Hiperplasia Atipik
Hiperplasia Atipik
kadar
hormon
(progesteron)
akan
menurun,
sehingga
timbullah
Klasifikasi
Suatu karsinoma endomentrium memiliki banyak klasifikasi berdasarkan
klinis maupun histologi. Klasifikasi tersebut yaitu :
Keterangan
Karsinoma insitu
Karsinoma terbatas pada korpus
Stadium IA Panjang kavum uteri <8 cm
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
Keterangan
Tumor terbatas pada endometrium
Invasi kurang dari bagian miometrium
Invasi lebih dari bagian miometrium
Tumor
hanya
menginvasi
kelenjar
Sadium IIB
Stadium IIIA
endoserviks
Tumor menginvasi stroma serviks
Tumor menginvasi lapisan serosa dan atau
ke adneksa dan atau ditemukannya sel
Stadium IIIB
Stadium IIIC
Stadium IVA
Stadium IVB
G1
G2
G3
DESKRIPSI
Hiperplasia sederhana
ditandai
(Simple Hiperplasia)
oleh
proliferasi
jinak
dari
kelenjar
(Complex Hiperplasia)
Hiperplasia Atipik
Simple hyperplasia
Gambar 2. Kelenjar dalam berbagai ukuran, kadang melebar, kelenjar cystic dipisahkan oleh
stroma yang banyak stroma. (Low power).5
Gambar 3. Kelenjar dibatasi oleh pseudostatified yang seragam dan oval nukleus. (High power).5
Complex Hyperplasia
Kompleks hiperplasia dibedakan dari hiperplasia sederhana dengan tingkat yang
lebih besar dari proliferasi kelenjar, berkerumun keluar menekan stroma dan
sering mengambil alih dengan kelenjar yang nyata dalam ukuran dan bentuk
bervariasi. Seperti di hiperplasia sederhana, inti sel atipik tidak ada. Stroma antara
kelenjar yang berdekatan dapat berkurang hanya beberapa sel, tetapi menurut
definisi, beberapa sel stroma normal adalah selalu diamati. Garis batas antara
hiperplasia sederhana dan kompleks terkadang sulit untuk dibedakan. Diagnosis
diferensial dengan hiperplasia atipik tergantung pada ada tidaknya sitologi atipik,
sebagaimana akan dibahas. Diagnosis diferensial dengan karsinoma tergantung
pada keberadaan dari stroma antara hiperplasia kelenjar di kompleks atau atipik.8
Gambar 4. Kelenjar ini sangat berdekatan dengan sedikit stroma dan sangat tidak teratur dalam ukuran
dan bentuk. (Low power).6
Gambar 5. Kelenjar dipisahkan oleh stroma endometrium sedikit satu sama lain. Inti yang seragam dan
oval (High power).6
Atypical Hyperplasia
Pada hiperplasia atipik memiliki anomali arsitektur baik untuk hiperplasia
sederhana atau kompleks yang dihias dengan sitologi atipik. Gambaran utama
adalah dispolaritas selular, susunan tidak teratur, dan anisositosis, disertai dengan
pembulatan inti (dibandingkan dengan inti kolumnar seragam hiperplasia tanpa
atipia), nukleomegali, hiperkromatisasi, penggumpalan kromatin, dan pembesaran
9
nukleolus. Banyak kasus juga ditandai dengan eosinofilia sitoplasma tetapi ini
bukan merupakan prasyarat untuk menegakkan diagnosis. Temuan yang mungkin
berguna adalah adanya puing-puing nekrotik inti sel eosinofilik dalam kelenjar
atipikal dari proses hiperplastik.8,9
Gambar 6. Kelenjar ini sangat berdekatan dengan sedikit stroma dan sangat tidak teratur dalam ukuran
dan bentuk (low power).6
Gambar 7. Kelenjar menunjukkan inti bulat bertingkat dengan nukleolus (High power)6
Klinis4
Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita perimenopause yang kemudian
hadir
dengan
pendarahan
yang
abnormal.
Tampilan
rongga
endometrium
10
mengandung
hiperplastik
jaringan
adalah
variabel.
Dalam
banyak
kasus,
USG
Terutama USG transvaginal, tebal endometrium di atas 5 mm pada usia
perimenopause. Pemeriksaan USG dilakukan untuk memperkuat dugaan adanya
keganasan endometrium dimana terlihat adanya lesi hiperekoik di dalam kavum
uteri/endometrium yang inhomogen bertepi rata dan berbatas tegas dengan ukuran
6,69 x 4,76 x 5,67 cm. Pemeriksaan USG transvaginal diyakini banyak penelitian
sebagai langkah awal pemeriksaan kanker endometrium, sebelum pemeriksaanpemeriksaan yang invasif seperti biopsi endometrial, meskipun tingkat
keakuratannnya yang lebih rendah, dimana angka false reading dari strip
endometrial cukup tinggi. Sebuah meta-analisis melaporkan tidak terdeteksinya
kanker endometrium sebanyak 4% pada penggunaan USG transvaginal saat
melakukan pemeriksaan pada kasus perdarahan postmenopause, dengan angka
false reading sebesar 50%. USG transvaginal dengan atau tanpa warna, digunakan
sebagai tehnik skrining. Terdapat hubungan yang sangat kuat dengan ketebalan
endometrium dan kelainan pada endometrium. Ketebalan rata-rata terukur 3,41,2
mm pada wanita dengan endometrium atrofi, 9,72,5 mm pada wanita dengan
hiperplasia, dan 18,26,2mm pada wanita dengan kanker endometrium. Pada
studi yang melibatkan 1.168 wanita, pada 114 wanita yang menderita kanker
endometrium dan 112 wanita yang menderita 5 mm. Metode non-invasi lainnya
adalah sitologi endometrium namun akurasinya sangat rendah.
11
Biopsi
Pengambilan sampel endometrium, selanjutnya di periksa dengan mikroskop (PA)
Cara mendapatkan sampel : aspirasi sitologi dan biopsy hisap (suction biopsy)
menggunakan suatu kanul khusus. Alat : novak, serrated novak, kovorkian,
explora (mylex), pipelly (uniman), probet.
12
Hysteroscopy
Memasukkan kamera (endoskopi) kedalam rahim lewat vagina. Dilakukan juga
pengambilan sampel untuk di PA-kan.
13
memberikan
hormon
progesteron.
Dengan
pemberian
progesteron,
14
Bila menstruasi tidak terjadi setiap bulan maka harus diberikan terapi
progesteron untuk mencegah pertumbuhan endometrium berlebihan. Terapi
terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral kombinasi.
15