Anda di halaman 1dari 31

Bab 7 Menilai Bahaya dan Risiko

di Laboratorium

lompok 7
e
k
:
y
b
Created
nsyah
Feri Andria
an
Feri Setiaw
tita Leni
Rahika On
nti
Tria Yussa

Pendahuluan
Bab ini memberikan panduan praktis untuk
menilai bahaya dan risiko. Meski tanggung
jawab untuk melakukan penilaian ini
terutama diserahkan kepada orang yang
akan mengadakan eksperimen, manajemen
risiko harus melibatkan konsultasi dengan
supervisor laboratorium langsung dan,
dalam banyak contoh, petugas keselamatan
dan keamanan bahan kimia laboratorium
(CSSO).

Mengkonsultasikan Sumber
Informasi
Banyak sumber daya dapat membantu dalam menilai bahaya
dan risiko bahan kimia di dalam laboratorium. Sumber daya
yang paling dikenal dan digunakan secara universal meliputi

Rencana kesehatan bahan kimia;

Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS);

Ringkasan Keselamatan Bahan Kimia Laboratorium (LCSS);

Kartu Keselamatan Bahan Kimia Internasional (ICSC);

label; dan

Sistem Harmonisasi Global untuk Komunikasi Bahaya (GHS).

Mengevaluasi Risiko Racun Bahan


Kimia Laboratorium
Toksikologi adalah studi efek balik
bahan kimia terhadap sistem hidup.
Seluruh pegawai laboratorium harus
memahami prinsip dasar tertentu
dan toksikologi dan belajar untuk
mengakui kelas bahan kimia beracun
dan korosif utama.

Hubungan Dosis-Respons

Prinsip dasar toksikologi adalah tidak ada satu zat


pun yang sepenuhnya aman dan semua bahan
kimia menghasilkan efek beracun jika zat tersebut
dalam jumlah yang sangat cukup tersentuh oleh
sistem hidup.
Untuk semua bahan kimia, ada kisaran konsentrasi
yang menyebabkan efek bertingkat antara tidak
ada efek sama sekali dan kematian. Dalam
toksikologi, kisaran ini disebut hubungan dosisrespons untukbahan kimia.
Dosis adalah jumlah bahan kimia yang diserap
(melalui
penghirupan,
pencernaan,
atau
penyerapan melalui kulit) dan responsnya adalah
efek yang dihasilkan bahan kimia.

Satu cara untuk mengevaluasi toksisitas akut bahan kimia,


atau toksisitasnya setelah satu kali paparan, adalah dengan
memeriksa dosis letal (LD) atau nilai konsentrasi letal (LC)
bahan tersebut.

LD50 : jumlah bahan kimia yang saat dicerna, disuntikkan,


atau dioleskan ke kulit hewan uji dalam kondisi laboratorium
yang terkendali membunuh setengah (50%) dari jumlah
hewan.
LC50 : konsentrasi bahan kimia di udara yang akan
membunuh 50% hewan uji yang terpapar. LC50 diberikan
dalam bagian per juta, miligram per liter, atau miligram per
meter kubik. LC50 lebih sering digunakan untuk bahan kimia
yang mudah menguap atau bahan kimia dengan tekanan uap
cukup sehingga penghirupan menjadi rute penting masuknya
bahan kimia ke tubuh.
Nilai LC100 dan LD100 juga berguna sebagai konsentrasi
atau dosis terendah yang menyebabkan kematian hewan uji.
Secara umum, semakin tinggi LD50 atau LC50, semakin
rendah toksisitas bahan kimia.

Durasi dan Frekuensi Pemaparan


Efek racun bahan kimia terjadi setelah pemaparan
tunggal (akut),
intermittent (berulang), atau
berulang dalam waktu yang lama (kronis). Zat
beracun akut menyebabkan kerusakan sebagai
akibat pemaparan tunggal berdurasi pendek.
Hidrogen sianida, hidrogen sulfida, dan nitrogen
dioksida adalah contoh racun akut. Sebaliknya,
zat beracun kronis menyebabkan kerusakan
setelah pemaparan berulang atau berdurasi lama
atau menyebabkan kerusakan yang hanya
menjadi bukti setelah masa laten yang panjang

Jalur Pemaparan
Pemaparan terhadap bahan kimia di
laboratorium terjadi melalui :
penghirupan,
kontak dengan kulit atau mata,
pencernaan, dan
injeksi.

Menilai Risiko Racun Bahan Kimia


Laboratorium Tertentu
Langkah pertama dalam menilai risiko
eksperimen
terencana
adalah
mengidentifikasi bahan kimia mana
yang akan digunakan yang berpotensi
zat berbahaya. Bagian ini menjelaskan
bagaimana cara menilai risiko yang
terkait dengan kelas bahan kimia
beracun tertentu. Bahan kimia yang
digunakan
di
laboratorium
dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kelas
zat beracun berbeda.

Racun Akut

Toksisitas akut adalah kemampuan


bahan kimia untuk menyebabkan
efek berbahaya setelah pemaparan
satu kali. Bahan beracun akut dapat
menyebabkan efek racun lokal, efek
racun sistemik, atau keduanya.
Kelas racun ini meliputi bahan kimia
korosif,
iritan,
dan
alergen
(pemeka).

Racun akut
Bahan kimia yg paling umum dengan tingkat toksisitas akut tinggi yg
ditemui di laboratorium antara lain :

akrolein;
nikel karbonil;
arsina;
nitrogen dioksida;
klorin;
osmium tetraoksida;
diazometana;
ozon;
diborana (gas);
fosgen;
dimetil merkuri;
natrium azida; dan
hidrogen sianida;
natrium sianida (dangaram sianida lainnya).
Hidrogen fl uorida;
metil fl uorosulfonat;

Iritan, Korosif, Alergen, dan Pemeka

Iritan adalah bahan kimia non-korosif


yang
memiliki
efek
peradangan
(pembengkakan dan kemerahan).

Zat korosif adalah zat padat, cair, atau


gas yang menghancurkan jaringan hidup
dengan tindakan kimia di tempat yang
mengalami kontak. Efek korosif tidak
hanya terjadi di kulit dan mata, tetapi
juga di saluran pernapasan dan, bila
termakan, di dalam saluran cerna.

Iritan, Korosif, Alergen, dan Pemeka

Alergi bahan kimia adalah reaksi balik sistem


kekebalan terhadap bahan kimia. Reaksi alergi
semacam itu disebabkan oleh sensitisasi
sebelumnya terhadap bahan kimia tersebut
atau bahan kimia yang mirip secara struktural.

Kepekaan yang ditunjukkan setiap orang


terhadap bahan kimia laboratorium sangat
beragam. Saat bekerja dengan alergen yang
dikenal, ikuti kebijakan laboratorium tentang
penanganan dan pengendaliannya.

Asfiksian
Asfiksian adalah zat yang mengganggu
pengiriman pasokan oksigen yang memadai
ke organ tubuh yang vital.
Otak adalah organ yang paling mudah
terpengaruh oleh kekurangan oksigen, dan
pemaparan
terhadap
asfiksian
menyebabkan
pingsan
dan
kematian
dengan cepat. Gas asetilen, karbon dioksida,
argon, helium, etana, nitrogen, metana, dan
butana adalah asfiksian yang umum.

Neurotoksin
Neurotoksin memiliki efek merugikan
pada struktur atau fungsi sistem saraf
pusat atau periferal, yang dapat
bersifat permanen atau sementara.
Beberapa neurotoksin kimia antara
lain merkuri (anorganik dan organik),
pestisida organofosfat, karbon disulfi
da, xilena, trikloroetilena, dan nheksana.

Toksin Reproduktif
Toksin reproduktif adalah zat yang menyebabkan
kerusakan kromosom (mutagen) dan zat dengan
efek letal atau teratogenik (perubahan bentuk)
pada janin. Zat ini menimbulkan masalah dalam
berbagai aspek reproduksi, termasuk kesuburan,
kehamilan, produksi ASI, dan kinerja reproduksi
umum lainnya serta dapat mempengaruhi baik
pria maupun wanita. Toksin reproduktif pria dalam
beberapa kasus
menyebabkan kemandulan.
Banyak racun reproduktif merupakan racun kronis
yang menyebabkan kerusakan setelah pemaparan
berulang atau jangka panjang, dengan efek yang
menjadi jelas hanya setelah masa laten yang lama.

Toksin pengembangan
Toksin
pengembangan
beraksi
selama kehamilan dan menyebabkan
efek
merugikan pada fetus. Saat
wanita
terpapar
bahan
kimia,
umumnya janin juga terpapar karena
plasenta
merupakan
penghalang
bahan kimia yang sangat buruk.
Racun
pengembangan memiliki
dampak terbesar selama trimester
pertama kehamilan.

Racun yang Mempengaruhi Organ


Lainnya
Zat beracun juga mempengaruhi organ
selain sistem reproduksi dan saraf.
Sebagian besar hidrokarbon berklor,
benzena,
hidrokarbon
aromatik
lainnya,
beberapa
logam,
karbon
monoksida, dan sianida, di antara zat
lainnya, menghasilkan satu atau lebih
efek pada organ target. Banyak LCSS
menyebutkan efek racun pada organ
seperti
hati,
ginjal,
paru-paru,
ataudarah.

Karsinogen
Karsinogen adalah zat yang mampu
menyebabkan
kanker.
Karsinogen
merupakan zat beracun kronis; yaitu, zat
yang menyebabkan kerusakan setelah
pemaparan berulang atau dalam jangka
panjang, dan
pengaruhnya mungkin
terlihat nyata setelah masa laten yang
panjang. Karsinogen merupakan racun
yang sangat berbahaya karena tidak
memiliki efek berbahaya yang langsung
tampak.

Menggunakan Kategori Kontrol (Control


Banding) untuk
MenilaiRisiko

Kategori kontrol adalah penilaian risiko


dan pendekatan manajemen kualitatif
yang
meminimalkan
pemaparan
pegawai ke bahan berbahaya.
membantu
menentukan penanganan
yang tepat terhadap bahan yang tidak
memiliki batas paparan di tempat kerja
(occupational exposure limits - OEL).

Menilai Bahaya Bahan Mudah Terbakar,


Reaktif, dan Mudah Meledak

Selain bahaya yang disebabkan oleh


efek racun bahan kimia, penilaian
risiko
harus mempertimbangkan
bahaya bahan kimia yang mudah
terbakar, reaktivitas,
eksplosivitas
(mudahnya meledak).

Zat yang Mudah Terbakar


Zat yang mudah terbakar, yang mudah memantik api dan
terbakar di udara, dapat berbentuk padat, cair, atau uap.
agar tidak terjadi kebakaran, tiga kondisi harus terjadi
bersamaan:
1. atmosfer yang beroksidasi, biasanya udara;
2. konsentrasi gas yang mudah terbakar atau uap yang berada
dalam batas kemudahbakaran zat; dan
3. sumber penyulutan.
Cara terbaik untuk menangani bahaya ini adalah :
1. mencegah
munculnya uap
mudah terbakar dan
sumber penyulutan pada saat bersamaan.
2. Jika uap dari cairan yang mudah terbakar tidak dapat
selalu dikendalikan, kendali ketat terhadap sumber
penyulutan
adalah
pendekatan
terbaik
untuk
mengurangi risiko kemudahbakaran.

Karakteristik Kemudahbakaran

Titik nyala adalah suhu terendah di mana cairan


memiliki
tekanan uap cukup untuk membentuk
campuran yang dapat menyala dgn udara di sekitar
permukaan cairan.

Suhu penyalaan zat, baik padat, cair, maupun gas,


adalah suhu minimal yg diperlukan untuk memulai
atau menyebabkan terjadinya pembakaran mandiri
tanpa tergantung sumber panas.

Masing2 gas dan cairan (sebagai uap) yg mudah


terbakar memiliki 2 batas kemudahbakaran yg cukup
jelas & yg menunjukkan kisaran konsentrasi bahan
kimia dlm campuran udara yg akan menghasilkan api

Penyebab Penyulutan

Pembakaran spontan atau penyulutan sendiri terjadi


jika zat mencapai suhu penyulutan tanpa adanya panas
dari luar.

Sumber penyulutan potensial di dalam laboratorium


antara lain nyala api terbuka dan pembakar bunsen,
juga sejumlah sumber bertenaga listrik yang tidak
begitu terlihat, termasuk lemari es, motor pengaduk,
dan oven gelombang mikro

Kebakaran yang paling dikenal melibatkan


bahan
mudah terbakar yang terbakar di udara. Tetapi, oksidan
yang menyebabkan kebakaran atau ledakan itu tidak
selalu oksigen, tergantung sifat agen pereduksinya.

Bahaya Mudah Terbakar Khusus

Gas yang dimampatkan atau dicairkan menyebabkan


bahaya kebakaran
karena panas menyebabkan
tekanan meningkat dan wadah dapat pecah.

Kemudahbakaran,
toksisitas,
dan
tekanan menjadi lebih serius jika gas
panas.

Kebocoran atau keluarnya gas yang mudah terbakar


menghasilkan atmosfer eksplosif di laboratorium.

Asetilen, hidrogen, amonia, hidrogen sulfida,


propana, dan karbon monoksida sangat berbahaya.

peningkatan
terpapar ke

Bahaya reaktif

Reaktif air

Piroforik = oksidasi senyawa oleh oksigen

Bahan kimia yang tidak sesuai = Kontak


tidak disengaja antara zat kimia yang
tidak
sesuai
(incompatible)
dapat
menyebabkan
ledakan
serius
atau
pembentukan zat yang sangat beracun
atau mudah terbakar atau keduanya.

Bahaya peledakan

Bahan peledak = senyawa kimia atau campuran


mekanis apa pun yg, jika terkena getaran, benturan,
gesekan, detonasi, atau inisiasi lainnya yg sesuai,
mengalami perubahan kimia cepat dan menciptakan gas
yg sangat panas dalam volume besar yg menggunakan
tekanan di media sekeliling.

Senyawa Azo, Peroksida, dan Tidak Jenuh (Penghasil


Peroksida)

Pengoksidasi Lainnya

Bubuk dan Debu

Bahan Peledak yang Sangat Panas

Menilai bahaya fisik

Gas yang Dimampatkan

Kriogen yang Tidak Mudah Terbakar

Reaksi Tekanan Tinggi

Kerja Vakum

Bahaya Frekuensi Radio dan Gelombang Mikro

Bahaya listrik

Menilai Bahaya Hayati


Bahaya hayati merupakan masalah di
laboratorium
yang
menangani
mikroorganisme atau bahan yang
terkontaminasi mikroorganisme.
Bahaya-bahaya ini biasanya muncul di
laboratorium penelitian klinis dan
penyakit menular, tetapi mungkin juga
muncul di laboratorium lain.

Sumber Referensi
Lisa Moran dan Tina Masciangioli .
2010 . Keselamatan dan Keamanan
Laboratorium Kimia . Amerika
Serikat : THE NATIONAL ACADEMIES
PRESS.

THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai