Parkinson Disease
Diajukan kepada:
dr. TH. Suryono, Sp. S
Disusun oleh:
Adil Hijri Muhammad
20090310075
ANAMNESIS
I.
II.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Status
: Tn. M
: 72 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Pensiunan
: Menikah
KELUHAN UTAMA
Sulit memulai gerakan.
STATUS
1. Kesan Umum
: Baik
Kesadaran
GCS
Orientasi
Memori
Afasia
Agnosia
: Compos mentis
: E4 M6 V5
: Baik
: Baik
::-
Vital Sign
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
: 130/90 mmHg
: 84x/menit
: 20x/menit
2. Status neurologis
A. Tanda rangsangan selaput otak :
Kaku kuduk
: (-)
Tanda kernig
: (-)
Tanda brudinski I : (-)
Tanda brudinski II : (-)
B. Nervus kranialis
N. I (Olfaktorius)
Subyektif
Dengan bahan (kopi bubuk)
Kanan
Kiri
:
:
N. II (Optikus)
Tajam penglihatan
Lapang penglihatan
Melihat warna
Fundus okuli
:
:
:
:
>6/60
dbn
dbn
dbn
>6/60
dbn
dbn
dbn
N. III (Okulomotorius)
Celah mata
Posisi bola mata
Pergerakan bola mata
Strabismus
Nistagmus
Exophtalmos
Pupil
Besarnya
Bentuknya
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya tidak langsung
Refleks konvergensi
Melihat ganda
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
di tengah
dbn
3 mm
Bulat
+
+
+
-
simetris
di tengah
dbn
3 mm
Bulat
+
+
+
-
dbn
dbn
N. IV (Troklearis)
Pergerakan mata
(ke bawah-ke dalam)
:
:
Tengah
-
Tengah
-
N.V (Trigeminus)
Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Refleks kornea
Sensibilitas muka
:
:
:
:
:
dbn
dbn
dbn
+
+
dbn
dbn
dbn
+
+
N. VI (Abdusen)
Pergerakan mata (ke lateral)
Sikap bola mata
Melihat ganda
:
:
:
Tengah
-
Tengah
-
N. VII (Fasialis)
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Memperlihatkan gigi
Bersiul
Perasaan lidah (2/3 anterior)
:
:
:
:
:
N. VIII
Suara berbisik
Tes schwabach
Tes rinne
Tes weber
Vertigo
Nistagmus
dbn
simetris
simetris
simetris
simetris
dbn
:
:
:
:
:
:
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
N. IX (Glosofaringeus)
Perasaan lidah (1/3 posterior)
Sensibilitas faring
:
:
dbn
dbn
N. X (Vagus)
Arkus faring
Menelan
Refleks muntah
Fenomena Vernet Rideau
:
:
:
:
normal (tengah)
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
N. XI (Aksesorius)
Mengangkat bahu
Memalingkan muka
:
:
dbn
dbn
N.XII (Hipoglossus)
Atrofi lidah
Kekuatan
Gerak spontan
Posisi diam
:
:
:
:
(-)
(-)
simetris
simetris
(-)
di tengah
(-)
(-)
dbn
dbn
dbn
dbn
Posisi dijulurkan
Sensibilitas
- Taktil
- Nyeri
- Suhu
- Diskriminasi 2 titik
- Lokalisasi
2. Anggota gerak atas
Motorik
Kekuatan
Trofi
Tonus
Motorik
Kekuatan
Trofi
Tonus
di tengah
:
:
:
atas
5
normal
normal
:
:
:
atas
5
normal
normal
Refleks fisiologis
Biceps
Triceps
Reflek Patologis
Hoffman Tromner
3. Anggota gerak bawah
Pergerakan
Kekuatan
Trofi
Tonus
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Suhu
Diskriminan 2 titik
Lokalis
Getar
Reflek Fisiologis
Patella
Achilles
Refleks Patologis
Babinski
Chaddock
Schaeffer
Kanan
tengah
5
normal
normal
Kiri
tengah
5
normal
normal
bawah
5
normal
normal
bawah
5
normal
normal
:
:
++
++
++
++
:
:
:
:
terbatas
4
Normotrofi
normal
terbatas
3
Normotrofi
normal
:
:
:
:
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
:
dbn
: ++
: ++
++
++
:
:
:
dbn
dbn
dbn
Oppenheim
Gordon
Mendel- Rossolimo
:
:
:
Paha
Kaki
:
:
Klonus
4. Reflek primitif
Reflek memegang
Reflek snout
Reflek menghisap
Reflek palmomental
: dbn
: dbn
: dbn
: dbn
II.
III.
: +
: +
: dbn
: dbn
: ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
Diagnosis
Parkinson Disease
Plan
Terapi :
Levopar tab (levodopa 100mg+benserazide hidroklorida 25mg) 2x1
Trihexyphenidyl tab 2mg 3x1
Sifrol tab 0,125mg 1x1
Neurodex tab 1-0-0
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Penyakit patologi ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra
pars kompakta (SNC) yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies).
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi dari Penyakit Parkinson belum diketahui secara pasti diperkirakan 1 % dari
jumlah penduduk antara usia 50 th s/d 70 th dari pria atau wanita dengan ras Kaukasian lebih
banyak dibanding Afro Amerika .
ETIOLOGI
Etiology dari Penyakit Parkinson belum diketahui secara pasti , namun ada beberapa faktor
yang dapat meningkatkan Resiko dari Penyakit Parkinson :
Usia
Jenis kelamin
Ras
Trauma
Stress Emosional
Environmental Exposures
Farming
ETIOPATOGENESIS
Teori toksin
Teori genetik
defek
genetik
yang
Berikut ini adalah 4 gejala utama dari penyakit PD (Parkinson Disorder) atau
bisa disingkat TRAP, yaitu:
1. Tremor
Tremor Istirahat (Rest Tremor) yang khas ini merupakan gejala yang paling jelas,
sering terdapat pada awal penyakit dan mudah diidentifikasi oleh penderita maupun
keluarganya sendiri. Rest tremor ini bersifat kasar (kurang lebih 4 siklus/detik), dan
gerakannya seperti memulung pil (pill-rolling) atau seperti menghitung uang logam. Tremor
dapat dimulai dari satu ekstremitas saja pada awal gejala dan dapat menyebar sehingga
mengenai seluruh anggota tubuh (lengan, rahang, lidah, kelopak mata, tungkai) bahkan juga
suara. Tremor ini berupa gerakan getar yang biasanya muncul pada gerak tangan, lengan, atau
tungkai saat rileks. Misalnya saat memegang koran atau gagang telepon.
Tremor dapat menghilang jika otot berelaksasi total ataupun dengan melakukan
gerakan. Faktor fisik dan emosi dapat mencetuskan timbulnya tremor ini. Ada jenis tremor
yang lainnya dengan frekuensi 7-8 siklus/menit. Tidak seperti yang 4 siklus/menit, tremor ini
dapat tetap ada pada gerakan penderita dan tidak berhubungan dengan posisi diam dari
anggota gerak (bukan rest tremor) dan lebih mudah hilang pada posisi otot yang relaksasi.
Pasien bisa menampakkan gejala kedua tremor ini atau hanya salah satunya.
Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan
lainnya, lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening, dan kelopak
mata. Biasanya penderita mengeluh tangannya bergetar saat beristirahat, namun tidak saat
melakukan aktivitas. Tremor yang terjadi pada kepala menyebabkan kepala menggeleng,
mulut membuka menutup, dan lidah terjulur tertarik tarik.
Tremor juga akan muncul atau bertambah berat pada keadaan stres. Saat konsentrasi
pun bisa muncul gejala tremor, namun pada saat tidur lelap gejala ini tidak muncul. Pada
kondisi lanjut, tremor juga akan muncul meski sedang beraktivitas.
2. Rigiditas
Rigiditas: kekakuan; peningkatan tonus otot. Dikombinasikan dengan rest tremor,
kekakuan ini menghasilkan fenomena cog-wheel atau roda gigi saat ekstremitas digerakkan
secara pasif. Hal ini juga sangat jelas dapat dirasakan dengan cara mempalpasi otot pasien
bahkan pada keadaan rileks dan rasa ingin jatuh.
Rigiditas, yang didefinisikan sebagai tahanan terhadap gerakan pasif sehingga apabila
persendian penderita digerakkan orang lain, akan terasa seperti roda gigi. Penderita
mengeluh otot kaku, nyeri sendi, dan lelah. Keadaan ini terkadang menyerupai gejala
rematik. Postur tubuh dapat menjadi membungkuk ke depan. Pada keadaan yang lanjut
gerakan sendi bisa menjadi terbatas.
Rigiditas disebabkan oleh peningkatan tonus pada otot antagonis dan otot protagonis
dan terdapat pada kegagalan inhibisi aktivitas motoneuron otot protagonis dan otot antagonis
sewaktu gerakan. Meningkatnya aktivitas alfa motoneuron pada otot protagonis dan otot
antagonis menghasilkan rigiditas yang terdapat pada seluruh luas gerakan dari ekstremitas
yang terlibat.
3. Akinesia/Bradykinesia
Bradykinesia/Akinesia: pengurangan atau tidak adanya gerakan sama sekali. Gerakan
cepat, berulang-ulang menghasilkan sebuah gerakan disritmik dan pengurangan kekuatan
gerakan.
Bradikinesia, berupa menurunnya gerakan motorik tubuh secara keseluruhan. Misalnya, sulit
bangkit dari kursi, memulai berjalan atau berbalik ke tempat tidur. Wajah tampak murung dan
sedih, kedipan mata berkurang atau tatapan mata kosong seperti orang melamun. Suara juga
dapat berubah menjadi halus dan pelan, sehingga sulit didengar. Gaya berjalan menjadi kaku
seperti robot, langkah menjadi kecil-kecil dan pendek, langkah diseret, lengan tidak atau
kurang melenggang. Dalam hal makan, penderita juga mengalami kelambanan, baik
mengunyah atau menelan, dan bahkan dapat mengeluarkan air liur.
Bradikinesia menyebabkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan
spontan berkurang sehingga wajah mirip topeng, kedipan mata berkurang, menelan ludah
berkurang sehingga ludah keluar dari mulut. Gerakan penderita menjadi lamban sehingga
gerak asosiatif menjadi berkurang misalnya: sulit bangun dari kursi, sulit mulai berjalan,
lamban mengenakan pakaian atau mengancingkan baju, lambat mengambil suatu obyek, bila
berbicara gerak bibir dan lidah menjadi lamban. Terjadi perubahan pada tulisan tangan. Saat
menulis, tulisan penderita Parkinson biasanya lama-lama akan semakin mengecil sampai
tidak terbaca. Dan jika terjadi di usia produktif, maka akan mengganggu pekerjaannya.
Bradikinesia merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi dari impuls optik
sensorik, labirin, propioseptik dan impuls sensorik lainnya di ganglia basalis. Hal ini
mengakibatkan perubahan pada aktivitas refleks yang mempengaruhi alfa dan gamma
motoneuron.
4. Hilangnya refleks postural
Postural instability (ketidakstabilan postural): tidak adanya refleks postural sehingga
mengakibatkan ketidakseimbangan.
Instabilitas Postural yang ditandai dengan memburuknya keseimbangan tubuh
sehingga penderita mudah jatuh. Ketika sedang berjalan penderita dapat mengalami kesulitan
berhenti sehingga saat akan berhenti dapat kehilangan keseimbangan.
Meskipun sebagian peneliti memasukkan sebagai gejala utama, namun pada awal
stadium penyakit Parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita penyakit Parkinson
yang sudah berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala ini. Keadaan ini disebabkan
kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata,
pada level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh.
Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.
Gejala Parkinson berbeda pada setiap dari mereka yang mengalaminya. Gejala
umumnya dimulai pada satu sisi bagian tubuh dan biasanya memburuk pada sisi tersebut
bahkan setelah gejala mulai terjadi pada kedua sisi tubuh.
Berikut ini adalah gejala-gejala Parkinson yang biasa ditunjukkan oleh penderitanya, yaitu:
Kurangnya ekspresi muka serta mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata
berkurang, disamping itu kulit muka seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut.
Wajah penderita menjadi kurang ekspresif dan datar karena otot-otot wajah untuk
membentuk ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi wajah ini
disalahartikan sebagai depresi, walaupun memang banyak penderita Parkinson yang
akhirnya mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan
matanya jarang mengedip.
Langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit Parkinson. Pada stadium yang lebih
lanjut sikap penderita dalam posisi kepala difleksikan ke dada, bahu membongkok ke
depan, punggung melengkung ke depan, dan lengan tidak melenggang bila berjalan.
Pengucapan kata-kata yang monoton dengan volume yang kecil dan khas pada
penyakit Parkinson. Pada beberapa kasus suara mengurang sampai berbentuk suara
bisikan yang lamban. Bicara sering terdengar sangat lembut dan seperti menggumam.
Mata kurang berkedip, melirik ke arah atas terganggu, konvergensi menjadi sulit,
menjadi pelan, lemah, dan tidak dapat dimengerti. Kata-katanya sulit didengar dan
dipahami.
Mengalami kesulitan atau kekakuan dalam melakukan gerak tubuh juga merasakan
ketegangan atau sakit seperti terjadi kekakuan pada otot, ketika berjalan, memutar, jalan di
tempat yang sempit yang akan membuat penderita kesulitan dalam bergerak.
Hilangnya indera penciuman yang diakibatkan oleh proses penurunan perkembangan
syaraf.
Mengalami depresi sebelum terjadinya dalam masalah pergerakan. Para ahli yakin,
kelainan mental merupakan bagian dari pernyakit Parkinson sendiri, bukan hanya reaksi
dari memiliki penyakit Parkinson.
Terjadi gemetaran pada tangan, kaki, rahang, juga kepala ketika sedang beristirahat
Mengalami kondisi membeku seperti patung pada saat berjalan atau berputar arah
sulit untuk bergerak. Bangun dari tempat tidur atau berdiri dari kursi menjadi sangat sukar.
Orang yang menderita Parkinson jarang membuat gerakan-gerakan spontan.
Tidak bisa bertahan lama dalam posisi berdiri. Petunjuk umumnya penderita akan
kehilangan keseimbangan tubuh dan bisa terjatuh. Mereka biasanya akan berjalan dengan
langkah-langkah kecil dan lambat. Namun, jika pasangan Anda mengalami hal seperti ini
dan tidak diikuti gejala Parkinson lainnya, mungkin saja dia mengalami diagnosa yang
berbeda.
Terjadi masalah pada sisi lain tubuh Anda. Gejalanya berupa jari-jari yang bergetar
atau kekakuan pada kaki. Pergerakan motoris pada penderita Parkinson awalnya hanya
mengganggu satu sisi tubuh. Selanjutnya dalam beberapa tahun ke depan gangguan ini
akan menyebar ke sisi yang lain.
Penderita seperti kekurangan tenaga.
Saat penderita berjalan, satu tangan tidak berayun sebanyak tangan lainnya dan
pergerakan yang lambat ini akan menjalar pada seluruh tubuh. Sebagai contoh, awalnya
tangan berayun lebih lamban dari biasanya, selanjutnya diikuti dengan jarang berkedip
dan menelan ludah.
Hilangnya keseimbangan dan kesulitan untuk memutar tubuh atau menghentikan
langkah.
Merasakan gejala timbulnya rasa sakit seperti rasa terbakar atau rasa geli.
Air liur menetes dan penderita mengalami kesulitan menelan makanan. Penderita
seringkali ileran atau tersedak karena kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan
menyebabkan kesulitan menelan.
Masalah ketidakseimbangan postur dan koordinasi badan yang dapat mengakibatkan
jatuh.
Mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika
lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya
terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan.
Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan bisa menyebabkan berbagai
kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali mengalami gangguan, sehingga pekerjaan
sehari -hari (misalnya mengancingkan baju, menulis dan mengikat tali sepatu) semakin
sulit dilakukan.
Mengalami kesulitan dalam melangkah dan seringkali berjalan tertatih-tatih dimana
lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya. Jika penderita sudah mulai berjalan,
mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya bertambah cepat
sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap tubuhnya
ataupun merasakan tekanan. Kebanyakan gejala ini akan memperparah penderita penyakit
Parkinson.
Sembelit serta masalah berkemih.
Nyeri pada sekitar leher.
Berkeringat terlalu berlebih.
Pergantian pada suasana hati serta kepribadian.
Tangan dan lengan bergetar dalam keadaan diam atau sedang santai.
Demensia atau masalah pada mental dan daya ingat.
Berjalan dengan langkah kecil, lambat, terseret, sulit membelok arah dan sulit
berhenti.
Kekakuan otot leher, lengan, punggung dan tungkai, sampai posisi badan
membungkuk.
Gangguan keseimbangan tubuh sehingga mudah terjatuh ke belakang.
Pada beberapa penderita ditemukan ujung jari tangan yang keras dan menekuk ke
dalam secara tidak normal (yang dapat dihilangkan dengan pemberian obat antiparkinson
umum).
Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang
menjadi pikun.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan apabila ditemukan 2 dari 3 tanda berikut:
PATOFISIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya penyakit Parkinson masih belum diketahui. Seseorang bisa
mengidap penyakit Parkinson jika tubuhnya, khususnya otak kekurangan zat yang disebut
dopamine.Dopamine adalah mediator yang dibutuhkan otak untuk mengatur dan
mengkoordinasi kapan dan jenis gerakan yang harus dilaksanakan oleh otot. Normalnya,
dopamine dihasilkan oleh sel-sel saraf tertentu di otak, bila sel saraf tersebut rusak sehingga
produksi dopamine berkurang maka kemampuan otak mengatur dan mengkoordinasi gerakan
akan terganggu dengan risiko timbul gerakan yang abnormal.
Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan komplikasi yang sangat lanjut dari
ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya
terjadi jika penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau racun mempengaruhi atau
menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk
mengobati paranoia berat dan skizofrenia menghambat kerja dopamin pada sel saraf.
Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin terkadang tidak diketahui.
Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang faktor genetik tidak memegang peran
utama.
STADIUM
Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat
gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada
satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman).
Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara berjalan
terganggu.
Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat
tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang
dibandingkan stadium sebelumnya.
Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri
dan berjalan walaupun dibantu.
KOMPLIKASI
PREVENTIF
- Menghindari trauma otak dengan menghindari benturan yang keras karena pada
dasarnya penyakit Parkinson disebabkan karena rusaknya neuron, unit terkecil otak
manusia yang berfungsi menyampaikan pesan dari otak ke syaraf yang kemudian
akan diteruskan ke anggota tubuh lain dan sebaliknya.
Meningkatkan latihan fisik dan aktivitas mental
Latihan fisik dan aktivitas mental adalah metode yang efektif dalam pencegahan dan
pengobatan Parkinson dan juga dapat menunda penuaan jaringan otak. Dalam
kehidupan sehari-hari beberapa latihan fisik dapat membantu menjaga kesehatan serta
latihan membantu untuk mencegah penyakit. Perlu diketahui bahwa berolahraga,
harus memilih bervariasi, misalnya: berjalan di atas jalan berkerikil sambil
membungkuk untuk menunda hypokinesia.
Menjauh dari zat beracun
Hindari bahan kimia yang beracun, seperti insektisida, herbisida, pestisida, dan
sebagainya. Menghindari atau mengurangi zat beracun terhadap sistem saraf manusia,
zat beracun seperti karbon monoksida, karbon dioksida, mangan, merkuri, dll.
Knalpot mobil mengandung banyak karbon monoksida, karbon disulfida, gas beracun
sianida, dan gas beracun lainnya, gas-gas ini dapat menyebabkan kematian sel.
Menghindari kelelahan mental.
Membatasi asupan vitamin B6
Karena vitamin B6 meninggalkan efek Shidopa, oleh karena itu setiap hari selama
melakukan pengobatan harus membatasi asupan vitamin B6.
Menghindari melakukan kegiatan di luar ruangan jika cuaca panas. Pada harihari yang panas penderita Parkinson sangatlah sensitif, sehingga selama hari-hari
panas pasien sebaiknya tinggal di dalam rumah, cobalah untuk melakukan kegiatan di
luar ruangan pada pagi atau sore hari.
Mengenakan sesuatu yang sederhana
Dalam berpakaian agar dapat memudahkan dalam memilih pakaian dianjurkan
memilih ritsleting yang berada di depan dan tidak perlu yang tertutup. Cobalah untuk
memakai sepatu dengan tidak mengikat tali sepatu, jangan memakai sepatu karet
karena grip sepatu yang terlalu kuat.
Memiliki cara makan yang benar
Karena penderita penyakit Parkinson mengalami kekakuan otot, maka anggota
keluarga pasien jangan memaksa pasien untuk makan dan minum dengan cepat.
Minum minuman dingin dapat memilih dengan menggunakan sedotan plastik yang
fleksibel, minum minuman panas dengan pegangan lebar, dan gelas yang ringan.
Pencegahan infeksi
Penderita penyakit Parkinson mudah terkena penyakit bronkitis atau pneumonia, oleh
karena itu, batuk atau demam harus ditangani dengan secepatnya, agar infeksi serius
terjadi kemudian.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit Parkinson saat ini bertujuan untuk mengurangi gejala
motorik dan memperlambat progresivitas penyakit. Tetapi selain gangguan motorik
penyakit Parkinson juga mengakibatkan gejala non motorik seperti depresi dan
penurunan kognitif, disamping terdapat efek terapi obat jangka panjang. Tidak ada
obat untuk Parkinson, tetapi banyak jenis obat dan operasi dapat mengendalikan
gejala penyakit tersebut. Perawatan pada penderita penyakit Parkinson bertujuan
memperlambat atau menghambat perkembangan penyakit dengan pemberian obat dan
terapi fisik untuk melatih sel-sel otot.
Walaupun Penyakit Parkinson sampai dengan saat ini belum dapat
disembuhkan, terdapat kemajuan dalam pengobatan beberapa tahun belakangan ini,
berdasarkan pada pemahaman baru dari kondisi dan proses penyakitnya. Diagnosa
awal, obat-obatan, strategi rehabilitasi, dan upaya menolong diri sendiri telah
memberikan manfaat pada pasien Penyakit Parkinson dan meningkatkan kualitas
hidup mereka.
A. Pengendalian gejala dengan obat.
Penyakit Parkinson bisa diobati dengan berbagai obat, tetapi tidak satupun dari obatobat tersebut yang menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangannya,
fungsi obat-obat tersebut adalah untuk membuat penderita lebih mudah melakukan
suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Untuk mempertahankan
mobilitasnya, penderita dianjurkan untuk tetap melakukan kegiatan sehari-harinya
sebanyak mungkin dan mengikuti program latihan secara rutin.
Ada beberapa jenis obat yang bisa dipakai untuk mengendalikan gejala penyakit
Parkison, yaitu:
Obat yang menaikkan kadar dopamine di otak yaitu levodopa: Madopar,
Obat yang cara kerjanya mirip dopamin (Dopamin agonist): Sifrol,
Obat yang bekerja menghambat kerusakan dopamine di otak (MAO B
inhibitor): Jumex,
Yang membantu koordinasi kerja otot (antikolinergik) antara lain: Artane,
Lain-lain misalnya: Amantadine
Obat poten (pilihan utama) untuk Parkinson sampai sekarang ini
adalah levodopa, walaupun penggunaannya sudah mulai dikurangi disebabkan oleh
banyaknya efek samping yang ditemukan.
Khusus untuk levodopa masa kerja obat ada batasannya, artinya suatu saat
efek obat tersebut akan berkurang bahkan menghilang walaupun dosisi telah optimal
(fenomena on off) sehingga perlu dikombinasikan dengan obat lain.
Efek samping. Yang paling sering terjadi adalah mual, muntah dan anoreksia. Pada
permulaan terapi juga dapat timbul hipotensi ortostatis dan gangguan pusat ringan
seperti gelisah, rasa takut, bingung dan pikiran kacau.
Interaksi Obat. Piridoksin, sebagai ko-enzim, mempercepat perombakan perifer
levodopa dengan jalan memperkuat kegiatan dekarboksilase.
Bromokriptin.
Bromokriptin merupakan prototip kelompok ergolin yaitu alkaloid ergot yang
bersifat dopaminergik, yang dikelompokkan sebagai ergolin.
Mekanisme Kerja. Bromokriptin merangsang reseptor dopeminergik. Obat ini
lebih besar afinitasnya terhadap reseptor D2 dan merupakan antagonis reseptor D1.
organ yang dipengaruhi ialah yang memilki reseptor dopamin yaitu SSP,
kardiovaskular, poros hipotalamus dan saluran cerna.
Efek samping. Efek samping bromokriptin memperlihatkan variasi individu
yang nyata. Gangguan psikis berupa halusinasi penglihatan dan pendengaran lebih
sering ditemukan dibandingkan dengan pemberian levodopa. Efek samping yang
jarang-jarang terjadi adalah eritromelalgia, kemerahan, nyeri, panas dan edema
ditungkai bawah.
Interaksi Obat. Pemberian obat bersama antasid atau makanan, mengurangi
mual yang berat. Antipsikotropika dan metoklorpromida sebagai antagonis dopamin,
dapat mengurangi efeknya.
-
fenindamin.
Derivat fenotiazin : etopropazin, prometazin, dan dietazin.
Aturan Pemakaian
Keterangan
Levodopa
(dikombinasikan
dengan karbidopa)
Bromokriptin atau
pergolid
Jarang
sendiri
Seleglin
Seringkali
tambahan
levodopa
Bisa
meningkatkan
aktivitas levodopa di
otak
Obat
antikolinergik
(benztropin
&
triheksifenidil),
obat anti depresi
tertentu,
antihistamin
(difenhidramin)
Bisa
menimbulkan
beberapa efek samping
Amantadin
diberikan sebagai
pada
pemakaian
diberikan
B.Operasi.
Untuk penderita yang tidak berhasil dikelola dengan obat, tindakan operasi dengan
cara menanamkan elektrode (implant) di otak yang disebut Deep brain
stimulation adalah pilihan yang sangat membantu.
Metode khusus untuk mencegah Penyakit Parkinson
Berikut ini adalah metode khusus untuk mencegah penyakit Parkinson, yaitu:
Mengkonsumsi teh hijau, karena kandungan polifenol di dalam teh hijau
terbukti mengurangi senyawa beracun yang dapat mengganggu fungsi sel-sel saraf di
otak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong WD, Samsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 2005. Hal 870-874
2. Andrew L Sherman, MD, MS; Chief Editor: Rene Cailliet, MD. Lumbar Compression
Fracture.
(diakses
tanggal
17
Juli
2014).
Diunduh
dari
http://emedicine.medscape.com/article/309615-overview
3. Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Jakarta : PT. Yarsif Watampone. 2007.
4. Pearce, Evelyn C., Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama. 2006. Hal 89
5. Philips W. Ballinger, M.S., R.T.(R). (1995), Merrills Atlas of Radiographic Positions
and Radiologic Prosedures. Ohio : Mosby-Year Book.
6. Apley graham and Solomon Louis. Ortopedi Fraktur System Apley; edisiketujuh.
Jakarta: Widya medika, 1995.
7. Aron B, Walter CO. Vertebral compreesion fractures : treatment and evaluation
(serial
online)
2006
diakses
10
April
2012);
Diunduh
dari:
URL:
http://bjr.birjournals.org/cgi/reprint/75/891/207.pdf.
8. Jankovik J. Parkinsons Disease and Movement Disorders. William & Wilkins, 1993.
9. Fahn S, Greene PE. Hand book Movement Disorders. Blackwell Science 1998.
10. Mark Halllenttntahun . Movement Disorders in Jasper R. Daube and Francols
11. Mauguiere Hand book of Clinical, Neurophysiology. Elseiver, 2003.
12. Jankovic J. Parkinsons Disease & Movement Disorders. Fifth edition Elsevier, 2007