Toksisitas Sitostatika
Dosen : Tahoma Siregar, S.Si., M.Si., Apt.
Disusun Oleh :
Dian Venna Maretta
(13334726)
(12334759)
(11334733)
(11334750)
(12334747)
(12334757)
(12334752)
(12334763)
Aris Munandar
(14334722)
|1
2014
TUGAS TOKSIKOLOGI
Toksisitas Sitostatiska
Dosen : Tahoma Siregar, S.Si., M.Si., Apt.
Abstrak
Kanker adalah penyakit berat yang dapat menyerang banyak bagian-bagian tubuh.
Kanker dimulai dari beberapa sel yang tumbuh sangat cepat dengan cara yang tidak normal
dan menyebabkan timbulnya benjolan (tumor). Kadangkadang, tumor bisa hilang tanpa
diobati. Tetapi seringkali tumor membesar dan menyebar hingga menimbulkan masalah di
beberapa bagian tubuh. Inilah yang disebut kanker. Kebanyakan tumor tidak menjadi kanker,
tetapi sebagian tumbuh menjadi kanker.
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker.
Walaupun obat ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa,
kebanyakan obat tidak selektif. Obat sitostatik didesain untuk mengakibatkan kerusakan yang
lebih besar pada sel kanker dari pada sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang
mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali dan
cepat adalah ciri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah besar, dan
beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum tulang dan garis sepanjang
mulut dan usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek
samping.
Obat untuk kanker merupakan obat yang paling toksik. Nusea (mual) dan vomiting
(muntah) merupakan efek samping penting yang dapat diatasi dengan menggunakan obat
yang mempunyai efektifitas mengatasi efek samping dari obat sitostatik. Efek samping yang
juga merupakan efek toksik tergantung pada dosis, kombinasi kemoterapi menghasilkan
potensi toksik yang lebih besar dibandingkan terhadap obat tunggal.
Penggunaan obat sitostatik perlu perhatian dan pertimbangan khusus tentang
kemungkinan keuntungan dan kerugian atau bahaya dalam penggunaan obat antineoplastik
ini. Obat ini dapat menurunkan kemampuan tubuh mempertahankan diri dari serangan infeksi
dengan tanda-tanda seperti fibris, menggigil, radang tenggorokan, lebah atau perdarahan yang
tidak umum, nafas pendek, rasa sakit atau panas sewaktu urinasi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------Toksisitas Sitostatik
|2
I. PENDAHULUAN
Sitostatika
benjolan, lysis
pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas. Prinsipnya adalah penggunaan obat-obatan untuk
merusak langsung DNA (dan RNA) sel. Senyawa ini mematikan sel-sel dengan menstimulir
apoptosis. Mekanisme efek terapeutik obat-obat ini adalah mencari memanfaatkan perbedaan
antara sel normal dan sel kanker, khusus diarahkan pada gen dari sel kanker tersebut.
Toksisitasnya terhadap sel normal yang berkembang pesat seperti sum-sum tulang, mukosa
saluran cerna, sel rambut dll, dapat dikurangi dengan memberikan faktor pertumbuhan spt GCSF (granulocyte colonystimulating factor).
Obat untuk kanker merupakan obat yang paling toksik. Nusea (mual) dan vomiting
(muntah) merupakan efek samping penting yang dapat diatasi dengan menggunakan
antiemetik. Emetogenitas tergantung pada dosis, kombinasi kemoterapi menghasilkan potensi
emetogenik yang lebih besar dibandingkan terhadap obat tunggal.
Penggunaan obat sitostatik perlu perhatian dan pertimbangan khusus tentang
kemungkinan keuntungan dan kerugian atau bahaya dalam penggunaan obat antineoplastik
ini. Obat ini dapat menurunkan kemampuan tubuh mempertahankan diri dari serangan infeksi
dengan tanda-tanda seperti fibris, menggigil, radang tenggorokan, lebah atau perdarahan yang
tidak umum, nafas pendek, rasa sakit atau panas sewaktu urinasi.
Nausea, vomiting, atau rambut rontok dapat terjadi karena menggunakan obat ini.
Keparahan efek tergantung pada individu, dosis, dan obat lainyang mungkin digunakan
bersama-sama. Obat sitistatik ini dapat mengakibatkan sterilisasi secara sementara atau
permanen pada pria dan wanita. Dapat menyebabkan cacat lahir bila seorang ayah
menggunakan obat pada waktu terjadinya konsepsi atau seorang ibu saat kehamilan dan
menyusui. Efek samping pada umumnya berupa gejala-gejala akibat penghambatan sel
normal yang tumbuh pesat, yaitu :
a.
Myelosupresi
Penekanan sumsum tulang dengan efek gangguan darah (anemia, trombocytopenia,
agranulocytosis, leukopenia). Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sebelum
kemoterapi dimulai dan pada waktu tertentu selama kemoterapi dilaksanakan.
Penanganan : transfusi darah (anemia) transfusi plat darah (trombositopenia)
Toksisitas Sitostatik
|3
b.
Mucositis
Perusakan mukosa mulut (luka, stomatitis) dan lambung usus (mual, muntah, diare)
penanganan : dengan antiemetika spt; metoklopropamid, domperidon.
c.
Nefrotoksis
Kerusakan ginjal karena pengendapan asam urat. Dalam pemusnahan sel tumor, terlepas
zat purin dan pirimidin yang dirombak menjadi asam urat. Penanganan: alopurinol untuk
mencegah terbentuknya asam urat, natrium bikarbonat : membuat kemih alkalis, minum
banyak air. Obat sitostatika yang menyebabkan nefrotoksis : metotreksat, ifosfamida.
d.
Gonadotoksis
Yaitu mengurangi mengurangi sel kelenjar kelamin dengan efek hilangnya libido,
kemandulan permanen pd pria. Obat sitostatika yang menyebabkan toksisitas : zat-zat
alkilasi.
e.
Alopesia
Sitostatika mempunyai efek pada kulit. Hal ini terjadi sebagai akibat atropi pada akar
rambut, sehingga rambut banyak yang rontok.
f.
Infeksi
Merupakan anacaman yang selalu dihadapi pasien. Selesma atau influenza pada pasien
neutropenia dapat berakhir pada syok septik dalam beberapa jam. Kulit dan selaput
lendir yang utuh merupakan benteng utama dari tubuh, oleh karena itu, integritasnya
harus dipertahankan.
II. PEMBAHASAN
Obat sitostatik banyak macamnya, dan penggunaannya tidak sama untuk satu kanker
dengan kanker lainnya. Masing-masing jenis kanker sudah memiliki pedoman obat
kemoterapi mana yang harus diberikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan secara
Internasional. Efek toksik dari obat sitostatik tiap individu berbeda-beda, hal ini dipengaruhi
oleh :
Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh tertentu.
Dosis.
Jadwal pemberian.
Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ
tertentu.
Toksisitas Sitostatik
|4
abnormal, pecahnya strand DNA. Resistensi terjadi akibat peningkatan DNA repair,
penurunan permeabilitas obat, pembentukan senyawa trapping.
a. Cyclophosphamide
Aktivasi oleh sitokrom P-450 hepatik acrolein
Lymphoma non-Hodgkin, Ca mamma, Ca. ovarium, neuroblastoma
ES : gangguan GIT, mielosupresi, alopecia, disfungsi jantung, toksisitas
pulmoner, sindroma gangguan sekresi ADH
Acroleina haemorrhagic cystitis dapat dikurangi dengan hidrasi dan pemberian
mercaptoethanesulfonate (mesna)
Penanganan : Hidrasi, mencegah terjadinya cystitisyang dapat berkembang
menjadi perdarahan. Mesna (2- mercaptorthanesulfonate, Mencegah urotoksisitas
akibat regimen dosis tinggi. acetylcysteine (mucomyst), Mempunyai aktivitas
antidotal dengan mengirigasi kandung kemih.
b. Mecloretamine
Konversi spontan a senyawa sitotoksik reaktif
Regimen MOPP a limfoma Hodgkin
|5
Aktif per oral, dapat mencapai cairan serebrospinal, eliminasi via metabolisme
hepatic
Komponen regimen MOPP utk Hodgkins disease
ES : gangguan GIT, mielosupresi, gangguan SSP, neuropati perifer, reaksi kulit,
disulfiram-like reaction (dgn ethanol)
Menghambat berbagai enzim MAO, enzim untuk metabolisme obat di hepar
f. Busulfan
Leukemia myelogeous kronis
sehingga menyebabkan
nukleosida toksik
Toksisitas Sitostatik
|6
c.
jaundice, nekrosis)
Cytarabine (Ara-C) = Cytosine Arabinoside
Antimetabolit pirimidin diaktivasi oleh kinase membentuk AraCTP sebagai
d. Fluorouracil (5-Fu)
Biotransformasi menjadi
3) Alkaloid Tumbuhan
a. Vinblastine Dan Vincristine
Merupakan racun spindle yang mencegah pertemuan tubulin dimer menjadi
|7
|8
dapat
menghambat
rilis
LH
dan
FSH
pitutary
yang
mampu
Toksisitas Sitostatik
|9
7) Antibodi Monoklonal
a. Rituximab
Antibodi monoclonal protein permukaan pada sel limfoma non-Hodgkin a
limfoma tingkat rendah digunakan bersama antikanker konvensional
ES : reaksi hipersensitif dan mielosupresi
b. Trastuzumab
Pada Ca mamma yg overexpress protein HER2
ES : mual, muntah, sakit kepala, disfungsi
8) Senyawa Antikanker Lainnya
a. Asparaginase
Enzim yang mengosongkan asparaginase serum, pada terapi T cell auxothropic
kanker
pertumbuhannya.
Pemberian iv
ES : reaksi hipersensitif, akut pankreatitis, perdarahan
b. Mitoxantrone
Menyebabkan alkilasi basa DNA yang efektif pada terapi leukemia akut refrakter,
Ca mamma
ES : mielosupresi, gangguan GIT, aritmia
c. Interferon
Glikoprotein endogen yang efektif untuk mengobati antineoplastik, imunosupresi,
antiviral. Interferon mengobati hairy cell leukemia, std. Awal leukemia
myelogenous kronis, T cell lymphoma
ES : mielosupresi, disfungsi neurologist
III. KESIMPULAN
Penggolongan obat kanker meliputi :
Golongan Alkilator
Golongan Antimetabolit
Golongan produk Alamiah
Golongan Hormon dan Antagonis
Golongan Antibiotik (Sitotoksis)
Obat antikanker ideal memperlihatkan toksisitas selektif yaitu, ia membunuh sel
tumor ,tetapi tidak berefek diatas jaringan normal. Sayangnya tak ada obat demikian. Obat
bekerja melalui proses metabolik dan sampai hari ini tak ada perbedaan kualitatif yang
bermakna yangdikenal dengan sifat metabolic jaringan ganas dan normal. Sehingga derajat
toksisitas selektif tergantung pada perbedaan kuantitatif, sehingga minimum antara sel normal
Toksisitas Sitostatik
| 10
dan ganas.Obat yang bermanfaaat secara klinik memperlihatkan toksisitas yang lebih besar
bagi sel ganas dari pada sel normal.tetapi sering batas antara manfaat terapi dan toksisitas
sempit.
Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap jantung,
yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa kronik fibrosis pada
paru.Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi dan sebaiknya dievalusi fungsi
faal hepardan faal ginjalnya. Efek samping toksisitas kemoterapi dipengaruhi oleh :
Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh tertentu.
Dosis.
Jadwal pemberian.
Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ
tertentu.
Penanganan keracunan akibat obat sitostatik disesuaikan terhadap efek yang terjadi
pada pasien.
DAFTAR PUTAKA
Anonim,http://www.scribd.com/doc//Makalah-Toksisitas-Obat-184852322 Kanker. Rabu, 7
November 2014 Pukul 12:00
Anonim, http://fadhilhayat.wordpress.com/2010/10/19/faktor-risiko-terhadap-toksisitas/. Rabu, 7
November 2014 Puku 13:00.
Anonim,http://id.wikipedia.org/wiki/Toksisitas. Rabu, 7 November 2014 Pukul 13:00.
Anonim,http://www.deherba.com/toksisitas-bahan-bahan-kimia-terhadap-sis
tem-reproduksi-
Toksisitas Sitostatik
| 11
dr.
Sianny
Suryawati.
20xx.
Kemoterapi
3.
Bagian
Farmakologi
FK
UWKS.
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Farmakologi/KEMOTERAPI
%203.pdf. (Diakses, 10 Desember 2014)
Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Cetakan : VI. Jakarta :
Elex Media Komputindo.
Toksisitas Sitostatik
| 12