Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


Penentuan Kondisi Pengendapan Optimum
dari Koagulasi-Flokulasi

Oleh :
Atika Wulandari

M.Reza

(061130401054)
Dessy Ratnasari

Ardhiansyah
(061130401066)
Nurjanah

(061130401057)
Fertarina Pratiwi

Ramadani

(061130401060)
Ismaniar

(061130401068)
Vera Agustin

(0611301401063

Sitompul

(061130401073)
Group : II/ 3KIC
Instruktur :Zulkarnain, S.T, M.T

Laboratorium teknik kimia

Politeknik negeri sriwijaya


palembang 2012

PENENTUAN KONDISI PENGENDAPAN


OPTIMUM DARI KOAGULASI-FLOKULASI

I.

TUJUAN
Menentukan kondisi optimum pengendapan dari koagulasi dan flokulasi dengan
metode jar test
Mendapatkan dosis optimum dari koagulan

II.

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

2.1

Alat yang digunakan

Jar test kit


Gelas ukur 1liter
pH meter
Turbidimeter
Stopwatch
Labu ukur
Pipet ukur 10ml
Bola karet
Gelas kimia 1liter

2.2

1
1
1
1
1
1
1
1
4

Bahan yang digunakan

Tawas
Aquadest
Sampel air (air sumur)

(10,25,50,75)ml
225 ml

III.

DASAR TEORI
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan
bahan kimia sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk

endapan karenaadanya gaya grafitasi. Koagulasi juga merupakan penambahan


koagulan dapat menetralkan muatan dan meruntuhkannya yang berada di sekitar
koloid sehingga dapat menggumpal. Sedangkan koagulan adalah zat kimia yang
menyebabkan destabilisasi muatannegatif partikel di dalam suspensi. Zat ini
merupakan donor muatan positip yang digunakan untuk mendestabilisasi muatan

negatip partikel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi sebagai berikut :
Suhu air
Suhu air yang rendah mempunyai pengaruh terhadap efisiensi proses
koagulasi. Bila suhu air diturunkan , maka besarnya daerah pH yang optimum pada

proses kagulasi akan berubah dan merubah pembubuhan dosis koagulan.


Derajat Keasaman (pH)
Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila berada pada daerah pH yang
optimum. Untuk tiap jenis koagulan mempunyai pH optimum yang berbeda satu sama

lainnya.
Jenis Koagulan
Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan segi ekonomis dan
daya efektivitas daripadakoagulan dalam pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk

larutan lebih efektif dibanding koagulan dalam bentuk serbukatau butiran.


Kadar ion terlarut
Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses koagulasi yaitu :
pengaruh anion lebih bsar daripada kation. Dengan demikian ion natrium, kalsium

dan magnesium tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap proses koagulasi.
Tingkat kekeruhan
Pada tingkat kekeruhan yang rendahproses destibilisasi akan sukar terjadi.
Sebaliknya pada tingkat kekeruhan air yang tinggi maka proses destabilisasi akan
berlangsung cepat. Tetapi apabila kondisi tersebut digunakan dosis koagulan yang

rendah maka pembentukan flok kurang efektif.


Dosis koagulan
Untuk menghasilkan inti flok yang lain dari proses koagulasi dan flokulasi
sangat tergantung dari dosis koagulasi yang dibutuhkan Bila pembubuhan koagulan
sesuai dengan dosis yang dibutuhkan maka proses pembentukan inti flok akan

berjalan dengan baik.


Kecepatan pengadukan
Tujuan pengadukan adalah untuk mencampurkan koagulan ke dalam air.
Dalam pengadukan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengadukan harus benarbenar merata, sehingga semua koagulan yang dibubuhkan dapat bereaksi dengan

partikel-partikel atau ion-ion yang berada dalam air. Kecepatan pengadukan sangat
berpengaruh

terhadap

pembentukan

flok

bila

pengadukan

terlalu

lambat

mengakibaykan lambatnyaflok terbantuk dan sebaliknya apabila pengadukan terlalu

cepat berakibat pecahnya flok yang terbentuk


Alkalinitas
Alkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau basa yang terjadi dalam
air (Tjokrokusumo, 19920. Alkalinitas dalam air dapat membentuk flok dengan
menghasil ion hidroksida pada reaksihidrolisa koagulan.
Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air
baku yang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap dengan
cepat.
Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel ke dalam hubungan sehingga
partikel-partikel tersebut saling bertabrakan, kemudian melekat, dan tumbuh mejadi
ukuran yang siap turun mengendap. Pengadukan lambat sangat diperlukan untuk
membawa flok dan menyimpannya pada bak flokulasi.
Sebelum tiba di bak flokulasi, air sudah dikoagulasikan, dan sudah memiliki
inti flok (microflocs). Sehingga kini saatnya mendorong inti flok menjadi kumpulan
dan membentuk flok yang lebih besar. Waktu penahanan sekitar 20 sampai 60 menit
dibutuhkan, oleh karena itu bak flokulasi harus 50 kali lebih besar dari unit kecepatan
pengadukan. Pergejolakan yang lembut diperlukan pada unit ini untuk menaikkan
pengadukkan dengan seksama. Meskipun pengadukan seharusnya tidak terlalu keras
karena akan menyebabkan rusaknya flok yang sudah terbentuk. Bak flokulasi
dikategorikan menjadi tipe aliran mendatar (axial flow type/hydraulic) atau tipe aliran
melintang (cross flow type/mechanical).
Flokulasi menyebabkan peningkatan ukuran dan densitas dari partikel yang
terkoagulasi, menghasilkan pengendapan partikel-partikel flok yang lebih cepat.
Kecepatannya mungkin akan terakselerasi lebih lanjut dengan adanya penambahan
flokulan. Flokulan merupakan senyawa yang digunakan untuk membentuk senyawa
dari polutan yang mudah mengendap dan atau senyawa yang mempunyai ukuran yang
lebih besar dengan suatu reaksi kimia. Flokulan yang biasanya digunakan dalam
proses flokulasi adalah tawas (Al2(SO4)3, kapur (CaO), dan polyaluminium chloride
(PAC). Flokulan juga dapat berupa polielektrolit seperti polisakarida dan asam

poliamino yang dihasilkan atau dieksresikan oleh bakteri selama pertumbuhan bakteri
tersebut.
Penggunaan tawas, kapur dan PAC sebagai flokulan mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu:
Penggunaan tawas dan PAC mengakibatkan air menjadi asam karena pembentukan sulfat
dalam air mencapai 550 mg/L yang dapat mengganggu kesehatan manusia apabila
dikonsumsi. Asam juga dapat mengakibatkan korosi benda-benda dari logam.
Pembentukan asam mengakibatkan kebutuhan penetral, yaitu NaOH, menjadi lebih
banyak sehingga tidak ekonomis.
Kapur dapat membuat air menjadi sadah karena adanya ion kalsium.

Ada dua jenis proses flokulasi yaitu :

Flokulasi perikinetik
Flok yang diakibatkan oleh adanya gerak thermal (panas) yang dikenal sebagai
gerak Brown, prosesnya disebut flokulasi perikinetik. Gerak acak dari partikelpartikel koloid yang ditimbulkan karena adanya tumbuhan molekul-molekul air, akan
mengakibatkan terjadinya gabungan antar partikel lebih sangat kecil 1 < 100
milimikron (Sank R.K, 1986).

Flokulasi orthokinetik

Flokulasi orthokinetik adalah suatu proses terbentuknya flok yang diakibatkan


oleh terbentuknya gerak media (air) misalnya pengadukan (Sank R.K, 1986). Pada
umumnya kecepatan aliran cairan akan berubah terhadap tempat dan waktu.
Perubahan kecepatan dari satu titik ke titik lainnya dikeal sebagai gradien kecepatan,
dengan notasi G. Dengan adanya perbedaan kecepatan aliran media cair akan
mempunyai aliran kecepatan yang berbeda pula akibatnya akan terjadi tumbukan atau
kontak antar partikel.
Proses flokulasi terdiri dari tiga langkah :
Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat (1 menit ; 100 rpm)
Pengadukan lambat untuk membentuk dan menggambung flok (10 menit ; 60 rpm)
Pemisahan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan melalui pengendapan.

1.
2.
3.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

*Faktor faktor yang mempengaruhi flokulasi :


Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapafaktor yang
harus diperhatikan, seperti misalnya :
Waktu flokulasi
Jumlah energi yang diberikan
Jumlah koagulan
Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)
Penetapan pH pada proses koagulasi
Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O +
6CO2
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum,
maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O
Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena
aluminium hidroksida relatif tidak terlarut

Jar Test adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan


kondisi operasi optimum pada proses pengolahan air dan airlimbah. Metode ini dapat
menentukan nilai pH, variasi dalam penambahandosis koagulan atau polimer,
kecepatan putar, variasi jenis koagulan ataujenis polimer, pada skala laboratorium
untuk memprediksi kebutuhan pengolahan air yang sebenarnya.

Metode Jar Test mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi untuk


menghilangkan padatan tersuspensi (suspended solid) dan zat zat organik yang
dapat menyebabkan masalah kekeruhan, bau, dan rasa. Jar Test mensimulasikan
beberapa tipe pengadukan dan pengendapan yang terjadi di clarification plant pada

skala laboratorium. Dalam skala laboratorium, memungkinkan untuk dilakukannya 6


tes individual yang dijalankan secara bersamaan. Jartest memiliki variabel kecepatan
putar pengaduk yang dapat mengontrol energi yang diperlukan untuk proses.
Prinsip jar test suatu larutan koloid yang mengandung partikel-partikel kecil
dan koloid dapat dianggap stabil bila :
Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek

1.

(beberapa jam).
2.
Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang
lebihbesar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan elektrostatis antara partikel
satudengan yang lainnya. Dengan pembubuhan koagulan tersebut, maka stabilitas akan
terganggu karena :

Sebagian kecil tawas tinggal terlarut dalam air, molekul-molekul ini dapat
menempelpada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya karena sebagian
molekul Albermuatan positif sedangkan koloid bisanya bermuatan negatif (pada pH 5

8).
Sebagian besar tawas tidak terlarut dan akan mengendap sebagai flok Al(OH) 3yang
dapat mengurung koloid dan membawanya kebawah.

IV.

PROSEDUR KERJA
a) Menyiapkan gelas kimia 1 liter sebanyak 4 buah
b) Menyiapkan contoh air dan mengatur pH serta kekeruhan
c) Kemudian mengisi air sebanyak 400ml ke dalam masing-masing gelas kimia. Jika
pH awal tidak netral, maka pH diatur kisaran 6-8, kemudian ditaruh di bawah alat
jar test.
d) Selanjutnya ditambahakan 1% secara bertingkat mulai 10ml, 25 ml, 50ml dan
75ml ke dalam masing-masing gelas kimia.
e) Lalu diaduk dengan kecepatan 120rpm selama 1 menit. Dan dilankutkan dengan
pengadukan dengan kecepatan45 rpm selama 10 menit.
f) Setelah itu, larutan dibiarkan beberapa menit agar flok-flok mengendap.
g) Kemudian mengamati bentuk flok yang terjadi, waktu pengendapan dan volume
flok yang terbentuk.
h) Setelah itu mengukur dan mencatat pH, kekeruhan dan warna dari supernatan
yang ada.

V.

DATA PENGAMATAN
Contoh air sebelum penambahan tawas
pH
:4
Turbidity
:18,0
Cond
: 46,8
TDS
: log 22mg/l
Salt
:0
Suhu
: 31,5C
Warna
: kuning

Contoh air setelah penambahan tawas, namun belum dilakukan pengadukan

No
.

Vol

Vol

. tawas

(m

.sampel

(ml

l)

10

225

25

225

50

225

75

225

pH Salt

urbidity

DS
(

Warna

Kunin

25,3

og 12
g keruh

L
Kunin

31,7

og 15
g keruh

L
Kunin

36,5

og 17
g keruh

L
Kunin

97

Cond

94

mg/l)

95

0
003
36,7
og 16

Contoh air setelah penambahan tawas dan telah dilakukan pengadukan

g keruh


No
.

Vol.tawas
+sampel

(ml)

400

400

400

400

Sal

urbidity

Con

TDS

Waktu

(mg/l

(menit

1
001

16,4

9
96

25,2
9

97

28,2
9

95

24,9

Wa
rna

Log

Log
12

Log
11

Log
11

ning
35

Be

kekuninga
n

36

46

46

VII. ANALISIS PERCOBAAN

Percobaan kali ini adalah penentuan kondisi pengendapan optimum


dari koagulasi dan flokulasi. Tujuan dari percobaan ini yaitu menentukan
kondisi optimum tersebut dengan menggunakan metode jar test. Koagulasi itu
sendiri merupakan suatu proses penambahan bahan kimia (koagulan) sehingga
terjadi penggumpalan koloid karena adanya gaya gravitasi sehingga gumpalan
tersebut mengendap ke bawah. Sedangkan proses terbentuknya flok-flok
dinamakan flokulasi. Metode jar test merupakan metode pengadukan. Pada
percobaan ini sampel yang digunakan yaitu sampel air sumur. Warna dari air
sumur ini kuning memiliki pH 4, turbidity 18, TDS log 22 mg/l, suhu 31,5C
dan tidak memiliki kandungan garam. Sampel air sumur ditambahakan tawas
sehingga warna air pun menjadi kuning keruh dan sifat fisiknya pun ikut
berubah tentunya. Semakin banyak tawas yang diberikan semakin keruh
sampel air tersebut. lalu dilakukan pengadukan dengan seperangkat alat jar

test. Pengadukan ini bertujuan agar tawas tersebut merata dengan sampel dan
membantu agar mempercepat penggumpalan koloid.

Setelah dilakukan pengadukan terlihat gumpalan-gumpalan kecil yang


melayang-layang di dalam sampel air tersebut. sampel ini dibiarkan untuk
beberapa menit dan ternyata gumpalan-gumpalan tersebut mengendap ke
bawah. Air yang ditambahakan tawas 25ml lebih bening dibanding sampel lain
dengan waktu 36 menit. Ini menunjukkan bahwa sampel air sumur yang
digunakan pada percobaan ini mencapai kondisi pengendapan optimum pada
penambahan tawas 25ml.

VIII. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor


yang mempengaruhi proses flokulasi dan koagulasi ini adalah suhu, pH,
kekeruhan serta konsentrasi tawas. Tawas akan menjernihkan air jika
konsentrasi tawas denga volume sampel air pas. Sedangkan jika konsentrasi
tawas tersebut tidak seimbang atau terlalu banyak dari volume air maka akan
mengeruhkan air. Pada percobaan ini kondisi pengendapan optimum sampel
air sumur didapat pada penambahan tawas 25ml dengan volume 400ml. Sifat
fisik sampel air pada penambahan tawas 25ml tersebut yaitu turbidity 996,
cond log 25,2 mg/l, TDS log 12, tidak mengadung garam dan warnanya
bening kekuningan.

IX.

DAFTAR PUSTAKA

Hilwatullisan.penuntun praktikum teknik pengolahan limbah 2012. Palembang.


Polsri

http://envist2.blogspot.com/2009/05/flokulasi.html
http://redoxct.blogspot.com/2009/01/air-adalah-sumber-kehidupan-air-

juga.html
http://evynurhidayah.wordpress.com/2012/01/17/laporan-jartest/

Anda mungkin juga menyukai