1, April 2014
Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
1
Dalam metode gayaberat secara umum nilai anomali gayaberat atau percepatan gravitasi
menjadi bagian yang sangat penting untuk memprediksi lapisan bawah permukaan berdasarkan
perbedaan rapat massa (density). Nilai anomali dihitung berdasarkan hasil pengkoreksian yang
dilakukan untuk menghilangkan noise yang terjadi dalam pengukuran di lapangan. Selain itu,
pemisahan anomali residual dan regional dari anomali gayaberat total dilakukan dengan
menggunakan metode Polynomial Least Square. Salah satu cara untuk menggambarkan sebaran
anomali gayaberat adalah dengan membuat peta kontur. Peta kontur dapat dibuat dengan
menggunakan perangkat lunak baik dalam bentuk 2D maupun 3D. Program pembuatan peta
kontur dapat dilakukan dengan metode Mesh Polygon menggunakan Matlab. Pembuatan
program perhitungan dan pemisahan anomali gayaberat dapat memeberikan kemudahan yang
lebih efisien dan mengurangi kemungkinan terjadinya human error dalam proses perhitungan,
serta memberikan gambaran sebaran anomali gayaberat sama seperti perangkat lunak lainnya.
Kata kunci : anomali gayaberat, koreksi, Matlab, Mesh Polygon
Abstact
In a gravity method, gravity anomaly has been an important part for predicting subsurface
based on density. Anomaly value calculated based on correction result to remove a gauging
noise in a field. Beside that, residual and regional anomaly separation from total gravity
anomaly were done by using Polynomial Least Square Method. One of the ways for describing
gravity anomaly dispersion is to make a contour map. A contour map can be made by using a
Software in 2D or 3D. Contour mapping program can be made by Mesh Polygon method using
Matlab. Making of calculation and gravity anomaly separation programs make it more handy
and reduce a possibility of human error for happening in a calculating progress, and also give
image of gravity anomaly dispersion same as the other softwares.
Keywords : gravity anomaly, correction, Matlab, Mesh Polygon
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara dengan energi dan
kekayaan mineral yang sangat melimpah
sehingga untuk pemanfaatan secara optimal
perlu dilakukan eksplorasi. Eksplorasi yang
dilakukan dapat berupa eksplorasi geofisika
atau geokimia.
Metode gayaberat salah satu medote eksplorasi
geofisika yang mengukur variasi gayaberat di
bumi (Elisa, 2011). Metode ini sering dan
cukup baik digunakan pada tahapan eksplorasi
pendahuluan guna menentukan daerah spesifik
yang selanjutnya akan disurvei dengan
menggunakan metode metode geofisika yang
lebih detail. Adanya ganggunan (noise) pada
saat pengukuran tidak dapat dihindari sehingga
untuk menghilangkan efek noise tersebut
dilakukan beberapa koreksi. Perhitungan
koreksi akan sampai pada suatu nilai anomali
bouger lengkap atau CBA (Complete Bouguer
Anomaly) yang merupakan superposisi dari
anomali residual dengan komponen regional
(Haerudin et al., 2007) yang harus dipisahkan
untuk interpretasi lebih lanjut
Perhitungan koreksi - koreksi biasa dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak Ms.
Excel secara manual sementara itu pemisahan
anomali dapat dilakukan dengan menggunakan
software Signproc atau metode metode seperti
metode rataan bergerak (moving average),
metode polinomial, metode grafis (smoothing),
metode inversion dan lain lain. Namun hal itu
dirasa kurang efisien mengingat pada prosesnya
membutuhkan banyak waktu dan ketelitian
yang sangat tinggi sehingga kecenderungan
terjadinya human error akan sangat besar.
Selanjutnya, variasi anomali gayaberat akan
membentuk peta kontur yang menggambarkan
pola sebaran anomali gayaberat di permukaan
bumi. Pembuatan kontur anomali gayaberat ini
sering kali dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak Surfer.
Secara umum penelitian ini dilakukan untuk
membuat program yang dapat digunakan untuk
menghitung
besar
anomali
gayaberat,
memisahkan anomali residual dari anomali
regionalnya dan membuat program yang dapat
menggambarkan
pola
sebaran
anomali
gayaberat menggunakan Matlab sehingga
mampu memberikan efiensi yang lebih baik dan
(2)
Dengan
adalah nilai koreksi pasang surut, G
adalah konstanta gravitasi, r adalah jarak titik
pengamatan dengan pusat bumi, M dan S adalah
massa bulan dan matahari, d dan D adalah jarak
pusat bumi ke pusat bulan dan matahari
sedangkan p dan q adalah sudut zenith bulan
dan matahari terhadap bumi.
Koreksi Apungan (Drift Correction), guna
menghilangkan
efek
guncangan
pada
gravimeter dengan membuat rangkaian loop
tertutup saat pengukuran
(3)
Dengan
adalah nilai koreksi apungan,
adalah waktu pengukuran di stasion n,
dan
adalah waktu pengukuran di stasion ikat
awal dan akhir looping sedangkan
dan
adalah nilai pembacaan terkoreksi pasang surut
di stasion awal dan akhir looping
Koreksi Lintang (Latitude Correction), guna
menghilangkan efek jari jari bumi yang tidek
merata dan dinyatakan berdasarkan WGS 84
oleh persamaan
(4)
Dimana
adalah nilai koreksi lintang atau
medan gravitasi normal dan
adalah posisi
lintang (latitude).
Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction),
guna menghilangkan efek ketinggian di stasion
pengukuran dan dihitung menggunakan
persamaan yang ditulis oleh Reynold
(Windhari,2012).
(5)
Dengan
adalah nilai koreksi udara bebas
dan adalah ketinggian.
(9)
Dimana
adalah invers dari operator
Transformasi Fourier 2D.
Anomali Gayaberat
Anomali gayaberat merupakan simpangan
antara medan gravitasi pengamatan (observasi)
dengan medan gravitasi normal (lintang).
(10)
(11)
(12)
(6)
(13)
Dangan
adalah nilai koreksi bouguer, dan
adalah massa jenis rata rata dan ketinggian.
Koreksi Medan (Terrain Correction), guna
menghilangkan efek permukaan bumi yang
tidak rata dan dihitung menggunakan (Elisa,
2011) metode Fast Fourier Transform 2D (2DFFT).
(7)
Dimana
adalah nilai gravitasi terkoreksi
pasang surut,
adalah nilai gravitasi
setelah terkoreksi drift,
adalah Different
in Reading (gdiff) sedangkan
adalah
medan gravitasi observasi.
Beberapa anomali gayaberat yang dihitung
(14)
(15)
Dengan
(8)
Dimana
adalah nilai koreksi medan,
adalah jari jari rata rata bumi, adalah rapat
massa,
dan
adalah ketinggian titik amat
(16)
Dengan
adalah anomali udara bebas,
adalah anomali bouguer slab dan
adalah
anomali bouguer lengkap.
Pemisahan Anomali Lokal dan Regional
Pemisahan anomali perlu dilakukan karena
hasil perhitungan yang menghasilkan CBA
masih tumpang tindih dan saling bercampur
sehingga belum dapat diinterpretasi secara
akurat. Pemisahan anomali lokal dan regional
yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
dengan memilih
sedemikian rupa sehingga
jumlah kuadrat dari penyimpangannya menjadi
minimum
(18)
Persamaan
digunakan
polinomial
orde
ke-N
yang
(19)
Maka,
(20)
(17)
Salah satu teknik yang digunakan untuk
mendapatkan penyimpangan minimum adalah
Orde 2
Orde 1
CBA
Orde 3
Dengan
mengasumsikan
bahwa
besar
simpangan
sebagai anomali regional dari
residual suatu medan grvitasi maka nilai
anomali rersidual/lokal adalah anomali bouguer
lengkap dikuarangi anomali regionalnya.
(21)
Pembuatan Kontur Menggunakan Mesh
Polygon
Mesh polygon atau poligonal mesh adalah
kumpulan polygon atau permukaan yang
secara bersama-sama membentuk kulit dari
suatu objek. Poligon merupakan sebuah bangun
datar yang memilliki banyak sudut, namun
dalam proses pemodelan tiga dimensi ini,
poligon merujuk pada kumpulan dari bangun
datar yang membentuk bangun datar lain, atau
bahkan bangun ruang yang kasar.
METODE
Parameter Masukan (Input Parameters)
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
Data pengukuran gayaberat, meliputi nama dan
jumlah stasion, stasion referensi (Base Station),
waktu pengukuran, posisi pengamatan yang
sesuai dengan referensi berdasarkan WGS84.
Input diatur sedemikian rupa dari coloum A
sampai O yang disimpan dalam format (.*xls)
Input Setting
Column A : Nama Stasion
Columns B, C dan D : Latitude,
Longitude dan Altitude
Columns E sampai H berturutturut:
Jam, menit, detik dan durasi
Columns I sampai M berturutturut:
Date dalam format (mm/dd/yy), date
in number, tanggal, bulan dan
tahun
Column N : Harga pembacaan
gravimeter
Column O : Nilai gravitasi di BS
Output Setting
Koreksi
Perangkat lunak
Kalibrasi
alat
Drift
Lintang
Udara
bebas
Bouguer
GST
GSTD
Gdiff
Gobs
UTM (x)
UTM (y)
Gfa
Gb
Koefisien
Korelasi
0.99
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
0.99
1.00
1.00
1.00
Gambar 2. Pencocokan kurva. Data (o), Poli (+). (a) orde 1, (b) orde 2, (c) orde 3 dan (d) orde 4
terhadap kurva
. Namun, orde yang
lebih besar menandakan noise dan error dalam
data pengamatan, sehingga hal ini akan
mendistorsi residual/lokal yang sebenarnya dan
sebaliknya orde polinomial yang lebih rendah
memungkinkan adanya bagian regional yang
tergambar pada residualnya. Maka orde
polinomial yang lebih baik berada pada orde
ke-2 dan ke-3.
Gambar 3. Kontur anomali lokal dengan metode polynomial least square (a) orde 1,
(b) orde 2, (c) orde 3, (d) orde 4 dan (e) Kontur CBA
Gambar 4. Mesh anomali lokal hasil (a) Program dengan 50 poin. (b) 150 poin dan (c) Surfer 9
10
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil di atas maka dapat
disimpulkan bahwa program perhtiungan
anomali gayaberat yang meliputi perhitungan
koreksi koreksi hingga perhitungan anomali
bouguer lengkap memberikan hasil yang akurat
jika dibandingkan dengan hasil perhitungan Ms.
Excel. Program memiliki kelebihan yaitu
mampu memberikan kemudahan dan efisiensi
yang lebih baik dan dibuat sedemikian rupa
sehingga pengguna tidak perlu melakukan
pekerjaan atau perhitungan secara manual lebih
11
Purnomo, J., Koesuma, S., Yunianto, M.
(2013). Pemisahan Anomali RegionalResidual pada Metode Gravitasi
Menggunakan
Metode
Moving
Average, Polynomial dan Inversion.
Indonesian Journal of Applied Physics.
3.
Utomo, A. S. (2011). Interpretasi Struktur
Geologi Bawah Permukaan Daerah
Lembar Cianjur Menggunakan Aplikasi
Kontinuasi Ke Atas dan Analisis
Spektral Data Gayaberat. Skripsi
Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung :
Tidak diterbitkan
Windhari, G. A. E. (2012). Modifikasi Source
Code Pragram Matlab 3DINVEST.M
untuk Menghitung Topografi Densitas
dari Inversi Anomali Gravitasi Daerah
Banten Berdasarkan Teorema Fast
Fourier Transform. Tesis Pasca Sarjana
pada FMIPA ITB Bandung : Tidak
diterbitkan