Anda di halaman 1dari 8

Propofol (Gambar 10-1) adalah salah satu dari grup alkylphenol yang

dapat menimbulkan hipnosis pada hewan. Alkylphenols berbentuk


minyak pada suhu kamar, tidak larut dalam air tetapi kelarutannya
tinggi dalam lemak. Formula baru yang menyisihkan Cremophor
tersusun atas 1 % (berat/volume) propofol, minyak kedelai 10 %,
glycerol 2,25 % dan 1,2 %purified egg phosphitide. Disodium edentate
ditambahkan untuk memperlambat pertumbuhan bakteri pada
emulsi. Formula ini memiliki pH 7, viskositasnya rendah, berwarna
putih susu. Formulasi berikutnya yang mengandung metabisulfite
sebagai antimicrobial diperkenalkan di Amerika. Di Eropa formula 2
% juga tersedia, dimana emulsinya mengandung campuran dari
trigliserida rantai pendek dan menengah. Semua formula yang
tersedia bersifat stabil pada suhu kamar dan tidak sensitive terhadap
cahaya. Perubahan kelarutan akan sedikit menimbulkan perubahan
farmakokinetik, memecah emulsi, degradasi spontan propofol dan
kemungkinan merubah efek farmakologis.
METABOLISME
Propofol dimetabolisme secara cepat di hati dengan cara
konjugasi menjadi glukoronide dan sulfat untuk membentuk senyawa
yang larut dalam air yang diekskresi ginjal. Kurang dari 1 % propofol
tidak berubah saat dieksresi melalui urine, dan 2% diekskresi melalui
feses. Karena kliren propofol melebihi aliran darah hepar,
diperkirakan terjadi eliminasi ekstrahapatal atau ekstrarenal. Paruparu diperkirakanmemegang peranan penting dalam proses ini,
dimana paru bertanggung jawab atas kira-kira 30 % dari uptake dan
eliminasi fase pertama. Pada studi invitro diketahui juga bahwa
mikrosom pada ginjal dan usus manusia mampu membentuk senyawa
propofol glukoronide. Propofol sendiri menunjukkan inhibisi
cytochrome-450 yang tergantung pada konsentrasi, yang mungkin
dapat merubah metabolism obat-obat yang tergantung pada system
enzim tersebut (contohnya obat-obat opioid).

FARMAKOKINETIK
Evaluasi farmakokinetik propofol banyak dilakukan dengan interval
dosis yang lebar seperti pemberian melalui infuse kontinyu, dan
dijelaskan dalam model dua atau tiga kompartemen (lihat Tabel 10-1).
Setelah injeksi bolus, kadar propofol dalam darah menurun cepat
sebagai akibat redistribusi dan eliminasi (Gbr. 10-2). Klirens propofol
sangat tinggi 1,5 sampai 2,2 L/mnt. Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya kliren ini melebihi aliran darah hepar dan terjadi
metabolisme ekstahepatal. Konstanta ekuilibrium propofol
berpedoman pada supresi electroencephalogram (EEG) (yang
berkorelasi kuat dengan penurunan kesadaran) adalah sekitar 0,3 per
menit, dan waktu paruh ekuilibrium antara konsentrasi plasma dan
efek EEG adalah 2,5 menit. Waktu untuk mencapai puncak efek
adalah 90 sampai 100 detik.
Beberapa faktor dapat menjadi penyebab perubahan farmakokinetik
propofol, antara lain jenis kelamin, berat badan, umur, penyakit
penyerta, dan pengobatan lain. Peningkatan kardiak output akan
menurunkan konsentrasi propofol di dalam plasma dan sebaliknya.
Pada keadaan hemorrhagic shock konsentrasi propofol meningkat
sampai 20 % sampai terjadi kondisi shock yang tidak terkompensasi,
suatu point dimana terjadi penigkatan konsentrasi propofol yang
sangat cepat. Pada anak
FARMAKOLOGI
Efek pada Susunan Saraf Pusat
Sifat utama propofol adalah hipnotik. Mekanisme kerjanya masih
belum jelas sepenuhnya, namun beberapa bukti menunjukkan bahwa
sebagian besar kinerja hipnosis propofol adalah dengan potensiasi aminobutiric acid (GABA)-induced chloride current, dengan
berikatan pada subunit dari reseptor GABAA. Subunit 1 (M286),
2 (M286), 3 (M286) pada domain transmembran merupakan area
kritis aksi hipnotik propofol. Melalui mekanisme pada reseptor

GABAA di hippocampus, propofol menghambat pelepasan


acethylcholine pada hippocampus dan kortek prefrontal. Aksi ini
sangat penting untuk efek sedasi propofol. Propofol disebutkan juga
menghambat reseptor glutamate subtype N-methyl-D-aspartate
(NMDA) melalui mekanisme modulasi sodium channel. Propofol juga
mendepresi neuron kornu posterior medulla spinalis melalui reseptor
GABAA dan glysine.
Propofol memiliki dua efek samping yang menarik yaitu efek
antiemetik dan adanya sense of well-being setelah pemberian
propofol. Efek antiemetic ini disebabkan oleh penurunan kadar
serotonin pada area postrema yang kemungkinan dikarenakan kerja
propofol pada reseptor GABA.
Onset hipnosis propofol sangat cepat (one arm-brain circulation)
setelah pemberian dengan dosis 2,5 mg/kg, dengan efek puncak
terlihat setelah 90 -i 100 detik. Median dosis efektif (ED50) propofol
untuk hilangnya kesadaran adalah 1 1,5 mg/kg setelah pemberian
bolus. Durasi hipnosis tergantung pada dosis (dose dependent) kirakira 5 10 menit setelah pemberian 2 2,5 mg/kg. Usia
mempengaruhi dosis induksi, dimana dosis tertinggi adalah pada usia
lebih muda dari 2 tahun (ED95 pada 2,88 mg/kg) dan menurun
dengan bertambahnya usia. Efek pertambahan usia pada penurunan
konsentrasi propofol yang dibutuhkan untuk terjadinya penurunan
kesadaran ditunjukkan pada Gambar 10-4.
Beberapa penelitian menyebutkan propofol dapat digunakan untuk
penanganan kejang epilepsy dengan dosis 2 mk/kg. Demikian pula
propofol dapat digunakan dalam pengobatan chronic refractory
headache dengan pemberian 20 30 mg setiap 3 4 menit
(maksimal 400 mg).
Propofol dapat menurunkan tekanan intracranial (TIK) pada pasien
dengan TIK normal maupun meningkat. Pada pasien dengan TIK
normal terjadi penurunan TIK (30 %) yang berhubungan dengan

penurunan sedikit tekanan perfusi serebral (10 %). Pemberian


fentanyl dosis rendah bersama dengan propofol dosis suplemen
mencegah kenaikan TIK pada intubasi endotrakeal. Pada pasien
dengan peningkatan TIK, penurunan TIK (50 %) berkaitan dengan
penurunan yang bermakna pada tekanan perfusi serebral.
Efek pada Sistem Respiratorik
Periode apnea terjadi setelah pemberian propofol dengan dosis
induksi, durasi dan insidensinya tergantung dari dosis pemberian,
kecepatan induksi dan pemberian premedikasi. Dosis induksi
propofol menyebabkan 25 30 % insiden apnea. Durasi apnea bias
lebih dari 30 detik, dimana kejadian ini bias disebabkan pemberian
opioid, baik sebagai premedikasi maupun pemberian sebalum
induksi. Onset apnea terlihat dari penurunan volume tidal dan
takipnea.
Propofol menyebabkan bronkodilatasi pada pasien dengan penyakit
paru obstruktif kronik.
Efek pada Sistem Kardiovaskuler
Efek kardiovaskular propofol telah dievaluasi baik pada saat induksi
maupun rumatan (Tabel 10-2). Efek yang paling bermakna adalah
penurunan tekanan darah arterial selama induksi anestesi. Pada
pasien dengan tanpa gangguan kardiovaskuler, induksi dengan dosis 2
2,5 mg/kg menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar
25 40 %. Perubahan yang sama terlihat pada tekanan darah ratarata dan tekana diastolik. Penurunan tekanan arterial berkaitan
dengan penurunan kardiak output/kardiak index ( 15 %), stroke
volume index ( 20 %) dan tahanan vaskuler sistemik ( 15 25 %).
Index kerja ventrikel kiri juga berkurang (( 30 %). Pada pasien
dengan kelainan katup, tekanan arteri pulmonal dan tekanan kapiler
pulmonal juga berkurang, dan hal ini disebutkan karena adanya
penurunan preload dan afterload. Penurunan tekanan sistemik

setelah induksi propofol dapat disebabkan oleh vasodilatasi dan


kemungkinan juga oleh depresi miokard.
Mekanisme lain yang diperkirakan dapat menyebabkan penurunan
kardiak output adalah aksi propofol pada sympathetic drive jantung.
Propofol dengan konsentrasi tinggi (10 g/mL) mengurangi efek
inotropik dari stimulasi - bukan -adrenoreseptor dan meningkatkan
efek lusitropik (relaksasi) dari stimulasi . Secara klinis, efek depresi
miokardial dan vasodilatasi kelihatannya tergantung pada dosis dan
konsentrasi plasma.
Frekuensi denyut jantung tidak mengalami perubahan yang signifikan
setelah pemberian propofol dosis induksi. Diperkirakan propofol
mereset atau menghambat baroreflek, mengurangi respon takikardi
pada hipotensi. Propofol menurunkan tonus parasimpatis jantung
sesuai dengan derajat sedasi yang timbul.
Pada pemeliharaan anestesi dengan propofol denyut jantung dapat
meningkat, menurun atau tidak berubah. Pemberian infus propofol
menunjukkan penurunan signifikan pada aliran darah miokard dan
konsumsi oksigen, suatu hal yang dapat menjaga rasio suplai dan
kebutuhan oksigen miokard secara umum. Propofol mengurangi
disfungsi mekanik, menurunkan cedera jaringan, memperbaiki aliran
koroner dan menurunkan metabolic dearrangement.
Efek lain
Propofol, seperti thiopental, tidak mempotensiasi blok neuromuscular
yang disebabkan oleh obat blok neuromuscular depolarisasi dan nondepolarisasi.
Propofol tidak memicu hiperpireksi maligna dan mungkin merupakan
pilihan pada pasien dengan kondisi tersebut.
Pada pasien dengan multipel alergi, propofol harus digunakan dengan
berhati-hati.

Propofol juga memiliki efek antiemetic yang bermakna pada dosis


rendah (subhipnotik). Propofol digunakan untuk mengatasi rasa mual
post operasi dengan dosis bolus 10 mg.
PENGGUNAAN
Induksi dan Pemeliharaan Anestesi
Propofol sesuai bila digunakan untuk induksi maupun pemeliharaan
anestesi dan telah disetujui untuk digunakan pada anestesi neurologik
dan cardiak (tabel 10-3). Dosis induksi bervariasi mulai dari 1,0
sampai 2,5 mg/kg dan ED95 pada pasien dewasa yang tidak
dipremedikasi adalah 2,25 - 2,5 mg/kg. Karakteristik fisiologis yang
menjadi penentu dosis induksi adalah umur, massa tubuh dan volume
darah sentral. Premedikasi dengan opioid atau benzodiazepin, atau
keduanya, akan mengurangi dosis induksi. Dosis 1 mg/kg (dengan
premedikasi) sampai 1,75 mg/kg (tanpa premedikasi)
direkomendasikan untuk induksi anestesi pada pasien lebih tua dari
60 tahun (lihat juga bab 62). Untuk mencegah hipotensi pada pasien
dengan penyakit lebih berat atau mereka yang akan menjalani operasi
bedah jantung, pemberian loading cairan harus diberikan, dan
propofol harus diberikan dalam dosis kecil (10 30 dengan infus)
sampai pasien kehilangan kesadaran.
ED 95 (2,0 3,0 mg/kg) untuk induksi pada anak meningkat,
terutama karena disebabkan perbedaan farmakokinetik.
Saat digunakan sebagai induksi anestesi, propofol menunjukkan
pemulihan serta kembalinya fungsi motorik yang lebih cepat secara
signifikan dibandingkan dengan thiopental atau methohexital.
Kejadian mual dan muntah pada propofol juga lebih rendah, mungkin
disebabkan efek antimuntahnya.
Propofol dapat diberikan secara bolus intermitten atau infus kontinyu
untuk pemeliharaan anestesi. Setelah pemberian dosis induksi yang
sesuai, bolus 10 40 mg dibutuhkan setiap 5 menit untuk

pemeliharaan. Karena pemberian ini harus dilakukan berulang, akan


lebih mudah bila diberikan dengan infus kontinyu.
Berbagai metode infus kontinyu telah banyak digunakan untuk
mencapaikonsentrasi plasma yang adekuat. Kecepatan infus
tergantung pada kebutuhan masing-masing individu dan stimulus
pembedahan. Bila dikombinasikan dengan propofol, midazolam,
clonidine, morphine, fentanyl, sulfentanil, alfentanil atau ramifentanil
mengurangi kecepatan dan konsentrasi infus (lihat juga bab 12)
Bertambahnya usia berhubungan dengan penurunan kebutuhan
terhadap propofol, sedangkan pada anak dan bayi kebutuhan ini
meningkat.
Untuk operasi singkat (< 1 jam) pada permukaan bagian tubuh,
keuntungan akan pemulihan yang cepat dan berkurangnya mual
muntah masih terbukti pada penggunaan propofol. Bila digunakan
pada operasi yang lebih lama, kecepatan pemulihan dan kjadian mual
- muntah propofol hampir sama dengan penggunaan
thiopental/isoflurane.
Sedasi
Propofol telah dievaluasi untuk penggunaan sebagai sedasi selama
pembedahan dan pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik
di ICU. Propofol dengan infuse kontinyu memberikan tinkatan sedasi
yang dapat dititrasi dan pemulihan yang singkat setiap kali infuse
dihentikan.
EFEK SAMPING DAN KONTRAINDIKASI
Induksi anestesi dengan propofol dikaitkan dengan beberapa efek
samping, termasuk nyeri saat injeksi, myklonus, apneu, penurunan
tekanan darah arterial dan jarang , trombophlebitis pada vena lokasi
injeksi propofol. Nyeri dapat direduksi dengan pemilihan vena yang
besar, mengindari vena di dorsum manus, dan menambahkan

lidokain pada larutan propofol. Apneu pada pemberian propofol


sering terjadi dan hampir sama dengan pemberian thiopental dan
methohexital; namun propofol menyebabkan kejadian yang lebih
sering dan periode apneu lebih dari 30 menit. Pemberian opioid
meningkatkan insidensi apneu khususnya apneu yang prolong.
Efek samping yang paling signifikah. n adalah penurunan tekanan
darah sistemik. Penambahan opioid sebelum induksi cenderung
menambah penurunan tekanan darah. Mungkin pemberian dengan
dosisi lebih kecil dan cara pemberian pelan serta rehidrasi yang
adekuat akan mengatasi penurunan tekanan darah. Berlawanan
dengan hal tersebut, efek laringoskopy dan intubasi endotrakeal dan
peningkatan MAP, denyut nadi dan tahanan vascular sistemik kurang
signifikan pada propofol jika dibandingkan dengan thiopental.
Propofol infusion syndrome jarang terjadi namun letal, dikaitkan
dengan infuse propofal 5 mg/kg/jam atau lebih dari 48 jam atau lebih.
Gejala klinik berupa kardiomiopati dengan gagal jantung akut,
asidosis metabolic, miopati skeletal, hiperkalemia, hepatomegali dan
lipemia. Bukti yang ada menunjukkan kemungkinan sindrom ini
disebabkan kegagalan metabolism asam lemak bebas yang disebabkan
inhibaisi masuknya asam lemak bebas ke mitokondria dan gangguan
rantai respirasi mitokondria.

Anda mungkin juga menyukai