Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TOKSIKOLOGI

Toksisitas Sitostatika
Dosen : Tahoma Siregar, S.Si., M.Si., Apt.

Disusun Oleh :
Dian Venna Maretta

(13334726)

Tirta Herti Rahmana Putri

(12334759)

Muhammad Iqbal Ramadhan

(11334733)

Wilutami Rahayu Tyas Suci

(11334750)

Pratiwi Yulia Triapsari

(12334747)

Cici Purnama Samosir

(12334757)

Hana Pramidita Dwiningtyas

(12334752)

Nyoman Maniri Rahayunita

(12334763)

Aris Munandar

(14334722)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
Toksisitas Sitostatik

|1

2014
TUGAS TOKSIKOLOGI
Toksisitas Sitostatiska
Dosen : Tahoma Siregar, S.Si., M.Si., Apt.
Abstrak
Kanker adalah penyakit berat yang dapat menyerang banyak bagian-bagian tubuh.
Kanker dimulai dari beberapa sel yang tumbuh sangat cepat dengan cara yang tidak normal
dan menyebabkan timbulnya benjolan (tumor). Kadangkadang, tumor bisa hilang tanpa
diobati. Tetapi seringkali tumor membesar dan menyebar hingga menimbulkan masalah di
beberapa bagian tubuh. Inilah yang disebut kanker. Kebanyakan tumor tidak menjadi kanker,
tetapi sebagian tumbuh menjadi kanker.
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker.
Walaupun obat ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa,
kebanyakan obat tidak selektif. Obat sitostatik didesain untuk mengakibatkan kerusakan yang
lebih besar pada sel kanker dari pada sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang
mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali dan
cepat adalah ciri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah besar, dan
beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum tulang dan garis sepanjang
mulut dan usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek
samping.
Obat untuk kanker merupakan obat yang paling toksik. Nusea (mual) dan vomiting
(muntah) merupakan efek samping penting yang dapat diatasi dengan menggunakan obat
yang mempunyai efektifitas mengatasi efek samping dari obat sitostatik. Efek samping yang
juga merupakan efek toksik tergantung pada dosis, kombinasi kemoterapi menghasilkan
potensi toksik yang lebih besar dibandingkan terhadap obat tunggal.
Penggunaan obat sitostatik perlu perhatian dan pertimbangan khusus tentang
kemungkinan keuntungan dan kerugian atau bahaya dalam penggunaan obat antineoplastik
ini. Obat ini dapat menurunkan kemampuan tubuh mempertahankan diri dari serangan infeksi
dengan tanda-tanda seperti fibris, menggigil, radang tenggorokan, lebah atau perdarahan yang
tidak umum, nafas pendek, rasa sakit atau panas sewaktu urinasi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------Toksisitas Sitostatik

|2

I. PENDAHULUAN
Sitostatika
benjolan, lysis

berasal dari bahasa Yunani (kytos :


(melarutkan).

sel), stasis (terhenti) ongkos :

Sitostatika dalah zat-zat yang dapat menghentikan

pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas. Prinsipnya adalah penggunaan obat-obatan untuk
merusak langsung DNA (dan RNA) sel. Senyawa ini mematikan sel-sel dengan menstimulir
apoptosis. Mekanisme efek terapeutik obat-obat ini adalah mencari memanfaatkan perbedaan
antara sel normal dan sel kanker, khusus diarahkan pada gen dari sel kanker tersebut.
Toksisitasnya terhadap sel normal yang berkembang pesat seperti sum-sum tulang, mukosa
saluran cerna, sel rambut dll, dapat dikurangi dengan memberikan faktor pertumbuhan spt GCSF (granulocyte colonystimulating factor).
Obat untuk kanker merupakan obat yang paling toksik. Nusea (mual) dan vomiting
(muntah) merupakan efek samping penting yang dapat diatasi dengan menggunakan
antiemetik. Emetogenitas tergantung pada dosis, kombinasi kemoterapi menghasilkan potensi
emetogenik yang lebih besar dibandingkan terhadap obat tunggal.
Penggunaan obat sitostatik perlu perhatian dan pertimbangan khusus tentang
kemungkinan keuntungan dan kerugian atau bahaya dalam penggunaan obat antineoplastik
ini. Obat ini dapat menurunkan kemampuan tubuh mempertahankan diri dari serangan infeksi
dengan tanda-tanda seperti fibris, menggigil, radang tenggorokan, lebah atau perdarahan yang
tidak umum, nafas pendek, rasa sakit atau panas sewaktu urinasi.
Nausea, vomiting, atau rambut rontok dapat terjadi karena menggunakan obat ini.
Keparahan efek tergantung pada individu, dosis, dan obat lainyang mungkin digunakan
bersama-sama. Obat sitistatik ini dapat mengakibatkan sterilisasi secara sementara atau
permanen pada pria dan wanita. Dapat menyebabkan cacat lahir bila seorang ayah
menggunakan obat pada waktu terjadinya konsepsi atau seorang ibu saat kehamilan dan
menyusui. Efek samping pada umumnya berupa gejala-gejala akibat penghambatan sel
normal yang tumbuh pesat, yaitu :
a.

Myelosupresi
Penekanan sumsum tulang dengan efek gangguan darah (anemia, trombocytopenia,
agranulocytosis, leukopenia). Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sebelum
kemoterapi dimulai dan pada waktu tertentu selama kemoterapi dilaksanakan.
Penanganan : transfusi darah (anemia) transfusi plat darah (trombositopenia)

Toksisitas Sitostatik

|3

b.

Mucositis
Perusakan mukosa mulut (luka, stomatitis) dan lambung usus (mual, muntah, diare)
penanganan : dengan antiemetika spt; metoklopropamid, domperidon.

c.

Nefrotoksis
Kerusakan ginjal karena pengendapan asam urat. Dalam pemusnahan sel tumor, terlepas
zat purin dan pirimidin yang dirombak menjadi asam urat. Penanganan: alopurinol untuk
mencegah terbentuknya asam urat, natrium bikarbonat : membuat kemih alkalis, minum
banyak air. Obat sitostatika yang menyebabkan nefrotoksis : metotreksat, ifosfamida.

d.

Gonadotoksis
Yaitu mengurangi mengurangi sel kelenjar kelamin dengan efek hilangnya libido,
kemandulan permanen pd pria. Obat sitostatika yang menyebabkan toksisitas : zat-zat
alkilasi.

e.

Alopesia
Sitostatika mempunyai efek pada kulit. Hal ini terjadi sebagai akibat atropi pada akar
rambut, sehingga rambut banyak yang rontok.

f.

Infeksi
Merupakan anacaman yang selalu dihadapi pasien. Selesma atau influenza pada pasien
neutropenia dapat berakhir pada syok septik dalam beberapa jam. Kulit dan selaput
lendir yang utuh merupakan benteng utama dari tubuh, oleh karena itu, integritasnya
harus dipertahankan.

II. PEMBAHASAN
Obat sitostatik banyak macamnya, dan penggunaannya tidak sama untuk satu kanker
dengan kanker lainnya. Masing-masing jenis kanker sudah memiliki pedoman obat
kemoterapi mana yang harus diberikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan secara
Internasional. Efek toksik dari obat sitostatik tiap individu berbeda-beda, hal ini dipengaruhi
oleh :

Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh tertentu.
Dosis.
Jadwal pemberian.
Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ
tertentu.

Toksisitas Sitostatik

|4

Contoh Beberapa Golongan Sitostatik Yang Menyebabkan Toksisitas :


1) Alkylating Agent : obat yang aktif membunuh sel yang sedang membelah. Membentuk
spesies molekuler reaktif yang mengalkilasi kelompok nukleofilik pada basa DNA,
terutama posisi N-7 pada guanine menyebabkan

cross-linking base, pairing base

abnormal, pecahnya strand DNA. Resistensi terjadi akibat peningkatan DNA repair,
penurunan permeabilitas obat, pembentukan senyawa trapping.
a. Cyclophosphamide
Aktivasi oleh sitokrom P-450 hepatik acrolein
Lymphoma non-Hodgkin, Ca mamma, Ca. ovarium, neuroblastoma
ES : gangguan GIT, mielosupresi, alopecia, disfungsi jantung, toksisitas
pulmoner, sindroma gangguan sekresi ADH
Acroleina haemorrhagic cystitis dapat dikurangi dengan hidrasi dan pemberian
mercaptoethanesulfonate (mesna)
Penanganan : Hidrasi, mencegah terjadinya cystitisyang dapat berkembang
menjadi perdarahan. Mesna (2- mercaptorthanesulfonate, Mencegah urotoksisitas
akibat regimen dosis tinggi. acetylcysteine (mucomyst), Mempunyai aktivitas
antidotal dengan mengirigasi kandung kemih.
b. Mecloretamine
Konversi spontan a senyawa sitotoksik reaktif
Regimen MOPP a limfoma Hodgkin

ES : gangguan GIT, mielosupresi, alopecia


c. Carmustine (Bcnu) Dan Lomustine (Ccnu)
Nitrosureas yang sangat lipofilik a dapat masuk SSP
Obat tambahan untuk tumor otak
ES : gangguan GIT, mielosupresi, gangguan SSP
d. Cisplatin Dan Carboplatin
Pemberian per i.v, ekskresi dalam bentuk asal melalui ginjal
Campuran obat untuk Ca testis, kandung kemih, paru, dan ovarium
ES : gangguan GIT, hematotoksik ringan, neurotoksik (neuritis perifer, kerusakan
saraf akustik), nefrotoksik dapat diturunkan dengan hidrasi dan pemberian
manitol
Carboplatin kurang bersifat neurotoksik tapi efek mielosupresi lebih besar
Seotonin 5HT3-antagonis, butyprophenon (droperidol), metoklopramide,
glukokortikoid dosis tinggi atau kombinasi, Untuk mengatasi toksisitas mual &
muntah.
Furosemid & manitol dapat mengurangi Nephrotoksis Palatinum & sebagai
diuretik
e. Procarbazine
Senyawa reaktif yang membentuk hydrogen peroksida menjadi radikal bebas
yang menyebabkan scission DNA strand
Toksisitas Sitostatik

|5

Aktif per oral, dapat mencapai cairan serebrospinal, eliminasi via metabolisme
hepatic
Komponen regimen MOPP utk Hodgkins disease
ES : gangguan GIT, mielosupresi, gangguan SSP, neuropati perifer, reaksi kulit,
disulfiram-like reaction (dgn ethanol)
Menghambat berbagai enzim MAO, enzim untuk metabolisme obat di hepar
f. Busulfan
Leukemia myelogeous kronis

ES : insufisiensi adrenal, fibrosis pulmoner, pigmentasi kulit


g. Dacarbazine
Regimen ABVD untuk terapi Hodgkins disease
ES : alopecia, skin rash, gangguan GIT, mielosupresi, fototoksik, flu-like
syndrom
2) Antimetabolit : mempunyai efek imunosupresan yang membunuh sel pada fase
pembelahan S siklus sel.
a. Methotrexate
Substrat dan inhibitor dihydrofolate reductase menyebabkan penurunan sintesa
timidin, nukleotida purin, asam amino sehingga mengganggu metabolisme asam
nukleat dan protein
Derivat poliglutamat methotrexate berperan penting pada efek sitotoksik
Resistensi : penurunan akumulasi obat, perubahan sensitivitas obat, penurunan
aktivitas DHFR, penurunan pembentukan poliglutamat
Pemberian po/iv, tidak dapat masuk SSP, tidak dimetabolisme, ekskresi via renal
yaitu dengan hidrasi yang adekuat
Digunakan untuk : chorioCa, leukemia akut, limfoma non-Hodgkin, cutaneus Tcell Ca, Ca. mamma, rheumatoid arthritis, psoriasis, abortifacient
ES : supresi sumsum tulang, mucositis GIT, jangka panjang menyebabkan
hepatotoksik, infiltrate paru dan fibrosis
Antidotum : Leucovorin (folinic acid) dapat menurunkan efek toksik
methotrexate pada sel normal Leucovorin rescue. Dan diuretik agar Methotrexate
dieksresikan utuh lewat urin dengan suasana alkalis
90% Methotrexate, dieksresikan utuh lewat urin dengan suasana alkalis
Ca. Leucovorin (Faktor citrovorum) adalah antidot bila terjadi over dosisi.
Diberikan secara IM/IV dengan dosis equivalen Methrotrexate ad 75 mg/ 6 jam
untuk 4 dosis. Penundaan pemberian antidot lebih dari 36 jam, menurunkan
kemungkunan pasien terselamatkan.
b. Mercaptopurine (6-Mp) Dan Thioguanine
Antimetabolit purin akan diaktivasi oleh HGPRTase

sehingga menyebabkan

nukleosida toksik
Toksisitas Sitostatik

|6

Resistensi : penurunan aktivitas HGPRTase, peningkatan produksi alkaline

c.

phosphatase akan menginaktivasi nukleotida toksik


Bioavailabilitas oral rendah
Allopurinol dapat menghambat metabolisme 6-MP oleh xanthin oxydase
Leukemia akut, leukemia miositik kronis
ES : supresi sumsum tulang (dose-limiting), disfungsi hepatic (kolestasis,

jaundice, nekrosis)
Cytarabine (Ara-C) = Cytosine Arabinoside
Antimetabolit pirimidin diaktivasi oleh kinase membentuk AraCTP sebagai

inhibitor DNA polymerase


Paling spesifik untuk fase S siklus sel tumor
Resistensi : penurunan uptake, penurunan konversi mjd AraCTP
Parenteral dengan infus lambat, dpt mencapai SSP, metabolisme hepatic
Komponen penting terapi leukemia akut
ES : iritasi GIT, mielosupresi, dosis tinggi menyebabkan neurotoksik (disfungsi
serebelar dan neuritis perifer)

d. Fluorouracil (5-Fu)
Biotransformasi menjadi

5-fluoro-2-deoxyuridine-5- monophosphate (5-

FdUMP) yang dapat menghambat thymidilate synthase sehingga thymineless


death
Resistensi : penurunan aktivasi 5-FU, peningkatan aktivitas thymidilate synthase,

penurunan sensitivitas obat


Pemberian per iv, dpt mencapai CSF, metabolisme hepatic
Kanker kandung kemih, mamma, ovarium, colon, kepala dan leher
Topikal : keratosis, basal cell Ca superficial
ES : gangguan GIT, mielosupresi, alopecia
Ca. Leucovorin (Faktor citrovorum dapat mengikat flouracil terhadap target
enzim.

3) Alkaloid Tumbuhan
a. Vinblastine Dan Vincristine
Merupakan racun spindle yang mencegah pertemuan tubulin dimer menjadi

microtubule kemudian memblok pembentukan mitotic spindle


Bekerja pd fase M
Resistensi : peningkatan efluks obat via membrane transporter
Pemberian per iv, tdk dpt mencapai CSF, eliminasi via eksresi bilier
ES : gangguan GIT, mielosupresi, alopecia
Vincristin tidak menyebabkan mielosupresi serius, tapi punya efek neurotoksik
meliputi arefleksia, neuritis perifer dan paralytic ileus.
Toksisitas Sitostatik

|7

Antidotum : Infus Dextose, NaCl, Ca. Leucovorin (Faktor citrovorum)


b. Etoposide Dan Teniposide
Meningkatkan degradasi DNA via interaksi dengan topoisomerase II dan
menghambat transport electron mitrokondrial
Bekerja pada fase S akhir dan awal fase G2
Absorpsi per oral baik, eliminasi melalui ginjal
Kombinasi regimen obat untuk Ca paru, prostate, dan testis
ES : iritasi GIT, mielosupresi, alopecia
c. Paclitaxel Dan Docetaxel
Merupakan racun spindle mencegah penggabungan tubulus dengan monomer
tubulin
Intravena
Ca mamma dan Ca ovarium lanjut
ES Paclitaxel : netropenia, trombositopenia, neuropati perifer, dan reaksi
hipersensitif (selama infuse)
ES Docetaxel : neurotoksik dan depresi sutul
4) Antibiotik
a. Doxorubicin Dan Daunorubicin
Interkalasi antara pasangan basa akan menghambat topoisomerase II dan menjadi
radikal bebas yang memblok sintesa RNA dan DNA sehingga menyebabkan
scission strand DNA & disrupsi membran Anthracycline, gol. CCNS
Pemberian iv, metabolisme di liver, ekskresi via empedu dan urine (warna merah)
Idarubicine anthracycline baru AML
ES : gangguan GIT, mielosupresi, alopecia berat, kardiotoksik yang dapat dicegah
oleh Dexrazosane
b. Bleomycin
Membuat radikal bebas

mengikat DNA dan memecah strand sehingga

menghambat sintesa DNA.


Campuran glikopeptida, aktif pada fase G2 obat CCS
ES : disfungsi paru (pneumonitis, fibrosis) a lambat dan dose-limiting, reaksi
hipersensitif (demam, menggigil, anafilaksis), dan reaksi mukokutaneus
(alopesia, pembentukan blister, hyperkeratosis)
c. Dactinomycin
Mengikat double stranded DNA dan menghambat sintesa DNA-dependent RNA
Obat CCNS yaitu membunuh sel kanker pada masa istirahat, pemberian
parenteral, ekskresi melalui empedu
Untuk melanoma dan Wilms tumor
ES : supresi sumsum tulang, reaksi kulit, iritasi GIT
d. Mitomycin
Obat CCNS akan dimetabolisme metabolisme enzim liver menjadi senyawa
alkilating yang akan meng-cross link DNA
Toksisitas Sitostatik

|8

Pemberian iv, ekskresi melalui metabolisme hepatic


Melawan sel tumor hipoksik dan adeno Ca cervix, lambung, pancreas, paru
ES : mielosupresi parah, toksik untuk jantung, liver, paru, ginjal
5) Senyawa Antikanker Hormonal
a. .Glucocorticoid
Prednison adalah yang paling sering digunakan
Leukemia limfositik akut dan kronis, Hodgkins disease, limfoma lain
b. Hormon Sex
Untuk kanker yang tergantung pada hormon.
Fluoxymesterone merupakan steroid androgenic yang digunakan wanita dengan
Ca mamma stadium lanjut.
Diethylstilbestrol adalah steroid estrogen yang digunakan pria dengan Ca prostat.
c. Antagonis Hormon Sex
Tamoxifen adalah agonis parsial reseptor estrogen yang mampu memblok ikatan
estrogen dengan reseptor sensitive estrogren pada sel kanker jaringan mamma
yang dipakai untuk Ca mamma (reseptor +) dan profilaksis pada wanita resiko
tinggi.
Tamoxifen juga dapat dipakai untuk Ca endometrium yang resisten terhadap
progestin, tetapi dapat mengaktivasi reseptor estrogen dan menimbulkan
hyperplasia dan neoplasia.
ES : mual muntah, hot flush, perdarahan vaginal, hiperkalsemia, disfungsi okuler,
edema perifer.
Toremifen adalah antagonis reseptor estrogrn yg baru ditemukan untuk mengobati
Ca mamma lanjut.
Flutamideadalah antagonis Rec. androgen untuk Ca prostat. ES : ginekomasti,
hot flushes, disfungsi hepar.
d. Analog Gonadotropinreleasing Hormone
Leuprolide, Goserelin, Nafarelin adalah agonis GnRH dengan pemberian dosis
tetap

dapat

menghambat

rilis

LH

dan

FSH

pitutary

yang

mampu

menghampterbentuknya Ca. Prostat.


ES : Leuprolide : nyeri tulang, ginekomasti, hematuria, impotensi, atrofi testis
6) Aromatase Inhibitor
Aromatase enzim yang mengkatalisa konversi androstenesdione menjadi
estrone
Anastrozole, Letrozole sebagai aromatase inhibitor efektif untuk terapi kanker
mamma lanjut
ES : nausea, diare,hot flushes, nyeri tulang dan punggung, dispnea, edema perifer

Toksisitas Sitostatik

|9

7) Antibodi Monoklonal
a. Rituximab
Antibodi monoclonal protein permukaan pada sel limfoma non-Hodgkin a
limfoma tingkat rendah digunakan bersama antikanker konvensional
ES : reaksi hipersensitif dan mielosupresi
b. Trastuzumab
Pada Ca mamma yg overexpress protein HER2
ES : mual, muntah, sakit kepala, disfungsi
8) Senyawa Antikanker Lainnya
a. Asparaginase
Enzim yang mengosongkan asparaginase serum, pada terapi T cell auxothropic
kanker

(leukemia dan limfoma)

memerlukan asparaginase eksogen untuk

pertumbuhannya.
Pemberian iv
ES : reaksi hipersensitif, akut pankreatitis, perdarahan
b. Mitoxantrone
Menyebabkan alkilasi basa DNA yang efektif pada terapi leukemia akut refrakter,
Ca mamma
ES : mielosupresi, gangguan GIT, aritmia
c. Interferon
Glikoprotein endogen yang efektif untuk mengobati antineoplastik, imunosupresi,
antiviral. Interferon mengobati hairy cell leukemia, std. Awal leukemia
myelogenous kronis, T cell lymphoma
ES : mielosupresi, disfungsi neurologist
III. KESIMPULAN
Penggolongan obat kanker meliputi :
Golongan Alkilator
Golongan Antimetabolit
Golongan produk Alamiah
Golongan Hormon dan Antagonis
Golongan Antibiotik (Sitotoksis)
Obat antikanker ideal memperlihatkan toksisitas selektif yaitu, ia membunuh sel
tumor ,tetapi tidak berefek diatas jaringan normal. Sayangnya tak ada obat demikian. Obat
bekerja melalui proses metabolik dan sampai hari ini tak ada perbedaan kualitatif yang
bermakna yangdikenal dengan sifat metabolic jaringan ganas dan normal. Sehingga derajat
toksisitas selektif tergantung pada perbedaan kuantitatif, sehingga minimum antara sel normal
Toksisitas Sitostatik

| 10

dan ganas.Obat yang bermanfaaat secara klinik memperlihatkan toksisitas yang lebih besar
bagi sel ganas dari pada sel normal.tetapi sering batas antara manfaat terapi dan toksisitas
sempit.
Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap jantung,
yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa kronik fibrosis pada
paru.Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi dan sebaiknya dievalusi fungsi
faal hepardan faal ginjalnya. Efek samping toksisitas kemoterapi dipengaruhi oleh :
Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh tertentu.
Dosis.
Jadwal pemberian.
Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ
tertentu.
Penanganan keracunan akibat obat sitostatik disesuaikan terhadap efek yang terjadi
pada pasien.

DAFTAR PUTAKA
Anonim,http://www.scribd.com/doc//Makalah-Toksisitas-Obat-184852322 Kanker. Rabu, 7
November 2014 Pukul 12:00
Anonim, http://fadhilhayat.wordpress.com/2010/10/19/faktor-risiko-terhadap-toksisitas/. Rabu, 7
November 2014 Puku 13:00.
Anonim,http://id.wikipedia.org/wiki/Toksisitas. Rabu, 7 November 2014 Pukul 13:00.
Anonim,http://www.deherba.com/toksisitas-bahan-bahan-kimia-terhadap-sis

tem-reproduksi-

manusia.html. Rabu, 7 November 2014 Puku 13:00.


Anonim. Sitostatika. http://ffarmasi.unand.ac.id/RPKPS/Bahan_Ajar/Fatma/farmakoterap i
%20III/Pertemuan-2.pdf. (Diakses, 8 Desember 2014).
Dr. Heru Norviat Herdata, Sp.A. 2008. Cara Kerja Sitostatik & Efek Sampingnya.
https://ebookfkunsyiah.wordpress.com/2008/09/04/cara-kerja-sitostatika-dan-efeksampingnya/. (Diakses, 12 November 2014).

Toksisitas Sitostatik

| 11

dr.

Sianny

Suryawati.

20xx.

Kemoterapi

3.

Bagian

Farmakologi

FK

UWKS.

http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Farmakologi/KEMOTERAPI
%203.pdf. (Diakses, 10 Desember 2014)
Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Cetakan : VI. Jakarta :
Elex Media Komputindo.

--SEKIAN DAN TERIMA KASIH--

Toksisitas Sitostatik

| 12

Anda mungkin juga menyukai