Kristal Lagi
Kristal Lagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
meninggalkan kisi kristal dalam keadaan kelebihan muatan negatif dan ini
menghasilkan warna yang berbeda, kelebihan muatan negatif (elektron) dapat di
pindahkan melalui kisi kristal dengan perbedaan potensial. Jadi, seng oksida ini
bersifat sebagai semikonduktor. Pada pendinginan, atom-atom oksigen yang
keluar dari kisi pada pemanasan tersebut kembali lagi ke posisi semula sehingga
diperoleh warna semula.
Sebagian besar ZnO mempunyai karakterisasi semikonduktor tipe n, bahkan
tanpa adanya pengotor atau dopan. Hal ini dikarenakan adanya cacat kristal alami
ZnO seperti kelebihan oksigen dan atom interstisi dari zinc. Sifat inilah yang
menjadi dasar aplikasi ZnO dalam teknologi film tipis antara lain adalah
penggunaan ZnO sebagai TCO dan film tipis sel surya.
Mikrajuddin, dkk, (2008), melaporkan bahwa sebagai semikonduktor, ZnO
sangat potensial diaplikasi sebagai elektroda transparan dalam teknologi
fotovoltaik, piranti elektroluminisens dan material piranti pemancar ultraviolet.
Nanopartikel Seng Oksida sebagai material semikonduktor yang menghasilkan
luminisens biru sampai hijau-kuning yang cukup efisien. Sifat ini menjadikan
ZnO sebagai material yang sangat potensial bagi pengembangan sumber cahaya
putih (white light sources). Karena strukturnya yang kovalen, material oksida juga
biasa disebut dengan keramik.
Dalam bentuk lapisan tipisnya, material oksida ini transparan terhadap cahaya
dikarenakan band gap-nya yang sesuai. Sifat konduktifnya (lebih tepatnya
semikonduktif) diaplikasikan untuk transparent conducting oxide (TCO) pada
layar LCD, LED, electrochromic windows (jendela yang bisa mengatur dirinya
menjadi transparan-gelap) hingga lapisan pertama pada sel surya lapis tipis.
Beberapa jenis metoda sintesis ZnO berstruktur nano adalah Chemical vapor
deposition (CVD), metal-organic CVD, elektrodeposisi, solution process termasuk
metoda sol-gel. Metode sol-gel merupakan proses yang mudah dan tidak
memerlukan biaya tinggi, sehingga banyak digunakan beberapa tahun belakangan
ini. Struktur kristal dan ukuran bulir partikel pada lapisan tipis ZnO sangat
mempengaruhi sifat optik dan elektriknya. Pada dasarnya orientasi dari
nanokristal yang membentuk lapisan tipis sangat bergantung pada jenis substrat
yang digunakan, hal ini berkaitan dengan energi permukaan yang terbentuk antara
substrat dan lapisan yang ditumbuhkan. Penggunaan substrat yang memiliki
ketidaksesuaian kisi yang kecil, akan mempermudah pembentukan kristal menjadi
lebih teratur (preferred orientation) dan seragam.
kovalen. Berdasarkan struktur tersebut, ikatan kimia antara atom Zn dan atom O
cenderung mengarah kepada ikatan ion karena kuatnya sistem polarisasi antara
kedua atom tersebut. Ikatan Zn-O menyebabkan atom Zn menjadi sangat positif
dan atom O menjadi sangat negatif. Tetapi pada akhirnya, kedua atom tersebut
membentuk molekul yang netral. Kisi heksagonal dikarakterisasi dengan melihat
hubungan subkisi (sublattice) Zn2+ dan O2-, dimana ion Zn dikelilingi oleh ion
tetrahedral dan sebaliknya. Struktur kristal wurtzite yang yang simetrinya
hexagonal, dikarenakan ada 12 ion oksigen (O2-) yang berada ditiap sudut atas dan
bawah yang membentuk suatu prisma heksagonal. Setiap ion Zn2+ maupun O2merupakan pusat tethahedral dari keempat ion tetangganya.
Tabel 2.1. Sifat Fisis Dasar ZnO dalam Ukuran Besar (bulk)
No
Sifat (properties)
Nilai
Kerapatan
5.606 g/cm3
Titik leleh
2248 K
8.66
Energi gap
60 meV
0,24
0
200 cm2/Vs
10
0,59
11
5-50 cm2/Vs
12
419,50 C
Gambar 2.2. Ilustrasi Pita Valensi, pita konduksi, dan celah pita energi bahan
Semikonduktor.
10
Jika mendapat energi yang cukup misalnya dari foton, atau panas, atau
tumbukan oleh partikel lain, elektron yang semula berada .di pita velensi dapat
meIoncat ke pita konduksi. Energi yang diterima elektron minimal harus sama
dengan celah pita energi. Loncatan tersebut meninggalkan keadaan kosong di pita
konduksi. Keadaan kosong tersebut berperilaku seolah-olah sebagai sebuah partikel
bermuatan positif dan dinamakan lubang (hole). Persyaratan bagi elektron agar
dapat mencapai pita konduksi adalah energi yang diterima harus lebih besar dari
celah pita energi, Eg. Misalkan eksitasi dilakukan dengan gelombang cahaya
(frekuensi rendah), maka frekuensi cahaya pengeksitasi harus memenuhi hf > Eg
dengan h konstanta Planck dan f adalah frekuensi cahaya pengeksitasi.
Umumnya,cahaya yang digunakan untuk mengeksitasi elektron dari pita valensi ke
pita konduksi adalah cahaya ultraviolet karena hanya cahaya inilah yang memiliki
energi foton yang Iebih besar daripada energi celah pita energi kebanyakan bahan
semikonduktor. Sebagai conthoh, untuk bahan semikonduktor dengan lebar celah
pita energi 3,4 eV dapat dieksitasi dengan cahaya yang memiliki panjang
gelombang di bawah 364 nm. Panjang gelombang ini berada di daerah ultraviolet.
Keadaan tereksitasi bukan merupakan keadaan stabil. Elektron hanya
bertahan beberapa saat di keadaan eksitasi dan setelah itu kembali ke keadaan
awal mengisi kembali keadaan kosong yang semula ditinggalkannya di pita
valensi. Proses ini disebut deeksitasi atau rekombinasi. Disebut rekombinasi
karena elektron bergabung kembali dengan lubang, sehingga lubang menjadi
hilang. Saat proses deksitasi ini dilepaskan energi yang bisa berupa panas (getaran
atom-atom dalam bahan) atau bisa berupa pemancaran cahaya. Deeksitasi yang
disertai pelepasan panas disebut transisi tanpa radiasi (radiationless transition),
sedangkan deeksitasi yang disertai pemancaran gelombang elektromagnetik
disebut transisi radiasi (radiative transition). Pada transisi radiatif, energi
gelombang elektromagnetik yang dipancarkan kira-kira sama dengan lebar celah
pita energi, yaitu hf Eg. Dengan demikian, frekuensi gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan adalah f Eg/h.
Karena frekuensi merepresentasikan warna, maka tampak disini bahwa warna
yang dihasilkan material ketika terjadi proses deeksitasi sangat bergantung pada
11
lebar celah pita energi. Ini merupakan salah satu dasar rekayasa pita energi. Jika
dapat melakukan pengontrolan lebar celah pita energi material maka akan
dihasilkan material yang menghasilkan warna yang berbeda-beda.
Pengaruh dimensi partikel terhadap lebar celah pita energi dapat dipahami
sebagai berikut. Ketika elektron berpindah dari pita valensi ke pita kondukasi,
yang berarti elektron melepaskan diri dari ikatan oleh ion-ion positif di sekitarnya
sehingga menjadi elektron yang lebih bebas. Elektron paling sulit melepaskan diri
dari satu atom terisolasi. Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari
atom terisolasi sama dengan energi ionisasi, dan nilainya sangat besar. Jika
beberapa atom digabung menjadi material maka elektron-elektron dalam material
tersebut menjadi lebih mobil. Akibatnya makin sedikit energi yang diperlukan
untuk membuat elektron-elektron dalam material tersebut untuk menjadi elektron
yang lebih bebas. Ini berarti, lebar celah pita energi yang dimiliki material yang
tersusun dari sejumlah atom makin kecil. Makin banyak jumlah atom penyusun
material maka makin kecil energi yang diperlukan untuk menghasilkan elektronelektron yang hampir bebas, berarti makin kecil pula lebar celah pita energi.
Sampai suatu saat, kebebasan elektron mencapai nilai saturasi di maka
penambahan jumlah atom penyusun material tidak legi mengubah kekebasan
elektron. Dalam keadaan ini lebar celah pita energi tidak lagi bergantung pada
ukuran material. Lebar celah pita energi sama dengan lebar celah pita energi
material dalam keadaan besar atau bulk.
2.4. Koloid
Koloid (sistem koloid) merupakan campuran heterogen antara solut dengan
pelarut, dimana solut tetap ada (tersebar) pada pelarut. Dalam sistem koloid
terdapat dua bagian fasa, yaitu: fasa dalam (solute), disebut juga fasa terdispersi
dan fasa luar (pelarut), disebut juga fasa pendispersi.
12
Solut maupun pelarut mempunyai tiga macam fase yaitu gas, cair dan padat maka
terdapat 8 macam sistem koloid seperti pada tabel berikut :
Fasa
Penyebutan
Nama
Contoh
Terdispersi
Pendispersi
Gas
Cair
Buih
Busa sabun
Gas
Padat
Karet busa
Cair
Gas
Aerosol cair
Kabut
Cair
Cair
Emulsi
Susu
Cair
Padat
Emulsi padat
Mentega
Padat
Gas
Aerosol pdt
Asap
Padat
Cair
Larutan kanji
Padat
Padat
Camp logam
Sol padat
( perunggu )
(Verlyana, 2008)
Berdasarkan Interaksinya dengan Pelarut (air) koloid dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu : (1) koloid hidrofil yaitu koloid yang dapat campur dengan air,
dapat diencerkan dan lebih stabil. Contohnya koloid dari senyawa-senyawa
organik, misalnya kanji (amilum), agar-agar, dsb dan (2) koloid hidrofob yaitu
tidak dicampur dengan air, sehingga tidak dapat diencerkan dan kurang stabil.
Contohnya koloid dari senyawa anorganik, misalnya sol belerang (S), Fe(OH)3.
Pembentukan koloid ditentukan oleh ukuran partikel solut, semakin kecil ukuran
partikel solut, maka akan semakin mudah larut dan sebaliknya, semakin besar
ukuran partikel solut, maka akan mudah membentuk endapan.
13
14
supersaturasi, dan efek gabungan energi permukaan dan antarmuka diatur oleh
persamaan Young. Interaksi antara film dan substrat memainkan peran yang
sangat penting dalam menentukan nukleasi awal dan pertumbuhan film.
Berdasarkan hasil eksperimental dinyatakan bahwa ada tiga mode dasar nukleasi
yaitu (Milton, 1992):
(1) pertumbuhan pulau atau Volmer-Weber,
(2) Pertumbuhan lapisan atau Frank-van der Merwe
(3) Pulau-lapisan atau Stranski-Krastonov.
Gambar 2.3. Ilustrasi tiga mode dasar nukleasi awal dalam pertumbuhan film.
Gambar 2.3 mengilustrasikan tiga mode dasar nukleasi awal dalam pertumbuhan
film. Pulau pertumbuhan terjadi ketika spesies pertumbuhan lebih kuat terikat satu
sama lain daripada substrat. Banyak sistem logam pada substrat isolator, halida
alkali, grafit dan substrat mika menampilkan jenis nukleasi selama awal deposisi
film . Hasil pertumbuhan berikutnya terjadinya pengabungan pulau-pulau dan
membentuk lapisan film. Pertumbuhan lapisan adalah kebalikan dari pertumbuhan
pulau, dimana pertumbuhan spesies sama-sama terikat lebih kuat ke substrat
daripada satu sama lain. Lapisan pertama lengkap dibentuk, sebelum deposisi
15
Kondisi pertumbuhan untuk polikristalin kristal tunggal, dan film amorf silikon
dengan metode uap kimia juga dapat berlaku untuk film elemen tunggal, seperti
ditunjukkan pada gambar 2.3. Namun, proses pertumbuhan ini merupakan kasus
yang kompleks dalam sistem disebabkan adanya materi kotoran dan aditif.
Epitaksial adalah proses yang sangat khusus, dan mengacu pada pembentukan
atau pertumbuhan kristal tunggal di atas substrat. Tingginya pertumbuhan
epitaksial
menyebabkan
terjadinya
homoepitaksi
dan
heteroepitaksi.
16
sama.
Pertumbuhan
Homoepitaksial
biasanya
digunakan
untuk
menumbuhkan kualitas film yang lebih baik atau memperkenalkan dopan menjadi
film yang lebih baik. Heteroepitaksi mengacu pada kasus bahwa film dan substrat
adalah bahan yang berbeda. Perbedaan antara film homoepitaksial dan film
heteroepitaksial adalah pertandingan kisi antara film dan substrat. Tidak ada
ketidaksesuaian kisi antara film dan substrat oleh pertumbuhan homoepitaksiial.
Sebaliknya, akan ada ketidaksesuaian kisi antara film dan substrat pertumbuhan
heteroepitaksial.
2.6. Prekursor
Prekursor adalah bahan kimia yang menjadi dasar atau sumber dalam
pembentukan material yang lain. Ada beberapa kriteria material untuk disebut
sebagai prekursor, yaitu mempunyai sifat reaktif, mudah berubah menjadi zat lain,
dan mudah menjadi radikal akibat perlakuan termal maupun akibat proses
kimiawi.
Sifat
Nilai
Formula
C6H15NO3
(200 C) larut
Titik lebur
220 C
Densitas
Titik didih
335.40 C
Indeks Refraktif
1.485
17
Nilai
Rumus molekul
C2H6O
Warna
Bening
Titik didih
78.370 C
Titik lebur
-1140 C
Indeks refraksi
1.36
18
Selain itu bisa juga penggunaan pelapisan yang akan mengkerut ketika
perbaikan (curing) sehingga akan membungkus material substrat dengan baik,
seperti epoksi, poliester, dan lain-lain.
19
Nilai
Warna
Bening
Prinsip penggunaan
Ekspansi termal
0 - 3000 C
6390 C
Kerapatan
2,76 g/cm3
70 % (320 nm)
Transmitansi
90 % (360 nm)
90 % (380- 2200 nm)
20
difusi kimia terus meningkat kemudian gel tersebut dikeringkan dan dikalsinasi
untuk menghasilkan bubuk. Kalsinasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat
yang dapat menghasilkan suhu yang seragam bagi bahan sehingga proses
pencampuran bahan memungkinkan untuk pembentukan produk yang lebih
seragam. Pada suatu sintesa untuk menghilangkan atau mengurangi kadar air
dalam air dan pengotor perlu dilakukan proses yang disebut kalsinasi. Pemanasan
atau kalsinasi akan terbentuk agregat partikel dimana penggerusan dari agregat
yang besar tersebut diperoleh serbuk
memiliki fungsi untuk menghilangkan sisa senyawa prekursor yang tidak bisa
hilang pada suhu rendah.
Bahan awal atau precursor juga dapat disimpan pada suatu substrat untuk
membentuk film (seperti melalui dipcoating atau spincoating), yang kemudian
dimasukkan kedalam suatu kontainer yang sesuai dengan bentuk yang diinginkan
contohnya untuk menghasilkan suatu keramik monolitik, gelas, fiber atau serat
membran, aerogel, atau juga untuk mensitesis bubuk baik butiran mikro maupun
nano.
M(OR)(z-1)(OH) + R(OH)
21
Faktor yang berpengaruh pada proses hidrolisis adalah rasio air atau prekursor dan
jenis katalis hidrolisis yang digunakan. Peningkatan rasio pelarut atau prekursor
akan meningkatkan reaksi hidrolisis. Reaksi berlangsung cepat sehingga waktu
gelasi lebih cepat. Katalis yang digunakan pada proses hidrolisis adalah jenis
katalis asam atau katalis basa, namun proses hidrolisis juga dapat berlangsung
tanpa menggunakan katalis. Dengan adanya katalis maka proses hidrolisis akan
berlangsung lebih cepat dan konversi menjadi lebih tinggi.
2. Kondensasi
Pada tahapan ini terjadi proses transisi dari sol menjadi gel. Reaksi kondensasi
melibatkan ligan hidroksil untuk menghasilkan polimer dengan ikatan M-O-M.
Pada berbagai kasus , reaksi ini juga menghasilkan produk samping berupa air
atau alkohol dengan persamaan reaksi secara umum
Kondensasi air : M-OH + HO-M
M-O-M + H2O
M-O-M + R-OH
3. Pematangan (Aging)
Setelah reaksi hidrolisis dan kondensasi, dilanjutkan dengan proses
pematangan gel yang terbentuk. Proses ini lebih dikenal dengan nama proses
aging. Pada proses pematangan ini, terjadi reaksi pembentukan jaringan gel yang
lebih kaku, kuat, dan menyusut di dalam larutan. Parameter prosesnya adalah
waktu, temperatur, komposisi cairan dan lingkungan aging.
4. Pengeringan (kalsinasi)
Tahap terakhir adalah proses penguapan larutan dan cairan yang tidak
diinginkan untuk mendapatkan struktur sol-gel yang memiliki luas permukaan
yang tinggi. Kalsinasi berguna untuk melepaskan template yang digunakan dalam
proses gel. Parameter prosesnya adalah temperatur, waktu dan gas (inert atau
reaktif).
Struktur dan sifat fisik gel sangat bergantung pada beberapa hal, diantaranya :
22
Metode sol gel cocok untuk preparasi film tipis dan material berbentuk bubuk
(powder). Tujuan preparasi ini agar suatu material dapat memiliki fungsional
khusus (elektrik, optik, magnetik, dll). Metode sol gel memiliki keuntungan
antara lain:
Biaya murah
Untuk partikel halus, rentang ukuran 0,1 sampai beberapa mikron
Mudah dalam kontrol komposisi (kehomogenan komposisi kimia baik)
Temperatur proses rendah
23
garam tersebut dilarutkan dengan air hangat sebanyak 80-40%. Setelah proses
alkaline cleaning, semua zat alkalin harus dibersihkan dengan air atau uap
agar tidak mengganggu kinerja pelapisan.
c. Pickling (Acid cleaning), yaitu dengan menggunakan larutan asam untuk
membersihkan kerak dan korosi. Larutan asam yang biasa digunakan yaitu
asam sulfat (H2SO4) yang akan melarutkan oksida pada permukaan.
24
Proses perlakuan panas pada dasarnya terdiri dari beberapa tahapan dimulai
dengan pemanasan sampai temperatur tertentu, lalu diikuti dengan penahanan
selama beberapa saat lalu kemudian dilakukan pendinginan menuju temperatur
yang lebih rendah dengan kecepatan tertentu.
Secara umum proses perlakuan panas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Proses perlakuan panas yang menghasilkan struktur yang seimbang (near
equilibrium). Tujuan utama dari perlakuan panas ini diantaranya adalah untuk
memperbaiki struktur kristal dan menghasilkan butir. Contoh perlakuan panas
yang termasuk jenis near equilibrium adalah pemanasan awal (preheating)
dan anealing. Anealing pada suatu material dilakukan dengan cara
memanaskan material sampai temperatur yang cukup tinggi kemudian
mempertahankan pemanasannya pada suhu tinggi selama beberapa saat agar
tercapai perubahan yang diinginkan seperti membuat sedikit pertumbuhan
butiran-butiran agar diperoleh struktur mikro dengan butir yang halus dan
seragam kemudian didinginkan secara perlahan-lahan dengan laju pendinginan
yang cukup lambat.
2. Proses perlakuan panas yang menghasilkan struktur yang tidak seimbang (non
equilibrium). Tujuan umum dari perlakuan panas ini adalah untuk
mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi. Salah satu jenis
perlakuan panas non equilibrium adalah hardening. Hardening biasa dilakukan
pada baja dengan tujuan untuk memperoleh sifat tahan yang aus yang lebih
tinggi dan kekuatan yang lebih baik.
25
26
Gambar 2.5. Transmisi ZnO yang ditumbuhkan pada substrat kaca pada
temperatur yang berbeda.
27
Tabel 2.6. Pengaruh pemanasan terhadap tekanan residu dan ukuran rata-rata
kristal sampel film tipis ZnO
Sampel
Temperatur
Temperatur
Preheating (0C)
postheating (0C)
A1
150
400
16.9
A2
200
400
16.7
A3
250
400
4.6
B1
150
600
28.4
B2
200
600
21.8
B3
250
600
21.4
28
foton dari suatu sumber cahaya menumbuk suatu elektron valensi dari atom
semikonduktor mengakibatkan suatu energi yang cukup besar untuk memisahkan
elektron tersebut terlepas dari struktur atomnya. Elektron yang terlepas tersebut
menjadi bebas bergerak di dalam bidang kristal dan elektron tersebut menjadi
bermuatan negatif dan berada pada daerah pita konduksi dari material
semikonduktor. Akibat hilangnya elektron mengakibatkan terbentuknya suatu
kekosongan pada struktur kristal yang disebut hole dan bermuatan positif.
Daerah semikonduktor dengan elektron bebas dan bersifat negatif bertindak
sebagai donor elektron yang disebut daerah tipe negatif atau tipe n. Sedangkan
daerah semikonduktor dengan lobang bersifat positif dan bertindak sebagai
penerima elektron. Daerah ini disebut tipe positif atau tipe p. Ikatan dari kedua sisi
posisi dan negatif tersebut menghasilkan energi listrik internal yang akan
mendorong elektron bebas dan lobang untuk bergerak ke arah yang berlawanan.
Elektron akan bergerak menjauhi sisi negatif, sedangkan lobang bergerak
menjauhi sisi positif. Ketika hubungan ini dihubungkan dengan sebuah beban
seperti lampu akan menghasilkan sebuah arus listrik.
29
ZnO, larutan elektrolit dan katalis yang semuanya dideposisi diantara dua kaca
konduktif, seperti terlihat pada Gambar 2.6. Pada bagian atas dan alas sel surya
merupakan kaca yang sudah dilapisi oleh TCO (Transparent Conducting Oxide),
yang berfungsi sebagai elektroda dan counter-elektroda. Pada TCO counterelektroda dilapisi katalis untuk mempercepat reaksi redoks dengan elektrolit.
kualitas film yang terbentuk dan dapat dipengaruhi oleh struktur kristal, ukuran
bulir, dan pemilihan substrat Selain itu peningkatan transmitansi pada suhu yang
lebih tinggi kemungkinan diakibatkan oleh hamburan optik yang disebabkan oleh
pemadatan dan penumbuhan bulir partikel yang diiringi dengan berkurangnya
kerapatan perbatasan bulir antar partikel yang terbentuk. Sehingga dapat diketahui
untuk menghasilkan kualitas lapisan yang baik, dibutuhkan pemanasan pada
temperatur yang cukup tinggi.
30
= koefisien absorbsi
= konstanta Planck
= konstanta
Eopt
ln
dimana; x = absorbansi
d = ketebalan film ZnO:
1
1
1
2 .(
1 + ( )0.5
1 ( )0.5
Sehingga dapat diketahui nantinya nilai energi gap optik (Eg opt) dari sampel yang
diukur.
2.15.1. Mekanisme emisi
Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya
logam) ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik (seperti cahaya
tampak dan radiasi ultraungu) yang berada di atas frekuensi ambang tergantung
pada jenis permukaan.
31
Foton dari sinar memiliki energi karakteristik yang ditentukan oleh frekuensi
cahaya. Dalam proses fotoemisi, jika elektron dalam beberapa bahan menyerap
energi dari satu foton dan dengan demikian memiliki lebih banyak energi daripada
fungsi kerja (energi ikat elektron) dari materi, itu dikeluarkan. Jika energi foton
terlalu rendah, elektron tidak bisa keluar dari materi. Peningkatan intensitas sinar
meningkatkan jumlah foton dalam berkas cahaya, dan dengan demikian
meningkatkan jumlah elektron, tetapi tidak meningkatkan energi setiap elektron
yang dimiliki. Energi dari elektron yang dipancarkan tidak tergantung pada
intensitas cahaya yang masuk, tetapi hanya pada energi atau frekuensi foton
individual. Ini adalah interaksi antara foton dan elektron terluar. Planck
mendapatkan bahwa kuanta yang berpautan dengan frekuensi tertentu dari
cahaya semuanya harus berenergi sama dimana energi ini E berbanding lurus
dengan . Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
= =
32
Gambar 2.9. Transmitansi optik film tipis ZnO yang dipreparasi dengan metode
sol gel dipcoating dengan pemanasan awal (preheating treatment)
pada temperatur yang berbeda dengan pemanasan akhir 6500 C.
(Young-Sung Kim dan Weon-Pil Tai, 2005).
33
normal manusia akan dapat menerima panjang gelombang dari 400 sampai 700
nm, meskipun beberapa orang dapat menerima panjang gelombang dari 380
sampai 780 nm (atau dalam frekuensi 790-400 terahertz). Mata yang telah
beradaptasi dengan cahaya biasanya memiliki sensitivitas maksimum di sekitar
555 nm, di wilayah hijau dari spektrum optik. Radiasi elektromagnetik di luar
jangkauan panjang gelombang optik, atau jendela transmisi lainnya, hampir
seluruhnya diserap oleh atmosfer. Dikatakan jendela optik karena manusia tidak
bisa menjangkau wilayah di luar spektrum optik. Inframerah terletak sedikit di
luar jendela optik, namun tidak dapat dilihat oleh mata manusia.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitansi atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometri ini merupakan
gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. menggunakan dua buah
sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible.
Spektroskopi ultraviolet-visible atau spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-Vis
atau UV / Vis) melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat. Ini
berarti menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet (UV)
dan dekat dengan inframerah (NIR) kisaran. Penyerapan dalam rentang yang
terlihat secara langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat. Di
wilayah ini dari spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi
elektronik. Teknik ini melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi
berkaitan dengan transisi dari ground state ke eksited state.
Spektrofotometer UV-Vis mempunyai rentang pengukuran pada panjang
gelombang 190-1100 nm. Gugusan atom yang mengabsorpsi radiasi UV-Vis
adalah gugus kromofor. Ketika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi
elektromagnetik, molekul tersebut akan mengabsorbsi radiasi elektromagnetik
yang energinya sesuai. Pada molekul terjadi transisi elektronik dan absorbsi
tersebut menghasilkan garis spektrum.
Radiasi UV-Vis atau sinar tampak hanya dapat diserap oleh larutan berwarna
yaitu adanya gugus Kromosfer atau gugus warna
34
dari warna yang diamati. Pembagian warna dan panjang gelombang daerah UV =
200 nm 350 nm, daerah visible 350- 700 nm.
Spektrum UV maupun tampak terdiri dari pita absorbsi, lebar pada daerah
panjang gelombang yang lebar. Ini disebabkan terbaginya keadaan dasar dan
keadaan eksitasi sebuah molekul dalam subtingkat-subtingkat rotasi dan vibrasi.
Transisi elektronik dapat terjadi dari subtingkat apa saja dari keadaan dasar ke
subtingkat apa saja dari keadaan eksitasi.
Dasar pemikiran metode penggunaan UV-Vis sederhana. Jika material disinari
dengan gelombang elektromagnetik maka foton akan diserap oleh elektron dalam
material. Setelah menyerap foton, elektron akan berusaha meloncat ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Jika elektron yang menyerap foton mula-mula berada
pada puncak pita valensi maka tingkat energi terdekat yang dapat diloncati
electron adalah dasar pita konduksi. Jarak kedua tingkat energi tersebut sama
dengan lebar celah pita energi.
Jika energi foton yang diberikan kurang dari lebar celah pita energi maka
elektron tidak sanggup meloncat ke pita valensi. Elektron tetap berada pada pita
valensi. Dalam keadaan ini dikatakan elektron tidak menyerap foton. Radiasi yang
diberikan pada material diteruskan melewati material (transmisi). Elektron baru
akan meloncat ke pita konduksi hanya jika energi foton yang diberikan lebih besar
daripada lebar celah pita energi. Elektron menyerap energi foton tersebut. Dalam
hal ini dikatakan terjadi absorpsi gelombang oleh material. Ketika kita mengubahubah frekuensi gelombang elektromagnetik yang dijatuhkan ke material maka
energi gelombang dimana mulai terjadi penyerapan oleh material bersesuaian
dengan lebar celah pita energi material. Lebar celah pita energi semikonduktor
umumnya lebih dari 1 eV. Energi sebesar ini bersesuaian dengan panjang
gelombang dari cahaya tampak ke ultraviolet. (Mikrajuddin, 2008).
Di samping pita-pita spectrum visibel disebabkan terjadinya tumpang tindih
energi elektronik dengan energi lainnya (translasi, rotasi, vibrasi) juga disebabkan
ada faktor lain sebagai faktor lingkungan kimia yang diberikan oleh pelarut yang
dipakai. Pelarut akan sangat berpengaruh mengurangi kebebasan transisi
35
elektronik pada molekul yang dikenakan radiasi elektromagnetik. Oleh karena itu,
spektrum zat dalam keadaan uap akan memberikan pita spectrum yang sempit.
Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi
elektron akan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang lebih pendek.
Molekul yang menyerap energi lebih sedikit akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap caha dalam daerah
tampak memiliki elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang
menyerap cahaya pada panjang gelombang UV yang lebih pendek.
Spektrofotometer UV-Vis terdiri dari lima komponen pokok, yaitu :
a. Sumber radiasi : lampu hidrogen, deuterium atau wolfram.
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran
radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa
untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah
lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten).
b. Tempat sampel/kuvet : kuarsa, kaca atau plastik dengan panjang lintasan, b =
1 cm. kuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat
contoh atau cuplikan yang akan dianalisis.
Cuvet harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut :
1) Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.
2) Permukaannya secara optis harus benar- benar sejajar, harus tahan (tidak
bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia.
3) Tidak boleh rapuh.
4) Mempunyai bentuk (desain) yang sederhana.
c. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang bebeda (terdispersi).
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal
36
listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk
jarum penunjuk atau angka digital.
e. Rekorder (Sumio, 2010)