Anda di halaman 1dari 13

TERAPI OKSIGEN

Yolla Eva Meissa Candra*, Wahyu Hendarto**

ABSTRACT
Oxygen therapy is an action to increase the partial pressure of oxygen at inspiration,
which can be done by increasing oxygen level inspiration / FiO2 and increase the pressure of
oxygen, the purpose of oxygen therapy is to increase the consentration of O2 in arterial blood so
entrance to the network to facilitate aerobic metabolism and maintain PaO2 > 60 mmHg or
SaO2 > 90%. Indication of oxygen therapy was patient hypoxia. Technical administration of
oxygen therapy can be with such a low flow system, nasal catheter, nasal cannula, simple
faceshield with a rebreathing bag, and the lid face with non rebreathing bag. It could also be
high flow techniques such as face shieldwith ventury mask ( high flow low concentration )
Giving oxygen therapy may result in fire, respiratory tract irritation, oxygen poisoning,seizure
and even coma.
Keywords: oxygen therapy, indications, techniques and risks

ABSTRAK
Terapi oksigen adalah terapi untuk meningkatkan tekanan oksigen yang akan
meningkatkan fraksi O2 dan meningkatkan tekanan oksigen. Tujuan terapi oksigen adalah
meningkatkan konsentrasi oksigen dalam darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
metabolism aerob dan mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90%.

*Coassistant Anestesi FK Universitas Trisakti Periode 9 Desember 2013 11 Januari 2014


** Dokter Spesialis Anestesiologi di BLU RSUD Kota Semarang

Indikasi terapi ini adalah pada kasus hipoksia Cara pemberian terapi ini dapat menggunakan
system aliran rendah yaitu dengan kateter nasal, nasal kanul, masker rebreathing dan masker non
rebreathing.Dapat juga menggunakan system aliran tinggi yaitu menggunakan masker venturi.
Terapi oksigen meningkatkan resiko kebakaran, iritasi saluran pernafasan, keracunan oksigen,
kejang bahkan sampai koma.
Kata kunci : terapi oksigen, indikasi, teknik, resiko

PENDAHULUAN
Terapi oksigen adalah upaya pengobatan dengan oksigen untuk mencegah atau
memperbaiki hipoksia jaringan,dengan cara meningkatkan masukan oksigen ke dalam sistem
respirasi,meningkatkan daya angkut oksigen dalam sirkulasi dan meningkatkan pelepasan
oksigen ke jaringan atau ekstraksi oksigen jaringan.1
Oksigen pertama kali diisolasi oleh Joseph Priestley, kemudian pertama kali digunakan
sebagai obat pada tahun1794 oleh Thomas Beddoes. Selanjutnya digunakan dalam pelayanan
anesthesia pada tahun 1868 oleh EW Andrew dan dipopulerkan untuk pengobatan pneumonia
pada tahun 1885 oleh GE Holtzapple.1
Pada kondisi normal, sistem respirasi menghirup udara atmosfir yang mengandung 21%
oksigen dengan tekanan parsial 150 mmHg, selanjutnya sampai alveoli tekanan parsialnya akan
turun menjadi 103 mmHg akibat pengaruh tekanan uap air yang terjadi pada jalan nafas. Pada
alveoli, oksigen akan segera berdifusi ke dalam aliran darah paru melalui proses aktif akibat
perbedaan tekanan..
Di dalam dalam darah sebagian besar oksiegn terikat dengan Hb sedangkan sebagian lagi
larut dalam plasma yang kemudian akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh untuk memenuhi
metabolism aerob. Bila terjadi ketidakseimbangan atau kekurangan oksigen maka metabolism
akan berubah dari aerob menjadi anaerob. Penggunaan terapi oksigen ini adalah untuk mencegah
atau memperbaiki agar metabolism tetap berjalan dengan memasukkan oksigen sesuai dengan
keperluan dan sarana yang tersedia.
2

FISIOLOGI PERNAFASAN
Sistem respirasi adalah untuk pertukaran gas antara darah dan lingkungan sekitar.
Respirasi pada manusia dibagi menjadi respirasi eksterna dan interna. 2
Respirasi eksterna adalah proses pertukaran gas antara udara sekitar dengan darah.
Pertukaran ini meliputi beberapa proses yaitu:
1.
2.
3.
4.

Ventilasi masuknya udara sekitar dan pembagian udara tersebut di dalam alveoli
Distribusi distribusi dan pencampuran gas tersebut di dalam intrapulmoner
Difusi masuknya gas-gas menembus selaput alveokapiler
Perfusi pengambilan gas-gas oleh aliran darah kapiler paru yang adekuat
Respirasi interna adalah pertukaran gas antara darah dan jaringan, yang melibarkan

proses-proses:
1.
2.
3.
4.
5.

Efisiensi kardiosirkulasi dalam menggerakkan darah yang teroksigenasi


Distribusi kapiler
Difusi, perjalanan gas ke dalam ruang interstitial dan kemudian melewati membrane sel
Metabolisme seluler termasuk enzim respirasi
Anatomi

Transport Oksigen
Sistem kardiovaskuler bekerja sama dengan system respirasi dalam transport oksigen dari
udara lingkungan ke mitokondria sel. Oksigen dalam darah ditransport dalam dua bentuk yaitu
terlarut dalam plasma (PaO2) dan terikat dengan hemoglobin. Setiap 100 ml darah yang
meninggalkan kapiler paru secara kasar, membawa 20 ml oksigen. Dari jumlah ini hanya sekitar
0.3 ml terdiri atas molekul oksigen yang larut dalam plasma. Oksigen diikat oleh Hb, terutama
oleh ion besi dari unit heme. Masing-masing unit heme mengikat 4 molekul oksigen untuk
membentuk oksihemoglobin, dimana ikatannya bersifat reversible. Setiap molekul hemoglobin
mempunyai 4 unit heme. Setiap sel darah merah potensial dapat membawa milyaran molekul
oksigen.2
Presentasi unit heme yang mengandung oksigen terikat, dikenal sebagai saturasi oksigen (
SaO2). Jika semua molekul Hb dalam darah penuh berisi oksigen, saturasinya adalah 100%.
Kebanyakan oksigen dalam tubuh ( 97-98%) ditransport dalam bentuk terikat hemoglobin.

DEFINISI
Terapi oksigen adalah upaya pengobatan dengan obat oksigen untuk mencegah atau
memperbaiki hipoksia jaringan,dengan cara meningkatkan masukan oksigen ke dalam sistem
respirasi,meningkatkan daya angkut oksigen dalam sirkulasi dan meningkatkan pelepasan
oksigen ke jaringan atau ekstraksi oksigen jaringan.1

TUJUAN TERAPI OKSIGEN


1. Mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat
2. Menurunkan kerja nafas
3. Menurunkan kerja jantung

INDIKASI TERAPI OKSIGEN


1. Gagal nafas akut
2. Syok oleh berbagai sebab
3. Infark miokard akut
4. Keadaan dimana metabolism rate tinggi ( tirotoksikosis,sepsis,hipertermia)
5. Keracunan gas CO
6. Tindakan preoksigenasi menjelang induksi anestesi
7. Penderita tidak sadar
8. Mengatasi keadaan-keadaan: emfisema pasca bedah,emboli udara,pneumothoraks
9. Asidosis
10. Anemia berat
Pemberian oksigen selalu tepat untuk pasien dengan gangguan sirkulasi atau nafas akut
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tanpa gangguan nafas diberi oksigen 2 liter/menit melalui kanul binasal
2. Dengan gangguan nafas sedang diberi oksigen 5-6 liter/menit melalui kanul
binasal
3. Dengan gangguan nafas berat, gagal jantung,henti jantung gunakan system yang
dapat memberikan oksigen 100%
4. Pada pasien dimana rangsang nafas tergantung pada keadaan hipoksia (asma) berikan
oksigen kurang dari 50% dan awasi ketat
5. Atur oksigen berdasarkan kadar gas darah (PO2) atau saturasi (SaO2)

6. Dalam keadaan darurat gunakan alat bantu nafas yang lebih canggih lakukan intubasi
dan berikan oksigen 100%
JENIS TERAPI OKSIGEN
1. Terapi oksigen jangka pendek ( Short-term Oxygen Therapy )
Terapi oksigen jangka pendek merupakan terapi yang dibutuhkan pada pasienpasien dengan keadaan hipoksemia akut yaitu :
- Pneumonia
- PPOK dengan eksaserbasi akut
- Asma bronkial
- Gangguan kardiovaskular
- Emboli paru
Pada keadaan tersebut oksigen harus segera diberikan dengan adekuat. Pemberian
oksigen yang tidak adekuat akan menimbulkan cacat tetap dan kematian. Pada kondisi
ini, oksigen harus diberikan dengan FiO2 60-100% dalam waktu pendek sampai kondisi
membaik dan terapi yang spesifik diberikan. Selanjutnya oksigen diberikan dengan dosis
yang dapat mengatasi hipoksemia dan meminimalisasi efek samping efek samping.2,3
Indikasi terapi oksigen jangka pendek ( The American College of Chest Physicians and
The National Heart,Lung and Blood Institute)

Indikasi Terapi Jangka Pendek

Indikasi yang sudah direkomendasi :


- Hipoksemia akut (PaO2 <60 mmHg,SaO2 <90%)
- Cardiac arrest dan respiratory arrest
- Hipotensi ( sistolik <100 mmHg)
- Respiratory distress ( frekuensi pernafasan >24x/min
Tabel 1. Indikasi Terapi Jangka Pendek3

2. Terapi oksigen jangka panjang ( Long-term Oxygen Therapy )


Pasien dengan PPOK merupakan kelompok yang paling banyak menggunakan
terapi oksigen jangka panjang. Studi awal terapi oksigen jangka panjang pada pasien
PPOK memperlihatkan bahwa pemberian oksigen secara kontinyu selama 4-8 minggu
menurunkan hematokrit,memperbaiki toleransi latihan dan menurunkan tekanan
vascular pulmonal.3

Pada keadaan ini, awal pemberian oksigen harus dengan konsentrasi rendah (FiO2
24-28%) dan dapat ditingkatkan bertahap berdasarkan hasil pemeriksaan analisis gas
darah dengan tujuan mengoreksi hipoksemia dan menghindari penurunan Ph di
bawah 7.26.
Pasien yang menerima terapi oksigen jangka panjang harus dievaluasi ulang dalam 2
bulan untuk menilai apakah hipoksemia menetao atau ada perbakan dan apakah masih
butuh terapi oksigen. Hingga 40% pasien yang mendapat terapi oksigen mengalami
perbaikan setelah 1 bulan dan tidak perlu lagi meneruskan suplemen oksigen.3

Indikasi Terapi Oksigen Jangka Panjang

Pemberian oksigen secara kontinyu


- PaO2 istirahat < 55 mmHg atau saturasi oksigen < 88%
- PaO2 istirahat 56-59 mmHg atau saturasi oksigen 89% pada salah satu
keadaan :
a. Edema yang disebabkan karena CHF
b. P pulmonal pada pemeriksaan EKG (gelombang p > 3 mm pada leads

II,III,avf)
c. Eritrositemia (hematokrit > 56%)
d. PaO2 >59 mmHg atau oksigen saturasi > 89%
Pemberian tidak kontinyu
- Selama latihan : PaO2 <55 mmHg atau saturasi oksigen < 88 %
- Selama tidur : PaO2 < 55 mmHg atau saturasi oksigen < 88% dengan
komplikasi seperti hipertensi pulmoner,somnolen dan aritmia
Tabel 2. Indikasi Terapi Jangka Panjang3

ALAT YANG DIGUNAKAN


1.
2.
3.
4.

Sumber oksigen (tabung atau sumber aksigen sentral)


Tabung pelembab (humidifier)
Pengukur aliran oksigen (flow meter)
Alat pemberian oksigen
Gambar 1: Tabung oksigen5

METODE PEMBERIAN TERAPI


6

1. Sistem aliran rendah


a. Aliran rendah konsentrasi rendah (low flow low concentration)
- Kateter nasal
- Kanul binasal
b. Aliran rendah konsentrasi tinggi ( low flow high concentration)
- Sungkup muka sederhana
- Sungkup muka kantong rebreating
- Sungkup muka kantong non rebreating
2. Sistem aliran tinggi
a. Aliran tinggi konsentrasi rendah ( high flow low concentration)
- Sungkup venturi
b. Aliran tinggi konsentrasi tinggi ( high flow high concentration)
- Head box
- Sungkup CPAP ( continous positive airway pressure )

Kanul binasal

Gambar 2: nasal kanul dan portable oxygen container 4,5

Paling sering digunakan untuk pemberian oksigen, memberikan FiO2 24-44%


dengan aliran 1-6 liter/menit. Merupakan alat dengan aliran rendah dan konsentrasi
rendah ( low flow low concentration ), kadar yang dihasilkan tergantung pada besarnya
aliran dan volume tidal nafas pasien. Kadar oksigen bertambah 4% untuk setiap
tambahan 1 litermenit oksigen, misalnya aliran 1 liter/menit = 24% dan seterusnya
maksimal 6 liter/menit.2,5
Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju nafas teratur
7

Baik diberikan pada jangka waktu lama


Pasien dapat bergerak bebas ,makan,minum dan bicara
Kekurangan
Dapat menyebabkan iritasi pada hidung, bagian belakang telinga tepat tali
binasal
FiO2 akan berkurang bila pasien bernafas dengan mulut

Sungkup muka sederhana


Aliran diberikan 6-10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen mencapai 60%.
Merupakan sistem aliran rendah dengan hidung, nasofaring, orofaring sebagai
penyimpanan anatomik.2

Sungkup muka dengan kantong simpan (rebreathing)


Aliran yang diberikan 6-10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen mencapai 80%.
Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi sepertiga bagian volume
ekshalasi masuk 2,3

Sungkup muka dengan kantong simpan (non rebreathing)

Gambar 3: Masker non rebreathing5

Aliran diberikan 8-12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen mencapai 100%.


Udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi dan tidak dipengaruhi udara luar.
Kerugian
Mengikat ( sungkup harus terus melekat pada pipi/wajah pasien untuk mencegah
kebocoran)
8

Lembab
Pasien tidak dapat makan,minum,bicara
Dapat terjadi aspirasi jika pasien muntah, terutama pada pasien tidak sadar

Sungkup venturi

Gambar 4: Masker Venturi5

Memberikan aliran yang bervariasi dengan konsentrasi oksigen berkisar 24-50%.


Dipakai dengan pasien dengan tipe ventilasi yang tidak teratur. Alat ini digunakan pada
pasien dengan hiperkarbia yang disertai hipoksemia sedang sampai berat.2

No

1.

2.

3.

Pemberian

Nasal kateter/kanul

Masker sederhana

Masker

dengan

simpan

4.
Masker venturi

Aliran Oksigen

Konsentrasi

(liter/menit)

(%FiO2)

1-2

24-28

3-4

30-35

5-6

38-44

5-6

40

6-7

50

7-8

60

kantong 6

60

70

80

9-10

90-99

24

28

40

12

40

15

50

5.

Head box

8-10

40

6.

Ventilator mekanik

Bervairasi

21-100

7.

Mesin anestesi

Bervariasi

21-100

8.

inkubator

3-8

Sampai 40

Tabel 3 : Jenis Pemberian oksigen2,3

BAHAYA DAN EFEK SAMPING TERAPI


10

1. Kebakaran
Walaupun oksigen sendiri tidak membakar api, tapi dengan adanya konsentrasi tinggi
oksigen dalam udara kamar akan meningkatkan resiko kebakaran jika ada sumber
api.2,6
2. Hipoksia
Hal ini dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan tekanan besar secara mendadak.
Hal ini dapat dihindari dengan jalan memberikan oksigen secara bertahap.
3. Hipoventilasi
Hal ini dapat pada penderita dengan penyakit paru obstruktif menahun (PPOM). Pada
penderita ini pengendalian pusat nafas sentral dikendalikan oleh adanya hipoksia
(hypoxic drive). Maka apabila kondisi hipoksia dihilangkan,pusat nafas tidak ada lagi
yang merangsang, sehingga bisa berakibat hipoventilasi bahkan bisa terjadi henti
nafas (apneu). Oleh karena itu pada penderita PPOM, oksigen diberikan dengan
konsentrasi rendah dan diberikan secara bertahap sambil memantau respon penderita
dengan pedoman kondisi pasien membaik tapi masih bernafas seperti biasa.2
4. Atelektasis paru
Hal ini bisa terjadi apabila oksigen yang diberikan sangat tinggi ( hampir 100%)
dalam jangka waktu yang lama. Hal ini diakibatkan karena N2 terusir dari alveoli,
sehingga dinding alveoli tidak teregang lagi dan akhirnya kolaps. Pencegahannya
adalah jangan memberikan oksigen dengan konsentrasi 100% lebih dari 24 jam.
5. Keracunan oksigen
Ada 2 macam:
a. Keracunan menyeluruh
Disebabkan karena PaO2 melebihi 100 torr dan diberikan dalam jangka
waktu lama (bervariasi untuk setiap individu). Pada keadaan akut bisa terjadi
kejang. Pada keadaan kronis gejalanya berupa nyeri dibelakang tulang dada, nyeri
sendi, kesemutan,mual,muntah dan nafsu makan menurun.pada bayi premature
dapat terjadi retrolental fibroplasia yaitu penyempitan pembuluh darah retina
akibat fibrosis.2
b. Keracunan setempat
Sel epitel paru akan mengalami kerusakan sehingga mengganggu proses
difusi gas dalam paru.

KESIMPULAN
11

Terapi oksigen adalah upaya pengobatan dengan oksigen untuk mencegah atau
memperbaiki hipoksia jaringan,dengan cara meningkatkan masukan oksigen ke dalam sistem
respirasi,meningkatkan daya angkut oksigen dalam sirkulasi dan meningkatkan pelepasan
oksigen ke jaringan atau ekstraksi oksigen jaringan.1
Terapi ini ditujukan agar keseimbangan antara penyediaan dengan konsumsi oksigen
dapat terjaga dengan baik terutama pada keadaan keadaan dimana keseimbangan ini terganggu.
Berdasarkan jenis terapinya digolongkan menjadi 2 yaitu terapi oksigen jangka pendek
(Short-term Oxygen Therapy) dan terapi oksigen jangka panjang (Long-term Oxygen Therapy).
Sedangkan berdasarkan cara pemberiannya juga dibagi menjadi 2 yaitu terapi oksigen aliran
tinggi dan terapi oksigen aliran rendah yang masing masing memakai sarana yang berbeda
seperti nasal kanul, masker sedehana, masker dengan kantong simpan dan masker venture
dimana masing masingnya memiliki kelebihan dan kekurangan.
Terapi oksigen menjadi terapi yang penting dan dapat meningkatkan kualitas hidup
apabila diberikan sesuai dengan indikasi, pilihan terapi yang tepat, jumlah yang tepat sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gede Mangku, Senapathi T. Tunjangan Homeostatis Perioperatif. Buku Ajar Ilmu


Anestesi dan Reanimasi. Jakarta: Indeks;2010: 233-43.
2. Nurcahyo WI, Susilowati D, Sutiyono D. Terapi Oksigen. In: Soenarjo, Jatmiko HD,
editors. Anestesiologi. 2nd Ed. Semarang: Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesi dan
Terapi Intensif (PERDATIN) Cabang Jawa Tengah; 2013; 221-39
3. Uyainah A. Terapi Oksigen. In: Suvianto, editor. Ilmu Penyakit Dalam. 2nd Ed. Jakarta:
ECG; 2010; 125-27
4. Oxygen

Therapy.

Tersedia

pada

http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-

topics/topics/oxt/printall-index.html. Diunduh tanggal 4 Januari 2014.


12

5. Terapi/Pemberian Oksigen. Tersedia pada http://www.ichrc.org . Diunduh tanggal 3


Januari 2014.
6. Kanaparthi

DK.

Oxygen

Therapy.

Nursingcrib.

2009.

Tersedia

pada

http://nursingcrib.com. Diunduh tanggal 3 Januari 2014.

13

Anda mungkin juga menyukai