Definisi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi di
sebelah proksimal ligamentum Treitz pada duodenum distal. Sebagian besar perdarahan
saluran cerna bagian atas terjadi sebagai akibat penyakit ulkus peptikum (PUD, peptic ulcer
disease) (yang disebabkan oleh H. Pylori atau penggunaan obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) atau alkohol) (Dubey, S., 2008)
Gambaran Umum dan Epidemiologi
Perdarahan saluran cerna bagian atas dapat bermanifestasi klinis mulai dari yang seolah
ringan, misalnya perdarahan tersamar sampai pada keadaan yang mengancam hidup.
Hematemesis adalah muntah darah segar (merah segar) atau hematin (hitam seperti kopi)
yang merupakan indikasi adanya perdarahan saluran cerna bagian atas atau proksimal
ligamentum Treitz. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA), terutama dari duodenum
dapat pula bermanifestasi dalam bentuk melena. Hematokezia (darah segar keluar per anum)
biasanya berasal dari perdarahan saluran cerna bagian bawah (kolon). Maroon stools (feses
berwarna merah hati) dapat berasal dari perdarahan kolon bagian proksimal (ileo-caecal).
(Djojoningrat, D., 2006).
Upper gastrointestinal tract bleeding (UGI bleeding) atau lebih dikenal perdarahan
saluran cerna bahagian atas memiliki prevalensi sekitar 75 % hingga 80 % dari seluruh kasus
perdarahan akut saluran cerna. Insidensinya telah menurun, tetapi angka kematian dari
perdarahan akut saluran cerna, masih berkisar 3 % hingga 10 %, dan belum ada perubahan
selam 50 tahun terakhir. Tidak berubahnya angka kematian ini kemungkinan besar
berhubungan dengan bertambahnya usia pasien yang menderita perdarahan saluran cerna
serta dengan meningkatnya kondisi comorbid. Peptic ulcers adalah penyebab terbanyak pada
pasien perdarahan saluran cerna, terhitung sekitar 40 % dari seluruh kasus. Penyebab lainnya
seperti erosi gastric (15 % - 25 % dari kasus), perdarahan varises (5 % - 25 % dari kasus),
dan Mallory-Weiss Tear (5 % - 15 % dari kasus). Penggunaan aspirin ataupun NSAIDs
memiliki prevalensi sekitar 45 % hingga 60 % dari keseluruhan kasus perdarahan akut.
(Alexander, J.A., 2008)
Etiologi
Terdapat perbedaan distribusi penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) di
Indonesia dengan laporan pustaka Barat. Penyebab terbanyak di Indonesia adalah perdarahan
varises karena sirosis hati (65%), sedangkan di negara Eropa dan Amerika adalah perdarahan
1
non variceal karena ulkus peptikum (60%). Penyebab lain yang jarang meliputi, Malory
Weiss tears, duodenitis erosive, ulkus dielafoy (salah satu tipe malformasi vaskuler),
neoplasma, aortoenteric fistula, GAVE (gastric antral vascular ectasia) dan gastropathy
prolapse.
Tabel.1 Penyebab Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Sering (common)
-
Ulkus gaster
Ulkus
Kurang sering
Jarang
(less common)
- Erosi/ gastropati
gaster
esophagus
duodenum
Esofagitis
Varises
Lesi Dielafoy
esophagus
Telangiektasis
Mallory
Gastropati
Weiss tear
-
Ulkus
Duodenitis
erosive
Fistula
Aortoenterik
hipertensi portal
Hemobilia
GAVE
(Gastric
Penyakit
Antral
Vascular
Ectasia)
watermelon
Pankreas
-
Penyakit
Crhons
stomach
-
Varises gaster
Neoplasma
Usia
Perdarahan SCBA sering terjadi pada orang dewasa dan risiko meningkat pada usia >60
tahun. Penelitian pada tahun 2001-2005 dengan studi retrospektif di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo terhadap 837 pasien yang memenuhi kriteria perdarahan SCBA
menunjukkan rata-rata usia pasien laki-laki adalah 52,7 15,82 tahun dan rata-rata usia
pasien wanita adalah 54,46 17,6.26 Usia 70 tahun dianggap sebagai faktor risiko
karena terjadi peningkatan frekuensi pemakaian OAINS dan interaksi penyakit komorbid
yang menyebabkan terjadinya berbagai macam komplikasi.
2
Jenis kelamin
Kasus perdarahan SCBA lebih sering dialami oleh laki-laki. Penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa sekitar 51,4% yang mengalami perdarahan SCBA berjenis kelamin
laki-laki. Dari penelitian yang sudah dilakukan mayoritas menggunakan pendekatan
epidemiologi dan belum ada penelitian yang secara spesifik menjelaskan hubungan
perdarahan SCBA dengan jenis kelamin.
Merokok
Dari hasil penelitian menunjukkan merokok meningkatkan risiko terjadinya ulkus
duodenum, ulkus gaster maupun keduanya. Merokok menghambat proses penyembuhan
ulkus, memicu kekambuhan, dan meningkatkan risiko komplikasi.
Alkohol
Mengkonsumsi alkohol konsentrasi tinggi dapat merusak pertahanan mukosa lambung
terhadap ion hidrogen dan menyebabkan lesi akut mukosa gaster yang ditandai dengan
perdarahan pada mukosa.
Riwayat Gastritis
Riwayat Gastritis memiliki dampak besar terhadap terjadinya ulkus. Pada kelompok ini
diprediksi risiko terjadi bukan karena sekresi asam tetapi oleh adanya gangguan dalam
mekanisme pertahanan mukosa dan proses penyembuhan.
Hipertensi
Hipertensi menyebabkan disfungsi endotel sehingga mudah terkena jejas. Selain itu
hipertensi memperparah artherosklerosis karena plak mudah melekat sehingga pada
penderita hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi obat-obat antiplatelet.
Sirosis Hepatis
25-35% pasien sirosis hati akan mengalami varises esofagus sehingga rentan terhadap
pecahnya varises.
mengantarkan oksigen, bikarbonat, dan nutrisi juga berfungsi untuk melunturkan asam yang
berdifusi ke lamina propia. Gastritis akut atau kronik dapat terjadi dengan adanya dekstruksi
mekanisme-mekanisme protektif tersebut.
Pada orang yang sudah lanjut usia pembentukan musin berkurang sehingga rentan
terkena gastritis dan perdarahan saluran cerna. OAINS dan obat antiplatelet dapat
mempengaruhi proteksi sel (sitoproteksi) yang umumnya dibentuk oleh prostaglandin atau
mengurangi sekresi bikarbonat yang menyebabkan meningkatnya perlukaan mukosa gaster.
Infeksi Helicobacter pylori yang predominan di antrum akan meningkatkan sekresi asam
lambung dengan konsekuensi terjadinya tukak duodenum. Inflamasi pada antrum akan
menstimulasi sekresi gastrin yang merangsang sel parietal untuk meningkatkan sekresi
lambung. Perlukaan sel secara langsung juga dapat disebabkan konsumsi alkohol yang
berlebih. Alkohol merangsang sekresi asam dan isi minuman berakohol selain alkohol juga
merangsang sekresi asam sehingga menyebabkan perlukaan mukosa saluran cerna.
Penggunaan zat-zat penghambat mitosis pada terapi radiasi dan kemoterapi menyebabkan
kerusakan mukosa menyeluruh karena hilangnya kemampuan regenerasi sel. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit komorbid
pada perdarahan SCBA dan menjadi faktor risiko perdarahan SCBA. Pada pasien DM terjadi
perubahan mikrovaskuler salah satunya adalah penurunan prostasiklin yang berfungsi
mempertahankan mukosa lambung sehingga mudah terjadi perdarahan.
Gastritis kronik dapat berlanjut menjadi ulkus peptikum. Merokok merupakan salah
satu faktor penyebab terjadinya ulkus peptikum. Merokok memicu kekambuhan,
5
Diagnosis perdarahan SCBA dibuat berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, inspeksi
dengan pemasangan nasogastric tube (NGT), pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
endoskopi, radionuclide scanning, radiografi barium kontras.
Anamnesis
Dalam anamnesis yang perlu ditekankan adalah waktu terjadinya perdarahan, perkiraan
darah yang keluar, riwayat perdarahan sebelumnya, riwayat perdarahan dalam keluarga,
ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain, penggunaan obat-obatan terutama anti
inflamasi non steroid, penggunaan obat antiplatelet, kebiasaan minum alkohol,
kemungkinan adanya penyakit hati kronik, diabetes mellitus, demam tifoid, gagal ginjal,
hipertensi dan riwayat transfusi sebelumnya.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tekanan darah sederhana dapat memperkirakan seberapa banyak pasien
kehilangan darah. Kenaikan nadi >20 kali permenit dan tekanan sistolik turun >10
mmHg menandakan telah banyak kehilangan darah.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium penunjang awal ditujukan untuk menilai kadar hemoglobin,
fungsi hemostasis, fungsi hati dan kimia dasar yang berhubungan dengan status
haemodinamik. Pemeriksaan kadar haemoglobin dan hematokrit dilakukan secara serial
(setiap 6-8 jam) agar dapat dilakukan antisipasi transfusi secara lebih tepat serta untuk
memantau lajunya proses perdarahan.
Endoskopi diagnostik
Endoskopi merupakan pemeriksaan pilihan utama untuk diagnosis, dengan akurasi
diagnosis > 90%. Waktu yang paling tepat untuk pemeriksaan endoskopi tergantung pada
derajat berat dan dugaan sumber perdarahan. Dalam 24 jam pertama pemeriksaan
7
Aktivitas perdarahan
Perdarahan aktif
Kriteria endoskopi
Perdarahan arteri menyembur
Forest Ib
Forest II
Perdarahan akif
Perdarahan berhenti dan masih
Perdarahan merembes
Gumpalan darah pada dasar
tukak atau terlihat
pembuluh darah
Lesi tanpa tanda sisa
perdarahan
Radionuclide Scanning
Labeling sel darah merah pasien dengan menggunakan zat radioaktif yang kemudian
dimasukkan lagi dalam sistem sirkulasi pasien dapat menentukan lokasi sumber
perdarahan walaupun laju perdarahan relative sedikit (0,1 mililiter/menit), tapi kurang
spesifik untuk menentukan tempat perdarahan dibandingkan tehnik angiografi.
Arteriografi selektif
Arteriografi selektif melalui aksis seliak, arteri mesenterika superior, arteri mesenterika
inferior dan cabangnya dapat digunakan untuk diagnosis, sekaligus dapat untuk
terapeutik. Pemeriksaan ini membutuhkan laju perdarahan minimal 0,5-1,0 mililiter
permenit.
8
Resusitasi
Bila sudah dalam keadaan hemodinamik tidak stabil atau dalam keadaan renjatan, maka
proses resusitasi cairan (cairan kristaloid atau koloid) harus segera dimulai tanpa
menunggu data pendukung lainnya. Pilihan akses, jenis cairan resusitasi, kebutuhan
transfuse darah, tergantung derajat perdarahan dan kondisi klinis pasien. Cairan
kristaloid dengan akses perifer dapat diberikan pada perdarahan ringan sampai sedang
tanpa gangguan hemodinamik. Cairan koloid diberikan jika terjadi perdarahan yang
berat sebelum transfuse darah bisa diberikan. Pada keadaan syok dan perlu monitoring
ketat pemberian cairan, diperlukan akses sentral. Target resusitasi adalah hemodinamik
stabil, produksi urin cukup (>30 cc/jam), tekanan vena sentral 5-10 cm H2O, kadar Hb
tercapai (8-10 gr%).
Non-endoskopis
Salah satu usaha menghentikan perdarahan yang sudah lama dilakukan adalah kumbah
lambung lewat pipa nasogastrik dengan air suhu kamar. Prosedur ini diharapakan
mengurangi distensi lambung dan memperbaiki proses homeostastik, namun demikian
manfaatnya dalam menghentikan perdarahan tidak terbukti.
Pemberian vitamin K pada pasien dengan penyakit hati kronis yang mengalami
SCBA diperbolehkan, dengan pertimbangan pemberian tersebut tidak merugikan dan
relative murah.
Vasopresin dapat menghentikan perdarahan SCBA lewat efek vasokonstriksi
pembuluh darah splanknik, menyebabkan aliran darah dan tekanan vena porta menurun.
Terdapat dua bentuk sediaan, yakni pitresin yang mengandung vasopressin murni dan
preparat pituitary gland yang mengandung vasopressin dan oxcytocin. Pemberian
vasopressin dilakukan dengan mengencerkan sediaan vasopressin 50 unit dalam 100ml
dekstrosa 5%, diberikan 0,5-1 mg/menit/iv selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 36 jam, atau setelah pemberian pertama dilanjutkan perinfus 0,1-0,5 U/menit. Vasopressin
dapat menimbulkan efek samping serius berupa insufisiensi koroner mendadak, oleh
karena itu pemberiaanya disarankan bersama preparat nitrat, misalnya nitrogliserin
9
10
Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung dan belum
bias ditentukan asal perdarahan atau apabila terapi endoskopi dinilai gagal dan
pembedahan sangat beresiko. Tindakan hemostasis yang bias dilakukan dengan
penyuntikan vasopressin atau embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada kontraindkasi dan
fasilitas dimungkinkan, pada perdarahan varises dapat dipertimbangkan TIPS
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.
2011.
Perdarahan
Saluran
Cerna
Atas.
http://www.repository.usu.ac.id/bitsteam/123456789/31735/4/chapter%20II.pdf
(diakses 21 agustus 2015)
Ika
Prasanti,
Damayanti.
Perdarahan
Saluran
Cerna
Bagian
Atas.
http://www.eprints.undip.ac.id/
.Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdf (diakses 21 agustus 2015)
Mc Phee, Stephen & Ganong, William. 2010. Patofisiologi Penyakit. Edisi V. EGC: Jakarta
Sudoyo, aru dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Hal.447-452. Edisi V. Jilid 1. Interna
publishing: Jakarta
Tjokroprawiro, askandar. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Airlangga university press: Surabaya
13