Anda di halaman 1dari 45

Tutor: drg Ferdina Nidyasari

E Gusti Sigar M
Fransisca Viesta N.H
Devintha Ayu M.T
Talitha Maghfira R.
Wenda Fitriati Noor
Dita Permatasari
Muhammad Alfian Noor
Enny Khalisa
Novie Aprianti
Dinie Muthia Iflah

I1D111013
I1D111031
I1D111036
I1D111017
I1D111015
I1D111010
I1D111206
I1D111008
I1D111215
I1D111007

Seorang mahasiswa berusia 19 tahun datang ke


RSGM mengeluhkan gigi depannya atasnya
kembali renggang setelah dilakukan perawatan
orthodontik selama 1,5 tahun. Dokter gigi
RSGM melakukan test khusus untuk mengetahui
penyebab timbulnya celah pada midline gigi
incisivus rahang atas. Dokter gigi tersebut
menyarankan dilakukan bedah periodontal
untuk mencegah relaps gigi incisvus pertama
rahang atas yang mengalami diastema pasca
perawatan orthodontik.

etiologi

epidemiologi

definisi

prognosi
s

DIASTEMA
SENTRALIS KARENA
FRENULUM YANG
ABNORMAL

komplika
si

dampak

Pemeriksaan
Perawatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menjelaskan definisi diastesma sentralis.


Menjelaskan
klasifikasi
frenulum
berdasarkan perlekatannya.
Menjelaskan etiologi diastema sentralis.
Menjelaskan
epidemiologi
diastema
sentralis.
Menjelaskan dampak frenulum labialis yang
abnormal.
Menjelaskan cara penegakkan diagnosa.
Menjelaskan perawatan diastema sentralis
karena frenulum yang abnormal.

8.
9.
10.
11.
12.
13.

14.
15.
16.
17.

18.

Menjelaskan definisi frenektomi.


Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi dari
frenektomi
Menjelaskan armamentarium dalam frenektomi.
Menjelaskan teknik frenektomi.
Menjelaskan
pemeriksaan
post
operatif
frenektomi.
Menjelaskan perawatan pasca frenektomi.
Menjelaskan medikamentosa pacsa frenektomi.
Menjelaskan instruksi pasca frenektomi.
Menjelaskan komplikasi pasca frenektomi.
Menjelaskan faktor keberhasilan frenektomi
Menjelaskan prognosis diastema sentralis karna
frenelum yang abnormal.

Merupakan suatu maloklusi yang sering muncul


dengan ciri khas yaitu berupa celah yang
terdapat diantara gigi incisivus sentralis.
(Proffit,2000 ; Moyers,1998)

Frenulum merupakan lipatan mukosa


yang terletak pada vestibulum mukosa
bibir, pipi dan lidah.
(Panchal et al, 2001)

Klasifikasi Frenulum berdasarkan perlekatannya:


1. Kelas I : Letak frenulum normal, terletak di
bawah mucogingival junction
2. Kelas II : Frenulum terletak pada area gingiva
cekat dan berada di atas gigi
3. Kelas III : Perlekatan frenulum terletak di antara
gigi
4. Kelas IV : Perlekatan frenulum terletak pada
daerah papila di anterior yg meluas ke palatal di
posterior kedua gigi tersebut.
(Kurniadi,2012)

Ukuran gigi insisif lateral kecil


Rotasi dari gigi insisif
Perlekatan frenulum yang abnormal
Gigi supernumerary di median line
Kehilangan gigi insisif lateral scr kongenital
Diastema pada saat pertumbuhan normal
Penutupan median line yang tidak sempurna
Defisiensi struktur gigi
Migrasi gigi anterior
Kebiasaan buruk
Genetik
Frenulum labialis rendah dan tebal
(Bishara, 2001;Proffit, 2000; Isnandar, 2011)

Perlekatan frenulum yg abnormal (tinggi)


Pada
saat
bayi,
frenulum
labialis
menghubungkan bibir atas yg meluas ke prosessus
alveolaris. Seiring dengan pertumbuhan dari
prosessus alveolaris dan erupsi gigi, perlekatan ini
akan mengalami perubahan. Tetapi pada sejumlah
kasus perlekatan ini menetap dan tidak ikut
bermigrasi ke arah apikal sehingga menyebabkan
pemisahan pada gigi Insisif sentral (diastema
sentralis).
(Kurniadi,2012 ; Suryono,2011 ; Jazaldi,2008)

Berkisar antara 1,6% - 25,4% pada orang


dewasa dan lebih sering lagi pada anak-anak.
Mendekati 98% pada usia 6 tahun, 49% pada
usia 11 tahun dan 7% pada usia 11-18 tahun.
(Proffit,2000 ; Moyers,1998 ; Campbell,2006 ;
Drummond,2003)

Estetik jelek, mengganggu penampilan


Fonetik menjadi tidak jelas
Menghalangi proses pembersihan gigi
Menghalangi pergerakan alat orthodontik
Mengganggu estetik
Mengganggu pemakaian protesa gigi
Pemisahan yang ekstrim dari gigi-gigi
insisivus sentral
Terjadinya ginggivitis
(Jazaldi, 2008; Hartati, 2009)

1.
2.

Anamnesa
Pemeriksaan klinis
Ekstra oral
: bentuk wajah, simetris wajah
dan profil wajah

Intra oral
: keadaan jar. Gingiva, frenulum
labialis, kelainan pada gigi geligi dan oklusi
pasien
Fungsional
: menggerakkan rahang (TMJ)
dan kebiasaan buruk

(Birnbaum,2010 ; Jazaldi, 2008; Hartati, 2009)

Angkat bibir atas ke arah depan atas dengan ibu jari


dan telunjuk kedua tangan.
Normal = jaringan ikat frenulum tidak mengalami
peregangan sehingga tidak terdapat jaringan yang
pucat.
Abnormal = Jaringan ikat frenulum yang tertarik akan
meregang dan pucat.

(Bishara, 2001 ; Jazaldi,2008 )

Radiografi (panoramik, periapikal)


Vital Sign : tekanan darah, nadi, respirasi,
suhu badan dilakukan prabedah
Pemeriksaan Darah : Pemeriksaan darah
lengkap utk memungkinkan penanganan
prabedah dan pasca bedah yang tepat bagi
pasien-pasien dgn kelainan sistemik.
(Pie-Sanchez,2012 ; Beebe,2012 ;
Bishara,2001)

Frenektomi

Merupakan pembuangan keseluruhan dari


frenulum, termasuk perlekatan pada tulang dan
bisa dilakukan untuk koreksi dari diastema
abnormal diatara insisif sentralis.
(Carranza,2002)

Usia 9 th dilakukan frenektomi mesial


movement
Diastema menutup spontan seiring dengan
erupsinya gigi caninus (11-12 tahun)
(Koora,2012)

Indikasi

Kontra Indikasi

Perlekatan frenulum yang tinggi yang Pasien

memiliki

riwayat

penyakit

memperhebat inflamasi gingiva dan sistemik seperti DM, hemofilia, dll


poket

Psiklogis

pasien

Diastema sentralis

mendukung (anxiety, tekanan darah

Papila yg tipis dgn frenulum melekat rendah, takikardi)


pd margin gingiva yg menyebabkan
resesi

gingiva

dan

gangguan

pemeliharaan OH
abnormal dg perlekatan
(Devishree,
2012
;
Hartati,2009
;
gingiva yg kurang adekuat dan
Gujari,2012)
vestibulum yg dangkal
Frenulum

Ankiloglossia

yang

tidak

Hemostat
2. Scalpel blade no. 15
3. Gauze sponges
4. 4-0 black silk suture
5. 5-0 black silk suture
6. 5-0 vicryl suture
7. Suture pliers
8. Scissors
9. Periodontal pack (Ceo-pack)
(Gujari,2012 ; Isnandar,2011)
1.

Conventional (Classical) frenectomy


Frenectomy dengan 2 hemostat
Frenektomi Insisal Below the Clamp (IBC)
Millers technique
V-Y Plasty
Z Plasty
Frenectomy dengan electrocautery
(Gujari,2012 ; Isnandar,2011)

Pemberian lokal anastesi pada sisi sisi


frenulum masing-masing 1 cc, serta injeksi
anastesi cc di bagian palatal untuk injeksi
nervus nasopalatina.
Frenulum dijepit dengan hemostat hingga ke
dasar perlekatan pada vestibulum.
Insisi horisontal dibuat dengan menggunakan
pisau
Swan-Morton
no.15
pada
mukogingival-junction. Insisi pertama di
daerah superior dari hemostat untuk
melepaskan perlekatan dengan bibir.

Kemudian bagian frenulum labialis di daerah


inferior
hemostat
kita
insisi
untuk
melepaskan dari mukosa alveolaris maupun
dasar frenulum. Mukosa tersebut dihilangkan
sampai dasar periosteum termasuk serabutserabutnya juga dihilangkan. Dengan adanya
diastema ini maka pengambilan jaringan
periosteumnya sampai ke bagian palatinal.
Mukosa tersebut dijahit dengan jaringan
periodontal di bawahnya dengan jahitan
interupted.

Kasa dapat dipasang untuk mengontrol perdarahan


atau dengan irigasi dengan saline selama 3-5
menit.
Lakukan
dressing
dengan
mengaplikasikan
Periodontal pack di atas tempat penjahitan. Setelah
1-2 minggu jahitan dan dressing dapat dilepas.
Proses pemulihan yang sempurna berlangsung
selama 1 bulan.
(Koora,2007)

[Table/Fig-1]: Pre-operative papilla


type of frenal attachment
[Table/Fig-2]: Frenum held with
hemostat
[Table/Fig-3]: Frenum excised
[Table/Fig-4]: Sutures placed
[Table/Fig-5]: One month postoperative

1. Kasus karakteristik dari perlekatan


frenulum labial maksila yang rendah,
ortodontis merekomendasi untuk di
buang

2. Margin superior &


inferior dari frenulum dijepit
dua hemostat bengkok.

3. Langkah awal eksisi dari


frenulum dengan skapel kontak
dengan permukaan posterior dari
hemostat yang bawah

4. Langkah akhir dari eksisi


frenulum,
insisi
dibelakang
hemostat yang atas .

5.Lapangan pembedahan
setelah frenektomi

6. Pembuangan jaringan
hipertrofi di antara dan
dibelakang gigi insisivus
sentral

7. Jahitan pertama ditempatkan ditengah luka untuk memudahkan


penjahitan selanjutnya

a. setelah penjahitan. b. gambaran klinis postoperative 3 bulan


kemudian
(Isnandar, 2011)

[Table/Fig-6]: Preoperative attached type of


frenal attachment
[Table/Fig-7]: Frenum
excised
[Table/Fig-8]: Lateral
pedicle graft obtained
[Table/Fig-9]: Graft
sutured across the
midline
[Table/Fig-10]: 2 weeks

V-Y Plasty

[Table/Fig-16]: Pre-operative

papilla type of frenal


attachment
[Table/Fig-17]: Frenum held
with hemostat
[Table/Fig-18]: Frenum incised
by V-shaped incision
[Table/Fig-19]: V-shaped
incision sutured in the form of
Y
[Table/Fig-20]: 1 month post
operative

Z Plasty

Z Plasty

[Table/Fig-11]: Pre-operative
attached type of frenal
attachment
[Table/Fig-12]: Incision given
through the frenum
[Table/Fig-13]: Incision given
at both ends of the frenum to
obtain 2 triangular flaps
[Table/Fig-14]: Flaps
transposed across the midline
sutured in the form of Z
[Table/Fig-15]: 1 month

Electro Surgery

[Table/Fig-21]: Pre-operative attached type


of frenal attachment
[Table/Fig-22]: Frenum held with hemostat
and excised with a loop electrode
[Table/Fig-23]: Excision of frenum
completed with no requirement for suture
placement
[Table/Fig-24]: 1 month post operative

Merupakan suatu prosedur yang berbeda


dengan frenektomi konvensional.
Memiliki kelebihan yaitu mengurangi
perdarahan dan pembentukan jaringan parut.
Karena teknik ini menggunakan suturing
langsung setelah dilakukannya insisi
sehingga mencegah adanya tarikan otot bibir
saat clamp dilepas sehingga mengurangi
resiko melebarnya daerah insisi

Anastesi (Vestibulum), daerah palatinal (dekat


foramen incicivus)
Letakkan clamp sejajar dan menempel bibir
Incici di bawah/ sejajar clamp dari arah
insisal ke apikal/ dasar vestibulum
Suturing pada daerah apikal
Pembersihan dan pengambilan jar. Ikat/ otot
yang membentuk frenulum yang meluas ke
palatinal
Gunakan peridontal pack

Scar pada jaringan (estetik)


Pendarahan
Jahitan lepas atau tidak
Perhatikan penggunaan jahitan yang
resorbable atau tidak
Tension pada luka
Keluhan sakit
Pembengkakan pada luka
Terjadi infeksi
(Gujari,2012)

Dengan alat cekat mempergunakan breket

Dengan alat lepasan berupa pegas koil

(Bishara, 2001;Proffit,
2000)

Amoxicillin 500 mg 3x1 selama 5 hari


Kalium diklofenak (analgesik-antiinflamasi)
50 mg 2x1 selama 3-5 hari
Obat kumur antiseptik (povidone iodine 1%)
2x1
Obat kumur Chlorhexidine Gluconate 0,12%
selama 3 minggu ke depan (untuk kontrol
plak
(Suproyo, 2009; Sowniya, 2010)

Minum obat yang telah diresepkan secara


teratur.
Jangan berkumur terlalu sering.
Jangan
menyentuh area post-frenektomi
dengan menggunakan tangan atau lidah.
Pasien disarankan mengkonsumsi makanan
lunak
Pasien harus selalu menjaga OH
Melakukan kontrol setelah pembedahan /
apabila ada keluhan.
(Suproyo, 2009 ; Hartati,2009 ; Bakar, 2012)

Perdarahan
Pembengkakan
Infeksi
Rasa sakit yang berlebihan
Sensitivitas gigi
Reaksi alergi
(Iskandar, 2011)

Kondisi kesehatan umum


Usia
Nutrisi dan diet
OH
Konsumsi bat pasca bedah
(Lisna,2012)

Faktor yg berpengaruh terhadap keberhasilan


penutupan diastema adalah menghilangkan
faktor etiologinya. Penutupan diastema dgn
tindakan ortodonti tanpa melakukan prosedur
frenektomi akan menimbulkan terjadinya relaps
dan akan memisahkan kedua gigi tersebut
kembali. Prognosis baik setelah etiologi
dihilangkan,
perawatan
dilakukan
sesuai
prosedur, kerjasama yg baik antara periodontis,
ortodontis
dan
pasien
akan
sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu
perawatan. (Jazaldi,2008)

Koora K, Muthu MS, & Rathna PV. Spontaneous Closure of Midline Diastema
Following Frenectomy. J Indian Soc Pedod Prev Dent.2007;25(1):23-6.
Kurniadi, Antonius I. Hari S. Prosedur Frenektomi Pada Frenulum
yang
Menyebabkan Diastema Sentralis. Departemen Periodonsia FKG Universitas
Indonesia. Cakradonya Dental Journal. 2012. 4(1). P. 400-474.
Jazaldi, F. Maria P. Perawatan Kasus Diastema Multipel Secara Multidisiplin.
Indonesian Journal of Dentistry. Jakarta. 2008. 15(3). P. 212-225.
Gujari SK, Devishree, P.V. Shubhashini. Frenectomy : A Review with the Reports
of Surgical Techniques. Journal of Clinical and Diagnostic Research 2012;
6(9): 1587-1592.
Devishree,Sheela Kumar et al. Frenectomy: A Review with the Reports of
Surgical Technique. Journal of Clinical&Diagnostic Research.Vol 6 (9):15871592.2012
Rezky,LK. Laporan Kasus Modul Penyakit Mulut Periodontal Frenektomi. UMY.
Yogyakarta. Indonesia.2012.hal.5
Prabhuji Dr M.L.V., et al. Comparison of conventional techniques with diode
laser India. 2010
Moyers RE. Handbook of orthodontics. 4th ed. Chicago: Year Book Medical
Publisher, Inc.; 1988.
Bishara SE. Textbook of orthodontics. Philadelphia: W.B. Saunders Company;
2001.
Bakar,A. Kedokteran gigi Klinis.Quantum. Yogyakarta. Indonesia.2012.hal.203

Isnandar. Refleksi Kasus Modul Penyakit Periodontal Frenektomi. FKG


USU. Medan. Indonesia. 2011 hal 4-7.
Birnbaum Warren dn Stephen M Dunne. Diagnosis Kelainan Dalam
Mulut. EGC. Jakarta. 2010. hal 6-14
Pie-Sanchez, J, Espana-Tost, AJ. Comparative Study of Upper Lip

Frenectomy with The CO2 Laser Versus The Er, Cr: YSGG laser .

Journal section: Oral Surgery Med Oral Patol Oral Cir Bucal.
Barcelona. Spanyol. 2012;17(2):228-32.
Beebe, Richard., Jefrey, Myer. Professional Paramedic Trauma Care & EMS
Operation. Vol III. Delmar Cengage Learning United. United Stated of

Amerika. 2012
Proffit WR, Fields HW. Contemporary orthodontics. 3rd ed. St Louis,
Missouri:Mosby, Inc.; 2000.
Sowniya, Nettem et al. Frenectomy to Free Buried Implans. Departement of
Periodontalogy and Oral Implantology. India. IJDA. 2010; 3(2)
Carranza Jr, Newman G.M. Clinical Periodontology. 9th ed. W.B Saunders
Company. Philadelphia. 2002. p : 112-113.
Suproyo Hartati, drg. 2009. Penatalaksanaan Penyakit Jaringan Periodontal Edisi

2. Kanwa Publisher. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai