4. Fraktur Colles
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi di
korpus distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal
bergeser ke arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas
garpu-makan malam (dinner-fork). Kemungkinan dapat disertai dengan fraktur
pada prosesus styloideus ulna.
Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan angulasi
ke posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke radial. Dapat
bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid ulna. Fraktur collees
dapat terjadi setelah terjatuh, sehingga dapat menyebabkan fraktur pada ujung
bawah radius dengan pergeseran posterior dari fragmen distal.
Undisplaced Colles fracture (jarang) hanya membutuhkan imobilisasi di
bawah elbow cast selama 4 minggu. Displaced fracture biasanya dapat direduksi
dengan baik dengan reduksi tertutup, tetapi masalah utamanya adalah
mempertahankan reduksinya, terutama pada tipe unstable dari fraktur colles. Pada
tipe ini dengan cominutif pada cortex dorsal dan hancurnya cancellous bone maka
reduksinya cenderung dengan slip back mengarah ke posisi prereduksi dari
deformitasnya. Untuk fraktur colles dengan fraktur yang cominutif dan unstable
yang ekstrim, terutama pada pasien dengan usia kurang dari 60 tahun, metode
extrenal fixation cukup bernilai dalam mempertahankan reduksinya.
Untuk perawatan selanjutnya dengan meninggikan posisi forearm untuk
meminimalkan pembengkakan sangat penting dilakukan setelah dilakukan
reduksi. Jari- jari tangan, sendi siku dan bahu harus secara aktif digerakan setiap
jam setiap hari sejak setelah direduksi
5. Fraktur Smith
Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara
langsung pada punggung tangan. Pasien mengalami cedera pergelangan tangan,
tetapi tidak terdapat deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau
dislokasi fragmen distal ke arah ventral dengan diviasi radius tangan yang
memberikan gambaran deformitas sekop kebun (garden spade).
Reduksi dilakukan dengan posisi supinasi yang adekuat pada pergelangan
akan tetapi open reduction and internal fixation biasanya dibutuhkan. Elbow cast
biasanya dibutuhkan waktu 6 minggu imobilisasi untuk mempertahankan posisi
supinasinya.
Modifikasi Klasifikasi Thomas :
Tipe I
: Extra artikular
Tipe II
Tipe III
Tipe I
Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang,
sel-sel pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur
ini terjadi oleh karena adanya shearing force dan sering terjadi pada bayi
baru lahir dan pada anak-anak yang lebih muda. Pengobatan dengan
reduksi tertutup mudah oleh karena masih ada perlekatan periosteum yang
utuh dan intak. Prognosis biasanya baik bila direposisisdengan cepat.
Tipe II
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui
sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan
membentuk suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut
Tipe IV
Fraktur tipe ini juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui
permukaan sendi memotong epifisis serta seluruh lapisan epifisis dan
berlanjut pada sebagian metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur
kondilus lateralis humeri pada anak-anak. Pengobatan dengan operasi
terbuka dan fiksasi interna dilakukan karena fraktur tidak stabil akibat
tarikan otot. Prognosis jelek bila reduksi tidak dilakuakn.
Tipe V
Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang
diteruskan pada lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi
penopang badan yaitu sendi pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosa
sulit karena secara radiologik tidak dapat dilihat. Prognosis jelek karena
dapat terjadi kerusakan sebagian atau seluruh lempeng pertumbuhan.
7. Fraktur Monteggia
Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan
saat jatuh atau pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal
dengan angulasi anterior yang disertai dengan dislokasi anterior kaput radius.
Klasifikasi Bado :
Tipe I
Tipe II
Tipe III
Tipe IV
: Dislokasi anterior dari caput radial dengan fraktur dari kedua radius
dan ulna pada 1/3 proximal di level yang sama.
2.
3.
4.
Fase hematoma
Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan
Fase proliferatif
Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah
Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh
aktivitas osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan
pembentukan lamela-lamela). Pada stadium ini sebenarnya proses penyembuhan
sedah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian fibrous callus menjadi primary
callus. Pada saat ini sudah mulai diletakkan sehingga sudah tampak jaringan yang
radioopaque. Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu, namun pada umur-umur
lebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary bone callus diresorbsi
dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang
yang normal.
5.
Fase remodeling
Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang
banyak dan tulang sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan
kembali dari medula tulang. Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang
terbentuk pada umumnya berlebihan, mengelilingi daerah fraktur di luar maupun
didalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal medularis. Dengan mengikuti
stress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi otot dan
sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali
dengan kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan
aslinya.