Anda di halaman 1dari 11

TEORI ELASTISITAS

Metode seismik memanfaatkan sifat penjalaran gelombang mekanik yang


dijalarkan melewati bumi. Karena penjalaran gelombang sangat bergantung
pada sifat elastis dari batuan yang ada di bawah permukaan bumi, maka perlu
terlebih dahulu dibahas mengenai konsep dasar elastisitas.
Ukuran dan bentuk sebuah benda padat dapat berubah dengan cara
memberikan gaya ke bagian permukaan luar dari benda tersebut. Gaya luar ini
akan dilawan oleh gaya internal yang akan melawan perubahan bentuk dan
ukuran benda tersebut. Sebagai akibat dari gaya internal tersebut, benda akan
berusaha untuk kembali ke bentuk semula ketika gaya luar dihilangkan. Fluida
akan mempertahankan perubahan volume, tetapi tidak dengan perubahan
bentuk.
Sifat melawan perubahan bentuk atau ukuran dan kembali ke bentuk awal
ketika gaya luar dihilangkan dikenal dengan istilah elastisitas. Sebuah benda
yang elastis sempurna adalah benda yang benar-benar kembali ke bentuk dan
ukuran asal dengan sempurna setelah gaya luar dihilangkan. Batuan bisa
dianggap elastis sempurna dengan melihat bahwa deformasi benda tersebut
(perubahan bentuk atau ukuran) cukup kecil, seperti dalam kasus gelombang
seismik, kecuali untuk bahan yang berada dekat sumber seismik.
Teori elastisitas akan menghubungkan gaya yang diberikan terhadap
suatu benda dengan perubahan bentuk dan ukuran yang diakibatkan.
Hubungan antara gaya yang dikenakan pada benda terhadap deformasi benda
tersebut dinyatakan dalam konsep stress dan strain (tegangan dan regangan).

Tegangan (Stress)
Stress atau tegangan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Ketika
sebuah gaya diberikan kepada sebuah benda, tegangan adalah perbandingan
antara besar gaya terhadap luas dimana gaya tersebut dikenakan. Jika gaya
yang dikenakan tegak lurus terhadap permukaan benda (luas yang akan
diperhitungkan), maka tegangan tersebut adalah tegangan normal. Jika gaya
yang dikenakan berarah tangensial terhadap elemen luas permukaan benda,
tegangan tersebut adalah tegangan geser. Jika gaya tersebut tidak tegak lurus
maupun paralel terhadap elemen luas permukaan benda tersebut, gaya
tersebut dapat diuraikan ke komponen yang paralel dan tegak lurus terhadap
elemen luas permukaan benda tersebut. Dengan demikian, segala bentuk
tegangan dapat diuraikan dalam komponen normal dan tangensial.

TEORI ELASTISITAS

Jika kita mempertimbangkan sebuah elemen kecil volume, tegangan yang


beraksi pada enam buah permukaan dapat diuraikan menjadi komponenkomponen, seperti yang terlihat pada Gambar 1.
z
A

zz
zy

zx

B
F

dz
xz

O
dx

yz
dy
xy

yx
G

yy

xx D
x
Gambar
1. Komponen tegangan.
Pada saat benda berada dalam keadaan setimbang statis, gaya-gaya akan
seimbang. Ini berarti bahwa tiga komponen tegangan xx , yx , zx yang
beraksi pada permukaan OABC harus sama dan berlawanan dengan tegangan
pada permukaan DEFG, dengan hubungan yang serupa pula untuk empat
permukaan yang lainnya. Sebagai tambahan, sejumlah tegangan geser, seperti

yx, merupakan kopel yang cenderung memutar elemennya pada sumbu z.


Besarnya kopel tersebut adalah :

( gaya lengan pengungkit ) ( yx dydz )dx


Jika kita pertimbangkan tegangan pada empat permukaan lain benda
tersebut, kita akan menemukan bahwa kopel ini akan dilawan hanya oleh kopel
yang disebabkan oleh pasangan tegangan xy dengan besar ( xy dxdz )dy . Karena
elemen tersebut dalam keadaan setimbang, maka momen total haruslah nol,
dengan demikian xy = yx. Secara umum, harus memenuhi ij = ji.
xx

xy

Tensor stress = yx

zx

yy
zy

xz

yz
zz
Normal Stress

Regangan (Strain)
Ketika benda elastis mendapat tegangan, maka akan terjadi perubahan
bentuk dan dimensi. Perubahan ini, yang dikenal dengan strain atau regangan,
dapat diuraikan dalam beberapa tipe dasar. Perhatikan bidang segiempat PQRS
pada bidang xy (Gambar 2). Pada saat stress berlaku, P akan berpindah ke P;
PP memiliki komponen u dan v. Jika titik sudut lain Q, R dan S memiliki
perpindahan yang sama dengan P, bidang segiempat tersebut akan hanya
TEORI ELASTISITAS

akan berpindah secara keseluruhan dengan besar u dan v. Dalam hal ini tidak
ada perubahan bentuk maupun ukuran dan tidak ada regangan yang timbul.
Namun jika besar u dan v berbeda untuk titik sudut yang berbeda, bidang
segiempat tersebut akan mengalami perubahan bentuk dan atau ukuran, dan
regangan akan timbul.

(du/dy)dy
S
(dv/dy)dy
S

Q
dy

(dv/dx)dx

P
v
Gambar 2. Analisis
regangan 2 dimensi.
P
dx
Q (du/dx)dx
Asumsikan u = u(x,y), v = v(x,y), lalu koordinat dari PQRS dan PQRS
x
dinyatakan sebagai berikut:
P ( x, y ) : P '( x u, y v );
u
v
dx, y v dx );
x
x
u
v
S ( x, y dy ) : S '( x u dy , y dy v dy );
y
y
u
u
v
v
R ( x dx, y dy ) : R '( x dx u dx dy , y dy v dx dy ).
x
y
x
y

Q( x dx, y ) : Q '( x dx u

secara umum perubahan u dan v jauh lebih kecil daripada besar dx dan dy.
Berdasarkan hal tadi dapat diasumsikan bahwa bentuk ( u x ) ,( u y ) dan
lainnya akan sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Strain didefinisikan sebagai perubahan relatif (perubahan fraksional/kecil)
dalam dimensi atau bentuk dari suatu benda. Kuantitas

x dan

merupakan pertambahan panjang yang relatif terhadap sumbu-x dan sumbu-y


dan merujuk kepada normal strain. Kuantitas (v x u y ) merupakan jumlah
dari sudut sebelah kanan dalam bidang xy yang berkurang ketika ada gaya
yang bekerja pada benda dan menyebabkan perubahan bentuk dari medium,
TEORI ELASTISITAS

dikenal sebagai shearing strain yang dinotasikan oleh xy . Kuantitas (v x u y )


merepresentasikan rotasi dari benda di sekitar sumbu-z yang tidak meliputi
perubahan dalam ukuran atau bentuk sehingga ini bukan merupakan strain.
Kuantitas ini dinotasikan dengan simbol z .
Strain atau regangan didefinisikan sebagai perubahan relatif (perubahan
kecil) dimensi atau bentuk dari suatu benda. Nilai kuantitas du/dx dan du/dy
adalah pertambahan relatif dimensi panjang dalam arah sumbu x dan y dan
berkenaan dengan regangan normal (normal strain). Sedangkan nilai kuantitas
(du/dx + du/dy) adalah besar dimana sudut sebelah kanan pada bidang xy
berkurang pada saat tegangan diberikan, dengan demikian merupakan ukuran
perubahan bentuk dari medium tersebut, yang dikenal dengan regangan geser
(shearing strain) yang dinotasikan dengan simbol xy. Dalam perluasan ke
bidang tiga dimensi, elemen dasar dari regangan dinotasikan sebagai berikut :
u
x
u
yy

y
w
zz

xx

Regangan Normal

v u

x y

w v
yz zy

y z
u w
zx xz

z x

(1)

Regangan

Geser

xy yx

(2)

Sebagai akibat dari regangan tersebut, benda mengalami rotasi


sederhana terhadap ketiga sumbu, yang diberikan oleh :
1 w v
x

2 y z
1 u w
y

2 z x
1 u w
z

2 z x

(3)

Perubahan dimensi yang diberikan oleh regangan akan menghasilkan


perubahan volume benda, perubahan volume per unit volume disebut dilatasi
dan direpresentasikan oleh yang diberikan oleh :
u v w
xx yy zz

(4)
x y z
TEORI ELASTISITAS

xx

Tensor strain = yx

zx

xy
yy
zy

xz
x

yz , Rotasi Posisi benda = / x

u
zz

y
/ y
v

/ z
w

Hukum Hooke
Hukum Hooke menyatakan bahwa ketika regangannya kecil, regangan yang
diberikan akan proporsional dengan tegangan yang menimbulkannya atau
dengan kata lain, masing-masing regangan merupakan fungsi linier dar
keseluruhan tegangan dan sebaliknya. Untuk medium homogen isotropik,
pernyataan tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk :

ii 2 ii

i = x,y,z

ij ij

i,j = x,y,z, i j

(5)

(6)
Persamaan (5) menyatakan bahwa tegangan normal dapat menghasilkan
tegangan dalam arah selain arah dari tegangan tersebut, sedangkan
persamaan (6) menyatakan bahwa tegangan geser hanya menghasilkan
regangan geser (tidak ada regangan normal).
Besaran dan dikenal dengan konstanta Lame. Jika dituliskan ij ij / ,
jelas bahwa nilai ij berbanding terbalik dengan . Oleh karena itu yang
merupakan ukuran tahanan terhadap regangan geser sering merujuk kepada
besaran modulus kekerasan atau modulus geser. Ketika tegangan dinaikkan
hingga melebihi limit elastis, maka Hukum Hooke tak lagi berlaku dan regangan
yang diakibatkan oleh tegangan tersebut tidak sepenuhnya hilang ketika
tegangannya dihilangkan.

Konstanta Elastis
Walaupun konstanta Lame sesuai untuk digunakan dalam peristiwa fisika
yang melibatkan sifat elatisitas benda, beberapa konstanta elastis lain sering
digunakan, diantaranya Modulus Young yang dirumuskan dengan :

xx (3 2 )

xx

(7)

dan perbandingan Poisson (Poissons Ratio) yang dirumuskan dengan :

yy

xx

zz

xx
2( )

(8)

Medium yang mengalami penegangan hidrostatis sebesar p atau :

xy = yz = zx = 0
xx = yy = zz = -p
akan memiliki perbandingan antara tegangan terhadap dilatasi sebesar k :
TEORI ELASTISITAS

p 3 2

xx yy zz

(9)
u v w

x y z

(10)

Persamaan Gelombang
Gelombang yang berada pada keadaan tidak teredam dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut :
1 2
2
v t 2
2

(11)
dengan


i
j
k
x
y
z

(12)
Persamaan rambat gelombang P dan S dapat diturunkan dari Hukum Hooke
yang menyatakan hubungan stress (gaya persatuan luas) dan strain
(perubahan dimensi) sebagai:
ii 2ii

(13)
ij ij

; ij

(14)
dalam persamaan tersebut i,j = x,y,z sedangkan dan dikenal sebagai
konstanta lame. konstanta didefinisikan sebagai kemampuan menahan strain
geser, sehingga seringkali disebut sebagai modulus geser. adalah
perubahan volume sebagai akibat dari tekanan :

u v w

x y
z

Persamaan (13) menyatakan hubungan antara stress ( ii ) dan strain ( ii )


pada keadaan satu arah sedangkan persamaan (14) menyatakan hubungan
stress dan strain yang saling tegak lurus.

TEORI ELASTISITAS

tekanan
strain searah
stress
strain tegak lurus
stress

Kondisi benda pada keadaan awal


Kondisi benda pada keadaan akhir

Gambar 3. Penggambaran stress dan strain yang ditimbulkan oleh tekanan.


Dalam hukum Newton, gaya (F) pada suatu benda setara dengan massa
benda (M) dikali dengan percepatannya (a). Sehubungan dengan pergeseran (u)
sebagai akibat dari tekanan sepanjang sumbu-x, hukum Newton tersebut
diungkapkan sebagai berikut:
Hukum newton :

m.a
volum

= . a

2 u xx xy xz

x
y
z
t 2

(15)
dimana xx = Stress normal arah x, xy = Stress geser arah x ke y dan xz = Stress geser arah x ke z.
Dengan mengunakan Hukum Hooke :
ii 2ii dan ij ij dimana ij

Jika Hukum Hooke dimasukkan ke persamaan (15), akan mendapatkan :

2u

t 2

( 2 xx )
( xy )
( xz )
x
y
z

2u

t 2

(16)

( ) 2
( xx )
( xy )
( xz )
x
x
y
z

(17)
Jika dilakukan operasi divergensi arah sumbu x, sumbu y dan sumbu z :

( ) 2
( xx )
( xy )
( xz )
(u )

2
x x
x x
y x
z x
t x

(18)
TEORI ELASTISITAS

( ) 2
( yy )
( yx )
( yz )
( v)

2
t 2

( ) 2
( zz )
( zx )
( zy )
(w )

z
t z

(19)

(20)
Kita kembangkan lebih jauh, lakukan operasi pada 3 arah displacement u, v,
w:
.D = x.u + y.v +z.w
(21)
.D =

(u )
( v)
(w)
x
y
z

(22)
Kita jumlahkan persamaan (18), persamaan (19), dan persamaan (20) :

2
.D 2 2 2
t 2

2
.D ( 2) 2
t 2

(23)

(24)
Persamaan (24) adalah persamaan untuk gelombang P karena beroperasi
pada arah sejajar (searah) dengan komponen gaya. Jika persamaan (18)
dibandingkan dengan persamaan gelombang umum (11), maka akan diperoleh
perumusan kecepatan gelombang P, yaitu:
Vp

(19)
dengan adalah konstanta Lame dan adalah densitas.
Selanjutnya sehubungan dengan gerak puntir seperti dikemukakan dalam
lampiran B, diperoleh persamaan:

2x
2 x
2
t

(20)

dengan x , yang menyatakan vektor sudut puntir. Persamaan (20) ini


disebut juga sebagai persamaan gelombang S karena gelombang merambat
dengan gerakan memutar (curl).
Dengan membandingkan persamaan (9) dan persamaan gelombang
umum (1) maka diperoleh kecepatan gelombang S, yaitu :
TEORI ELASTISITAS

Vs

(21)
dengan adalah modulus geser dan adalah massa jenis. Berdasarkan
persamaan ini, gelombang S tidak dapat merambat pada medium cair maupun
udara karena cairan dan udara mempunyai modulus geser bernilai nol.

Gambar 4. Perambatan gelombang P dan gelombang S

Konsep Tensor Stress, Strain dan Tensor Anisotropi


Dari Hukum Hooke yang menyatakan hubungan stress (gaya persatuan
luas) dan strain (perubahan dimensi) sebagai:
= C.
(22)
dimana : = tensor stress, = tensor strain dan C = tensor stiffness (derajat
kekakuan), atau
ij = Cijkl.kl
(23)
Cijkl adalah tensor stiffness berukuran 9x9
ij = ijkl.kl
(23)
ijkl adalah tensor compliance berukuran 9x9, ijkl = 1/(Cijkl)
dimana IJ : Stress (rank 2), KL : Strain (rank 2) dan CIJKL : Tensor Elastisitas (rank 4)
11
12
13
21
22
23
31
32
33

= C1111.11C1112.12 C1113.13 C1121.21 C1122.22 C1123.23C1131.31C1132.32 C1133.33


= C1211.11C1212.12 C1213.13 C1221.21 C1222.22 C1223.23C1231.31C1232.32 C1233.33
= C1311.11C1312.12 C1313.13 C1321.21 C1322.22 C1323.23C1331.31C1332.32 C1333.33
= C2111.11C2112.12 C2113.13 C2121.21 C2122.22 C2123.23C2131.31C2132.32 C2133.33
= C2211.11C2212.12 C2213.13 C2221.21 C2222.22 C2223.23C2231.31C2232.32 C2233.33
= C2311.11C2312.12 C2313.13 C2321.21 C2322.22 C2323.23C2331.31C2332.32 C2333.33
= C3111.11C3112.12 C3113.13 C3121.21 C3122.22 C3123.23C3131.31C3132.32 C3133.33
= C3211.11C3212.12 C3213.13 C3221.21 C3222.22 C3223.23C3231.31C3232.32 C3233.33
= C3311.11C3312.12 C3313.13 C3321.21 C3322.22 C3323.23C3331.31C3332.32 C3333.33

Matriks Stiffness Ordo 9x9


TEORI ELASTISITAS

11
12
13
21
22
23
31
32
33

C1111
C1211
C1311
C2111
C2211
C2311
C3111
C3211
C3311

C1112
C1212
C1312
C2112
C2212
C2312
C3112
C3212
C3313

C1113
C1213
C1313
C2113
C2213
C2313
C3113
C3213
C3315

C1121
C1221
C1321
C2121
C2221
C2321
C3121
C3221
C3321

C1122
C1222
C1322
C2122
C2222
C2322
C3122
C3222
C3322

C1123
C1223
C1323
C2123
C2223
C2323
C3123
C3223
C3323

C1131
C1231
C1331
C2131
C2231
C2331
C3131
C3231
C3331

C1132
C1232
C1332
C2132
C2232
C2332
C3132
C3232
C3332

C1133
C1233
C1333
C2133
C2233
C2333
C3133
C3233
C3333

Jika IJ = JI, CIJKL = CIJLK, CIJKL = CJIKL dan KL = LK


11
12
21
13
22
23
31
32
33

= C1111.11C1112.12 2C1113.13 C1122.22 2C1123.23 C1133.33


= C1211.11C1212.12 2C1213.13 C1222.22 2C1223.23C1233.33
= C2111.11C2112.12 2C2113.13 C2122.22 2C2123.23C2133.33
= C1311.11C1312.12 2C1313.13 C1322.22 2C1323.23C1333.33
= C2211.11C2212.12 2C2213.13 C2222.22 2C2223.23C2233.33
= C2311.11C2312.12 2C2313.13 C2322.22 2C2323.23C2333.33
= C3111.11C3112.12 2C3113.13 C3122.22 2C3123.23C3133.33
= C3211.11C3212.12 2C3213.13 C3222.22 2C3223.23 C3233.33
= C3311.11C3312.12 2C3313.13 C3322.22 2C3323.23C3333.33

atau :
11 = C1111.11C1112.12 2C1113.13 C1122.22 2C1123.23 C1133.33
12 = (C1211 + C2111)11C1212 + C2112)12 2(C1213 +C211313 (C1222 +C212222 2(C1223 +C2123)23C1233 + C2133)33
13 = (C1311 + C3111)11C1312 + C3112)12 2(C1313 +C311313 (C1322 +C312222 2(C1323 +C3123)23C1333 + C3133)33
22 = C2211.11C2212.12 2C2213.13 C2222.22 2C2223.23C2233.33
23 = (C2311 + C3211)11C2312 + C3212)12 2(C2313 +C321313 (C2322 +C322222 2(C2323 +C3223)23C2333 + C3233)33
33 = C3311.11C3312.12 2C3313.13 C3322.22 2C3323.23C3333.33

Matriks Stiffness Ordo 6x6

11
12
13
22
23
33
11
12
13
22
23
33

C1111
(C1211 + C2111)

(C1311 + C3111)

C2211
(C2311 + C3211)

C3311
C1111
2C1211

2C1311

C2211
2C2311

C3311

TEORI ELASTISITAS

2C1112

2C1113

2C1212 + C2112) 2(C1213 +C2113


2C1312 + C3112) 2(C1313 +C3113
2C2212
2C2213
2C2312 + C3212) 2(C2313 +C3213
2C3313
2C3315
2C1112
4C1212
4C1312
2C2212
4C2312
2C3313

2C1113
4C1213
4C1313
2C2213
4C2313
2C3315

C1122

2C1123

C1133

(C1222 +C2122

2(C1223 +C2123)
2(C1323 +C3123)
2C2223
2(C2323 +C3223)
2C3323

C1233 + C2133)

2C1123
4C1223
4C1323
2C2223
4C2323
2C3323

C1133

(C1322 +C3122

C2222
(C2322 +C3222

C3322
C1122
2C1222
2C1322

C2222
2C2322

C3322

C1333 + C3133)

C2233
C2333 + C3233)

C3333

11
12
13
22
23
33
11
12
13
22
23
33

C1233
C1333

C2233
C2333

C3333
10

TEORI ELASTISITAS

11

Anda mungkin juga menyukai