Anda di halaman 1dari 11

Mendayakan Fungsi Belahan Otak Kanan dalam

Pengajaran Bahasa Indonesia

Marjam S. Budhisetiawan
The National University of Singapore

PERMASALAHAN / LATAR BELAKANG

Empat masalah yang sering dihadapi :

1. Masyarakat dan sistem pendidikan terlalu menekankan aktivitas mental


belahan otak kiri.
Masyarakat umumnya lebih mementingkan analisis, logika, matematika
dan jarang sekali memperhatikan atau kurang mengoptimalkan fungsi
belahan otak kanan dalam pembelajaran (Khoo, Adam 1999). Pada
kenyataannya memang sejak awal pendidikan tidak lebih dari 10 % mata
pelajaran yang memakai fungsi belahan otak kanan, seperti kesenian dan
musik. Bagaimana cara mendayagunakan belahan otak kanan atau
memaksimalkan fungsi belahan otak kanan untuk pembelajaran?

2. Materi pengajaran dan pembelajaran yang kurang menarik.


Mahasiswa sudah memiliki pengalaman belajar paling sedikit 12
tahun. Sayangnya pengalaman belajar mereka tidak selalu menyenangkan dan
menarik (Malouf Doug, 2000). Banyak yang mengeluh materinya
membosankan, kering, dan pembelajaran hanya di belakang meja,
sangat formal. Bagaimana merancang materi pengajaran yang menarik? Ini
berkaitan dengan pendekatan atau strategi pembelajaran.

3. Hambatan mencapai target belajar bahasa, bahasa ekspresif.


Winitz (1981,1982), Nord (1981) dan Krashen (1978) dalam Asher (1996)
mengatakan bahwa “production cannot be taught”. “Production can be shaped
perhaps, but not directly taught”. Pengalaman membuktikan bahwa terlalu
dini mengharapkan mahasiswa untuk berbicara, bisa membuat mereka stress
dan selanjutnya menghambat aspek komunikatif para pembelajar. Bagaimana
pendekatan yang lebih baik untuk mencapai kemampuan
berkomunikasi ?

4. Langkanya bahan ajar untuk penutur asing.


Beberapa bahan ajar bisa didapatkan di Singapura namun penulis
ingin
memperkayanya, juga dengan mengajarkan budaya melalui
bahasa.
Mengajarkan budaya Indonesia pada penutur asing sama pentingnya
dengan
mengajarkan bahasa Indonesia itu sendiri. Bagaimana pembelajaran
yang
kreatif dan bervariasi ?

1
TUJUAN

Berdasarkan 4 masalah di atas, Erlin Barnard, Fanny Loe, Lucia Lawu dan penulis
merancang paket materi pengajaran dengan pendekatan yang bervariasi untuk
mencapai tujuan akhir (target bahasa) yang sama. Sebelum mahasiswa
diharapkan berbicara, mahasiswa diberi berbagai masukan untuk mencapai
pemahaman bahasa. Masukan dan respons mahasiswa dibuat sedemikian rupa agar
kedua belahan otak kiri dan kanan berfungsi optimal, bisa dalam bentuk permainan,
peragaan, menggambar, menyanyi , drama, bercerita dan berimajinasi.

Paket pengajaran ini merupakan bahan ajar yang dikembangkan dari materi
pengajaran “oral proficiency” ciptaan Erlin Barnard dan Luciawati Suharni.

Bahan ajar ini diujicobakan pada mahasiswa National University of Singapore


semester satu dan dua. Pembelajar dibagi dalam dua kelompok, yang satu diberi
bahan ajar ketrampilan oral, dan kelompok kedua diberi bahan ajar “baru”.

KAJIAN TEORI

BELAHAN OTAK KIRI DAN KANAN.

Setiap belahan otak (kiri atau kanan) mempunyai fungsi yang berbeda. Belahan otak
kiri berhubungan dengan logika, analisa, bahasa, rangkaian (sequence) dan
matematika. Jadi belahan otak kiri berespons terhadap masukan-masukan di mana
dibutuhkan kemampuan mengupas/meninjau (critiquing), menyatakan (declaring),
menganalisa, menjelaskan, berdiskusi dan memutuskan (judging). Belahan otak
kanan berkaitan dengan ritme, kreativitas, warna, imajinasi dan dimensi. Jadi belahan
otak kanan berfungsi kalau manusia menggambar, menunjuk, memeragakan, bermain,
berolahraga, bernyanyi, dan aktivitas motorik lainnya. Sebenarnya kedua belahan
otak kiri dan kanan sama penting dan sama kuatnya. Mereka saling melengkapi satu
dengan yang lain.

Kalau sampai saat ini pembelajar lebih banyak menggunakan belahan otak kiri, apa
yang terjadi kalau sekarang mereka memakai kedua belahan itu sekaligus ? Tentunya
secara teoritis pembelajar akan memiliki kekuatan otak yang ganda, karena
memakai semua kapasitas otak yang dimilikinya. Bahan ajar yang diciptakan ini
memakai strategi mengoptimalkan seluruh kapasitas otak pembelajar.

PEMBELAJARAN YANG MENARIK.

Pembelajar khususnya orang dewasa biasanya takut untuk berbuat kesalahan. Sudah
tentu semua proses belajar ada kemungkinan gagal atau membuat kesalahan. Tapi
sebagai pengajar kita bisa membuat resiko ini seminimal mungkin. Hal ini agak sulit
dicapai kalau pembelajar diminta untuk berbicara dalam bahasa target. Di lain pihak
ada pendapat bahwa orang akan belajar secara optimal kalau dia ikut berpartisipasi

2
(Malouf, Doug 2000). Tugas pengajar untuk memikirkan aktivitas apa yang paling
optimal, menarik, dinamis dan relatif lebih kecil resikonya.

Malouf (2000) mengajukan format bahan ajar untuk pembelajar dewasa :

1. Tahap pemberian informasi.


Sebelum diberi dialog, pengajar mempersiapkan kerangka berpikir
pembelajar
dengan memberikan latar belakang situasi atau mengajukan
pertanyaan-
pertanyaan pra-dialog. Hal ini bisa dihubungkan dengan budaya atau
kebiasaan
masyarakat Indonesia.

Asher (1966) mengatakan : “pembelajaran melalui pancaindera


penglihatan
lebih efisien dan bertahan lebih lama dalam ingatan dibandingkan
dengan
pendengaran”. Dengan pertimbangan di atas, penulis mengombinasi
pemberian
dialog melalui audio dengan benda-benda konkrit, gambar, gerakan fisik
dan
ekspresi emosi.

2. Tahap peragaan.
Asher (1966) percaya bahwa kondisi yang optimal untuk belajar
adalah
bagaimana pembelajar pertama-tama diperkenalkan dengan bahan
ajar.
Menurutnya, ketrampilan menebak sangat penting dalam belajar dan
erat
Kaitannya dengan lamanya bertahan dalam ingatan. Implikasinya,
jangan
berikan terjemahan atau arti langsung kepada pembelajar, tapi
biarkan
mereka memprosesnya secara mendalam dan menebaknya melalui konteks.

Selain itu Asher mengemukakan : “Semakin tepat pembelajar menebak


arti
kata, semakin cepat dia belajar kosa kata baru, menyerapnya,
mengerti
kalimat atau konteksnya dan bertahan lebih lama dalam ingatan”.
Artinya,
jangan biarkan pembelajar menerka-nerka sendiri, tetapi pengajar
harus
memperkecil kesalahan menebak dengan memberikan gerakan, ekspresi dan
cara
konkrit lainnya yang memudahkan pemahaman kosa kata baru.

3
3. Tahap pelaksanaan.
Sesudah pemahaman terjadi, pembelajar diharapkan bisa memproduksi
secara
terbatas melalui aktivitas yang sederhana. Sesudah itu bisa
mengaplikasikannya
dalam situasi yang lebih majemuk.

BAHASA RESEPTIF DAN EKSPRESIF

Dalam setiap kebudayaan sepanjang sejarah manusia, anak-anak berbicara dalam


“bahasa ibu” setelah lebih dari setahun ibu atau orang2 di sekitarnya berkomunikasi
dengan anak itu. Seseorang harus mencapai tahap pemahaman lebih dulu sebelum dia
mulai berbicara. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemahaman adalah kondisi yang
diperlukan sebelum perkataan muncul. Dan pemahaman ini bisa dipercepat melalui
pemberian instruksi. Pendekatan ini dipakai oleh Asher untuk mengajarkan bahasa
melalui “learning another language through actions”. Usaha yang optimal dilakukan
dengan cara yang menarik perhatian pembelajar untuk menangkap makna pesannya.
Hal ini berguna untuk menguatkan pengertian bahasa dalam waktu singkat karena
pengajaran dilakukan terkonsentrasi, bervariasi, menarik dan direncanakan secara
khusus. Alat2 peragapun hendaknya bertahap, mulai dari benda2 konkrit, gambar2
sampai akhirnya ke kata2 yang tertulis. Kalau pemahaman ini sudah benar2 meresap,
maka bahasa ekspresif akan muncul secara spontan (Asher, James, 1996).

Masa pubertas adalah masa kritis yang menentukan apakah seseorang akan
mencapai kemampuan berkomunikasi yang hampir sama dengan penutur asli atau
tidak. Dalam belajar bahasa ada pendapat, kalau pengajar sejak awal membiarkan
kesalahan2 dalam produksi (bahasa ekspresif), maka pembelajar akan terus
menerapkan “kebiasaan buruk” ini, dan akhirnya kesalahan makin sulit untuk
diperbaiki. Di lain pihak Asher and Garcia (1969, 1982, 1986) dalam penelitiannya
pada imigran Cuba di San Francisco Bay menemukan bahwa sangat jarang pendatang
yang tiba setelah masa pubertas bisa berkomunikasi mendekati penutur asli. Tetapi
pendatang ini mampu mencapai kemampuan menyimak atau pemahaman bahasa
seperti penutur asli. Inilah yang mendasari penciptaan bahan ajar dengan pendekatan
yang lebih mengutamakan kemampuan menyimak dan pemahaman bahasa sebagai
dasar yang kuat sebelum mengharapkan tercapainya bahasa ekspresif.

MENGAJARKAN BUDAYA INDONESIA PADA PENUTUR ASING

Melalui dialog mahasiswa diperkenalkan pada autentisitas aspek budaya yang melatar
belakangi konteks dialog atau bahasa itu sendiri. Hal ini bisa ditunjukkan melalui
peragaan, terutama kalau pengajar mau menunjukkan pentingnya keramahtamahan
untuk suksesnya berkomunikasi.

Sebelum dialog diperdengarkan, bisa dilakukan tanya jawab pradialog untuk


memudahkan pembelajar masuk dalam konteks budaya yang melatarbelakangi dialog.
Hal ini perlu ditumbuhkan dalam pikiran pembelajar sebelum mereka mulai
mendengar dialog. Pemahaman tentang isi dialog bisa dipermudah dengan bantuan
gerakan. Ini akan meningkatkan semangat pembelajar, karena bukan hanya

4
pembelajar saja tapi juga pengajar turut berpartisipasi sehingga proses belajar menjadi
lebih dinamis, terbuka, dan interaktif.

HASIL PENELITIAN

Umpan balik mahasiswa.

Beberapa cuplikan respons mahasiswa :


1. Pembelajaran berlangsung melalui aktivitas yang padat dan bervariasi di
mana
dibutuhkan kesigapan seluruh pancaindera, namun pembelajar merasa senang
dan
menikmatinya.
2. Banyak interaksi yang membuat pembelajaran menarik, walaupun kadang-
kadang
aktivitasnya dirasa lebih cocok untuk anak-anak. Tetapi ini yang membuat
pembelajar tidak tegang dan bisa tertawa lepas.
3. Aktivitasnya menggairahkan dan menantang sehingga meningkatkan motivasi
belajar.
4. Suasana belajar sangat hidup sehingga pembelajar tidak sabar menunggu
kelas berikutnya.
5. Meningkatkan rasa ingin tahu karena harus menebak sendiri dan melalui
peragaan sangat membantu tercapainya proses pemahaman.
6. Pembelajaran ini bervariasi dan menyegarkan, tidak sebagaimana kuliah dan
kelas tutorial lainnya.
7. Semakin lama semakin mencintai pelajaran bahasa Indonesia.

Hasil-hasil lainnya sedang dalam proses.

PENUTUP

1. Tidak ada satu pendekatan yang paling efisien untuk setiap pembelajar.
Namun untuk meningkatkan dan mempertahankan motivasi pembelajar,
juga untuk mencapai pemahaman yang optimal, sebagai dasar
yang kuat untuk mencapai bahasa ekspresif, pendekatan ini sangat efektif.
2. Untuk pembelajar tingkat dasar dan menengah, pendekatan ini sangat
disarankan karena telah terbukti bisa memberikan suasana belajar yang
menyenangkan.
3. Bahan ajar dengan pendekatan ini dirancang untuk digunakan bersamaan
dengan bahan ajar pendekatan “oral proficiency” dan website yang sedang
dalam proses untuk pembelajar belajar secara mandiri.

CONTOH MATERI PENGAJARAN

PELAJARAN 9D

5
Dalam pelajaran ini akan dipelajari :

I. Statement for doing two things at the same time : “………sambil..


………”
II. Expressing that something still needs to be done : “……masih
harus……”
III. Expressing possibility : “Barangkali ada ……………yang……
………..”
IV. Responding to kind offer : “Tidak usah…………….,biar.………….
……”

KEGIATAN PENGANTAR

A. Pra-aktivitas
Bagaimana tradisi di sini kalau orang pindah rumah ?
Di Indonesia, kalau orang baru pindah rumah biasanya ……..
Susi datang ke rumah bu Ida yang baru pindah rumah.
Kira-kira percakapan apa yang terjadi antara Susi dengan bu Ida ?

B. Siapkan
1. Gambar rumah, gambar perabot.
2. Jam dinding.

C. Mendengarkan seluruh dialog.

PERABOT

Susi kembali dari mengantar makanan ke rumah Bu Bandi.

Ibu Ida : …………………………………………………………………


Susi : …………………………………………………………………
dst.

I. …………………….SAMBIL…………………….

A. Pra-aktivitas
Susi menolong mengantarkan nasi kuning dan lauk pauknya ke
rumah tetangga bu Ida, bu Bandi. Dia sedang apa waktu Susi ke
rumahnya ?

B. Siapkan
1. Majalah
2. Gambar orang di terminal bis untuk latihan 1.

6
3. Kaset rekaman dan satu set gambar untuk latihan 2 dan 3.
4. Gambar untuk latihan 4.

C. Mendengarkan rekaman bagian 1

D. Latihan
1. Mendengar dan memperhatikan.
Pengajar memeragakan / menunjukkan 2 hal sekaligus.
Saya berjalan sambil melihat majalah.
Saya menelepon sambil membuat kue.
Orang ini membaca surat kabar sambil menunggu bis.
2. Mendengarkan narasi sambil memasangkan gambar.
Teks narasi : PAK TOMO DAN KELUARGANYA.

3. Membuat kombinasi lain dengan gambar-gambar


yang sama. Pembelajar bisa mulai membuat kalimat
sederhana.

4. Membuat satu paragraf pendek.


Pembelajar diberi gambar dan disuruh membuat paragraf
pendek.

II. …………….MASIH HARUS ………………….

A. Pra-aktivitas.
Rumah bu Ida besar, ya (tunjukkan gambar interior rumah yang besar
dan
kosong). Jadi dia perlu banyak perabot untuk rumahnya. Barang apa
saja
yang masih harus dibeli ?

B. Siapkan
1. Gambar rumah, jam dinding, perabot
2. Gambar untuk latihan 3

C. Mendengarkan rekaman bagian 2

D. Latihan
3. Mendengar dan memperhatikan.
Sambil memeragakan pengajar bertanya :
“Barang-barang apa saja yang masih harus dibeli /
ditambah di ruang ini ?” ----- kursi, meja.

7
Kursi masih harus dibeli. Meja masih harus dibeli /
ditambah.
“Barang-barang apa saja yang masih harus dipindah /
dibuang
dari ruang ini ?” ----- komputer, poster.
Komputer masih harus dipindah. Poster masih harus
dibuang.

4. Mendengar instruksi dan mahasiswa memeragakan.


Kursi masih harus dipindah dari ruang tamu ke ruang makan.
Meja masih harus diambil dari rumah lama.
Lampu masih harus dibeli di toko.
Lukisan masih harus dipasang di dinding.
Komputer masih harus dipindah dari ruang tamu ke kamar.

5. Bermain peran.
Lihat gambar – Barang-barang ini masih harus Anda
apakan ?

Situasi : Anda baru pindah rumah, barang-barangnya


masih
berantakan.
Pakai kata kerja : antar, bayar, telepon, kembalikan, kirim,
ambil.
Pakailah pola : “………….masih harus……………”

III. BARANGKALI ADA …………………….YANG…………..

i. Pra-aktivitas
Bu Ida mau membeli jam dinding. Di mana dia bisa
mendapatkannya ?
Bagaimana kira-kira respon Susi ?

ii. Siapkan.
2. Gambar iklan handphone.
3. Kaset rekaman dan kertas untuk menggambar (latihan 2).
4. Set gambar untuk latihan 3.

i. Mendengarkan
rekaman bagian
3.

ii. Latihan
5. Mendengar dan memperhatikan
Sambil menunjuk pada iklan handphone pengajar berkata :

8
Teman saya mau membeli handphone dengan nomer khusus.
Barangkali ada nomer yang dicari teman saya di toko ini.
Saya dengar ada model handphone yang terbaru.
Barangkali ada model terbaru yang dijual di toko ini.

6. Mendengar rekaman percakapan bapak dan ibu Ali


dan mahasiswa menggambar.
Judul : PANTAI PANGANDARAN.

7. Membuat dialog singkat untuk setiap gambar.


Dalam dialog harus ada pola :”Barangkali
ada…….yang……”

IV. TIDAK USAH ………………BIAR…………………..

i. Pra-aktivitas
Waktu Ratih mau mengantarkan jam dinding ke rumah bu Ida, apa
yang
dikatakan bu Ida ? Apa situasi atau dialog seperti ini sering Anda
jumpai
di negara Anda ? Pengajar bisa menerangkan latar belakang
budaya Indonesia.

ii. Siapkan
Set pernyataan untuk latihan 2.

iii. Mendengarkan
rekaman bagian
4

iv. Latihan
2. Mendengar dan memperhatikan.
Pengajar melakukan sesuatu yang menimbulkan
respon mahasiswa. Misalnya sengaja menjatuhkan bolpen
di depan mahasiswa. Waktu mahasiswa mau
mengambil,pengajar berkata:
“Tidak usah diambilkan, biar saya ambil sendiri”.
Pengajar mau memberikan kertas kerja kepada mahasiswa.
Waktu mahasiswa mau berdiri, pengajar berkata :
“Tidak usah kemari, biar saya yang ke situ saja”.

3. Kegiatan berkelompok.
Mencocokkan kalimat-kalimat di kolom A, B dan C.

4. Berpasangan : berdialog
Situasi : Di toko kue.

9
Berilah respon memakai pola :”Tidak usah..……..biar..
………”
Pegawai toko : Saya akan mengantar kue ulangtahunnya
besok
ke rumah Anda.
Anda :
…………………………………………………………dst

Situasi : Di rumah teman Anda.


Teman Anda : Ayo, saya antar ke rumah Anda. Hari ini saya
ada
mobil.
Anda :
………………………………………………………...dst.

RANGKUMAN

1. Mainkan peran antara Tanti dengan pacar barunya.


(A : Tanti ; B : pacar baru).

Situasi : Tanti seorang yang senang pesta dan minggu depan dia akan
berulang
tahun yang ke-21. Dia mau mengadakan pesta, tapi minggu ini
dia
sibuk, banyak tugas dan projek yang harus diselesaikan. Ibunya
juga
masih sakit. Anda sekarang menelepon pacar baru Anda
mendiskusikan
rencana pesta minggu depan. Anda memulai percakapan.

2. Mainkan peran antara Anda (orang Singapura) dan teman pena Anda di
Indonesia.
(A: Orang Singapura ; B : Orang Indonesia).

Situasi : Anda mau berlibur ke Jogja selama 2 minggu. Di sana Anda akan
tinggal
dengan teman pena Anda. Diskusikanlah dengan teman pena Anda
itu,
barang-barang apa saja yang perlu dibawa.

Pakai kata-kata / phrasa : ………….masih harus………….


barangkali ada………….yang …………….
tidak usah …………..biar ………………
sambil
bawa
beli
antar

10
DAFTAR PUSTAKA

Asher, James J. (1996). Learning Another Language Through Actions. Sky


Oaks Productions, Inc.

Asher, James J. Brainswitching – Practical Applications of the right - left brain.


Sky Oaks Productions, Inc.

Clark, Morag (1989). Language Through Living. Hodder and Stoughton.

Hendricks, Howard G. (1988). The 7 Laws Of The Teacher. Walk Thru the
Bible Ministries, Inc.

Khoo, Adam (1999). I Am Gifted So Are You. Oxford University Press.

Malouf, Doug (2000). How To Teach Adults In A Fun And Exciting Way.
Business & Professional Publishing.

Strong, Michael (1988). Language Learning and Deafness. Cambridge


Applied Linguistics.

11

Anda mungkin juga menyukai