Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BIOSINYAL

(EL 4240)

MODUL 02
ELECTROCARDIOGRAPHY (ECG) II

Samantha Harisa (13211026)


Aulia Rahmatika (13211094)
Idris Nursalim Almuhajiri (13209065)

SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2015
Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

MODUL 2 ELEKTROKARDIOGRAF (EKG) II


Samantha Harisa (13211026)
Aulia Rahmatika (13211094)
Idris Nursalim Almuhajiri (13209065)
Penanggung Jawab: Misuari Sabirin
Tanggal Percobaan: 16 / 02 / 2015
EL4240-Praktikum Pengukuran Biosinyal
Sekolah Teknik Elektro dan InformatikaITB

1. LATAR BELAKANG
Dalam perekaman data EKG oleh sebuah elektrokardiograf dengan 3 lead diperoleh 3 sinyal
listrik utama yang menjadi acuan diganosa dokter, yaitu sinyal lead I, sinyal lead II dan sinyal
lead III. Sinyal lead I diperoleh dengan acuan elektroda pada lengan kanan (RA) sebagai kutub
negatif dan elektroda pada lengan kiri (LA) sebagai kutub positifnya. Sinyal lead II diperoleh
dengan acuan elektroda pada lengan kanan (RA) sebagai kutub negatif dan elektroda pada kaki
kiri (LL) sebagai kutub positifnya. Sinyal lead III diperoleh dengan acuan elektroda pada kaki
kiri (LL) sebagai kutub positif dan elektroda pada lengan kiri (LA) sebagai kutub negatifnya.
Acuan elektroda ketiga sinyal EKG tersebut dapat digambarkan oleh gambar 1.
Sinyal lead I menggambarkan vektor aliran listrik jantung pada arah horizontal. Sinyal lead II
menggambarkan vektor aliran listrik jantung antara tubuh bagian kanan dengan bagian bawah.
Sinyal lead III menggambarkan vektor aliran listrik jantung antara tubuh bagian kiri dengan
bagian bawah. Karena arah sinyal jantung berasal dari SA node ke AV node sejajar dengan arah
vektor sinyal lead II, sinyal lead II akan menjadi sinyal yang paling besar amplitudonya
dibandingkan dengan kedua sinyal yang lain. Ketiga sinyal EKG yang diperoleh akan memenuhi
Hukum Einthoven yang menyatakan bahwa pada pengambilan data EKG 3 lead potensial lead II
akan sama dengan jumlah dari potensial lead I dengan lead II di setiap saat. Dari hukum tersebut
dapat digambarkan sebuah segitiga maya antara ketiga vektor sinyal yang kemudian dikenal
dengan segitiga Einthoven, segitiga ini dapat dilihat pada gambar 1.

Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

Gambar 1.1 Segitiga Einthoven


Kondisi tubuh manusia akan menyesuaikan dengan kebutuhannya pada setiap saat, hal ini
disebut dengan homeostasis. Begitu pula dengan kerja jantung, akan menyesuaikan dengan
kebutuhan tubuh saat tertentu. Pada kondisi berbaring tekanan yang dibutuhkan jantung untuk
mengalirkan darah ke seluruh secara intuitif tentu berbeda dengan tekanan yang dibutuhkan
jantung kondisi duduk, karena pada saat berbaring pembuluh darah cenderung sejajar dengan
jantung, berbeda dengan keadaan duduk. Saat seseorang berolah raga, tubuh akan memerlukan
oksigen yang dibawa oleh darah lebih banyak dari biasanya, sehingga jantung akan bekerja lebih
keras. Kerja jantung yang berbada sesuai dengan homeostasis tubuh akan terlihat pada sinyal
EKG.
Dari sinyal EKG 3 lead yang diperoleh, dapat diperoleh parameter lain yang disebut Mean
Ventricular Axis. Mean Ventricural Axis menggambarkan arah total vektor sinyal listrik pada
bilik jantung (ventricular) saat terjadi depolarisasi.
2. TUJUAN
1. Merekam ECG dari Lead I dan III pada beberapa kondisi : supine, seated, dan
bernapas dalam saat duduk.
2. Membandingkan tampilan ECG Lead II terhitung dengan rekaman ECG Lead I
dan III, dan menggunakan amplituda gelombang R untuk mengkonfirmasi Hukum
Einthoven.
3. Memperkirakan mean electrical axis ventrikel pada frontal plane menggunakan
vektor yang berasal dari amplituda dan polaritas QRS kompleks pada ECG Lead I
dan III.
4. Memperkirakan mean electrical potential ventrikel pada frontal plane
menggunakan vektor resultan yang diperoleh dari vektor Lead I dan III.
5. Membandingkan hasil yang diperoleh dari ECG China dan Biopac.
3. METODOLOGI
1.1

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan:


1. BIOPAC Electrode Lead Set x 2 (SS2L)
2. BIOPAC Disposable Electrodes (EL503), 6 elektroda per subjek
3. BIOPAC Electrode Gel (GEL1) dan Abrasive Pad (ELPAD) atau Skin Cleanser atau
Alkohol
4. Meja laboratorium untuk posisi supine
5. Protaktor
6. Dua pena berbeda warna
7. Biopac students Lab System: BSL 4 software, MP36, MP35, atau hardware MP45
8. Sistem komputer (Windows 8, 7, Vista, XP, Mac OS 10.5 10.8)
9. Satu set ECG China
Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

1.2

Langkah Kerja

1.2.1 BIOPAC
1. Setup
1. Nyalakan komputer. Pastikan kondisi awal unit MP35 off.
2. Pasang peralatan pengukuran
a. Electrode Lead Set (SS2L) CH 1
b. Electrode Lead Set (SS2L) CH 2
3. Nyalakan unit MP35
4. Bersihkan kulit yang akan dipasangi elektroda
5. Ikatkan 6 elektroda pada subjek:
a. 1 di atas pergelangan tangan kanan
b. 2 di atas pergelangan tangan kiri
c. 2 di atas pergelangan kaki kanan
d. 1 di atas pergelangan kaki kiri
6. Jepitkan SS2L pada elektroda pertama sesuai kode warna:
a. Pergelangan tangan kanan : White lead
b. Pergelangan kaki kanan

: Black lead (gound)

c. Pergelangan tangan kiri

: Red lead

7. Jepitkan SS2L pada elektroda kedua sesuai kode warna:


a. Pergelangan tangan kiri

: White lead

b. Pergelangan kaki kanan

: Black lead (gound)

c. Pergelangan kaki kiri

: Red lead

8. Subjek mengambil posisi supine (tubuh terlentang, wajah menghadap ke atas) dan
rileks
9. Mulai BIOPAC Student Lab Program
10. Pilih L06-Electrocardiography (ECG) II dan klik OK
11. Ketik nama file yang unik dan klik OK
12. Opsional : Set preference:
a. Pilih file -> Lesson Preference
b. Pilih sebuah opsi
c. Pilih pengaturan yang diinginkan dan klik OK

Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

Gambar 3.1 Pemasangan Elektroda untuk BIOPAC

2. Kalibrasi
1. Subjek berada dalam kondisi supine dan relaks, dengan mata tertutup.
2. Klik calibrate. Kondisikan pasien tetap relaks dan mata tertutup, tunggu kalibrasi
berjalan.
3. Verifikasi gambar yang terekam dengan data contoh : jika mirip, maka klik Continue
dan proses data ke Data Recording. Jika dibutuhkan klik Redo Calibration.

3. Perekaman Data
1. Pasien berada dalam kondisi supine dan relaks, dengan mata tertutup : pasien tetap
berada dalam kondisi ini ketika proses recording.
2. Klik Record.
3. Rekam selama 30 detik.
4. Klik Suspend.
5. Verifikasi data apakah menyerupai data contoh. Jika sama, klik Continue dan
lanjtukan ke proses recording selanjutnya. Jika dibutuhkan, klik Redo. Jika data yang
telah dibutuhkan telah lengkap, klik Done.
6. Pasien bangun dengan cepat dan segera menuju posisi duduk.
Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

7. Ketika pasien dalam posisi duduk, klik Record.


8. Subjek tetap dalam kondisi duduk dan relaks. Rekam selama 10 detik dan kemudian
minta subjek untuk meningkatkan kedalaman pernafasan. Subjek menarik nafas dan
perekam menekan F4 kemudian subjek mengeluarkan nafas dan perekam menekan
F5.
9. Rekam selama 5 detik lagi.
10. Klik Suspend.
11. Verifikasi data apakah sesuai dengan data contoh. Jika sesuai, klik Continue dan
lanjutkan ke proses recording selanjutnya. Jika dibutuhkan klik Redo. Jika data yang
telah dibutuhkan telah lengkap, klik Done.
12. Setelah mengklik Done, pilih sebuah opsi dan klik OK.
13. Lepaskan elektroda.

1.2.2 ECG China


1. Setup
1. Pasang dan hidupkan ECG China
2. Pasang elektroda jepit pada tangan dan kaki sesuai gambar berikut.
3. Hubungkan lead dengan elektroda jepit
4. Rekam data untuk memastikan lead telah terhubung dengan elektroda

Gambar 3.2 Pemasangan Elektroda untuk ECG China

Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

2. Perekaman Data
1. Subjek dalam posisi tidur dan relaks.
2. Rekam data selama 30 detik.
3. Subjek diminta duduk.
4. Rekam data sesaat setelah subjek duduk. Rekam data selama 10 detik.
5. Subjek duduk dan melakukan menghirup dan menghembus napas sekuat-kuatnya
sebanyak satu kali.
6. Rekam data ketika subjek melakukan pernapasan. Perhatikan (atau beri tanda) pada
saat subjek bernapas (inhale dan exhale).

4.

DATA DAN ANALISIS


a)

Data Percobaan
Data diambil dari subjek dengan profil sebagai berikut:
Nama

: Ryan Pradinata

Umur

: 21 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tinggi

: 182 cm

Berat

: 82 kg

1. BIOPAC
A. Einthovens Law-Simulated Confirmation: Lead I + Lead III = Lead II
Tabel 4.1.1 Supine
Lead

Same Single Cardiac Cycle

mV

Lead I

1 Delta

0.49346

Lead III

2 Delta

0.55023

Lead II

40 Delta

1.0437

B. Mean Electrical Axis of the Ventricles (QRS Axis) and Mean Ventricular PotentialGraphical Estimate
Tabel 4.1.2
QRS
Condition
Lead I

Lead III
Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

1 Delta

2 Delta

Supine

0.52032

0.71685

Seated

0.58624

0.47973

Start of inhale

0.73089

0.40435

Start of exhale

0.22064

0.94573

Berikut adalah gambar perhitungan vektor untuk mencari nilai Mean Ventrikular
Potential dan Axis untuk posisi supine dan seated.

Gambar 4.1.1 Perhitungan vektor untuk mencari nilai Mean Ventrikular Potential dan
Axis untuk posisi supine dan seated.

Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

Berikut adalah gambar perhitungan vektor untuk mencari nilai Mean Ventrikular
Potential
dan
Axis
untuk
posisi
awal
inhale
dan
exhale.

Gambar 4.1.2 Perhitungan vektor untuk mencari nilai Mean Ventrikular Potential dan
Axis untuk posisi awal inhale dan exhale.
C. Mean Electrical Axis of the Ventricles (QRS Axis) and Mean Ventricular Potential-More
Accurate Approximation
Tabel 4.1.3
QRS
Potential

Lead I

Lead III

1 Delta

2 Delta

-0.01373

-0.03479

0.52856

0.67871

-0.27404

0.40374
Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

QRS Net

0.24079

1.04766

Berikut adalah gambar perhitungan vektor untuk mencari nilai Mean Ventrikular
Potential dan Axis untuk posisi supine yang lebih akurat.

Gambar 4.1.3 Perhitungan vektor untuk mencari nilai Mean Ventrikular Potential dan
Axis untuk posisi supine yang lebih akurat.
2. ECG China
A. Supine

Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

10

Gambar 4.2.1 Hasil rekam ECG China untuk posisi supine


B. Seated, awal inhale dan exhale.

Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

11

Gambar 4.2.2 Hasil rekaman ECG China untuk posisi seated, awal inhale dan exhale.
C. Mean Electrical Axis of the Ventricles (QRS Axis) and Mean Ventricular PotentialGraphical Estimate
Tabel 4.2.1
QRS
Condition

Lead I

Lead III

1 Delta

2 Delta

Supine

0.4

0.7

Seated

0.6

0.55

Berikut adalah gambar perhitungan vektor untuk mencari nilai Mean Ventrikular
Potential dan Axis untuk posisi supine dan seated.

Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

12

Gambar 4.2.3 Perhitungan vektor untuk mencari nilai Mean Ventrikular Potential dan
Axis untuk posisi supine dan seated.
Condition

Mean Ventricular Potential

Mean Ventricular (QRS)


Axis

Supine

1.15

68.8

Seated

1.14

58.8

D. Mean Electrical Axis of the Ventricles (QRS Axis) and Mean Ventricular Potential-More
Accurate Approximation
Tabel 4.2.2
QRS
Potential

Lead I

Lead III

1 Delta

2 Delta

Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

13

-0.1

-0.2

0.4

0.7

-0.4

-0.2

QRS Net

-0.1

0.3

Berikut adalah perhitungan vektor untuk mencari nilai Mean Ventrikular Potential dan
Axis untuk posisi supine yang lebih akurat.

Gambar 4.2.4 Perhitungan vektor untuk mencari nilai Mean Ventrikular Potential dan
Axis untuk posisi supine yang lebih akurat.
Condition

Mean Ventricular Potential

Mean Ventricular (QRS)


Axis

Supine

3.07

119.8
Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

14

b)

Analisis
1. BIOPAC
A. Einthovens Law-Simulated Confirmation: Lead I + Lead III = Lead II
Dari hasil percobaan, dapat kita konfirmasi bahwa Lead I + Lead III = Lead II. Maka dari
itu, Einthovens Law terbukti berlaku.
B. Mean Electrical Axis of the Ventricles (QRS Axis) and Mean Ventricular PotentialGraphical Estimate
Condition

Mean Ventricular Potential

Mean Ventricular (QRS)


Axis

Supine

1.24

65.4

Seated

1.07

56.1

Jelaskan perbedaan (jika ada) Mean Ventricular Potential dan Axis pada kedua kondisi
tersebut:
Jawab:

Terlihat sedikit perbedaan nilai mean ventricular potential dan mean


ventricular axis dari kedua posisi. Nilai mean ventricular potential sedikit
lebih besar pada posisi supine dibandingkan dengan posisi seated. Hal ini
memperlihatkan bahwa total magnitude vektor sinyal depolarisasi ventrikular
pada keadaan supine sedikit lebih besar daripada pada keadaan seated.
Karena magnitude vektor sinyal berbanding lurus dengan kerja otot ventrikel
jantung, hal tersebut juga menunjukkan bahwa ventrikel jantung bekerja
sedikit lebih keras pada posisi supine dibandingkan posisi seated. Nilai mean
ventricular axis pada posisi supine dibandingkan dengan sumbu lead II
sedikit lebih besar, sedangkan untuk posisi seated dibandingkan dengan
sumbu lead II sedikit lebih kecil. Jika kita anggap sumbu lead II
menunjukkan perbatasan ventrikel kanan dengan ventrikel kiri, maka jika
nilai mean ventricular axis lebih besar daripada sumbu lead II (60o),
konsentrasi vektor sinyal depolarisasi ventrikel jantung lebih ke arah
ventrikel kanan. Sebaliknya, jika nilai mean ventricular axis lebih kecil
daripada sumbu lead II (60o), konsentrasi vektor sinyal depolarisasi ventrikel
jantung lebih ke arah ventrikel kiri. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa pada posisi supine jantung subjek bekerja lebih ke arah ventrikel
kanan dibandingkan dengan posisi seated.

Condition

Mean Ventricular Potential

Mean Ventricular (QRS)


Axis

Start of inhale

1.16

50.6

Start of exhale

1.24

79.5

Jelaskan perbedaan (jika ada) Mean Ventricular Potential dan Axis pada kedua kondisi
tersebut:
Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

15

Jawab:

Dari hasil percobaan, terlihat bahwa nilai mean ventricular potential di awal
inhale dan di awal exhale nilainya tidak jauh berbeda satu sama lain, tetapi
nilai mean ventricular axis berbeda cukup jauh (terlihat pada diagram
perbedaan sudut yang cukup besar). Sebagaimana yang telah kami uraikan
pada analisis posisi supine-seated mengenai mean ventricular potential dan
mean ventricular axis, hasil tersebut menunjukkan kerja (tekanan yang
berusaha diberikan) ventrikel jantung pada awal inhale dibandingkan dengan
pada awal exhale tidak berbeda jauh dan konsentrasi kerja otot jantung pada
awal inhale lebih ke arah ventrikel kanan dari jantung, sedangkan pada awal
exhale lebih ke arah ventrikel kiri.

C. Mean Electrical Axis of the Ventricles (QRS Axis) and Mean Ventricular Potential-More
Accurate Approximate
Condition

Mean Ventricular Potential

Mean Ventricular (QRS)


Axis

Supine

1.37

80

Jelaskan perbedaan (jika ada) Mean Ventricular Potential dan Axis pada hasil ini (grafik
3) dengan hasil sebelumnya (grafik 1).
Jawab:

Terlihat hasil yang diberikan dari perkiraan nilai mean ventricular potential
dan mean ventricular axis menggunakan sinyal QRS pada posisi supine
berbeda dengan yang diperoleh pada bagian B posisi supine. Sebelumnya,
pada bagian B, kita hanya menggunakan magnitude sinyal R untuk
memperkirakan nilai MVP dan MVA. Dengan mengikutsertakan magnitude
sinyal Q dan S artinya kita juga memperhatikan vektor sinyal repolarisasi
ventrikel jantung yang total arahnya berlawanan dengan sumbu arah lead II.
Dengan tidak mengabaikan nilai Q dan S, nilai MVP dan MVA akan lebih
akurat dalam menggambarkan kerja ventrikel jantung.

Menjawab Pertanyaan:
D. Definisikan EKG.
Jawab :

EKG adalah rekaman sinyal listrik jantung yang berasal dari eksitasi sinyal
listrik pada otot jantung dan dideteksi pada permukaan tubuh. EKG normal
adalah representasi skalar yang menunjukkan defleksi yang dihasilkan dari
aktivitas jantung sebagai perubahan besarnya tegangan dan polaritas dari
waktu ke waktu dan terdiri dari gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang
T-U.

E. Definisikan Einthovens Law.


Jawab :

Einthovens Law adalah suatu hukum yang menyatakan bahwa beda potensial
antara lead bipolar yang diukur secara simultan pada saat tertentu akan
memiliki hubungan lead II = lead I + lead III.

F. Definisikan Einthovens Triangle dan beri contoh aplikasinya.


Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

16

Jawab :

Einthovens Triangle adalah sebuah segitiga sama sisi semu dengan jantung
berada ditengahnya yang terbentuk dari 3 garis vektor sinyal lead standar pada
EKG. Salah satu contoh penggunaan dari Segitiga Einthoven adalah dapat
menentukan besar Mean Ventricular Axis dan Mean Ventricuar Potential.

G. Apakah faktor normal yang menyebabkan perubahan orientasi Mean Ventricular (QRS)
Axis?
Jawab :

Orientasi dari Mean Ventricular Axis dapat berubah sedikit karena perubahan
posisi tubuh, misalnya antara berbaring dengan duduk. Selain itu, variasi
orientasi pada range normal (-30o hingga +90o) antar individu dapat terjadi
karena perbedaan massa jantung, orientasi jantung pada toraks, indeks massa
tubuh, dan distribusi anatomis dari sistem konduksi kardiak.

H. Definisikan Left Axis Deviation (LAD) dan penyebabnya.


Jawab :

Deviasi aksis kiri terjadi ketika gaya listrik tambahan bergerak ke kiri
(hipertrofi), atau ketika waktu yang dibutuhkan oleh ventrikel kiri untuk
terdepolarisasi lebih panjang karena sebab tertentu. Penyebab deviasi aksis
kiri termasuk hipertensi, stenosis aorta atau regurgitasi, stenosis subaorta,
regurgitasi mitral, dan cacat konduksi ventrikel kiri.

I. Definisikan Right Axis Deviation (RAD) dan penyebabnya.


Jawab :

Deviasi aksis kanan terjadi ketika -karena sebab tertentu- gaya listrik lebih
banyak bergerak ke kanan dari biasanya sehigga waktu yang dibutuhkan
ventrikel kanan untuk terdepolarisasi menjadi lebih panjang. Hal ini biasanya
disebabkan oleh hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab deviasi aksis ke kanan
termasuk PPOK, emboli paru, penyakit katup, defek septum, dan hipertensi
pulmonal.

J. Apakah faktor yang mempengaruhi amplitude gelombang R yang terekam pada lead yang
berbeda?
Jawab :

Amplitudo dan arah gelombang R tergantung pada gambaran elektris yang


dilihat oleh elektroda pada saat sebaran sinyal listrik memalui sistem
konduksi ventrikel. Semakin dekat Mean Electrical (QRS) Axis dengan sumbu
listrik Lead II, semakin besar amplitudo gelombang R. Artinya jika sumbu
anatomi jantung atau posisi jantung di dada bergeser mendekati atau menjauhi
sumbu listrik Lead II, amplitudo gelombang R akan naik atau turun. Ukuran,
bentuk, dan posisi jantung dapat bervariasi antarindividu dan juga dari waktu
ke waktu pada individu yang sama. Variasi ini berhubungan dengan bentuk
tubuh (tinggi, pendek, kurus atau gemuk), usia, posisi tubuh (berbaring,
terlentang, duduk atau berdiri), dan respirasi (bernafas normal, bernafas
dalam, inspirasi atau ekspirasi).

2. ECG China
Menjawab Pertanyaan:
Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

17

A. Bandingkan data yang didapat menggunakan ECG China dengan data dari Biopac! Halhal apa saja yang sama? Hal-hal apa saja yang berbeda? Jelaskan mengapa hal tersebut
dapat terjadi!
Jawab :

Perbandingan hasil (R wave) ECG China dengan Biopac adalah sebagai


berikut.
Nilai magnitude gelombang R yang diperoleh pada posisi supine biopac lead
I, ECG China lead I, biopac lead III, dan ECG China lead III secara berturutturut adalah : 0.52032, 0.4, 0.71685, 0.7.
Nilai magnitude gelombang R yang diperoleh pada posisi seated biopac lead I,
ECG China lead I, biopac lead III, dan ECG China lead III secara berturutturut adalah : 0.58624, 0.6, 0.47973, 0.55.
Terlihat terdapat sedikit perbedaan dari data yang diperoleh, tetapi hal tersebut
masih normal karena perbedaan ketelitian dalam membaca data yang
diperoleh. Dalam hal ini, pembacaan data biopac dilakukan oleh software,
sedangkan pembacaan data ECG China dilakukan secara manual (dilihat
dengan mata telanjang). Tentu dengan keterbatasan ketelitian pembacaan data
ECG China, hasil yang diperoleh akan sedikit berbeda. Namun, hasil ini masih
normal.

B. Isi tabel berikut menggunakan perkiraan grafik!


Mean Ventricular Potential

Mean Ventricular (QRS) Axis

Posisi
BIOPAC

ECG China

BIOPAC

ECG China

Tidur

1.24

1.15

65.4

68.8

Duduk

1.07

1.14

56.1

58.8

Awal inhale

1.16

50.6

Awal exhale

1.24

79.5

C. Apakah terjadi perbedaan nilai mean ventricular potential dan mean ventricular (QRS)
axis pada kedua alat (BIOPAC dan ECG China)? Mengapa hal tersebut terjadi?
Jawab :

Terdapat sedikit perbedaan nilai MVP dan MVA yang diperoleh


menggunakan biopac dibandingkan dengan menggunakan ECG China, hal
tersebut berasal dari pembacaan nilai magnitude gelombang R yang berbeda
ketelitiannya antar kedua alat. Namun, perbedaan tersebut masih normal.

D. Isi tabel berikut!


Posisi

QRS Lead 1

QRS Lead III

Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

18

BIOPAC

ECG China

BIOPAC

ECG China

-0.01373

-0.1

-0.03479

-0.2

0.52856

0.4

0.67871

0.7

-0.27404

-0.4

0.40374

-0.2

QRS Net

0.24079

-0.1

1.04766

0.3

E. Apakah terjadi perbedaan nilai mean ventricular potential dan mean ventricular axis pada
kedua alat? Mengapa hal tersebut terjadi?
Jawab :

Terjadi perbedaan nilai MVP dan MVA yang sangat signifikan antara kedua
alat untuk penentuan MVP dan MVA menggunakan data magnitude sinyal
QRS lead I dan lead III.
Nilai MVP biopac lead I, MVP ECG China lead I, MVA biopac lead III, dan
MVA ECG China lead III secara berturut adalah : 1.369, 3.07, 80 derajat,
119.8 derajat.
Apabila diperhatikan, nilai MVA yang diperoleh menggunakan ECG China
menunjukkan subjek mengalami LAD (Left Axis Deviation). Hal ini berbeda
dengan hasil yang ditunjukkan oleh biopac. Dari MVPnya pun nilai yang
diperoleh menggunakan ECG China menunjukkan nilai yang sangat kecil
secara tidak normal.
Kami memperkirakan hal ini terjadi karena dalam menentukan sinyal Q dan
sinyal S lead I menggunakan data ECG China diambil nilai puncak dari sinyal
yang diperoleh. Hal ini tidak tepat jika dibandingkan dengan pengambilan
nilai sinyal Q dan sinyal S lead I menggunakan biopac. Jika diperhatikan,
pada saat terjadi sinyal Q dan sinyal S (mengacu pada lead II), nilai pada lead
I tidak tepat pada puncak sinyal. Hal ini akan sangat mempengaruhi karena
nilai sinyal Q dan sinyal S pada lead I yang bernilai negatif akan sangat
mempegeruhi net QRS yang diperoleh. Nilai net QRS yang negatif membuat
nilai MVA yang diperoleh memperlihatkan kondisi LAD.

Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

19

Keterangan : Akuisisi data sinyal Q, sinyal R dan sinyal S dari ECG (sumber :
Biopac laboratory manual)

5.

KESIMPULAN
1. Hasil rekaman ECG dari Lead I dan III pada beberapa kondisi : supine, seated,
dan bernapas dalam saat duduk adalah sebagai berikut.
Nilai QRS yang diperoleh pada posisi supine biopac lead I, ECG China lead I,
biopac lead III, dan ECG China lead III secara berturut-turut adalah : 0.52032,
0.4, 0.71685, 0.7.
Nilai QRS yang diperoleh pada posisi seated biopac lead I, ECG China lead I,
biopac lead III, dan ECG China lead III secara berturut-turut adalah : 0.58624,
0.6, 0.47973, 0.55.
Nilai QRS yang diperoleh pada posisi awal inhale biopac lead I, biopac lead III,
secara berturut-turut adalah : 0.73089, 0.40435.
Nilai QRS yang diperoleh pada posisi awal exhale biopac lead I, biopac lead III,
secara berturut-turut adalah : 0.22064, 0.94573.
2. Nilai Lead yang diperoleh pada posisi supine biopac lead II, lead I, dan lead III
secara berturut-turut adalah : 1.0437, 0.49346, 0.55023.

Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

2
0

Dari hasil tampilan ECG dan menggunakan amplitude gelombang R, dapat kita
konfirmasi bahwa Lead I + Lead III = Lead II. Maka dari itu, Einthovens Law
terbukti berlaku.
3. Berikut adalah nilai mean electrical axis ventrikel pada frontal plane
menggunakan vektor yang berasal dari amplituda dan polaritas QRS kompleks
pada ECG Lead I dan III.
Nilai MVA yang diperoleh pada posisi supine biopac, ECG China, biopac dengan
QRS Net, ECG China dengan QRS Net secara berturut-turut adalah : 65.4, 68.8,
80, 119.8.
Nilai MVA yang diperoleh pada posisi seated biopac, ECG China secara berturutturut adalah : 56.1, 58.8.
Nilai MVA yang diperoleh pada posisi awal inhale biopac adalah : 50.6.
Nilai MVA yang diperoleh pada posisi awal exhale biopac adalah : 79.5.
4. Berikut adalah nilai mean electrical potential ventrikel pada frontal plane
menggunakan vektor resultan yang diperoleh dari vector Lead I dan III.
Nilai MVP yang diperoleh pada posisi supine biopac, ECG China, biopac dengan
QRS Net, ECG China dengan QRS Net secara berturut-turut adalah : 1.24, 1.15,
1.37, 3.07.
Nilai MVP yang diperoleh pada posisi seated biopac, ECG China secara berturutturut adalah : 1.07, 1.14.
Nilai MVP yang diperoleh pada posisi awal inhale biopac adalah : 1.16.
Nilai MVP yang diperoleh pada posisi awal exhale biopac adalah : 1.24.
5. Dari hasil yang diperoleh dari ECG China dan Biopac, terlihat terdapat sedikit
perbedaan dari data yang diperoleh, tetapi hal tersebut masih normal karena
perbedaan ketelitian dalam membaca data yang diperoleh. Dalam hal ini,
pembacaan data biopac dilakukan oleh software, sedangkan pembacaan data ECG
China dilakukan secara manual (dilihat dengan mata telanjang). Tentu dengan
keterbatasan ketelitian pembacaan data ECG China, hasil yang diperoleh akan
sedikit berbeda. Namun, hasil ini masih normal.
Namun, nilai MVA yang diperoleh menggunakan ECG China menunjukkan
subjek mengalami LAD (Left Axis Deviation). Hal ini berbeda dengan hasil yang
ditunjukkan oleh biopac. Dari MVPnya pun nilai yang diperoleh menggunakan
ECG China menunjukkan nilai yang sangat kecil secara tidak normal. Kami
memperkirakan hal ini terjadi karena dalam menentukan sinyal Q dan sinyal S
lead I menggunakan data ECG China diambil nilai puncak dari sinyal yang
diperoleh. Hal ini tidak tepat jika dibandingkan dengan pengambilan nilai sinyal
Q dan sinyal S lead I menggunakan biopac.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Mostafa, Shanawaz. et. al (2011). Correlation of Heart-rate and Cardiac Cycle Duration
under Different Body Positions and Breathing. Proceedings of International Conference
on Advances in Electrical Engineering. Page 246-251.
Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

21

[2] http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/electrocardiogram, diakses pada 18


Februari 2015 14.15.
[3] http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Einthoven%27s+law, diakses pada 19
Februari 2015 21.23.
[4] http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Einthoven%27s+triangle, diakses pada 19
Februari 2015 21.12.
[5] Bahareh Taji, Shervin Shirmohammadi, Senior Member, IEEE, Voicu Groza, Fellow,
IEEE, and Izmail Batkin. Impact of SkinElectrode Interface on Electrocardiogram
Measurements Using Conductive Textile Electrodes.
*data diperoleh dari kelompok Pujianto Wira Pangestu NIM.13211069

Laporan Praktikum Biosinyal STEI ITB

2
2

Anda mungkin juga menyukai