Anda di halaman 1dari 56

ISSN.

1907-4964

JURNAL
TEKNO INSENTIF
Volume 7, Nomor 2, Oktober 2013
Jurnal Tekno-Insentif adalah wadah informasi bidang ilmu Teknik berupa hasil penelitian, studi kepustakaan maupun
tulisan ilmiah yang terkait. Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi terbit dua kali setahun.

Penanggung Jawab
Koordinator Kopertis Wilayah IV

Redaktur
Entin Hartini, S. Sos., M. Si

Redaktur Pelaksana:
Atin Afiatin, S. Sos., M. Si.
Ade Ruhiyat, S. Ip.
Ir. Nefli Yusuf, M.Eng.
Dra. Maimunah
Aminatun, S.Sos, M.Si.
Suroso, SH.

Penyunting Ahli:
Prof. Dr. Ir. Eddy Yusuf Supardi, M.Sc.
. Prof. Dr. Ir. Rochim Suratman
Prof. Dr. Ir. Robertus Wahyudi Triweko, M.Eng.

Alamat Redaksi
Kopertis Wilayah IV
Jl. Penghulu Hasan Mustafa No. 38
Telepon: (022) 7275630
e-mail: Kepegawaian_kopwil4@yahoo.co.id

ISSN. 1907-4964
Jurnal
TEKNO-INSENTIF
Volume 7, Nomor 2, Oktober 2013

DAFTAR ISI
1

PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK BAHAN BAKAR ENERGI BARU


DAN TERBARUKAN (EBT) .. 1
Studi Kasus: Limbah Sawit Produksi Sawit Daerah Kabupaten Boven Digoel Provinsi
Papua
Oleh: Bambang Sunarwan(1) dan Riyadi Juhana(2)
(1) Fakultas Teknik, Universitas Pakuan Bogor dan
(2) Fakultas Teknik, Universitas Suiryakancana Cianjur.

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN KANAL DATA TERHADAP


PERFORMANSI LAYANAN JARINGAN . 15
Oleh: S.N.M.P. Simamora1, A. S. Fauzi2
1. Lab. Telematika, Dept. Telekomunikasi, STEI-ITB,
2. PUSDITEK (Pusat Studi Teknologi Nirkabel dan Bergerak) Politeknik TELKOM
Bandung,

KAJIAN TRANSFORMASI BENTUK DAN TATANAN MASSA BANGUNAN


DI KAWASAN BANDUNG SUPER MALL ..

21

Oleh: Dewi Parliana, Arief Nirwan M., Sri Nurhasana, Habibi, Teknik Arsitektur, ITENAS
Bandung

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (SPK) PEMILIHAN KARYAWAN


TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCY PROCESS
(AHP) .
(Studi Kasus: Badan Koordinasi Pemerintahan Dan Pembangunan Wilayah III
Provinsi Jawa Barat)

30

Oleh: Tety Rosianah, Erlina Dayanti, STMIK IKMI Cirebon

RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN


KINERJA KEPENDIDIKAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL
HIERARCHI PROCESS ..
(Studi Kasus di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Tangerang)

36

Oleh: Rohmat Taufiq, Teknik Informatika, Universitas Muhammadiyah Tangerang

APLIKASI PERSEDIAAN BARANG KOPERASI SISWA .


(Studi Kasus: SMK Al-Irsyad Al-Islamiyah Cirebon)
Oleh: Suci Heliyani, Nining R, Nana Suarna, STMIK IKMI Cirebon

45

Jurnal Tekno Insentif Kopwil4, Volume 7, No. 2, Oktober 2013


ISSN: 1907-4964, halaman 1 s.d. 14

PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK BAHAN BAKAR ENERGI BARU


DAN TERBARUKAN (EBT)
Studi Kasus: Limbah Sawit Produksi Sawit Daerah Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Oleh:
Bambang Sunarwan1 dan Riyadi Juhana2
1. Fakultas Teknik, Universitas Pakuan Bogor dan
2. Fakultas Teknik, Universitas Suiryakancana Cianjur.

Abstrak - Kelapa Sawit merupakan tanaman budidaya yang menghasilkan minyak nabati yaitu Crude Plam
Oil (CPO), sangat banyak dijumpai di Indonesia terutama di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Selain menghasilkan Crude Palm Oil (CPO), dalam proses pengolahan kelapa sawit selain menghasilkan CPO
juga menghasilkan limabah yang sangat banyak. Untuk 1 ton kelapa sawit akan mampu menghasilkan limbah
berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebanyak 23% atau 230 kg, limbah cangkang (Shell) sebanyak 6,5%
atau 65 kg, wet decanter solid (lumpur sawit) 4 % atau 40 kg, serabut (Fiber) 13% atau 130 kg serta limbah
cair sebanyak 50%. Dari ke empat limbah padat tersebut limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat
dihasilkan di perkebunan Jair, Kabupaten Boven Digoel milik PT. Korindo Boven Digoel, merupakan limbah
padat yang jumlahnya cukup besar yaitu sekitar 126.317,54 ton/tahun yang tercatat pada tahun 2012, namun
pemanfaatannya masih terbatas, sementara ini hanya dibakar dan sebagian dihamparkan pada lahan kosong
sebagai mulsa/pupuk, di kawasan sekitar pabrik. Dari penelitian pemanfaatan limbah, diketahui tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) memiliki potensi besar untuk dijadikan bahan bakar nabati (BBN). TKKS bisa diolah
menjadi bioetanol dan bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomasa (PLT Biomassa). Hasil uji laboratorium
terhadap limbah TKKS di Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua memiliki jumlah kalor sebesar
4.492,7436 kalori/g (4.492,7436 Kkal/kg) atau 18.719,4656 joule/g serta mengandung pati 11,550 % bb dan
mengandung selullosa 41,392 % bb, sangat cocok untuk dijadikan menjadi dua jenis bahan bakar tersebut.
Bahkan TKKS yang dihasilkan di Distrik Jair Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua diperhitungkan akan
dapat membangkitkan listrik sebesat 7,33 MW.
Kata Kunci: Limbah, TKKS, Cangkang (Shell), CPO, PLT Biomassa
PALM OIL WASTE BENEFIT FOR RENEWBLE ENERGY FUEL
Case Study: Production Palm Oil Waste Palm Oil Regency of Boven Digoel Province of Papua

Abstracs- Palm oil is a cultivated plant that produces edible oils, namely Crude Plam Oil (CPO), is very often
found in Indonesia, especially in Sumatra, Kalimantan, Sulawesi and Papua. Besides producing Crude Palm Oil
(CPO), in addition to the processing of oil palm produce CPO also produces limabah very much. For 1 ton of
palm oil will be able to produce waste in the form of oil palm empty fruit bunches (TKKS) as much as 23% or
230 kg, waste shell (Shell) as much as 6.5% or 65 kg, wet decanter solids (sludge oil) 4% or 40 kg , fibers
(Fiber) 13% or 130 kg and liquid waste as much as 50%. The solid waste empty fruit bunches of oil palm waste
(TKKS) can be produced on the estate Jair, Regency Digoel PT. Korindo - Digoel, a solid waste that is quite
large at around 126,317.54 tonnes / year was recorded in 2012, but its use is still limited, while this is only
partially burned and overlaid on vacant land as mulch / fertilizer, in the area around the plant. By research
utilization of waste, known that palm empty fruit bunches (TKKS) has great potential to be used as biofuel
(BBN). TKKS can be processed into bioethanol and fuel power plant biomass (Biomass PLT). Results of
laboratory tests on waste TKKS in Jair, Digoel District, Papua Province has a number of heat 4492.7436
calories / g (4492.7436 Kcal / kg) or 18719.4656 joules/g and containing starch and contain 11,550% bb
selullosa 41.392% bb, very suitable to be used in two types of fuel. Even TKKS generated in Jair District Digoel
Papua province will be able to generate electricity accounted for 7.33 MW.

Keywords: Waste, TKKS, Shell (Shell), CPO, PLT Biomass


1.

Pendahuluan

Penggunaan energi fosil seperti minyak bumi,


gas, dan batubara selalu akan memunculkan isu
pencemaran lingkungan, berupa emisi CO2 dan

pemanasan global. Gas rumah kaca seperti


karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan NO2
membentuk lapisan di atmosfir yang dapat menahan
panas yang akan keluar dari bumi sehingga
menyebabkan atmosfir bumi semakin panas
(pemanasan global).
Selain CO2, penggunaan bahan bakar fosil juga
menghasilkan emisi polutan seperti CO, NO, SO2,
VOC, POP, PAH, partikulat, logam beracun (Cd, Hg,
As, dll.) ke udara. Kepedulian terhadap permasalahanpermasalahan di atas mendorong keluarnya kebijakan
pengurangan konsumsi bahan bakar fosil dan
peningkatan penggunaan energi baru terbarukan

(EBT) yang dituangkan dalam bentuk sasaran bauran


energi
primer
nasional
2025
sebagaimana
diilustrasikan pada Gambar 1.
Upaya untuk memenuhi target bauran energi
nasional tersebut diantaranya adalah penggalakkan
penggunaan biomassa sebagai sumber energi.
Biomassa merupakan bentuk EBT yang tersedia
dalam jumlah besar. Banyak dihasilkan di Indonesia
diantaranya adalah dari tandan kosong sawit, tongkol
jagung, dan sekam padi.
Berdasarkan data Departemen Pertanian, pada
tahun 2008 produksi kelapa sawit Indonesia mencapai
18 juta ton.

(Sumber: Blueprint Energi Nasional 2005-2025)

Gambar 1. Target bauran energi nasional 2025


Dari produksi tersebut dihasilkan limbah
tandan kosong sebanyak (22-23) % atau sekitar 4 juta
ton, sedangkan produksi jagung Indonesia tahun 2008
mencapai 16 juta ton dan tersebar di area perkebunan
seluas 4 juta hektar.
Produksi jagung tersebut dihasilkan limbah
tongkol jagung sebanyak 1 ton per hektar atau sekitar
4 juta ton. Produksi padi yang mencapai 60 juta ton
pada tahun 2009 juga menghasilkan limbah biomassa
berupa sekam padi sebanyak 35 % atau sekitar 21 juta
ton.

2.

Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari kajian adalah


memberikan gambaran serta pandangan beberapa hal
berikut:
1) Pemanfaatan potensi sumber daya khusus
berupa bahan nabati (bahan bakar pembangkit
istrik, bioetanol, biodiesel) untuk kesejahteraan
dan kebutuhan masyarakat.
2) Mendukung
pemerintah
dalam
mencari
energi alternatif dari bahan bakar nabati (BBN)
yang
ramah lingkungan serta mengurangi
ketergantungan akan energi listrik dan energi
konvensional bahan bakar dari fosil (solar,
premium, minyak tanah).
3) Mendukung program pemerintah
mengenai
kebijakan penggunaan bahan bakar minyak
(BBM) yang efisien.

4)

5)

6)

7)

Mendukung pengurangan efek rumah kaca


dengan Go Green/renewable energi atau energi
terbarukan yang ramah lingkungan.
Memanfaatkan potensi limbah yang dihasilkan
oleh pabrik minyak kelapa sawit atau CPO
(crude palm oil) agar menjadi lebih bermanfaat
dan mempunyai nilai tambah (value added) dan
manfaat bagi kehidupan masyarakat di
Kabupaten Boven Digoel khususnya dan
Provinsi Papua pada umumnya.
Memberikan masukan atas pemanfaatan limbah
kelapa sawit dari segi tingkat kelayakan teknis,
kelayakan ekonomis dan finansial untuk
dimanfaat sebagai sumber bahan bakar untuk
pembangkit listrik dan juga dimanfaatkan
sebagai bahan bakar nabati (BBN) yaitu
bioetanol atau biodiesel.
Memberikan gambaran tentang teknologi
pengolahan dengan memanfaatkan tandan

kosong kelapa sawit (TKKS), cangkang, serat,


wet decanter solid, serta limbah cair menjadi
BBN (biomass/bioetanol/biogas/bahan bakar
pembangkit listrik) atau pupuk sejak proses
penanganan sampai menjadi produk.
8) Memilih teknologi proses pembuatan bahan
bakar nabati (BBN)/ biomass, bioetanol, biogas,
biomassa, bahan bakar pembangkit listrik yang
efisien dan efektif sesuai dengan kebutuhan.
9) Memperdayakan masyarakat Kabupaten Boven
Digoel untuk berpartisipasi untuk membangun
daerah sendiri lepas dari ketergantungan
terhadap energi listrik serta energi bahan bakar
minyak (BBM).
10) Meningkatkan indeks pembangunan manusia
(IPM) Kabupaten Boven Digoel dengan
pertumbuhan industri berbasis manufaktur
dengan dukungan pasokan energi listrik yang
berkesinambungan.

World Market Energy Use


300.0

250.0

Quadrillion BTU

Gas Alam
Nuklir

Liquid Fuel
Batubara
Energi Terbarukan

200.0

150.0

100.0

50.0

0.0
1980

1990

2000

2010

2020

2030

Tahun
(Sumber: DOE)

Gambar 2. Grafik Kebutuhan Energi Dunia

3. Karakterisasi Dan Potensi Limbah


Kelapa Sawit
-

Potensi Limbah Kelapa Sawit

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memiliki


potensi besar menjadi sumber biomassa selulosa
dengan kelimpahan cukup tinggi dan sifatnya yang
terbarukan. TKKS merupakan hasil samping dari
pengolahan
minyak
kelapa
sawit
yang
pemanfaatannya masih terbatas sebagai pupuk, dan
media bagi pertumbuhan jamur serta tanaman.
Limbah kelapa sawit jumlahnya sangat melimpah,

setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar)


akan dihasilkan TKKS (Tandan Kosong Kelapa
Sawit) sebanyak 23% TKKS atau sebanyak 230 kg
TKKS.
Data bahwasanya sebuah pabrik dengan
kapasitas pengolahan 12,7 juta ton/jam, waktu operasi
selama 1 jam, maka akan dihasilkan sebanyak 2,3 juta
ton TKKS. Total limbah TKKS seluruh Indonesia,
2004 diperkirakan mencapai 18,2 juta ton.
Disimpulkan memproduksi bioetanol berbahan baku
limbah kelapa sawit layak diusahakan karena tingkat
keuntungan mencapai 75 % (http://pengolahanlimbah/sawit).

14

Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit di


Indonesia
Tahun

Luas Areal (Ha)


Perkebun
an
Rakyat

Perkebunan
Besar
Negara

Perkebuna
n Besar
Swasta

Total
Swasta

1999

1.041.046

576.999

2.283.757

3.901.802

2000

1.166.758

588.125

2.403.194

4.158.077

2001

1.561.031

609.943

2.542.457

4.713.431

2002

1.808.424

631.566

2.627.368

5.067.358

2003

1.654.394

662.803

2.766.360

5.283.557

2004

1.904.943

674.865

2.821.705

5.401.513

2005

1.917.038

676.408

2.914.773

5.508.219

2006

2.120.338

696.699

3.141.800

5.958.839

Kalimantan
222.132
Timur
15 Sulawesi Tengah
44.215
16 Sulawesi selatan
13.925
17 Sulawesi Barat
84.248
18 Papua
41.640
Nasional
5.518.219
Sumber: Ditjen Perkebunan, 2006

95.000

22.000

18.000
60.000
36.000
18.000
2.300.000

4.100
14.000
8.300
4.200
529.000

Limbah yang terjadi pada generasi pertama


baik itu limbah padat atau cair setelah diproses
menjadi suatu produk yang akan menyisakan limbah
generasi berikutnya dan limbah generasi kedua ini
juga dapat dimanfaatkan menjadi produk yang
mempunyai nilai tambah. Tabel 3 terlihat potensi
limbah
yang dapat dimanfaatkan sehingga
mempunyai nilai ekonomi yang tidak sedikit.

Sumber: Ditjen Perkebunan, 2006

Data dari (Ditjen Perkebunan, 2006) Tabel 2.


menginformasikan bahwa perkebunan kelapa sawit
saat ini menempati wilayah sangat luas, yaitu
berkembang di 18 propinsi. Wilayah terluas terdapat
di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua (yang
mencakup Jair, Kabupaten Boven Digoel). Lima
propinsi terluas berturut-turut adalah Riau (1,3 juta
Ha), Sumatera Utara (964,3 ribu Ha), Sumatera
Selatan (532,4 ribu Ha), Kalimantan Barat (466,9 ribu
Ha) dan Jambi (466,7 ribu Ha). Kelima propinsi
tersebut memiliki 3,770 juta Ha atau 67,4% dari 5,597
juta Ha di seluruh Indonesia.
-

Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit Dari


Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel

Jenis limbah kelapa sawit pada generasi


pertama di Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel
adalah berupa limbah padat, terdiri dari tandan kosong,
pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah
cair terjadi pada in house keeping pada pengolahan
CPO (Crude Palm Oil).
Tabel 2. Sebaran Areal Perkebunan dan Produksi
Kelapa Sawit di Indonesia Tahun 2005
No

Provinsi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

NAD
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Kalimantan Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan

13

261.101
964.257
324.332
1.340.036
2.067
466.709
532.365
100.681
83.583
163.589
466.900
269.043

Produksi
Kelapa
Sawit (ton)
112.000
414.000
139.000
559.000
888
200.000
228.000
430.000
35.000
71.000
201.000
116.000

Produks
i TKKS
(ton)
26.000
95.000
32.000
129.000
205
46.000
53.000
99.000
8.050
16.000
46.000
27.000

150.211

64.500

15.000

Luas Area
(Ha)

(Sumber: ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM


WWW.ESP.OR.ID)

Gambar 3. Produksi Minyak Sawit Sedunia Pada


Tahun 2006
Diantara potensi limbah yang diketahui untuk
Kebun sawit Jair, yaitu dapat dimanfaatkan sebagai
sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk
sintetis (Urea, TSP dan lain-lain). Pemanfaatan
limbah baik padat maupun cair secara umum dapat
dilakukan melalui proses pengolahan yang dapat
dibedakan dalam tiga proses yakni ; proses kimia,
proses fisika serta proses biologi.
Limbah sawit tandan kosong (TKS) di perkebunan
Jair milik PT.Korindo merupakan limbah padat
dengan jumlah cukup besar atau sekitar 126.317,54
ton/tahun yang tercatat pada tahun 2012, namun
pemanfaatan saat ini masih terbatas, hanya dibakar
dan sebagian dihamparkan di lahan kosong jadi
mulsa/pupuk, daerah di sekitar pabrik.
Dari
literatur
diketahui
persentase
Tankos/TKKS terhadap TBS sekitar 20% dan setiap
ton Tankos mengandung unsur hara N, P, K, dan Mg
berturut-turut setara dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg CIRP;
12 Kg MOP; dan 2 Kg Kieserit.

Tabel 3. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan limbah


Pabrik Kelapa Sawit PT. Korindo - Jair
Potensi per
Jenis
ton TBS
Manfaat
Limbah
(%)
Pupuk kompos, pulp
Tandan kosong
23,0
kertas, papan parti kel, energi
Wet Decanter
Pupuk, kompos.
4,0
Solid
makanan ternak
Arang, karbon aktif,
Cangkang
6,5
papan partikel
Energi, pulp kertas,
Serabut (fiber)
13,0
papan, partikel
Limbah cair
50,0
Pupuk, air irigasi
Air kondensat
60.0
Air umpan broiler

beberapa aspek teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan yang meliputi perihal berikut:
Jumlah, waktu pengadaan dan lokasi keberadaan
limbah maupun fluktuasinya sepanjang tahun
atau musim.
Pemanfaatan di lapangan, jumlah biomasa,
kebutuhan tenaga kerja, peralatan, kondisi jalan,
bahaya, resiko kerusakan atau pelapukan.
Transportasi, volume limbah, jarak sampai
ditujuan, kondisi jalan.
Struktur fisik dan komposisi kimia maupun
kandungan energi (nilai kalor bakar) bahan
limbah.
Berbagai alternatif pemanfaatan limbah,
teknologi yang tersedia, biaya dan nilai produk
yang dihasilkan.
Tingkat pencemaran lingkungan dan teknologi
penanganan untuk kelestarian lingkungan hidup.

Dalam upaya pemanfaatan limbah kelapa sawit


secara optimal untuk setiap kasus, perlu dikaji

(Sumber: Departemen Pertanian tahun 2006)

Gambar 4. Area dan produksi perkebunan kelapa sawit


Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut
di atas, maka pemanfaatan limbah dapat dilakukan
secara optimal.

Mentah/Crude Palm Oil (CPO) dan Minyak inti


Sawit (Kernel Inti sawit), sedangkan limbah yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)


Limbah ini dapat dihasilkan dari tandan
brondolan yaitu tandan buah segar yang terlalu
matang yang buahnya terlepas dari tandannya saat
masih berada di perkebunan/di kebun, keadaan
tandannya kering serta di pabrik pengolahan kelapa
sawit adalah hasil proses sterilising dan thresing

Karakteristik Tiap Jenis Pada Limbah


Kelapa Sawit

Dalam proses pengolahan Tandan Buah Segar


(TBS) di Pabrik Kelapa Sawit PT. Korindo Group
selalu menghasilkan produk dan limbah. Adapun
produk yang dihasilkan yaitu Minyak Sawit

dengan keadaan tandan basah. Berdasarkan literatur


yang ada kandungan tandan kosong kelapa sawit
(TKKS)
mengandung
Selulosa
41,3%-46,5%
(C6H10O5)n, Hemi Selulosa 25,3%-32,5% dan
mengandung lignin 27,6%-32,5%.

Gambar 5. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)


di Pabrik Kelapa Sawit PT. Korindo
Group, 2012
Cangkang (Shell)
Cangkang merupakan limbah yang dihasilkan
dari pemrosesan kernel inti sawit dengan bentuk
seperti tempurung kelapa, mempunyai kalor 3500
kkal/kg-4100 kkal/kg.

Kelapa Sawit yang diambil dari PT. Korindo Group


Jair, Boven Digoel dapat dilihat pada Tabel 4.

Gambar 7. Penimbunan Serabut (Fiber) dari Pabrik


Kelapasawit Sumber: PT. Korindo Group
Jair, 2012.
Tabel 4. Hasil uji laboratorium untuk menilai kalor
sampel limbah sawit
Nilai Kalor
Nilai Kalor
No
Sampel
(Kalori/gr)
(Joule/gr)
1 Serabut Kelapa
4.875,7857
20.315,4489
Sawit
2
Tandan Kosong
4.492,7436
18.719,4656
3
Cangkang
5.656,7127
23.569,2595
Kelapa
(Sumber: Laboratorium Kimia Fisik Institut Teknologi Bandung,
2012)

Wet Decanter Solid (Lumpur Sawit)

Gambar 6. Cangkang (Shell) dari Pabrik Kelapa


Sawit PT. Korindo Group Jair. Boven
Digoel 2012
Serabut (Fiber)
Serat merupakan limbah sisa perasan buah
sawit berupa serabut seperti benang. Bahan ini
mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar
36% (lignin 26%) serta mempunyai kalor
2637kkal/kg-3998kkal/kg.
Dari hasil uji laboratorium nilai kalor sampel
untuk sampel Serabut, Cangkang dan Tandan Kosong

Dalam proses pengolahan minyak sawit (CPO)


dihasilkan limbah cair sangat banyak, yaitu sekitar 2,5
m3/ton CPO yang dihasilkan. Limbah ini mengandung
bahan pencemar sangat tinggi, yaitu. biochemical
oxygen demand (BOD) sekitar 20.000-60.000 mg/l
(Wenten, 2004). Pengurangan bahan padatan dari
cairan ini dilakukan dengan menggunakan suatu alat
decanter, yang menghasilkan solid decanter atau
lumpur sawit.
Bahan padatan ini berbentuk seperti lumpur,
dengan kandungan air sekitar 75%, protein kasar
11,14% dan lemak kasar 10,14%. Kandungan air yang
cukup tinggi, menyebabkan bahan ini mudah busuk.
Apabila dibiarkan di lapangan bebas dalam waktu
sekitar 2 hari, bahan ini terlihat ditumbuhi oleh jamur
yang berwarna kekuningan.
Apabila dikeringkan, lumpur sawit berwarna
kecoklatan dan terasa sangat kasar dan keras.

Gambar 8. Tempat Pembuangan Lumpur Sawit


(Wet Decanter Solid) di Pabrik PT.
Korindo Jair

Hasil penelitian (Dirjen Pertanian, 2006)


terhadap beberapa PKS milik PTK (dianggap
mewakili PKS pada umumnya) oleh Bank Dunia,
diketahui bahwa kualitas limbah cair (inlet) yang
dihasilkan berpotensi mencemari badan air penerima
limbah seperti pada Tabel 6. berikut.
Uji Laboratorium contoh limbah (Gambar
4.10) yang diambil dari Pabrik Pengolahan Kelapa
sawit PT. Korindo, 2012, Distrik Jair Kab. Boven
digoel diketahui sebagaimana Tabel 7 berikut:

Limbah Cair
Hampir seluruh air buangan Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) mengandung bahan organik yang dapat
menyebabkn degradasi kualitas air dan pencemarn.
Oleh karenanya dalam pengelolaan limbah perlu
diketahui karakteristik limbah tersebut, sebagai
contoh yaitu:
Dari data Balance sheet ekstraksi minyak
kelapa sawit (Dirjen Pertanian, 2006) diketahui bahwa
dari 1 ton produksi CPO dihasilkan 2,50 ton air
limbah sebagaimana disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi jumlah air limbah dari 1 ton CPO
No.
URAIAN
KAPASITAS
1 Air
2.35 ton
2 NOS (Non Oil Solid)
0,13 ton
3 Minyak
0,02 ton
Jumlah
2,50 ton
Sumber: (Dirjen pertanian, 2006)

Efisiensi
pabrik
kelapa
sawit
dapat
ditingkatkan dengan pemakaian Decanter yang hanya
menghasilkan limbah cair sekitar 0,3-0,4 ton untuk
setiap 1 ton TBS yang diolah, sehingga limbah cair
yang dihasilkan dapat ditekan hanya 24 ton/jam atau
1,667 m3 per 1 ton CPO yang dihasilkan. Limbah cair
yang akan dihasilkan dari seluruh proses produksi
minyak kelapa sawit dan diperkirakan maksimal
mencapai 60% dari seluruh tandan buah segar yang
diolah.
Tabel 6. Kualitas limbah cair (inlet) Pabrik Kelapa
Sawit
LIMBAH CAIR

No.

PARAMETER
SAT.
LINGKUNGAN
KISARAN

1 BOD
2 COD

RATARATA
mg/l 8.200 - 35.000 21.280
mg/l

15.103 34.720
65 100
1.330 - 50.700 31.170
12 126
41
190 - 14.720 3.075

3 TSS
mg/l
4 Nitrogen Total mg/l
5 Minyak dan
mg/I
L
k
6 PH
3,3 - 4,6
Sumber: Dirjen Pertanian, 2006

4.0

BAKU
MUTU
MENLH
250
500
300
20
30
69

Gambar 9. Limbah Cair dari Pabrik Pengolahan


Kelapa Sawit Corindo, Distrik Jair
Tabel 7. Hasil Uji Laboratorium Limbah Cair hasil
Pabrik Sawit Korindo Jair, Boven Digoel
No

Parameter
Analisis

Satuan

Hasil Analisis

AL-1
AL-2
AL-3
BOD
mg/L
52050
62950
1080
COD*
mg/L
76693
88343
1650
TSS
mg/L
21070
26770
176
Minyak
& mg/L
129
54
10,67
Lemak*
5
pH*
3,92
4,15
7,49
6
NTK
mg/L
279,75
682,65
282,5
Catatan: Tanda * terakreditasi
(Laboratorium Kualitas Air Institut Teknologi Bandung, 2012)
1
2
3
4

Limbah Padat
Kandungan hara spesifik terhadap Iimbah
padat pabrik keIapa sawit secara keseIuruhan dapat
diIihat pada TabeI 8.
Kandungan hara daIam abu hasiI pembakaran
tandan kosong dan serat serta cangkang dapat diIihat
pada TabeI 9. Sedangkan hasil uji laboratorium
terhadap contoh limbah padat dari PT. KorindoGroup, Jair, Kabupaten Boven Digoel, 2012 pada
Tabel 10.
Tabel 8. Kandungan hara Iimbah Kelapa Sawit
Kandungan atas dasar % berat
Limbah Kelapa
kering
No.
Sawit
N
P
K
Mg
Ca
1
2
3
4
5
6

Batang pohon
PeIepah
Daun
Tandan Kosong
Serat buah
Cangkang

0,488
2,38
0,373
0,350
0,320
0,330

Sumber: Dirjen Pertanian, 2006

0,047
0,157
0,066
0,028
0,080
0,010

0,699
1,116
0,873
2,285
0,470
0,090

0,117
0,287
0,161
0,175
0,020
0,020

0,194
0,568
0,295
0,149
0,110
0,020

Tabel 9. Kandungan Tandan Kosong, Serat dan


Cangkang
Kandungan hara (%)
Abu hasiI
P
Tandan kosong

Ca

1,25 = 2,18 24,9 = 33,2

5,4

Serat dan cangkang 1,74 = 2,61 16,6 = 24,9

7,1

Sumber: Dirjen Pertanian, 2006

4. Pemanfaatan Limbah Sawit


Berdasakan studi literatur yang ada, bahwa
limbah kelapa sawit dapat berupa limbah kering yang
terdiri atas: tandan kosong kelapa sawit (TKKS),
Cangkang (shell) dan Serabut (fiber) secara
keseluruhan dapat dijadikan sesuatu yang lebih
bermanfaat yaitu dijadikan energi terbarukan
contohnya bioetanol, biodiesel dan sebagai bahan
bakar pembangkit listrik tenaga Biomassa (PLTB).
Bertolak dari kondisi bahwa daerah kajian
yaitu Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua,
sangat kurang pasokan listrik dan bahan bakar minyak
(BBM) atau sangat tergantung pada Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang bahan bakarnya
menggunakan solar. Ini sangat tergantung pada
pasokan solar, yang pasokan sering terhambat
ditambah lagi dengan kebijakan akan efisiensi bahan
bakar minyak (BBM) dan pencanangan energi
alternatif yang diusulkan oleh pemerintah terkait
pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) sebagai
pengganti bahan bakar minyak (BBM).

Presiden RI, Susilo Bambang Yodhoyono telah


mengeluarkan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006
mengenai penyediaan dan pemanfaatan BBN (biofuel)
sebagai bahan bakar alternatif. BBN mempunyai
beberapa keunggulan daripada bahan bakar fosil di
antaranya adalah bahan bakar nabati lebih ramah
lingkungan, tidak menimbulkan polusi, murah, dan
dapat diperbaharui.
Melihat peluang dan potensi sumber daya alam
yang dimiliki Kabupaten Boven Digoel khususnya
Distrik Jair yang mempunyai potensi limbah kelapa
sawit. Didasarkan pada latar belakang permasalah
maka limbah kelapa sawit ddi daerah Jair bisa
dimanfaatkan untuk sumber tenaga listrik.

- Bioetanol
Untuk pembuatan bioetanol limbah yang
digunakan dari hasil proses pengolahan kelapa sawit
yaitu tandan kosong kelapa Sawit (TKKS)
berdasarkan literatur dan hasil analisis laboratorium
yang sudah ada, tandan kosong kelapa sawit ini
banyak mengandung Selulosa sebesar 41,30% s/d
46,50%, Hemicellulose 25,3% s/d 33,8% dan
mengandung lignin sebanyak 27,60% s/d 32,50%
serta mengadung glukosa.
Sedangkan untuk sampel TKKS dari PT.
Korindo-Group Hasil analisis uji laboratorium
dihasilkan Selulosa sebesar 41,392% s/d 47,430%,
Pati 11,550%, Glukosa 0,022 % s/d 0,024%.
Kandungan Selulosa, Pati, dan Glukosa lebih besar
dari literatur, dengan hasil tersebut maka sampel
TKKS sangat layak untuk dijadikan bioetanol.
Adapun proses pembuatan pada dasarnya
merupakan proses fermentasi yang merubah glukosa
atau pati yang enzim amilase kemudian selanjutnya
Tabel 10. Hasil Uji Kandungan Hara Terhadap
adalah proses hidrolisis pada unit mesin hidrolisa
Limbah Padat hasil Pabrik Kelapa Sawit
sesudah itu ada proses inokulum (pengedapan) selama
PT. Korindo
beberapa jam sebelum enzim amilase difermentasi
pada unit fermentasi selama beberapa hari kemudian
Kandungan atas dasar % berat kering
dilakukan destilasi yaitu pemisahan kadar air dari
`Limbah
No
Kelapa Sawit
Selullos kadar etanol pada unit destlasi dan untuk
N
P
K
Mg Ca Pati
meningkatkan persen (%) kadar etanol menjadi lebih
a
tinggi dilakukan proses dehidrasi pada unit destilasi.
1 TKKS
1,307 0,095 0,311 0,104 0,213 11,550 41,392
Berdasar data literatur dan hasil uji
Serat
laboratorium yang telah dilakukan terhadap contoh
2
1,314 0,062 0,521 0,092 0,173 1,078 47,430
Bonggol
yang diambil dari Pabrik sawit Korindo Jair,
3 Buah
1,301 0,271 0,311 0,354 0,742 12,347 12,357
disimpulkan
dapat diproduksi bioetanol sebagai
Berondolan
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium Tek. Pangan- Unpas pengganti bahan bakar minyak serta sebagai bahan
Bandung 2012)
bakar pembangkit Listrik Tenaga Bioetanol.

Gambar 10. Proses Produksi Bio-etanol dari bahan berpati

Bahan Bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Untuk bahan bakar pembangkit tenaga Uap


(PLTU) limbah yang digunakan berupa tandan kosong
kelapa sawit (TKKS), Cangkang (Shell) serta Serabut
(Fiber) yang sudah sudah kering dengan kadar air
maksimum 6,6%.
Adapun kalori yang terkandung pada masingmasing sampel limbah hasil uji laboratorium yang
sudah terlebih dahulu diolah yaitu:
1)
2)
3)
-

Cangkang
mengandung
kalori
sebesar
5.656,7127 kkal/kg
Serabut mengandung kalori sebesar 4.875,7857
kkal/kg
Tandan kosong kelapa sawit mengandung
kalori sebesar 4.492,7436 kkal/kg
Biodiesel

Limbah cair yang dihasilkan terutama limbah


cair yang langsung diambil dari pipa pembuangan
(kondisi panas 400C s/d 50 0C ) masih mengandung
lemak/CPO parit. (129 mg/l) Dengan demikian
sampel limbah cair di PT. Korindo Group di Jair, bisa
dimanfaatkan pada PLTD. biodiesel.
Ada beberapa proses pengolahan biodiesel
berbasis CPO parit, di antaranya adalah esterifikasi
dan transesterifikasi yang termasuk dalam proses
alkoholisis. Proses esterifikasi dilakukan cukup

dengan satu tahap untuk menghilangkan kadar FFA


berlebih di dalam CPO parit sedangkan proses
transesterifikasi dilakukan dengan dua tahap karena
tahap pertama transesterifikasi masih menyisakan
jumlah trigliserida yang cukup banyak pada akhir
reaksi yang dikenal transesterifikasi I.
Sebelum melakukan reaksi esterifikasi, CPO
parit yang akan direaksikan terlebih dahulu
dimasukkan ke dalam sentrifuse untuk memisahkan
kotoran padat (total solid) dan air dari CPO parit
sehingga tidak mengganggu reaksi esterifikasi
nantinya.
Proses esterifikasi yaitu mereaksikan methanol
(CH3OH) dengan CPO parit dengan bantuan katalis
asam yaitu asam sulfat (H2SO4). Dalam pencampuran
ini, asam lemak bebas akan bereaksi dengan methanol
membentuk ester. Pencampuran ini menggunakan
perbandingan rasio molar antara FFA dan methanol
yaitu 1 : 20, dengan jumlah katalis asam sulfat yang
digunakan adalah 0,2% dari FFA (Warta PPKS,
2008). Kadar methanol yang digunakan adalah 98%
(% b) sedangkan kadar asam sulfat yaitu 97%. Reaksi
berlangsung selama 1 jam pada suhu 63 0C dengan
konversi 98% (Warta PPKS, 2008). Kemudian
sebelum diumpankan ke reaktor transesterifikasi, hasil
reaksi dipisahkan dalam sentrifuse selama 15 menit.
Lapisan ester, trigliserida, dan FFA sisa diumpankan
ke reaktor transesterifikasi sedangkan air, methanol
sisa, dan katalis diumpankan ke methanol recovery.

10

Gambar 11. Diagram Alur Desain Pembangkit Listrik Tenaga Uap dengan Bahan Bakar TKKS
Pada proses transesterifikasi I dan II prinsip
kerjanya sama yaitu mencampurkan kalium hidroksida
(KOH) dan metanol (CH3OH) dengan hasil reaksi yang
dilakukan pada esterifikasi. Proses transesterifikasi
melibatkan reaksi antara trigliserida dengan methanol
membentuk metil ester. Adapun perbandingan rasio
molar trigliserida dengan methanol adalah 1 : 6 dan
jumlah katalis yang digunakan adalah 1% dari
trigliserida (Warta PPKS, 2008). Kadar KOH yang
digunakan untuk reaksi ini adalah 99% (% b) yang
biasa dijual di pasar-pasar bahan kimia. Semakin tinggi
kemurnian dari bahan yang digunakan akan
meningkatkan hasil yang dicapai dengan kualitas yang
tinggi pula.
Keadaan ini berhubungan erat dengan kadar air
pada reaksi transesterifikasi. Adanya air dalam reaksi
akan mengganggu jalannya reaksi transesterifikasi.
Lama reaksi transesterifikasi adalah 1 jam, suhu 630C
dengan yield 98% (Warta PPKS, 2008). Hasil reaksi
transesterifikasi I dimasukkan terlebih dahulu ke
sentrifuse
sebelum
diumpankan
ke
reaktor
transesterifikasi II. Di sini terjadi lagi pemisahan antara
lapisan atas berupa metil ester, sisa FFA, sisa
trigliserida, dan sisa metanol dengan lapisan bawah
yaitu gliserol, air, dan katalis asam maupun basa.
Kemudian proses dilanjutkan ke tahap pencucian
biodiesel. Temperatur air pencucian yang digunakan
sekitar 60C dan jumlah air yang digunakan 30% dari
metil ester yang akan dicuci.
Tujuan pencucian itu sendiri adalah agar
senyawa yang tidak diperlukan (sisa gliserol, sisa
metanol, dan lain-lain) larut dalam air. Kemudian hasil

pencucian dimasukkan ke dalam centrifuge untuk


memisahkan air dan metal ester berdasarkan berat
jenisnya.
Selanjutnya dilakukan proses pengeringan metil
ester dengan menggunakan evaporator yang bertujuan
untuk menghilangkan air yang tercampur di dalam
metal ester. Pengeringan dilakukan lebih kurang selama
15 menit dengan temperature 105C. Keluaran
evaporator didinginkan untuk disimpan ke dalam tangki
penyimpanan biodiesel.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
selainbisa dijadikan biodesel limbah cair hasil proses
pengolahan kelapa sawit juga dapat dibuat sebagai gas
metan dan pupuk cair. Terlebih lebih kandungan BOD,
COD, NTK contoh limbah hasil uji dari PT. Korindo
Jair sangat memenuhi syarat untuk mendukung atau
sebagi bahan baku produk tersebut.

5. Analisis Pemanfaatan Limbah


Didasarkan pada kebutuhan energi listrik maka
pemerintahan Kabupaten Boven Digoel, Provinsi
Papua, melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) memprioritaskan usaha pemenuhan keperluan
akan energi listrik diantaranya dengan melakukan
kajian pemanfaatan limbah kelapa sawit
yang
dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit PT.
Korindo Group Distrik Jair-Boven Digoel untuk dapat
menjadi
bahan bakar pembangkit listrik PLTU
Biomassa.
Sebagai gambaran pemanfaatan maka diperlukan
analisis kelayakan keekonomisan agar dalam

11
Serabut kering sebanyak 2 kg
Cangkang kering sebanyak 2 kg

pembangunan PLTU Biomassa tersebut dapat menarik


investor, dan untuk itu maka perlu dilakukan
perhitumgan yang tepat atas tinjauan aspek daya yang
dihasilakan maupun aspek kelayakan ekonomis.
-

Perhitungan Daya Yang Dihasilkan

Dari literature kebutuhan bahan bakar boiler


dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut:
Wf =

[ms(h2-h1)+mb(hs-h1)] .. (Li dan Paul,

1985)
Dimana:
Wf : massa bahan bakar (kg/jam)
hb : efesiensi boiler (%)
HHV: high heating value (kJ/kg)
mb : boiler blodown (kg/jam)
ms : laju airan steam (kg/jam)
h2 : entalpi superheated steam pada keluaran
boiler (kJ/kg)
h1 : entalpi air umpan boiler (kJ/kg)
hs : entalpi air saturated pada tekanan boiler
(kJ/kg)
Dari hasil analisa limbah kelapa sawit berupa
tandan buah kosong, serat dan cangkang
harus
mempunyai kandungan air sebesar 6,6%, yang nilai
bakar (high heating value), HHV = 13.170 kJ/kg.
Data-data pendukung:
hb : 80%
HHV: Nilai Kalor Limbah Diatas
mb : 10% dari laju alir steam
ms : laju airan steam (kg/jam)
h2 : 2.851,75 kJ/kg (P = 25 bar, T = 350oC)
h1 : 419,1 kJ/kg (P = 1 atm, T = 30oC)
hs : 1839,7 kJ/kg (P = 18 bar, T = 270oC)
Sementara diketahui limbah tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) yang dihasilkan oleh Pabrik
Kelapa Sawit PT. Korindo-Group yaitu sebanyak:
TKKS basah
Serabut basah
Cangkang basah

: 360.907,26 ton/tahun
: 211.826,87 ton/tahun
: 86.303,91 ton/tahun

Artinya jumlah berat yang menyusut sebesar:


TKKS menyusut 65%
Serabut menyusut 50%
Cangkang menyusut 50%
Dengan menggunakan ketentuan pustaka dan hasil
percobaan di atas maka limbah sawit PT. Korindo akan
menghasilkan limbah kering:
TKKS kering
: 126.317,54 ton/tahun
Serabut kering
: 105.913,44 ton/tahun
Cangkang kering : 43.151,96 ton/tahun
Dari hasil uji bom - kalor di laboratorium di
Lab. Kimia Fisik ITB, sampel limbah kelapa sawit hasil
percobaan pengeringan diatas yang diambil dari pabrik
kelapa PT. Korindo Group (Lampiran 4) menghasilkan
nilai kalor/high heating value (HHV) sebesar:
TKKS
: 18.719,46 kJ/kg
Serabut
: 20.315,45 kJ/kg
Cangkang
: 23.569,26 kJ/kg
Melalui estimasi penggunaan limbah 50%, maka
kebutuhan massa bahan bakar untuk membangkitkan
steam untuk masing-masing limbah sebesar:
-

Tandan Kosong Kelapa Sawit

Massa bahan bakar yang dihasilkan oleh tandan kosong


kelapa sawit (TKKS) akan diperoleh sebesar
per tahun
= 63.158,77 ton
per bulan
= 5.263,23 ton
per hari
=
175,44 ton
per jam
=
7,31 ton
=
7.310 kg
Dengan menggunakan rumus diatas maka jumlah laju
alir steam/jumlah steam yang dihasilkan sebesar:
Wf =

[ms(h2-h1)+mb(hs-h1)]

7.310 kg/jam =
Dengan percobaan pengeringan secara manual
atau dengan sinar matahari selama 12 jam dan dari
literatur dari Departemen Pertanian, maka dari jumlah
sampel yaitu:
TKKS basah sebanyak 10 kg
Serabut basah sebanyak 4 kg
Cangkang basah sebanyak 4 kg
Setelah dikeringkan selama waktu diatas (12 jam) maka
dihasilkan sebanyak:
TKKS kering sebanyak 3,5 kg

[ms(2.851,75

kJ/kg - 419,1 kJ/kg)+0,1ms(1839,7 kJ/kg-419,1 kJ/kg)]


7.310 kg/jam =

[ms(2.432,65

kJ/kg)+0,1ms(1.420,60 kJ/kg)]
7.310 kg/jam =

[ms(2.432,65

kJ/kg)+ms(142,06 kJ/kg)]
7.310 kg/jam =

[ms(2.574,71 kJ/kg]

12
7.310 kg/jam = ms 0,1719

2.500 kg/jam =

[ms(2.432,65

ms =7.310 kg/jam/0,1719 = 42.524,72 kg/jam


kJ/kg)+0,1ms(1.420,60 kJ/kg)]
-

Serabut (Fiber)

2.500 kg/jam =

Untuk massa bahan bakar yang dihasilkan oleh serabut


akan diperoleh sebesar
per tahun = 52.956,72 ton
per bulan = 4.413,06 ton
per hari =
147,10 ton
per jam =
6,13 ton
=
6.310 kg
Dengan menggunakan rumus diatas maka
jumlah laju alir steam/jumlah steam yang dihasilkan
sebesar:
Wf =

[ms(h2-h1)+mb(hs-h1)]

6.310 kg/jam =

[ms(2.851,75

kJ/kg - 419,1 kJ/kg)+0,1ms(1839,7 kJ/kg-419,1 kJ/kg)]


6.310 kg/jam =

[ms(2.432,65

kJ/kg)+0,1ms(1.420,60 kJ/kg)]
6.310 kg/jam =

[ms(2.432,65

kJ/kg)+ms(142,06 kJ/kg)]
6.310 kg/jam =

[ms(2.574,71 kJ/kg]

6.310 kg/jam = ms 0,1584


ms =6.310 kg/jam/0,1584 = 39.835,86 kg/jam

kJ/kg)+ms(142,06 kJ/kg)]
2.500 kg/jam =

ms =2.500 kg/jam/0,1366 = 18.301,61 kg/jam


Sementara diketahui dari pustaka bahwa
spesifikasi turbin untuk membangkitkan
5 MW
dibutuhkan jumlah steam sebanyak/laju aliran steam
29.000 kg/jam (www. Lohrmann.com), sehingga
dengan mengetahui jumlah steam yang dibangkitkan
oleh masing-masing limbah, kita bisa menghitung
daya pembangkit yang dibutuhkan untuk limbah sawit
yang dihasilkan PT. Korindo .
Dan dari perhitungan untuk di Pt. Korindo
Distrik Jair kemudian akan diketahui sebagai berikut:
Untuk TKKS daya yang dapat dibangkitkan
sebesar:
42.524,72 kg/jam/29.000 kg/jam x 5MW =
7,33185 MW.
Untuk Serabut daya yang dapat dibangkitkan
sebesar:
39.835,86 kg/jam /29.000 kg/jam x 5MW =
6,86825 MW.
Untuk Cangkang daya yang dapat dibangkitkan
sebesar:
18.301,61 kg/jam /29.000 kg/jam x 5MW =
3,15545 MW.
Layout Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa

Cangkang (Shell)

Massa bahan bakar yang dihasilkan oleh cangkang


(shell) akan dihasilkan sebesar
per tahun = 21.575,98 ton
per bulan = 1.798,00 ton
per hari =
59,93 ton
per jam =
2,50 ton
=
2.500 kg
Dengan menggunakan formula tersebut maka jumlah
laju alir steam/jumlah steam yang dihasilkan adalah
sebesar:
Wf =

[ms(2.574,71 kJ/kg]

2.500 kg/jam = ms 0,1366

[ms(2.432,65

[ms(h2-h1)+mb(hs-h1)]

2.500 kg/jam =

[ms(2.851,75

kJ/kg - 419,1 kJ/kg)+0,1ms(1839,7 kJ/kg-419,1 kJ/kg)]

Layout pembangkit
secara sederhana
digambarkan pada diagram alir pembangkit listrik
tenaga biomassa (Gambar 6.1) berikut. Proses diawali
dengan penyediaan bahan baku limbah biomassa tandan
kosong kelapa sawit (TKKS), serabut dan cangkang.
Khusus TKKS selanjutnya ukurannya dikecilkan
dengan chopper. Limbah biomassa tersebut kemudian
dibakar dengan udara bersih lebih 20% di dalam boiler
sehingga pembakaran diharapkan sempurna dan
menghasilkan panas yang optimal.
Berdasarkan estimasi dan spesifikasi di atas.
Jenis boiler yang digunakan adalah Fluidzed Bed
Combuser (FBC), dimana keuntungan menggunkan
boiler ini adalah lebih merata proses pembakarannya,
karena akibat dari proses fluidisasi itu sendiri. Panas
tersebut kemudian dipindahkan ke air sehingga menjadi
steam dengan bantuan pemanasan awal di economizer
dan pemanasan lanjut di boiler itu sendiri.
Air yang telah berubah menjadi steam yang
berakibat pada perubahan volume dan dapat digunakan

13
untuk menggerakkan turbin sehingga menghasilkan
listrik. Steam yang telah digunakan kemudian
didinginkan di pendingin untuk dirubah fasanya
kembali menjadi air yang selanjutnya disirkulasikan
kembali sebagai air umpan boiler dan ditampung di
tangki penyimpan. Abu hasil pembakaran akan
dipisahkan dengan bantuan cyclone separator.

biomassa (PLT Biomassa) sangat layak untuk


digunakan.
-

Pemilihan teknologi pemanfaatan limbah akan


mampu mendukung kebutuhan energi kelistrikan
masyarakat khususnya
kontinuitas pasokan
listrik.
Selain pemanfaatan limbah untuk bahan bakar
pembangkit listrik. Penggunaan limbah untuk
mendukung prasarana dan sarana transporatasi
dalam hal ini limbah kelapa sawit juga dapat
diolah menjadi bioetanol sebagai pengganti
bahan bakar minyak (BBM) untuk menggerakan
alat transportasi yaitu sepeda motor dan mobil.
Kebijakan
pemerintah
daerah
dengan
penggunaan produk lokal daerah akan sangat
mendukung perkembangan awal berdiri pabrik
biomass/ bio etanol/biodiesel ini.
Diperlukan kepastian ketersediaan bahan baku
utama, tandan kosong kelapa sawit, agar
kelangsungan dan konsistensi operasional pabrik
dapat memenuhi kelayakan ekonomis.
Pengelolaan
limbah
dan
pengendalian
lingkungan secara berkelanjutan menggunakan
teknologi tepat guna agar dampak lingkungan
yang ditimbulkan seminimal mungkin.

Gambar 12. Diagram alir pembangkit listrik tenaga


biomassa

6. Kesimpulan dan Rekomendasi


Dalam rangka penelitian ini diharapkan mampu
memberikan gambaran awal dan kejelasan teknis,
mengenai pemanfaatan limbah yang sebagai suatu
kebijakan
pemerintah
untuk
mensejahterakan
masyarakat khusus masyarakat di distrik Jair dan
umumnya masyarakat Kabupaten Boven Digoel,
Provinsi Papua, diperlukan beberapa hal yang akan
dijadikan materi perhatian untuk dibahas/didiskusikan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
-

Kesimpulan
Dengan tersedianya bahan baku untuk energi
alternatif; tandan kosong kelapa sawit (TKKS),
cangkang dan serabut, diharapkan dapat
mengurangi kekurangan pasokan listrik yang
manfaatnya untuk peningkatan pembangunan
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Boven
Digoel, Provinsi Papua - Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang sampai kini
kekurangan pasokan energi.
Limbah yang dipilih sebagai bahan bakar
pembangkit listrik yaitu limbah dengan kapasitas
paling banyak dihasilkan dan pemanfaatan oleh
pihak perusahaan tidak banyak dibandingkan
limbah lain bahkan dibuang buang untuk mulsa.
Dan berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS).
Berdasarkan manfaat maka limbah TKKS lebih
cocok untuk sumber bahan bakar listrik

Rekomendasi

Pustaka
1)

2)

3)

4)

5)

6)
7)
8)

Andayani, Rina, Pembuatan Bioetanol dari


TKKS melalui proses Fungal Treatment oleh
Aspergillusniger
dan
permentasi
oleh
Zymomunas Mobilis, Lab. Pengolahan Limbah
Industri, ITS Surabaya 2009.
Arumsari, Ajeng, Desain Analiss Pemaparan Daur
Hidup (life Cycle Assessment) Bioetanol dari
TKKS, Puslit Kimia-LIPI Tangerang 2009.
Febijanto, Irham, Journal, Kajian Teknis dan
Keekonomian Pembangkit Tenaga Biomassa
Sawit, Jakarta 2011.
Multi Kreasi, Cipta, Studi Potensi Listrik
Alternatif di Pedesaan Sebagai Upaya Dalam
Menanggulangi Percepatan Diversifikasi Energi
di Provinsi NAD, Jakarta 2011.
Permata, Indra Kusumah, Studi Pemanfaatan
Biomassa Limbah Kelapa Sawit Sebagai Bahan
Bakar PLTU, ITS surabaya 2011.
PNPM Mandiri, Buku Panduan Energi
Terbarukan, Jakarta 2011.
PNPM Mandiri, Manual Pelatihan Teknologi
Energi Terbarukan, Jakarta 2012.
Suryanto, Proses Produksi Bioetanol dari
TKKS dengan Hot Compressed Water, BPPT,
Tangerang
2010.

14

Penulis
1)

2)

Bambang Sunarwan, Pengajar Fakultas


Teknik,
Universitas
Pakuan
Bogor.
081353618491
narwanbs@yahoo.co.id
Riyadi Juhana, Pengajar Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Suiryakancana
Cianjur. email: riyadi.juhana@ui.ac.id

15

Jurnal Tekno Insentif Kopwil4, Volume 7, No. 2, Oktober 2013


ISSN: 1907-4964, halaman 15 s.d. 20

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN KANAL DATA TERHADAP


PERFORMANSI LAYANAN JARINGAN
Oleh:
S.N.M.P. Simamora1, A. S. Fauzi2
1. Lab. Telematika, Dept. Telekomunikasi, STEI-ITB,
2. PUSDITEK (Pusat Studi Teknologi Nirkabel dan Bergerak) Politeknik TELKOM Bandung,

Abstrak - Manajemen kanal data dibutuhkan untuk melakukan pengaturan dan perencanaan terhadap sumberdaya yang tersedia pada suatu jaringan komputer maupun jaringan komunikasi data. Dengan maksud agar
keseimbangan proses dapat senantiasa dipertahankan sehingga tidak mengganggu jalannya layanan yang
dibutuhkan dan sedang berjalan. Namun di satu sisi apabila proses manajemen tidak dilakukan dengan tepat
memungkinkan performansi layanan jaringan yang tersedia dapat mengalami penurunan. Dalam penelitian ini
telah dilakukan model manajemen kanal data dengan pola pembagian bandwidth untuk dua area cluster yang
ditetapkan. Metode yang digunakan kuantitatif dengan dukungan tools secara pengamatan langsung dan
perhitungan empirik. Hasilnya menunjukkan, teknik manajemen kanal data yang digunakan memberikan
pengaruh signifikan terhadap parameter performansi layanan, sehingga pola kebijakan pembagian kanal data
harus diperhitungkan dengan seksama agar tidak sampai mengorbankan performansi layanan jaringan yang
selama ini telah baik berlangsung.
Kata kunci: manajemen kanal data, layanan jaringan, performansi, live TV-streaming, kanal-data
Abstract - Data channel management is required to make arrangements and planning to resources available
on a computer network and data communication networks. With the intention that the balance can always be
maintained so as not disrupt the service required and ongoing. However, on the one hand if the process
management is not carried out properly enables performance network services that are available can be
decreased. In these research have been done the channel data management model with bandwidth distribution
patterns for the two areas defined clusters. The method used quantitative tools to support the direct observation
and empirical calculations. The result shows, the data channel management technique used has significant
impact on the performance parameters of service, so that the pattern of the data channel sharing policy should
be carefully considered so as not to sacrifice the performance of network services that have been well underway.
Keyword: data channel management, network services,performance, live TV-streaming, data-channel
1. Pendahuluan
Fungsi manajemen pada suatu jaringan
komputer adalah mengatur dan merencanakan
setiap sumber daya yang tersedia untuk dapat
dimanfaatkan dan digunakan oleh para pengguna.
Tujuannya
agar
terpenuhinya
optimalisasi
penggunaan sumber-daya yang tersedia, sehingga
kapabilitas yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Beberapa sumber-daya (resources) yang
umumnya tersedia dalam local area network
seperti: layanan jaringan, kanal data, data/file,
media penyimpanan, dan pemroses komputasi.
Manajemen dalam jaringan komputer
umumnya difokuskan pada penggunaan kanal data,
dengan alasan sumber-daya yang dibutuhkan oleh
para pengguna berada pada sisi kanal data. Terlebih
dalam jaringan komputer yang menitikbertakan
pada layanan seperti layanan data, layanan
informasi, dan layanan komunikasi membutuhkan

kanal data sebagai media pengiriman dari source ke


destination pada jaringan tersebut [1][6].
Performansi
suatu
layanan
jaringan
umumnya diukur pada parameter Qualitiy of
Service (QoS) sebagai metode kuantitatif yang
dinyatakan dalam delay, throughput, packet-loss,
dan jitter [2]. Untuk layanan jaringan bersifat realtime, khususnya komunikasi, parameter packet-loss
umumnya tidak terlalu digunakan dalam mengukur
performansi layanan; dengan alasan packet-loss
tidak dimungkinkan ditemukan pada layanan
komunikasi yang bersifat real-time [3].
Pada penelitian ini telah dilakukan
serangkaian uji-coba dengan suatu skenario untuk
melihat implikasi pengaruh teknik manajemen
kanal data terhadap performansi layanan jaringan.
Ruang-lingkup jaringan yang dibangun bersifat
privat, namun layanan yang didistribusikan kepada
setiap client diakses dari jaringan publik. Pada
penelitianj ini layanan jaringan yang digunakan
adalah live TV-streaming dari suatu penyedia jasa

16

layanan TV-streaming (http://www.iptv.ge). Hasil


yang ditunjukkan pada [6][7] menggunakan
jaringan privat memperlihatkan terdapat pengaruh
signifikan terhadap parameter delay yang terukur
dan teramati saat salah satu client dilakukan
pembatasan kapasitas kanal yang diakses.
Dalam
tujuan
melakukan
studi
pengembangan pengalamatan IPv6, pada penelitian
ini pada ruang-lingkup jaringan privat digunakan
alamat IPv6; sedangkan untuk memudahkan dalam
menjalankan layanan dalam pendistribusian dari
jaringan publik internet, maka akses live TVstreaming dipilih yang menggunakan IPv6;
walaupun berdasar [5][7] disebutkan bahwa tidak
ada pengaruh pengalamatan yang digunakan dalam
melakukan akses layanan internet ke jaringan privat
serta menjalankan internet connection sharing
(ICS).

2. Dasar Teori
2.1 Manajemen Kanal Data
Kanal data merupakan saluran yang
digunakan dalam jaringan komunikasi data sebagai
media pengiriman data dalam bentuk sinyal
informasi [8]. Umumnya kanal data ditujukan pada
bentuk komunikasi digital berbasiskan sistem
komputer. Berbagai tipe data yang umum dikenal
dalam sistem komputer yakni: text, audio, image,
dan video. TV-streaming merupakan derivatif
layanan dari tipe data video yang bersifat off-line
pada layanan yang berjalan secara real-time [6][9].
Tujuan dilakukannya suatu manajemen
kanal data adalah optimalisasi penggunaan sumberdaya yang tersedia pada jaringan, sehingga terjadi
keseimbangan saat setiap pengguna dari masingmasing terminal melakukan akses ke sumber-daya
yang tersedia [5][9]. Dengan demikian beban pada
kanal data dan server dapat dihindari berlebih
sehingga gangguan dapat dihindari semaksimal
mungkin.
Pada sejumlah host-computer dalam
jaringan privat, apabila akses kepada sumber-daya
tidak melalui mekanisme manajemen kanal data,
maka setiap sumber-daya akan dibagikan secara
merata kepada sejumlah client yang eksis dan aktif.
Berdasar
[2][9]
manajemen
kanal
data
direpresentasikan dalam parameter bandwidth atau
throughput dalam satuan dasar bit per second (bps).
2.2 Performansi Layanan
Layanan yang digunakan pada penelitian ini
adalah kategori tipe data video, dimana diakses
secara on-line pada jaringan yang berjalan secara
real-time. Oleh sebab berjalan secara real-time,
maka teknik pengukuran yang digunakan dalam
mengambil nilai performansi seperti delay
dilakukan dengan cara pengamatan menggunakan
stop-watch. Seperti ditunjukkan pada [6][7], untuk
pengamatan delay dilakukan dengan metode

pengukuran langsung saat akses link dipanggil


sampai dengan hasil request ditampilkan pada
perangkat luaran.
Umumnya ukuran performansi layanan pada
jaringan komputer maupun jaringan komunikasi
data diturunkan dari parameter-parameter pada
qualitiy of service (QoS). Performansi layanan
dapat didefinisikan sebagai ukuran unjuk-kerja dari
suatu layanan dalam periode pengamatan yang
dilakukan, dimana bernilai positip apabila
kecenderungan nilai naik saat sebelum dan sesudah
suatu metode diterapkan. Dirumuskan sebagai
berikut [6][7][8]:
zn - zn-1 > 0 ................................. Pers. (1)
Dimana n = state ke-n yang diamati untuk z
parameter QoS yang terukur
Jika pada layanan live TV-streaming, untuk
mendapatkan delay dari layanan yang diakses,
dilakukan dengan cara selang waktu saat layanan
dipanggil sampai dengan layanan disajikan ke sisi
perangkat luaran [6][7] dirumuskan pada
persamaan 2.
delay = Tsajikan Tklik ................. Pers. (2)
dimana Tsajikan adalah waktu dimana layanan telah
tertampil, untuk live TV-streaming yaitu audio dan
moving-image; Tklik adalah waktu dimana layanan
di-request oleh pengguna melalui media akses
antar-muka yang ditampilkan. Oleh sebab nilai
throughput dan delay berbanding terbalik, maka
level performansi pada tingkat proporsional pada
durasi file video-streaming yang berjalan off-line
dapat ditunjukkan pada Tabel 1. dan 2. yang
diturunkan dari gambar 1[3][5].

Gambar 1. Model teknik pengukuran performansi


secara proporsional
Pada Gambar 1., performansi layanan
ditunjukkan pada level good (untuk delay) dan level
poor (untuk throughput).
Tabel 1. Tingkat rentang nilai performansi untuk
parameter delay
Rentang nilai
Performansi
excellence
da di < 1.5da
good
1.5da di < 2da
poor
di 2da
dimana:
da : delay normal; di : delay aktual

17

Tabel 2. Tingkat rentang nilai performansi untuk


parameter throughput
Rentang nilai
Performansi
poor
Ta ti < 1.5Ta
good
1.5Ta ti < 2Ta
excellence
ti 2Ta
dimana:
Ta : throughput normal
ti : throughput aktual
2.3 Internet Connection Sharing
Metode
yang
digunakan
untuk
mendistribusikan layanan dari jaringan publik
internet ke sejumlah host-computer pada client pada
area jaringan privat adalah internet connection
sharing, seperti ditunjukkan pada gambar 2.
Metode internet connection sharing tidak mengenal
dan tidak tergantung pada platform sistem operasi
yang digunakan, namun bergantung pada sistem
perangkat yang digunakan, yakni harus berbasiskan
sistem komputer [2].

Gambar 2. Model internet connection sharing pada


jaringan komputer
Metode internet connection sharing juga
tidak bergantung kepada jenis pengalamatan yang
digunakan, namun untuk memudahkan sinergisitas
pengalamatan antara jaringan privat yang
membutuhkan akses informasi dengan jaringan
publik yang menyediakan layanan, maka umumnya
penyedia
layanan
pada
jaringan
publik
menyesuaikan jenis pengalamatan khusus yang
digunakan, dengan tujuan untuk memudahkan akses
layanan.

Gambar 3. Model pembagian sumber-daya yang ditetapkan


Oleh sebab itu khusus untuk penggunaan
IPv6 dimana saat ini masih bersifat khusus dan
belum umum, pada metode internet connection
sharing sebagai dukungan digunakan teknik
tunneling; yakni betujuan untuk homogenitas
saluran akses dari jaringan privat client kepada
jaringan publik server tujuan.

3. Metode Penelitian dan Kebutuhan


Perangkat
Pada penelitian ini metode penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif dengan cara pengamatan
secara langsung, dimanan parameter delay diambil
menggunakan stopwatch yakni terhitung mulai layanan
live TV-streaming diakses sampai dengan audio dan
moving-image serentak disajikan di sisi client.

18

Sedangkan parameter transfer-rate dan jitter


diambil menggunakan Wireshark [6][7].
Kapabilitas tools ini dapat melakukan proses
sniffing terhadap rangkaian packet-data yang
berjalan
secara
real-time,
sehingga
memudahkan dalam pengambilan parameter
performansi yang diinginkan dan dibutuhkan.
Untuk kebutuhan perangkat disajikan
pada Tabel 3., dimana kebutuhan perangkat
keras menyesuaikan dengan spesifikasi terhadap
kebutuhan perangkat lunak yang digunakan.
Tabel 3. Kebutuhan perangkat lunak
Tools
Deskripsi dan fungsi
Linux Ubuntu v12.04
sistem operasi pada
server jaringan privat
Shorewall6
manajemen kanal data
Gogoc
Tunneling
Radvd
distribusi IP di sisi client
Wireshark
pengukuran performansi
Model pembagian sumber daya yang
digunakan pada pengujian dalam penelitian ini
seperti ditunjukkan pada Gambar 3, dimana ada
dua cluster masing-masing seimbang yakni 50%
dari total sumber-daya yang tersedia dalam
cluster pertama, untuk empat client; dan 50%
cluster lain untuk dua client. Harapan yang
diinginkan dengan pola pembagian sumber-daya
seperti ini adalah mendapatkan keseimbangan
hasil performansi layanan jaringan nantinya.
Berdasar perhitungan yang telah
dilakukan, didapatkan pada cluster-1 dengan
empat client, bandwidth yang diberikan masingmasing 128Kbps, sedangkan pada cluster-2
dengan dua client, ditetapkan masing-masing
256 Kbps.

4. Hasil dan Pembahasan

Gambar 5. Hasil manajemen kanal data yang telah


dikonfigurasi pada server
Bagaimana mendefinisikan rule/filter yakni
dengan script: nano /etc/shorewall6/tcrules. Sedangkan
hasil konfigurasi dengan tools Radvd ditunjukkan pada
Gambar 6. seperti telah diinformasikan sebelumnya,
bahwa
Radvd
berperan
untuk
melabelkan
pengalamatan IPv6 kepada setiap terminal-client dalam
jaringan privat.

Gambar 6. Hasil konfigurasi dengan Radvd

Gambar 7. Hasil cuplikan oleh Wireshark pada


komputer A1 sebelum manajemen kanal
data dilakukan

Hasil konfigurasi yang telah dilakukan


pada server untuk mekanisme manajemen kanal
data terlihat pada Gambar 4., dimana tools
Shorewall berhasil dijalankan.

Gambar 8. Hasil cuplikan oleh Wireshark pada


komputer A1 setelah manajemen kanal
data dilakukan

Gambar 4. Hasil jalannya tools Shorewall


dengan IPv6

Selanjutnya untuk hasil pengukuran berdasar


pengamatan yang dilakukan ditunjukkan pada Tabel 4
sampai dengan 9. Dan berikutnya jika diformulasikan
dalam bentuk kurva pada Gambar 9 sampai dengan 11,
maka dapat disebutkan bahwa implikasi dari
manajemen kanal data yang telah diimplementasikan
memberikan pengaruh signifikan pada performansi
layanan jaringan yang dijalankan.

19

150

delay

Tabel 4. Hasil pengukuran pada komputer A1

100

sebelum
sesudah

50
0
client-1 client-2 client-3 client-4 client-5 client-6
client

Tabel 6. Hasil pengukuran pada komputer A3

Gambar 9. Perbandingan hasil implikasi teknik


manajemen kanal data pada parameter
delay
transfer-rate (Mbps)

Tabel 5. Hasil pengukuran pada komputer A2

0.25
0.2
0.15

sebelum

0.1

sesudah

0.05
0
client-1 client-2 client-3 client-4 client-5 client-6
client

Tabel 7. Hasil pengukuran pada komputer A4

Gambar 10. Perbandingan hasil implikasi teknik


manajemen kanal data pada parameter
transfer-rate

Tabel 8. Hasil pengukuran pada komputer B1

jitter (ms)

0.04
0.03
sebelum

0.02

sesudah

0.01
0
client-1 client-2 client-3 client-4 client-5 client-6
client

Tabel 9. Hasil pengukuran pada komputer B2

Untuk lebih jelasnya, masing-masing client


pada jaringan privat, dapat dilabelkan sebagai
berikut dengan tujuan menyederhanakan
penyajian data secara teknis:
Komputer A1: client-1
Komputer A2: client-2
Komputer A3: client-3
Komputer A4: client-4
Komputer B1: client-5
Komputer B2: client-6
Dari hasil pengujian untuk parameter
delay, bahwa setelah manajemen kanal data
dilakukan, terjadi penambahan delay dengan
ratio 1.34; untuk transfer-rate terjadi penurunan
kapasitas dengan ratio 0.64; dan pada nilai jitter
didapatkan ratio sebesar 0.9.

Gambar 11. Perbandingan hasil implikasi teknik


manajemen kanal data pada parameter
jitter
Terjadinya pengaruh signifikan terhadap
performansi layanan jaringan akibat implementasi
teknik manajemen kanal data tidak terlalu memberi
gangguan berlebihan mengingat ratio perubahan tidak
memberi nilai terlalu tinggi, setidaknya masih di bawah
nilai ratio 1.5. Dengan demikian secara keseluruhan
pola pembagian proporsional dengan pendekatan
melihat jumlah terminal-client yang telah dilakukan
dalam penelitian ini menunjukkan hasil dalam keadaan
baik.

5. Kesimpulan
Berdasar implementasi dan hasil pengujian yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Performansi layanan jaringan yang diperoleh
dalam keadaan yang masih dapat ditoleransi,
b. Kualitas layanan suatu jaringan diperoleh berdasar
performansi layanan tersebut yang bergantung
pada pilihan pola pembagian sumber-daya yang
tersedia,
c. Secara sederhana manajemen kanal data dapat
dilakukan berdasar pendekatan proporsional

20

d.

e.

dengan melihat jumlah client dan


pembagian cluster yang ditetapkan. Oleh
sebab itu sangat penting penambahan
jumlah client berdasar kapabilitas sumberdaya yang tersedia dan dimiliki dalam
jaringan,
Manajemen kanal data tidak terpengaruh
oleh jenis pengalamatan yang digunakan,
namun bergantung pada kapasitas kanal
data yang tersedia pada jaringan privat serta
bandwidth dari saluran jaringan publik
yang diperoleh atau dimiliki.
Nilai throughput suatu kanal-data diperoleh
dari rata-rata transfer-rate yang berjalan,
dan maksimal nilai throughput kanal data
sebesar dengan kapasitas bandwidth yang
tersedia.

Daftar Pustaka
[1] Bouillet, E., Mitra, D., Ramakrishnan, K.G.
"The structure and management of service
level agreements in networks".IEEE
Journal
on
Selected
Areas
in
Communications, Volume: 20, Issue: 4.
p.691-699.
[2] Hwang, W.S., Tseng, P.C. "A QoS-aware
residential gateway with bandwidth
management". IEEE Transactions on
Consumer Electronics, Volume: 51, Issue:
3. p.840-848.
[3] Li, Y., Kouvatsos, D., Xing, W.
"Performance modelling and bandwidth
management of WiMAX systems". 1st
International Conference on Wireless
Communication, Vehicular Technology,
Information Theory and Aerospace &
Electronic Systems Technology, 2009.
Wireless VITAE 2009. p.485-491.
[4] Park, H., van der Schaar, M. "Bargaining
Strategies for Networked Multimedia
Resource Management". IEEE Transactions
on Signal Processing. Volume: 55, Issue: 7.
2007. p.3496-3511.
[5] Shan, T., Yang, O.W.W. "Bandwidth
Management for Supporting Differentiated
Service Aware Traffic Engineering". IEEE
Transactions on Parallel and Distributed

Systems. Volume: 18, Issue: 9. 2007. p.1320-1331.


[6] Simamora, S.N.M.P., Aprianti, D., Iskandar, M.
Idham, "Analisis Performansi Kanal-Data pada
Layanan TV-Streaming menggunakan Metode
XYZ dalam Jaringan Intranet", Jurnal TEKNO
Insentif, Kopertis Wilayah IV Jawa Barat, Volume
6 No. 2, Oktober 2012. hal: 1-8. ISSN: 1907-4964.
[7] Simamora, S.N.M.P., Juhana, T., Kuspriyanto,
Setiawan, N. IPv6 Addressing Technique based
Dynamic Host Configuration Protocol in Mobile
Ad-hoc Network, The 7th International
Conference on Telecommunication Systems,
Services, and Applications (TSSA) 30-31 October
2012, STEI-ITB. Denpasar. Bali. hal:280-283
ISBN: 978-1-4673-4549-1.
[8] Tang, D., Baker, M. "Analysis of a Local-Area
Wireless Network". In Proceedings of ACM
MobiCom00, pages 110.
[9] Wang, X.G., Min, G., Mellor, J., Al-Begain, K. "A
QoS-based Bandwidth Management Scheme in
Heterogeneous Wireless Networks".International
Journal of Simulation Systems, Science &
Technology. Vol.15, No.1-2. p.9-17.

Riwayat Penulis
S.N.M.P. Simamora, S.T., M.T. adalah peneliti utama
di Pusat Studi Teknologi Nirkabel & Bergerak
(PUSDITEK), Politeknik TELKOM, dapat dihubungi
pada telp.08881950700, dan saat ini sedang menempuh
program Doktor di STEI-ITB. Jl. Ganesha No. 10,
Bandung 40132, Indonesia
Bidang kajian yang digeluti selama ini adalah
MANET, pengukuran performansi kanal data dan
jaringan,
pengukuran
QoS,
dan
wireless
communication
network;
email:
sihar_st@students.ee.itb.ac.id
A. S. Fauzi, AMd. adalah alumni program studi
Teknik Komputer dan anggota peneliti di Pusat Studi
Teknologi Nirkabel & Bergerak (PUSDITEK),
Politeknik TELKOM. Jl. Telekomunikasi No.1,
Bandung, 40257, Indonesia. Bidang kajian yang
digeluti adalah konfigurasi dan instalasi jaringan
komputer untuk interkoneksi, terapan manajemen kanal
jaringan, dan teknik instalasi LAN berbasis platform
Linux; email: pusditekpolitel@gmail.com

21

Jurnal Tekno Insentif Kopwil4, Volume 7, No. 2, Oktober 2013


ISSN: 1907-4964, halaman 21 s.d. 29

KAJIAN TRANSFORMASI BENTUK DAN TATANAN MASSA BANGUNAN


DI KAWASAN BANDUNG SUPER MALL
Oleh:
Dewi Parliana, Arief Nirwan M., Sri Nurhasana, Habibi
Teknik Arsitektur, ITENAS Bandung

Abstrak - Pada lokasi kawasan strategis pusat perbelanjaan Bandung Super Mall, hadir dua hotel berstandar
internasional yaitu Trans dan Ibis serta wahana rekreasi indoor/outdoor terbesar Trans Studio yang sedang dalam
tahap pembangunan. Sebuah master plan perencanaan pengembangan kawasan dari fungsi tunggal menjadi
kawasan multi fungsi lengkap dengan fasilitas modern pendukung sistem aktivitas sosialnya, berhasil dirancang
oleh perusahaan konsultan dari Singapura (DP. Arsitek) tanpa menggangu integritas kawasan. Melalui laporan
penelitian bermetode deskriptif analitik ini, diharapkan mampu mengkaji lebih rinci perencanaan pengembangan
kawasan yang memberi pengalaman baru bagi pengunjung baik luar atau dalam kota tersebut. Berdasarkan
pengamatan yang diperoleh, kunci keberhasilan perencanaan perancangan kawasan terfokus pada optimalisasi
pemanfaatan ruang untuk fungsi baru dan potensi tampilan fisik hasil dari transformasi bentuk dan tatanan massa
yang matang. Bertransformasinya satu bentuk massa geometri berpola tatanan linear menjadi gabungan tiga
bentuk massa geometri berpola tatanan cluster, menciptakan ruang antara (inercourt untuk skala kawasan)
sebagai pusat orientasi seluruh massa. Adanya pusat oerientasi tersebut, diharapkan dapat mendukung
perpaduan berbagai sistem aktivitas sosial dan pendukungnya yang tetap berada dalam satu integritas kawasan,
sehingga mampu meningkatkan daya tarik kawasan Bandung Super Mall.
Kata kunci: Kawasan Multi Fungsi, Transformasi Bentuk dan Tatanan Massa.
Abstract - At the location of a strategic area of Bandung Super Mall shopping center, will present
two internationalstandard hotels are Trans and Ibis and the largest recreational indoor /outdoor Studio
Trans under construction. A master plan area development planning from a single function to multi function
area complete with modern facilities supporting system of social activities, designed by a consulting
firm from Singapore (DP. Architect) without disturbing the integrity of the region. Through a research
reportwith this analytic descriptive method, is expected to review the more detailed planning of the development
of the area that provide new experiences for visitors either outside or within the city. Based on observations
obtained, the key to successful urban design planning focused on optimizing the utilization of space for
new functions and
potential
physical
appearance results from
the transformation
of
form
and structure of mature mass. Transformation from one form of mass linear geometric patterned into a
joint arrangement of three geometric forms patterned order of the cluster mass, creating a space between
(inercourt to scale region) as the central orientation of the entire mass. The existence of such orientation
center, expected to support the combination of various social activities and supporting systems which remain
in the integrity of the region so as to increase the attractiveness of the area of Bandung Super Mall.

Keywords: Multi-Function Area, Transformation of the Form and Order Mass.


Di antara demikian banyak pemahaman
tentang arsitektur, arsitektur dikenal juga sebagai
suatu tradisi yang berkembang. Dari waktu ke waktu
wajah arsitektur selalu mengalami perubahan. Halhal yang mempengaruhi perkembangan dan
pengembangan arsitektur tidak hanya berupa
keadaan eksternal, tetapi juga keadaan internal.
Keadaan
eksternal
adalah
keadaan
yang
melingkungi atau mengitari kehadiran arsitektur,
seperti keadaan geografik, geologik, iklim, bahan
bangunan, budaya dan pranata masyarakat, sejarah
ataupun agama. Keadaan internal adalah segenap

keadaan yang berada di dalam diri perancang dan


pembangun seperti paham atau pola pikir serta pola
penalaran, kemampuan teknologi dan berteknologi,
daya imajinasi dan daya kreasi, dan semacamnya.

1. Pendahuluan
Salah satu mall terbesar yang ada di kota
Bandung ialah Bandung Super Mall. Mall ini
didirikan pada tahun 2001, dengan lokasi yang
strategis yaitu di Jl. Gatot Subroto No. 289 (Gambar
1.). Mall ini terdiri dari 5 lantai dengan penyewa -

22
penyewa yang sudah ternama, baik dari skala
nasional
maupun
internasional.
Beberapa
penyewanya antara lain Metro Department Store,
Gramedia, BSM XXI, KFC, Kota Fantasi, Giant
Hypermarket, dan masih banyak lagi.

gambaran nyata. Bentuk lebih sering dimaksudkan


sebagai pengertian massa atau isi tiga dimensi.
Konfigurasi bentuk dapat dimanipulasi untuk
membentuk suatu daerah atau volume ruang
tersendiri. Pengorganisasian bentuk mempengaruhi
kualitas visual dari ruang yang terbentuk.
Pengorganisasian bentuk terdiri dari empat macam,
antara lain:
1. Artikulasi Bentuk: Penegasan bentuk atau
organisasi disini berarti cara bagaimana
permukaan suatu bentuk secara bersama-sama
membentuk suatu wujud dan volume.
2. Sifat-sifat Bentuk: Bentuk memiliki sifat-sifat
tertentu yang dapat menentukan pola dan
komposisi unsur-unsurnya. Sifat-sifat bentuk
yaitu:
Posisi: Letak dari sebuah bentuk adalah
relatif
terhadap
lingkunganya
atau
lingkungan visual dimana bentuk tersebut
terlihat.

Orientasi: Arah dari sebuah bentuk relatif


terhadap bidang dasar, arah mata angin,
bentuk-bentuk benda lain, atau terhadap
seseorang yang melihatnya.
Gambar 1. Suasana kawasan Bandung Super Mall
Bandung Super Mall merupakan mall dengan
konsep sebagai penyedia seluruh kebutuhan
keluarga dalam satu tempat. Selain itu untuk
meningkatkan daya tarik kawasan
terhadap
pengunjung, kawasan mall ini bertransformasi pada
bentuk dan tatanan massa bangunannya. Fasilitas
yang telah ada di tambah dengan fasilitas baru
seperti wahana permainan Trans Studio Bandung,
yang merupakan cabang kedua setelah Trans Studio
Makassar dan hotel dengan kelas setara bintang V.
Pengembangan kawasan ini mulai dibangun pada
pertengahan tahun 2010 dan selesai pada tahun
2011. Dalam perencanaanya kawasan Bandung
Super Mall, kawasan ini akan menjadi satu kawasan
binaan baru baik pada konsep penataan ruang luar,
maupun pada
bentuk masa bangunan. Pada
dasarnya tujuan penambahan massa pada kawasan
ini adalah menyatukan gaya hidup dan hiburan
sekaligus memberikan solusi terpadu untuk segala
aspek kehidupan masyarakat kota.
Bentuk sering kali digunakan untuk
menggambarkan struktur formal dalam sebuah
pekerjaan, sebagai salah satu cara dalam menyusun
dan mengkoordinasi unsur-unsur dan bagian-bagian
dari suatu komposisi untuk menghasilkan suatu

Inersia visual: Merupakan tingkat konsentrasi


dan stabilitas, suatu bentuk inersia visual
tergantung pada geometri dan orientasinya
relatif terhadap bidang dasar, gaya tarik bumi
dan garis pandang manusia.
3. Transformasi Bentuk: Bentuk pada umumnya
merupakan hasil dari perubahan benda melalui
variasi-variasi yang timbul akibat manipulasi
pada bentuk tersebut atau akibat penambahan
maupun
pengurangan
elemen-elemennya.
Beberapa perubahan yang dapat terjadi dalam
bentuk yaitu:
Perubahan Dimensi
Pengurangan bentuk (Subtractive)

Penambahan bentuk (Additive)

23

4. Klasifikasi Bentuk dan Massa:


Bentuk linear
Bentuk grid
Penggabungan bentuk geometri
Penegasan bentuk
Penegasan permukaan
5. Faktor Yang Mempengaruhi Bentuk Massa
Garis: Elemen garis menghubungkan secara
langsung dua tempat dengan satu deretan
massa. Untuk massa tersebut bisa dipakai
sebuah deretan bangunan ataupun sebuah
deretan pohon yang memiliki rupa masif.
Koridor Elemen koridor yang dibentuk oleh
dua deretan massa (bangunan atau pohon)
membentuk sebuah ruang
Sisi: Elemen sisi sama dengan elemen garis,
menghubungkan dua kawasan dengan satu
massa. Namun pada elemen sisi ini, perbedaan
dari deretan massa penghubung dibuat secara
tidak langsung, sehingga tidak diperlukan
sebuah garis yang massanya agak tipis, bahkan
hanya berupa sebuah wajah yang massanya
kurang penting. Elemen tersebut bersifat
massif di belakang tampilannya, sedangkan di
depan bersifat spasial.
Sumbu: Elemen sumbu mirip dengan elemen
koridor namun memiliki sifat spasial.
Perbedaan dengan elemen koridor terletak pada
dua daerah yang dihubungkan oleh elemen
tersebut.
Irama: Elemen irama menghubungkan dua
tempat dengan variasi massa dan ruang.
Elemen ini jarang diperhatikan dengan baik,
walaupun juga memiliki sifat yang menarik
dalam menghubungkan dua tempat secara
visual.

2. Metodologi
Untuk mempelajari perubahan kawasan
dipakai pendekatan studi a) tipologi morfologi, yaitu
metoda yang mengamati fisik kota yang mengalami

perubahan karena pembangunan baru b) Kota


diamati dan dipandang dari sudut arsitektur yaitu
mempelajari fenomena perubahan artefak dan ruang
c) Dalam mengamati perubahan struktur kawasan
dapat digunakan pendekatan teori figure ground,
linkage, dan place.
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah
dengan membaca fenomena yang terjadi di beberapa
kasus bagian-bagian kota, khususnya pada
Transformasi kawasan-kawasan yang terdapat
pembangunan baru. Karena penelitian ini juga
merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan
untuk memberi penjelasan (explanatory), maka cara
yang diambil dalam penelitian ini melalui penalaran
induktif, yaitu memperoleh kesimpulan-kesimpulan
umum dari sejumlah kasus tunggal.
Pendekatan penelitian yang dipakai dalam
melaksanakan penelitian ini adalah dengan
grounded theory, yaitu jenis penelitian kualitatif
yang mempunyai sasaran secara induktif
menghasilkan sebuah teori dari hasil data-data yang
didapat. Pada model penelitian ini peneliti
membangun substantive theory yang berbeda dari
grand atau formal theory.
Metoda Pengumpulan Data
a. Observasi lapangan pada kawasan Bandung
Super Mall, dengan perolehan data berupa Fotofoto yang memperlihatkan perubahan pada
bentuk dan tatanan massa bangunan di kawasan
Bandung Super Mall.
b. Melakukan studi literatur, mengenai landasan
teori yang berkaitan dengan objek pengamatan,
yaitu berupa literatur mengenai bentuk dan
tatanan massa bagunan.
c. Melakukan wawancara dengan arsitek atau tim
perancang pengembang kawasan Bandung Super
Mall, dengan hasil berupa konsep pengembangan
bentuk adan tatanan massa bangunan di kawasan
Bandung Super Mall.
Metode Analisis Data
Metode penelitian yang kami gunakan untuk
menjelaskan potensi dan permasalahan dalam
penelitian kajian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, yaitu metode penelitian yang dilakukan
dengan membaca fenomena yang terjadi pada
perubahan tatanan dan bentuk massa bangunan di
kawasan Bandung Super Mall.

24

MALL
HOTEL

TRANS STUDIO

BANK

Gambar 2. Zoning horizontal BSM baru

Gambar 3. Perspektif Bird Eye View Kawasan BSM lama

25

Gambar 4. Perspektif Bird Eye View Kawasan BSM baru

3. Hasil Pembahasan
Dari analisis data survey yang diperoleh,
dapat di sampaikan bahwa konsep Bandung Super
Mall lama memilih mengoptimalisasikan satu massa
yang dapat menampung banyak kebutuhan ruang
untuk memenuhi segala aktivitas perbelanjaan.
Konsep ini muncul dari keinginan untuk lebih
mengutamakan wujud kemandirian bentuk, sehingga
dalam usaha memperkuat sebuah karya tunggal yang
akan ditonjolkan dikawasan tersebut.
Karya tunggal ini, diterjemahkan dalam
bentuk massa linear dan berpola linear sebagai
respon terhadap kondisi dan bentuk site. Tidak ada
ruang antara (inercourt skala kawasan) dan sulitnya
membuat fokus orientasi massa merupakan sebuah
tantangan dari sebuah karya tunggal. Massa
bangunan dikemas dalam bentuk box (primer)
berbidang masif, tabung dan piramid (sekunder)
berselimut material Transparant. Konsep ini diambil
untuk memunculkan integritas sebuah kawasan
komersil.
Sedangkan konsep Bandung Super Mall baru
memilih penggabungan bentuk massa geometri yang
menciptakan pola cluster untuk mendapatkan ruang
antara dalam blok (inercourt untuk skala kawasan)
sebagai pusat orientasi. Fungsi komersial pendukung

menjadi hal dipertimbangkan sebagai potensi fungsi


yang mampu menjadi penghubung antara fungsifungsi utama kawasan: mall, hotel, Trans studio dan
perkantoran, sekaligus menghidupkan aktivitas
sosial pada ruang-ruang kawasan. Konsep penataan
disusun dengan pendekatan peningkatan kualitas
bangunan lama dan mengintegrasikan aktivitas
publik ke dalam sebuah tatanan fisik kawasan baru.
Sikap ini bertujuan untuk menciptakan konsep
penataan yang paling rasional dan relevan sebagai
pemecahan permasalahan pada kawasan.
Dari penjelasan di atas di dapat sebuah
kesimpulan bahwa konsep perubahan yang terjadi
berawal dari adanya keinginan dari pemilik
kawasan, agar Bandung Super Mall dapat
berkembang menjadi kawasan fungsi campuran
terpadu, namun fungsi pendukung aktivitas formal/
informal kawasan tetap terintegrasi dalam kesatuan
sistem aktivitas ruang. Kesimpulan hasil analisa
tersebut, dapat
menjadi dasar
acuan
pengembangan penelitian selanjutnya mengenai
bentuk dan tatanan massa.
3.1. Konsep pengembangan
Bandung Super Mall ingin berkembang dari
kawasan dengan fungsi tunggal yang diwujudkan
dalam massa tunggal menjadi kawasan multi-fungsi

26
yang diwujudkan dalam multimassa sebagai langkah
optimalisasi pemanfataan ruang dalam kawasan.
Dua hotel yaitu Hotel Trans dan Hotel Ibis serta satu
wahana rekreasi indoor dan outdoor Trans Studio
adalah fungsi-fungsi baru yang ingin di tambahkan
di kawasan tersebut. Keinginan
tersebut
menimbulkan
tantangan
pada
konsep
pengembangannya yang harus mewadahi multi
fungsi tersebut dalam multi massa dan berbagai
sistem aktivitas sosialnya, tanpa menggangu
integritas
kawasan
Bandung
Super
Mall.
Menanggapi tantangan tersebut, perancang mencoba
menjawabnya dengan melakukan Transformasi
bentuk dan tatatan secara terintegrasi.
3.2. Transformasi bentuk
Mengenai perubahan bentuk dasar dan
pengolahan dari masing-masing massa dapat
disimpulkan antara lain:

Selanjutnya untuk di sisi bagian selatan yang


berhadapan langsung dengan koridor jalan utama,
arsitek melakukan 2 kali subtraktif bentuk
lingkaran tabung berdiameter 15 m memotong
penuh tinggi massa dan 20 M memotong tinggi
massa di ujung sudut balok 2. Pengolahan subtraktif
dengan hirarki pemotongan tersebut dilakukan
arsitek untuk mengejar sebuah bidang membetuk
ruang penerima berupa plaza (orientasi ke dua) yang
di pertajam dengan ditempatkannya miniatur tabung
sebagai aksen kedua pemotong dan bukaan yang
lebar pada balok 2 bagian depan.

A
Gambar 6. Massa A Mall

Transformasi pada massa lama (A):


Bentuk dasar massa tersebut adalah sebuah
balok 1 yang di letakan di tengah site rapat ke
sebelah timur persil dengan posisi linear memanjang
utara-selatan dan satu buah balok 2 merupakan
penggandaan dari balok 1 yang diputar horizontal
sekitar 200 kemudian diputar vertikal sekitar 200
sehingga memunculkan satu
massa terjungkit
seakan tumbuh dari poros balok 1 yang bertanda
piramid sebagai aksen pertama tepat diatas poros
tersebut. Hal tersebut dilakukan arsitek untuk
mengejar vocal point sebuah entrance dan sebagai
orientasi kesatu yang menghadap ke arah barat.

Gambar 5. Isometri massa A

Selajutnya pengolahan additif terjadi


dibagian depan balok 1 berupa perpanjangan podium
entrance sebagai vocal point entrance dan sebagai
orientasi ketiga yang menghadap ke arah selatan.
Selanjutnya untuk merespon aspek klimatologi dan
sebagai eye catcher, massa bangunan di selimuti
dinding masif bermaterial keramik glossy dan
allucubon stainless dengan pemasangan dirotasi 900
untuk menghasilkan efek garis pada bidang yang
lebar. Jadi nilai arsitektural yang dihasilkan adalah 3
orientasi, 2 aksen penunjang dari piramid dan
tabung, 1 ruang penerima plaza dan eye catcher dari
sebuah massa besar tunggal berbidang masif dengan
efek garis yang menyelimutinya pada satu kawasan
yang luas.
Transformasi pada massa baru (A):
Bentuk massa baru
tidak mengalami
perubahan, tetap sama dengan bentuk massa lama
(A). Facade massa baru mengalami perubahan,
dimana seluruh bidang masif massa lama yang
bermaterial keramik glossy dan alucubon stainless
tersebut diganti material kaca dan alucubon

27
stainless dengan pola pemasangannya dibuat lebih
artistik. Hal tersebut di lakukan untuk memberikan
kesan dekat dengan alam terbuka yang mendukung
wahana studio Trans sebagai area komersil
berselimut rekreasi.
Transformasi pada massa baru (B):
Bentuk awal dari
satu balok (podium)
diletakan memanjang horisontal dan dua balok
(tower Ibis dan
Trans) yang berdiri vertikal
diatasnya. Balok (podium) mengalami subtraktif
yang pertama di bagian tengah yang mengarah ke
selatan. Subtraktif tersebut di fungsikan sebagai
setback massa terhadap sempadan jalan yang
menghasilkan vocal point untuk orientasi menuju
entrance atau drop off pengunjung dari kendaran
menuju dua tower. Subtraktif ke dua di ujung barat
sudut yang berhadapan dengan plaza sebagai
perpanjangan dari subtraktif massa (A). Subtraktif
dibagian tersebut dilakukan untuk memperkuat
fungsi plaza

lantai 4 bangunan mall menuju podium hotel Ibis


dan Trans dengan view ke luar yang dinamis untuk
mengoptimalkannya.

Selanjutnya pada tower Trans, bentuk


awalnya adalah balok vertikal yang diletakan linear
mengikuti sisi pendek di ujung atas massa podium
sebelah
barat
kemudian
balok
tersebut
bertransformasi dengan merotasi massa linear
balok mengikuti derajat bidang podium tersubtraktif
tersebut, sehingga kesan meruangnya plaza menjadi
lebih tinggi. Sementara untuk tower Ibis, bentuk
massa balok vertikal yang diletakkan linear
mengikuti di ujung atas massa podium sebelah
timur.
Massa tersebut tidak mengalami
transformasi. Hal itu dilakukan untuk memperkuat
kesan bidang datar (flat) memanfaatkan sisi panjang
persil sebelah timur yang relatif lurus.

Gambar 7. Isometri massa B


Sebagai titik orientasi dua massa dan juga
ruang penerima pejalan kaki menuju ke dua massa
diantaranya.

B
Gambar 9. Isometri massa C

Gambar 8. Massa B Hotel


Untuk memperkuat kesan kesatuan antara
massa A dan B, maka arsitek menempatkan sebuah
sky bridge pada bagian depan atas bagian foodcourt

Transformasi pada massa baru (C):


Bentuk awal dari masa (C) adalah satu balok
yang di letakan linear mengikuti sisi pendek persil
dengan sebagian massanya di sebelah selatan
berdempetan dengan ujung sisi pendek massa (A) di
bagian utara. Dengan perletakan massa seperti itu,
perancang mendapatkan
ide untuk melakukan

28
penggabungan massa (C) dan (A)
dengan
memanfaatkan
sisitem
dilatasi
sehingga
memunculkan kesan bahwa massa (C) tersebut
merupakan perpanjangan dari massa (A) dan
menumbuhkan ruang Transisi penghubung antar
ruang dalam massa (A) dan
massa (C).
Selanjutnya untuk mewadahi besarnya
kebutuhan ruang sebuah wahana rekreasi indoor,
maka arsitek mengaditif massa (C)
dengan
menambah atau menarik setengah sisi panjangnya
(sisa penggabungan dengan massa (A) ke arah
selatan sejauh sisi panjang massa (A) sehingga
massa (C) menjadi berbentuk huruf L. Dengan
Transformasi bentuk massa seperti itu menimbulkan
satu pusat orentasi antara massa (A) dan (C),
sekaligus menjadi pusat orientasi utama multi massa
di dalam kawasan.

4. Kesimpulan
Dengan adanya penambahan massa bangunan
pada kawasan Bandung Super Mall, terdapat
beberapa pengalihan fungsi pada kawasan tersebut,
seperti halnya pengalihan fungsi ruang terbuka area
parkir, hampir setengahnya dialih fungsikan menjadi
massa bangunan Trans Studio Bandung dan hotel.
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, kunci
keberhasilan perencanaan perancangan kawasan
terfokus pada optimalisasi pemanfaatan ruang untuk
fungsi baru dan potensi tampilan fisik hasil dari
transformasi bentuk dan tatanan massa yang matang.
Bertransforamsinya satu bentuk massa geometri
berpola tatanan linear menjadi gabungan tiga bentuk
massa geometri berpola tatanan cluster, menciptakan
ruang antara (inercourt untuk skala kawasan)
sebagai pusat orientasi seluruh massa. Adanya pusat
orientasi tersebut, diharapkan dapat mendukung
perpaduan berbagai sistem aktivitas sosial dan
pendukungnya yang tetap berada dalam satu
integritas kawasan sehingga mampu meningkatkan
daya tarik kawasan Bandung Super Mall.

Gambar 10. Bentuk akhir massa C Wahana

Gambar 11. Penggabungan 3 massa

3.3. Transformasi tatanan


Transformasi tatanan merupakan hasil akhir
dari transformasi bentuk masing-masing massa.
Dengan merubah satu bentuk massa geometri
berpola tatanan linear yang beralaskan sebagai
respon terhadap kondisi dan bentuk site kawasan
menjadi gabungan tiga bentuk massa geometri
berpola tatanan cluster sehingga menciptakan ruang
antara dalam blok (inercourt untuk skala kawasan)
sebagai pusat orientasi seluruh massa. Adanya pusat
oerientasi tersebut, diharapkan dapat mendukung
terjadi perpanduan berbagai sistem aktivitas sosial
dan pendukungnya yang tetap berada dalam satu
integritas kawasan Bandung Super Mall.

Gambar 12. perspektif Bandung Super Mall

5. Daftar Pustaka
1) Shirvani, Hamid;1985; Urban Design Proces;
Van Nostrand Reinhold, New York.
2) Salvan, George; 1986; Architecture theory of
design; Quezon City; GMC Tress
3) Ching, DK; 1990; Pengantar Perancangan
Ruang; terjemahan Edwart Hutabarat;
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
4) Zahnd, Markus;1999; Perancangan kota secara
terpadu: Teori perancangan kota dan
penerapannya; Yogyakarta; Kanisius

29
5) Warpani, Suwardjoko; 1984; Analisis Kota dan
Daerah; ITB; Bandung
6) Hack, Gary; 1988; Perencanaan Fisik dan
Perencanaan Kota; Erlangga; Jakarta
7) Moughtin, Cliff; 1992; Urban Design Street and
Square,
Third
Edition;Architectural
Press; Burl;ington city
8) Dinas Tata Kota; 2007; Pedoman Pelaksanaan
Pemanfaatan Ruang WP Karees; Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan. Dinas Tata
Kota Bandung; Bandung, Indonesia
9) PT.
Total
Bangun
Persada;
<http:www.DParsitek.co.id>;
diakses
tanggal 24 februari 2011
10) Edward T. White; 1985; Analisis Tapak
Pembuatan Diagram Informasi Bagi
Perancangan
Arsitektur,
Intermedia,
Bandung,
11) Joseph De Chiara dan Lee E; 1994:
Koppelman,
Standar Perencanaan
Tapak, Erlangga; Jakarta.
12) Kim W. Todd; 1995; Tapak, Ruang Dan

Struktur, Intermatra Bandung


13) Richard Untermann & Robert Small;
1986; Perencanaan Tapak Untuk
Perumahan
(Jilid I: apak Berukuran
Kecil), Intermatra; Bandung.
14) Richard Untermann & Robert Small;
1986; Perencanaan Tapak untuk
Perumahan (Jilid II:Tapak Berukuran
Besar),Intermatra; Bandung.
15) Zahnd, Markus; 2007; Pendekatan Dalam
Perancangan Arsitektur (Seri strategi
arsitektur 4 : Metoda untuk menganalisi
dan merancang arsitektur secara efektif),
Kanisius Yogyakarta.

6. Riwayat Penulis
Dr. Ir. Dewi Parliana, MSP. adalah dosen Kopertis
Wilayah IV yang dipekerjakan pada Jurusan Teknik
Arsitektur Itenas Bandung sejak tahun 1990 no. HP
0818432196

30

Jurnal Tekno Insentif Kopwil4, Volume 7, No. 2, Oktober 2013


ISSN: 1907-4964, halaman 30 s.d. 35

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (SPK)


PEMILIHAN KARYAWAN TERBAIK MENGGUNAKAN METODE
ANALITYCAL HIERARCY PROCESS (AHP)
(Studi Kasus: Badan Koordinasi Pemerintahan Dan Pembangunan
Wilayah III Provinsi Jawa Barat)
Oleh:
Tety Rosianah, Erlina Dayanti
STMIK IKMI Cirebon

Abstrak - Badan koordinasi pemerintah dan pembangunan wilayah iii provinsi jawa barat adalah sebuah
badan yang berfungsi sebagai badan penyelenggara dan penetapan kebijakan koordinasi di semua bidang di
wilayah iii. Guna menunjang fungsi tersebut maka bkppw.iii provinsi jawa barat perlu ditunjang oleh sumber
daya manusia yang memiliki disiplin yang baik dan berkualitas. Bkppw.iii provinsi jawa barat secara berkala
melakukan pemilihan karyawan terbaik sebagai upaya untuk memberikan motivasi dan juga penghargaan atas
dedikasi yang diberikan oleh para karyawan dilingkungan bkppw.iii provinsi jawa barat dan sebagai reward dari
dedikasinya tersebut karyawan mendapatkan tambahan penghasilan. Dalam analisa dan perancangan perangkat
lunak ini, penulis menggunakan metode spiral yang terbagi menjadi empat quadrant, dimana setiap quadrant
merepresentasikan sebuah manajemen proses dengan tahapan-tahapan identify, design, construct dan
evaluate[1]. Penulis menggambarkannya menggunakan flow chart, diagram konteks, data flow diagram (dfd)
dan erd (entity relationship diagram). Setelah melakukan analisa, perancangan dan implementasi, penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa aplikasi ini dapat membantu bagian subag kepegawaian dan umum agar dapat
menginput data secara cepat dan benar tidak fuzzy (kabur) dan dengan waktu yang relatif cepat.

Kata Kunci: SPK, Penilaian,Metode AHP di Lingkungan BKPPW.III Provinsi Jawa Barat.
Abstract - government coordination and development region iii west java province is an entity that serves as
an organizer and policy-setting body coordination in all fields in region iii. To support these functions then
bkppw.iii west java province to be supported by human resources that have good discipline and quality.
Bkppw.iii west java province periodically poll the best employees in an effort to motivate and reward the
dedication given by the employees within the bkppw.iii west java province and as a reward of his dedication to
the employees earn extra income. Based on the problems mentioned above, it was made application decision
support system (dss) employee selection method using analitycal hierarcy process (ahp) in environmental
bkppw.iii. This application will be used by the division of human resources and general.
In the analysis and design software, a spiral method which is divided into four quadrant, where each quadrant
represents a management process with stages identify, design, construct and evaluate [1]. The author describes
using a flow chart, the context diagram, data flow diagrams (dfd) and erd (entity relationship diagram).
After doing the analysis, design and implementation, the authors can conclude that this application can help the
human resources and public subag order to enter data quickly and completely fuzzy (vague) and with a relatively
rapid.
Keyword: SPK, Assessment, Environmental BKPPW.III AHP method in West Java Province.
Pendahuluan
1.

Latar Belakang
Badan
Koordinasi
Pemerintah
dan
Pembangunan Wilayah III Propinsi Jawa Barat
adalah sebuah badan yang berfungsi sebagai Badan
penyelenggra dan penetapan kebijakan koordinasi
bidang kesekertariatan, pemerintah pembangunan
daerah, perekonomian dan kesejahteraan sosial di
wilayah III. Guna menunjang fungsi tersebut maka

Badan Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan


Wilayah III Propinsi Jawa Barat perlu ditunjang oleh
sumber daya manusia yang memiliki disiplin yang
baik dan berkualitas. Badan Koordinasi Pemerintah
dan Pembangunan Wilayah III Propinsi Jawa Barat
secara berkala melakukan pemilihan karyawan
terbaik sebagai upaya untuk memberikan motivasi
dan juga penghargaan atas dedikasi yang diberikan
oleh para karyawan dilingkungan Badan Koordinasi
Pemerintah dan Pembangunan Wilayah III Propinsi

31

Jawa Barat dan sebagai reward dari dedikasinya


tersebut
karyawan
mendapatkan
tambahan
penghasilan.
Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka
dibuatlah Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan
(SPK) Pemilihan Karyawan Terbaik Menggunakan
Metode Analitycal Hierarcy Prosess (AHP) di
Lingkungan Badan Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah.III Provinsi Jawa Barat.
Aplikasi ini nantinya dapat digunakan oleh Bagian
Kepegawaian dan Umum.
Sesuai dengan peraturan Gubernur No. 8
Tahun 2012 tentang perubahan ketiga atas peraturan
Gubernur Jawa Barat nomor 119 tahun 2009 tentang
pengukuran kinerja dalam pemberian tambahan
penghasilan bagi pegawai negeri dan calon pegawai
negeri sipil di lingkungan propinsi Jawa Barat. Pada
proses pemilihan karyawan terbaik di Badan
Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan Wilayah
III Propinsi Jawa Barat dilakukan dengan melakukan
penilaian atas prestasi kerja dengan komponen
penilaian sebagai berikut:
1. Perilaku Kerja
a. Hadir terlambat tanpa izin
b. Pulang lebih cepat tanpa izin
c. Tidak masuk kerja tanpa izin
d. Tidak
melaksanakan
tugas/perintah
kedinasan dari atasan tanpa alasan
e. Dikenai hukuman disiplin sesuai Peraturan
Pemerintah(PP) No. 53 Tahun 2010
2. Prestasi Kerja
a. Pencapaian bahan angka kredit
b. Pelaksanaan tugas tambahan
c. Ketepatan waktu penyampaian laporan
Permasalahan muncul pada ketidak tepatan
melakukan penilain, dan tingkat subjektifitas yang
tinggi pada proses penilaian karyawan tersebut.
Sehingga hasil penilaian menjadi tidak tepat, dan
bersifat fuzzy (kabur).
Dengan adanya ketidak
tepatan tersebut maka secara otomatis berdampak
pada terjadinya kesalahan pemilihan karyawan
terbaik untuk penambahan penghasilan.
2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
Terjadi penilaian yang tidak tepat yang disebabkan
oleh proses penilaian yang fuzzy (kabur) yang
menyebabkan kesalahan pada pemilihan karyawan
terbaik.
3.

Maksud dan Tujuan


Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka
maksud dari penulisan proposal skripsi ini adalah
untuk membuat aplikasi sistem penunjang keputusan
pada
pemilihan
karyawan
terbaik
dengan
menggunakan metode AHP guna menghindari
kesalahan pada proses pemilihan karyawan terbaik.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam


pembuatan sistem penunjang keputusan pada
pemilihan karyawan terbaik adalah:
Menghasilkan suatu aplikasi yang berfungsi
sebagai sistem penunjang keputusan pemilihan
karyawan terbaik dengan menggunakan metode AHP.
4.

Ruang Lingkup / Pembatasan Masalah


Dalam pembuatan aplikasi ini, terdapat
beberapa batasan masalah antara lain:
a. Penelitian dilakukan di Badan Koordinasi
Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah III
Propinsi Jawa Barat.
b. Aplikasi yang dihasilkan adalah aplikasi yang
berfungsi hanya sebagai Sistem penunjang
keputusan bukan keputusan final.
c. Aplikasi ini menggunakan metode AHP dan di
buat berbasis Web dengan menggunakan PHP
MySql dengan Framework Codeigniter.
5.

Metode Penelitian
Metode perancangan yang digunakan adalah
dengan menggunakan metode Spiral. Menurut Janer
(2010) Metode spiral berbasiskan pada kebutuhan
terhadap aplikasi secara keberlanjutan untuk
menyaring kebutuhan-kebutuhan tersebut dan
estimasi proyek secara keseluruhan.
Metode spiral terbagi menjadi empat
quadrant, dimana setiap quadrant merepresentasikan
sebuah manajemen proses dengan tahapan-tahapan
identify, design, construct dan evaluate[1].
Sistem akan melalui tahapan-tahapan proses yang
akan berulang sebagai berikut :
a. Mendefinisikan tujuan dan kebutuhan bisnis,
mengembangkan desain konseptual, rancangan
konsep, rencana pengujian, dan analisis terhadap
resiko dengan melibatkan pemakai.
b. Mendefinisikan
kebutuhan
sistem,
mengembangkan desain logikal, mengkompilasi
(software-build) rancangan awal, mengevaluasi
hasil dengan melibatkan pemakai.
c. Mendifinisakan
kebutuhan
subsistem,
menghasilkan desain fisikal, mengkompilasi
rancangan berikutnya, mengevaluasi hasil
dengan melibatkan pemakai.

Landasan teori
A. Pengertian Aplikasi
Aplikasi berasal dari kata application yang
artinya penerapan; lamaran; penggunaan.
Secara istilah aplikasi adalah: program siap
pakai yang direka untuk melaksanakan suatu
fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang lain
dan dapat digunakan oleh sasaran yang
dituju.
B. Sistem Penunjang Keputusan (Decision
Support Systems)
Pada dasarnya DSS dirancang untuk
mendukung seluruh tahap pengambilan

32

keputusan mulai dari mengindentifikasi


masalah, memilih data yang relevan,
menentukan pendekatan yang digunakan
dalam proses pengambilan keputusan,
sampai mengevaluasi pilihan alternatif.
Komponen-komponen Decision Support
System (DSS).[2] memiliki tiga komponen
utama atau subsistem utama yang
menentuan kapabilitas teknis DSS, antara
lain subsistem data, subsistem model dan
subsistem dialog.
C. AHP
Salah satu teknik pengambilan keputusan/
optimasi multivariate yang digunakan dalam
analisis kebijaksanaan. Pada hakekatnya
AHP merupakan suatu model pengambil
keputusan yang komprehensif dengan
memperhitungkan hal- hal yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Dalam model
pengambilan keputusan dengan AHP pada
dasarnya
berusaha
menutupi
semua
kekurangan dari model-model sebelumnya.
AHP juga memungkinkan ke struktur suatu
sistem dan lingkungan kedalam komponen
saling
berinteraksi
dan
kemudian
menyatukan mereka dengan mengukur dan
mengatur dampak dari komponen kesalahan
sistem (Saaty,2001)
D. World Wide Web
World Wide Web lebih dikenal dengan
singkatan www adalah sekumpulan
informasi yang dapat diakses melalui
program browser Internet Explorer
(IE), Mozilla Firefox, Opera.
E. Hypertext Processor (PHP)
Pengertiannya adalah PHP merupakan
kepanjangan
"PHP:
Hypertext
Preprocessor adalah sebuah bahas script
berjenis server side yang menyatu dengan
HTML. Sintaks dan perintah-perintah yang
dimasukkan akan sepenuhnya dijalankan
dan dikerjakan oleh server dan disertai
pada
halaman
HTML biasa.
PHP
bertujuan untuk membuat aplikasi-aplikasi
yang dijalankan diatas taknologi Web.
Dalam hal ini, aplikasi pada umumnya
akan memberikan hasil pada Web
browser,
tetapi
prosesnya
secara
keseluruhan dijalankan dan dikerjakan di
Web server.
F. MySql
MySQL adalah sebuah perangkat lunak
sistem manajemen basis data SQL (bahasa
Inggris: database management system) atau
DBMS yang multithread, multi-user, dengan
sekitar 6 juta instalasi di seluruh dunia.
MySQL AB membuat MySQL tersedia
sebagai perangkat lunak gratis di bawah
lisensi GNU General Public License (GPL),
tetapi mereka juga menjual di bawah lisensi

komersial untuk kasus-kasus di mana


penggunaannya tidak cocok dengan
penggunaan GPL.
G. Perintah Dasar Database MySQL
Dalam menjalan MySQL diperlukan
berbagai perintah untuk membuat suatu
database, berikut ini disebutkan beberapa
perintah dasar dalam menggunakan MySQL.
Untuk menjalankan MySQL pertama kali
cukup dengan mengetikkan mysql pada
Command Prompt. Perintah-perintahnya
adalah sebagai berikut:
1.
Menampilkan
database:
SHOW
DATABASE;
2.
Membuat database baru: CREATE
DATABASE database;
3.
Memilih
database
yang
akan
digunakan: USE database;
4.
Menampilkan tabel: SHOW TABLE;
5.
Membuat tabel baru: CREATE
TABLE
tabel
(field
spesifikasi_field,...);
6.
Menampilkan struktur tabel: SHOW
COLUMNS FROM tabel atau
DESCRIBE tabel;
7.
Mengubah struktur tabel: ALTER
TABLE tabel Jenis_Pengubahan;
8.
Mengisikan data: INSERT INTO
table(kolom1,
)
VALUES
(data_kolom1.,); atau INSERT INTO
table SET kolom1 = data_kolom1., ;
9.
Menampilkan data: SELECT kolom
FROM tabel WHERE kriteria ORDER
BY kolom atau SELECT * FROM
tabel;
10. Mengubah data: UPDATE tabel SET
kolom = pengubahan_data WHERE
kriteria;
11. Menampilkan data dengan kriteria
tertentu: SELECT kolom1,... FROM
table WHERE kriteria;
12. Menghapus data: DELETE FROM
tabel WHERE kriteria;
13. Menghapus tabel: DROP tabel;
14. Menghapus database : DROP database;
15. Keluar dari MySQL: QUIT; atau
EXIT;

Metode Penelitian
Analisis Sistem Berjalan
Analisa Sistem Berjalan dimaksudkan untuk
menguraikan sebuah system informasi yang utuh
kedalam komponen komponen system informasi
dengan tujuan untuk mengidentifikasi mengevalusi
permasalahan yang terjadi. Setelah diuraikan,
diidentifikasi dan dievaluasi maka akan didapatkan
usulan perbaikan pada system tersebut.
Dalam membangun aplikasi sistem penunjang
keputusan pemilihan karyawan terbaik dengan

33

menggunakan Metode AHP dilakukan tahap analisis,


sebagai berikut:
1.
Menentukan masalah yang akan dibangun
untuk sebuah perangkat lunak sistem
penunjang keputusan pemilihan karyawan
terbaik.
2.
Mengumpulkan data yang diperlukan untuk
membangun sistem, yaitu berupa informasi
tentang aspekaspek penilaian karyawan,
aturan-aturan yang diterapkan pada penentuan
nilai karyawan melalui studi literatur dan
observasi yang digunakan sebagai base
knowledgenya.
3.
Mempresentasikan pengetahuan ke dalam
tabel-tabel yang akan dianalisis, aturan
produksi serta pohon pelacakkan dan
penelusuran sistem penunjang keputusan.
4.
Usulan sistem yang akan dibuat.
Prosedur Sistem yang sedang berjalan
Proses bisnis sistem berjalan merupakan
proses pemilihan karyawan terbaik yang saat ini
diterapkan dan sedang berjalan adalah seperti terlihat
pada gambar dibawah ini.
1.
Setiap kepala bagian menyampaikan penilaian
kinerja karwayan
2.
Staff bagian umum dan kepegawaian
melakukan
pemberkasan
absensi
dan
rekomendasi
3.
Staff bagian umum melakukan rekapitulasi
absensi dan dan rekomendasi yang selanjutnya
melaporkan kepada kepala bagian umum dan
kepegawaian.
4.
Kepala bagian umum dan kepegawaian
memilih karyawan yang berkinerja baik.
5.
Kepala bagian umum mengeluarkan surat
keputusan karyawan dengan kinerja baik.
Analisis Masalah
Analisis masalah pemilihan karyawan
berprestasi berdasarkan kinerja dimodelkan oleh
metode AHP. Tiap-tiap kriteria diperbandingkan
berdasarkan metode AHP, selanjutnya masingmasing alternatif juga dianalisis dengan metode AHP.
Penentuan kriteria pada Sistem Pendukung
Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini dapat
dilakukan oleh Bagian Umum dan Kepegawaian.
Penilaian alternatif pada Sistem Pendukung
Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini
dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu
metode yang digunakan untuk memasukkan data
kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah
analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan
pengertian yang detail dari masalah keputusan
tersebut.
Diagram Konteks
Diagram konteks merupakan gambaran umum
dari aliran data antara entitas dengan sistem. Selain
itu diagram konteks merupakan diagram paling awal

yang terdiri dari suatu proses data dan


menggambarkan ruang lingkup suatu sistem secara
garis besarnya. Aliran diagram kontek memodelkan
masukkan ke sistem dan keluaran dari sistem.
Spesifikasi Proses
No
Proses
1
Account

Master Data

Penilaian

Perenkingan

Laporan

Deskripsi
Proses Pengaturan Hak
akses user terhadap sistem
yang meliputi penambahan
user baru.
Pada proses ini Kabag
Umum memasukan kriteria
dan sub kriteria penilaian
pemilihan
karyawan
terbaik.
Administrator Memasukan
nilai
setiap
karyawan
berdasarkan ajuan atau
rekomendasi dari kabagkabang
lain
dan
rekapitulasi
absensi
karyawan
Kabag memsakuna bobot
nilai setiap komponen dan
melakukan perengkingan
Administrator Melakukan
pencetakan laporan

Perancangan Data
Tabel tb_karyawan
No
Field
1
nip

Tipe Data
Int

Ukuran
15

varchar
Text
varchar
varchar

100
15
25

Tabel tb_kriteria
No
Field
1
id_kriteria
2
nama_kriteria

Tipe Data
Int
varchar

Ukuran
15
100

Tabel tb_subkriteria
No
Field
1
id_kriteria
2
nama_kriteria

Tipe Data
Int
varchar

Ukuran
15
100

Tabel tb_bobot
No
Field
1
id_bobot
2
id_subkriteria
3
bobot

Tipe Data
Int
varchar
Int

Ukuran
15
100
11

2
3
4
5

nama
alamat
golongan
bagian

34

Tabel tb_user
No
Field
1
id_user
2
username
3
password
4
name
5
login_count
6
user_level

Tipe Data
Int
varchar
varchar
varchar
Int
varchar

Ukuran
15
100
150
50
11
75

Perancangan Menu
Desain struktur menu merupakan jalur pemakaian
sistem yang mudah dipahami dan mudah digunakan.
Perancangan struktur menu dari SPK pemilihan
karyawan terbaik dibagi menjadi dua:
1.

Menu User

2.

Menu Administrator

Implementasi dan Pengujian


Pada
saat
pengimplemetasian
Sistem
Penunjang Keputusan (SPK) pemilihan karyawan
terbaik ini akan dibahas tentang kebutuhan software
dan hardware agar sistem dapat dijalankan dengan
baik, rancangan fisik database, dan tampilan halaman.
Berikut implementasi dalam mengembangkan dan
menguji program Sistem Penunjang Keputusan (SPK)
pemilihan karyawan terbaik yang dibuat.

Pengujian Sistem
Pada pengujian sistem meliputi pengujian
terhadap form yang terdapat pada halaman
Administrator dan halaman Kepala Bagian Umum
dan Kepegawaian. Berikut adalah implentasi
antarmuka yang dibuat dan dibedakan antara
antarmuka untuk Administrator dan antarmuka untuk
Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian.

Pengujian White Box


White Box Testing merupakan metode pertama
yg diusulkan oleh Tom McCabe (1976). Metode ini
disebut juga metode glass box memungkinkan
perancangan
memperoleh
pengukuran
yang
kompleksitas dari perancangan prosedural dan
menggunakan pengukuran ini sebagai pedoman
pendefinisian sekumpulan basis dari jalur eksekusi.
Menggunakan metode White Box analisis sistem
akan memperoleh Test Case yang:
1. Dijamin semua independent path (jalur bebas)
telah dijalankan setidaknya satu kali
2. Menjalankan semua keputusan logis pada sisi
true & false
3. Menjalankan semua looping
4. Melakukan struktur data internal untuk
menjamin validitas
Untuk melakukan proses pengujian Test Case terlebih
dahulu dilakukan penerjemahan flowchart kedalam
notasi flowgraph (aliran kontrol). Ada beberapa cara
istilah saat pembuatan flowgraph, yaitu:
1. Node, yaitu lingkaran pada flowgraph yang
menggambarkan satu atau lebih perintah
prosedural;
2. Edge, yaitu tanda panah yang menggambarkan
aliran kontrol dari setiap node harus mempunyai
tujuan node;
3. Region, yaitu daerah yang dibatasi oleh node
dan edge untuk menghitung daerah diluar
flowgraph juga harus dihitung;
4. Predicate node, yaitu kondisi yang terdapat
pada node dan mempunyai karakteristik dua
atau lebih edge lainnya;
5. Cyclomatic Complexity, yaitu metrik perangkat
lunak yang menyediakan ukuran kuantitaf dari
kekomplekan logikal program dan dapat
digunakan untuk mencari jumlah path dalam
suatu flowgraph;
6. Independen Path, yaitu jalur melintasi atau
melalui program dimana sekurang-kurangnya
terdapat proses perintah yang baru atau kondisi
yang baru.
Pengujian Black Box
Pengujian ini berfokus pada persyaratan
fungsional dari perangkat lunak. Pengujian ini
dilakukan tidak pada awal tahap pengujian, tetapi
dipertengahan yaitu pada pengujian integrasi
(integration testing) dan diakhir pengujian, yaitu pada
pengujian sistem (system testing). Pengujian ini
mengungkap kesalahan-kesalahan pada fungsi-fungsi
yang salah/hilang, antarmuka, akses ke basis data
eksternal, kinerja, serta inisialisasi dan terminasi
program.
Pada pengujian ini hanya diambil contoh
fungsi untuk mewakili dari fungsi-fungsi yang ada
yaitu, pada fungsi proses penghitungan AHP. Untuk
memulai proses penghitungan pada nilai sub kriteria
yang dilakukan oleh pengguna, yaitu:

35

a.
b.

c.

d.

Pilih menu nilai


Selanjutnya, pengguna memasukan nilai tiap
sub kriteria maka sistem akan menjalankan
fungsinya untuk melakukan penghitungan.
Dari penghitungan tersebut maka akan didapat
total nilai dari karyawan sebagai hasil acuan
untuk penentuan ranking.
Setelah nilai total didapat maka sistem akan
mengurutkan total nilai sesuai dengan bobot
yang ada sehingga didapat ranking karyawan.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan
perancangan tentang Sistem Penunjang Keputusan
pemilihan karyawan terbaik dengan menggunakan
metode AHP di BKPP, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:
1)
Sistem Penunjang Keputusan untuk pemilihan
karyawan terbaik bisa di jadikan dasar
pengambilan
keputusan
dalam
proses
Penilaian
Kinerja
karyawan
dengan
menggunakan
metode
AHP
(Analytic
Hierarchy Process).
2)
Keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan
dengan dukungan dari perhitungan yang
dilakukan dengan AHP (Analytic Hierarchy
Process). Sebagai mana model sistem
penunjang keputusan.
Saran
Berdasarkan Kesimpulan yang telah diuraikan
diatas, maka ada beberapa saran yang ingin
disampaikan antara lain :
1)
Sistem pengelolaan data pegawai yang telah
ada sebaiknya perlu di tata, diupdate, sesuai
dengan perkembangan teknologi computer
dewasa ini, sehingga dapat meningkatkan
system kerja Badan koordinasi Pemerintahan
dan pembangunan Wilayah III Provinsi jawa
Barat.

2)

3)

Dengan adanya Sistem Penunjang Keputusan


untuk pemilihan karyawan terbaik ini, maka di
sarankan adanya pengembangan lebih lanjut
untuk merancang system yang lebih baik dan
kompleks sesuai dengan kebutuhan.
Dengan adanya Sistem Penunjang Keputusan
untuk pemilihan karyawan terbaik, maka
diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik
oleh bagian Kepegawaian Badan Koordinasi
Pemerintahan dan Pembangnan Wilayah III
Provinsi Jawa Barat, untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

Daftar Pustaka
[1] Carter et. Al. (1992)
Decision Support System (DSS)
[2]
Simarmata Janner,
2010, Rekayasa Perangkat
Lunak, Andi, Yogyakarta.
[3]
Guritno Suryo,
Sudaryono, Raharja Untung, 2011. Theory and
Application of IT Research, Andi, Yogyakarta.
[4] Peraturan Gubernur No. 8 Tahun 2012 tentang
Perubahan ketiga atas peraturan Gubernur Jawa
Barat nomor 119 tahun 2009 tentang pengukuran
kinerja dalam pemberian tambahan penghasilan
bagi pegawai negeri dan calon pegawai negeri
sipil dilingkungan Provinsi Jawa Barat.
BIODATA PENULIS
Penulis lahir di Padang, 29 Januari 1973. Penulis
bekerja sebagai Dosen Tetap di STMIK IKMI
Cirebon dengan kepangkatan akademik Asisten Ahli,
mengajar dibidang Algoritma dan Sistem Informasi.
Pendidikan yang telah di tempuh adalah Sarjana
Komputer jurusan Teknik Informatika Lulus tahun
1999, dan Magister Komputer jurusan Teknik
Informatika Lulus tahun 2010.

36

Jurnal Tekno Insentif Kopwil4, Volume 7, No. 2, Oktober 2013


ISSN: 1907-4964, halaman 36 s.d. 44

RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN


PENILAIAN KINERJA KEPENDIDIKAN
MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHI PROCESS
(Studi Kasus di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Tangerang)
Oleh
Rohmat Taufiq
Teknik Informatika-Universitas Muhammadiyah Tangerang

Abstrak - Penilaian kinerja merupakan sesuatu yang penting untuk menilai semua pegawai dan digunakan
untuk manajemen fakultas untuk pengambilan kebijakan. Di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Tangerang penilaian kinerja digunakan untuk mengevaluasi kinerja pegawai dengan menggunakan 4 kriteria dan
13 sub kriteria dan proses yang dilakukan masih manual. Metode yang digunakan dalam peneliaian ini adalah
Analytical Hierarchy Proses (AHP), untuk menyelesaikan masalah yang kompleks menjadi lebih mudah untuk
proses pengambilan keputusan dengan cepat dengan diawali dengan pembuatan hirarki, memberikan nilai
komparatif di setiap kriteria dan subkriteria. Kriteria yang digunakan adalah komitmen dengan sub kriteria Jujur,
loyal, tanggungjawab dan disiplin, Kriteria manajemen dengan sub kriteria kepemimpinan, perencanaan,
pengorganisasian dan pengarahan, kriteria kerjasama dengan subkriteria komunikasi, beradaptasi dan berbagi
informasi dan hasil kerja sub kriteria kualitas dan kuantitas. Sistem pendukung keputusan dengan menggunakan
metode AHP dapat juga digunakan untuk semua proses penilaian yang mana ditentukan kriteria dan subkriteria
yang sesuai dengan kesepakatan manajemen.

Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan, AHP, Penilaian Kinerja


Abstract - The performance appraisal is important for every employee and is useful for faculty management to
define the next policy action. In Engineering Faculty of the University Of Muhammadiyah Tangerang
performance appraisal is used to performance evaluation employee while the criteria used by 4 criteria and 13
sub criteria and their implementation is stilldone manually. The method used in this study using the Analytical
Hierarchy Process (AHP) due to a complex problem can be easily simplified to speed up decision-making
process by way of preparation of the hierarchy, giving the comparative value of each criterion to determine a
value criteria. The criteria used are considered honest commitment, loyalty, responsibility and discipline.
Management assessed in management leadership, planning, organizing and directing. Working together using
sub criteria communication, adaptation and share information. The work is judged is the quality and quantity.
Performance appraisal decision support system designed by using AHP method can be used for all the
assessment process while determining the criteria and sub criteria can change in accordance with management
agreements.
Keywords: Decision Support Systems, AHP, Performance Appraisal
1.

Pendahuluan

Kualitas sumber daya manusia merupakan


salah satu faktor yang diperlukan untuk
meningkatkan produktivitas kinerja suatu instansi.
Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia
yang mempunyai kompetensi tinggi karena
keahlian atau kompetensi akan dapat mendukung
peningkatan prestasi kerja karyawan.
Penilaian kinerja harus dilakukan untuk
mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap
pegawai. Dengan melakukan proses penilaian
kinerja maka prestasi yang dicapai setiap pegawai
dengan nilai baik sekali, baik, cukup atau kurang
bisa diketahui. Penilaian prestasi penting bagi

setiap karyawan dan berguna bagi perusahaan untuk


menetapkan tindakan kebijaksanaan selanjutnya.
Penilaian kinerja berarti para bawahan
mendapat perhatian dari atasannya sehingga
mendorong pegawai semangat untuk bekerja,
asalkan proses penilaian jujur dan objektif serta ada
tindak lanjutnya. Tindak lanjut dari penilaian
kinerja dimungkinkan karyawan dipromosikan,
dikembangkan dan atau balas jasanya dinaikkan.
Ruang lingkup penilaian kinerja dicakup
dalam apa (what), kenapa (why), dimana (where),
kapan (when), siapa (who) dan bagaimana (how)
atau sering disingkat dengan istilah 5W + 1H.
(Sikula, 1980 dalam Hasibuan, 2009).

37

Penilaian kinerja pegawai yang dilakukan di


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Tangerang (FT-UMT) digunakan untuk menilai
kinerja pegawai yang nantinya digunakan untuk
mencari nilai akhir dari hasil kerja pegawai, jika
terdapat pegawai yang nilainya masih kurang maka
manajemen fakultas akan memberikan pelatihan
sesuai dengan bidang masing-masing.
Penilaian
kinerja
digunakan
untuk
mengevaluasi hasil kerja seluruh pegawai secara
kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan
kriteria komitmen yang dinilai jujur, loyal,
tanggung jawab dan disiplin. Manajemen yang
dinilai
kepemimpinan,
perencanaan,
pengorganisasian dan pengarahan. Kerjasama yang
dinilai komunikasi, beradaptasi dan berbagi
informasi. Hasil kerja yang dinilai adalah kualitas
dan kuantitas.
Banyaknya kriteria (multiple criteria) yang
digunakan dalam proses penilaian kinerja karyawan
menyulitkan pihak manajemen untuk memberi
bobot setiap kriteria oleh karena itu dibutuhkan
suatu metode yang tepat, adapun metode yang
digunakan untuk menyelesaikan multiple criteria di
FT-UMT
dengan
menggunakan
Analytical

Hierarchy Process (AHP). Selain multi kriteria


pihak manajemen juga menginginkan sistem yang
mampu mengatasi bila suatu saat ada perubahan
jumlah dan nama kriteria.

2. Teori Sistem Pendukung Keputusan


Pada awal tahun 1970an, Scott-Morton
merumuskan konsep SPK yang pertama.
Mendefinisikan bahwa SPK adalah sistem interaktif
berbasis komputer yang membantu mengambil
keputusan memanfaatkan data dan model untuk
memecahkan masalah yang tidak terstruktur. (Gorry
and Scott-Morton, 1971; Effraim, 2007).
Kerangka konsep Sistem Pendukung
Keputusan yang terdiri dari data; eksternal dan
internal, komputer di luar sistem, manajemen
model, pengetahuan manajer, dialog manajemen
dan manajer (user) seperti Gambar 1. (Effraim,
2007)
Langkah yang dilakukan dalam SPK
penilaian kinerja dengan menggunakan metode
AHP bisa dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Kerangka Konsep SPK

38

Gambar 2. Diagram Alir SPK Penilaian Kinerja


dengan metode AHP
Input kriteria dan nilai dilakukan untuk
memberi nilai perbandingan sehingga menghasilkan
nilai prioritas lokal ataupun prioritas global.
Persyaratan penilaian kinerja dilakukan untuk
memberikan syarat-syarat yang digunakan sebelum
proses penilaian kinerja dilakukan. Input data
Pegawai lalu dihitung dengan menggunakan
metode AHP dan tampilkan hasil Pegawai.
Sistem Pendukung Keputusan adalah
informasi berbasis komputer yang menyediakan
dukungan informasi yang interaktif bagi manajer
dan praktisi bisnis selama proses pengambilan
keputusan. (OBrien, 2005).

3. Teori Penilaian Kinerja


Penilaian kinerja merupakan analisis dan
interpretasi keberhasilan atau kegagalan pencapaian
kinerja. Penilaian sebaiknya dikaitkan dengan
sumber daya (input) yang berada dibawah
wewenangnya seperti SDM, dana/keuangan,
sarana-prasarana, metode kerja dan hal lainnya
yang berkaitan. (Veithzal Rival, 2005)
Penilaian kinerja karyawan telah dilakukan
oleh berbagai organisasi sejak berabad-abad.
Meskipun
sistem penilaian kinerja telah
diperdebatkan oleh masyarakat luas, namun secara
keseluruhan bisa dilihat bahwa penilaian kinerja
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan organisasi. Longenecker dan Fink (1999)
mengutip beberapa alasan bahwa penilaian kinerja
formal dalam organisasi diperlukan secara benar
untuk proses kenaikan gaji, promosi, penurunan
pangkat (Rafikul Islam, 2005).

Disisi lain penilaian kinerja merupakan


sebagian penting dari budaya organisasi dan
diperlukan untuk menilai kemajuan menuju tujuan
organisasi (Daley, 1993 dan Farr, 1983). Selain itu
definisi yang lain bahwa penilaian prestasi kerja
merupakan prosedur yang formal dilakukan di
dalam organisasi untuk mengevaluasi Karyawan
dan sumbangan serta kepentingan bagi Karyawan
(Dale Yoder, 1981; Rafikul Islam, 2005).
Karena penilaian kinerja merupakan hal
yang sangat penting maka harus hati-hati dalam
menerapkan penilaian kinerja. Sistem penilaian
kinerja yang tidak efektif akan membawa banyak
masalah termasuk rendah moral, penurunan
produktivitas
karyawan,
yang
mengurangi
antusiasme karyawan dan dukungan untuk
organisasi (Somerick, 1993; Rafikul Islam, 2005).
Dengan
berkembangnya
waktu
dan
berkembangnya permasalahan, maka banyak sekali
para pakar yang mengembangkan teori-teori baru,
diantaranya (Vallance, 1999) menjelaskan metode
penilaian kinerja yang digunakan di Singapura,
Thailand dan Filipina dan memeriksa peran budaya
organisasi pada proses penilaian di negara-negara.
Singapura mengadopsi Potential Appraisal System
(PAS) kriteria yang digunakan adalah 1) helicopter
quality yaitu kemampuan seseorang untuk
menganalisa masalah atau isu-isu dalam mengambil
semua faktor penting. 2) intellectual qualities
yaitu daya analisis, imajinasi dan mampu
menghadapi kenyataan. 3) results orientation. 4).
leadership quality yaitu kemampuan untuk
memotivasi, mendelegasikan dan berkomunikasi.
Di Thailand kriteria yang digunakan adalah
output pekerjaan dalam hal kualitas, kuantitas dan
aplikasi output, kemampuan untuk mengelola dan
melakukan pekerjaannya dalam hal perencanaan
dan pelaksanaan, kemampuan untuk mengarahkan
dan membuat keputusan termasuk tenggang waktu
pertemuan, mengambil kontrol, upaya koordinasi
dengan organisasi lain, memecahkan masalah dan
menyelesaikan konflik dan membantu untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi, kemampuan
untuk meningkatkan kerja dan pelayanan,
menunjukkan
ide-ide
baru
dan
solusi
mengidentifikasi dan menangani masalah dan
bekerja melakukan efisien dan efektif.
Di Filipina kriteria yang digunakan:
manajemen kerja, manajemen orang, manajemen
sumber daya, menajemen hubungan, pengelolaan
kendala dan inovasi.
Unsur-unsur yang dinilai adalah kesetiaan,
prestasi kerja, kejujuran, kedisiplinan, kreativitas,
kerja sama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa,
kecakapan dan tanggung jawab (Hasibuan Malayu
SP, 2009)
Kriteria yang digunakan untuk penilaian
kinerja di Inter System Maintenance Services
(ISMS)
adalah
kualitas/kuantitas
kerja,
perencanaan/organisasi,
inisiatif/komitmen,

39

teamwork/kerjasama, komunikasi dan faktor


eksternal (Rafikul Islam, 2005)
Dimensi
prestasi
kerja
karyawan
berdasarkan Quantity of work, Quality of work, Job
knowledge,
Creativeness,
Coorporation,
Dependability, Initiative, Personal Qualities
(Gomes, 1995; Rafikul Islam, 2005).
Pada dasarnya Penilaian kinerja adalah
menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar

kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap


karyawan. Menetapkan kebijaksanaan berarti
karyawan akan dipromosikan, didemosikan, dan
atau balas jasanya dinaikkan. (Hasibuan, 2009)
Proses penyusunan penilaian kinerja
menurut (Mondy dan Noe, 1993; Hasibuan, 2009)
terbagi dalam beberapa tahapan kegiatan yang
ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 3. Kerangka Penyusunan Penilaian Kinerja

4. Teori Analytical Hierarchy Process


(AHP)
Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty sekitar tahun 1970, Metode ini adalah sebuah
kerangka untuk mengambil keputusan dengan
efektif atas persoalan yang kompleks.Tiga prinsip
memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu prinsip
menyusun hirarki, prinsip menentukan prioritas,
dan prinsip mengukur konsistensi (Kusrini, 2005).
Proses pengambilan keputusan pada
dasarnya memilih suatu alternatif. Peralatan utama
AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input
utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu
masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan
ke
dalam
kelompok-kelompok.
Kemudian
kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu
bentuk hirarki (Permadi, 1992; Kadarsah, 2002).
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP
ada beberapa prinsip yang harus dipahami, di
antaranya adalah:
a. Membuat Hirarki
b. Penilaian Kriteria dan Alternatif
c. Menentukan Prioritas
d. Mengukur Konsistensi
Proses yang terdapat pada langkah AHP
adalah input kriteria dan sub kriteria disini
menggunakan predefined process yang maksudnya
input yang prosesnya berada dalam tempat lain, set
nilai perbandingan, hitung prioritas lokal dan
prioritas global bisa dilihat pada Gambar 4.

Rancangan sistem pendukung keputusan


penilaian kinerja pegawai kependidikan yang
berada
di
Fakultas
Teknik
Universitas
Muhammadiyah Tangerang dengan menggunakan
metode Analytical Hierarchi Process (AHP)
dengan proses menilai seluruh pegawai dengan
standar yang sudah ditentukan maka jika ada
pegawai yang nialainya di bawah standar maka
pegawai itu perlu diberi pembinaan untuk
meningkatkan kinerja dan hasil kerja. Langkah
penilaian yang dilakukan diilustrasikan pada
Gambar 5. dibawah ini.

5. Studi Kasus
Gambar 4. Diagram Alir AHP
a. Kerangka Sistem Pendukung Keputusan
Penilaian Kinerja.

40

Kerangka sistem pendukung keputusan


penilaian kinerja yang dijelaskan dalam Gambar 5.
berisi tiga fungsi yaitu input, proses dan output.
Input data pegawai merupakan sebuah
inputan data seluruh pegawai yang dilakukan oleh
seorang administrator, seorang administrator selain
melakukan input data pegawai juga melakukan
input kriteria dan sub kriteria ke dalam sistem yang
selanjutnya diproses secara otomatis oleh sistem
pendukung keputusan berdasarkan perhitungan
AHP.
Input nilai tes pegawai dilakukan oleh
seorang user, nilai tes pegawai diinputkan
selanjutnya kan di konversikan dengan perhitungan
AHP yang datanya diinputkan oleh administrator.
INPUT

Dekan dan Manajemen Fakultas Teknik


mendapatkan laporan yang sama, yaitu laporan
yang berisi nilai pegawai standar penilaian dan
keterangan lulus atau tidaknya pegawai tersebut.
Setelah data pegawai, kriteria dan sub
kriteria diinputkan oleh administrator kemudian
dilakukan proses, yang prosesnya menggunakan
metode AHP lalu disimpan didalam data base SPK.
Selanjutnya user memasukkan nilai pegawai yang
kemudian dihitung dengan hasil perhitungan AHP,
hasil hitung dan konversi didapat dari proses
tersebut.
Keterangan lulus atau tidaknya didapatkan
setelah data pegawai, kriteria, nilai perbandingan
dan nilai pegawai dimasukkan.
PROSES

OUTPUT

Mulai
Input Data
Pegawai

Kriteria dan
Sub Kriteria

Nilai
Perbandingan

Hitung
Prioritas Lokal
Hitung
Konsistensi
Rasio

Nilai Tes
Pegawai

CR <= 0.1

Hitung
Prioritas
Global

Data Base SPK

Hasil Konversi
Nilai

Keterangan
Kelulusan

Lulus

Selesai

Gambar 5. Kerangka SPK Penilaian Kinerja

b. Kriteria Penilaian Kinerja


Kriteria yang digunakan dalam proses
penilaian kinerja sebanyak 4 kriteria, keempat
kriteria yang digunakan adalah komitmen,
manajemen, kerja sama dan hasil kerja.

Komitmen merupakan kriteria yang


berkenaan dengan sikap kerja, yang dinilai dalam
kriteria komitmen adalah tingkat kejujuran
pegawai dalam bekerja, tingkat loyalitas pegawai
terhadap instansi, tingkat tanggung jawab pegawai
dalam mengemban tugas dan disiplin pegawai
dalam hal waktu bekerja.

41

Kriteria manajemen merupakan kriteria yang


berhubungan
dengan
manajemen
dan
pengorganisasian.Yang dinilai dalam kriteria
manajemen
adalah
tingkat
kepemimpinan,
perencanaan,
pengorganisasian
dan tingkat
pemberian pengarahan terhadap rekan kerja atau
bawahannya.

Kerja sama merupakan kriteria yang


berkenaan dengan baik tidaknya model komunikasi,
bagaimana cara dia beradaptasi dan bagaimana cara
karyawan berbagi informasi dan hasil kerja yang
dinilai adalah kualitas dan kuantitas hasil kerja
yang telah dilakukan dibandingkan dengan standar
instansi. Kriteria dan sub kriteria penilaian kinerja
dijelaskan pada Gambar 6..

Gambar 6. Kriteria dan Sub Kriteria


Kriteria yang digunakan dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1. Penjelasan Kriteria
No
Kriteria
Penjelasan
1
Komitmen
Menilai prilaku dengan
kebutuhan, prioritas
dan tujuan organisasi
2
Manajemen
Menilai bagaimana
karyawan bisa
memimpin,
merencanakan,
mengorgansasi dan
memberi pengarahan.
3
Kerjasama
Melakukan bagaimana
kerjasama karyawan
dengan bawahan,
teman atau atasan
4
Hasil Kerja
Hasil yang didapatkan
dari karyawan di
bandingkan dengan
standar organisasi.
c. Memberikan Nilai Perbandingan
SPK penilaian kinerja ini digunakan untuk
proses kenaikan pangkat dan Kriteria yang
digunakan dalam studi kasus ini adalah: komitmen
yang terdiri dari loyal, jujur, tanggung jawab,
disiplin. Manajemen terdiri dari kepemimpinan,

perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan.
Kerjasama terdiri dari komunikasi, beradaptasi
berbagi informasi dan hasil kerja yang dinilai
kualitas, kuantitas.
Tabel 2. Nilai perbandingan berpasangan kriteria

Tabel 3. Nilai perbandingan berpasangan sub


kriteria komitmen

Tabel 4. Nilai Perbandingan berpasangan sub


kriteria manajemen

42

Tabel 5. Nilai Perbandingan berpasangan sub


kriteria kerja sama

Tabel 6. Nilai Perbandingan berpasangan sub


kriteria hasil kerja

Tabel 7. Nilai Perbandingan berpasangan sub


kriteria penilaian

Tabel 8. Prioritas global untuk kriteria komitmen

yang tidak sebenarnya dan nilai asumsi. Adapun


nilai yang didapat setiap pegawai seperti pada Tabel
12.
Tabel 12. Nilai 10 Pegawai Hasil kerja dan
Komitmen
Hasil
Komitmen
No Nama
Kerja
1.1 1.2 2.1 2.1 2.3
1.
A
BS B
BS B
C
2.
B
BS BS B
B
B
3.
C
BS BS K
C
BS
4.
D
BS BS B
B
C
5.
E
BS B
B
BS C
6.
F
BS BS BS B
C
7.
G
B
B
BS BS B
8.
H
B
BS B
B
B
9.
I
BS B
B
B
C
10. J
BS B
B
B
C

2.4
C
B
BS
C
C
B
B
B
C
B

Keterangan:
1.1 Kualitas
1.2 Kuantitas
2.1 Jujur
2.2 Loyal
2.3 Tanggung Jawab
2.4 Disiplin

Input nilai 10 nilai pegawai


Pegawai yang diproses dalam penilaian
kinerja dengan menggunakan metode AHP
sebanyak 10 orang, dengan menggunakan nama

2.2

2.3

2.4

1.2

2.1

Tabel 11. Prioritas global untuk kriteria hasil kerja

Manajemen

1.3

Tabel 10. Prioritas global untuk kriteria kerjasama

Kerjasama

1.1

Tabel 9. Prioritas global untuk kriteria manajemen

Nama

No

Tabel 13. Nilai 10 Pegawai Hasil kerja dan


Komitmen

1.
A
BS B
B
2.
B
B
BS BS
3.
C
C
BS B
4.
D
B
C
C
5.
E
BS B
B
6.
F
BS B
B
7.
G
BS B
C
8.
H
B
C
C
9.
I
C
B
B
10. J
BS B
B
Keterangan:
1.1 Komunikasi
1.2 Beradaptasi
1.3 Bekerjasama
2.1 Kepemimpinan
2.2 Perencanaan
2.3 Pengorganisasian
2.4 Pengarahan

B
B
BS
B
B
B
B
BS
B
B

B
B
C
B
B
BS
B
B
B
B

C
BS
K
C
C
BS
C
C
B
B

C
C
K
B
C
C
C
B
C
B

Dari nilai tersebut selanjutnya di-input-kan


ke dalam sistem pendukung keputusan penilaian
kinerja pegawai yang ada di Fakultas Teknik.
Dengan Nama tertentu akan melakukan
proses penilaian kinerja, sedangkan nilai yang
didapat seperti nilai yang tertera pada Tabel 12.
Dari nilai manual yang sudah ada selanjutnya diinput-kan kedalam SPK penilaian kinerja.

43

Proses menginputkan nilai pegawai untuk


kriteria komitmen, manajemen, komunikasi dan
hasil kerja dijelaskan pada Gambar 7-10.

Gambar 10. Input nilai karyawan kriteria


hasilkerja
Setelah nilai pegawai dimasukkan kedalam
sistem selanjutnya diproses oleh SPK Penilaian
Kinerja. Sedangkan hasil yang didapat sepuluh
pegawai seperti gambar 10.
Hasil nilai dari 10 peserta yang sudah di
input ke dalam proses SPK dengan metode AHP
adalah sebagai berikut :

Gambar 7. Input nilai karyawan kriteria komitmen

Gambar 8. Input nilai karyawan kriteria


manajemen

Tabel 14. Hasil input Nilai 10 Pegawai


No
Nama Standard Nilai
Ket
1.
A
0,0322
0,0354 L
2.
B
0,0322
0,0330 L
3.
C
0,0322
0,0313 L
4.
D
0,0322
0,0312 L
5.
E
0,0322
0,0310 L
6.
F
0,0322
0,022
TL
7.
G
0,0322
0,022
TL
8.
H
0,0322
0,0214 TL
9.
I
0,0322
0,0210 TL
10.
J
0,0322
0,0197 TL
Dari tabel di atas, setelah 10 pegawai
dilakukan
evaluasi
dan
dihitung
dengan
menggunakan metode AHP maka hasilnya
diurutkan berdasarkan nilai yang paling besar
sampai ke nilai yang paling rendah.
Dari tabel tersebut juga didapatkan hasil
bahwa 5 pegawai lulus seleksi penilaian dan yang 5
pegawai tidak lulus, karena nilanya di bawah
standard. Dari kelima pegawai tersebut maka akan
dilakukan pembinaan guna meningkatkan kualitas
dan kuantitas kinerja pegawai.

Daftar Pustaka

Gambar 9. Input nilai karyawan kriteria kerjasama

Islam R. 2005. Employee Performance Evaluation


By AHP: A Case Study. DISAHP 2005,
Honolulu, Hawaii, Juli 2005
http://www.superdecisions.com
Suryadi Kadarsah (2002). Sistem Pendukung
Keputusan. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem
Pendukung Keputusan. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Malayu Hasibuan, SP. 2009. Manajemen Sumber
Daya Manusia, Cetakan 13. PT. Bumi
Aksara, Jakarta.
OBrien, James A. 2005. Introduction to
Information System, 12th ed. McGraw-Hill,
USA.
Rival, Veithzal dan Fawzi AMB. 2005.
Performance
Appraisal.
Cetakan
1,
Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Turban, Efraim. 2007. Decision Support and
Business Intelligence Systems. Eighth

44

Edition. Pearson Education, Inc., New


Jersey

Profil Penulis
Rohmat Taufiq, ST., M.Kom, adalah Dosen
Teknik Informatika, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Tangerang
Email: rohmat.taufiq@yahoo.com

45

Jurnal Tekno Insentif Kopwil4, Volume 7, No. 2, Oktober 2013


ISSN: 1907-4964, halaman 45 s.d. 54

APLIKASI PERSEDIAAN BARANG KOPERASI SISWA


(Studi Kasus: SMK Al-Irsyad Al-Islamiyah Cirebon)
Oleh:
Suci Heliyani, Nining R, Nana Suarna
STMIK IKMI Cirebon

Abstrak - Agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar diperlukan fasilitas yang memadai, salah
satunya menyediakan koperasi siswa agar segala kebutuhan siswa dapat terpenuhi. Semakin bertambahnya
jumlah siswa maka jumlah barang yang disediakan oleh Koperasi Siswa akan bertambah.Tetapi sistem
persediaan barang yang berjalan saat ini masih dilakukan secara manual yaitu dengan menghitung barang yang
ada untuk mencatat data persediaan barang. Dengan membuat Aplikasi Persediaan Barang yang berbasis data,
diharapkan dapat membantu pendokumentasian transaksi yang terjadi, diantaranya transaksi penjualan dan
pembelian barang, pencatatan barang masuk dan barang keluar, semua transaksi akan tersimpan dalam sistem
sehingga memudahkan petugas koperasi dalam pembuatan laporan persediaan barang.
Kata Kunci: Persediaan, Koperasi, Database, Visual Basic.
Abstract - In order for teaching and learning activities running smoothly required adequate facilities, one of
which provides a cooperative students so that all students' needs are met. The increasing number of students, the
number of goods supplied by the Cooperative Students will increase. But the inventory system running is still
done manually, by counting bartgang existing inventory to record data. By making apliaksi Stock-based data, is
expected to help the documentation of transactions, including the sale and purchase of goods, recording of
goods in and goods out, all transactions will be stored in the system so that officers are not troubled cooperative
in making the inventory report.
Keywords: Inventory, Cooperative, Database, Visual Basic.

1. Pendahuluan
Latar Belakang
Aplikasi persediaan barang merupakan
sistem yang dibutuhkan pada koperasi siswa dengan
tujuan untuk memudahkan petugas atau pihak yang
terkait dalam proses
transaksi serta untuk
mengetahui jumlah stok barang yang ada tanpa
harus menghitung satu persatu.
Kesulitan dalam pengumpulan data menimbulkan
keterlambatan dalam pembuatan laporan sehingga
tujuan dari subsistem sekolah menjadi terhambat.
Seiring dengan perkembangan sekolah maka
kegiatan yang terjadi semakin banyak yang berarti
persediaan barang pada koperasi siswa semakin
banyak. Dengan bertambahnya jumlah barang,
muncul permasalahan lain yaitu kesulitan
mendapatkan informasi persediaan barang yang
cepat, tepat dan akurat. Penyebabnya adalah
pengolahan data transaksi yang membutuhkan
beberapa tahapan dan sering terjadi kesalahan
pencatatan dalam faktur, form serta laporan yang
dibuat. Selain itu pengolahan data transaksi menjadi
informasi persediaan barang sering ditunda oleh
petugas.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka
diperlukan sebuah sistem persediaan barang yang

dapat menghasilkan data secara cepat, tepat dan


akurat.

1.1

1.2

Perumusan Masalah
Bagaimana merancang dan membuat
implementasi Aplikasi persediaan barang
pada koperasi siswa di SMK Informatika AlIrsyad Al-Islamiyyah Kota Cirebon?

1.3

Identifikasi Masalah
1) Kesalahan dan keterlambatan informasi
untuk mengetahui jumlah stok barang akan
mengakibatkan
terlambatnya
kegiatan
operasional koperasi.
2) Pengolahan data pembelian, penjualan, dan
persediaan barang yang ada memungkinkan
petugas menundanunda tugas yang
diberikan. Akibatnya informasi persediaan
barang tidak dapat disajikan pada saat
dibutuhkan.
3) Dalam pembuatan laporan bulanan transaksi
barang memerlukan waktu yang cukup lama.

1.4
Tujuan Penelitian
1) Untuk
mempercepat pengolahan data
transaksi
pada
koperasi,
diantaranya
pengolahan
transaksi
penjualan
dan

46

pembelian sehingga dapat menghasilkan


laporan penjualan dan pembelian, dapat
menghasilkan laporan transaksi barang
masuk, dan laporan barang keluar.
2) Untuk membantu pengecekan stock minimum
barang yang ada yang kurang terkontrol
dengan baik sehingga resiko adanya
penumpukan dan kekurangan barang dapat
dihindari.
3) Untuk meminimalisir kesalahan yang
dilakukan oleh petugas.

2. Landasan Teori
2.1

Pengertian Persediaan Barang


Persediaan dapat diartikan sebagai barangbarang yang disimpan untuk digunakan atau dijual
pada masa atau periode yang akan datang.
Sedangkan persedian barang merupakan siklus arus
pembelian dan penjualan yang aktivitasnya
mengawali
pengolahan
transaksi
hingga
menghasilkan laporan stock barang (Ristono: 2009).
Pengendalian persediaan dijalankan untuk menjaga
persediaan pada tingkat optimal sehingga diperoleh
penghematan-penghematan
untuk
persediaan
tersebut. Hal inilah yang dianggap penting untuk
dilakukan perhitungan persediaan sehingga dapat
menunjukkan tingkat persediaan yang sesuai
dengan kebutuhan dan dapat menjaga kontinuitas
produksi dengan pengorbanan atau pengeluaran
biaya yang ekonomis.
2.1.1 Metode Persediaan Barang
1) FIFO (First In First Out) yaitu barang yang
masuk terlebih dahulu merupakan barang
yang pertama kali keluar dari gudang
sehingga persediaan akhir akan berasal dari
pembelian yang terakhir. Contoh: persediaan
jus dalam kemasan.
2) LIFO (Last In First Out) yaitu barang yang
terakhir masuk merupakan barang yang
pertama kali keluar. Contoh: persediaan batu
bata.
3) AVERAGE yaitu pengeluaran barang
dilakukan secara acak dan harga barang yang
sudah digunakan maupun yang masih ada
ditentukan dengan dicari rata-ratanya.
Penerapan asumsi ini dapat digunakan di
metode Perpetual maupun metode Periodik
(Madcoms, 2005 )
2.2

Pengertian Koperasi
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam
Standar Akuntansi Keuangan No. 27, menyatakan
bahwa: Koperasi adalah badan usaha yang
mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan
sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar
prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi
untuk mengingkatkan taraf hidup anggotanya pada
khususnya dan masyarakat daerah kerja pada

umumnya, dengan demikian koperasi merupakan


gerakan ekonomi dan soko guru perekonomian
nasional (IAI, 2007 : 27)
Sedangkan Koperasi siswa adalah koperasi
yang berada dalam lingkungan sekolah yang
anggotanya adalah siswa dari sekolah tersebut yang
dapat melakukan kegiatan ekonomi tanpa badan
hukum (Sudarsono dkk, 2005)
2.3

Pengertian Database
Database adalah sekumpulan table yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Tabel terdiri atas Field dan Record. Field adalah
Variable yang mewakili suatu kumpulan
record/data dan record adalah sekumpulan data
yang mengandung arti (Sanjaya : 2008)
2.4

Visual Basic
Visual Basic adalah salah satu bahasa
pemrograman komputer. Bahasa pemrograman
adalah perintah-perintah yang dimengerti oleh
computer untuk melakukan tugas-tugas tertentu.
Bahasa Pemrograman Visual Basic, yang
dikembangkan oleh Microsoft sejak tahun 1991,
merupakan pengembangan dari pendahulunya yaitu
pemrograman BASIC yang dikembangkan di era
1950-an (Kusrini, dkk., 2007)

3. Metode Penelitian
Dalam penyusuanan penelitian ini penulis
menggunakan metode pendekatan deskriptif
(descriptive research) yaitu metode yang
mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena
yang ada dengan cara menggambarkan alur sistem,
dan
menginterpretasikan
hasil
penelitian
berdasarkan kondisi yang sebenarnya pada masa
sekarang.
3.1 Metode Pengembangan Sistem
Selain metode pendekatan deskriptif,
didalam melakukan pengembangan sistem penulis
juga menggunakan metodologi waterfall, yaitu
metode yang menyarankan sebuah pendekatan yang
sistematis dan sekuensial melalui tahapan-tahapan
yang ada pada SDLC (System Development Life
Cycle) untuk membangun sebuah perangkat lunak.
SDLC adalah proses pengembangan dimana
keseluruhan
proses
pengembangan
sistem
dilakukan melalui proses multi-langkah dari
investigasi persyaratan awal melalui analisis,
desain, implementasi dan pemeliharaan.
Tahap-tahap pengembangan perangkat lunak
dengan menggunakan metode waterfall, yaitu:
1) Analisis adalah tahap menganalisis hal-hal yang
diperlukan
dalam
pelaksanaan
proyek
pembuatan atau pengembangan software.
Dalam hal ini analisis yang dilakukan dengan
menganalisis
dokumen-dokumen
yang
digunakan dalam pelayanan transaksi pembelian

47

2)

3)

4)

5)

dan penjualan juga laporan persediaan barang


dan tansaksi penjualan dan pembelian itu
sendiri.
Design adalah tahap penterjemah dari
keperluan-keperluan yang dianalisis dalam
bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh
pemakai, yaitu dengan cara menampilkan ke
dalam Flowmap, Diagram konteks, Data flow
Diagram (Diagram Aliran Data), Entity
Reationship, Struktur table dan Struktur menu.
Coding adalah tahap penterjemah data/
pemecahan masalah software yang telah
dirancang dalam bahasa pemograman yang telah
ditentukan dan digunakan dalam pembuatan
sistem menggunakan software development
tool. Dalam pembuatan aplikasi persediaan
barang ini penulis
menggunakan software
Microsoft Visual Basic 6.0 dan Microsoft
Access sebagai databasenya.
Testing adalah tahap pengujian terhadap
program yang telah dibuat. Pengujian ini
dimulai dengan membuat suatu uji kasus untuk
setiap fungsi pada perangkat lunak untuk
aplikasi
persediaan
barang
kemudian
dilanjutkan dengan pengujian terhadap modulmodul dan terakhir pada tampilan antar muka
untuk memastikan tidak ada kesalahan dan
semua berjalan dengan baik dan input yang
diberikan hasilnya sesuai dengan yang
diinginkan.
Maintenance adalah perangkat lunak yang telah
dibuat dapat mengalami perubahan sesuai
permintaan pemakai. Pemeliharaan dapat
dilakukan jika ada permintaan tambahan fungsi
sesuai dengan keinginan pemakai ataupun
adanya pertumbuhan dan perkembangan baik
perangkat lunak maupun perangkat keras.

4. Analisis, Perancanagan &


Implementasi
4.1 Deskripsi Sistem Yang Berjalan
Proses penjualan dan pembelian pada
Koperasi siswa di SMK Informatika Al-Irsyad AlIslamiyyah Kota Cirebon masih menggunakan cara
manual. Laporan penjualan, laporan pembelian,
laporan persediaan barang sudah diolah kedalam
komputer dengan menggunakan excel tetapi setiap
transaksi penjualan dan pembelian yang terjadi
tersebut masih didokumentasikan dalam buku file
tertentu seperti arsip, sehingga memerlukan waktu
yang lama dalam pencarian data.
Berikut ini merupakan uraian prosedur
sistem yang sedang berjalan pada Koperasi siswa:
1) Proses
Penjualan:
Awalnya
Konsumen
melakukan permintaan barang pada petugas
koperasi.
Selanjutnya
Petugas
koperasi
mengecek persediaan barang yang diminta oleh
siswa dan terdapat dua kemungkinan yaitu jika
permintaan barang siswa tidak tersedia pada

2)

3)

4)

5)

persediaaan barang maka permintaan tidak


terpenuhi. Jika permintaan barang tersedia pada
persediaaan barang maka permintaan terpenuhi.
Apabila barang terpenuhi maka petugas
koperasi membuat faktur penjualan sebanyak
dua rangkap. Lembar pertama diserahkan pada
siswa, lembar kedua disimpan sebagai bukti
transaksi yang akan dicatat ke dalam buku
penjualan. Kemudian Petugas koperasi akan
membuat laporan harian penjualan pada saat
transaksi terakhir telah selesai dan mencatatnya
pada buku penjualan.
Proses Pemesanan: Petugas koperasi akan
melakukan pencarian persediaan barang yang
kosong lalu akan membuatkan PO (Purchase
Order) dari data persediaan barang yang kosong
tersebut lalu dikirim ke pemasok.
Proses Pembelian: Langkah pertama yaitu
Pemasok akan memberikan faktur pembelian
barang. Kemudian Petugas koperasi mengecek
kesesuaian data faktur pembelian dengan data
pemesanan barang. Jika tidak sesuai maka akan
dikembalikan pada pemasok dan jika faktur
pembelian sesuai maka petugas koperasi akan
memcatat transaksi pembelian pada buku
pembelian.
Petugas koperasi mengecek data persedian
barang dan mencetaknya untuk dijadikan acuan
dalam kegiatan stock of name bulanan.
Membuat
Laporan
persedian
barang
berdasarkan hasil stock of name dan
menyerahkan hasilnya kepada Kepala Sekolah.
Pada akhir bulan, petugas koperasi mengerjakan
tugas bulanannya antara lain : Membuat laporan
penjualan barang dengan menggunakan
Microsoft Office Excel berdasarkan rekap harian
yang telah dicatat setiap hari di buku penjualan.
Serta membuat laporan pembelian barang
dengan menggunakan Microsoft Office Excel
berdasarkan data pembelian barang yang telah
dicatat di buku pembelian ketika terjadi proses
pembelian. Selanjutnya membuat laporan
persediaan barang berdasarkan data penjualan
dan pembelian barang dengan menggunakan
Microsoft Office Excel. Menyerahkan laporan
penjualan, pembelian dan persediaan barang
kepada Kepala Sekolah untuk di tanda tangani.

4.2 Perancangan Sistem Baru


Bagian ini membahas dan menguraikan
sistem informasi persediaan rancangan penulis
berdasarkan hasil analisis system. Berikut ini
uraian prosedur sistem informasi persediaan barang
hasil rancangan penulis yang disampaikan secara
narasi:
Pada awalnya konsumen melakukan
permintaan barang kepada petugas koperasi.
Kemudian petugas koperasi mengecek persediaan
barang pada database, jika ada maka permintaan
barang terpenuhi lalu diproses hingga menghasilkan

48

faktur transaksi penjualan sebanyak dua rangkap,


lembar pertama diserahkan pada konsumen, lembar
kedua sebagai arsip dan secara otomatis transaksi
akan tersimpan pada tabel penjualan dan
mengurangi persediaan yang ada pada tabel barang.
Petugas koperasi akan mencetak laporan penjualan
pada saat Kepala Sekolah membutuhkannya.
Lembar pertama diberikan kepada Kepala Sekolah
dan lembar kedua diarsipkan. Tetapi jika tidak ada,
permintaan barang tidak terpenuhi. Selanjutnya
Kepala Sekolah memberikan daftar pemesanan
barang kepada petugas koperasi untuk dibuatkan
PO (Purchase Order) yang akan diberikan kepada
pemasok. Kemudian petugas koperasi membuat
laporan pemesanan barang dua rangkap yang akan
diberikan kepada Kepala Sekolah dan diarsipkan.
Setelah itu pemasok mengirimkan barang dan
faktur pembelian kepada petugas koperasi.
Kemudian petugas koperasi melakukan pengecekan

terhadap barang yang dipesan dan faktur pembelian


dengan daftar pemesanan barang. Jika sesuai
dengan daftar pemesanan maka faktur pembelian
akan disimpan pada tabel pembelian dan secara
otomatis akan menambah data persediaan barang
pada tabel barang. Tetapi jika tidak sesuai maka
faktur pembelian akan dikembalikan kepada
pemasok. Langkah selanjutnya yaitu petugas
koperasi akan mencetak laporan pembelian
sebanyak dua rangkap, lembar pertama diberikan
kepada kepala sekolah dan lembar kedua
diarsipkan. Langkah terakhir yaitu petugas koperasi
juga mencetak laporan persediaan barang sebanyak
dua rangkap, lembar pertama untuk diberikan
kepada Kepala Sekolah dan lembar kedua akan di
jadikan bahan acuan untuk kegiatan stock opname.
.
4.2.1 Prosedur Sistem Baru (Flow Map)

1) Flowmap Prosedur Penjualan


KONSUMEN

PETUGAS KOPERASI
Validasi
Persediaan
Barang

Permintaan
Barang

Mulai

KEPALA SEKOLAH

Barang
Permintaan
Barang

Barang
Tersedia

ya
tidak
Permintaan
Barang Tidak
Terpenuhi

Permintaan
Barang Terpenuhi

Simpan data
penjualan

Trans.
Penjualan

Update
Persediaan
Barang
Faktur
Penjualan

Cetak
Faktur
Penjualan

Faktur
Penjualan

Pembuatan
laporan
Penjualan

Laporan
Penjualan

Gambar 1. Flow map Prosedur Penjualan

Laporan
Penjualan

49

2) Flow map Prosedur Pembelian

Daftar
Pemesanan
Barang

PEMASOK

PETUGAS KOPERASI

KEPALA SEKOLAH

Daftar
Pemesanan
Barang

Pembuatan
PO

Validasi
pesanan
yg
terpenuhi

Sesuai

Tidak

PO

PO

Faktur
Pembelian

Faktur
Pembelian

Faktur
Pembelian
tidak valid

Faktur
Pembelian
tidak valid

Ya
Faktur
Pembelian
Valid

Trans.
Pembelian

Simpan &
Update Data
pembelian
barang

Barang

Pembuatan
laporan
persediann
barang

Laporan
Persediaan
barang

Laporan
persediaan
barang

Cetak laporan
pembelian barang

Laporan
Pembelian

Laporan
Pembelian

Gambar 2. Flow map Prosedur Pembelian


4.3 Perancangan Aliran Informasi
Aliran informasi yang usulkan digunakan
untuk menunjang peningkatan pemakaian fasilitas
computer yang disediakan oleh perusahaan.
Gambaran global tentang darimana sistem
memperoleh dan kemana sistem akan memberikan
data/informasi ditunjukkan dalam konteks diagram
aliran data Gambar 3.
4.4

Perancangan Database
Untuk
merancang
database
secara
konseptual tentunya diperlukan alat bantu, baik

untuk menggambarkan keterhubungan antar data


maupun pengoptimalan rancangan database. Alat
bantu tersebut adalah Entity Relationship Diagram,
yang digunakan untuk menggambarkan model data.
Sedangkan untuk mendapatkan database digunakan
Table Design.
4.4.1 Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity Relationship Diagram (ERD)
menjelaskan hubungan antar entitas didalam
Aplikasi Persediaan Barang, suatu hubungan dapat
terjadi melalui sebuah interaksi Gambar 4.

50

Faktur penjualan & data barang retur

PO
Pemasok
Faktur pembelian
Tanda terima retur
barang

Daftar
pemesanan barang

Laporan persediaan
barang

Faktur penjualan
Tanda terima retur barang

Aplikasi
Persediaan
Barang

Laporan penjualan

Konsumen

Faktur pembelian tidak valid

Laporan pembelian

Permintaan Barang

Kepala
Sekolah
Gambar 3. Diagram Konteks

kd_brng*
*

faktur_beli
**
faktur_jual
**

tg
l
qt
y

Konsume
n

membe
li

harga_ju
al
satua
n
1

kd_brng*
*

kd_brng*
*

nm_br
ng

kd_brn
g*

tgl

harga_b
eli

Barang

menju
al

no_tel
p

sto
k
kd_pmsk**

qty

tgl

nm_pms
k

qty

meret
ur

kd_pmsk
*

kd_retur*
*

Gambar 4. Entiti Relationship Diagram (ERD)

Pemasok

alama
t

51

4.4.2 Perancangan Tabel (Table Design)


Dalam menyusun aplikasi persediaan barang
pada koperasi siswa ini memerlukan beberapa tabel
yang mendukung diantaranya yaitu tabel barang,
BARANG
Kode_barang*
Nama_barang
Satuan
Harga_beli
Harga_jual
Stok

PENJUALAN
Faktur_penjualan*
Kode_barang**
Quantity
Tgl_jual

USER
Kode_User*
Username
Password
Nama_lengkap

tabel pemasok, tabel penjualan, tabel pembelian,


tabel pemesanan tabel retur dan tabel user.
Relasi Antar Tabel
PEMASOK
Kode_pemasok*
Nama_pemasok
Alamat
No. Telpon

PEMBELIAN
Faktur_pembelian*
Kode_barang**
Kode_pemasok**
Quantity
Tgl_beli

RETUR
Kode_retur*
Kode_barang**
Quantity
Tgl_retur

Keterangan :
* : Primary Key
** : Foreign Key
Gambar 5. Relasi Antar Tabel

4.5

Implementasi
Menu Log In

Gambar 6. Form Log In

PEMESANAN
Kode_pemesanan*
Kode_pemasok**
Quantity
Tgl_pesan

52

Sub Menu Data Barang

Gambar 7. Form Input Data Barang


Sub Menu Pemesanan

Gambar 8. Form Transaksi Pemesanan


Sub Menu Pembelian

Gambar 9. Form Transaksi Pembelian

53

Sub Menu Penjualan

Gambar 10. Form Transaksi Penjualan


Sub Menu Retur Barang

Gambar 11. Form Transaksi Retur Barang

54

Sub Menu Laporan Persediaan Barang

Gambar 12. Form Laporan Persediaan Barang

5. Kesimpulan
Sistem yang berjalan saat ini masih memiliki
sejumlah
permasalahan,
sehingga
dapat
mengakibatkan kerugian bagi koperasi siswa dan
belum ada aplikasi khusus yang digunakan untuk
mendukung sistem informasi persediaan barang.
Dengan aplikasi yang dibangun ini data akan
tersimpan dalam database sehingga data yang
tersimpan lebih aman, dan akan memudahkan jika
memerlukan data yang telah lampau/terdahulu.
Untuk pengembangan selanjutnya, sistem informasi
persediaan barang di koperasi siswa ini diharapkan
terintegrasi dengan sistem informasi akuntansi
keuangan atau modul keuangan pada sistem
informasi persediaan barang di koperasi siswa.

Daftar Pustaka
Ikatan

Akuntansi Keuangan, 2007, Standar


Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat
Kusrini, Kinoyo Andri, 2007, Tuntunan Praktis
Membangun Sistem Informasi Akuntansi

dengan Visual Basic & Microsoft SQL


Server. Yogyakarta: Andi Offset.
Madcoms, 2005, Program Aplikasi Terintegrasi
Inventory dan Hutang Piutang dengan
Visual Basic 6.0 & Crystal Report.
Yogyakarta: Andi Offset.
Ristono Agus, 2009, Manajemen Persediaan.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Sudarsono dan Edilius, 2005, Koperasi dalam
Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya Ridwan, 2008, Kolaborasi Visual Basic 6.0
dan Access 2007. Jakarta: Elex Media.

Riwayat Penulis:
Dra. Nining R, dan Nana Suarna, M. Kom
adalah dosen tetap pada STMIK IKMI Cirebon. No.
No. HP.: Nining R 08121458660, HP.: Nana
Suarna - 081912940556
Suci Heliany, A. Md adalah pegawai SMK AlIrsyad Al-Islamiyah Cirebon

Anda mungkin juga menyukai