6 Metode Inferensi
6 Metode Inferensi
Metode Inferensi
Metode Inferensi
LULU
S D3
Persyarata
n
SKS =
160
IPK
>=2.0
Lulus
KURSU
S
WORK
SHOP
Deduction
Pemberian alasan logikal dimana kesimpulan
harus mengikuti premis
Metode Inferensi
Induction
Inferensi dari khusus ke umum
Intuition
Tidak ada teori yg menjamin. Jawabannya hanya
muncul, mungkin dengan penentuan pola yg ada
secara tidak disadari.
Heuristic
Aturan yg didasarkan pada pengalaman
Generate & Test
Trial dan error. Digunakan dgn perencanaan.
Abduction
Pemberian alasan kembali dari kesimpulan yg
benar ke premis .
Default
Diasumsikan pengetahuan umum sebagai default
Autoepistemic
Self-knowledge
Nonmonotonic
Pengetahuan yg sebelumnya mungkin tdk benar
jika bukti baru didapatkan
Analogy
Kesimpulan yg berdasarkan pada persamaan
untuk situasi yg lainnya.
Metode Inferensi
adalah P
Afirmative
Beberapa S bukan ParticularNegativ
P
e
Figure
1
MP
SM
Figure
2
PM
SM
Figure
3
MP
MS
Figure 4
PM
MS
a. Diagram Venn
Metode Inferensi
a. Diagram Venn
10
pq
q
p
Tabel Kebenaran:
p
q
pq
T
T
T
Metode Inferensi
program
atau pq, q;
dapat
((pq)q) ((pq)q) p
T
T
11
T
F
F
F
T
T
F
F
T
(Bukan
Pones
Tautology)
F
T
F
karena
tidak
T
F
T
bersifat
q pq
T
T
F
F
T
F
T
F
T
F
T
T
~q
F
T
F
T
(pq)~q
)
F
F
F
T
~p
F
F
T
T
((pq)~q)
~p
T
T
T
T
2. Hukum Kontrapositif
3. Hukum Modus Tollens
4. Aturan Rantai
(hukum silogisme)
Metode Inferensi
Skema
pq
p
q
pq
~q
pq
~q
~p
pq
qr
~p
12
pr
5.
Hukum
Inferensi pq
pq
Disjungsi
~p
~q
q
p
6. Hukum negasi
~(~p)
p
7. Hukum de Morgan
~(pq)
~(pq)
~p~q
~pq
8. Hukum Simplifikasi
pq
pq
p
q
9. Hukum Konjungsi
p
q
pq
10. Hukum Penambahan p
Disjungtif
pq
11. Hukum Argumen
Konjugtif
~(pq)
p
~q
~(pq)
q
~p
13
1.
2.
3.
C Y
(Y D)( D Y)
C
D
Metode Inferensi
C Y
(Y D)( D Y)
C
YD
C D
D
/D
2 ekuivalen
1 substitusi
3,5
modus
14
- Argumen
invalid
sering
diinterpretasikan
sebagai
konklusi
yang
salah
(walaupun
beberapa orang berpendapat argumen itu dapat
saja bernilai benar).
- Argumen yang invalid berarti argumen tersebut
tidak dapat dibuktikan dengan logika proposisi.
- Keterbatasan logika proposisi dapat diatasi
melalui logika predikat sehingga argumen
tersebut menjadi valid.
Metode Inferensi
15
p = Socrates is a man
q = Socrates is mortal
Argumennya menjadi :
pq
p
q
Argumen di atas adalah silogistik yang valid, yaitu
bentuk modus ponens.
Representasi
Predikat
Semua S adalah P (x) (S(x)P(x))
Tidak S adalah P
(x) (S(x)~P(x))
Beberapa
S (x) (S(x)P(x))
adalah P
Beberapa S bukan (x) (S(x)~P(x))
P
Metode Inferensi
Skema
16
(x) H(x)
H(Socrates)
- Berikut
formal
/ M(s)
1
Universal
SISTEM LOGIKA
Metode Inferensi
17
18
19
- Suatu
teorema
merupakan
tautology,
ditunjukkan melalui sebagai set null dimana
wff selalu bernilai null dan tidak tergantung dari
aksioma atau teorema yang lain.
Teorema dengan tautology ditulis dengan simbol
, misalnya A.
Contoh :
Jika A p ~p maka
p ~p
- Suatu model adalah interpretasi wff bernilai
benar.
Suatu wff disebut konsisten atau satifiable
jika interpretasi yang dihasilkan benar, dan
disebut inkonsisten atau unsatisfiable jika
wff menghasilkan nilai yang salah pada semua
interpretasi.
RESOLUSI
- Diperkenalkan oleh Robinson (1965).
- Resolusi merupakan kaidah inferensi utama
dalam bahasa PROLOG.
- PROLOG menggunakan notasi quantifier-free.
- PROLOG didasarakan pada logika predikat
urutan pertama.
- Sebelum resolusi diaplikasikan, wff harus berada
dalam bentuk normal atau standard.
Tiga tipe utama bentuk normal : conjunctive
normal form, clausal form dan subset Horn
clause.
Metode Inferensi
20
sehingga
A1 A2, ., AN B1 B2, ., BM
~( A1 A2, , AN) (B1 B2, ., BM)
~A1 ~A2, , ~AN B1 B2, ., BM
21
Metode Inferensi
q
~p p atau
~q q
Nill
Arti
Modus Pones
Chaining
atau
Silogisme
Hipotesis
Penggabungan
TRUE (tautology)
FALSE
(kontradiksi)
22
Metode Inferensi
23
Akar
bernilai
nill,
menunjukkan
kontradiksi.
Sehingga melalui refutation dapat ditunjukkan
konklusi asli (awal) adalah teorema dengan peran
kontradiksi.
24
good sparkplugs
gas
good tires
THEN the car can move
conditional elements
25
26
B=battery is good
E=there is electricity
G=there is gas
S=sparkplugs are good
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
BSGTC
BE
ESF
FGR
RTC
27
Akar
bernilai
nill,
menunjukkan
kontradiksi.
Sehingga melalui refutation dapat ditunjukkan
konklusi asli (awal) :
BSGTC
adalah teorema dengan peran kontradiksi.
FORWARD
CHAINING
CHAINING
DAN
BACKWARD
Forward chaining :
Suatu
rantai
yang
dicari
atau
dilewati/dilintasi dari suatu permasalahn
untuk memperoleh solusi.
Backward chaining :
Metode Inferensi
28
mamalia(x)
mamalia(x)
binatang(x)
binatang(clyde)
unifikasi
implikasi
unifikasi
implikasi
gajah(clyde)
mamalia(clyde)
mamalia(clyde)
Metode Inferensi
29
Data
memandu,
penalaran dari bawah ke
atas
Bekerja ke depan untuk
mendapatkan solusi apa
yang mengikuti fakta
Tujuan
memandu,
penalaran dari atas ke
bawah
Bekerja
ke
belakang
untuk mendapatkan fakta
yang
mendukung
hipotesis
Breadth
first
search Depth
first
search
dimudahkan
dimudahkan
Antecedent menentukan Konsekuen menentukan
pencarian
pencarian
Penjelasan
tidak Penjelasan difasilitasi
difasilitasi
Forward Chaining
Metode Inferensi
30
Facts
Conclusion
Facts
Conclusion
Metode Inferensi
31
Backward Chaining
Metode Inferensi
32
AM
artificial
ABDUCTION/PENGAMBILAN
- Metodenya mirip dengan modus ponens
Abduction
Modus ponens
pq
pq
q
p
p
q
- Bukan argument deduksi yang valid
- Berguna untuk kaidah inferensi heuristik
- Analogi,generate and test, abduction adalah
metode bukan deduksi. Dari premise yg benar,
Metode Inferensi
33
metode
ini
tidak
kesimpulan yg benar
dapat
membuktikan
Kesimpulan
pasti
ABDUCTION
Kesimpulan benar
NONMONOTONIC REASONING
- Adanya tambahan aksioma baru pada sistem
logika berarti akan banyak teorema yang dapat
dibuktikan.
- Peningkatan teorema dengan peningkatan
aksioma dikenal dengan sistem monotonik
- Suatu masalah dapat terjadi, jika diperkenalkan
aksioma parsial atau komplit baru yang
kontradikasi dengan aksioma sebelumnya.
- Pada sistem nonmonotonik, tidak perlu
adanya peningkatan teorema yang sejalan
dengan peningkatan aksioma.
Metode Inferensi
34
Metode Inferensi
35
(c)
3. (S T) Q
4. T
Langkah-langkah
Sudah merupakan bentuk CNF
- Menghilangkan implikasi
~(P Q) R
- Mengurangi lingkup negasi
(~P ~Q) R
- Gunakan assosiatif
~P ~Q R
- Menghilangkan implikasi
~(S T) Q
- Mengurangi lingkup negasi
(~S ~T) Q
- Gunakan distributif
(~S Q) (~T Q)
Sudah merupakan bentuk CNF
CNF
P
~P ~Q R
(~S Q)
(~T Q)
Metode Inferensi
36
Metode Inferensi
37
Metode Inferensi
38
Metode Inferensi
39
Metode Inferensi
40
4.
5.
6.
7.
8.
sulit(Kalkulus)
~Teknik(x2) suka(x2, Kalkulus) benci(x2, Kalkulus)
suka(x3,f1(x3))
~mahasiswa(x4) ~sulit(y1) hadir(x4,y1) ~suka(x4,y1)
~hadir(Andi,Kalkulus)
Metode Inferensi
41