Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perdarahan Saluran Cerna Atas


A. Definisi
Perdarahan saluran cerna bahagian atas (didefinisikan sebagai perdarahan
yang terjadi di sebelah proksimal ligamentum Treitz pada duodenum distal.
Sebagian besar perdarahan saluran cerna bahagian atas terjadi sebagai akibat
penyakit ulkus peptikum (PUD, peptic ulcer disease) (yang disebabkan oleh H.
Pylori atau penggunaan obat-obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) atau
alkohol). Robekan Mallory-Weiss, varises esofagus, dan gastritis merupakan
penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas yang jarang. (Dubey, S., 2008)
B. Gambaran Umum
Perdarahan saluran cerna bahagian atas dapat bermanifestasi klinis mulai dari
yang seolah ringan, misalnya perdarahan tersamar sampai pada keadaan yang
mengancam hidup. Hematemesis adalah muntah darah segar (merah segar) atau
hematin(hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi adanya perdarahan saluran
cerna bagian atas atau proksimal ligamentum Treitz. Perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA), terutama dari duodenum dapat pula bermanifestasi dalam
bentuk melena. Hematokezia(darah segar keluar per anum) biasanya berasal dari
perdarahan saluran cerna bagian bawah (kolon). Maroon stools (feses berwarn merah
hati) dapat berasal dari perdarahan kolon bagian proksimal (ileo-caecal).
(Djojoningrat, D., 2006)
Upper gastrointestinal tract bleeding (UGI bleeding) atau lebih dikenal
perdarahan saluran cerna bahagian atas memiliki prevalensi sekitar 75 % hingga 80 %
dari seluruh kasus perdarahan akut saluran cerna. Insidensinya telah menurun,
tetapi angka kematian dari perdarahan akut saluran cerna, masih berkisar 3 %
hingga 10 %, dan belum ada perubahan selam 50 tahun terakhir. Tidak
berubahnya angka kematian ini kemungkinan besar berhubungan dengan
bertambahnya usia pasien yang menderita perdarahan saluran cerna serta dengan
meningkatnya kondisi comorbid. Peptic ulcers adalah penyebab terbanyak pada
pasien perdarahan saluran cerna, terhitung sekitar 40 % dari seluruh kasus.
Penyebab lainnya seperti erosi gastric (15 % - 25 % dari kasus), perdarahan
varises(5 % - 25 % dari kasus), dan Mallory-Weiss Tear (5%-15% dari kasus).
Penggunaan aspirinataupun NSAIDsmemiliki prevalensi sekitar 45 % hingga 60 %
dari keseluruhan kasus perdarahan akut. (Alexander, J.A., 2008)
C. Etiologi
Banyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas
pada buku The Merck Manual of Patient Symptoms (Porter, R.S., et al., 2008):
1. Duodenal ulcer (20 30 %)
2. Gastric atau duodenal erosions (20 30 %)
3. Varices (15 20 %)

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Gastric ulcer (10 20 %)


Mallory Weiss tear (5 10 %)
Erosive esophagitis (5 10 %)
Angioma (5 10 %)
Arteriovenous malformation (< 5 %)
Gastrointestinal stromal tumors

Dalam buku Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology ada


beberapa etiologi yang dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna bahagian
atas beserta tabel hasil penelitian dari Center for Ulcer Research and Education
(CURE) (Jutabha, R., et al. 2003):
Tabel 2.1. Etiologi UGIB dari Data Center for Ulcer Research and Education
(CURE)
Diagnosis
Peptic ulcers
Gastroesophageal varices
Angiomas
Mallory-Weiss tear
Tumors
Erosions
Dieulafoys lesion
Other

Number of Patients (%)(n=948)


524 (55)
131 (14)
54 (6)
45 (5)
42 (4)
41 (4)
6 (1)
105 (11)

D. Penyakit-Penyakit Ulcerativaatau Erosive


Penyakit Peptic Ulcer Di Amerika Serikat, PUD(Peptic Ulcer Disease)
dijumpai pada sekitar 4,5 juta orang pada tahun 2011. Kira-kira 10 % dari populasi di
Amerika Serikat memiliki PUD. Dari sebahagian besar yang terinfeksi H pylori,
prevalensinya pada orang usia tua 20%. Hanya sekitar 10% dari orang muda memiliki
infeksi H pylori; proporsi orang-orang yang terinfeksi meningkat secara konstan
dengan bertambahnya usia. (Anand, B.S., 2011)
Secara keseluruhan, insidensi dari duodenal ulcerstelah menurun pada 3-4
dekade terkahir. Walaupun jumlah daripada
simplegastric ulcer mengalami
penurunan, insidensi daripada complicated gastric ulcerdan opname tetap stabil,
sebagian dikarenakan penggunaan aspirinpada populasi usia tua. Jumlah pasien
opname karena PUD berkisar 30 pasien per 100,000 kasus. (Anand, B.S., 2011)
Prevalensi kemunculan PUD berpindah dari yang predominant pada pria ke
frekuensi yang sama pada kedua jenis kelamin. Prevalensi berkisar 11-14 % pada
pria dan 8-11 % pada wanita. Sedangkan kaitan dengan usia, jumlah
kemunculan ulcer mengalami penurunan pada pria usia muda, khususnya untuk
duodenal ulcer, dan jumlah meningkat pada wanita usia tua. (Anand, B.S., 2011)

E. Stress Ulcer

Dari buku Current Diagnosis and Treatment


dikatakan bahwa hingga saat ini masih belum dipahami
stress ulcer, tetapi banyak dikaitkan dengan hipersekresi
beberapa pasien, mucosal ischemia, dan alterasi pada mucus
al. 2003)

in Gastroenterology
bagaimana terjadinya
daripada asam pada
gastric.(Jutabha, R., et

Medication-Induced Ulcer
Berbagai macam pengobatan berperan penting dalam perkembangan
daripada penyakit peptic ulcerdan perdarahan saluran cerna bahagian atas akut.
Paling sering, aspirindan NSAIDsdapat menyebabkan erosi gastroduodenalatau
ulcers, khususnya pada pasien lanjut usia. (Jutabha, R., et al. 2003)
F. Mallory-Weiss Tear
Mallory- Weiss Tear muncul pada bagian distal esophagus di bagian
gastroesophageal junction. Perdarahan muncul ketika luka sobekan telah
melibatkan esophageal venous atau arterial plexus. Pasien dengan hipertensi
portal dapat meningkatkan resiko daripada perdarahan oleh Mallory-Weiss Tear
dibandingkan dengan pasien hipertensi non-portal.Sekitar 1000 pasien di University
of California Los Angelesdatang ke ICU dengan perdarahan saluran cerna
bahagian atas yang berat, Mallory-Weiss Tear adalah diagnosis keempat yang
menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas, terhitung sekitar 5 % dari
seluruh kasus. (Jutabha, R., et al. 2003)
G. Gastroesophageal Varices
Esophageal varices dan gastric varices adalah vena collateral yang
berkembang sebagai hasil dari hipertensi sistemik ataupun hipertensi segmental
portal. Beberapa penyebab dari hipertensi portaltermasuk prehepatic thrombosis,
penyakit hati, dan penyakit postsinusoidal. Hepatitis B dan C serta penyakit
alkoholic liver adalah penyakit yang paling sering menimbulkan penyakit
hipertensi portal intrahepatic di Amerika Serikat. (Jutabha, R., et al. 2003)
H. Pengaruh Obat NSAIDs
Penggunaan NSAIDsmerupakan penyebab umum terjadi tukak gaster.
Penggunaan obat ini dapat mengganggu proses peresapan mukosa, proses
penghancuran mukosa, dan dapat menyebabkan cedera. Sebanyak 30% orang
dewasa yang menggunakan NSAIDs mempunyai GI yang kurang baik. Faktor
yang menyebabkan peningkatan penyakit tukak gaster dari penggunaan NSAIDs
adalah usia, jenis kelamin, pengambilan dosis yang tinggi atau kombinasi dari
NSAIDs, penggunaan NSAIDs dalam jangka waktu yang lama, penggunaan
disertai antikoagulan, dan severe comorbid illness. (Anand, B.S., 2011B.S.
Anand, 2011)
Sebuah studi prospektif jangka panjang didapatkan pasien dengan arthritis
dengan usia diatas 65 tahun, yang secara teratur menggunakan aspirinpada
dosis rendah beresiko menderita dyspepsia apabila berhenti menggunakan
NSAIDs. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan NSAIDs harus dikurangi.
(Anand, B.S., 2011)
Walaupun prevalensi penggunaan NSAIDs pada anak tidak diketahui,
tetapi sudah tampak adanya peningkatan, terutama pada anak dengan arthritis

kronik yang dirawat dengan NSAIDs. Laporan menunjukkan terjadinya ulserasi


pada penggunaan ibuprofen dosis rendah, walau hanya 1 atau 2 dosis. (Anand,
B.S., 2011)
Penggunaan kortikosteroid saja tidak meningkatkan terjadinya tukak
gaster, tetapi penggunaan bersama NSAIDs mempunyai potensi untuk
menimbulkan tukak gaster. (Anand, B.S., 2011) Resiko perdarahan saluran cerna
bahagian atas dapat terjadi dengan penggunaan spironolactone diuretic atau
serotonin reuptake inhibitor. (Anand, B.S., 2011)
I. Faktor Resiko
The American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE)
mengelompokkan pasien dengan perdarahan saluran cerna bahagian atas
berdasarkan usia dan kaitan antara kelompok usia dengan resiko kematian. ASGE
menemukan angka mortalitas untuk 3.3% pada pasien usia 21-31 tahun, untuk
10.1% pada pasien berusia 41-50 tahun, dan untuk 14.4% untuk pasien berusia 71-80
tahun. (Caestecker, J.d., 2011)
Menurut organisasi tersebut, ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan
kematian, perdarahan berulang, kebutuhan akan endoskopi hemostasis ataupun
operasi, yaitu: usia lebih dari 60 tahun, comorbidity berat, perdarahan aktif
(contoh, hematemesis, darah merah per nasogastric tube, darah segar per rectum),
hipotensi, dan coagulopathy berat Pasien dengan hemorrhagic shock memiliki
angka kematian yang mencapai 30 %. (Caestecker, J.d., 2011)
J. Gejala Klinis
Gejala klinis perdarahan saluran cerna:
Ada 3 gejala khas, yaitu:
1. Hematemesis
Muntah darah dan mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna atas,
yang berwarna coklat merah atau coffee ground. (Porter, R.S., et al., 2008)
2. Hematochezia
Keluarnya darah dari rectum yang diakibatkan perdarahan saluran cerna
bahagian bawah, tetapi dapat juga dikarenakan perdarahan saluran cerna bahagian
atas yang sudah berat. (Porter, R.S., et al., 2008)
3. Melena
Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran bercampur
asam lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran cerna bahagian atas,
atau perdarahan daripada usus-usus ataupun colon bahagian kanan dapat juga
menjadi sumber lainnya. (Porter, R.S., et al., 2008) Disertai gejala anemia, yaitu:
pusing, syncope, angina atau dyspnea. (Laine, L., 2008)
Studi meta-analysismendokumentasikan insidensi dari gejala klinis UGIB akut
sebagai berikut: Hematemesis- 40-50%, Melena- 70-80%, Hematochezia- 15-20%,
Hematochezia disertai melena- 90-98%, Syncope- 14.4%, Presyncope- 43.2%,
Dyspepsia- 18%, Nyeri epigastric- 41%, Heartburn- 21%, Diffusenyeri abdominal-

10%, Dysphagia- 5%, Berat badan turun - 12%, dan Jaundice - 5.2% (Caestecker,
J.d., 2011)
K. Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan inspeksi muntahan pasien atau
pemasangan selang nasogastric(NGT, nasogastric tube) dan deteksi darah yang jelas
terlihat; cairan bercampur darah, atau ampas kopi Namun, aspirat perdarahan
telah berhenti, intermiten, atau tidak dapat dideteksi akibat spasme pilorik.
(Dubey S., 2008) Pada semua pasien dengan perdarahan saluran gastrointestinal
(GIT) perlu dimasukkan pipa nasogastrik dengan melakukan aspirasi isi lambung.
Hal ini terutama penting apabila perdarahan tidak jelas.
Tujuan dari tindakan ini adalah:
1. Menentukan tempat perdarahan.
2. Memperkirakan jumlah perdarahan dan apakah perdarahan telah berhenti.
(Soeprapto, P., et al., 2010).
Angiography dapat digunakan untuk mendiagnosa dan menatalaksana
perdarahan berat, khususnya ketika penyebab perdarahan tidak dapat ditentukan
dengan menggunakan endoskopi atas maupun bawah. (Savides, T.J., et al., 2010)
Conventional radiographic imaging biasanya tidak terlalu dibutuhkan pada pasien
dengan perdarahan saluran cerna tetapi adakalanya dapat memberikan beberapa
informasi penting. Misalnya pada CT scan; CT Scan dapat mengidentifikasi
adanya lesi massa, seperti tumor intra-abdominal ataupun abnormalitas pada usus
yang mungkin dapat menjadi sumber perdarahan. (Savides, T.J., et al., 2010)
L. Tata Laksana
Mempertahankan saluran nafas paten dan restorasi volume intravascular
adalah tujuan tata laksana awal. Infus kristaloid awal, sampai 30 mL/kg, dapat diikuti
transfusi darah O-negatif atau yang crossmatchedjika diperlukan. Pasien dengan
perdarahan
aktif
memerlukan
konsultasi
emergensi
untuk
esofagogastroduodenoskopi (EGD). Pasien tanpa perdarahan aktif dapat dipantau,
diobservasi, dan mungkin dijadwalkan untuk EGD. Intervensi selama EGD
meliputi injeksi epinefrin submukosa, skleroterapi, dan ligasepita. Jika tindakan ini
gagal menghentikan perdarahan, angiografi dengan embolisasi atau pembedahan
mungkin diperlukan. Untuk pasien yang diduga mengalami perdarahan varises,
tata laksana medis dapat diberikan sambil menunggu tindakan definitif.
Oktreotiddapat digunakan untuk menurunkan tekanan vena porta, dan pipa
Sengstaken-Blakmore dapat dipasang sebagai tindakan sementara untuk bertahan.
(Dubey S., 2008)
M. Endoskopi
a. Definisi Endoskopi
Endoskopi adalah suatu alat untuk melihat ke bagian dalam tubuh dengan
menggunakan suatu selang fiberoptik yang disesuaikan dengan sistem kerja
lapangan pandang manusia sehingga memungkinkan kita untuk melakukan
pemeriksaan pada organ-organ bagian dalam tubuh manusia.(Wong, L.M., et al.,
2008)

b. Prinsip Dasar Endoskopi


Prinsip Kerja Endoskopi Fleksibel meliputi:
1. Control Head.
2. Flexible Shaftyang dilengkapi dengan manoeverable tip.
3. Head sendiri yang dihubungkan dengan sumber cahaya via umbilical corddan
melalui saluran yang lain akan mengalirkan udara/ air, suction dan
sebagainya saluran suction juga bisa dipakai untuk memasukkan alat
diagnostik seperti forsep biopsy dan alat- alat perlengkapan terapetik yang lain.
(Putra, D.S., 2009)
c. Indikasi
Indikasi endoskopi, yaitu: perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA),
dyspepsia, disfagia, odinofagia, nyeri epigastrium kronis, kecurigaan obsruksi
outlet, survey endoskopi, curiga keganasan, dan nyeri dada tidak khas
(Putra, D.S., 2009)
d. Kontra Indikasi Absolut
Kontra indikasi endoskopi, yaitu: tidak kooperatif, psikopat, alergi obat
premedikasi, syok, infark miokardakut, respiratori distress, dan perdarahan masif
(Putra, D.S., 2009)
e. Kontra Indikasi Relatif
Kontra indikasi relatif, yaitu: kelainan kolumna vertebralis, gagal jantung,
sesak nafas, gangguan kesadaran, infeksi akut, aneurisma aorta torakalis, tumor
mediastinum, stenosis esofagus, gastritis korosif akut, dan gastritis
flegmonosis (Putra, D.S., 2009)

f. Gambaran Endoskopi
Peptic Ulcer

Gambar 2.1. Gambaran endoskopi pada pasien gastric ulcer akibat penggunaan
NSAIDs dan test H.Pylori negatif (Vakil, N., 2010)

Gambar 2.2. Gambaran endoskopi pada pasien duodenal ulcer dengan test H.Pylori
positif tetapi tidak ada riwayat penggunaan NSAIDs (Vakil, N., 2010)

b. Mallory-Weiss Tear

Gambar 2.3. Gambaran endoskopi pada pasien Mallory-Weiss Tear (Savides, T.J., et
al., 2010)
c. Gastroesophageal varices

Gambar 2.4. Gambaran endoskopi dari esophageal varices (Shah, V.H., et al., 2010)

Gambar 2.5. Gambaran endoskopi dari gastric varices dan esophageal variceal
ligation-related ulcers (Shah, V.H., et al., 2010)

Faktor risiko perdarahan saluran cerna bagian atas


Terdapat beberapa faktor risiko yang dianggap berperan dalam patogenesis
perdarahan SCBA.Faktor risiko yang telah di ketahui adalah usia, jenis kelamin, penggunaan
OAINS, penggunaan obat antiplatelet, merokok, mengkonsumsi alkohol, riwayat ulkus,
diabetes mellitus dan infeksi bakteri Helicobacter pylori.
1. Usia
Perdarahan SCBA sering terjadi pada orang dewasa dan risiko meningkat
pada usia >60 tahun. Penelitian pada tahun 2001-2005 dengan studi retrospektif di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo terhadap 837 pasien yang memenuhi kriteria
perdarahan SCBA menunjukkan rata-rata usia pasien laki-laki adalah 52,7
15,82 tahun dan rata-rata usia pasien wanita adalah 54,46 17,6.
Usia 70 tahun dianggap sebagai faktor risiko karena terjadi peningkatan
frekuensi pemakaian OAINS dan interaksi penyakit komorbid yang menyebabkan
terjadinya berbagai macam komplikasi.
2. Jenis kelamin
Kasus perdarahan SCBA lebih sering dialami oleh laki-laki. Penelitian di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 51,4% yang mengalami perdarahan
SCBA berjenis kelamin laki-laki. Dari penelitian yang sudah dilakukan mayoritas
menggunakan pendekatan epidemiologi dan belum ada penelitian yang secara
spesifik menjelaskan hubungan perdarahan SCBA dengan jenis kelamin.
3. Penggunaan obat antiinflamasi non steroid (OAINS)
Peningkatan risiko komplikasi ulkus (rawat inap, operasi, kematian) terjadi
pada orang tua yang mengkonsumsi OAINS. Studi cross sectional terhadap individu
yang mengkonsumsi OAINS pada dosis maksimal dalam jangka waktu lama 35%
hasil endoskopi adalah normal, 50% menunjukkan adanya erosi atau petechiae,

dan 5%-30% menunjukkan adanya ulkus. Jenis-jenis OAINS yang sering


dikonsumsi adalah ibuprofen, naproxen, indomethacin, piroxicam, asam
mefenamat, diklofenak.
4. Penggunaan obat-obat antiplatelet
Penggunaan aspirin dosis rendah (75 mg per hari) dapat menyebabkan faktor
perdarahan naik menjadi dua kali lipat, bahkan dosis subterapi 10mg per hari masih
dapat menghambat siklooksigenase. Aspirin dapat menyebabkan ulkus lambung,
ulkus duodenum, komplikasi perdarahan dan perforasi pada perut dan lambung.
Obat antiplatelet seperti clopidogrel berisiko tinggi apabila dikonsumsi oleh pasien
dengan komplikasi saluran cerna.
5. Merokok
Dari hasil penelitian menunjukkan merokok meningkatkan risiko
terjadinya ulkus duodenum, ulkus gaster maupun keduanya. Merokok
menghambat proses penyembuhan ulkus, memicu kekambuhan, dan
meningkatkan risiko komplikasi.
6. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol konsentrasi tinggi dapat merusak pertahanan
mukosa lambung terhadap ion hidrogen dan menyebabkan lesi akut mukosa
gaster yang ditandai dengan perdarahan pada mukosa.
7. Riwayat Gastritis
Riwayat Gastritis memiliki dampak besar terhadap terjadinya ulkus. Pada
kelompok ini diprediksi risiko terjadi bukan karena sekresi asam tetapi oleh
adanya gangguan dalam mekanisme pertahanan mukosa dan proses penyembuhan.
8. Diabetes mellitus (DM)
Beberapa penelitian menyatakan bahwa DM merupakan penyakit
komorbid yang sering ditemui dan menjadi faktor risiko untuk terjadinya perdarahan.
Namun, belum ada penelitian yang menjelaskan mekanisme pasti yang terjadi pada
perdarahan SCBA yang disebabkan oleh diabetes mellitus.
9. Infeksi bakteri Helicobacter pylori
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk spiral yang
hidup dibagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Beberapa
penelitian di Amerika Serikat menunjukkan tingkat infeksi H.pylori <75% pada
pasien ulkus duodenum. Dari hasil penelitian di New York 61% dari ulkus
duodenum dan 63% dari ulkus gaster disebabkan oleh infeksi H.pylori.
10. Chronic Kidney Disease
Patogenesis perdarahan saluran cerna pada chronic kidney disease masih
belum jelas, diduga faktor yang berperan antara lain efek uremia terhadap
mukosa saluran cerna, disfungsi trombosit akibat uremia, hipergastrinemia,
penggunaan antiplatelet dan antikoagulan, serta heparinisasi pada saat dialysis
11. Hipertensi

Hipertensi menyebabkan disfungsi endotel sehingga mudah terkena jejas.


Selain itu hipertensi memperparah artherosklerosis karena plak mudah melekat
sehingga pada penderita hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi obat-obat
antiplatelet.
12. Chronic Heart Failure
Penelitian yang ada mengatakan bahwa chronic heart failure dapat
meningkatkan faktor risiko perdarahan SCBA sebanyak 2 kali lipat.

Patogenesis perdarahan SCBA


Lumen gaster memiliki pH yang asam. Kondisi ini berkontribusi dalam proses
pencernaan tetapi juga berpotensi merusak mukosa gaster. Beberapa mekanisme telah
terlibat untuk melindungi mukosa gaster. Musin yang disekresi sel-sel foveola gastrica
membentuk suatu lapisan tipis yang mencegah partikel makanan besar menempel secara
langsung pada lapisan epitel. Lapisan mukosa juga mendasari pembentukan lapisan
musin stabil pada permukaan epitel yang melindungi mukosa dari paparan langsung asam
lambung, selain itu memiliki pH netral sebagai hasil sekresi ion bikarbonat sel-sel epitel
permukaan. Suplai vaskular ke mukosa gaster selain mengantarkan oksigen, bikarbonat,
dan nutrisi juga berfungsi untuk melunturkan asam yang berdifusi ke lamina propia. Gastritis
akut atau kronik dapat terjadi dengan adanya dekstruksi mekanisme-mekanisme protektif
tersebut.

Gambar 1. Patogenesis Perdarahan Saluran Cerna bagian Atas.


Dikutip dari Turner J.R

Pada orang yang sudah lanjut usia pembentukan musin berkurang


sehingga rentan terkena gastritis dan perdarahan saluran cerna. OAINS dan obat
antiplatelet dapat mempengaruhi proteksi sel (sitoproteksi) yang umumnya
dibentuk oleh prostaglandin atau mengurangi sekresi bikarbonat yang
menyebabkan meningkatnya perlukaan mukosa gaster. Infeksi Helicobacter pylori

yang predominan di antrum akan meningkatkan sekresi asam lambung dengan


konsekuensi terjadinya tukak duodenum. Inflamasi pada antrum akan
menstimulasi sekresi gastrin yang merangsang sel parietal untuk meningkatkan
sekresi lambung. Perlukaan sel secara langsung juga dapat disebabkan konsumsi
alkohol yang berlebih. Alkohol merangsang sekresi asam dan isi minuman
berakohol selain alkohol juga merangsang sekresi asam sehingga menyebabkan
perlukaan mukosa saluran cerna. Penggunaan zat-zat penghambat mitosis pada terapi
radiasi dan kemoterapi menyebabkan kerusakan mukosa menyeluruh karena
hilangnya kemampuan regenerasi sel. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit komorbid pada perdarahan
SCBA dan menjadi faktor risiko perdarahan SCBA. Pada pasien DM terjadi
perubahan mikrovaskuler salah satunya adalah penurunan prostasiklin yang
berfungsi mempertahankan mukosa lambung sehingga mudah terjadi perdarahan.
Gastritis kronik dapat berlanjut menjadi ulkus peptikum. Merokok merupakan salah
satu faktor penyebab terjadinya ulkus peptikum. Merokok memicu kekambuhan,
menghambat proses penyembuhan dan respon terapi sehingga memperparah
komplikasi ulkus kearah perforasi

Anda mungkin juga menyukai