Hernia Inguinalis Lateralis
Hernia Inguinalis Lateralis
HERNIA INGUINALIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun oleh :
Verani Dwitasari, S. Ked
(20080310081)
Dokter Penguji :
dr. Suryo Habsara, Sp.B
HALAMAN PENGESAHAN
HERNIA INGUINALIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Bedah
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun Oleh:
Verani Dwitasari, S. Ked
20080310081
Januari 2013
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1. PENDAHULUAN
Menurut Kamus Kedokteran Dorland, hernia merupakan penonjolan abnormal
bagian organ atau struktur tubuh lain melalui lubang alamiah ataupun abnormal dalam
selaput pembungkus, membran, otot, atau tulang.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan
hernia dapatan atau akuisita. Sedangkan berdasarkan letak, hernia diberi nama sesuai
lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dan lainlain. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk,
indirek, serta femoralis; hernia incisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia
umbilikalis 3%, dan hernia lain sekitar 3%. Pada hernia lipat paha, 90% nya
merupakan hernia inguinalis, dengan kejadian hernia inguinalis indirek 75% dan
hernia inguinal direk 25%.
muskulo aponeurotik dinding perut terutama di regio inguinal, baik secara kongenital
maupun didapat.
2. ANATOMI
Di dalam regio inguinalis terdapat kanalis inguinalis yang bagian kraniolateral
dibatasi oleh anulus inguinalis internus. Anulus inguinalis internus ini merupakan
bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis otot transversus abdominis. Di
medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis oto oblikus eksternus abdominis. Atapnya
ialah aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis dan di dasarnya terdapat
ligamentum inguinale. Kanalis ingunalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki
dan ligamentum rotundum pada wanita.
b.
inguinalis dan incisionalis, terdapat kolagen tipe III dalam jumlah banyak
melebihi kolagen tipe I di dalam matrix ekstraseluler.
- Merokok
Zat yang terkandung di dalam rokok akan menonaktifkan antiprotease yang
memicu peningkatan level protease dan elastase sirkulasi dan menyebabkan
destruksi matrix ekstraseluler pada muskulus. Kadaan ini juga dapat dipicu
oleh stres dan penyakit sistemik
- Faktor umum
Kelemahan muskulus dan fascia dapat disebabkan oleh usia tua, kurangnya
olahraga, multigravida, dan penurunan berat badan.
Faktor yang dipandang berperan sebagai penyebab adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, adanya peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan
kelemahan otot dinding perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang
lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun
sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini
hanya beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten
menderita hernia. Pada anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus
vaginalis paten kontralateral lebih dari separo, sedangkan insiden hernia ini tidak
lebih dari 20%. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang paten
bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain
seperti anulus ingunalis yang cukup besar. Tekanan intraabdomen yang meninggi
secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan ascites sering
disertai hernia.
4. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, terdapat tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia, yaitu:
a. kanalis inguinalis yang berjalan miring,
b. adanya struktur m. oblikus internus abdominis yang menutup anulus
inguinalis internus ketika berkontraksi, dan
c. adanya fascia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach
yang umumnya hampir tidak berotot.
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa
tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses turunnya testis
ke skrotum. Hernia gelincir dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di
kanan biasanya berisi sekum dan sebagian kolon ascendens, sedangkan yang kiri
berisi sebgian kolon descendens.
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa benjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat dan menghilang waktu
istirahat baring. Pada bayi dan anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha
biasanya disadari oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering
gelisah, banyak menangis, dan kadang perut kembung harus dipikirkan hernia
strangulate.
Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua lipat paha, skrotum,
atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk
sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam
keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah
benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan terreposisi dengan jari telunjukatau jari
kelingking pada anak, cinicn hernia berupa annulus inguinalis yang melebar, kadang
dapat diraba.
Pada hernia insipient, hernia hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di
dalam kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak terkadang
tidak terlihat benjolan sewaktu menangis, batuk atau mengedan. Dalam hal ini perlu
dilakukan palpasi funikulus spermatikus dengan membandingkan sisi kiri dan kanan.
Kadang didapatkan tanda sarung tangan sutera.
6. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Gold Standard untuk penegakan diagnosis hernia adalah dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik.
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan dilipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah
berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri
yang disertai mual dan muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia pada inspeksi
saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus. Kalau
kantong hernia berisi organ, maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba
usus, omentum (seperti karet) atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking,
pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum
melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi
atau tidak. Jika hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus
eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti
hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan
hernia inguinalis medialis.
6. PENATALAKSANAAN
a. Konservatif
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami
dapat dilakukan pada hernia umbilikus sebelum anak berumur dua tahun. Terapi
konservatif berupa penggunaan alat penyangga dapat dipakai sementara, misalnya
pemakaian korset. Sedang pada hernia inguinalis pemakaiannya tidak dianjurkan
karena selain tidak dapat menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan otot dinding
perut.
Penanganan konservatif terhadap hernia ireponibel; dengan posisi
Trendelenberg, diharapkan dengan adanya gaya gravitasi isi hernia dapat masuk
kembali, pemberian muscle relation, diharapkan dapat mengurangi jepitn,
pemberian obat penenang, sehingga penderita berkurang kecemasannya dan
mengurnagi/menenangkan tekanan intra abdominal sehingga isi hernia dapat
masuk kembali, dan pemberian kompres es untuk merangsang musculus cremaster
sehingga isi hernia dapat masuk kembali ke cavum peritoneum.
b.
Operatif
Management operatif pada hernia inguinalis terdapat dua metode umum,
yaitu Open Hernia Repair dan Laparoskopi. Open hernia Repair disebut juga
herniorrhaphy dengan melakukan incise lapisan kulit pada hernia. Open hernia
repair dapat meliputi Metode Marcy, Bassini, Shouldice, McVay, dan Lichtenstein.
Sedangkan laparoskopi merupakan terapi alternative dengan incisi kecil. Tujuan
seluruh hernia repair adalah untuk menutup defek myofacial di mana menjadi
tempat keluarnya penonjolan organ. pada umumnya, metode di atas merupakan
diseksi anterior pada kanalis ingunal dan kantong hernia (herniektomy), diikuti
oleh myofacial repair, dan penutupan kanalis.
Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional.
Usia lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif. Kalau pasien dengan
hernia inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan
reposisi postural. Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi
elektif setelah 2-3 hari sewaktu oedem jaringan sudah hilang dan keadaan umum
pasien sudah lebih baik.
Semua hernia inguinalis indirek maupun direk yang besar tak tergantung
dari usia, harus diperbaiki, kecuali ada indikasi yang kuat seperti penyakit
pernafasan. Hernia inkarserata maupun strangulasi harus dilakukan operasi segera.
Bila isi hernia sudah nekrosik dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi daya pulih
isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit dievaluasi
kembali warna, peristalik, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus. Jika ternyata
pada operasi dinding perut kurang kuat, yang memas terjadi pada hernia direk,
sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat.
Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis, maka dilakukan tindakan
bedah elektif, karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada hernia irreponibilis,
diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Penderita istirahat baring
dan dipuasakan atau mendapat diet halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada
benjolan lakukan secara berulang-ulang, sehingga isi hernia masuk untuk
kemudian dilakukan bedah elektif dikemudian hari atau menjadi inkarserasi. Maka
harus dilakukan bedah darurat. Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi
yaitu memotong hernia dan herniorafi yaitu menjahit kantong hernia. Pada bedah
elektif, maka harus dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat dan dilakukan
Bassini plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis, sedang
pada bedah darurat, prinsipnya seperti bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari
dan dipotong. Usus dilihat apakah vital atau tidak. Bila vital dikembalikan ke
rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomosis end to end.
7. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk hernia inguinalis adalah:
1. Hernia femoralis
Hernia yang terjadi melalui kanal femoral, dan lebih sering pada wanita.
Penonjolan berada di bawah ligamentum inguinal dan lateral tuberkel pubis.
2. Hidrokel
Hidrokel merupakan akumulasi cairan abnormal pada tunika vaginalis
karena adanya paten prosesus vaginalis persisten yang mengelilingi testis.
Kejadian hidrokel paling sering pada infant. Benjolan hidrokel tidak nyeri,
mempunyai batas atas tegas, positif pada pemeriksaan luminesensi dan tidak
dapat dimasukkan kembali. Selain itu testis pada daerah hidrokel tidak
teraba.
3. Limfadenopati
Merupakan pembesaran kelenjar limfe dikaitkan dengan riwayat trauma,
infeksi atau keganasan. Massa teraba mobile dan tidak dipengaruhi oleh
batuk. Perlu dilihat apakah terdapat infeksi pada kaki sesisi kadang benjolan
dapat dimasukkan.
4. Testis ektopik
Yaitu testis yang masih berada di kanalis inguinalis, mudah diketahui
dengan meraba daerah skrotum.
5. Torsio testis
Torsi testis disebabkan oleh terpeluntirnya korda spermatika dan
menyebabkan menurunnya suplai darah ke testis. Torsi testis intravaginal
menghasilkan nyeri hebat skrotum unilateral yang tiba-tiba diikuti oleh
pembengkakan inguinal dan / atau skrotum
6. Abses Psoas
Hernia inguinalis akan berada di sisi superior dari ligamentum inguinalis
namun psoas abses akan lebih rendah. Mungkin menyebabkan nyeri dan
dapat menunjukkan limfadenopati. Pasien abses dapat disertai dengan tanda
penyakit sistemik seperti takikardia, takipnea dan demam.
7. Lipoma
Secara klinis, tidak timbul atau memperbesar dengan manuver Valsava.
8. KOMPLIKASI
Komplikasi hernia adalah :
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia, sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia
inguinalis lateralis irreponibilis.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat makin banyaknya usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis
inkarserata.
3. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema,
sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini
disebut hernia inguinalis lateralis strangulator. Keluhan berupa nyeri hebat,
daerah benjolan menjadi merah dan penderita gelisah. Pada keadaan
inkarserata dan strangulata, maka timbul gejala ileus yaitu kembung, muntah
dan obstipasi.
4. Dapat terjadi hernia akreta, apabila isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga dan terjadi perlekatan isis kantong pada
peritoneum.
9. PROGNOSIS
Penyembuhan dipercepat kalau penderita menghindari gerakan mengangkat
barang-barang berat ataupun ketegangan otot lainnya. Hernia inguinalis indirek dapat
timbul kembali pada 2-3% penderita. Sedang hernia direk dapat timbul kembali
sampai 10% penderita. Pada sumber lain dijelaskan, insiden dari residif bergantung
pada umur penderita, letak hernia dan operasinya.
BAB II
PRESENTASI KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
No RM
: 48.62.52
Nama
: Bp. Warijan
Umur
: 65 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh
2. ANAMNESA
-
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan : -
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: (+)
: (+)
: disangkal
: (+)
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
3. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum :
Vital sign
T 140/90 mmHg
S 36,7 0C
N 74 x/mnt
R 20 x/mnt
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
:dbn
Mulut
dbn
Leher
Thoraks
I
Jantung :
dbn
Pa : vokal fremitus ka = ki
Pe : Sonor seluruh lapang paru
A : Suara Dasar : vesikuler +/+
Suara Tambahan : ronkhi (-), wheezing (-)
Extremitas
B. Status Lokalisasi
Teraba benjolan pada area inguinal saat berdiri dan tidak terdapat nyeri
tekan.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen Thorax: Cor & Pulmo dalam batas normal
Laboratorium Hematologi (29 Desember 2012):
Hb
: 12,0 gr%
AL
: 9,3 ribu/uL
AE
: 4,64 ribu/uL
AT
: 395 ribu/uL
Hmt
: 35.6 %
Golongan Darah
:A
Eosinofil
:6%
Basofil
:1%
Batang
:2%
Segmen
: 51 %
Limfosit
: 36 %
Monosit
:4%
PPT
: 12.4 detik
GDS
: 78 mg/dL
SGOT : 128
SGPT : 110
Ureum darah
: 20
Kreatinin daarah
: 0.37
Natrium
Kalium
Chloride
HbsAg : NEGATIVE
: 140
: 3.51
: 107.2
.F DIAGNOSIS
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra
G. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa post-operasi:
Inj. Zibac
2x1
Inj. Teranol
2x1
Inj. Kalnex
2x1
Inj. Ratan
2x1
BAB III
PEMBAHASAN
Bp. W (65 tahun) datang dengan keluhan ada benjolan pada lipat paha kiri
hingga ke skrotum sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Benjolan tidak nyeri
dan menghilang saat berbaring. Dari pemeriksaan, pasien didiagnosis sebagai Hernia
Ingunalis Lateralis (HIL) Sinistra.
Penegakan diagnosis hernia inguinalis dapat dilakukan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang
kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus. Kalau kantong hernia berisi
organ, maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti
karet) atau ovarium. HIL merupakan hernia abdomen yang paling sering terjadi dan
banyak diderita oleh laki-laki. Hernia sendiri terjadi akibat peran multifaktorial. Pada
Hernia inguinalis lateralis/indirek sering dikarenakan adanya patent processus
vaginalis. Namun, pada pasien resiko meningkat seiring dengan usia tua dan aktivitas
keseharian pasien yang bekerja sebagai buruh yang tentu saja termasuk aktivitas berat.
Dengan bertambahnya usia, integritas dari muskulus abdomen menurun, sehingga
dinding abdomen tidak dapat menahan adanya peningkatan tekanan intrabdominal.
Pemilihan management pada hernia inguinalis berdasarkan usia, dan berat
ringannya penyakit. Pada pasien dewasa, hernia yang telah menimbulkan gejala atau
telah menjadi hernia inkarserata perlu terapi operatif. Prognosis pada pasien
cenderung akan lebih baik karena keparahan hernia belum menyebabkan hernia
irreponible bahkan inkarserata.
BAB IV
KESIMPULAN
Hernia inguinalis adalah suatu defek pada fasia dan muskulo aponeurotik
dinding perut terutama di regio inguinal, baik secara kongenital maupun didapat,
yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui
dinding tersebut.
Hernia Inguinalis Lateralis merupakan hernia abdomen yang paling sering
terjadi, dan lebih banyak terjadi pada laki-laki
Hernia inguinal terjadi karena multifaktorial
Management dilakukan tindakan operatif untuk mengurangi gejala,mencegah
deformitas dan komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Condon RE, Nylus L.M. Complications of groin hernia. In : Nylus LM, Condon
RE. Eds. Hernia. End ed. Philadelphia : JB Lippincott company, 1978 : 26474.
Dunphy, J.E., and Way LW, eds. Current surgical diagnosis and Treatment,
ed. California; Lange medical Publication, 1981 : 1517-40.
5 th
FK
Macraflane DA, Thomas LP, Textbook of surgery, 4 th ed. London : ELBS, 1997 :
234-45.
Nylus LM, Bombeck CT, Hernia, in : Sabiston DC Jr. eds. Textbook of surgery, 6 th
ed. Philadelphia : WB Saunders company, 1988 : 1151-60.
Sjamsuhidajat R., De Jong W, Hernia, Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah, eds. Revisi,
Jakarta : EGC : 1988 : 696-719.
White JJ, Haller, Groin hernia. In : Nylus LM, Condon RE. Eds. Hernia, 2 nd ed.
Philadeplhia : JB Lippincott company, 1978 : 14-27.