GAMBARAN UMUM
Oleh :
Mochamad Hadi
Lab Ekologi & Biosistematik
RESISTENSI.
Umumnya, setelah suatu pestisida diaplikasikan maka
akan dilakukan aplikasi ulang secara reguler.
Hal ini karena musuh alami hilang dan hama kembali ada.
Ketika bahan kimia yang sama kembali digunakan, pada
suatu saat bahan kimia tersebut tidak lagi mampu
mengendalikan hama, ini yang dimaksud dg resistensi
hama thp bahan kimia (Gambar 1.6.).
Hama akan menjadi resisten melalui mekanisme (1)
penundaan masuknya pestisida ke dalam tubuh, (2)
peningkatan detoksifikasi racun, (3) penurunan sensitifitas
bagian-bagian tubuh terhadap pestisida.
Resistensi juga terjadi pada beberapa musuh alami,
terutama pada tungau predator Typhlodromus occidentalis
dan Amblyseius fallacis (Acari : Phytoseiidae) yang
memangsa tungau laba-laba pd perkebunan buah-buahan.
Perkembangan resistensi hama dalam tahuntahun terakhir ini mendapat perhatian serius
pada banyak program pengendalian hama.
Juga telah menjadi stimuli yang penting untuk
menemukan tindakan alternatif dalam
pengendalian hayati. Resistensi musuh alami,
terutama predator dapat dianggap suatu
keuntungan dengan melepas jenis-jenis resisten
melawan suatu hama selama bahan kimia
digunakan secara simultan dengan
pengandalian hama yang lain.
Pengendalian kimia masih menjadi satusatunya cara yang ekonomis dan praktis
bagi beberapa kepompok serangga
hama, termasuk (1) serangga sosial,
seperti lebah, semut dan rayap, (2)
arthropoda vektor penyakit pada hewan
dan manusia, terutama di daerah tropik,
dan (3) hama gudang.
TERIMA KASIH
2
SEJARAH
PENGENDALIAN HAYATI