Appendisitis
Appendisitis
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Fisiologi25
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendicitis.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid
Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks ialah
Imunoglobulin A (Ig-A). Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap
infeksi yaitu mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah
penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun, pengangkatan
appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan sedikit
sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.
menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat
mengalami peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi.24
anak umur 2-20 tahun didapat bahwa perforasi appendicitis lebih cenderung di
pedesaan (69,6%) daripada perkotaan (30,4%) (p=0,042).33
c. Distribusi Appendicitis Berdasarkan Waktu (Time)
Penelitian Dombal (1994) di Amerika Serikat terjadi penurunan kasus
appendicitis dari 100 menjadi 52 per 100.000 penduduk periode tahun 1975-1991.34
Penelitian Walker (1995) di Afrika Selatan terjadi peningkatan kasus appendicitis
dari 8,2 menjadi 9,5 per 100.000 penduduk periode tahun 1987-1994.35
Penelitian Bisset (1997) di Skotlandia terjadi penurunan kasus appendicitis
dari 19,7 menjadi 9,6 per 10.000 penduduk periode tahun 1973-1993.36 Penelitian
Ballester et al (2003) di Spanyol terjadi peningkatan kasus appendicitis dari 11,7
menjadi 13,2 per 10.000 penduduk periode tahun 1998-2003.13
2.4.2. Determinan Appendicitis
a. Faktor Host
a.1. Umur
Appendicitis dapat terjadi pada semua usia dan paling sering pada dewasa
muda. Penelitian Addins (1996) di Amerika Serikat, appendicitis tertinggi pada usia
10-19 tahun dengan Age Specific Morbidity Rate (ASMR) 23,3 per 10.000
penduduk.37 Hal ini berhubungan dengan hiperplasi jaringan limfoid karena jaringan
limfoid mencapai puncak pada usia pubertas.24
a.2. Jenis Kelamin
Penelitian Omran et al (2003) di Kanada, Sex Specific Morbidity Rate
(SSMR) pria : wanita yaitu 8,8 : 6,2 per 10.000 penduduk dengan rasio 1,4 : 1.14
Penelitian Gunerhan (2008) di Turki didapat SSMR pria : wanita yaitu 154,7 : 144,6
per 100.000 penduduk dengan rasio 1,07: 1.17 Kesalahan diagnosa appendicitis
15-20% terjadi pada perempuan karena munculnya gangguan yang sama dengan
appendicitis seperti pecahnya folikel ovarium, salpingitis akut, kehamilan ektopik,
kista ovarium, dan penyakit ginekologi lain.24
a.3. Ras
Faktor ras berhubungan dengan pola makan terutama diet rendah serat dan
pencarian pengobatan. Penelitian Addins (1996) di Amerika Serikat, IR
kulit putih : kulit hitam yaitu 15,4 : 10,3 per 10.000 penduduk dengan rasio 1,5 : 1.37
Penelitian Richardson et al (2004) di Afrika Selatan, IR kulit putih : kulit hitam yaitu
2,9 : 1,7 per 1.000 penduduk dengan rasio 1,7 : 1.32
Penelitian Ponsky (2004) di Children's National Medical Center Amerika
Serikat dengan desain Case Control pada anak umur 5-17 tahun didapat penderita
ruptur appendicitis 1,66 kali lebih besar pada anak keturunan Asia (Odds Ratio [OR]:
1,66; 95% Confidence Interval [CI] : 1,24-2,23) dan 1,13 kali lebih besar pada anak
kulit hitam (OR: 1,13; 95% CI: 1,01-1,30) dibandingkan anak bukan penderita ruptur
appendicitis.38 Penelitian Smink (2005) di Boston dengan desain Case Control pada
anak umur 0-18 tahun didapat penderita ruptur appendicitis 1,24 kali lebih besar pada
anak kulit hitam (OR: 1,24; 95% CI: 1,101,39) dan 1,19 kali lebih besar pada anak
hispanik (OR: 1,19; 95% CI: 1,101,29) dibandingkan anak bukan penderita ruptur
appendicitis.39
b.
Faktor Agent
Proses radang akut appendiks disebabkan invasi mikroorganisme yang ada
di usus besar. Pada kultur ditemukan kombinasi antara Bacteriodes fragililis dan
Eschericia coli, Splanchicus sp, Lactobacilus sp, Pseudomonas sp, dan Bacteriodes
splanicus. Bakteri penyebab perforasi yaitu bakteri anaerob 96% dan aerob 4%.9
c. Faktor Environment
Urbanisasi mempengaruhi transisi demografi dan terjadi perubahan pola
makan dalam masyarakat seiring dengan peningkatan penghasilan yaitu konsumsi
tinggi lemak dan rendah serat.40 Penelitian epidemiologi menunjukkan peran
konsumsi rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendicitis.
Kebiasaan konsumsi rendah serat mempengaruhi defekasi dan fekalith menyebabkan
obstruksi lumen sehingga memiliki risiko appendicitis yang lebih tinggi.24
kataral terjadi leukositosis dan appendiks terlihat normal, hiperemia, edema, dan tidak
ada eksudat serosa.
b.
24
Mesenterika,
biasanya
didahului
oleh
enteritis
atau
2.7.6. Kehamilan ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan
yang tidak jelas seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di luar rahim
disertai pendarahan menimbulkan nyeri mendadak difus di pelvic dan bisa
terjadi syok hipovolemik.
2.7.7. Divertikulosis Meckel, gambaran klinisnya hampir sama dengan appendicitis
akut dan sering dihubungkan dengan komplikasi yang mirip pada appendicitis
akut sehingga diperlukan pengobatan serta tindakan bedah yang sama.
2.7.8. Ulkus peptikum perforasi, sangat mirip dengan appendicitis jika isi
gastroduodenum mengendap turun ke daerah usus bagian kanan sekum.
2.7.9. Batu ureter, jika diperkirakan mengendap dekat appendiks dan menyerupai
appendicitis retrocaecal. Nyeri menjalar ke labia, skrotum, penis, hematuria,
dan terjadi demam atau leukositosis.
2.8. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendicitis. Faktor
keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita
meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan
diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat
melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas
dan mortalitas. Proporsi komplikasi appendicitis 10-32%, paling sering pada anak
kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan
40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan
orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen,
demam, dan leukositosis.28, 44
b. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita appendicitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
b.1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita appendicitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian
antibiotik sistemik.47
b.2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka tindakan
yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi.
Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).48
BAB 3
KERANGKA KONSEP
4-11 tahun
12-19 tahun
20-27 tahun
28-35 tahun
5.
6.
7.
8.
36-43 tahun
44-51 tahun
52-59 tahun
60-66 tahun
Batak
Jawa
Minang
Aceh
Melayu
Lain-lain
Islam
Kristen
Hindu
Budha
Konghucu
Belum/Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Akademi/ PT
3.2.3. Keluhan adalah gejala yang dialami penderita appendicitis sehingga berobat
ke rumah sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang
dikategorikan menjadi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.2.4. Lama rawatan rata-rata adalah jumlah hari perawatan penderita appendicitis
sesuai dengan yang tercatat pada kartu status dan kemudian dihitung nilai
rata-rata.
Appendicitis akut
Appendicitis infiltrat
Appendicitis abses
Appendicitis perforasi
Appendicitis kronis
3.2.8. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita appendicitis sewaktu keluar
dari rumah sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang
dikategorikan menjadi:
1.
2.
3.
4.
Sembuh
Pulang berobat jalan (PBJ)
Pulang atas permintaan sendiri (PAPS)
Meninggal