Anda di halaman 1dari 38

1

KAJIAN STRUKTUR BANGUNAN


DI KOTA MEDAN TERHADAP GAYA GEMPA
DI MASA YANG AKAN DATANG

Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar Tetap
dalam Bidang Analisa Struktur pada Fakultas Teknik,
diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara

Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 8 Desember 2007

Oleh:
JOHANNES TARIGAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MEDAN
2007

2
3
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

Yang terhormat,

• Bapak Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Sumatera


Utara
• Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara
• Para Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara
• Ketua dan Anggota Senat Akademik Universitas Sumatera Utara
• Ketua dan Anggota Dewan Guru Besar Universitas Sumatera Utara
• Para Dekan Fakultas/Pembantu Dekan, Direktur Sekolah Pascasarjana,
Direktur dan Ketua Lembaga di lingkungan Universitas Sumatera Utara
• Para Dosen, Mahasiswa dan Seluruh Keluarga Besar Universitas
Sumatera Utara
• Seluruh Teman Sejawat serta para undangan dan hadirin yang saya
muliakan

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Pertama-tama marilah kita panjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena kita sampai saat ini telah diberi nafas kehidupan dan kesehatan
sehingga kita dapat hadir pada upacara pengukuhan ini.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor:


26912/A4.5/KP/2007 tanggal 31 Mei 2007, maka kami telah diangkat
sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Analisa Struktur pada Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara. Terima kasih kami ucapkan kepada
Pemerintah Republik Indonesia dan Menteri Pendidikan Nasional atas
diberinya kepercayaan untuk mendapat jabatan Guru Besar.

Bapak Rektor dan hadirin yang terhormat,

Perkenankanlah kami menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru


Besar Tetap di hadapan Bapak/Ibu dan hadirin sekalian, yang berjudul:

KAJIAN STRUKTUR BANGUNAN DI KOTA MEDAN


TERHADAP GAYA GEMPA DIMASA YANG AKAN DATANG

1
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN

Gempa dahsyat yang melanda Indonesia tiga tahun terakhir yang telah
menimbulkan korban terhadap manusia dan harta benda yang cukup besar
adalah sbb:
• Gempa/Tsunami Aceh 26 Desember 2004 dengan besaran 9 Skala
Richter
• Gempa Nias 28 Maret 2005 dengan besaran 8,7 Skala Richter
• Gempa Yogyakarta 26 Mei 2006 dengan besaran 5,9 Skala Richter
• Gempa Bengkulu 12 September 2007 dengan besaran 7,9 Skala Richter.

Saat ini ada peraturan yang terbaru untuk mendesain Gempa di Indonesia
yakni SNI 1726, yang diterbitkan pada tahun 2002, sedangkan sebelumnya
adalah SKBI-2.3.53.1987 yang diterbitkan tahun 1987.

Melihat kejadian gempa mulai tahun 2004 dan peraturan gempa Indonesia
tahun 2002 apakah struktur bangunan di Medan yang didirikan sebelum
tahun 2004 masih aman terhadap Gempa yang akan datang?

II. BELAJAR DARI GEMPA YANG LALU

II.1 Gempa/Tsunami Aceh 26 Desember 2004


Gempa besar terjadi lebih dahulu, lalu kemudian diikuti dengan gelombang
tsunami yang kecepatannya gelombangnya diperkirakan 600 km/jam.
Gempa terjadi dengan 9 Skala Richter dengan epicenter di pulau Andaman,
sebelah utara Aceh. Korban yang tewas akibat gempa/tsunami ini sebanyak
lebih kurang 230.000 orang yang tersebar di Aceh, Nias, Malaysia, Thailand,
Sri Langka, dan India. Rumah kebanyakan runtuh akibat disapu gelombang
tsunami.

Akan tetapi banyak juga bangunan yang runtuh akibat gempa sebelum
tsunami terjadi. Contoh bangunan yang rusak akibat gempa Aceh di Banda
Aceh dapat dilihat dari Gambar II.1, di mana kolomnya patah total
sedangkan lantai bertemu lantai. Kerusakan tipe ini disebut juga kerusakan
tipe sandwich, di mana pelat lantai bertemu dengan pelat lantai, sehingga
penghuni akan terhimpit di sela-sela pelat lantai. Gedung ini strukturnya
bertingkat 4, milik Departemen Keuangan yang didirikan pada tahun 1980.
Diprediksi konstruksinya didesain dengan PBI-71, di mana sengkang masih
jarang. Demikian juga gaya gempa masih didesain dengan percepatan
gempa yang masih kecil sekitar 0,05g, sedangkan gempa yang terjadi lebih
besar yakni 0,30g.

2
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

Pada Gambar II.2 kerusakan yang terjadi ada pada kolom. Bangunan ini
adalah perkantoran milik swasta dengan jumlah tingkat 5 lantai. Bangunan
ini belum roboh, walaupun kolomnya sudah miring, karena sendi plastis
sudah terjadi di kolom. Desain yang benar adalah bahwa sendi plastis harus
didesain terjadi di balok lebih dahulu. Dikenal dengan perencanaan kolom
kuat balok lemah. Ada sesuatu yang menarik dalam kasus pada Gambar
II.2 ini yakni bahwa Modal Shape yang terjadi diperkirakan adalah Modal
Shape ke-2.

Gambar II.1: Gedung Keuangan Gambar II.2: Gedung


yang Rusak Akibat Gempa Perkantoran yang Bentuk
Kerusakan Seperti Modal
Shape yang Ke-2

Gambar II.3: Bangunan yang Gambar II.4: Gedung


Kerusakannya Tipe Sandwich. Supermarket
Gedung di Sampingnya yang Rusak Total dan Rata
Tidak Mengalami Kerusakan dengan Tanah Setelah Gempa

3
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

Dari persamaan dinamik {[K ] − ω 2 [M ]}• {A} = 0 , maka Modal Shape yang
kedua didapat dari ω 2 , dari persamaan {[K ] − ω 2 [M ]} = 0 . {A} ≠ 0 dari sini
akan diperoleh Modal Shape seperti persamaan:
Φ = [Φ 1 , Φ 2 ,........Φ N ]

Modal Shape yang kedua adalah Φ 2 seperti yang terlihat di Gambar II.2.

Dari Gambar II.3 kerusakan yang terjadi adalah tipe sandwich. Jika dilihat
bangunan sebelahnya masih berdiri. Sudah pasti ada sesuatu perbedaan
dalam rancangan struktur di antara kedua bangunan tersebut. Yang satu
tahan terhadap gempa, yang satu tidak tahan terhadap gempa.

Contoh bangunan lain yang rusak akibat Gempa Aceh adalah supermarket
di Banda Aceh seperti pada Gambar II.4. Bangunan rusak berat dan rata
dengan tanah. Seharusnya bangunan publik didesain tidak boleh roboh dan
rusak seperti ini.

II.2 Gempa Nias 28 Maret 2005


Gempa 28 Maret 2005 yang terjadi di Nias adalah dengan besaran 8,7 Skala
Richter. Jumlah korban hampir 1.000 orang di seluruh pulau Nias. Korban
kebanyakan diakibatkan oleh reruntuhan bangunan dari berlantai satu
sampai berlantai tiga. Tipe kerusakan akibat Gempa Nias dapat dilihat dari
Gambar II.5, II.6, II.7, dan II.8.

Gambar II.5: Gedung 2 Lantai Gambar II.6: Jembatan yang


yang Roboh di Gunung Sitoli Terguling Akibat Likuifaksi

4
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

Gambar II.7: Rumah yang roboh Gambar II.8: Rangka Atap yang
Rata dengan Tanah Roboh Akibat Gempa Vertikal

Dari Gambar II.5 dapat dilihat kerusakan gempa pada gedung Pertokoan
Monalisa yang terkenal di Gunung Sitoli. Bangunan ini rata dengan tanah
dengan tipe kerusakan sandwich.

Tipe kerusakan yang spesifik dapat dilihat pada Gambar II.6 (Jembatan
Idanogawo) yakni girder jembatan miring. Penyebabnya adalah terjadi
likuifaksi, yakni abutment bergeser dan terguling. Ini dikarenakan pondasi
tidak lagi dapat ditahan oleh tanah di bawah pondasi dikarenakan tanah
kehilangan daya dukung akibat gempa yang terjadi. Kasus likuifaksi banyak
terjadi di Nias setelah Gempa 28 Maret 2005.

Rumah penduduk yang roboh dapat dilihat di Gambar II.7, di mana kolom
tidak mampu memikul gempa sedangkan balok beton pada atap masih
utuh. Dapat dipastikan bahwa pada rumah ini penghuninya kena timpa
reruntuhan. Kerusakan masih dapat dicegah seandainya strukturnya
dikonsep dengan baik demikian juga pelaksanaan pembangunan kolomnya
memakai material beton minimum K175 dan besi beton minimum 4
diameter 12 mm dengan ukuran sengkang yang cukup. Detailing juga harus
memenuhi persyaratan di daerah gempa seperti pada literatur SKBI-1987.

Yang menarik adalah Gambar II.8 adalah bangunan Gereja BNKP Gunung
Sitoli, di mana kolom dan dinding tidak rusak, akan tetapi kuda-kuda kayu
dan atapnya sebagian roboh ke bawah. Robohnya atap ke bawah adalah
akibat Gempa Vertikal. Berdasarkan SNI 1726 tahun 2002 bahwa gempa
vertikal harus diperhitungkan terhadap struktur. Sedangkan peraturan
sebelumnya belum ada ketentuan tersebut.

5
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

II.3 Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006


Berkekuatan 5,9 Skala Richter. Korban jiwa sekitar 4.500 orang dan 3.800
bangunan hancur total akibat gempa ini. Beda gempa Yogyakarta dengan
Gempa Aceh dan Nias adalah karena epicenter-nya terletak di daratan
sehingga walaupun gempanya hanya 5,9 Skala Richter akan tetapi
menimbulkan korban yang cukup parah karena bangunan yang rusak
kebanyakan terletak di sekitar patahan seperti pada Gambar II.9.

Bangunan yang rusak


didaerah patahan ini

Gambar II.9: Patahan pada


Gempa Yogyakarta

Bangunan yang roboh akibat gempa Yogyakarta dapat dilihat di gambar


II.10, II.11, dan II.12.

Pada Gambar tersebut dapat dilihat pada bentuk kerusakan yang terjadi di
mana yang menyebabkan bangunan rusak adalah gempa pada saat Modal
Shape yang pertama. Seperti pada rumus dinamika Φ = [Φ 1 , Φ 2 ,........Φ N ]
maka [Φ1 ] adalah Modal Shape yang pertama. Bangunan pada Gambar
II.10 adalah bangunan yang baru. Bangunan ini diprediksi didesain belum
memakai SNI 2847. Bangunan pada Gambar II.11 juga sama halnya
dengan bangunan pada Gambar II.10.

Gambar II.12 adalah ciri khas bangunan perumahan di daerah Yogyakarta,


di mana atapnya genteng, akan tetapi kebanyakan rumah warga dibangun
dengan kolom tanpa tulangan. Dan mayoritas korban terdapat di daerah
pemukiman di mana dinding dan atapnya runtuh menimpa warga penghuni
rumah tersebut.

6
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

Gambar II.10:
Modal Shape 1 yang Terjadi
pada Bangunan Bertingkat 5.

Gambar II.11:
Modal Shape 1 yang Terjadi
pada Bangunan Bertingkat 2.

Gambar II.12:
Modal Shape 1 yang Terjadi
pada Bangunan Sederhana

II.4 Gempa Bengkulu 12 September 2007


Gempa Bengkulu 12 September 2007, dengan skala gempa 7,9 Skala
Richter. Sebelum Gempa ini pada tahun 2000 telah terjadi gempa di
Bengkulu. Pada saat itu banyak bangunan yang roboh. Pada gempa 12
September 2007, kelihatannya masih juga banyak bangunan yang roboh
yang lokasi bangunannya dibangun pada lokasi yang sama pada waktu
kejadian gempa 2000. Artinya adalah bahwa bangunan yang dibangun
setelah kejadian gempa tahun 2000 belum juga memenuhi bangunan tahan
gempa.

Kerusakan bangunan akibat gempa tahun 2007 tidak hanya terjadi di


Bengkulu akan tetapi sampai ke daerah pesisir Selatan Sumatera Barat
sampai ke Padang. Kerusakan bangunan akibat gempa Bengkulu dapat
dilihat di Gambar II.13 dan II.14.

7
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

Gambar II.13: Kerusakan Gempa Gambar II.14: Kerusakan Gempa


Bengkulu pada Bangunan Bengkulu pada Bangunan Beton
Sederhana Bertulang

Pada Gambar II.13 dapat dilihat bangunan sedehana yang roboh di mana
bangunan tersebut belum memenuhi kaedah bangunan tahan gempa.
Demikian juga pada Gambar II.14 kolomnya patah karena diprediksi
bangunannya belum didesain dengan bangunan tahan gempa.

III. DINAMIKA STRUKTUR

Dari teori dinamika struktur bahwa ada tiga model untuk menghitung
respons yakni sbb.:

• Single Degree of Freedom


Persamaan keseimbangan adalah
mv&& + cv& + k&v = −mv&&g (t )
Dimana v&&g (t ) : Gaya Gempa
Respons struktur adalah:
t
1
∫ − mv&& (τ )e
−ζω ( t −τ )
v(t ) = g sin ω D (t − τ )dτ
mω D 0

1
vmax = SV
ω
Dimana SV = Pseudo − velocity Spectral displacement Sd
SV
Sd =
ω
Sedangkan spectral acceleration:
S a = ω ⋅S v = ω 2 ⋅ S d
Maka gaya gempa maximum yang terjadi adalah:
fS = k × Sd = ω 2 × m × Sd = m × Sa

8
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

Dalam Building Code suatu negara ini dikenal dengan Respons Spectra.
Respons spectra yang populer adalah Gempa El-Centro Mei 1940. Gempa
El-Centro mempunyai amplitudo yang cukup besar yakni 0,32g dan waktu
getar yang cukup lama. Peraturan gempa negara lain berinspirasi dari sini,
termasuk peraturan gempa Indonesia. Di Gambar III.1 dapat dilihat ground
motion dari Gempa El-Centro.

Gambar III.1: Ground Motion Gempa El-Centro, Tahun 1940

Sedangkan respons spectra dari gempa El-Centro dapat dilihat pada


Gambar III.2 di bawah.

Gambar III.2: Respons Spectra


Gempa El-Centro a.) Kecepatan dan
b) Percepatan

9
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

• Multi Degree Of Freedom (MDOF)


Persamaan keseimbangan adalah sbb.:

[m]{v&&}v + [c]{v&}v + [k ](v ) = −[m]v&&g (t )

v = ΦY = φ1Y1 + φ 2Y2 + ............ + φ N YN

Di mana Φ : Modal Shape

Dengan diketahuinya Modal Shape maka dengan cara Modal Analisis


dapat dihitung gaya gempa berdasarkan respons spectra yang
ditetapkan.

• Sistem Kontinue
Sistem kontinue digunakan pada bangunan-bangunan khusus seperti
menara (TV), cerobong asap (chimney), dll. yang kekakuannya
kontinue.

∂ 2u ∂ 2 ⎡ ∂ 2u ⎤
m(x ) + ⎢ EI ( x ) ⎥ = − m( x)u&&g (t )
∂t 2 ∂x 2 ⎣ ∂x 2 ⎦

IV. LIKUIFAKSI

Jika terjadi gempa maka persamaan keseimbangan pada tanah adalah:

⎛W ⎞ ⎛γ ⋅ z ⎞ ⎛a ⎞
F = ma = ⎜⎜ ⎟⎟a = ⎜⎜ t ⎟⎟ = a max = σ vo ⎜⎜ max ⎟⎟
⎝g ⎠ ⎝ g ⎠ ⎝ g ⎠

Di mana F : Gaya Gempa, m : massa, W : Berat Tanah, γ t : Berat Jenis


Tanah, a max : Maximum percepatan horizontal akibat gempa, σ vo : Total
tegangan vertikal tanah di bawah pondasi.

Sedangkan tegangan geser tanah:


⎛ a max ⎞
τ max = F = σ vo ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ g ⎠

Selama gempa terjadi σ vo berubah menjadi nol, dengan demikian τ max


menjadi nol. Dengan demikian tanah kehilangan daya dukung sehingga
pondasi bisa turun ataupun terguling.

10
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

Oleh karena itu berdasarkan Seed dari Literatur [Robert, 2005], maka
berdasarkan nilai SPT potensi bahaya likuifaksi adalah sbb.:

(N1 )60 Potensi Bahaya Likuifaksi


0-20 Besar
20-30 Sedang
>30 Tidak berarti

Berdasarkan Magnitude, percepatan gempa, waktu gempa dan Skala


Intensitas MMI, maka potensi likuifaksi dapat dilihat di Tabel 1 di bawah:

Tabel 1: Korelasi antara ML, Percepatan Gempa, Waktu Gempa, dan MMI
Menurut Yaets et al., Gere and Shah dan Housner
Lokal Percepatan Waktu Skala Intensitas
Magnitude gempa gempa MMI
(ML) amax
≤2 I-II
3 III
4 IV-V
5 0,09 g 2 det VI-VII
6 0,22 g 12 det VII-VIII
7 0,32 g 24 det IX-X
≥8 ≥ 0.50 g ≥ 34 det XI-XII

Dari tabel di atas jika Gempa dengan Skala Richter di atas 0,09g dengan
waktu getar di atas 2 detik, maka gempa tersebut berpotensi untuk
likuifaksi.

V. PERKEMBANGAN PERATURAN GEMPA INDONESIA

• SKBI-2.3.53.1987
Berdasarkan SKBI-2.3.53.1987, maka zona gempa ditetapkan seperti
Gambar V.1., sedangkan perhitungan gaya gempa secara statik ekuivalen
adalah sebesar:
V = C.I .WT

Di mana C: adalah gaya gempa berdasarkan zona yang ditetapkan, I: faktor


keutamaan bangunan, Wt: berat.

11
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

Ada 6 zona yang berlaku di Indonesia. Zona 1 adalah zona yang paling
berbahaya, sedangkan zona 6 adalah zona yang aman terhadap gempa.
Dalam peraturan ini ditetapkan ada 4 jenis struktur yakni Struktur A, B, C,
dan D. Di mana masing-masing jenis struktur mempunyai koefisien Gempa
C yang berbeda. Dasar pemikirannya adalah setiap struktur tersebut
mempunyai waktu getar alami yang berbeda.

Gambar V.1: Peta Gempa Indonesia Dibuat Tahun 1987

Gambar V.2: Koefisien Dasar Gempa Tahun 1987

12
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

Gambar V.3: Sebuah Bangunan di Medan yang Didesain


terhadap Gaya Gempa

Sebagai contoh bangunan yang didesain adalah satu bangunan di Medan di


mana bangunan tersebut terdiri dari 5 lantai, auditorium, pentas dan tower
8 lantai. Tapi yang ditonjolkan di sini adalah tower yang 8 lantai dengan
ketinggian 35 m, lihat Gambar V.3.

Dalam analisa bangunan tersebut akan didesain dengan 6 zona gempa


berdasarkan SKBI-2.3.53.1987. Jenis tanah adalah tanah lunak.

Struktur tower sekolah menggunakan shear wall (dinding geser) di tengah


bangunan. Lebar tower 3 m dan panjang 4 m, tinggi tower = 35 m, yang
terdiri dari lantai I: 4.5 m, lantai II: 3.5 m, lantai III: 3.5 m, lantai IV: 3.5
m, lantai V: 4.0 m, lantai VI: 4.0 m, lantai VII: 7m dan lantai VIII = 5 m.
Perhitungan dilakukan dengan SANS-Pro. Model struktur dapat dilihat di
Gambar V.4.

Setelah dihitung maka besar gaya gempa yang terjadi dan perpindahan
yang terjadi pada bangunan tersebut dapat dilihat di Gambar V.5. Sudah
jelas bangunan yang ada di Nias akan mengalami gempa yang lebih besar
dari di Medan, karena dalam peta tersebut Nias adalah Zona 2 sedangkan
Medan adalah Zona 4.

13
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

Gambar V. 4. Pemodelan Struktur Tower


untuk Analisa Gempa

Gambar V.5. Perbandingan Gaya Gempa dan Displacement


Setiap Lantai untuk Zona yang Berbeda untuk Jenis Tanah Lunak
Sesuai dengan SKBI 2.3.53.1987

• SNI-1726
Berdasarkan SNI 03-1726-2002 maka wilayah gempa Indonesia dibagi 6
wilayah berdasarkan amplitudo pada batuan dasar sbb: Wilayah 1: 0,03g,
Wilayah 2: 0,10g, Wilayah 3: 0,15g, Wilayah 4: 0,20g, Wilayah 5: 0,25g,
dan Wilayah 6: 0,30g. Peta wilayah Gempa Indonesia dapat dilihat di
Gambar V.6.

14
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

Gambar V.6: Peta Wilayah Gempa 2002

Urutan bahaya Gempa berdasarkan kabupaten di Sumatera Utara


berdasarkan ACI/UBC dan SNI 2847 adalah sbb:

• Risiko Gempa High/Tinggi


Wilayah 6 dan 5: Kabupaten Nias dan Nias Selatan Kabupaten
Tapteng, Tapsel, Padang Sidempuan, Sibolga, Tapanuli Utara,
Tarutung, Sipirok, Kabupaten Madina.
• Risiko Gempa Moderate/Menengah:
Wilayah 4 dan 3: Kabupaten Humbanghas, Kabupaten Pakpak Barat,
Kabupaten Dairi, Kabupaten Tobasa, Kabupaten Samosir, Kabupaten
Karo, Simalungun, Pematang Siantar,Rantau Perapat, Tanjung Balai,
Deli Serdang, Kab Asahan, Medan, Binjai, Kabupaten Langkat,
Kabupaten Serdang Bedagai.
• Risiko Gempa Low/Rendah
Wilayah 1 dan 2: Selat Malaka dan Malaysia

Cara menghitung gaya gempa dapat dilihat secara detail di SNI 1726. Ada 2
macam gempa yang harus diperhatikan sewaktu desain yakni:
1. Gempa horizontal
2. Gempa vertikal

15
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

Gempa Horizontal
Gaya gempa horizontal yang terjadi pada bangunan dapat dimodelkan
C
seperti pada Gambar V.7. Sedangkan gaya gempa adalah V = 1 I.Wt ,
R
dimana V:Gaya Gempa, C1:Faktor Respons gempa (lihat Gambar IV.8), I:
Faktor Keutamaan Bangunan (lihat Tabel 2), R: Faktor reduksi Gempa, Wt:
Berat total bangunan termasuk beban hidup.

Tabel 2: Faktor Keutamaan Bangunan (I)


No. Katagori Gedung (I)
1. Gedung kantor umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan 1
perkantoran
2. Monumen dan bangunan monumental 1.6
3. Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air 1.4
bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat peyelamatan dalam
keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi
4. Gedung untuk meyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk 1.6
minyak bumi, asam, bahan beracun
5. Cerobong, tangki diatas menara 1.5

Fi

Gambar V.7: Model Gaya Gempa Horizontal pada Bangunan

Sedangkan gaya gempa di setiap lantai dapat dihitung dengan:


Wi z i
Fi = n
V
∑W z
i =1
i i

16
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

Faktor yang membedakan gaya gempa pada keenam Wilayah Indonesia


adalah C1, sedangkan yang lain-lain tetap sama. Sedangkan Respons
spektrum rencana (C1) seperti Gambar IV.8.

Gambar V.8: Koefisien Dasar Gempa C1

Selanjutnya Bangunan yang pada Gambar V.3, dihitung dengan peraturan


Gempa SNI 1726. Hasilnya dapat dilihat di Gambar V.9, di mana bedanya
dengan SKBI-2.3.53.1987 cukup berarti. Pada Gambar V.5 lendutan yang
terjadi pada puncak bangunan dengan Wilayah/Zona 4 (Medan) 1,5 cm
sedangkan dengan peraturan SNI 1726 lendutan yang terjadi 6 cm ( 4 kali
lebih besar dari SKBI-2.3.53.1987).

17
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

Gambar V.9: Perbandingan Gaya dan Displacement Setiap Lantai untuk


Zona yang Berbeda untuk Jenis Tanah Lunak Sesuai dengan
SNI 1726-2002

Gaya Gempa Vertikal


Gaya gempa vertikal dapat dilihat di Gambar V.10. Gempa vertikal dapat
terjadi dan berbahaya pada bentang bentang besar seperti rangka atap,
jembatan dll.

V=gempa vertikal

Gambar V.10: Gaya Gempa Vertikal

Cv
Gaya vertikal gempa dihitung dengan V = I .Wt , di mana C v = ΨA0 I
R
Cv = Koefisien gempa vertikal, Ψ = faktor respons gempa vertikal sesuai
dengan Tabel 3
Ao = Dapat dilihat di Tabel 4, I = Faktor keutamaan bangunan, R = Faktor
reduksi dan Wt = Berat

18
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

Tabel 3: Faktor Respons Gempa Vertikal


Wilayah Ψ Kota/Kabupaten
Gempa
1 0,5 Malaysia
2 0.5 Selat Malaka
3 0.5 Rantau Perapat, Tanjung Balai, Deli Serdang, Kab Asahan,
Medan, Binjai, Kab. Langkat
4 0.6 Kab. Humbanghas, Kab. Pakpak Barat, Kab. Dairi, Kab. Tobasa,
Kab. Samosir, Kab. Karo, Simalungun, Pematang Siantar
5 0.7 Kab. Tapteng, Kab. Tapsel, Sibolga, Tapanuli Utara, Kab Madina
6 0.8 Nias, Nias Selatan

Tabel 4: Ao
Wilayah Tanah Keras Tanah Tanah Lembek Tanah
Gempa (N>50) Sedang (N<15) Khusus
(15<N<50)
1 0.04 0.05 0.08 Khusus
2 0.12 0.15 0.20
3 0.18 0.23 0.30
4 0.24 0.28 0.34
5 0.28 0.32 0.36
6 0.33 0.36 0.38

• Amplitudo pada Batuan Dasar Berdasarkan [Rizkita, 2007]


Setelah gempa Aceh dan Nias maka berdasarkan studi yang dibuat oleh
[Rizkita, 2007] amplitudo pada batuan dasar untuk Indonesia dapat dilihat
di Gambar V.11.

Yang menarik disini adalah jika dibandingkan dengan Peta Gempa 1987,
percepatan gempa untuk Medan tahun 2007 5 kali besar. Dan jika
dibandingkan Peta Gempa 2002, gempa 2007 1,6 kali lebih besar. Peta
Gempa 2007 menjadikan perhatian yang cukup besar apalagi bagi
bangunan-bangunan yang telah ada di Kota Medan.

19
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

Gambar V.11: Peta Gempa Indonesia 2007

Kemudian bangunan yang pada Gambar V.3 dihitung dengan peta


Indonesia 2007, dan hasilnya dapat dilihat di Gambar V.12.

Gambar V.12: Perbandingan Gaya dan Displacement Setiap Lantai untuk


Zona yang Berbeda untuk Jenis Tanah Lunak Sesuai dengan
Peta Indonesia 2007

20
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

Gambar V.13: Perbandingan Gaya dan Displacement di Setiap Lantai untuk


Medan Berdasarkan SKBI 2.3.53-1987, SNI 1726-2002 dan
Peta Gempa 2007 untuk Jenis Tanah Lunak

Jika dibandingkan ketiga hasil baik SKBI-2.3.53.1987, SNI 1726 tahun 2002
dan Peta Indonesia 2007, lihat Gambar V.13, maka hasilnya untuk
Zona/Wilayah gempa Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

SKBI 1987 SNI 1726 2007


2002
Perpindahan lantai atas 1,5 cm 6 cm 9 cm

Perbandingan perpindahan/displacement pada puncak dengan lokasi yang


sama dan bangunan yang sama tetapi berbeda Peta gempa, maka untuk
bangunan diatas, displacement berdasarkan peta tahun 2007 lebih besar 6
kali lipat dari peta Gempa tahun 1987. Jika dibandingkan dengan peta
gempa tahun 2002 displacement yang terjadi 1,5 kali lipat.

21
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

VI. TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN


GEDUNG BERDASARKAN SNI 2847

• Bahan

Semen
Semen portland harus memenuhi SNI 15-2049-1994.

Agregat
Harus memenuhi SNI 03-2461-1991.

Air
Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan bahan merusak yang mengandung Oli, Asam, alkali, Garam, bahan
organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau
tulangan.

Baja Tulangan
Tulangan momen harus tulangan ulir.

• Persyaratan Pendetailan
Berdasarkan wilayah yang ditetapkan Bab V pada struktur beton pada
bangunan ditetapkan sbb.:

Wilayah Gempa (WG)1 dan 2/Risiko Gempa (RG) Rendah


- Tidak ada syarat khusus pendetailan
- Hanya perlu memenuhi persyaratan desain SNI 2847 pasal 3 s.d. 20

Wilayah Gempa (WG)3 dan 4/Risiko Gempa (RG) Menengah


- Harus memenuhi persyaratan pendetailan menengah di kolom

Wilayah Gempa (WG)5 dan 6/Risiko Gempa (RG) Tinggi


- Semua komponen struktur harus memenuhi persyaratan pendetailan

• Sistem Struktur
Dasar sistem struktur yang tercantum didalam SNI-1726 Tabel 3
didefinisikan sbb.:
- Sistem Dinding Penumpu didefinisikan Dinding Struktural (DS),
disebut juga Shear Wall

22
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

- Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM), ada 3 jenis (SRPMK)


(K=Khusus), (SRPMM) (M=Menengah), (SRPMB) (B=Biasa)
- Sistem Ganda, gabungan antara DS dengan SRPM

Dalam SNI-2847 sistem struktur diatas ada ditentukan persyaratannya


maupun detailing-nya. Berdasarkan SNI-2847 Medan termasuk dengan
Wilayah Gempa WG 3 dengan Risiko Gempa RG Menengah. Struktur yang
dipilih adalah (SRPMM).

• Tulangan Jangkar antara Bata dan Kolom Menurut SKBI 1987


Untuk mendukung aksi komposit maka diharuskan membuat tulangan
jangkar maximum setiap 10 lapis bata.

Tulangan jangkar sangat jarang dijumpai dipasang di Medan ataupun


daerah-daerah lainnya walaupun ada di SKBI 1987.. Padahal tulangan
jangkar ini sangat membantu struktur utama agar terjadi aksi komposit.
Tulangan jangkar juga berfungsi agar batu bata tidak terjatuh kebawah jika
gempa ada, lihat Gambar VI.1

Kejadian tanpa tulangan jangkar banyak terjadi sewaktu gempa di


Jogjakarta yang mana kolom tetap berdiri namun dinding bata jatuh karena
tidak mempunyai tulangan jangkar.

Tulangan
jangkar

Gambar VI.1: Tulangan Jangkar

23
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

VII. RISIKO GEMPA DI MEDAN

Berdasarkan wilayah gempa yang telah ditetapkan berdasarkan tahun 1987,


2002 dan 2007 maka percepatan gempa Medan dapat dilihat di tabel di
bawah ini.

Koefisien El CENTRO SKBI-1987 SNI-1726 2007(Rizkita)


Gempa C 1940 1987 2002

Medan, 0,32g 0,05g 0,15g 0,25 g


(Risiko (Risiko (Risiko Gempa
Gempa kecil, Gempa Tinggi, Potensi
Potensi sedang Likuifaksi sedang)
Likuifaksi Potensi
kecil) Likuifaksi
ada)
Nias 0,32g 0,13g 0,30g 0,30g
(Risiko (Risiko (Risiko Gempa besar
Gempa Gempa Potensi Likuifaksi
sedang, sedang besar)
Potensi Potensi
Likuifaksi Likuifaksi
ada) besar)

Risiko pada Kota Medan berdasarkan peta Gempa 2007 naik dari risiko
menengah menjadi risiko tinggi. Oleh karena itu, jika memakai portal beton
bertulang maka strukturnya berubah dari SRPMM menjadi SRPMK.

Potensi likuifaksi di daerah Medan untuk masa mendatang juga cukup besar
(percepatan gempa 0,25g) karena percepatan gempa berdasarkan Tabel 1.
sudah di atas 0,09g. Dan jika percepatan gempa diatas 0,09g berarti
potensi likuifaksi sudah ada. Sedangkan untuk Nias bahaya gempa hampir
menyamai El-Centro.

Berdasarkan Peta Gempa 2007, risiko gempa untuk daerah Tapsel, Madina,
Tapteng, di sekitar Danau Toba cukup besar, dengan percepatan gempa
0,30g (menyamai Nias).

24
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

VIII. KESIMPULAN

Jika dilihat dari tabel pada Bab VII, untuk masa yang akan datang gaya
gempa yang dapat terjadi di Medan adalah 5 kali lebih besar dari sebelum
tahun 1987 dan 1,67 kali lebih besar dari tahun 2002.

Kelihatannya jika diikuti amplitudo gempa pada tahun 2007, maka struktur
bangunan yang telah berdiri di Medan dengan perhitungan sebelum tahun
2007 (masih mengikuti Peta Gempa tahun 1987 dan 2002) kurang aman
terhadap gempa. Demikian juga potensi terhadap likuifaksi untuk Medan
juga ada.

Konsep struktur pada SKBI-1987 belum selengkap SNI-1726, terutama


pada Gempa Wilayah 5 dan 6. Sedangkan untuk Medan berdasarkan SKNI-
1726 ditetapkan menjadi wilayah moderat/sedang. Akan tetapi berdasarkan
konsep peraturan 2007 Wilayah Medan telah meningkat menjadi berisiko
tinggi karena amplitudonya dapat mencapai 0,25g. Dengan demikian
konsep struktur harus ditingkatkan dari Sistem Rangka Pemikul Momen
Menengah (SRPMM) menjadi Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK).

Pemakaian tulangan jangkar pada struktur beton akan membantu


menaikkan kekakuan portal. Di mana selama ini banyak pemilik bangunan
mengabaikan tulangan jangkar ini.

Bahaya gempa perlu disosialisasikan kepada masyarakat, agar semua pihak


bersiap-siap untuk mengahadapi bencana gempa yang akan bisa timbul di
masa yang akan datang. Untuk bangunan-bangunan tinggi, bangunan
publik selayaknya dapat dikaji ulang apakah layak menerima gaya gempa
yang besarnya 0,25g untuk masa yang akan datang. Untuk menghindari
kerusakan akibat gempa besar maka dapat dilakukan perkuatan struktur.
Perkuatan struktur dapat dilakukan dengan memperkuat kolom dan
komponen struktur lainnya.

25
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

UCAPAN PENGHARGAAN DAN TERIMA KASIH

Hadirin yang saya muliakan,

Sebelum mengakhiri pidato pengukuhan ini, izinkanlah saya menyampaikan


ucapan terima kasih dengan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada
seluruh pihak yang telah membantu saya selama ini terutama untuk Sivitas
Akademika Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara sebagai awal
pembinaan karier saya.

Selanjutnya ucapan terima kasih ini saya sampaikan dengan rasa hormat
kepada Bapak Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K), Rektor
Universitas Sumatera Utara dalam menyetujui pengesahan untuk jabatan
Guru Besar ini.

Terima kasih dan penghargaan juga kami sampaikan kepada Bapak dan Ibu
para Anggota Senat Universitas Sumatera Utara, Bapak dan Ibu Anggota
Dewan Guru Besar Universitas Sumatera Utara, Tim Penilai Kenaikan
Pangkat Univesitas Sumatera Utara yang telah menilai kelayakan saya
untuk jabatan Guru Besar pada Fakultas Teknik USU yang kita cintai ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada para


Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Teknik USU,
Pembantu Dekan Fakultas Teknik USU, Ketua Jurusan dan Sekretaris
Departemen Teknik Sipil USU dan seluruh dosen Departemen Teknik Sipil
yang sangat mendukung kami untuk mendapatkan Jabatan Guru Besar di
Departemen Teknik Sipil USU.

Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan khusus kepada Prof. Dr.
Ing B. Kotulla dan Prof. Dr. Ing. FH Schroeder, Promotor dan Co-promotor
sewaktu studi di Bergische Universitaet di Wuppertal-Jerman atas
bimbingannya selama mengambil program doktor.

Penghargaan selanjutnya kami sampaikan kepada Dr. Ing. Hotma


Panggabean dan Ir. E. B. Sianturi, Dipl. HE (Alm.) atas rekomendasi beliau
melanjutkan S3 ke Jerman. Demikian juga terima kasih kepada Prof. Dr. Ir
Firman Tamboen, M.Eng dan Dr. Ir. Sastra Dharma Sebayang, MEng (Alm.)
atas dukungannya untuk mengambil profesi sebagai dosen di Fakultas
Teknik USU.

26
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

Khusus kepada Prof. Dr. Ir. Bachrian Lubis, MSc, terima kasih dalam
dukungannya memberikan motivasi untuk segera mengusulkan ke Guru
Besar.

Untuk mantan dosen Mekanika Teknik yang sangat kami cintai Prof. Dr. Ir.
Muhar Husin, Dipl. Sanitary, terima kasih atas ilmu yang diberikan yang
membuka wawasan kami untuk menjadi S3 di bidang Struktur dan menjadi
Guru Besar di Bidang Analisa Struktur, demikian juga kepada Drs. Sanggup
Bangun, terima kasih atas konseling dan bimbingan yang diberikan selama
studi S1 di Jurusan Sipil Fakultas Teknik USU. Untuk dosen-dosen yang lain
di Jurusan Sipil Fakultas Teknik USU yang tak bisa kami sebutkan satu per
satu, terima kasih atas jasa-jasamu membimbing kami.

Terima kasih juga kami sampaikan kepada Yayasan Supersemar di mana


kami menerima beasiswa dari tahun 1975 sampai tahun 1980 selama studi
S1, demikian juga kepada DAAD (Deutsche Akademische Auslandamt
Deutschland) beasiswa dari tahun 1982-1985, Beasiswa ADB/USU dari
tahun 1985-1988 dan beasiswa dari Pemerintah Bavaria-Jerman dari tahun
1988-1989.

Khusus untuk kedua orang tuaku Bapa Naik Damianus Tarigan (Alm.) dan
Ibu Ruth Kita Sebayang, terima kasih atas kasih sayang yang diberikan
kepada kami anak-anaknya. Tanpa bimbingan beliau kami tidak akan
seperti ini.

Kepada istriku tersayang, Dra Malemta Sebayang, yang mendampingiku


selama ini dan khusus selama belajar di Jerman terima kasih aku ucapkan
kepadamu atas pengabdian kepada suamimu. Juga kepada anak-anak,
Antonius Juanta Tarigan, Franz Josef Tarigan, dan Stefanie Tarigan terima
kasih atas dukungan kepada bapak sehingga mendapat guru besar.

Terima kasih tak terhingga saya sampaikan kepada guru-guru SD St.


Antonius-Medan, SD RK. St. Xaverius Kabanjahe, SMP RK. St. Xaverius
Kabanjahe, SMA Negeri I Medan yang telah mendidik saya di jenjang
pendidikan dasar dan menengah.

Terima kasih juga kami sampaikan kepada panitia yang telah berpartisipasi
dalam pelaksanaan pengukuhan ini.

Saya menyadari masih banyak lagi ucapan terima kasih yang selayaknya
kami sampaikan ke berbagai pihak, namun saat ini kami tidak bisa
mengucapkan satu per satu, untuk itu kami mohon maaf sebesar besarnya.

27
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

Bapak Rektor dan hadirin sekalian yang saya hormati,

Pada akhirnya dari lubuk hati yang dalam, kami mengucapkan terima kasih
atas perhatian dan kesabaran mengikuti pengukuhan hari ini. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya bagi kita semua yang hadir
di sini.

28
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

DAFTAR PUSTAKA

Chopra Anil K. (1995). “Dynamics of Structures” Theory and Application to


Earthquake Engineering. Prentice Hall, New Jersey.

Clough R. W. (1986). “Dynamics of Structures”. McGraw-Hill, Singapore.

Purnomo Rachmat (2006), “Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan


Gempa”. ITSpress, Surabaya.

Rizkita Parithusta (2007). “New attenuation Relation for Earthquake Ground


Motions in Indonesia Considering Deep Source Event”. Seminar HAKI,
Jakarta.

Robert W. Day (2006). ”Foundation Engineering Handbook. Design and


Construction with 2006 International Building Code”. Mc. Graw Hill,
Singapore.

SKBI (1987). “Petunjuk Perencanaan Beton Bertulang Dan Struktur Dinding


Bertulang untuk Rumah dan gedung”. Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.

SNI 1726 (2002). ”Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk


Bangunan Gedung”. Jakarta.

SNI 2847 (2002).“Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan


Gedung”. Jakarta.

Tarigan Johannes (2005). “Belajar dari Kerusakan Bangunan Akibat Gempa


Nias dan Aceh”. Seminar Himpunan Ahli Konstruksi (HAKI), Medan.

Wakabayashi M. (1986).”Design of Earthquake-resistent Buildings” Mc Graw


Hill, Tokyo.

29
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Johannes Tarigan


NIP : 130 905 362
Pangkat dan Golongan : Pembina Tingkat I, IVb
Tempat/Tanggal Lahir : Kabanjahe, Kabupaten Karo/24 Desember 1956
Alamat : Jln. Sembada VII No.: 1, Medan 20131
E-mail : johnstar@indosat.net.id
Nama Ayah : Naik Damianus Tarigan (Alm.)
Nama Ibu : Ruth Kita br. Sebayang
Nama Istri : Malemta br. Sebayang
Nama Anak : 1. Antonius Juanta Tarigan
2. Franz Josef Tarigan
3. Stefanie Tarigan

B. PENDIDIKAN

Stratum Tempat Tahun Ijazah/ Bidang


Tamat Keterangan Studi
SD St. Antonius
Medan (Kelas I s.d. V)
SD 1969 Ijazah Umum
SD RK St Xaverius
Kabanjahe (kelas VI)
SMP RK St. Xaverius
SMP 1972 Ijazah Umum
Kabanjahe
SMA SMA Negeri I Medan 1974 Ijazah IPA
USU, Fakultas Teknik Teknik
S1 1980 Ijazah
Sipil
Bergische
Ujian kesetaraan Teknik
S2 Universitaet 1986
ke Dipl. Ing Sipil
Wuppertal Jerman
Bergische
Ijazah dengan nilai Teknik
S3 Universitaet 1988
Magna Cum Laude Sipil
Wuppertal Jerman

30
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

C. JABATAN DAN PEKERJAAN

I. Jabatan Akademik
Tanggal Jabatan
1 November 1984 Assisten Ahli Madya
1 April 1987 Assisten Ahli
1 September 1990 Lektor Muda
1 Oktober 1995 Lektor Madya
1 September 1998 Lektor
1 Januari 2005 Lektor Kepala
1 Juni 2007 Guru Besar

II. Pekerjaan
Periode Institusi dan Tempat Jabatan
Tahun
1980-1982 Jurusan Sipil Fakultas Staff Pengajar Assisten
Teknik USU Laboratorium Mekanika Tanah
1982-1990 Bergische Universitaet Assisten pada Institut konstruktive
Wuppertal Jerman Ingenieurbau Massivbau/Fertig-
teilen.
Spanbeton, Fertigteilen, Dynamische
Belastung.
1990-sekarang Departemen Teknik Sipil Staff pengajar dalam mata kuliah
Fakultas Teknik Metode Elemen Hingga, Analisa
Struktur Lanjutan, Teknik Gempa,
Pelat dan Cangkang, Dinamika
Struktur
2004-sekarang Program Magister Teknik Staff pengajar dalam mata kuliah
Sipil, Sekolah Pasca Metode Elemen Hingga, Analisa
Sarjana Struktur Lanjutan

III. Sertifikat Keahlian


Tahun Keahlian/Assosiasi Bidang
2005 IPU (Ahli Utama)/HAKI Teknik Struktural
2005 IPU(Ahli Utama)/HAKI Teknik Sipil
2005 IPU(Ahli Utama)/HAKI Bangunan Tenaga Air

31
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

D. PENGHARGAAN

• 2005, Penghargaan dari Paus Benediktus XVI, desain bangunan


penjiarahan Annaivelangkani di Medan.
• 2005, Satya Lencana Karya Satya 20 tahun.
• 1999, Satya Lencana Karya Satya 10 tahun

E. PUBLIKASI 3 TAHUN TERAKHIR

1. Tarigan Johannes, 2006, ”Pembelajaran dari Gempa 26 Desember


2004 terhadap struktur bangunan bertingkat”, ”Jurnal Sistem Teknik
Industri Vol. 7, (terakreditasi), Medan.
2. Tarigan Johannes, 2005, “Kerusakan akibat Tsunami dan Gempa
Northern Sumatera 26 Desember 2004 terhadap Banda Aceh dan
Sirombu Nias Barat ”Jurnal Sistem Teknik Industri vol. 6, no:3
(terakreditasi), Medan.
3. Tarigan Johannes, 2005, “Analisa dampak gempa 26 Desember
2004 dan 28 Maret 2005 terhadap kerusakan bangunan di Nias
serta perancangan bangunan dimasa datang.” Jurnal Teknik Industri
Vol. 6, No. 4 (terakreditasi), Medan.

F. PENELITIAN 3 TAHUN TERAKHIR

1. Evaluasi Struktur Bangunan Terminal Internasional Polonia Medan,


Pasca Kebakaran, 2006.
2. Damage Evaluation of 3 Stories High-Rise Building and Tower of
Telkomsel in Banda Aceh, after Aceh Earthquake, Civil Engineering
Department, University of Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 2005.
3. Evaluasi Struktur Tower Telkomsel dan Bangunan 2 Lantai di Bawah
Tower Tersebut di Sibolga, Pasca gempa Nias dan Aceh.
4. Damage Evaluation of 10 Stories High-Rise Building in Pekanbaru,
after Nias Earthquake, Civil Engineering Department, University of
Sumatera Utara, Medan, Indonsia, 2006.
5. Evaluation of Housing Construction in Nias Island, after Nias
Earthquake 28 March 2005, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
(BRR), Aceh-Nias, Indonesia, 2006.
6. Evaluasi Struktur Bangunan Bank Sumut Medan, Pasca gempa Aceh
dan Nias, 2006.
7. Evaluasi Struktur Bangunan Bank Mandiri Medan, Pasca gempa Aceh
dan Nias, 2006.

32
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

8. Evaluasi Struktur Bangunan Hotel Asean Medan, Pasca gempa Aceh


dan Nias, 2006.
9. Evaluasi Struktur Bangunan Bank Mandiri Medan, Pasca gempa Aceh
dan Nias, 2006.
10. Evaluasi Struktur Bangunan PT Indosat Medan, Pasca gempa Aceh
dan Nias, 2006.

G. PRESENTASI DALAM KEGIATAN/PERTEMUAN ILMIAH 3 TAHUN


TERAKHIR

1. ”Pengujian kuat lentur balok beton under reinforced dengan


overreinforced”, Seminar Pascasarjana Magister Teknik Sipil-
Himpunan Ahli Konstruksi (HAKI), USU 2004.
2. “Solution for the stability of slopes by an ecotechnic approach”
dipresentasikan pada Internasional Seminar and Workshop on
Ecological Architecture and Environment in the Tropics 2005
Universitas Soegijapranata-Semarang.
3. “Pembelajaran dari Gempa Mexico, Liwa, Aceh dan Nias”
dipresentasikan pada Seminar, Gempa Bumi dan Tsunami dalam
kaitannya dengan konstruksi bangunan, DPRD-SU bekerja sama
dengan LPJKD-SU dan BMG Sumbagut, Medan 2005.
4. ”Gempa dan Tsunami Aceh 26 Desember 2004”, Seminar di Biro
Rektor USU, Medan 2005.
5. ”Gempa/Tsunami Aceh dan Nias”, Seminar Universitas Darma
Agung, Medan 2005.
6. ”Belajar dari kerusakan Bangunan akibat Gempa Nias dan Aceh,
Seminar HAKI, Medan, 2005.
7. ”Penerapan metode elemen hingga pada galian basement, Seminar
HAKI, MEDAN, 2005.

H. KENGGOTAAN DALAM ORGANISASI ILMIAH/PROFESI

1. Ketua Komisariat Daerah (Komda) Sumut, Himpunan Ahli


Konstruksi Indonesia (Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia)
2. Ketua IV Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJKD)
Sumatera Utara
3. Perhimpunan Alumni Jerman (PAJ)
4. Perhimpunan Alumni DAAD (Deutsche Akademi Austauch Dienst) di
Indonesia

33
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

I. PENGALAMAN SEBAGAI AHLI STRUKTUR 3 TAHUN TERAKHIR

Tahun Kegiatan Tempat Pemilik/Sumber Dana


2007 1. Desain Pondasi Roller Berastagi PT Mikie Holiday/PT Mikie
Coaster dan Twin Flip. Holiday
2. Desain struktur yang Teluk Diknas/Spanisch Red
aman terhadap Gempa Dalam/Nias Cross
pada 7 gedung sekolah. Selatan
3. Desain struktur yang Meulaboh/ Diknas/Spanisch Red
aman terhadap Gempa NAD Cross
pada 4 gedung sekolah.
4. Desain struktur yang Nagan Kabupaten Nagan
aman terhadap Gempa Raya Raya/Caritas Austria dan
pada Menara Air YEL
ketinggian 15 m di rumah
Sakit Nagan Raya, Aceh
5. Desain struktur Rumah Medan Yayasan
Sakit St. Elisabet, 6 St.Elisabet/Yayasan
tingkat dan 1 basemen. St.Elisabet.
6. Design struktur Rumah Gunung Dep. Hukum dan
Tahanan Gunung Sitoli Sitoli HAM/BRR NAD NIAS
Nias
7. Desain struktur Sekolah Medan Yayasan Candra
Candra Kusuma, 5 lantai, Kusuma/Yayasan Candra
Auditorium bentang 27 m. Kusuma
2006 1. Desain struktur Cambridge Medan PT Global Medan
Condominium, 23 lantai, 3 Square/PT Global Medan
Basemen. Square
2. Desain struktur Astoria Batam PT Astoria
Hotel 18 lantai Batam Hotel/PT Astoria Hotel

3. Design Ruang fitness Medan PT Indosat/PT Indosat


PT Indosat

4. Desain Rumah Jompo Medan Yayasan


St.Elisabeth Elisabeth/Rumah Sakit
Elisabeth
2005 1. Perkuatan Pondasi dan Pematang Yayasan Vihara Meitreya
Struktur Bangunan Siantar
Wihara.
2. Perkuatan Struktur Medan Yayasan Vihara Meitreya
Bangunan Wihara.
3. Desain struktur Rumah Medan Dep Hum dan Ham/APBN
Tahanan Imigrasi
4. Desain Jembatan Gantung Bukit Yayasan Eko Lestari
dengan Bentang 112 m Lawang

34
Kajian Struktur Bangunan di Kota Medan
terhadap Gaya Gempa di Masa yang Akan Datang

35

Anda mungkin juga menyukai