Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Initial assessment adalah proses evaluasi secara cepat pada penderita
gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi (Suryono dkk,
2008). Berikut adalah format initial assessment/ tindakan yang dilakukan bila
ada pasien trauma/kecelakaan : DANGER (aman diri, aman lingkungan,aman
pasien), cek kesadaran pasien, call for help, primary survey, secondary survey.
Primary survey terdiri dari ABCD (Airway management, Breathing
management, Circulation, Disability)
Airway management, saat pemeriksaan jalan nafas biasanya bersamaan
dengan control servical. Saat melakukan control servical curigai adanya
tanda-tanda trauma servical seperti : adanya jejas diatas klavikula, multiple
trauma, trauma kapitis dengan penurunan kesadaran dan biomekanika yang
mendukung.
Jika pasien tidak sadar maka cek jalan nafas pasien, apakah ada tanda-
tanda snoring, gurgling atau crowing. Setelah diketahui apa penyebabnya
maka bisa diberikan tindakan yang tepat.
Breathing management, periksa pernafasan pasien normal atau tidak,
apakah menunjukan sianosis, nadi lambat, susah bernafas atau tidak.
Waspada terhadap masalah yang mengancam breathing seperti : tension
pneumothorax, open pneumothorax, atau hematothorax.
Circulation, waspadai adanya perdarahan baik eksternal maupun internal.
Jika perdarahan eksternal maka bisa dilakukan deep pressure, lalu cek akral
dan nadi, curigai adanya syok hipovolemik. Jika terjadi syok hipovolemik
berikan cairan infus 2 selang dengan cairan RL hangat 2L diguyur. Sedang
jika terjadi perdarahan internal maka lakukan pemeriksaan fisik, lalu lakukan
pembidaian, selanjutnya resusitasi cairan.
Disability, periksa tingkat kesadaran pasien dengan GCS dan lateralisasi
pupil. Pemeriksaan GCS berupa respon mata (Eye) skor maksimal 4, respon

1
bicara (Verbal) skor maksimal 5, dan respon Motorik skor maksimal 6.
Sedangkan yang dinilai dari lateralisasi pupil adalah ukuran, simetris dan
respon cahaya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian heart monitor?
2. Apa pengertian elektrokardiogram?
3. Bagaimana prosedur pemasangan elektrokardiogram?
4. Bagaimana teknik memonitor elektrokardiogram?

C. Tujuan
1. Mengetaui pengertian heart monitor
2. Mengetaui pengertian elektrokardiogram
3. Mengetahui prosedur pemasangan elektrokardiogram
4. Mengetahui teknik monitoring elektrokardiogram

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian heart monitor


Heart monitor adalah sebuah peralatan elektronik untuk mengamati
fungsi jantung.
Monitoring hasil resusitasi didasarkan pada ABC penderita.
1. Airway : seharusnya sudah diatasi.
2. Breathing : pemantauan laju nafas ( sekaligus pemantauan airway )
dan bila ada pulse oximetry.
3. Circulation: nadi, tekanan nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan jumlah
urine setiap jam. Apabila ada sebaiknya terpasang monitor EKG.
4. Disability: nilai tingkat kesadaran penderita dan adakah perubahan
pupil.
Monitor EKG dianjurkan dipasang pada setiap pasien dengan trauma,
agar dapat mengetahui keadaan gangguan pada jantung. Perlu diingat,
tindakan resusitasi dilakukan pada saat masalahnya sudah dikenal, bukan
setelah survei primer selesai.
Ketika hendak mengambil keputusan untuk merujuk pasien, perlu adanya
komunikasi antara petugas pengirim dengan petugas penerima rujukan.

B. Pengertian Elektrokardiogram (EKG)


Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh
aktifitas listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi
jantung yang diambil dengan memasang electroda pada badan.
EKG dapat membantu mendiagnosis berbagai kondisi kesehatan seperti
aritmia jantung, pembesaran jantung, peradangan jantung (perikarditis atau
miokarditis), dan penyakit jantung koroner.
Mesin yang mencatat EKG disebut dengan elektrokardiograf.
Elektrokardiograf akan mencatat aktivitas listrik otot jantung dan

3
menampilkan data ini pada layar visual atau pada kertas print. Data ini
kemudian ditafsirkan oleh dokter yang ahli.
Hasil EKG yang normal dari jantung memiliki karakteristik yang khas.
Irama jantung yang tidak teratur atau kerusakan pada otot jantung dapat
berdampak pada aktivitas listrik jantung sehingga mengubah bentuk EKG.
Seorang dokter mungkin akan merekomendasikan tes EKG pada pasien yang
mungkin berisiko mengalami penyakit jantung karena adanya riwayat
keluarga penyakit jantung, atau karena kebiasaan merokok, obesitas, diabetes,
kolesterol tinggi, atau tekanan darah tinggi.

Masalah-masalah jantung yang didiagnosis dengan EKG


Berbagai masalah jantung yang dapat didiagnosis dengan EKG, antara
lain:
1. Pembesaran jantung
2. Cacat jantung bawaan yang melibatkan sistem kelistrikan jantung
3. Aritmia (irama jantung abnormal - cepat, lambat atau denyutnya tidak
teratur)
4. Kerusakan jantung seperti ketika salah satu arteri jantung tersumbat
(oklusi koroner)
5. Suplai darah yang buruk ke jantung
6. Posisi normal dari jantung
7. Peradangan jantung - perikarditis atau miokarditis
8. Serangan jantung selama di ruang gawat darurat atau pemantauan di
ruang ICU (intensive care unit)
9. Gangguan sistem konduksi jantung
10. Ketidakseimbangan kimia darah (elektrolit) yang mengontrol aktivitas
jantung.
Seseorang dengan penyakit jantung bisa jadi menunjukkan hasil EKG
yang normal jika kondisi penyakit jantungnya itu tidak melibatkan gangguan
dalam aktivitas kelistrikan jantung. Untuk kondisi ini disarankan untuk
melakukan metode diagnostik lain.

4
C. Prosedur pemasangan elektrokardiogram
Tiga jenis utama EKG, meliputi:
1. EKG istirahat (resting ECG) - pasien berbaring. Selama tes pasien tidak
diperbolehkan bergerak, karena impuls listrik lain dapat dihasilkan oleh
otot-otot lain selain jantung yang dapat mengganggu pemeriksaan
jantung Anda. Jenis EKG ini biasanya memakan waktu lima sampai
sepuluh menit.
2. EKG ambulatory (ambulatory ECG) - EKG ambulatory atau Holter
dilakukan dengan menggunakan alat perekam portabel yang dipakai
setidaknya selama 24 jam. Pasien bebas untuk bergerak secara normal
sementara monitor terpasang. Jenis EKG ini digunakan untuk pasien
yang gejalanya intermiten dan mungkin tidak muncul selama tes EKG
istirahat. Orang yang sembuh dari serangan jantung dapat dimonitor
dengan cara ini untuk memastikan ketepatan fungsi jantungnya.
3. Test stres jantung - tes ini digunakan untuk merekam EKG pasien
sementara pasien menggunakan alat seperti sepeda atau berjalan diatas
treadmill. Jenis EKG ini membutuhkan waktu sekitar 15-30 menit.

EKG merupakan suatu pemeriksaan ataupun perekaman menggunakan


gelombang elektrik kepada jantung. Langkahnya dengan cara memasang
elektroda-elektroda pada dada untuk menghasilkan rekaman 12 lead. 12 lead
ialah banyaknya arah/arus gelombang elektrik jantung yang akan diukur
bukan jumlah kabel yang ada pada elektroda yang diletakkan pada klien.
Agar menghasilkan hasil rekaman EKG yang berkualitas dan tepat,
seorang praktisi EKG harus mengerti dan memahami betul-betul mengenai
prosedur cara memasang EKG yang benar dan tepat.
Elektrokardiogram digunakan hanya pada saat :
1. Sesuai ketentuan/indikasi
2. Instruksi dari dokter.

5
Alat-alat :
1. Mesin EKG (yang dapat merekam 12 lead)
2. Kabel sebagai sumber listrik
3. Tissue
4. EKG paper/kertas EKG
5. Balon elektroda
6. Plat elektroda
7. Elektroda EKG
8. Kasa/kapas
9. Alkohol
10. Water based gel atau jeli EKG

Langkah-langkah pemasangan EKG


1. Salam, perkenalan, TWT (tempat, waktu dan topik)
2. Inform consent
3. Mengatur posisi pasien, posisi supine atau terlentang
4. Memasang sampiran
5. Buka pakaian bagian atas pasien, jika pasien menggunakan gelang, ikat
pinggang, jam tangan atau logam-logam lainnya perintahkan untuk
dilepas
6. Bersihkan dada pasien dengan menggunakan kapas, kedua pergelangan
tangan serta kedua tungkai dilokasi penempatan manset elektroda.
7. Mengoleskan jelly pada permukaan elektroda yang akan dipasang serta
oleskan juga pada daerah tubuh yang akan dipasang tepatnya sekitar dada.
8. Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan kedua
tungkai.
9. Menghidupkan monitor elektrokardiogram.
10. Menyambungkan kabel Elektrokardiogram di kedua tungkai pergelangan
tangan dan kedua tungkai pergelangan kaki pasien, untuk rekaman
ekstremitas (Lead I, II, III, AVR, AVL, AVF) dengan cara :

6
a. Warna merah di pergelangan tangan kanan
b. Warna hijau di kaki kiri
c. Warna hitam di kaki kanan.
d. Warna kuning di pergelangan tangan kiri.

11. Elektoda pada ekstremitas atas dipasang di pergelangan tangan kiri dan
kanan dan searah terhadap telapak tangan.
12. Pada bagian ekstremitas bawah pasang pada pergelangan kaki kiri dan
kanan sebelah/arah bagian dalam.

Memasang elektroda dada untuk rekaman precardial lead


a. V1 diletakkan pada interkosta ke 4 garis sternum kanan
b. V2 diletakkan pada interkosta ke 4 garis sternum kiri
c. V3 diletakkan pada pertengahan V2 dan V4
d. V4 diletakkan pada interkosta kelima garis mid (pertengahan)
clavikula kiri
e. V5 pada axila sebelah depan kiri

7
f. V6 pada axila sebelah belakang kiri atau sejajar dengan axila line
13. Selanjutnya tinggal menekan tombol start tunggu beberapa saat
14. Bila rekaman Elektrokardiogram sudah lengkap terekam, semua
elektroda-elektroda yang melekat di tubuh pasien dilepas dan dibersihkan
dengan alkohol.
15. Membantu merapihkan pakaian pasien kembali.
Pemasangan EKG diatas adalah pemasangan EKG secara umum,
biasanya ada beberapa kasus dengan dipasangnya EKG yang menggunakan
pesangan elektroda EKG tambahan yaitu elektroda V7, V8, V9, dan V3R -
V9R. Berikut letak elektroda tambahannya :
a. V7 dipasang di garis aksila bagian belakang sejajar V4
b. V8 dipasang di garis skapula bagian belakang sejajar V4
c. V9 dipasang di batas kiri dari yaitu kolumna vetebra sejajar V4
d. V3R - V9R ditempatkan sama dengan posisi V3 - V9, tetapi dibagian
sebelah kanan. Jadi pada umumnya sebuah EKG dibuat dengan 12
sandapan (lead).

Catatan Penting:
1. Perlu diperhatikan pemasangan elektroda serta kabel elektroda pada EKG
agar supaya tidak terjadi kesalahan saat interpretasi data yang
dikeluarkan mesin EKG.

8
2. Diusahakan pasien senyaman mungkin jangan tegang karena kontraksi
otot akan berpengaruh terhadap hasil EKG.

D. Teknik monitoring elektrokardiogram


Berikut adalah teknik monitoring EKG yang sering digunakan yaitu :
1. Teknik monitoring standar ekstremitas (metoda Einthoven) atau standard
limb leads Dalam menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat
monitoring EKG yakni :
a. Lead I dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda
positif dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut
orientasi 0
b. Lead II dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda
positif dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut
orientasi 60
c. Lead III dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda
positif dan lengan kiri (LA- left arm) elektroda negatif. Sudut orientasi
120
2. Teknik monitoring tambahan atau augmented limb leads Dalam
menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat monitoring EKG yakni :
a. aVL dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda
positif dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif.
Sudut orientasi -30
b. aVR dibentuk dengan membuat lengan kanan (RA- right arm)
elektroda positif dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda
negatif. Sudut orientasi -150
c. aVF dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif
dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut
orientasi +90 monitoring EKG prekordial/ dada atau standard chest
leads monitoring EKG

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Initial assessment adalah proses evaluasi secara cepat pada penderita
gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi (Suryono dkk,
2008). Monitor EKG dianjurkan dipasang pada setiap pasien dengan trauma,
agar dapat mengetahui keadaan gangguan pada jantung. Perlu diingat,
tindakan resusitasi dilakukan pada saat masalahnya sudah dikenal, bukan
setelah survei primer selesai.
Mesin yang mencatat EKG disebut dengan elektrokardiograf.
Elektrokardiograf akan mencatat aktivitas listrik otot jantung dan
menampilkan data ini pada layar visual atau pada kertas print. Data ini
kemudian ditafsirkan oleh dokter yang ahli.

B. Saran
Sebagai calon perawat atau tenaga medis, hal yang penting di tingkatkan
mengenai kondisi kegawat daruratan ialah Skil dalam melaakukan resusitasi
kepada pasien salah satunya dengan menguasai ilmu dan skill dalam Initian
Asessment ini sehingga pertolongan pasien dengan kondisi gawat drurat dapat
kita lakukan dengan cepatdan tepat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Basic Trauma Life Support dan Basic Cardiac Life Support ed.
III. Jakarta: Yayasan ambulans Gawat Darurat 118
Darwis, Allan dkk. 2005. Pedoman Pertolongan Pertama. Ed 2. Jakarta :
Kantor Pusat Palang Merah Indonesia.
Suryono, Bambang dkk. 2008. Materi Pelatihan Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat ( PPGD) dan Basic life Support Plus ( BLS ). Yogyakarta: Tim
PUSBANKES 118 BAKER-PGDM PERSI DIJ
http://www.perbidkes.com/2015/12/initial-assessment-penilaian.html?m=1
http://gustinerz.com/konsep-dr-abc-defgh-dalam-menolong-korban-gawat-
darurat/
http://www.askepkeperawatan.com/2016/08/initial-assesment-pasien-gawat-
darurat.html?m=1
https://nursingisbeautiful.wordpress.com/2011/10/13/initial-assement/
http://www.jantungarea.com/2016/01/cara-mudah-membaca-gambaran-ekg-
atau.html?m=1
https://pulauherbal.com/jurnal/796-apakah-manfaat-dari-monitor-detak-
jantung.html

11

Anda mungkin juga menyukai