ini, bila elemenelemen terbaik dari buruh-buruh tersebut telah dipersatukan didalam
partai proletariat yang revolusioner" (tulisan Leon Trotsky mengenai
serikat-serikat buruh, halaman 12) Internasional Kedua memang
sudah cukup baik dalam menyerukkan hal diatas, sayang sekali masih
kurang cukup dalam meyadari sepenuh-penuhnya.
Sementara itu, kekuatan-kekuatan utama di Eropa telah terlibat
dalam manuver-manuver diplomatik dan berpacu dalam perlombaan
senjata, yang akan memuncak dalam perang tujuh tahun kemudian
Dengan demikian dalam rangka mengantisipasi persipan tersebut di
ata, kaum sosialis memberikan porsi yang sentral dalam kongres
Internasional kedua di Stuttgart.
Ada tiga posisi klasik yang mengedepan pada kongres
internasional kedua di Stuttgart tersebut cara pandang oportunistik
diwakili oleh georg Vollmar (seorang pemimpin sayap kanan dari
Partai Sosial Demokrasi Jerman). Vollmar secara terbuka menolak
prinsip-prinsip revolusioner proletariat, dan malah berkhotbah
tentang petriotisme bagi 'tanah air' (baca : membela negeri jerman
yang kapitalistik). Bukanlah tanpa alasam bila kita menelusuri akar
perkembangan teori sosialisme di satu negeri ;dalam pernyataan
Vollmar ini Vollmar menyatakan :" Tidak benar kalau ada yang

mengatakan bahwa kita tidak memiliki air. Segala kecintaan kita akan
kemanusiaan, tidak dapatr menghindarkan kita untuk menjadi orangorang Jerman yang baik Kami berpendapat bahwa prpaganda anti
militer bukan saja tidak benar dari sudut pandang teori, tapi juga
sama sekali berbahaya secara prinsip".
Dari sudut pandang yang sama sekali bertolak belakang
belakang dengan yang diatas; seorang Perancis yang bernama Herve,
mewakili posisi kaum ultra kiri. Herve berpendapat bahwa tiap
peperangan dapat diantisipasi dengan aksi pemogokan buruh besar
besaran, yang diikuti dengan pemberontakan. Menurut Lenin, Herve
telah melupakan, " Bahwa penggunaan atas suatu alat/sarana
(maupun sarana-sarana lainnya), dalam perjuangan ( menghadapi
perang) sangat bergantung pada kondisi-kondisi obyektif dari krisis
tersebut -secara ekonomi ataupun politik - yang dipercepat oleh
perang tersebut. Sehingga bukanlah bergantung pada keputusankeputusan yang telah dibuat oleh kaum revolusioner " (Karya-Karya
Terkoleksi Lenin, Volume 13, halaman 91).
Pengalaman yang telah menunjukan , bahwa aksi pemogokan
umum (ditingkat nasional) adalah sesuatu yang mustahil pada saat
pecahnya perang ketika chauvinisme dan persatuan nasional
sedang begitu memuncak. Ketika klas pemodal begitu kuat dan klas
buruhnya masih sangat lemah. Menurut Lenin formula yang diusulkan
oleh Herve adalah salah, karena, "tidak sanggup mengaitkan perang
dengan rejim kapitalis secara keseluruhan ; dan juga agitasi anti
milite rdengan kerja-kerja sosialisme secara keseluruhan " (dikutip
dari Lenin, volume 13).
Kasus herve ini terutama sangat penting untuk mempertunjukan
bagaimana semua seruan kaum borjuis kecil bagi avonturisme
(petualngan) dai arah ultra kiri, dengan berjudi atas persoalanpersoalan sedemikian pentingnya, yang merupakan kebalikan ekstrim
oportunisme justru dapat merupakan sisi lain dari mata uang yang
sama : sejarah mencatat bahwa Herve -si anti militer yang fanatikmenjadi patriot yang bebal pada tahun 1914.
Sayap Marxis dalam Internasional Kedua yang dipimpin oleh
Lenin, Roxa Luksenburg dan Clara Zetkin memenangkan perdebatan
(keempat) terakhir mengenai peperangan. Zetkin mengekspresikan
momen tersebut sebagai berikut :" keberanian semangat dan energi
revolusioner klas buruh dalam kapasitas tempurnya berhasil
memukul mundur keyakinan mandul yang digrenggam erat oleh
orang-orang
yang
bersandar
pada
metode
perjuangan
parlementarian ; dan juga berhasil mengatasi kedangkalan cara
pandang anti militeris kaum semi anarkis Perancis yang di

kampanyekan oleh orang-orang seperti Herve " (Lenin, Volume 13,


Halaman 92)
Kongres mengeluarkan kesimpulan yang ditetapkan dalam
resolusi yang menyatakan bahwa peperangan, "adalah bagian yang
tak terpisahkan dari Kapitalisme. Peperangan hanya bisa dihentikan
ketika sistim kapitalisme itu sendiri di hapuskan " Resolusi ini
mengumandangkan seruan yang menolak segala pengeluaran untuk
pembelian senjata dan juag bago propaganda anti militer , Dinyatakan
pula bahwa sementara belum ada ketentuan umum "bentuk-bentuk
baku dari aksi-aksi antimilitrer yang perlu dilakukan oleh klas buruh.
( dalam mengantisipasi momen-momen ancaman perang betapapun
adalah tugas internasional kedua untuk "mengkordinasi dan
meningkatkan upaya-upaya yang paling maksimal klas buruh dalam
menghadapi peperangan". Sebagai tambahan, resolusi ini juga
mengutip sejumlah contoh mengenai aksi anti perang oleh klas buruh
yang cukup berhasil. Antara lain di sebutkan pula revolusi Rusia 1905
yang dipercepat oleh perang Rusia-Jepang. Bahaya ancaman tak
langsung yang dapat mengarah ke revolusi, di jelaskan dalamn alinea
penutup resolusi, yang di rancang bersama Rosa Luxemburg Lenin
dan
Martov:
"Bila sebuah perang nampaklnya akan meletus, adalah tugas klas
buruh dan perwakilan-perwakilan parlementer mereka di negerinegeri yang bersangkutan Untuk mencurahkan dukungan ( dengan
aktifitas-aktifitas yang di kordinasi dari kantor pusat sosialis
Internasional) , dengan mengerahkan sgala upaya dal;am rangka
mewncegah meletusnya perang. Juga dengan sarana apapun, yang
paling efektif menurut mereka. Yang kesemuanya ini sangat
bergantung pada penguatan perjuangan klas dan juga penajaman
situasi
politik
secara
umum".
Bila peperangan tersebut nampaknya tidak dapat di cegah dengan
cara apapun juga. .. Maka adalah tugas klas buruh untuk melakukan
intervensi (campur tangan). Kesemuanya ini dalam rangka untuk
mendorng terjadinya percepatan, dan bersamaan dengan segenmap
kekuatannya Memanfaatkan krisis ekonomi dan politik (yang
diciptaka oleh peperangan) untuk membangkitkan massa rakyat ,
agar memacu kejatuhan kekuasaan klas kapitalis " ( untuk teks
selengkapnya dari resolusi , lihat Braunthal, hal 361-363).
Nampaknya bahwa dari ringkasan pertimbangan mauoun
kettapan yang di buat dalam satu kongres internasional kedua di
Stuttgart ( yang merupakan ciri khas bagi kongres-kongres lainnya
sampai dengan tahun 1914) Bahwa selain gangguan-gangguan yang
di picu oleh kaum oportunis gagasan Marxis tetap bertahan di dalam
tubuh Internasional kedua,. Penilaian semnacam ini akan keliru bila
kita bila kita hanya melihat posisi-posisi formal yang diambil oleh

orang-orang ( dilihat dari luar saja ) Sehubungan dengan situasi


nyata yang melingkupi Internasional kedua.
Penampilan yang kontradiktif dari Internasional Kedua menjadi
semakin nyata setelah kongres di Copenhagen tahun 1910. Dari tahun
1910 sampai dengan 1913 pergolakan sosial dan konflik-konflik klas
yangtajam mengguncang hampir semua negeri. Para buruh tambang,
buruh-buruh kereta rel api. Di Rusia buruh-buruh mesin dan buruhburuh penambangan emas Di Amerika buruh-buruh perusahaan
tekstil maupun penambangan. Ternyata kondisi-kondisi sosial ini
malah bermuara pada gerakan reformasi, yang nenotong kebangkitan
elan revolusioner.
Perjuangan nasionalis juga menyebar di Turki, di Timur Dekat,
di China. Semua perkembangan domestik ini, berjalan erat dengan
krisis-krisis di tingkat imternasioal: Insiden agadir yang memoicu
bentrokan antara Perancis-Jerman di Maroko tahun 1911, Perang
merebut Libya antara Turki-Italia, Perang Balkan pertama tahun 1912
dan lain-lain.
Inilah goncangan-goncangan yang menggoyahkan Eropa di
tahun 1914. Namun sementara itu sentimen-sentimen nasionalisme,
kekuatiran akan perubahan-perubahan drastis, keraguan atas daya
kekautan klas buruh dan aliansi-aliansinya mengakibatkan
merebaknya kecendrungan-kecendrungan oportunis dan munafik,
yang merupakan perpaduan yang pengecut dari oportunisme dari
kaum tengah.
Pertumbuhan yang menular ini di dalam tubuh partai-partai
sosial utama, ternyata memang sangat berbahaya. Mengakibatkan
mandul dan runtuhnya Internasional kedua, sebagai sebuah kekuatan
progresif .. padahal gejolak konflik perang dunia sudah mulai pecah
tepat di hadapan mukanya.

Bab IV : Perang Dunia Pertama dan Keruntuhan


Internasional
Pada bulan Oktober 1912 Montenegro menyatakan perang
terhadap Turki, yang tak lama kemudian menjalar ke seluruh wilayah
Balkan. Bau aroma mesiu sudah tercium sampai ke Eropa, dan hanya
di butukan sedikit percikan api untuk membuatnya meledaknya.
Kantor pusat Internasional segera me rancang rapat-rapat anti
perang, dan mempersiapkan KLB ( Kongres Luar Biasa) sosialis

Internasional yang akan di selenggarakan di Basle pada tanggal 24-25


November 1912.
Sungguhpun dipisahkan dalam jangka waktu yang kurang dari
satu bulan, kongres tersebut dihadiri tidak kurang dari 555 delegasi
dari 23 negeri Kongres yang juga bertujuan sebagai ajang 'unjuk gigi'
soliudaritas klas buruh internasional, dalam mengantisipasi ancaman
perang yang akan segera menjalar. Pada hari kedua kongres, para
delegasi secara bulat telah menandatangani manifesto yang telah
dirancang kantor pusat.
Manifesto Basle-lah untuk pertama kalinya mengumandangkan
bahwa- perang Eropa yang akan segera menjelang - pada hakikatnya
berwatak imprealis. Manifesto Basle juga mengukuhkan posisi
prinsipil perjuangan kaum buruh berkenaan dengan persoalan
peperangan, yang telah di tetapkan kongrews-kongres interrnasional
kedua di Stuttgart (1907) dan Copenhagen (1910). Manifesto Basle
juga menggarisbawahi peluang revolusi sosial yang dapat meletus
menyusul pecahnya perang.. Dengan mengambil contoh-contoh sperti
pemberontakan Komune Paris yang meletus menyusul perang
Perancis- Prussia (Jerman) tahun 1871, juga revolusi 1905 di Rusia
selama perang Rusia Jepang. Manifesto tersebut antara lain juga
menyatakan bahwa "Adalah suatu ketololan yang luar biasa, bila
pemerintah-pemerintah yang berkuasa saat ini tidak menyadari luar
biasanya ancaman perang dunia yang dapat dengan mudah memicu
revolusi klas buruh" (Landauer, sosialisme Eropa, halaman 495).
Lenin dan perwakilan-perwakilan kaum bolshevik lainnya pada
kongres Basle ini 'sangat puas' dengan resolusi tersebut . Lenin dan
kawan-kawan manifesto Basle ini sebagai pernyataan penting tentang
sikap kaum marxis dalam menghadapi perang kaum imprealis.
Sungguhpun demikian Lenin sendiri menyadari bahwa kata-kata/
pernyataan belaka, tidaklah boleh disamakan bobotnya dengan
tindakan-tindakan konkrit/aksi. Lenin menyadari betul tentang
kecendrungan patriotik (nasionalis) dan arus oportunisme yang
sedang berkembang di dalam internasional kedua. Menurut Zinoviev,
setelah selesai membaca manifesto Basle tersebut Lenin berkata.
"Mereka telah memberikan kita catatan-catatan yang menjanjikan,
mari kita lihat seberapa besar usaha mereka untuk mencapainya".
Catatan yang menjanjikan tersebut di uji pada bulan Juli 1914
kaetika Austria dan Hungaria menyampaikan ultimatum kepada
Serbia. Anggota-anggota internasional kedua langsung mananggapi
krisis ini, dengan mengacu pada ketetapan pertama resolusi stuttgart
(1907) , yang berbunyi : "Bila sebuah perang nampaknyua akan
meletus, adalah tugas klas-klas buruh dan seterusnya untuk

mencurahkan dukungan dengan mengerahkan segenap upaya


dalam mencegah meletusnya perang".
Pada tanggal 19 juli 1914, sementara pasukan tentara Austria
sedang bergerak di Belgrade ; Kantor pusat sosialis Internasional
menggelar demonstrasi anti perang besar-besaran di Jerman, Austria,
Italia, Perancis dan Belgia. Demonstrasi besar-besaran itu di pindah
ke Wina pada 23 Agustus 1914, dan kemudian pindah ke Paris pada 9
agustus. Dua hari kemudian Partai Sosialis Jerman mencanangkan
Manifesto, yang mendesak agar pemerintah Jerman tidak perlu ikutikutan dalam perang yang mengerikan" tersebut. Partai Sosialis
Jerman juga menggelar rapat-rapat akbar untuk perdamaian, yang
dihadiri jutaan kaum buruh. Pada hari di mana Jerman mengumumkan
perang terhadap Rusia Herman Muellle yang telah menjanjikan
bahwa partainya sama sekali tidak akan mentokong peperangan, di
kirim ke Paris. Sehari sebelumnya Jean James pimpinan sosialis
Perancis terbunuh oleh seorang nasionalis fanatik
Di tengah hawa patriotik untuk membela tanah air yang
menjalar ke seluruh penjuru negeri, pimpinan-pimpinan partai sosialis
demokrasi nampaknya terlalu optimis bahwa aksi-aksi dan tekanan
yang mereka berikan, akan dapat memaksa pemerintah-pemerintah
untuk menunda rencana perang mereka. Sejarah menunjukan bahwa
sungguhpun aksi-aksi demonstrasi massal mendapatkan perhatian
juga dari pemerintahan negeri-negeri imprealis ; namun kepentingan
yang lebih besar di antara kekuatan-kekuatan imprealsi (untuk
memperluas cakupan kekuasaannya), membuat mereka tidak kuasa
menahan diri.
Setelah gagal untuk mencegah meletusnya peperangan di
anttara kekuatan-kekuatan imprealis; Kantor pusat dan anggotaanggota Internasional kedua kemudian menimbang-nimbang momnen
dan cara yang paling tepat untuk mengemban tugas kedua yang di
tetapkan oleh Resolusi Stuttgart: " Bila peperangan tersebut
nampaknya tidak dapat di cegah dengan cara apapun juga maka,
dalam
rangka
untuk
mendorong
terjadinya
percepatan
memanfaatkan krisis ekonomi dan politik (yang diciptakan oleh
peperangan) untuk membangkitkan massa rakyat, agar mamacu
kejatuhan kekuasaan klas kapitalis".
Inilah saat yang genting bagi persaudaraan internasionalisme
klas proletar untuk menguji dirinya sendiri. Menguji kapasitas
anggota-anggota dan partai-partai yang tergabung di dalamnya, untuk
mengatasi tekanan-tekanan kaum bojuis. Pada titik inilah kaum
revolusionis sejati akan dapat di bedakan dengan kaum pengekor/pem-bebek, yang dapat dengan segera mengubah-ngubah

prinsipnya sendiri. Seperti halnya dewasa ini --peperangan dan


revolusi menyediakan batu penjuru-- yang dapat membedakan kaum
Marxis sejati.
Namun kesatuan dan kebulatan tekad yang di pertunjukan oleh
kaum sosialis dari berbagai negeri untuk mencegah meletusnya
perang ; di kacaukan oleh seruan-seruan untuk segera melakukan
mobilisasi (wajib militer). Seruan-seruan wajib militer dengan dalih
menyelematkan "tanah air tercinta" ternyata di sambut oleh mayoritas
massa. Sedemikian rupa sehingga begitu memukul solidaritas sosial
Internasional.
Peperangan ternyata memecah Imternasional menjadi tiga
pengelompokan yang berbeda ; Kaum sayap kanan, kaum tengah,
kaum kiri. Kecendrungan-kecendrungan yang telah menjalar dalam
periode -periode sebelumnya, ternyata semakin di percepat akibat
peperangan. Dalam manifesto pertamanya yang di keluarkan pada
bulan nopember 1914, kaum Bolshevik menuding para penganjur
nasionalsime (dengan dalih-dal;ih "patriotoknya") , hanya sekedar
mencari-cari alibi bagi jalur oportunis yang telah mereka tempuh
dan khotbahkan selama tahun-tahun terakhir ini.
"Mereka mengatakan bahwa keruntuhan Internasional Kedua
--adalah keruntuhan yang telah di picu oleh oportunisme-- yang
tumbuh dengan subur selama periode sejarah (yang di sebut sebagai
"masa terang dan tanpa gejolak") masa-masa yang kini telah lewat ;
namun selama tahun-tahun terakhir ini, praktis telah mendominasi
Internasional Kedua. Kaum oportunis memang telah lama
mempersipkan landasan bagi keruntuhan ini; dengan menolak
revolusi sosialis dan menggantikannya dengan reformasi borjuis.
Dengan menentang perjuangan klas (yang pada titik tertentu secara
tak terjhindarkan akan berubah menjadi perang saudara) dan
dengan menganjurkan kolaborasi klas, maupun dengan meyerukan
nasionalisme borjuis (dengan topang/selubung 'patriotisme' untuk
membela tanah air) Atau dengan menolak kebenaran fundamental
atas sosialisme ( yang telah sekian lama termaktubkan dalam
Manifesto Komunis) ; " Bahwa kaum buruh tidak memiliki tanah air".
Denagan membatasi diri mereka pada cara pandang orang-orang
murtad, dan bukanya menyadari keharusan untuk mengemban perang
revolusiner yang sesungguhnya bagi kaum buruh sedunia, dengan
melawan borjuasoi di seluruh permukaan bumi ini Akhirnya juga
dengan terlalu mendewa-dewakan penggunaan parlementarisme
borjuis sedemikian rupa sehingga melupakan bahwa bentukibentuk ilegal dari organisasi dan propaganda adalah sebuah
keharusan, di masa-masa krisis". (Lenin, Karya-Karya Terkoleksi
Lanin, Volume 21, halaman 32).

Tidaklah mengherankan bahwa mayoritas partai dan pimpinanpimpinannya kemudian membuat manuver 'banting setir, peperangan
yang telah mereka nyatakan pada bulan juli sebagai "agresi antar
kekuatan-kekuatan imprealis ". Tidak sampai satu bulan kemudian
pada bulan Agustus, mereka menjilat ludah mereka sendiri, dengan
mencanangkan perang sebagai upaya pembelaan bangsa secara
umum.
Partai sosial demokrasi Jerman menyerukan "pembelaan
bangsa" dalam menghadapi Rusia. Seturut sikap partai, anggotaanggota sosialis demokrasi di parlemen (reichstag), memberikan
suara mereka untuk mendukung pernyataan perang negeri Jerman
pada tanggal 4 Agustus 1914. Baru saja pada malam sebelumnya
tanggal 3 agustus pada rapat fraksi di parlemen di adakan
pemungutan suara. Dan hasilnya adalah 14 banding 110. Hanya sekali
suara yang menentang posisi partai untuk menolak dukungan
terhadap perang. Termasuk di antaranya adalah Haase, pimpinan
kaum tengah dan Liebknecht pimpinan kaum sayap kiri. Betapapun
sehari kemudian pada pertemuan 4 agustus di Reichstag, Haase
mewnyampaikan pernyataan yang sama sekali bertolak belakang.
Haase menggambarkan perang sebagai sebuah "fakta suram yang tak
bisa dielakkan" dan dengan demikian "menolak untuk meninggalkan
tanah air dalam ancaman mara bahaya dan teror yang di akibatkan
negeri Belgia, yang saat itu sedang di serang dan hampir di duduki
oleh Jerman.
Di Belgia sendiri kaum sosialis dan pimpinan-pimpinan serikat
buruhg berhimpundan meyatakan dukungan mereka pada raja Albert.
Bahkan Vandervelde sendiri, kepala kantor Pusat Sosialis
Internasional, menyatakan kesediaannya menjadi menteri dalam
kabinet perang raja Albert!. Di Perancis bukan saja kaum sosialis,
bahkan kaum sindikalis (yang secara teoritis menolak segala bentuk
pemerintahan) kali ini bangkit mendukung pemerintah Perancis.
Rupanya sebuah "serikat suci" yang meliputi segenap kelompok
maupun partai untuk membela "la patrie " (tanah air) telah di
kumandangkan.
Di Inggris pada tanggfal 1 sampai dengan 2 Agustus 1914
memang di selenggarakan rapat-rapat akbar uyntuk "menghentikan
peperangan" , yang di prakarsai oleh kaum sosialis dan partai Buruh.
Namun hanya beberapa hari kemudian Partai Buruh dan Kongres
Serikat-serikat Buruh memberikan dukungan penuihnya kepada
pemerintahan perang. Memang masih ada juga kecendrungan pasifis
(yang pasif /menolak segala bentuk kekerasan) yang di kampanyekan
oleh Ramsay Mac Donald ( yang keluar dari jabatannya sebagai ketua
Partai Buruh), ataupun juga oleh Partai Buruh Independen

bersama-sama dengan kelompok-kelompokj kecil kaum sosialis, yang


meneruskan upaya-upaya penentangan perang. Namun jumlahnya
memang sedikit. Hal-hal yang sama juga terjadi di Austria dan
Hungaria.
Dengan cara seperti inilah partai-partai yang tadinya sangat
berbobot tersebut jatuh ke dalam oportunisme (lewat dalih
patriotisme) . Melepaskan prinsip perjuangan klas demi pembelaan
tanah air dan persatuan nasional. Tunduk pada para penguasa/ tuantuan kapitalis dan menghianati sosialisme. Tindakan-tindakan yang
memalukan ini manandai keruntuhan internasional kedua, tidak hanya
secara organisasional (karena pengaturan dalam peperangan
melarang berfungsinya Kantor pusat sosialis Internasional )namun
terutama pada urusan-urusan politik yang menentukan (decisive
polical sense) . Dengan demikian internasional kedua talah lalai
menjalankan tugas-tugas (yang telah di perjanjikannya pada trahun
1912), yang harus di pertanggungjawabjkan oleh para pemimpinya di
hadapan klas proletar. Penghianatan yang oprtunistik atas sosialisme
sedemikian menodai dan mendiskreditakan Internasional kedua,
sehingga citra dan kekuatannya tidak pernah bisa di pulihkan lagi
(seperti masa sebelum perang).
Sikap yang selalu berubah-rubah dari pimpinan-pimpinan kaum
tangah sepereti Haase dan Kautsky mewngenai persoalan perang,
ada;lah sebuah ciri yang manandai watak mereka yang tidak teguh
(sepanjang karir politik mereka) . Lewmnin menggambarjkan kaum
tengah sebagai orang-orang yang di bimbangkan oleh pilihan untuk
menjadi chauvinis -sosial atau atau internasional sejati. Pada bulan
April
1917
Lenin
menuliskan:
"Kaum 'tengah' senantiasa bersumpah dan mengikrarkan bahwa
bahwa diri mereka adalah marxis dan internasionalis sejati, bahwa
mereka selalu cinta damai dan tak ragu-ragu untuk melakukan segala
'tekanan' terhadap pemerintah Lewat 'tuntutan-tuntutan mereka '
agar pemerintah'memastikan kelangsungan perdamaian yang di
kehendaki rakyat'. Bahwa dalam kecintaan mereka terhadap
perdamaian mereka menentang segala bentuk aneksasi (pencaplokan
wilayah/negeri tertentu) , dan seterusnya, dan seterusnya, dan
seterusnya singkatnya kaum tengah senantiasa berorienbtasi pada
persatuan, kaum tengah senantiasa menentang segala pertengkaran
dan
perpecahan"
" Inti dari persoalannya adalah bahwa kaum tengah tidak yakin pada
keharusan jalan revolusioner dengan sepenuh hati , tidak pernah juga
menyeruhkan revolusi dengan sungguh-sungguh. Sehingga dalam
rangka mengelakkan tanggung jawab tersebut mereka berlindung di
balik
jargon-jargon
ultra
kiri
yang
sudah
usang".
"Kaum 'tengah' terdiri dari orang-orang yang terjangkit penyangkit

legalis, sangat menyandarkan diri pada kecendrungan-kecendrungan


parlementarian. Orang-orang yang sudah mulai terbiasa dengan tugas
dan posisi-posisi yang 'empuk '. Secara ekonomi dan historis, mereka
bukanlah orang-orang yang terpisah/tersendiri dari gerakan klas
buruh. Namun dalam proses transisi dari tahapan yang sudah lampau
(tahapan antara tahun 1871s/d 1914) ke tahapan yang baru, mereka
hanya 'mandeg' atau jalan di tempat sajaSebagaimana yang kita
ketahui, dalam tahapan antara tahun 1971-1914, adalah momen
ketika pergerakan masih dalam tahap merangkak; tumbuh dan
bertahan dalam kerja-kerja organisasional yang masih seadanya.
Namun dengan pecahnya pertarungan antara kekuatan imperealis
dalam perang dunia pertama sampailah kita pada tahapan baru,
yang seharusnya merupakan pintu gerbang bagi era revolusi sosial
(Karya-Karya Terkoleksi Lenin, Volume 24, halaman 76-77).
Namun betapapun perlu di catat bahwa tidak semua partai
sosialis mendukung peperangan, dengan mengabaikan amanat yang
di serukan oleh resolusi Basle. Ada dua pengecualian yang mencolok
di Eropa. Di Rusia, perwakilan-perwakilan sosial demokratik, yakni
kaum Bolshevik dan Menshevik keduanya menolak peperangan. Di
Serbia, invasi(penyerbuan) Austria dan Hungaria, membuat sukarnya
menolak teori pembelaan diri. Namun orang-orang Sosial Demokrat
Serbia (tidak seperti rekan-rekannya di Perancis dan Belgia), merekaa
dengan tegas menolak segala dukungan terhadap rejim borjuasi.
Mereka bersikukuh dengan menegaskan bahwa invasi (penyerbuan)
Perancis dan Belgia, tidaklah cukup untuk di jadikan alasan yang sah
untuk meninggalkan prinsip-prinsip kaum sosialis.
Dalam pada itu, Lenin menggambarkan Internasionalisme sejati
sebagai
berikut:
Watak imternasionalisme di cirikan dengan penolakan total atas
kecendrungan chauvinis-sosial ataupun sentrisme (yang di anut kaum
tengah). Juga perjuangan revolusioner yang tak gentar melawan
pemerintahan imprealis ataupun imprealis borjuasi negerinya sendiri.
Prinsipnya adalah 'lawan kita yang utama sesungguhnya ada di rumah
kita sendiri'. Para internasionalis sejati mengemban perlawanan yang
keras terhadap ungkapan-ungkapan manis kaum pasifis sosial (kaum
pasifis sosial adalah seorang 'sosialis di mulut' namun seorang pasifis
borjuis dalam perbuatan; mereka adalah orang-orang yang
memimpikan
penciptaan
perdamaian
tanpa
penyingkiran/penghapusan dominasi kapital). Mereka -- sekali lagi-adalah orang-orang yang menentang segala dalih yang di kemukakan
opleh orang-orang oportunis dengan segala alasan-alasannya,
berkilah bahwa penbcanangan revolusi sosialis proletarian, pada saat
peperangan tersebut adalah tidak tepat, karena saatnya belum tiba,
ataupun untuk singkatnya mereka mengeluarkan kesimpulan sepihak

bahwa revolusi tidak dapat di lancarkan pada masa-masa perang


(lihat Karya-Karya Terkoleksi, Lenin, Halaman 77-78).
Lenin menunjuk Karl Liebknecht sebagai contoh, yang di
penjarakan oleh pemerintah. Karena dari tribun parlemen, secara
terbuka menyerukan kepada kaum buruh maupun prajurit prajurit-sebagai representasi arus revolusioner yang sedang melanda Jerman-untuk berbalik; dan mengartahkan moncong senjatanya kepada
pemerintah mereka sendiri. Lenin menambahkan (sambilmengutip
kata-kata tajam Rosa Luxemburg) Bahwa kaum sosial demokrasi yang
selebihnya tidak lain dari pada 'mayat-mayat kaku yang menjijikan'
(sementara Liebknecht sebagai anggota sekaligus pimpinan
"kelompok separatis").
Kaum internasionalis yang paling konsisten dan berpandangan
paling jauh ke depan adalah kaum Bolshevik yang di pimpinoelh
Lenin. Namun anggota-anggota Bolshevik yang di buru-buru dan yang
banyak berada di pengasingan menghadapi kesukaran/kendala dan
tekanan-tekanan selama krisis peperangan ini. Komite Organisasi
Luar Negeri (yang berfungsi sebagai kantor pusat perwakilan
Bolshevik di luar Rusia), bermarkas di Paris. Komite inipun ternyata
pecah. Dua anggota komite mendaftarkan diri sebagai anggota
tentara Perancis, sementara selebuhnya mengundurkan diri. Jaringan
yang seharusnya terjalin antara Komite Sentral Bolshevik di Rusia ;
antara lain --Zinoviev-- anggota-anggota kantor Komite Sentral di luar
negeri terputus.
Ketika Lenin dan Zinoviev berangkat dari Galicia ke Swiss pada
permulaan perang. Mereka mengangkut semua yang masih tertinggal
di sekretariat Komite Sentral Bolshevik di luar negeri.
Lenin bekerja keras untuk membangun kembali, menghidupkan
lagi Sosial Demokrat (baca organ sentral Partai). Juga memperbarui
kontak, jaringan-jaringan, seksi-seksi Bolshevik yang tercerai berai;
mengupayakan penyelundupan literatur-literatur partai ke dalam
Rusia dan menyerap informasi perkembangan terakhir di Rusia. Di
atas segalanya, Lenin tak jemu-jemunya melancarkan polemik -melawan kaum nasionalis/'patriotis' maupun kaum tengah -- tidak
hanya di Rusia, tapi juga poada tingkatan internasional. Secara
khusus Lenin memacu kebijakan Bolshevik, agar menolak
keikutsertaan dalam perang.
Berikut ini adalah butir-butir pokok dari program yang di
kedepankan oleh Lenin, pada bulan Oktober 1914 (dalam tulisannya,
tentang
perang
dan
sosial
demokrasi
di
Rusia).
1. Peperangan pada hakikatnya adalah beradunya kekuatan imprealis

dalam
tapal
batas
masing-masing
(batlefronts).
Pertahanan/pembelaan tanah air tidak memiliki relevansi dalam
agresi
yang
saling
bertarung
tersebut
di
atas.
2. "Adalah kewajiban dari segenap proletariat yang berkesadaran
klas, untuk membela dfan mempertahankan solidaritas klasnya, juga
untuk membela semangat internasionalisme, maup[un ketegaran
sosialisnya melawan chauvinime yang tak terkendalikan dari klikklik 'Patriotik' Borjuis di seluruh dunia. Bila kaum buruh yang
berkesadaran klas pada akhirnya 'angkat tangan' dari kewajiban ini
maka ini berarti bahwa mereka telah mencampakan aspirasi bagi
demokrasi dan kebebasan; singkatnya mencampakan aspirasi sosialis
diri mereka sendiri" (Karya-Karya Terkoleksi Lenin, Volume 21,
Halaman
29).
3. Kaum oporutnis telah menghianati prinsip-prinsip sosialisme.
Untuk itu perlawanan tanpa akhir harus di tujukan kepada mereka.
Kaum oportunis tersebut adalah 'penghianat-penghianat keji yang
paling membahayakan'. Kami memandang tidak ada lagi penyatuan
ataupun perdamaian dengan mereka; sebagaimana yang di usulkan
oleh
kaum
tengah.
4. Internasional yang lama( baca;internasional kedua)telahg gugur.
Dan kita hanya perlu melakukan up[acara penguburan sekedarnya.
Yang terpenting adalah, kita harusa belajar dari sebab-sebab
keruntuhannya, dan segera bangkit untuk meletakkan pondasi/syaratsyaratbagi
kelahiran
internasional
yang
baru.
5. Musuh utama kita sesungguhnya ada di dalam rumah kita sendiri
(baca; didalam negeri). Tugas mendesak dan strtegis bagi kita
sesungguhnya adalah, untuk mengembalikan perang imprealis
menjadui perang kaum buruh bagi penggulingan yang revolusioner
atas kapitalisme. Satu-satunya jalan bagi sosialisme dan perdamaian
sejati adalah justru lewat akasi massa yang revolusioner.
Sungguhpun kemudian, Trotsky tidak lagi menjadi anggota Bolshevik,
namun ia tetap menerima cara pandang di atas. Trotsky masih harus
mengatasi sisa-sisa kecendrungan untuk 'rujukan' atau 'berbaikbaikan' kembali dengan kaum tengah Rusia, maupun untuk
memformulasikan posisinya setegas dan stajam Lenin. Betapapun, ia
memiliki cara pandang internasionalis dan masih berpegang
kepadanya.
Dalam otobiografinya, Trotsky mengingat pemungutan suara
pada tanggal 14 Agustus 1914, sebagai berikut: "Hari itu
membekaskan salah satu kenangan yang paling tragis dalam hidupku"
(Aku kira Lenin juga mengalami hal yang sama). Kemudian pada 9
agustus 1914 Trotsky kembali menulis di buku hariannya, "Jelaslah
sudah bahwa persoalan yang menimpa kita di sini, bukanlah sekedar
kekeliruan atau kesalahan akibat tindakan beberapa kaum oportunis
bukannya sekedar statemen (pernayataan) yang keliru dalam tribun

di parlemen, ataupun sekedar pemungutan suara bagi penetapan


anggaran belanja partai Sosial Demokrasi. Bukan pula di karenakan
terobosan yang coba-coba di lakukan dengan militerisme Prancis, di
mana beberapa pimpinan membelot menjadi petualang Tidak.
Persoalannya adalah tentang keruntuhan internasional, pada saat di
mana tanggung jawab yang sepenuh-penuhnya justru sangat di
butuhkan. Saat-saat ini di mana keseluruhan kerja-kerja terdahulu
kita, masuk dalam persiapan " (dikutip dari Trotsky, My
Life/Kehidupanku, halaman 238).
"Pada tanggal 11 Agustus 1914, "tulis Trotsky, "Aku manyatakan
hal ini: 'hanya kebangkitan pergerakan yang berbobot setara dengan
kondisi awal peperangan yang akan memberikan syarat-syarat bagi
penegakkan internasional yang baru. Tahun-tahun ke muka akan
menjadi saksi bagi periode revolusi sosial" ( lihat, Kehidupanku)
Sementara kegagalan internasional telah di ketahui secara
um,um oleh perwakilan-perwakilan dari arus/kecendrungan yang
berbeda-beda tersebut tidak mempunyai kesepakatan tentang apa
yang seharusnya mereka kerjakan. Kaum oportunis berkayikanan
bahwa -- setelah peperangan usai, dan tanah air merka menang
perang-- maka internasional akan kembali memutar roda kegiatannya.
Sungguhpun konstalasi seluruh dunia telah tergeser, bahkan
mengalami perubahan yang sangat besar akibat guncangan
peperangan dalam sudut pandang mereka, tidak ada hal-hal pokok
yang benar-benar berubah; dan mereka sendiri siap untuk kembali ke
cara-cara maupun sarana-sarana yang lama, ketika perdamaian sudah
pulih.
Kaum tengah yang menyesuaikan diri dengan kaum oportunis,
berusaha untuk menutup-nutupi keruntuhan internasional. Mereka
bimbang, dan menolak untuk memutuskan hubungan sama sekali
dengan kaum 'patriot' (nasionalis). Mereka terilusi dengan
kemungkinan untuk membenahi internasional yang lama; dan tidak
bersedia menanggung konsekuensi untuk membangun internasional
dengan pondasi/landasan yang sama sekali baru.
Dalam berkilah tentang kegagalan internasional, Kautsky
kemudian berdalih bahwa, " Internasional adalah alat/instrumen bagi
perdamaian, dan bukannya bagi peperangan". Stalin menyatakan hal
yang sama ketika ia mencampakan komintern pada tahun 1943. Bagi
Marxis sejati -- betapapun-- internasional paling di perlukan
keterlibatannya, bukan pada periode tenang dan tanpa gejolak
justru pada periode ketika antagonisme sosial maupun nasional
mencapai titik puncaknya, justru ketika perang saidara, atau ketika
kekuatan-kekuatan imprealis atau kolonial saling berperang.

Atau andil mereka yang brengsek, kaum internasionalis sejati


tentulah menuntut kaum oportunis dengan kebijakan 'patriotik' -nasionalnya; yang mengakibatkan keruntuhan internasional kedua.
Kaum internasionalis sejati tak akan berkompromi dalam program
maupun organisasi dengan agen-agen busuk borjuasi tersebut.
Sewlama
tahun-tahun
pertama
peperangan,
tiga
pengelompokan tersebut (kiri, tengah, kanan) melakukan upaya-upaya
untuk menyatukan bagian-bagian yang memisahkan diri dari sosial
demokrasi (terutama sehiubungan dengan cara pandang dan posisi
mereka secara umum) . Partai-partai sosialis Italia, Swiss, dan
Amerika yang mewakili negeri-negeri netral mnereka berusaha
untuk menyerukan sebuah konfrensi bersama, tanpa hasil. Pertemuan
kelompok-kelompok skandinavia pada januari 1915 untuk meraih titik
temu juga berakhir sia-sia.
Konfrensi perempuan sosialis yang di adakan pada tanggal
26s/d 28 maaret 1915 di Berne, Swiss ; adalah konfreensi
internasional kaum sosialis pertama, yang berhasio di selenggarakan
setelah pecahnya perang. Kaum perempuan Bolshevik Rusia, bekerja
sama dengan Clara Zetkin (Seorang pimpinan sosial demokrasi
Jerman) mengambil inisiatif untuk menyelenggarkan konfrensi
tersebut. Dalam konfrensi tersebut terjadi dua kubu perdebatan besar
. mayoritas suara -- di sponsori oleh Zetkin-- mengutuk peperangan
sebagai ajang kekuatan-kekuatan imprealis, dan menyerukan agar
kaum buruh 'memperjuangkan perdamaian'. Akan tetapi tidakj ada
kesimpulan final yang terakhir dari kubu ini. Sementara minoritas di
kedepankan oleh kaum Bolshevik yang menekankan bahwa
mayoritas
partai
sosialis
"telah
menjadi
penghianatdengan
menggantikan sosialisme dengan nasionalisme". Sehingga mereka
menyerukan agar kaum buruh berjuang untuk menumbangkan
kapitalisme, dan menegakkan perdamaian lewat sosialisme.
Konfrensi anti perang kaum sosialis yang penting lagi adalah
yang
di
selenggarakan
pada
bulan
spetember
1915
di
zimmerwald,Swiss. Konfrensi ini di hadiri oleh 42 delegasi, Trotsky
termasuk di antaranya. Berikut ini adalah cuploikan tentang konfrensi
tersebut:
Hari-hari penyelengaraan konfrensi tersebut yakni antara tanggal 5
s/d 8 September 1915, begitu dipenuhi dengan perdebatan yang
keras. Lenin -- mewakili sayap revolusioner-- menghadapi sayap
pasifis. (yang merupakan mayoritas dalam delegasi) masing-masing
pihak memaklumi kesulitan untuk menghasilkan manifesto bersama
(yang rancangannya aku buat). Akhirnya redaksional manifesto yang
di hasilkan ternyata jauh dari yang di harapkan oleh masing-masing
pihak. Namuyn, betapapun itu adalah satu langkah maju ke muka.

Dalam konfrensi itu Lenin berada di pihak kiri jauh. Ia berada di


posisi yang minoritas dalam banyak perdebatan di kongres. Bahkan
Lenin sendiri tidak mendapatkan dukungan mayirotas, di dalam sayap
kiri tuan rumah/penyelenggara kongres (baca: kaum kiri di
Zimmerwald, Swiss) . Aku sendiri, --walaupun secara formal tidak
gabung dengannya -- namun punya banyak kesamaan dalam
persoalan-persoalan pokok. Betapapun harus dicamkan bahwa di
konfrensi inilah, Lenin memperkuat 'kuda-kuda' bagi kebangkitan
kembali Internasional di masa yang akan datang. Di sebuah dusun
pegunungan Swiss, ia meletakkan batu penjuru bagi Internasional
yang revolusioner (Trotsky, Kehidupanku, Halaman 249-250).
Konfrensi berikutnya yang masih membahas persoalan yang
sama, di selenggarakan pada bulan April tahun berikutnya (1916) ; di
kota Kienthal, masih di Swiss, konfrensi tersebut menetapkan resolusi
yang mengancam pasifisme dan sepak terjang kantor Pusat Sosialis
Internasional. Konfrensi mencatat satu langkah maju berkenaan
dengan pematokan/ garis batas yang tegas antara arus/kecendrungan
yang berbeda-beda perihal persoalan peperangan. Perjuangan idiologi
dan politik yang di emban oleh Lenin, trotsky dan Luxemburg maupun
kawan-kawan sejawatnya, tercatat memiliki makna historis yang
penting.
Dalam
tahun-tahun
pertama
perdebatan,
mereka
nampaknyaterdesak, terisolasi tanpa harapan menggerutu dan
mengecam di pojok forum menyayangkan perihgal alur
perklembangan ataupun rangkaian perjalanan yang di pilih/ di
tempuh oleh sebagian terbesar orang-orang di muka bumi.
Betapapun mereka bertahan dengan tegar atas gagasangagasan yang mereka perjuangkan. Mereka juga optimis dengan
kapasitas daya-penyembuhan-diri yang di miliki oleh kekuatankekuatan anti kapitalis; maupun dengan prospek atas revolusi sosial.
Kekuatan mereka yang teguh, berasal dari wawasan teoritik perihal
arah perkembangan kapitalisme, yang telah di sediakan oleh
Marxisme. Dan juga dari pengalaman praktek mereka, dalam
bergabung
dengan
kekuatan
dan
kapasitas
perlawanan
proletariat..yang disingkapkan (walaupun hanya sebentar) dalam
revolusi 1905 dan pertarungan klas lainnya.
Semangat mereka di cerminbkan dengan sangat mengesankan
dalam penutupan buku Trotsky yang berjudul Perihal Perang dan
Internasionale
(The
War
and
The
Interntional);
Kalaupun peperangan ternyata berkembang sedemikian rupa
melampaui jangkauan yang dapat di kontrol oleh internasional kedua
maka konsekuensi langsungnyapun akan berbalik menghantam ; di
luar kemampuan kontrol kaum borjuis di seluruh dunia. Kami kaum
sosialis yang revolusioner tidak menghendaki peperangan, namun

kami tidak jeri atau gentar atasnya. Kami tidak menyerah dan
berputus asah aytas fakta keruntuhan internasional ( kedua ). Sejarah
telah senantiasa meletakkannya kembali, pada posisi sebenarnya. Era
revolusioner akan menumbuhkan kembali benih-benih berupa bentukbentuk baru organisasi, yang bermunculan dari "sumber-sumber mata
air" yang tak pernah kering dari sosialisme proletariat. Bentuk-bentuk
baru perjuangan akan setara dengan tugas-tugas baru yang tidak
kalah besarnya, kami akan tetap menjaga kejernihan pikiran dan
orientasi yang tak terpadamkan. Kami merasakan betul kekuatankekuatan kreatif hasir bersama kami, memberikan panduan bagi masa
depan. Sudah hadir bersama-sama kami, bahkan lebih banyak dari
yang nampak di permukaan. Esok akan menunjukan, bahwa kita lebih
besar dari hari ini. Dan esok lusa, jutaan kawan akan bangkit, tegak
bersama di bawah panji-panji kita. Jutaan kawan buruh -- bahkan
setelah 67 tahun sejak kelahiran manifesto komunis -- akan bangkit
berjuang. Seberat apapun tekanan yang akan menimpa Mereka
tidak akan kehilangan apa-apa, selain mata rantai yang
membelenggunya (Trotsky, Perihal Perang dan Internasional, Halaman
76-77).
Terdorong oleh gagasan-gagasan ini, kaum sosialis revolusioner
memanggul ke muka, perjuangan bagi internasionalisme, dari tahun
1914 s/d 1917. Sejarah memulihkan kembali keharuman nama baik
mereka, dalam Revolusi Oktober 1917. Kejayaan inilah yang
menghantarkan syarat-syarat bagi penegakkan kembali Internasional
Ketiga.

Tentang Penulis Pamflet ini:


George Novack (1906-1992) menjadi seorang Marxis di awal
1930-an. Novack bergabung dengan Liga Komunis Amerika /
Communist League of America (yang beraliran Trotskys). Liga ini
merupakan pendahulu SWP /Socialist Workers Party (Partai Pekerja
Sosialis). Ia menjadi anggota komite Nasional SWP dari tahun 1940s/d
1972. Novack juga menghasilkan berbagai tulisan dengan tema
tentang filsafat dan sejarah.

Anda mungkin juga menyukai