Anda di halaman 1dari 27

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

BAB VI
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

A.

KERANGKA HUKUM
Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang

telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang dinyatakan dalam PP No. 24 Tahun 2005. Laporan Keuangan
dihasilkan SKPKD akan dikonsolidasikan dengan Laporan Keuangan SKPD
untuk kemudian dijadikan dasar dalam membuat Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Bandung.
B.

DESKRIPSI KEGIATAN

Laporan keuangan Pemda merupakan laporan keuangan gabungan


dari seluruh SKPD dan laporan keuangan PPKD sebagai PPKD/BUD.
Laporan keuangan Pemda ini dibuat setiap semester/tahunan dan
merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah
untuk tahun anggaran tersebut.
Untuk bisa menyusun laporan keuangan Pemda, terlebih dahulu
disusun laporan keuangan Satuan Kerja secara terpisah, juga PPKD
menyusun laporan keuangan sebagai PPKD/BUD. Pada saat akan disusun
laporan keuangan pemda maka laporan keuangan SKPD dan PPKD
digabungkan untuk menjadi laporan keuangan tingkat Pemda. Format
laporan keuangan PPKD sama dengan laporan keuangan SKPD. Yang
berbeda dari kedua laporan keuangan tersebut adalah cakupan transaksi dan
akun yang digunakannya.
Adapun komponen laporan keuangan yang disusun oleh PPKD terdiri
atas:
a)

Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

b)

Neraca;

c)

Laporan Arus Kas; dan

d)

Catatan atas Laporan Keuangan.

Pemerintah Kabupaten Bandung

114

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Laporan Keuangan PPKD dikeluarkan 2 kali dalam satu tahun


anggaran, yaitu:
1. Semester, yang dimulai dari periode Januari - Juni
2. Tahunan, yang dimulai dari periode Januari Desember
Format Laporan Keuangan Semesteran dan Tahunan dapat dilihat pada
Lampiran VI.3, VI.4., VI.5, VI.7, VI.7, VI.8
C.

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh PPKD merupakan hasil


proses akuntansi sesuai dengan siklus akuntansi yang dilaksanakan
sebelumnya, yaitu tahap pengidentifikasian dokumen sumber, tahap
penjurnalan, dan tahap posting ke buku besar tiap-tiap akun. Agar
memudahkan kontrol dalam penyusunan laporan keuangan secara manual,
dapat dibantu melalui penyusunan Kertas Kerja (Worksheet). Format Kertas
Kerja (Worksheet) dapat dilihat pada Lampiran VI.2, bab ini.
Langkah-langkah dalam penyusunan laporan keuangan PKPD
sesuai dengan kertas kerja yang dibuat terdiri atas: Neraca saldo, Jurnal
Penyesuaian, Neraca Saldo setelah Penyesuaian, Jurnal Penutupan,
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sebelum konversi dan Laporan Realisasi
Anggaran setelah konversi, kemudian menyusun Neraca sebelum konversi
dan Neraca setelah konversi.
1. Neraca Saldo
Neraca saldo merupakan ikhtisar buku besar. Fungsi Akuntansi PPKD
melakukan rekapitulasi saldo-saldo buku besar menjadi neraca saldo.
Angka-angka saldo dari semua akun buku besar dipindahkan ke kolom
Neraca Saldo dalam worksheet, sesuai dengan posisi debit atau kredit
dalam saldo di buku besar masing-masing. Format Neraca Saldo dapat
dilihat pada Lampiran VI.1.
2. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian dimaksudkan agar nilai dari akun-akun LRA dan
neraca sudah menunjukkan nilai wajar pada tanggal pelaporan.
Penyesuaian ini meliputi: transaksi penyesuaian akibat adanya
perbedaan waktu pengakuan transaksi seperti pengakuan piutang,
akumulasi penyusutan di akhir periode akuntansi, penyesuaian untuk
SP2D yang belum diterbitkan untuk pembelian/pembangunan aktiva tetap,
dan penyesuaian penerimaan hibah berupa aset.
Pemerintah Kabupaten Bandung

115

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

a. Jurnal Penyesuaian untuk Pengakuan Piutang


Dr
Cr

Piutang Pendapatan

xxx

Ekuitas Dana Lancar Cadangan

xxx

Piutang

b. Jurnal Penyesuaian untuk SP2D yang belum diterbitkan untuk


pembelian/pembangunan aktiva tetap
Dr

EDL Dana yang disediakan untuk

xxx

pembayaran utang jangka pendek


Cr

Utang Jangka Pendek

Xxx

c. Jurnal Penyesuaian untuk Penerimaan Hibah Aset


Dr
Cr

Aset ....
Ekuitas Dana Investasi

Xxx
Xxx

Diinvestasikan dalam Aset ...

Jurnal penyesuaian tersebut dicatat dalam jurnal umum kemudian


diposting ke buku besar serta diletakkan dalam kolom Penyesuaian
yang terdapat pada Kertas Kerja.
3. Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran PPKD Sebelum Konversi
Laporan Realisasi Anggaran PPKD (LRA PPKD) sebagai kantor pusat,
disusun setiap semester/tahunan. Laporan ini menyajikan informasi
realisasi pendapatan dan belanja PPKD yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
Format Laporan Realiasi Anggaran PPKD sebelum Konversi dapat dilihat
pada Lampiran VI.3.
4. Jurnal Penutup
Jurnal Penutup adalah jurnal yang dibuat untuk menutup saldo nominal
sehingga menjadi nol pada akhir periode akuntansi. Perkiraan nominal
adalah perkiraan yang digunakan untuk Laporan Realisasi Anggaran, yaitu
Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan serta menutup surplus/defisit ke
ekuitasnya PPKD. Jurnal penutup yang dilakukan PPKD adalah sebagai
berikut:
Pemerintah Kabupaten Bandung

116

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

a. Jurnal Penutup jika PPKD mendapatkan Surplus


Dr

Pendapatan Dana Perimbangan ....

Xxx

Dr

Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah ...

Xxx

Dr

Penerimaan Pembiayaan

Xxx

Cr

Belanja Tidak Langsung......

xxx

Cr

Pengeluaran Pembiayaan

xxx

Cr

SiLPA

xxx

b. Jurnal Penutup jika PPKD mendapatkan Defisit


Dr

Pendapatan Dana Perimbangan ....

Xxx

Dr

Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah ...

Xxx

Dr

Penerimaan Pembiayaan

Xxx

Dr

SiLPA

Xxx

Cr

Belanja Tidak Langsung......

xxx

Cr

Pengeluaran Pembiayaan

xxx

Jurnal penutup akan mempengaruhi nilai SILPA di Neraca menjadi


jumlah yang benar.
5. Neraca PPKD sebelum Konversi
Setelah disusun LRA PPKD, selanjutnya PPKD menyusun Neraca
PPKD. Neraca ini menyajikan informasi tentang posisi keuangan PPKD
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
Format Neraca PPKD sebelum konversi dapat dilihat Lampiran VI.4 bab
ini.
6. Konversi Laporan Keuangan PPKD
Laporan keuangan yang dibuat oleh PPKD yang dihasilkan oleh sistem ini
menggunakan struktur akun belanja yang berbeda dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Untuk itu diperlukan sebuah langkah
konversi. Berikut bagan konversi yang dimaksud.
a. Konversi Untuk LRA - Pendapatan
Pendapatan yang merupakan wewenang PPKD untuk mencatat dan
Pemerintah Kabupaten Bandung

117

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

melaporkannya dalam LRA, seperti terlihat dalam bagan di atas, harus


dilakukan konversi, yaitu:
(i)

(ii)

Dari komponen Dana Perimbangan, yakni: Dana Bagi Hasil


Pajak, Dana Bagi-Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam, Dana
Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus ke Pendapatan
Transfer.
Dari komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, yakni:
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dan Bantuan Keuangan
dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya ke komponen
Pendapatan Transfer dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah.

Permendagri No. 13 Tahun 2006


PENDAPATAN
A. Pendapatan Asli Daerah
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
B. Dana Perimbangan
1. Dana Bagi-Hasil:
- Dana Bagi-Hasil Pajak
- Dana Bagi-Hasil Bukan
Pajak/Sumber Daya Alam
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
C. Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
1. Pendapatan Hibah
2. Dana Darurat
3. Dana Bagi-hasil Pajak dari
Provinsi
dan
Daerah
Lainnya
4. DanaPemerintah
Penyesuaian
dan Otonomi
Khusus
5. Bantuan Keuangan dari Provinsi
atau Pemerintah Daerah lainnya

PP No. 24 Tahun 2005 tentang


SAP PENDAPATAN
A. Pendapatan Asli Daerah
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
B. Pendapatan Transfer
Transfer Pemerintah Pusat Dana
Perimbangan
1. Dana Bagi-Hasil Pajak
2. Dana Bagi-Hasil Sumber Daya
Alam
3. Dana Alokasi Umum
4. Dana Alokasi Khusus
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
1. Dana Otonomi Khusus
2. Dana Penyesuaian
Transfer Pemerintah Provinsi
1. Pendapatan Bagi-Hasil Pajak
2. Pendapatan Bagi-Hasil Lainnya
C. Lain-lain Pendapatan yang Sah
1. Pendapatan Hibah
2. Pendapatan Dana Darurat
3. Pendapatan Lainnya

Pemerintah Kabupaten Bandung

118

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

b. Konversi Untuk LRA - Belanja


Belanja Langsung bukan merupakan kewenangan SKPKD sebagai
PPKD, tetapi merupakan kewenangan SKPKD sebagai SKPD.
Sedangkan untuk Belanja Tidak Langsung tidak dikenal dalam format
SAP, sehingga perlu dikonversi ke Belanja Operasi, yang diuraikan
sebagai berikut:
(i)

Dari komponen belanja tidak langsung, yaitu belanja tidak


terduga ke komponen belanja tidak terduga, dan

(ii)

Dari komponen belanja tidak langsung, yaitu belanja bagi hasil dan
belanja bantuan keuangan ke transfer/bagi hasil ke desa.

Dalam konversi agar sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang


SAP, pelaporan realisasi belanja dalam LRA tidak berdasarkan
program dan kegiatan, sebagaimana klasifikasi anggaran belanja
langsung dalam APBD. Tetapi untuk tujuan Penjabaran Laporan
Realisasi APBD, belanja harus dilaporkan bersama program dan
kegiatan.
BELANJA TIDAK
LANGSUNG

BELANJA OPERASI

Bunga

Belanja Pegawai

Subsidi

Belanja Barang

Hibah

Belanja Bunga

Bantuan Sosial

Belanja Subsidi

Belanja Bagi Hasil

Belanja Hibah

Bantuan Keuangan

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Tidak Terduga

Belanja Bantuan Keuangan

BELANJA MODAL
BELANJA TAK TERDUGA
TRANSFER

c. Konversi Untuk LRA Pembiayaan


Penerimaan Pembiayaan yang merupakan wewenang PPKD untuk
mencatat dan melaporkannya dalam Lapo ran
Realisasi
Anggar an dan Neraca, seperti terlihat, dalam bagan di atas, harus
dilakukan konversi, yaitu:
(i) Dari akun penerimaan pinjaman daerah ke pinjaman dalam negeri,
dan
Pemerintah Kabupaten Bandung

119

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

(ii) Dari akun penerimaan piutang daerah ke penerimaan kembali


pinjaman
Pengeluaran Pembiayaan yang merupakan wewenang PPKD untuk
mencatat dan melaporkannya dalam LRA, seperti terlihat, dalam
bagan di atas, tidak perlu dilakukan konversi karena tidak terdapat
perbedaan yang berarti.
Permendagri No. 13 Tahun 2006
PEMBIAYAAN
A. Penerimaan Pembiayaan Daerah
1. Penggunaan SiLPA
2. Pencairan Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah
5. Penerimaan Kembali Pemberian
Pinjaman
6. Penerimaan Piutang Daerah
B. Pengeluaran Pembiayaan Daerah
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah
3. Pembayaran Pokok Utang
4. Pemberian Pinjaman Daerah

PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP


PEMBIAYAAN
A. Penerimaan Pembiayaan
1. Penggunaan SiLPA
2. Pencairan Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
4. Pinjaman Dalam Negeri
5. Penerimaan Kembali Pinjaman
B. Pengeluaran Pembiayaan
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah
3. Pembayaran Pokok Pinjaman
Dalam Negeri
4. Pemberian Pinjaman Daerah

d. Konversi Untuk Neraca


Ketika akan melakukan konversi Neraca, perlu diteliti lebih dahulu pada
klasifikasi mana terjadi perbedaan antara Permendagri No. 13 Tahun 2006
dengan PP No. 24 Tahun 2005, kemudian lakukan konversi.
Permendagri No. 13 Tahun 2006
ASET LANCAR
Kas
1. Kas di Kas Daerah
Investasi Jangka Pendek
Piutang
1. Piutang Pajak
2. Piutang Retribusi
3. Piutang Dana Bagi Hasil
Pemerintah Kabupaten Bandung

PP No. 24 Tahun 2005 tentang


SAP ASET LANCAR
A. Aset Lancar
1. Kas di Kas Daerah
4. Investasi Jangka Pendek
5. Piutang Pajak
6. Piutang Retribusi
7. Bagian Lancar Pinjaman
kepada Perusahaan Negara
8. Bagian Lancar Pinjaman
kepada Perusahaan Daerah

120

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

4. Piutang Dana Alokasi Umum


5. Piutang Dana Alokasi Khusus
6. Piutang Lain-Lain

9. Bagian Lancar Pinjaman


kepada Pemerintah Pusat
10. Bagian Lancar Pinjaman
kepada Pemerintah Daerah
11. Lainnya
Bagian Lancar Tagihan
Penjualan Angsuran
12. Bagian Lancar Tuntutan Ganti
Rugi
13. Piutang Lainnya

Perbedaan pada kelompok Aset Lancar terlihat pada akun piutang,


selain piutang pajak dan piutang retribusi dalam Permendagri No. 13
Tahun 2006 terdapat akun Piutang Dana Bagi Hasil, Piutang Dana
Alokasi Umum, Piutang Dana Alokasi Khusus yang di dalam format
menurut PP No. 24 Tahun 2005 tidak disajikan contohnya, sehingga
perlu ditambahkan.
Kemudian dalam format PP No. 24 Tahun 2005 diberikan kelompok
akun Bagian Lancar Pinjaman, yaitu akun Bagian Lancar Pinjaman
kepada Perusahaan Negara, Bagian Lancar Pinjaman kepada
Pemerintah Pusat, dan Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah
Daerah Lainnya yang di dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 tidak
ada.
Permendagri No. 13 Tahun 2006
INVESTASI JANGKA PANJANG
A. Investasi Non-Permanen
1. Pinjaman kepada Perusahaan Negara
2. Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
3. Pinjaman kepada Pemerintah
Daerah Lainnya
4. Investasi dalam Surat Utang Negara
5. Investasi Dana Bergulir
6 Investasi Non-Permanen Lainnya
B. Investasi Permanen
1. Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah
2. Penyertaan Modal dalam
Proyek Pembangunan
3. Penyertaan Modal
Perusahaan Patungan

PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP


INVESTASI JANGKA PANJANG
A. Investasi Non-Permanen
1. Pinjaman kepada Perusahaan Negara
2. Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
3. Pinjaman kepada Pemerintah
Daerah Lainnya
4. Investasi dalam Surat Utang Negara
5. Investasi dalam Proyek
Pembangunan
6. Investasi Non-Permanen Lainnya
B. Investasi Permanen
1. Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah
2. Investasi Permanen Lainnya

4. Investasi Permanen Lainnya

Pemerintah Kabupaten Bandung

121

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Perbedaan pada kelompok akun Investasi Jangka Panjang:


(i) Dalam format PP No. 24 Tahun 2005 Investasi dalam Proyek
Pembangunan digolongkan ke dalam kelompok Investasi NonPermanen, sedangkan dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006
Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan digolongkan ke
dalam kelompok Investasi Permanen,
(ii) Dalam format Permendagri No. 13 Tahun 2006 terdapat akun
Investasi Dana Bergulir termasuk ke dalam Investasi Non-Permanen,
yang di dalam format PP No. 24 Tahun 2005 tidak ada,
(iii) Dalam format Permendagri No. 13 Tahun 2006 terdapat akun
Penyertaan Modal Perusahaan Patungan termasuk ke dalam
Investasi Permanen, yang di dalam format PP No. 24 Tahun 2005
tidak ada.

Permendagri No. 13 Tahun 2006


ASET TETAP

PP NO. 24 TAHUN 2005 ASET


TETAP

1. Tanah

1. Tanah

2. Peralatan dan Mesin

2. Peralatan dan Mesin

3. Gedung dan bangunan

3. Gedung dan bangunan

4. Jalan, Jaringan & Instalasi

4. Jalan, Jaringan & Instalasi

5. Aset Tetap Lainnya

5. Aset Tetap Lainnya

6. Konstruksi Dalam Pengerjaan

6. Konstruksi Dalam Pengerjaan

7. Akumulasi Penyusutan

7. Akumulasi Penyusutan

Perbedaan di dalam Aset Tetap ada pada kelompok Jalan, Jaringan,


dan Instalasi berdasarkan akun pada Permendagri No. 13 Tahun
2006, sedangkan berdasarkan format PP No. 24 Tahun 2005 kelompok
yang sama adalah Jalan, Irigasi, dan Jaringan. Bila diperhatikan lebih
saksama ke dalam susunan Kode Rekening Permendagri No 13
Tahun 2006, yang dimaksud dengan jaringan termasuk di dalamnya
adalah jaringan irigasi, sehingga sebenarnya tidak ada perbedaan
substansi di antara keduanya.
Permendagri No. 13 Tahun
2006 ASET LAINNYA
1. Tagihan Piutang Penjualan
2. Tagihan Tuntutan Ganti
Kerugian
Pemerintah Kabupaten Bandung

PP No. 24 Tahun 2005 tentang


SAP ASET LAINNYA
1. Tagihan Penjualan Angsuran
2. Tuntutan Perbendaharaan

122

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

3. Kemitraan dengan Pihak Ketiga


4. Aset Tidak Berwujud
5. Aset Lain-Lain

3. Tuntutan Ganti Rugi


4. Kemitraan dengan Pihak Ketiga
5. Aset Tidak Berwujud
6. Aset Lain-Lain

Perbedaan pada kelompok Aset Lainnya terlihat bahwa dalam format


PP No. 24 Tahun 2005 dibedakan antara Tuntutan Perbendaharaan
dan Tuntutan Ganti Rugi, sedangkan di Permendagri No. 13 Tahun
2006 hanya ada Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah dengan
tidak memisahkan ke dalam dua kelompok seperti pada PP No. 24 Tahun
2005. Oleh karena itu, sesuai dengan kejadian transaksinya perlu
dibedakan ke dalam dua kelompok seperti dalam PP No. 24 Tahun
2005.
Permendagri No. 13 Tahun 2006
KEWAJIBAN
A. Kewajiban Jangka Pendek

PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP


KEWAJIBAN
A. Kewajiban Jangka Pendek

1. Utang Perhitungan Fihak Ketiga

1. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

2. Utang Bunga

2. Utang Bunga

3. Utang Pajak

3. Bagian Lancar Utang dalam Negeri

4. Bagian Lancar Utang Jangka


Panjang

4. Bagian Lancar Utang Jangka


Panjang Lainnya

5. Pendapatan Diterima di Muka

5. Utang Jangka Pendek Lainnya

B. Kewajiban Jangka Panjang

B. Kewajiban Jangka Panjang

1. Utang Dalam Negeri

1. Utang Dalam Negeri

2. Utang Luar Negeri

2. Utang Jangka Panjang Lainnya

Perbedaan kelompok Kewajiban:


(i)

Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2005 terdapat Utang Pajak yang


dimasukkan ke dalam Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
menurut PP No. 24 Tahun 2005,

(ii)

Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2005 terdapat Pendapatan


Diterima di Muka yang dimasukkan ke dalam Utang Jangka
Pendek Lainnya menurut PP No. 24 Tahunv2005,

(iii) Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2005 terdapat Utang Luar Negeri
yang dimasukkan ke dalam Utang Jangka Panjang Lainnya
menurut PP No. 24 Tahun 2005.
Pemerintah Kabupaten Bandung

123

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Permendagri No. 13 Tahun 2006


EKUITAS DANA
A. Ekuitas Dana Lancar
1. Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SiLPA)
2. Cadangan Piutang
3. Cadangan Persediaan
4. Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek*

PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP


EKUITAS DANA
A. Ekuitas Dana Lancar
1. Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SiLPA)
2. Cadangan Piutang
3. Cadangan Persediaan
4. Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek

B. Ekuitas Dana Investasi


1. Diinvestasikan dalam Investasi
Jangka Panjang
2. Diinvestasikan dalam Aset Tetap
3. Diinvestasikan dalam Aset
Lainnya (tidak termasuk Dana
Cadangan)

B. Ekuitas Dana Investasi


1. Diinvestasikan dalam Investasi
Jangka Panjang
2. Diinvestasikan dalam Aset Tetap
3. Diinvestasikan dalam Aset
Lainnya

4. Dana yang Harus Disediakan


untuk Pembayaran Utang
Jangka Panjang**
C. Ekuitas Dana Cadangan
1. Diinvestasikan dalam Dana
Cadangan

4. Dana yang Harus Disediakan


untuk Pembayaran Utang
Jangka Panjang
C. Ekuitas Dana Cadangan
1. Diinvestasikan dalam Dana
Cadangan

Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa tidak terdapat


perbedaan antara Permendagri No. 13 Tahun 2006 dengan PP No. 24
Tahun 2005 bagi komponen Ekuitas pada Neraca.
(i) Akun Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek merupakan contra account dari Ekuitas Dana
Lancar.
(ii) Akun Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
Jangka Panjang merupakan contra account dari Ekuitas Dana
Investasi.
7. Penyusunan Laporan Keuangan PPKD setelah Konversi
a. Laporan Realisasi Anggaran PPKD setelah Konversi
Setelah melakukan konversi, maka format Laporan Realisasi Anggaran
PPKD yang berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005
adalah sebagai berikut. Format LRA setelah Konversi dapat dilihat
pada Lampiran VI.5 pada bab ini.
Pemerintah Kabupaten Bandung

124

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

b. Neraca PPKD setelah Konversi


Setelah melakukan konversi, maka format Neraca PPKD yang
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 adalah
sebagai berikut. Format neraca setelah Konversi dapat dilihat pada
Lampiran VI.6 pada bab ini.
8. Penyusunan Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas disusun untuk memberikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan transitoris.
Untuk kepentingan penyusunan Laporan Arus Kas ini, nilai-nilai yang
ditampilkan adalah yang ada di buku kas, baik yang ada di SKPD maupun
di PPKD, yang terdiri atas seluruh penerimaan kas yang meliputi:
pendapatan, penerimaan pembiayaan, dan transaksi transitoris. Juga
ditampilkan nilai-nilai dari seluruh pengeluaran kas, yang meliputi:
belanja, pengeluaran pembiayaan, dan transaksi transitoris.
Yang dimaksud dengan transaksi transitoris di sini adalah transaksi yang
dilakukan Pemda tetapi uangnya bukan hak Pemda, melainkan hak pihak
ketiga, sehingga Pemda di sini sifatnya hanya perantara. Contoh transaksi
transitoris adalah pemotongan pajak yang dilakukan Pemda, seperti
pemotongan pajak, IWP, Taperum, dan lainnya yang serupa.
Format Laporan Arus Kas adalah dapat dilihat pada Lampiran VI.7 pada
bab ini.
9. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap
pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas
harus memiliki referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan
atas Laporan Keuangan. Format Catatan Atas Laporan Keuangan dapat
dilihat pada Lampiran VI.8 pada bab ini.

Pemerintah Kabupaten Bandung

125

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

DAFTAR LAMPIRAN
BAB VI : PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD
1.

NERACA SALDO

2.

KERTAS KERJA/WORKSHEET

3.

LAPORAN REALISASI ANGGARAN SEBELUM KONVERSI

4.

NERACA SEBELUM KONVERSI

5.

LAPORAN REALISASI ANGGARAN SETELAH KONVERSI

6.

NERACA SETELAH KONVERSI

7.

LAPORAN ARUS KAS

8.

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

9.

LAPORAN REALISASI ANGGARAN SEMESTERAN

Pemerintah Kabupaten Bandung

126

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Lamviran VI.1. Peraturan Bupati


Nomor :
Tanggal :

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

NERACA SALDO
PER TANGGAL ..............

Kode rekening

Uraian

Jumlah
Debit

Kredit

....................., tanggal ........................


Kepala Bidang Akuntansi,
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP

Pemerintah Kabupaten Bandung

127

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Lampiran VI.2. : Peraturan Bupati


No.
Tanggal :

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
KERTAS KERJA/WORKSHEET

Neraca Saldo
Kode rekening

Debit

Pemerintah Kabupaten Bandung

Penyesuaian

Uraian
Kredit

Debit

Kredit

128

Neraca Saldo
setelah Penyesuaian
Debit
Kredit

Laporan Realisasi
Anggaran
Debit
Kredit

Neraca
Debit

Kredit

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Lampiran VI.3. Peraturan Bupati


No. :
Tanggal :

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PPKD SEBELUM KONVERSI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER .........

(dalam
rupiah)
No. Urut

Uraian

Anggaran
Setelah
Perubahan

Realisasi

Lebih/
(Kurang)

PENDAPATAN

1.2

PENDAPATAN DANA PERIMBANGAN

1.2.1

Dana Bagi Hasil

1.2.1.1

Dana Bagi Hasil Pajak

1.2.1.2

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)

1.2.2
1.2.3

Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Khusus

1.3
1.3.1
1.3.2

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah
lainnya
Jumlah

1.3.3
1.3.4
1.3.5

2
2.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7

BELANJA
BELANJA TIDAK LANGSUNG
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan Keuangan

2.3.8

Belanja Tidak Terduga


Jumlah
Surplus/ (Defisit)

PEMBIAYAAN

3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah
Jumlah Pembiayaan Netto

3.3

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Pemerintah Kabupaten Bandung

129

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Lampiran VI.4 Peraturan Bupati


No.
:
Tanggal :

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
NERACA PPKD SEBELUM KONVERSI
PER 31 DESEMBER TAHUN N DAN TAHUN N-1

Uraian

Tahun n

Jumlah
Tahun n-1

Kenaikan (Penurunan)
Jumlah
%

ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Kas Daerah
Investasi Jangka Pendek
Piutang
Piutang Dana Bagi Hasil
Piutang Dana Alokasi Umum
Piutang Dana Alokasi Khusus
Piutang Lain-lain
Bagian Lancar Pinjaman Jangka Panjang
RK-SKPD .....
RK-SKPD .....
RK-SKPD .....
Jumlah
INVESTASI TETAP
Investasi Permanen
Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Investasi dalam Surat Utang Negara
Investasi Dana Bergulir
Invetasi Permanen Lainnya
Investasi Non-Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan
Penyertaan Modal Perusahaan Patungan
Investasi Permanen Lainnya
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Tuntuan Ganti Kerugian Daerah
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-Lain
Jumlah Aset
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Uang Bunga
Pemerintah Kabupaten Bandung

130

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Utang Pajak
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan diterima dimuka
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri
Uang Luar Negeri
Jumlah Kewajiban
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
SilPA
Cadangan Piutang
Dana yang harus disediakan untuk Utang Jangka Pendek
Jumlah
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Dana yang harus disediakan untuk Utang Jangka Panjang
Jumlah
EKUITAS DANA CADANGA
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Jumlah Ekuitas
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas

Pemerintah Kabupaten Bandung

131

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Lampiran VI.5 : Peraturan Bupati


No. :
Tanggal :
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PPKD SETELAH KONVERSI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER .........

(dalam rupiah)

No. Urut

Uraian

Anggaran
Setelah
Perubahan

Realisasi

Lebih/
(Kurang)

PENDAPATAN

1.2

PENDAPATAN TRANSFER

1.2.1

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan

1.2.1.1

Dana Bagi Hasil Pajak

1.2.1.2

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)

1.2.1.3
1.2.1.4

Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Khusus

1.2.2
1.2.2.1
1.2.2.2

Transfer Pemerintah Pusat Lainnya


Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah

2
2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5

BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

2.3

BELANJA TIDAK TERDUGA

2.3.1

Belanja Tidak Terduga


Jumlah

2.4

TRANSFER
Surplus/ (Defisit)

PEMBIAYAAN

3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah

3.3

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Pemerintah Kabupaten Bandung

132

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Lampiran VI.6. Peraturan Bupati


No. :
Tanggal :
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
NERACA PPKD SETELAH KONVERSI
PER 31 DESEMBER TAHUN N DAN TAHUN N-1

Jumlah

Uraian

Tahun n

Tahun n-i

Kenaikan (Penurunan)
%
Jumlah

ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Kas Daerah
Piutang
Piutang Dana Bagi Hasil
Piutang Dana Alokasi Umum
Piutang Dana Alokasi Khusus
Piutang Lain-lain
Bagian Lancar Pinjaman Jangka Panjang
ASET UNTUK DIKONSOLIDASI
RK SKPD .
RK SKPD .
Jumlah
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Permanen
Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Investasi dalam Surat Utang Negara
Investasi Dana Bergulir
Invetasi Permanen Lainnya
Investasi Non-Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan
Penyertaan Modal Perusahaan Patungan
Investasi Permanen Lainnya
DANA CADANGAN
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-Lain
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Utang Jangka Pendek Lainnya
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
Utang Dalam Negeri Obligasi
Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah KEWAJIBAN
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
SILPA
Cadangan Piutang
Dana yang Harus disediakan untuk Utang Jangka Pendek
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan daiam Aset Lainnya
Dana yang Harus disediakan untuk Utang Jangka Panjang
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
JUMLAH EKUITAS DANA
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA

Pemerintah Kabupaten Bandung

133

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Lampiran VI.7. : Peraturan Bupati


No.
:
Tanggal :
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

(Dalam Rupiah)
No.
1

Uraian

20X1

20X0

Arus Kas dari Aktivitas Operasi


Arus Masuk
Kas

Pendapatan Pajak Daerah

XXX

XXX

Pendapatan Retribusi Daerah

XXX

XXX

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

XXX

XXX

Lain-lain PAD yang sah

XXX

XXX

Dana Bagi Hasil Pajak

XXX

XXX

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam

XXX

XXX

Dana Alokasi Umum

XXX

XXX

10

Dana Alokasi Khusus

XXX

XXX

11

Dana Otonomi Khusus

XXX

XXX

12

Dana Penyesuaian

XXX

XXX

13

Pendapatan Hibah

XXX

XXX

14

Pendapatan Dana Darurat

XXX

XXX

15

Pendapatan Lainnya

XXX

XXX

XXX

XXX

16
17

Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 15)


Arus Keluar Kas

18

Belanja Pegawai

XXX

XXX

19

Belanja Barang

XXX

XXX

20

Bunga

XXX

XXX

21

Subsidi

XXX

XXX

22

Hibah

XXX

XXX

23

Bantuan Sosial

XXX

XXX

24

Belanja Tak Terduga

XXX

XXX

25

Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota

XXX

XXX

26

Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota

XXX

XXX

27

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

28
29

Jumlah Arus Keluar Kas (18 s/d 27)


Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (16 - 28)

Pemerintah Kabupaten Bandung

134

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

(Dalam Rupiah)
No.

Uraian

30

Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan

31

Arus Masuk Kas

20X1

20X0

32

Pendapatan Penjualan atas Tanah

XXX

XXX

33

Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin

XXX

XXX

34

Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan

XXX

XXX

35

Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan

XXX

XXX

36

Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya

XXX

XXX

37

Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya

XXX

XXX

38

Jumlah Arus Masuk Kas (32 s/d 37)

XXX

XXX

39

Arus Keluar Kas

40

Belanja Tanah

XXX

XXX

41

Belanja Peralatan dan Mesin

XXX

XXX

42

Belanja Gedung dan Bangunan

XXX

XXX

43

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

XXX

XXX

44

Belanja Aset Tetap Lainnya

XXX

XXX

45

Belanja Aset Lainnya

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

46
47

Jumlah Arus Keluar Kas (40 s/d 45)


Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset
Nonkeuangan (38 - 46)

48

Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan

49

Arus Masuk Kas

50

Pencairan Dana Cadangan

XXX

XXX

51

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

XXX

XXX

52

Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat

XXX

XXX

53

Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya

XXX

XXX

54

Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank

XXX

XXX

55

Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank

XXX

XXX

56

Pinjaman Dalam Negeri Obligasi

XXX

XXX

57

Pinjaman Dalam Negeri Lainnya

XXX

XXX

58

Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara

XXX

XXX

59

Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah

XXX

XXX

60

Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

61
62
63

Jumlah Arus Masuk Kas (50 s/d 60)


Arus Keluar Kas
Pembentukan Dana Cadangan

Pemerintah Kabupaten Bandung

135

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

(Dalam Rupiah)
No.

Uraian

20X1

20X0

64

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

XXX

XXX

65

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

68

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat


Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah
Lainnya
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan
Bank
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan
Bukan Bank

XXX

XXX

69

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Obligasi

XXX

XXX

70

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lainnya

XXX

XXX

71
72
73

Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara


Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya

XXX
XXX
XXX

XXX
XXX
XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

66
67

74

Jumlah Arus Keluar Kas (63 s/d 73)

75
76

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (61 - 74)


Arus Kas dari Aktivitas Nonanggaran

77

Arus Masuk Kas

78

Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

XXX

XXX

79

Jumlah Arus Masuk Kas (78 s/d 78)

XXX

XXX

80

Arus Keluar Kas

81

Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

XXX

XXX

82

Jumlah Arus Keluar Kas (81 s/d 81)

XXX

XXX

83

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran (79 - 82)

XXX

XXX

84

Kenaikan/Penurunan Kas (29 + 47 + 75 + 83)

XXX

XXX

85

Saldo Awal Kas di BUD

XXX

XXX

86

Saldo Akhir Kas di BUD (84 + 85)

XXX

XXX

87

Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran

XXX

XXX

88

Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan

XXX

XXX

89

Saldo Akhir Kas (86 + 87 + 88)

XXX

XXX

Pemerintah Kabupaten Bandung

136

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Lampiran VI.8. : Peraturan Bupati


No.
:
Tanggal :

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
PENDAHULUAN
BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

BAB V

PENDAHULUAN
1.1

Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan

1.2

Landasan hukum penyusunan Laporan Keuangan

1.3

Sistematika penulisan catatan atas Laporan Keuangan

EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD


2.1

Ekonomi makro

2.2

Kebijakan keuangan

2.3

Indikator pencapaian target kinerja APBD

IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN


3.1

Ikhtisar pencapaian target kinerja keuangan

3.2

Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan

KEBIJAKAN AKUNTANSI
4.1

Entitas pelaporan keuangan daerah

4.2

Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan

4.3

Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan

4.4

Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam SAP pada

PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN SKPD


5.1

Rincian dari penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan


5.1.1 Pendapatan
5.1.2 Belanja
5.1.3 Aset
5.1.4 Kewajiban
5.1.5 Ekuitas Dana
Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan
basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas
untuk entitas akuntansi/entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual

BAB VI

PENJELASAN ATAS INFORMASI-INFORMASI NON KEUANGAN

BAB VII PENUTUP

Pemerintah Kabupaten Bandung

137

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Lampiran VI.9. : Peraturan Bupati


No.
:
Tanggal :

KABUPATEN BANDUNG
LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN
BERIKUTNYA
TAHUN ANGGARAN ............
Nomor
Urut
1
1

Uraian

Jumlah
Anggaran

Realisasi
Semester
Pertama

Sisa
Anggaran
s.d
Semester
Pertama
5

Prognosis

Keterangan

PENDAPATAN

1.2
1.2.1
1.2.1.1
1.2.1.2
1.2.1.3
1.2.1.4

PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.2.2
1.2.2.1
1.2.2.2

Transfer Pemerintah Pusat Lainnya


Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya

2
2..1
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7

BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

2.3
2.3.1

BELANJA TIDAK TERDUGA


Belanja Tidak Terduga

Jumlah

Jumlah
2.4

3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5

TRANSFER
TRANSFER BAGI HASIL KE KABUPATEN/KOTA
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Surplus/Defisit
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(SILPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah

Pemerintah Kabupaten Bandung

138

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

Nomor
Urut

Uraian

Jumlah
Anggaran

Realisasi
Semester
Pertama

Sisa
Anggaran
s.d
Semester
Pertama
5

Prognosis

Keterangan

Jumlah
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah
Pembiayaan Neto
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Pemerintah Kabupaten Bandung

139

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH


Fungsi Akuntansi SKPKD

Laporan Keuangan
SKPKD (LRA,
Neraca, LAK,

Laporan Keuangan
SKPD (LRA,
Neraca, CALK)

PPKD

SEKDA

Laporan Keuangan
SKPD (LRA,
Neraca, LAK,

LK PEMDA (LRA,
Neraca, LAK,
CALK)

KDH

LK PEMDA (LRA,
Neraca, LAK, CALK)

LK
PERUSAHAAN
DAERAH

KONSOLIDASI

PENGGABUNGAN

LK PEMDA (LRA,
Neraca, LAK, CALK)

PEMBUATAN
SURAT

LK
PERUSAHAAN
DAERAH

PENJABARAN
LRA

LK PEMDA
(LRA, Neraca,
LAK, CALK)
LK
PERUSAHAAN
DAERAH

LK PERUSAHAAN
DAERAH

SURAT
PERNYATAAN
KDH

OTORISASI

Laporan Keuangan
SKPKD (LRA,
Neraca, LAK,
LK PERUSAHAAN
DAERAH

PERUSAHAAN

DAERAH

LK PEMDA
(LRA, Neraca,
LAK, CALK)
PERTANGGUNGJAWABAN

LK
PERUSAHAAN
DAERAH

Pemerintah Kabupaten Bandung

PELAKSANAAN APBD

140

Anda mungkin juga menyukai