1. Valuing Inventory
Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach)
Dalam pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu system
periodik dan sistem perpetual yang masing-masing ada tiga cara penilaian
persediaan, yaitu:
a. FIFO (First in First Out), masuk pertama keluar pertama. Metode ini
menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk
akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai
dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli). Metode ini
cenderung menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada
nilai aktiva perusahaan yang dibeli.
b. LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar pertama. Metode ini
menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan
dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan
dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama)
masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir
c.
yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah.
Metode Rata-rata (average method). Dengan menggunakan metode ini nilai
persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan metode FIFO
dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga
pokok penjualan dan laba kotor.
b.
c.
sistem
pengendalian
persediaan
yang
baik
diperusahaan.
mangakibatkan
resiko
terjadinya
k e k u r a n g a n persediaan.
oleh perusahaan mempunyai tujuan untuk (1) menghindari agar jangan sampai
terjadi kehabisan bahan baku pada perusahaan, sehingga proses produksi dapat
terus berjalan, (2) menghindari pemesanan bahan baku yang berlebih, dan (3)
menghindari pembelian bahan dalam kuantitas kecil
dengan
frekuensi
sekitar
80%
dari
nilai
investasi
total,
kelompok
merupakan barang dengan jumlah item sekitar 30% tapi mempunyai nilai investasi sekitar
15% dari nilai investasi total, sedangkan kelompok C merupakan barang dengan jumlah item
sekitar 5 0 % t a p i m e m p u n y a i n i l a i i n v e s t a s i s e k i t a r 5 % d a r i
nilai
investasi
pengelolaan
total.
masing-masing
lebih
mudah,
sehingga perencanaan,
(seperti
kegiatan,
pelanggan,
dokumen, persediaan
barang,
penjualan wilayah) dikelompokkan menjadi tiga kategori (A, B, dan C)dalam rangka
kepentingan ini item tersebut diperkirakan. 'Item A' adalah sangat penting, 'itemB'
yang penting, 'item C' yang sedikit penting (Admin, 2009). Pada bidang Inventory,
pendekatan Hukum Pareto ini menjelaskan : 20 % dari produk yang dihasilkan
perusahaan menghasilkan 80% pendapatan bagi perusahaan. Ketika ditelaahlebih
ke dalam, fakta bisa 10% produk menghasilkan 70% penjualan dan ini diklasifikasikan ke A.
Kemudian 80% dari jumlah produk menghasilkan 20% penjualan (masuk kelompok C)
dan10% dari jumlah produk menghasilkan 10% penjualan (masuk kelompok B)
Padahal dari segi biaya pergudangan dan administrasi yang ditimbulkannya,
bisa
terjadi
kelompok
sekali.
harus
menentukan
persedian
pengaman
(safety
stock).
: waktu
b.
c.
d.
T2
T 3).
SS (safety stock)
T1 = T2 = T3
b.
c.
d.
4. Mini-Max System
Cara kerja Min-Max System ini yaitu apabila persediaan telah melewati batas
batas minimum dan mendekati batas safety stock maka re-order harus dilakukan.
Jadi batas minimum stock merupakan batas re-order level. Batas maksimum
adalah batas kesediaaan perusahaan atau manajemen untuk menginvestasikan
uangnya dalam bentuk persediaan bahan baku. Jadi dalam hal ini yang terpenting
adalah batas minimum dan maximum untuk dapat menentukan order quantity.
Pada data yang bersifat stochastic metode ini mempunyai beberapa
persamaan dalam perhitungannya sebagai berikut :
ANDI SHIGEMI.M
UJI SARJAYANI
YAYUK VERAWATY
KAMARUDDDIN
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015