PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa sebagai suatu kebutuhan tiap individu yang sangat
penting, sehingga menjadi hal yang perlu diperhatikan. Kesehatan jiwa
merupakan peran petugas kesehatan, namun juga menuntut adanya
keselarasan dan kerja sama dari berbagai pihak selain individu itu sendiri,
keluarga maupun lingkungan (Yosep, 2007).
Maramis (2005) mengatakan perbedaan perawatan kesehatan jiwa
dengan perawatan umum, yaitu adanya terapi sikap. Perawat menggunakan
sikap yang baik dalam menerapkan implementasi keperawatan seperti
mendemonstrasikan penerimaan, pengertian terhadap klien, meningkatkan
motivasi dan partisipasi. Dalam realitanya klien diperlakukan secara
individual dan unik, sehingga sikap perawat harus sesuai dengan masalah
yang dihadapi klien.
Perawatan kesehatan jiwa adalah proses yang berhubungan dengan
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang akan mendukung integritas
fungsi. Klien terdiri dari individu, kelompok, keluarga, organisasi atau
masyarakat. American Nurses Association (ANA) divisi perawatan kesehatan
jiwa mendefinisikan perawatan kesehatan jiwa sebagai area khusus dalam
praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia dan diri
sendiri secara terapeutik untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan
kesehatan jiwa klien dan meningkatkan kesehatan mental masyarakat dimana
klien berada (Yosep, 2007).
Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang biasa
disebut narkoba merupakan jenis obat/zat yang diperlukan di dalam dunia
pengobatan. Akan tetapi apabila dipergunakan tanpa pembatasan dan
pengawasan yang seksama dapat menimbulkan ketergantungan serta dapat
membahayakan kesehatan bahkan jiwa pemakainya.
111.000
B. RUMUSAN MASALAH
Klien masuk RS atas kemauan sendiri dan kemauan keluarga
(saudaranya) setelah kurang lebih 5 bulan menghilang (keluar rumah). Klien
terakhir kali memakai putau pada satu jam sebelum masuk rumah sakit
dengan cara disuntik. Klien mengaku pertama kali menggunakan nikotin pada
tahun 1990 hingga 2014. Tahun 1998, klien mulai menggunakan shabushabu. Kemudian klien mencoba alkohol pada tahun 1993 dan ganja pada
tahun 1994. Klien memiliki masalah komplikasi medik, yaitu HIV dan post
TB. Klien mengaku pernah melakukan tindak kriminal dan dipenjara selama
1 tahun. Klien mengaku jika ingin membeli obat-obatan, ia menjual barang
pribadinya dan barang dirumah serta dengan mencuri. Klien mengaku tidak
memiliki masalah dalam pendidikan, dan di dalam masyarakat. Pekerjaan
klien hanya serabutan. Klien pernah menjalani rehabilitasi di RSUD Duren
Sawit dan BNN Lido. Klien langsung berfikir dua kali saat ditawarkan untuk
memakai zat tersebut kembali. Klien tidak mampu menahan keinginannya
untuk kembali menggunakan zat.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang
muncul adalah Bagaimana aplikasi asuhan keperawatan pada klien Tn.S
dengan Koping Individu Tidak Efektif di Rumah Sakit Ketergantuangan Obat
Cibubur.
C. TUJUAN PENULISAN
a) Tujuan Umum
Untuk menjelaskan gambaran proses asuhan keperawatan pada klien Tn.S
dengan Koping Individu Tidak Efektif di Rumah Sakit Ketergantuangan
Obat Cibubur.
b) Tujuan Khusus
1. Dapat menggambarkan hasil pengkajian, analisa data, perumusan
masalah keperawatan, pohon masalah, dan menetapkan diagnosa
keperawatan pada klien Tn.S dengan Koping Individu Tidak Efektif di
Rumah Sakit Ketergantuangan Obat Cibubur.
2. Dapat menjelaskan rencana tindakan keperawatan dan implementasi
klien Tn.S dengan Koping Individu Tidak Efektif di Rumah Sakit
Ketergantuangan Obat Cibubur.
3. Dapat mengevaluasi perkembangan klien Tn.S dengan Koping Individu
Tidak Efektif di Rumah Sakit Ketergantuangan Obat Cibubur dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
D. RUANG LINGKUP
Makalah ini merupakan hasil pengkajian dari klien Tn.S dengan Koping
Individu Tidak Efektif di Rumah Sakit Ketergantuangan Obat Cibubur.
Makalah ini menyajikan tentang data hasil pengkajian, analisa data, masalah
keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan,
tindakan
keperawatan
yang
dilakukan,
dan
catatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Napza
1. Pengertian
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika,
dan zat adiktif lainya. NAPZA berupa zat bila masuk kedalam tubuh,
dapat mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat yang dapat
menyebabkan gangguan fisik, psikis dan fungsi social. Istilah lainya
NAPZA narkoba, singkatan dari narkotik dan obat berbahaya.
Narkotika lebih dulu populer di tengah masyarakat (Martono, 2006).
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lain (NAPZA) adalah
bahan atau zat atau obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya
karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependdensi) terhadap NAPZA (Martono, 2006).
Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan
kesehatan yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari
sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga
sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak sehingga
menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran (Hadiyanto,
2012).
Ada kata lain yang sering berhubungan dengan NAPZA, yaitu
NARKOBA, yang merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat /
Berbahaya. Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media
massa dan aparat penegak hukum yang sebenarnya mempunyai makna
yang sama dengan NAPZA. Ada juga yang menggunakan istilah
Madat untuk NAPZA, namun istilah ini tidak disarankan karena
Hadiyanto
(2012)
penyalahgunaan
dan
1) Faktor internal
1) Faktor Kepribadian
Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini.
Hal ini lebih cenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang
menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif
dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang
terhambat,
dengan
ditandai
oleh
ketidakmampuan
penelitian
menunjukkan
bahwa
inteligensia
yang
kemudian
mengakibatkan
timbulnya
yang
sudah
menjadi
tujuan
pasar
narkoba
c) Situasional
Mempunyai tujuan individual, merupakan kebutuhan bagi dirinya
sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk
melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya
individu menggunakan zat pada saat sedang mempunyai masalah,
stres, dan frustasi.
d) Penyalahgunaan
Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai
digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi
penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di
lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
e) Ketergantungan
Penggunaan
zat
yang
sudah
cukup
berat,
telah
terjadi
Opiat
Sedative
Ganja
Alcohol
hipnotik
Amfetamin
1. Eforia
2. Mengatuk
2. Mata merah
3. Berbicara
3. Mulut kering 2.
Jalan
kadel
1.
dan tertawa
5. Penurunan
5.
kesadaran
Nafsu
Gangguan
tidur
2. Berkeringat
sempoyangan 3. Bergetar
4. Perubahan
makan
4. Memperpanjang
meningkat
6.
3. Mengatuk
Selalu terdorong
untuk mendekat
3. Jalan
4. Konstipasi
1.
4. Cemas
persepsi
5. Depresi
5. Penueruna
6. Paranoid
5. Hilang kedaran
persepsi
kemampuan
menilai
1. Jarang
2. Mata
dan dikemukan
hidung berair
pPPerasaan panas
1. Cemas
1. Cemas
2. Depresi
3. Perubahan
3. Kelelahan
persepsi
dingin
1. Cemas
3. Muka merah
4. Gangguan daya
5. Tangan
3. Diare
4. Gelisah
5.
ingat
gemetaran
5. Sulit tidur
6. Mula muntah
5. Sulit tidur
Kebutuhan tidur
meningkat
7. Sulit tidur
NAPZA
dapat
mengakibatkan
10
NAPZA
dalam
keluarga
dapat
NAPZA
mengakibatkan
terciptanya
11
12
Mekanisme Koping
Kemampuan
individu
menanggulangi
kecemasan
secara
menyerang
digunakan
untuk
mengubah
atau
13
dapat
mengenali
secara
akurat
penggunaan
penggunaan
mekanisme
pertahanan
terhadap
4. Intervensi Keperawatan
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak mampu
mengatasi keinginan menggunakan zat adiktif.
Tujuan : klien mampu untuk mengatasi keinginan menggunakan zat
adiktif.
Individu:
Identifikasi situasi yang menyebabkan timbulnya sugesti
Identifikasi perilaku ketika sugesti datang
Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti yang lebih positif
Bantu klien mengekspresikan perasaannya
Keluarga
Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila
sugestinya datin
Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi sugesti
Bantu suasana mendukung keakraban di rumah
14
C. Opiat
1. Pengertian
2. Pengaruh Opiat
a) Opiat mempengaruhi otak
b) Sensasi yang ditimbulkan oleh Opiat
c) Efek mengkonsumsi Opiat
Kerusakan sistem
Euforia
kardiovaskular
Mulut kering
Paranoia
Dilatasi pupil
Mual
Sakit kepala
Menjadi hiperaktif
Tremor
Pandangan kabur
Pusing
15
Sakit kepala
Nafas cepat
Gelisah
16
BAB III
KASUS
A. Hasil Pengkajian
1. Identitas klien
Nama Inisial
: Tn.S.P.
Usia:
: 37 tahun.
Ruang Rawat
: Ruang detoksifikasi
Tanggal Dirawat
: 29 Desember 2014
Tanggal Pengkajian
: 05 Januari 2015
Sumber Informasi
2. Alasan masuk
Klien masuk RS atas keinginan sendiri setelah kurang lebih 5
bulan menghilang (keluar rumah). Klien sebelumnya pernah dirawat
di BNN Lido pada tahun 2011-2012 dan RSUD Duren Sawit pada
tahun 2007 dan mengikuti program rehabilitasi. Klien terakhir kali
memakai Putau pada satu jam sebelum masuk RS dengan cara
disuntik. Klien masuk dengan keadaan intoksikasi zat.
3. Faktor predisposisi
a. Riwayat masalah penggunaan zat adiktif
Klien mengaku pertama kali menggunakan putaw pada
tahun 1998 hingga 2002. Tahun 2003, klien mulai menggunakan
shabu-shabu. Klien memiliki masalah komplikasi medik, yaitu
HIV. Akan tetapi, setelah itu klien mengaku jika ingin membeli
obat-obatan, ia menjual barang pribadinya. Klien mengaku pernah
ditangkap polisi karena terbukti memiliki putaw pada tahun 2002.
Klien mengaku pertama kali menggunakan nikotin pada
tahun 1990 hingga 2014. Tahun 1998, klien mulai menggunakan
shabu-shabu. Kemudian klien mencoba alkohol pada tahun 1993
dan ganja pada tahun 1994. Klien memiliki masalah komplikasi
17
medik, yaitu HIV dan post TB. Klien mengaku pernah melakukan
tindak kriminal dan dipenjara selama 1 tahun. Klien mengaku jika
ingin membeli obat-obatan, ia menjual barang pribadinya dan
barang dirumah serta dengan mencuri. Klien mengaku tidak
memiliki masalah dalam pendidikan, dan di dalam masyarakat.
Pekerjaan klien hanya serabutan. Klien pernah menjalani
rehabilitasi di RSUD Duren Sawit dan BNN Lido. Klien langsung
berfikir dua kali saat ditawarkan untuk memakai zat tersebut
kembali. Klien tidak mampu menahan keinginannya untuk
kembali menggunakan zat.
d. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil tekanan darah klien
120/80 mmHg, nadi 82x/menit, suhu 36o C, pernafasan 20x/menit.
Diare selama 3 hari, turgor kulit kurang elastis, kering. Intake
cairan 750 cc/hari atau setara dengan 3 gelas air kemasan.
Diagnosa keperawatan: risiko defisit volume cairan
e. Psikososial
18
Genogram
Klien adalah anak keempat dari 7 bersaudara. Klien telah
menikah dan memiliki seorang anak perempuan berumur 9
tahun. Klien tinggal dengan seorang, istri, dan anaknya. Pola
interaksi dan komunikasi dalam keluarga baik.
Riwayat Pendidikan:
Klien adalah lulusan SMA dan pernah menimba ilmu di
beberapa universitas dan berhenti setelah satu semester,
terakhir di UI, berhenti di semester 2.
Riwayat Perkawinan
Klien sudah menikah dan memiliki seorang anak yang berusia
9 tahun.
Hubungan Sosial:
Orang yang paling dekat dengan pasien adalah istrinya. Klien
tidak berperan aktif di lingkungan sekitar rumahnya. Klien
merasa biasa saja dalam berhubungan dengan masyarakat di
sekitar rumahnya karena rata-rata di lingkungan tersebut
merupakan pemakai. Klien merasa nyaman berinteraksi
dengan sesama pasien di RSKO.
Konsep diri:
Klien mengaku puas dengan bentuk fisik yang dimilikinya.
Klien juga merasa kurang puas dengan status yang dimiliki
sekarang, yaitu sebagai ayah, suami, dan kepala keluarga.
Peran klien yang kurang bertanggung jawab karena sering
meninggalkan keluarga dan tidak menafkahi. Klien memiliki
harapan untuk sembuh karena memikirkan masa depan istri
dan anaknya. Klien mudah terpengaruh oleh keadaan. Hal ini
dibuktikan dengan klien mudah terpengaruh oleh kakaknya
yang seorang pemakai zat.
Diagnosa Keperawatan: tidak ada
19
Klien
beragama
Kristen
dan
berkeyakinan
bahwa
Mekanisme koping:
Klien cenderung menutup diri dan lari ketika ada masalah.
Klien menghindar saat menghadapi suatu masalah dengan
kembali menggunakan zat.
Diagnosa keperawatan: Koping individu tidak efektif: belum
mampu menahan keinginan menggunakan zat
4. Aspek Medik
Diagnosa medis : HIV DO ARV
Terapi medik : Codein 90 mg 4x1, Tramadol kp 3x1, Clozapin25 +
Esilgan2 1x1 IM, Clozapin 25 mg 1x1, antipiretik (P) 1x10 mg, Lauften
1x25 mg.
20
B. Analisa Data
Data
Masalah
Data Objektif:
menggunakan zat
Data subjektif:
- Klien mengaku tidak mampu menahan
keinginannya untuk kembali
menggunakan zat ketika bertemu temanteman yang sedang menggunakan zat
- Klien mengaku menggunakan zat pertama
kali dikarenakan mengikuti temantemannya.
- Klien mengaku dirinya menutup diri
ketika ada masalah. Klien menghindar
saat menghadapi suatu masalah dengan
kembali menggunakan zat
Data Objektif:
-
Hambatan Religiusitas
Data subjektif:
-
Data objektif:
-
Data Subjektif:
21
Diagnosa Keperawatan:
- Koping individu tidak efektif: belum mampu menahan keinginan
menggunakan zat
- Hambatan Religiusitas
-
C. EVALUASI
Catatan Perkembangan
Implementasi
TGL/JAM : 05 Januari 2015/09.00
Data :
DS : -
Evaluasi
S:
O:
A:
DO:
P:Diagnosa Keperawatan:
Tindakan :
RTL :
TGL/JAM : 06 Januari 2015
Data :
DS :
S:
DO:
O:
Diagnosa Keperawatan:
Tindakan :
A:
P:
RTL :
S:
O:
Diagnosa Keperawatan:
A:
Tindakan :
P:
22
RTL :
DO:
Diagnosa Keperawatan:
S:
O:
A:
P:
Tindakan :
RTL :
23
BAB IV
PEMBAHASAN
B. Implementasi
C. Evaluasi
Klien sudah mempunyai motivasi untuk berhenti menggunakan zat,
yaitu anak dan istrinya, tetapi klien masih belum mampu mengontrol
keinginan untuk kembali memakai zat karena faktor lingkungan.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa:
1. Klien Tn. S mengalami koping individu tidak efektif: belum mampu
mengatasi keinginan menggunakan zat.
2. Pasien pernah masuk program rehabilitasi BNN dan RSUD Duren
Sawit sebelumnya. Penyebab kambuhnya pasien dikarenakan pasien
tidak kuat mengontrol keinginannya menggunakan zat jika sudah
berkumpul dengan temannya yang sesama pemakai juga.
3. Tanda gejala putus zat yang dialami Tn. S adalah nyeri, mata dan
hidung berair, perasaan panas dingin, diare, gelisah dan susah tidur.
4.
B. SARAN
1. Bagi Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Diharapkan bagi RSKO dapat mengevaluasi dan membantu klien
meningkatkan koping klien bagi klien yang memiliki masalah
ketidakefektifan koping.
2. Bagi Institusi
Diharapkan bagi institusi keperawatan dapat memberikan masukan dan
asuhan keperawatan sesuai dengan gambaran klien yang mengalami
ketidakefektifan koping.
3. Bagi Perawat
25
bagi
mahasiswa
keperawatan
untuk
senantiasa
26