1.1 Pendahuluan
1.2.1
Latar Belakang
Pengawas atau controller dapat diibaratkan dengan navigator kapal.
Navigator kapal yang sudah terlatih itu membantu kapten kapal. Tanpa seorang
navigator, kapal dapat terkandas pada batu karang atau kehilangan haluan, tetapi
hak untuk memberi komando tetap berada di tangan kapten kapal. Navigator hanya
memberi petunjuk dan memberitahukan kapten, bagaimana posisi kapal yang
sedang dikemudikan itu. Jadi organisasi atau badan usaha juga bisa diibaratkan
sebagai kapal, sehingga peran pengawas (controller) sangat penting dalam maju
mundurnya suatu organisasi atau badan usaha.
Pengawasan (Controlling) sendiri memiliki arti penemuan, penerapan cara
dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang
telah ditetapkan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan adanya manajemen
pengawasan
(controlling)
dimaksudkan
untuk
mengawasi
kegiatan-kegiatan
organisasi
bergerak
ke
arah
tujuannya.
Dengan
adanya
fungsi
lanjut
dapat
dilaksanakan.
Kemudian,
dapat
diusahakan
untuk
1.3
Fungsi Pengawasan
Fungsi
pengawasan
dimaksudkan
untuk
mengawasi
kegiatan-
1.2 Pembahasan
1.2.1
Konsep Dasar
membantu
manajemen
menjalankan
organisasi
dalam
mencapai
timbulnya
gagasan
baru
berupa
penerapan
oleh
manusia.
Tanggung
jawab
berjalannya
sistem
yang
dapat
menghalangi
pencapaian
tujuan
organisasi
pelaksanaan
kegiatan
penganalisaan penyimpangan-penyimpangan.
dengan
standard
dan
1.2.3
jauh
lebih
atau
murah
korektif.
biayanya
Ketika
daripada
dirancang
ke
pengendalian
dalam
sistem,
namun
deteksi
tetap
dapat
dibutuhkan
mengukur
dengan
alasan:
efektivitas
pertama,
pengendalian
1.2.4
Prinsip-prinsip Kontrol
Beberapa ide dasar tertentu sangat berguna dalam pengembangan
sistem kontrol. Prinsip-prinsip kontrol terdiri dari :
penting. Kontrol
yang
baik
tidak
berarti kontrol
yang
maksimum,
sistem kontrol
yang
dilaksanakan
oleh
spesialis-spesialis,
1.2.5
kedua
sarana
untuk
mengukur
korektif
yang
diperlukan. Ini
melibatkan
semacam
tindakan
yang diijinkan, tindakan korektif tidak diperlukan; Namun, hal ini jarang terjadi
dalam praktek.
1.2.6
melalui
laporan
kepada
hal-hal
yang
bersifat
Obyek Pengawasan
Berdasarkan obyek pengawasan, pengawasan dapat dibedakan atas
pengawasan di bidang-bidang sebagai berikut :
1. Produksi
2. Pemasaran
3. Keuangan
4. Waktu dan
5. Personalia
6. Administrasi
Produksi
dan
pengawasan
yang
kurang
teliti
akan
berakibat
tujuan
suatu
organisasi
sehingga
perlu
mendapatkan
perhatian yang serius. Tugas dari bidang ini adalah mengatur, membina,
menggerakkan, mengarahkan, serta mengembangkan pegawai agar
mampu menyelesaikan tugas-tugasnya secara efektif dan efisien guna
menunjang tercapainya tujuan perusahaan atau organisasi.
Administrasi (Perkantoran)
Bidang ini merupakan penerapan fungsi manajemen dibidang
perkantoran, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan kantor agar tujuan perusahaan dapat tercapai dan karyawan
merasa puas.
1.2.8
Demikian juga jika banyak dipakai penyalur dalam penjualan produk, maka untuk
menjaga kualitas dan profitabilitas, perlu system pengawasan yang lebih teliti.
c. Timbulnya kesalahan-kesalahan dalam bekerja
Untuk mendeteksi adanya kesalahan yang mungkin diperbuat oleh pelaku
organisasi, maka digunakan fungsi pengawasan, semakin jarang pekerja melakukan
kesalahan, semakin sederhana manajemen melakukan fungsi pengawasan.
d. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang
Mengimplementasikan sistem pengawasan merupakan cara yang tepat untuk
memeriksa pelaksanaan tugas-tugas pekerja yang telah didelegasikan. Namun demikian,
manajer harus dapat menjaga keseimbangan antara pengawasan dengan kebebasan
pribadi dari pekerja supaya tidak mematikan kreatifitas.
1.2.9
berikut:
1. Asas
tercapainya
tujuan
(Principle
of
assurance
of
objective).
itu
efisien
bila
dapat
menghindarkan
deviasi
dari
hanya
dapat
dilaksanakan
apabila
manajer
Manajer
dan
bawahannya
merupakan
sarana
untuk
adanya
perhatian
yang
ditujukan
terhadap
faktor
pengendalian
pleksibel
(Principle
of
flexibility
of
control).
Preventif Control
Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dikerjakan dengan
maksud supaya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan. Hal ini bisa
dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, yaitu :
Represive Control
Pengawasan yang dilakukan setelah terjadi penyimpangan dalam
pelaksanaan kegiatan, agar tidak terjadi pengulangan kesalahan,
sehingga sasaran dapat tercapai. Hal ini bisa dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
sanksi
yang
telah
ditentukan
terhadap
pembuat
kesalahan.
e. Menilai kembali prosedur-prosedur yang telah ditentukan.
Mengecek kebenaran laporan yang dibuat para petugas pelaksana.
c
Pengawasan berkala
Pengawasan berkala yaitu pengawasan yang dilakukan secara
berkala sebulan sekali atau satu kuartal sekali atau satu tahun sekali.
Pengawasan mendadak
Pengawasan mendadak ialah pengawasan yang dilakukan secara
mendadak tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu.
dipahami
dan
dianggap
obyektif
oleh
individu
yang
menggunakannya.
4. Dipusatkan pada titik pengawasan strategis ; sistem pengawasan
sebaiknya dipusatkan pada daerah yang paling banyak kemungkinan
akan terjadi penyimpangan dari standar.
5. Ekonomis ; biaya untuk implementasi sistem sebaiknya lebih kecil
daripada keuntungan yang diperoleh dari sistem itu.
6. Fleksibel ; sistem harus fleksibel agar organisasi lebih mudah bertindak
untuk
mengatasi
perubahan
yang
kurang
menguntungkan
atau
Setiap
langkah
dalam
proses
pekerjaan
dapat
mempengaruhi
Informasi
pengawasan
harus
sampai
kepada
orang
yang
memerlukannya.
1.2.12 Cara cara Pengawasan yang baik
1. Pengawasan harus mendukung sifat atau kebutuhan dari kegiatan. Untuk
masing-masing kegiatan cara pengawasannya pun berbeda beda, antara
organisasi kecil dan besar juga berbeda.
2. Pengawasan harus segera melaporkan setiap ada penyimpangan, jika
ada penyimpangan yang terlambat diatasi maka hal itu akan menjadi
parah dan memperumit tindakan korektif yang akan dilakukan.
pelaksanaannya.
5. Pengawasan harus fleksibel. Dalam melakukan pengawasan, perlu dicari
alternatif-alternatif rencana untuk situasi yang memungkinkan.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi. Jika satu bagian
membuat kekeliruan, maka hal itu harus diatasi bersama- sama dengan
kegiatan lain yang merupakan satu kesatuan organisasi.
1.2.13 Langkah-langkah dan Proses Pengawasan
1. Menetapkan standard and metode untuk mengukur prestasi. Misalkan
beberapa target yang harus dicapai/ beberapa jumlah produksi yang harus
dicapai.
2. Mengukur
prestasi
kerja,
hal
ini
merupakan
proses
yang
kelanjutan
dari
kedua
langkah
terdahulu
yaitu
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang telanh dirangkum dari bagian awal sampai akhir :
1.
Controling merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh seorang
controller ( pengawas).
2.
3.
Elemen-elemen esensial dalam sistem kontrol adalah sebagai alat ukur, pembanding, dan
sarana koreksi kegiatan yang sedang berjalan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
4.
5.
Prinsip-prinsip kontrol terdiri dari titik Kontrol Strategis (Strategic Point Control), Umpan
Balik (Feedback), Kontrol yang Fleksibel (Flexible Control), Kesesuaian Organisasi
(Organizational Suitability), Kontrol Diri (SelfControl), Kontrol Langsung (Direct Control),
Faktor Manusia (Human Factor).
6.
Pengawasan merupakan aspek penting dalam manajemen karena jika adanya perubahan
di lingkungan organisasi, jika organisasi semakin kompleks, jika timbulnya kesalahankesalahan dalam bekerja, manajemen akan mampu menghadapi semua tantangan tersebut
dan kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenangnya.
7.
Harold Kontz dan Cryil O Donnell menetapkan asas pengawasan menjadi beberapa asas,
diantaranya Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective), Asas efisiensi dan
pengawasan (Principle of efficiency and control), Asas tanggung jawab pengawasan
(Principle of control responsibility), Asas pengawasan terhadap masa depan (Principle of
future control), Asas pengawasan langsung (Principle of direct control), Asas refleksi
perencanaan (Principle of reflection of plans), Asas penyesuaian dengan organisasi
(Principle of organizational suitability), Asas pengawasan individual (Princple of individuality
of control), Asas standar (Principle of standard),Asas pengawasan terhadap strategis
(Principle of strategic point control), Asas kekecualian (The exception principle), Asas
pengawasan fleksibel (Principle of flexibility of control), Asas peninjauan kembali (Principle
of review), Asas tindakan (Principle of action).
8.
Sifat dan waktu pengawasan (control) dibedakan atas preventive control, represive control,
pengawasan yang dilakukan tengah proses penyimpangan terjadi, pengendalian berkala,
dan pengendalian mendadak.
9.
Karakteristik pengawasan yang efektif yaitu, akurat, tepat waktu, obyektif dan komprehensif,
dipusatkan pada titik pengawasan strategis, ekonomis, fleksibel, dapat diterima oleh seluruh
anggota organisasi, dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan organisasi.