Pembimbing
Mayor CKM dr. Burham Sp,PD
Disusun Oleh
Peter Leonardo Sitompul
209 210 130
LAPORAN KASUS KEPANITRAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
NOVEMBER 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pendarahan saluran cerna adalah kasus yang sering dijumpai di rumah
sakit. Perdarahan saluran cerna bagian atas dapat bermanifestasi klinis mulai
dari yang seolah ringan, misalnya perdarahan tersamar sampai pada keadaan
yang mengancam hidup. Pada kasus perdarahan saluran cerna, perlu diketahui
beberapa kondisi yang dapat terjadi pada pasien, yakni hematemesis, melena,
dan hematoskezia. Hematemesis adalah muntah darah segar (merah segar) atau
hematin (hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi adanya perdarahan
saluran cerna bagian atas atau proksimal ligamentum Treitz. Perdarahan saluran
cerna bagian atas (SCBA), terutama dari duodenum dapat pula bermanifestasi
dalam bentuk melena. Hematokezia (darah segar keluar per anum) biasanya
berasal dari perdarahan saluran cerna bagian bawah (kolon). Maroon stools
(feses berwarna merah hati) dapat berasal dari perdarahan kolon bagian
proksimal (ileo-caecal). (Djojoningrat, D., 2006)
Upper gastrointestinal tract bleeding (UGI bleeding) atau lebih
dikenal perdarahan saluran cerna bahagian atas memiliki prevalensi sekitar 75
% hingga 80 % dari seluruh kasus perdarahan akut saluran cerna
Penyebab utama dari hematemesis ada beberapa, yakni ulkus peptikum,
gastritis erosif, sindroma Mallory Weiss, dan varises esofagus. Pada 80-90%
kasus, satu dari keempat diagnosis tersebut dapat dijumpai pada pasien dengan
keluhan utama hematemesis. Diagnosis banding lain untuk hematemesis yang
lebih jarang dijumpai meliputi esofagitis, tumor regio gastroduodenum, diatesis
hemoragik, hemobilia, hemangioma, penyakit Osler, fistula aortointestinal,
oklusi arteri mesenterika, dan pseudoxantoma elastikum.
Pada melena didapatkan adanya perdarahan berupa tinja berwarna hitam
kental, seperti tar, yang disebabkan oleh etiologi yang sama dengan
hematemesis, yakni ulkus peptikum, gastritis erosif, sindroma Mallory Weiss,
varises esofagus, atau tumor. Hematemesis yang berlangsung bersama-sama
dengan melena mengindikasikan adanya perdarahan yang bersumber proksimal
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Perdarahan Saluran Cerna Atas
Definisi
Perdarahan saluran cerna bahagian atas (didefinisikan sebagai
perdarahan yang terjadi di sebelah proksimal ligamentum Treitz pada duodenum
distal. Sebagian besar perdarahan saluran cerna bahagian atas terjadi sebagai
akibat penyakit ulkus peptikum (PUD, peptic ulcer disease) (yang disebabkan
oleh H. Pylori atau penggunaan obat-obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS)
atau alkohol). Robekan Mallory-Weiss, varises esofagus, dan gastritis
merupakan penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas yang jarang.
(Dubey, S., 2008)
Gambaran Umum
Perdarahan saluran cerna bahagian atas dapat bermanifestasi klinis
mulai dari yang seolah ringan, misalnya perdarahan tersamar sampai pada
keadaan yang mengancam hidup. Hematemesis adalah muntah darah segar
(merah segar) atau hematin (hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi
adanya perdarahan saluran cerna bagian atas atau proksimal ligamentum Treitz.
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA), terutama dari duodenum dapat
pula bermanifestasi dalam bentuk melena. Hematokezia (darah segar keluar per
anum) biasanya berasal dari perdarahan saluran cerna bagian bawah (kolon).
Maroon stools (feses berwarna merah hati) dapat berasal dari perdarahan kolon
bagian proksimal (ileo-caecal). (Djojoningrat, D., 2006).
Cara praktis membedakan perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)
atau saluran cerna bagian bawah (SCBB)
Manisfertasi klinis
Aspirasi nasogastric
Raiso (BUN/kreatinin)
Perdarahan SCBA
Perdarahan SCBB
Hematemesis dan atau Hematokesia
Jernih
melene
<35
Auskultasi usus
Berdarah
Meningkat >35
Hiperaktif
Normal
Etiologi
Banyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas
pada buku The Merck Manual of Patient Symptoms (Porter, R.S., et al., 2008):
1. Duodenal ulcer (20 30 %)
2. Gastric atau duodenal erosions (20 30 %)
3. Varices (15 20 %)
4. Gastric ulcer (10 20 %)
5. Mallory Weiss tear (5 10 %)
6. Erosive esophagitis (5 10 %)
7. Angioma (5 10 %)
8. Arteriovenous malformation (< 5 %)
9. Gastrointestinal stromal tumors
Beberapa etiologi yang dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna
bahagian atas beserta tabel hasil penelitian dari Center for Ulcer Research and
Education (CURE) (Jutabha, R., et al. 2003):
Etiologi UGIB dari Data Center for Ulcer Number of Patients (%)(n=948)
Research and Education (CURE) Diagnosis
Peptic ulcers
Gastroesophageal varices
Angiomas
Mallory-Weiss tear
Tumors
Erosions
Dieulafoys lesion
Other
524 (55)
131 (14)
54 (6)
45 (5)
42 (4)
41 (4)
6 (1)
105 (11)
pada orang usia tua 20%. Hanya sekitar 10% dari orang muda memiliki infeksi
H pylori; proporsi orang-orang yang terinfeksi meningkat secara konstan
dengan bertambahnya usia. (Hadithi, 2006 )
Secara keseluruhan, insidensi dari duodenal ulcers telah menurun pada
3-4 dekade terkahir. Walaupun jumlah daripada simple gastric ulcer mengalami
penurunan, insidensi daripada complicated gastric ulcer dan opname tetap
stabil, sebagian dikarenakan penggunaan aspirin pada populasi usia tua. Jumlah
pasien opname karena PUD berkisar 30 pasien per 100,000 kasus. Hadithi,
2006)
Stress Ulcer
Hingga saat ini masih belum dipahami bagaimana terjadinya stress
ulcer, tetapi banyak dikaitkan dengan hipersekresi daripada asam pada beberapa
pasien, mucosal ischemia, dan alterasi pada mucus gastric. (Jutabha, R., et al.
2003)
Medication-Induced Ulcer
Berbagai macam pengobatan berperan penting dalam perkembangan
daripada penyakit peptic ulcer dan perdarahan saluran cerna bahagian atas akut.
Paling sering, aspirin dan NSAIDs dapat menyebabkan erosi gastroduodenal
atau ulcers, khususnya pada pasien lanjut usia. (Jutabha, R., et al. 2003)
Mallory-Weiss Tear
Mallory- Weiss Tear muncul pada bagian distal esophagus di bagian
gastroesophageal junction. Perdarahan muncul ketika luka sobekan telah
melibatkan esophageal venous atau arterial plexus. Pasien dengan hipertensi
portal dapat meningkatkan resiko daripada perdarahan oleh Mallory-Weiss Tear
dibandingkan dengan pasien hipertensi non-portal.
Sekitar 1000 pasien di University of California Los Angeles datang ke
ICU dengan perdarahan saluran cerna bahagian atas yang berat, Mallory-Weiss
Tear adalah diagnosis keempat yang menyebabkan perdarahan saluran cerna
bahagian atas, terhitung sekitar 5 % dari seluruh kasus. (Jutabha, R., et al.
2003)
Gastroesophageal Varices
Esophageal varices dan gastric varices adalah vena collateral yang
berkembang sebagai hasil dari hipertensi sistemik ataupun hipertensi segmental
portal. Beberapa penyebab dari hipertensi portal termasuk prehepatic
thrombosis, penyakit hati, dan penyakit postsinusoidal. Hepatitis B dan C serta
penyakitalkoholic liver adalah penyakit yang paling sering menimbulkan
penyakit hipertensi portal intrahepatic di Amerika Serikat. (Jutabha, R., et al.
2003)
Pengaruh Obat NSAIDs
Penggunaan NSAIDs merupakan penyebab umum terjadi tukak gaster.
Penggunaan obat ini dapat mengganggu proses peresapan mukosa, proses
penghancuran mukosa, dan dapat menyebabkan cedera. Sebanyak 30% orang
dewasa yang menggunakan NSAIDs mempunyai GI yang kurang baik. Faktor
yang menyebabkan peningkatan penyakit tukak gaster dari penggunaan
NSAIDs adalah usia, jenis kelamin, pengambilan dosis yang tinggi atau
kombinasi dari NSAIDs, penggunaan NSAIDs dalam jangka waktu yang lama,
penggunaan disertai antikoagulan, dan severe comorbid illness. (Anand, B.S.,
2011B.S. Anand, 2011)
Sebuah studi prospektif jangka panjang didapatkan pasien dengan
arthritis dengan usia diatas 65 tahun, yang secara teratur menggunakan aspirin
pada dosis rendah beresiko menderita dyspepsia apabila berhenti menggunakan
NSAIDs. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan NSAIDs harus dikurangi.
(Anand, B.S., 2011)
Walaupun prevalensi penggunaan NSAIDs pada anak tidak diketahui,
tetapi sudah tampak adanya peningkatan, terutama pada anak dengan arthritis
kronik yang dirawat dengan NSAIDs. Laporan menunjukkan terjadinya ulserasi
pada penggunaan ibuprofen dosis rendah, walau hanya 1 atau 2 dosis. (Anand,
B.S., 2011)
Faktor Resiko
The American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE)
mengelompokkan pasien dengan perdarahan saluran cerna bahagian atas
berdasarkan usia dan kaitan antara kelompok usia dengan resiko kematian.
ASGE menemukan angka mortalitas untuk 3.3% pada pasien usia 21-31 tahun,
untuk 10.1% pada pasien berusia 41-50 tahun, dan untuk 14.4% untuk pasien
berusia 71-80 tahun . (Caestecker, J.d., 2011)
Menurut organisasi tersebut, ada beberapa faktor resiko yang
menyebabkan kematian, perdarahan berulang, kebutuhan akan endoskopi
hemostasis ataupun operasi, yaitu: usia lebih dari 60 tahun, comorbidity berat,
perdarahan aktif (contoh, hematemesis, darah merah per nasogastric tube, darah
segar per rectum), hipotensi, dan coagulopathy berat Pasien dengan
hemorrhagic shock memiliki angka kematian yang mencapai 30 %.
(Caestecker, J.d., 2011)
Gejala Klinis
Ada 3 gejala khas, yaitu:
1. Hematemesis
Muntah darah dan mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna
atas, yang berwarna coklat merah atau coffee ground. (Porter, R.S., et al.,
2008)
2. Hematochezia
Keluarnya darah dari rectum yang diakibatkan perdarahan saluran cerna
bahagian bawah, tetapi dapat juga dikarenakan perdarahan saluran cerna
bahagian atas yang sudah berat. (Porter, R.S., et al., 2008)
3. Melena
Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran
bercampur asam lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran cerna
bahagian atas, atau perdarahan daripada usus-usus ataupun colon bahagian
kanan dapat juga menjadi sumber lainnya. (Porter, R.S., et al., 2008)
Disertai gejala anemia, yaitu: pusing, syncope, angina atau dyspnea. (Laine, L.,
2008)
Studi meta-analysis mendokumentasikan insidensi dari gejala klinis
UGIB akut sebagai berikut: Hematemesis - 40-50%, Melena - 70-80%,
Hematochezia - 15-20%, Hematochezia disertai melena - 90-98%, Syncope 14.4%, Presyncope - 43.2%, Dyspepsia - 18%, Nyeri epigastric - 41%,
Heartburn - 21%, Diffuse nyeri abdominal - 10%, Dysphagia - 5%, Berat badan
turun - 12%, dan Jaundice - 5.2% (Caestecker, J.d., 2011)
Diagnosis
Sarana diagnostic yang bias digunakan pada kasus perdarahn saluran
makanan
ialah
endoskopi
gastrointestinal,
radiografi
dengan
barium,
Aktivitas Perdarahan
Kriteria Endoskopis
Perdarahan aktif
Perdarahan
arteri
Perdarahan akrif
menyembur
Perdarahan berhenti dan
Perdarahan merembes
masih terdapat sisa-sisa Gumpalan
darah
perdarahan
Perdarahan
tukak
atau
terlihat
pembuluh drah
Lesi tanpa sisa perdrahan
beratnya
perdarahan
dengan
memfokuskan
pada
status
oleh
karena
itu
diberikan
bersamaan
dengan
nitrat.
BAB 3
KESIMPULAN
Saluran dibagi atas 2 bagian, saluran cerna bagian atas dan saluran cerna
bagian bawah. 2 bagian ini dipisahkanoleh ligamentum treitz. Perdarahan
SCBA digolongkan atas 2 kelompok, perdarahan varises dan perdarahan nonvarises.
Pengelolaan perdarahan saluran makanan secara praktis meliputi ;
evaluasi status hemodinamik, stabilisasi hemodinamik, melanjutkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lain yang diperlukan, unutk memastikan
sumber perdarahan.
Prioritas utama dalam menghadapi kasus perdarahan SCBA ialah
menentukan status hemodinamik, dan upaya resusitasi sebelum menegakkan
diagnosis atau pemberian terapi lainnya. Pemeriksaan endoskopi SCBA
merupakan cara terpilih untuk menegagkan diagnosis penyebab perdarah dan
sekaligus berguna untuk melakukan hemostatis.
Ahli radiologi dan ahli bedah seyogyanya dilibatkan dalam tim
multidisipliner dalam pengelolan perdarahan SCBA.
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status perkawinan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Masuk
: Tn. K
: 50 tahun
: Laki-laki
: Menikah
: Tentara
: Sidi Kalang
:
ANAMNESE PENYAKIT
Keluhan Utama : sakit perut
Telaah
: perut terasa sakit dan kembung, hal ini sudah dirasakan
sejak 1 minggu yang lalu. Sakit tidak bisa dilokalisir dan lebih terasa
sakit pada malam hari.. Pasien juga mengeluhkan mencret dan berlendir.
OS juga mengeluhkan urine berwarna teh pekat kemerahkan Pasien
tidak demam, tidak muntah, Os sebelumnya belum pernah sakit seperti
ini. Os juga mengeluh terkadang BAB berwarna hitam.
RPT: - Opname 1 minggu di RS. Sidikalang
RPO: tidak jelas
ANAMNESE ORGAN
Jantung
: Sesak nafas : Angina pektoris : Sal. Pernapasan
: Batuk-batuk : Dahak : Sal. Pencernaan
: nafsu makan : +
penurunan BB : Keluhan menelan : Keluhan perut : sakit perut yang tidak dapat dilokalisir
keluhan defakasi : mencret dan terakdang berwarna hitam
Sal. Urogenital
: sakit b.a.k : bak tersendat : Mengandung batu : keadaan urine: seperti teh
Sendi dan tulang
:
sakit pinggang : - keterbatasan gerak : Kel. Persendian: Endokrin
:
haus/polidipsi : gugup:Poliuri :perubahan suara : Polifagi : -
Syaraf pusat
Darah dan p.darah
:
:
hoyong : perdarahan : -
Palpasi
Nyeri tekan : Fremitus
: SF kanan = SF kiri kesan normal
Iktus
:Perkusi
Batas paru hati: ICS 5 LSD
Peranjakan
: 1 cm
Jantung
Batas atas jantung
: ICS2 Linea parasternalis sinistra
Batas kiri jantung
: ICS 2 2 cm medial Linea Mid clavicularis
sinistra
Batas kanan jantung : ICS 5 liniea sternalis dextra
Auscultasi
Paru
Suara pernafasan : versiculer pada 2 lampangan paru
Suara tambahan : Jantung
M1>M2 T1>T2 P2>P1 A2>A1
Desah : HR = 100x /i
THORAKS BELAKANG
Inspeksi : simteris fusimormis
Palpasi
: Kanan-kiri SF sama
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auscultasi : Versikuler
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk
: simteris
Gerakan lambung / usus
: tidak tampak
Vena kolateral : Caput medusa : Palpasi
Dinding abdomen : sopel
Hati
Pembesaran : Permukaan : Pinggir : Nyeri tekan : epigastrium
Limpa : Schuffner
:Heccket
:Ginjal
IpTx
IpMx
Pemeriksaan USG hepar.
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal
Perjalanan Penyakit
Perintah Obat
22.10.13 TD : 100/70mmHg
HR : 64x/i
RR : 28 x/i
T : 35,5 C
Keluhan : BAB hitam dari
semalam
Infus RL 20gtt/i
Ketorolac inj 1A/8jam
Ranitidine 1A/12jam
Curcuma 3x1
Alprazolam 1x0,5mg
23.10.13 TD : 110/70mmHg
HR : 78x/i
RR : 20 x/i
T : 35,5 C
Infus RL 20gtt/i
Ketorolac inj 1A/8jam
Ranitidine 1A/12jam
Curcuma 3x1
Alprazolam 1x0,5mg
Transamin 1A/8Jam
Infus RL 30gtt/i
Novalgin inj 1 A KP
Ketorolac inj 1A KP
Ranitidine 1A/12jam
Curcuma 3x1
Alprazolam 1x0,5mg
Transamin 1A/8Jam
Infus RL 20gtt/i
Ketorolac inj KP
Novalgin ing 1 A KP
Ranitidine 1A/12jam
Curcuma 3x1
Alprazolam 1x1mg
Transamin 1A/8Jam
Infus RL 20gtt/i
Ketorolac inj KP
Novalgin ing 1 A KP
Ranitidine 1A/12jam
Curcuma 3x1
Alprazolam 1x1mg
Transamin 1A/8Jam
30.10.13 TD : 90/50
Hr : 72 x/i
RR : 20x/i
T : 36 C
Hematemesis
Melena +
Siang
Cek Hb 6,1
DAFTAR PUSTAKA
Djojoningrat, D., 2006. Pendekatan Klinis Penyakit Gastrointestinal. Dalam:
Sudoyo, A.W., et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: 4th ed. Vol 1. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 289 292
Dubey, S., 2008. Perdarahan Gastrointestinal Atas. Dalam: Greenberg, M.I., et
al. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Vol 1. Jakarta
H Ali Djumhana. PERDARAHAN AKUT SALURAN CERNA BAGIAN
ATAS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RS Dr Hasan Sadikin / FK Unpad.
Bandung
Porter, R.S., et al., 2008. The Merck Manual of Patient Symptoms. USA: Merck
Hadithi M. A prospective study comparing video capsule endoscopy with
doubleballoon enteroscopy in patients with obscure gastrointestinal
bleeding. Gastroenterology 2006; 101:52-57
Adi P.Pengelolaan perdarahan saluran cerna bagian atas, dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1 edisi IV, editor Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I,
et al.FKUI 2006; 288-29
University.
Available
http://emedicine.medscape.com/article/187857-clinical#a0216
from: