Anda di halaman 1dari 19

PRESENTASI KASUS

HERNIA INGUINALIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :
Verani Dwitasari, S. Ked
(20080310081)

Dokter Penguji :
dr. Suryo Habsara, Sp.B

SMF ILMU BEDAH


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2013

HALAMAN PENGESAHAN
HERNIA INGUINALIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Bedah
RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun Oleh:
Verani Dwitasari, S. Ked
20080310081

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal


Oleh :
Dokter Penguji

dr. Suryo Habsara, Sp.B

Januari 2013

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1. PENDAHULUAN
Menurut Kamus Kedokteran Dorland, hernia merupakan penonjolan abnormal
bagian organ atau struktur tubuh lain melalui lubang alamiah ataupun abnormal dalam
selaput pembungkus, membran, otot, atau tulang.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan
hernia dapatan atau akuisita. Sedangkan berdasarkan letak, hernia diberi nama sesuai
lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dan lainlain. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk,
indirek, serta femoralis; hernia incisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia
umbilikalis 3%, dan hernia lain sekitar 3%. Pada hernia lipat paha, 90% nya
merupakan hernia inguinalis, dengan kejadian hernia inguinalis indirek 75% dan
hernia inguinal direk 25%.

Gambar 1. Macam-Macam Hernia Berdasarkan Letak.


Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Sedangkan hernia inguinalis adalah suatu
penonjolan organ abdomen yang dapat berupa peritoneum parietal atau organ viscera
seperti omentum, usus besar/kecil, vesika urinaria karena adanya defek pada fasia dan

muskulo aponeurotik dinding perut terutama di regio inguinal, baik secara kongenital
maupun didapat.
2. ANATOMI
Di dalam regio inguinalis terdapat kanalis inguinalis yang bagian kraniolateral
dibatasi oleh anulus inguinalis internus. Anulus inguinalis internus ini merupakan
bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis otot transversus abdominis. Di
medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis oto oblikus eksternus abdominis. Atapnya
ialah aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis dan di dasarnya terdapat
ligamentum inguinale. Kanalis ingunalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki
dan ligamentum rotundum pada wanita.

Gambar 2. Regio Inguinal dan Femoral


Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar
dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis
dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila
hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum sehingga disebut hernia
skrotalis. Kantong hernia berada di dalam otot kremaster, terletak anteromedial
terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funikulus spermatikus.

Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol


langsung ke depan melalui segitiga hasselbach. Daerah ini dibatasi oleh ligamentum
inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral, dan tepi
otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia transversal
yang diperkuat oleh serat aponeurosis otot transversus abdominis yang kadang tidak
sempurna sehingga daerah ini berpotensi melemah. Pada hernia medialis karena tidak
keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai
strangulasi karena cincin hernia longgar.

Gambar 3. Trigonum Hasselbach pada Regio Inguinal


Nervus ilioingunalis dan nervus iliofemoralis mempersarafi otot di regio
inginalis, sekitar kanalis inguinalis, funikulus spermatikus, serta sensibilitas kulit
regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil tungkai atas bagian proksimomedial.
3. ETIOLOGI
Hernia disebabkan oleh multifaktorial mekanisme. Secara umum, faktor-faktor
penyebab terjadinya hernia adalah:
a.

Peningkatan tekanan intraabdominal


Peningkatan tekanan intraabdominal dapat terjadi akibat dari batuk kronik,
obesitas, asites, aktivitas fisik.

b.

Penurunan integritas dinding abdomen


- Kolagen
Kemampuan dinding abdomen untuk menahan tekan intraabdominal baik
fisiologis ataupun patologi tergantung akan jaringan serat kolagen. Kolagen
tipe I merupakan kolagen dalam bentuk matur dan paling stabil, sedangkan
kolagen tipe III adalah kolagen imatur isoform. Pada kasus hernia

inguinalis dan incisionalis, terdapat kolagen tipe III dalam jumlah banyak
melebihi kolagen tipe I di dalam matrix ekstraseluler.
- Merokok
Zat yang terkandung di dalam rokok akan menonaktifkan antiprotease yang
memicu peningkatan level protease dan elastase sirkulasi dan menyebabkan
destruksi matrix ekstraseluler pada muskulus. Kadaan ini juga dapat dipicu
oleh stres dan penyakit sistemik
- Faktor umum
Kelemahan muskulus dan fascia dapat disebabkan oleh usia tua, kurangnya
olahraga, multigravida, dan penurunan berat badan.
Faktor yang dipandang berperan sebagai penyebab adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, adanya peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan
kelemahan otot dinding perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang
lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun
sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini
hanya beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten
menderita hernia. Pada anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus
vaginalis paten kontralateral lebih dari separo, sedangkan insiden hernia ini tidak
lebih dari 20%. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang paten
bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain
seperti anulus ingunalis yang cukup besar. Tekanan intraabdomen yang meninggi
secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan ascites sering
disertai hernia.
4. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, terdapat tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia, yaitu:
a. kanalis inguinalis yang berjalan miring,
b. adanya struktur m. oblikus internus abdominis yang menutup anulus
inguinalis internus ketika berkontraksi, dan
c. adanya fascia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach
yang umumnya hampir tidak berotot.

Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia. Dalam


keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut
kendur. Pada keadaan tersebut tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi,
kanalis inguinalis berjalan lewat transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuk usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding
perut antara lain terjadi akibat kerusakan n. ilioinguinalis dan n. iliofemoralis setelah
apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateral mencapai skrotum disebut hernia
skrotalis.
5. KLASIFIKASI
Hernia inguinalis berdasarkan letaknya terhadap pembuluh darah epigastrika
inferior diklasifikasikan menjadi dua:
1. Hernia inguinalis medialis atau hernia direk
2. Hernia inguinalis lateralis atau hernia indirek
Hernia Inguinalis Medialis
Hernia inguinalis medialis atau hernia direk hampir selalu disebabkan oleh
peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot di dinding trigonum
hasselbach. Oleh sebab itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral khusunya pada lelaki
tua. Hernia ini jarang bahkan hampir tidak pernah mengalami inkarserasi atau
strangulasi. Mungkin terjadi hernia gelincir yang mengandung sebagian dinding
kandung kemih atau kolon. Kadang ditemukan defek kecil di otot oblikus internus
abdominis pada segala usia dengan cincin yang kaku dan tajam sering menyebabkan
strangulasi.
Hernia Inguinalis Lateralis
Hernia disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran
yaitu annulus dan kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis yang langsung
menonjol melalui segitiga hasselbach dan disebut sebagai hernia direk. Pada
pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan
hernia medialis berbentuk tonjolan bulat.

Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa
tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses turunnya testis
ke skrotum. Hernia gelincir dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di
kanan biasanya berisi sekum dan sebagian kolon ascendens, sedangkan yang kiri
berisi sebgian kolon descendens.
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa benjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat dan menghilang waktu
istirahat baring. Pada bayi dan anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha
biasanya disadari oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering
gelisah, banyak menangis, dan kadang perut kembung harus dipikirkan hernia
strangulate.
Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua lipat paha, skrotum,
atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk
sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam
keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah
benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan terreposisi dengan jari telunjukatau jari
kelingking pada anak, cinicn hernia berupa annulus inguinalis yang melebar, kadang
dapat diraba.
Pada hernia insipient, hernia hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di
dalam kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak terkadang
tidak terlihat benjolan sewaktu menangis, batuk atau mengedan. Dalam hal ini perlu
dilakukan palpasi funikulus spermatikus dengan membandingkan sisi kiri dan kanan.
Kadang didapatkan tanda sarung tangan sutera.
6. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Gold Standard untuk penegakan diagnosis hernia adalah dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik.
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan dilipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah
berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri

yang disertai mual dan muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia pada inspeksi
saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus. Kalau
kantong hernia berisi organ, maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba
usus, omentum (seperti karet) atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking,
pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum
melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi
atau tidak. Jika hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus
eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti
hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan
hernia inguinalis medialis.
6. PENATALAKSANAAN
a. Konservatif
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami
dapat dilakukan pada hernia umbilikus sebelum anak berumur dua tahun. Terapi
konservatif berupa penggunaan alat penyangga dapat dipakai sementara, misalnya
pemakaian korset. Sedang pada hernia inguinalis pemakaiannya tidak dianjurkan
karena selain tidak dapat menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan otot dinding
perut.
Penanganan konservatif terhadap hernia ireponibel; dengan posisi
Trendelenberg, diharapkan dengan adanya gaya gravitasi isi hernia dapat masuk
kembali, pemberian muscle relation, diharapkan dapat mengurangi jepitn,
pemberian obat penenang, sehingga penderita berkurang kecemasannya dan
mengurnagi/menenangkan tekanan intra abdominal sehingga isi hernia dapat
masuk kembali, dan pemberian kompres es untuk merangsang musculus cremaster
sehingga isi hernia dapat masuk kembali ke cavum peritoneum.
b.

Operatif
Management operatif pada hernia inguinalis terdapat dua metode umum,

yaitu Open Hernia Repair dan Laparoskopi. Open hernia Repair disebut juga

herniorrhaphy dengan melakukan incise lapisan kulit pada hernia. Open hernia
repair dapat meliputi Metode Marcy, Bassini, Shouldice, McVay, dan Lichtenstein.
Sedangkan laparoskopi merupakan terapi alternative dengan incisi kecil. Tujuan
seluruh hernia repair adalah untuk menutup defek myofacial di mana menjadi
tempat keluarnya penonjolan organ. pada umumnya, metode di atas merupakan
diseksi anterior pada kanalis ingunal dan kantong hernia (herniektomy), diikuti
oleh myofacial repair, dan penutupan kanalis.
Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional.
Usia lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif. Kalau pasien dengan
hernia inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan
reposisi postural. Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi
elektif setelah 2-3 hari sewaktu oedem jaringan sudah hilang dan keadaan umum
pasien sudah lebih baik.
Semua hernia inguinalis indirek maupun direk yang besar tak tergantung
dari usia, harus diperbaiki, kecuali ada indikasi yang kuat seperti penyakit
pernafasan. Hernia inkarserata maupun strangulasi harus dilakukan operasi segera.
Bila isi hernia sudah nekrosik dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi daya pulih
isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit dievaluasi
kembali warna, peristalik, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus. Jika ternyata
pada operasi dinding perut kurang kuat, yang memas terjadi pada hernia direk,
sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat.
Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis, maka dilakukan tindakan
bedah elektif, karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada hernia irreponibilis,
diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Penderita istirahat baring
dan dipuasakan atau mendapat diet halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada
benjolan lakukan secara berulang-ulang, sehingga isi hernia masuk untuk
kemudian dilakukan bedah elektif dikemudian hari atau menjadi inkarserasi. Maka
harus dilakukan bedah darurat. Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi
yaitu memotong hernia dan herniorafi yaitu menjahit kantong hernia. Pada bedah
elektif, maka harus dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat dan dilakukan
Bassini plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis, sedang
pada bedah darurat, prinsipnya seperti bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari
dan dipotong. Usus dilihat apakah vital atau tidak. Bila vital dikembalikan ke
rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomosis end to end.

7. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk hernia inguinalis adalah:
1. Hernia femoralis
Hernia yang terjadi melalui kanal femoral, dan lebih sering pada wanita.
Penonjolan berada di bawah ligamentum inguinal dan lateral tuberkel pubis.
2. Hidrokel
Hidrokel merupakan akumulasi cairan abnormal pada tunika vaginalis
karena adanya paten prosesus vaginalis persisten yang mengelilingi testis.
Kejadian hidrokel paling sering pada infant. Benjolan hidrokel tidak nyeri,
mempunyai batas atas tegas, positif pada pemeriksaan luminesensi dan tidak
dapat dimasukkan kembali. Selain itu testis pada daerah hidrokel tidak
teraba.
3. Limfadenopati
Merupakan pembesaran kelenjar limfe dikaitkan dengan riwayat trauma,
infeksi atau keganasan. Massa teraba mobile dan tidak dipengaruhi oleh
batuk. Perlu dilihat apakah terdapat infeksi pada kaki sesisi kadang benjolan
dapat dimasukkan.
4. Testis ektopik
Yaitu testis yang masih berada di kanalis inguinalis, mudah diketahui
dengan meraba daerah skrotum.
5. Torsio testis
Torsi testis disebabkan oleh terpeluntirnya korda spermatika dan
menyebabkan menurunnya suplai darah ke testis. Torsi testis intravaginal
menghasilkan nyeri hebat skrotum unilateral yang tiba-tiba diikuti oleh
pembengkakan inguinal dan / atau skrotum
6. Abses Psoas
Hernia inguinalis akan berada di sisi superior dari ligamentum inguinalis
namun psoas abses akan lebih rendah. Mungkin menyebabkan nyeri dan
dapat menunjukkan limfadenopati. Pasien abses dapat disertai dengan tanda
penyakit sistemik seperti takikardia, takipnea dan demam.
7. Lipoma
Secara klinis, tidak timbul atau memperbesar dengan manuver Valsava.

8. KOMPLIKASI
Komplikasi hernia adalah :
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia, sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia
inguinalis lateralis irreponibilis.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat makin banyaknya usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis
inkarserata.
3. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema,
sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini
disebut hernia inguinalis lateralis strangulator. Keluhan berupa nyeri hebat,
daerah benjolan menjadi merah dan penderita gelisah. Pada keadaan
inkarserata dan strangulata, maka timbul gejala ileus yaitu kembung, muntah
dan obstipasi.
4. Dapat terjadi hernia akreta, apabila isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga dan terjadi perlekatan isis kantong pada
peritoneum.
9. PROGNOSIS
Penyembuhan dipercepat kalau penderita menghindari gerakan mengangkat
barang-barang berat ataupun ketegangan otot lainnya. Hernia inguinalis indirek dapat
timbul kembali pada 2-3% penderita. Sedang hernia direk dapat timbul kembali
sampai 10% penderita. Pada sumber lain dijelaskan, insiden dari residif bergantung
pada umur penderita, letak hernia dan operasinya.

BAB II
PRESENTASI KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
No RM

: 48.62.52

Nama

: Bp. Warijan

Umur

: 65 tahun

Alamat

: Gaten RT 03 Trirenggo Bantul

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh

2. ANAMNESA
-

Keluhan Utama

: OS mengeluh ada benjolan pada selakangan kiri

hingga daerah skrotum sejak 1 minggu yang lalu.


-

Keluhan Tambahan : -

Riwayat Penyakit Sekarang : OS datang ke Poli Bedah RS Panembahan


Senopati dengan keluhan timbul benjolan pada perut kiri bawah dekat
kemaluan. Namun apabila berbaring benjolan menghilang.

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat operasi

: disangkal

- Riwayat alergi / Asma

: disangkal

- Riwayat Penyakit paru-paru, DM

: disangkal

- Riwayat Penyakit Hipertensi

: (+)

Riwayat Penyakit Keluarga :


-

Riwayat Penyakit paru-paru

: (+)

Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal

Riwayat Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

: (+)

Riwayat Penyakit gula (DM)

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

3. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis

Keadaan umum :

sedang, tidak tampak anemis. Kesadaran : CM

Vital sign

T 140/90 mmHg

S 36,7 0C

N 74 x/mnt

R 20 x/mnt

Kepala

Mesochepal, rambut beruban, tidak mudah dicabut.

Mata

Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem


palpebra (-/-).

Hidung

Telinga

:dbn

Mulut

dbn

Leher

JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar

Thoraks
I

: Ictus cordis tidak tampak

Jantung :

dbn

Pa : Ictus cordis kuat angkat


Pe : redup (+)
A : S1 > S2 murni, tidak ada bising
Pulmo :

: simetris tidak ada ketinggalan gerak, retraksi dada


tidak ada

Pa : vokal fremitus ka = ki
Pe : Sonor seluruh lapang paru
A : Suara Dasar : vesikuler +/+
Suara Tambahan : ronkhi (-), wheezing (-)

Extremitas

: Nadi teraba kuat, simetris, oedem - / -, dan varises - /


-, turgor kulit normal, capillary refill<2.

B. Status Lokalisasi
Teraba benjolan pada area inguinal saat berdiri dan tidak terdapat nyeri
tekan.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen Thorax: Cor & Pulmo dalam batas normal
Laboratorium Hematologi (29 Desember 2012):

Hb

: 12,0 gr%

AL

: 9,3 ribu/uL

AE

: 4,64 ribu/uL

AT

: 395 ribu/uL

Hmt

: 35.6 %

Golongan Darah

Hitung Jenis Leukosit:

:A

Eosinofil

:6%

Basofil

:1%

Batang

:2%

Segmen

: 51 %

Limfosit

: 36 %

Monosit

:4%

PPT

: 12.4 detik

APTT : 27.5 detik


Control PPT : 12.3
Control APTT : 34.6

GDS

: 78 mg/dL

SGOT : 128

SGPT : 110

Ureum darah

: 20

Kreatinin daarah

: 0.37

Natrium

Kalium

Chloride

HbsAg : NEGATIVE

: 140
: 3.51
: 107.2

.F DIAGNOSIS
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra
G. PENATALAKSANAAN

Hernia Repair 31 Desember 2012

Medikamentosa post-operasi:
Inj. Zibac

2x1

Inj. Teranol

2x1

Inj. Kalnex

2x1

Inj. Ratan

2x1

BAB III
PEMBAHASAN
Bp. W (65 tahun) datang dengan keluhan ada benjolan pada lipat paha kiri
hingga ke skrotum sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Benjolan tidak nyeri
dan menghilang saat berbaring. Dari pemeriksaan, pasien didiagnosis sebagai Hernia
Ingunalis Lateralis (HIL) Sinistra.
Penegakan diagnosis hernia inguinalis dapat dilakukan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang
kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus. Kalau kantong hernia berisi
organ, maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti
karet) atau ovarium. HIL merupakan hernia abdomen yang paling sering terjadi dan
banyak diderita oleh laki-laki. Hernia sendiri terjadi akibat peran multifaktorial. Pada
Hernia inguinalis lateralis/indirek sering dikarenakan adanya patent processus
vaginalis. Namun, pada pasien resiko meningkat seiring dengan usia tua dan aktivitas
keseharian pasien yang bekerja sebagai buruh yang tentu saja termasuk aktivitas berat.
Dengan bertambahnya usia, integritas dari muskulus abdomen menurun, sehingga
dinding abdomen tidak dapat menahan adanya peningkatan tekanan intrabdominal.
Pemilihan management pada hernia inguinalis berdasarkan usia, dan berat
ringannya penyakit. Pada pasien dewasa, hernia yang telah menimbulkan gejala atau
telah menjadi hernia inkarserata perlu terapi operatif. Prognosis pada pasien
cenderung akan lebih baik karena keparahan hernia belum menyebabkan hernia
irreponible bahkan inkarserata.

BAB IV
KESIMPULAN
Hernia inguinalis adalah suatu defek pada fasia dan muskulo aponeurotik
dinding perut terutama di regio inguinal, baik secara kongenital maupun didapat,
yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui
dinding tersebut.
Hernia Inguinalis Lateralis merupakan hernia abdomen yang paling sering
terjadi, dan lebih banyak terjadi pada laki-laki
Hernia inguinal terjadi karena multifaktorial
Management dilakukan tindakan operatif untuk mengurangi gejala,mencegah
deformitas dan komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

Condon RE, Nylus L.M. Complications of groin hernia. In : Nylus LM, Condon
RE. Eds. Hernia. End ed. Philadelphia : JB Lippincott company, 1978 : 26474.
Dunphy, J.E., and Way LW, eds. Current surgical diagnosis and Treatment,
ed. California; Lange medical Publication, 1981 : 1517-40.

5 th

Gardner, B. and Shaftan, Surgical Emergencies in the Child, eds. Pediatric


surgical Emergencies, ed. Philadelphia : J.B Lippincott company, 1990 : 5528.
Harkins HN. Hernia. In Allen JG, Harkins NH, Moyer CA, Rhoads JE. Eds.
Surgery principles and practise. Philadelphia : JB Principels and practise,
Phialdelphia : JB Lippincott comapy, 1957 : 980-86.
Harun R. Parameter Kliniks sebagai Petunjuk Diagnosis Dini Hernia Inguinalis
Eksterna Strangulata di RSDK Semarang, Semarang : Lab. Ilmu Bedah FK
UNDIP/RSDK.
Jenkins, Jon L & Braen, G. Richard. 2004. Manual Of Emergency Medicine.
USA:Lippincott Williams & Wilkins.
Jones, Daniel B. 2012. Master Techniques in Surgery: Hernia. USA:Lippincott
Williams & Wilkins.
Junaidi P., Atiek S., Husna A., Hernia, Dalam : Kapita Selekta Kedokteran
UI, Jakarta : Media Aesculapius : 1991 : 352-9.

FK

Macraflane DA, Thomas LP, Textbook of surgery, 4 th ed. London : ELBS, 1997 :
234-45.
Nylus LM, Bombeck CT, Hernia, in : Sabiston DC Jr. eds. Textbook of surgery, 6 th
ed. Philadelphia : WB Saunders company, 1988 : 1151-60.
Sjamsuhidajat R., De Jong W, Hernia, Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah, eds. Revisi,
Jakarta : EGC : 1988 : 696-719.
White JJ, Haller, Groin hernia. In : Nylus LM, Condon RE. Eds. Hernia, 2 nd ed.
Philadeplhia : JB Lippincott company, 1978 : 14-27.

Anda mungkin juga menyukai