BAB I
PENDAHULUAN
berkualitas,
hasil
inovasi
pendidikan
dan segala
kementerengan
laboratorium dan sarana belajar akan sia-sia saja. Bahkan Surya (2003: 28)
menegaskan, apabila guru terabaikan maka upaya reformasi pendidikan
bagaimana bagusnya, maka tidak akan mampu mencapai hasil optimal dan hanya
sekedar wacana. Karenanya, masalah guru baik dalam jumlah, mutu, dan
kesejahteraan harus mendapat prioritas dalam keseluruhan pendidikan nasional.
Menyadari begitu pentingnya peran guru, Presiden RI, Susilo Bambang
Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi pada tanggal 2 Desember 2004.
Melalui pencanangan ini diharapkan status sosial guru akan meningkat secara
signifikan dan tidak lagi hanya dilirik oleh mereka yang kepepet mencari kerja
(Darmaningtyas, 2005:197). Eksistensi guru tersebut dikukuhkan dalam UU No.
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang ditandatangani Presiden
RI pada 30 Desember 2005.
Guru sebagaimana termaktub dalam pasal 1 ayat 1 adalah pendidik
profesional
dengan
tugas
utama
mendidik,
mengajar,
membimbing,
keahlian sebagai guru, memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi, memiliki
mental yang sehat, berbadan sehat, memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
luas, guru adalah manusia berjiwa pancasila, dan seorang warga negara yang
baik.
Kemudian dalam tugas keprofesionalannya, guru mempunyai tugas:
Memperhatikan tugas guru tersebut, jelas bahwa tugas guru tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang. Perlu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi
sebelum guru mengajar di sekolah. Dalam UUGD Pasal 8 disebutkan guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Adapun kualifikasi akademik adalah lulusan sarjana (S1) atau diploma
empat (DIV).
Dalam
kompetensi,
guru
wajib
memenuhi
empat
kompetensi,
untuk
berperan
dalam
penentuan
kebijakan
diberikan
reward
tersebut
adalah
untuk
meningkatkan
pada ayat (1) adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu)
minggu.
Aturan tersebut kemudian dibreakdown dalam Peraturan Pemerintah No.
74 tahun 2009 tentang guru dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 39
tahun 2009. Dari regulasi tersebut tentang beban kerja guru dapat diketahui
seharusnya setiap guru di Indonesia dalam menjalankan profesinya harus
memenuhi kegiatan pokok, yakni merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta
didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Kemudian dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas minimal 24 jam tatap muka dan maksimal 40 jam tatap
muka dalam satu minggu. Ternyata regulasi tersebut saat dimplementasikan,
penulis menduga banyak guru yang belum memenuhi beban kerja minimal.
Diantara guru yang belum memenuhi beban kerja guru, misalnya di SMPN
dan MTsN Kecamatan Pacitan Tahun Pelajaran 2008 / 2009, sebagian besar
Guru Tetap terutama Guru Tetap Mata Pelajaran masih belum dapat memenuhi
beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka dalam 1 minggu (SMPN ada 56
orang, sedangkan MTsN ada 5 Orang) (www.smpn1pacitan.sch.id diakses
tanggal 8 Desember 2010).
Dalam lingkup kecil, di SMP Negeri 7 Semarang tahun pelajaran
2010/2011, dari 38 guru yang ada ternyata 17 guru yang belum memenuhi beban
kerja seperti yang disyaratkan dalam UU Guru dan Dosen. Sedangkan pada
tahun pelajaran 2011/2012 masih ada 11 guru yang belum bisa memenuhi syarat
minimum beban kerja guru. Konsekuensi bagi guru yang belum sertifikasi (jika
tidak guru tersebut tidak bisa memenuhi) maka akan terganjal dalam sertifikasi
guru dan kenaikan golongan bagi guru PNS yang sesuai dengan Peraturan
Menteri Apartur Negara dan Reformasi nomor 16 tahun 2009 tentang jabatan
fungsional guru dan angka kreditnya.
Sebenarnya dengan aturan sebelumnya, yakni dengan menggunakan
Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas oleh Dirjen pada bulan Maret
a. mengajar mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran
yang diampunya dan/atau mengajar mata pelajaran lain yang tidak ada guru
mata pelajarannya pada satuan administrasi pangkal atau satuan pendidikan
lain;
b. menjadi tutor program Paket A, Paket B, Paket C, Paket C Kejuruan atau
program pendidikan keaksaraan;
c. menjadi guru bina atau gur pamong pada sekolah terbuka
d.menjadi guru inti/instruktur/tutor pada kegiatan kelompok kerja
guru/musyawarah guru mata pelajaran (KKG/MGMP);
e. membina kegiatan ekstrakurikuler dalam bentuk kegiatan praja muda karana
(Pramuka), olimpiade/lomba kompetensi siswa, olahraga, kesenian, karya
ilmiah remaja (KIR), kerohanian, pasukan pengibar bendera (Paskibra),
pecinta alam (PA), palang merah remaja (PMR),jurnalistik/fotografi, usaha
kesehatan sekolah (UKS), dan sebagainya;
f. membina pengembangan diri peserta didik dalam bentuk kegiatan pelayanan
sesuai dengan bakat, minat, kemempuan, sikap, dan perilaku siswa dalam
belajar, serta kehidupan pribadi, social, dan pengembangan karir diri;
g. melakukan pembelajaran bertim (team teaching) dan/atau;
h. melakukan pembelajaran perbaikan (remedial teaching).
Dari kenyataan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang evaluasi kebijakan beban kerja guru di SMP Negeri 7 Semarang.
Adapun profil guru SMP Negeri 7 Semarang, dilihat dari jenjang pendidikan
dan kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.1 Jumlah guru berdasarkan jenjang pendidikan dan jenis
kelamin
No
Jenis Kelamin
Jenjang Pendidikan
S2
S1
D3
D2
D1
Jumlah
Laki-laki
12
18
Perempuan
15
20
Total
27
38
10
11
ulangan kenaikan kelas. Keempat, membimbing dan melatih peserta didik. Aspek
ini guru melakukan bimbingan dan melatih peserta didik di kelas maupun luar
kelas. Bagian ini yang lebih banyak tugas membimbing adalah guru
Bimbingandan
Konseling.
Sedangkan
fungsi
melatih
dilakukan
guru
12
2005 tentang Guru dan Dosen. Tahun pelajaran 2011/2012, dari jumlah
keseluruhan guru, yakni 38 ternyata masih ada 11 guru yang belum bisa
memenuhi minimal beban kerja guru khususnya dalam melaksanakan
pembelajaran;
b. kebijakan beban kerja yang ada, banyak guru yang berorientasi pada jam
tatap muka. Sedangkan tugas pokok yang lain (merencanakan
pembelajaran, membimbing peserta didik dan pengembangan keprofesian
keberlanjutan) belum dilaksanakan dengan maksimal;
c. beban kerja guru yang diamanatkan dalam UU Guru dan Dosen belum
mencerminkan empat kompetensi bagi guru, khusunya kompetensi
profesional.
B.2. Perumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, penelitian ini difokuskan pada
masalah berikut ini, yaitu: bagaimana evaluasi kebijakan beban kerja guru di
SMP Negeri 7 Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian yang dibuat penulis
bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan beban kerja guru di SMP Negeri 7
Semarang, sehingga akan mengetahui kelebihan dan kekurangannya.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yakni secara teoritis
dan praktis.
D. 1 Secara teoritis
13
Peneliti berharap melalui penelitian ini secara teoritis dapat berguna dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kebijakan pendidikan.
Apalagi dalam pengamatan penulis, penelitian tentang beban kerja guru
yang terbaru tergolong tidak banyak. Sehingga nantinya, penelitian dapat
memperkaya kajian tentang evaluasi kebijakan beban kerja guru.
D.2 Secara praktis
Kegunaan penelitian ini secara praktis adalah bermanfaat untuk bahan
masukan pengambil kebijakan pemerintah maupun pengelola sekolah agar
dalam pelaksanaan kebijakan khususnya beban kerja guru dapat terpenuhi
dengan maksimal dan dapat mewujudkan guru yang professional.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan
Istilah kebijakan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 190)
diartikan dengan kepandaian; kemahiran; kebijakan; rangkaian konsep dan asas
yang menjadi garis besar dan dasar rencana dipelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpian, dan cara bertindak (pemerintahan, organisasi dan sebagainya)
pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk
manajemen dalam usaha mencapai sasaran; garis haluan. Sementara itu, Islamy
dalam Suwitri (2009: 5) berpendapat bahwa kata kebijakan berasal dari kata
policy yang pelaksanaannya mencakup peraturan-peraturan di dalamnya dan
sangat berkaitan dengan proses politik.
Sedangkan Thoha (2010: 106) memberikan arti yang lebih luas terhadap
arti policy mempunyai dua aspek pokok, yakni: pertama, policy merupakan
praktika sosial, ia bukan event yang tunggal atau terisolir. Dengan demikian,
sesuatu yang dihasilkan pemerintah berasal dari segala kejadian dalam
masyarakat dan dipergunakan pula untuk kepentingan masyarakat. Kedua,
policy adalah suatu peristiwa yang ditimbulkan baik untuk mendamaikan claim
15
itu
Aminullah
dalam
Muhammadi,
(2001:
371372)
16
2.
Kebijakan
pelaksanaan
adalah
kebijakan
yang
menjabarkan
B. Kebijakan Publik
Istilah kebijakan publik sering disebut dengan public policy, yaitu
suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan
berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi
sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan
didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan
sanksi (Nugroho, 2004: 1-7).
17
rangka
penyelenggaraan
tugas
pemerintahan
negara
dan
pembangunan.
Sementara itu Dye (1978: 2) mendefinisikan bahwa kebijakan publik
adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh pemerintah.
Pengertian kebijakan publik tersebut terdapat kelemahan-kelemahan, yakni:
ruang lingkup studi ini menjadi sangat luas dan kabur. Kedua, definisi Dye
sebenarnya tak lebih dari pengertian dari ilmu politik khususnya yang
menfokuskan negara sebagai pokok kajiannya (Badjuri dan Yuwono, 2002:
192).
Aturan atau peraturan tersebut secara sederhana dipahami sebagai
kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan suatu hukum.
Akan tetapi tidak hanya sekedar hukum namun kita harus memahaminya
secara utuh dan benar. Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan
bersama dipandang perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi
kebijakan publik yang harus dilakukan dan disusun serta disepakati oleh
para pejabat yang berwenang. Ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan
menjadi suatu kebijakan publik; apakah menjadi Undang-Undang, apakah
menjadi Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden termasuk Peraturan
18
Daerah maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang harus
ditaati.
Berdasarkan p e n d a p a t y a n g d i k e m u k a k a n beberapa pakar
kebijakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa kebijakan beban kerja
guru termasuk kebijakan publik. Sementara itu, komponen-komponen dalam
kebijakan publik menurut Jones dalam Tangkilisan (2003: 3) adalah:
a. goal atau tujuan yang ingin diinginkan;
b. plans atau proposal yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan;
c. program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan;
d. decision atau keputusan, yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan
tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program;
e. efek, yaitu akibat-akibat dari program (baik disengaja atau tidak, primer
atau sekunder.
C. Evaluasi Kebijakan
C.1. Pengertian evaluasi
Istilah evaluasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 384)
diartikan sebagai penilaian. Wandt dan Brown (1977) yang dikutip
Soedijono (2009: 1) memberikan definisi evaluasi refer to the act otr
process to determining the value of something. Menurut pengertian tersebut
evaluasi menunjukkan kepada atau mengandung pengertian suatu tindakan
atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
19
20
21
bermanfaat
untuk
memberikan
masukan
bagi
proses
22
23
membantu
mengimplementasikan
keputusan
sampai
harus
menganalisis
program
tersebut
berdasarkan
24
(a)
(b)
(c)
Summative
Evaluation
(d)
program?Kebutuhan
apakah
yang
terpenuhi
25
26
tersebut
adalah
perception/definition,
agregation,
yaitu
merencanakan
pembelajaran,
melaksanakan
27
pembelajaran,
menilai
hasil
pembelajaran,
28
tambahan dihitung menjadi beban kerja guru. Tapi, hal itu dianulir
oleh Permendiknas No. 39 Tahun 2009 tentang pemenuhan beban
kerja guru dan pengawas satuan pendidikan yang hanya tidak
mengakomodasi masalah tersebut.
c. organization
Maksud tahap ini adalah mengorganisasi orang-orang yang
berhasil dikumpulkan tersebut ke dalam wadah organisasi baik
formal maupun informal. Dalam masalah tersebut belum banyak
organisasi guru atau pendidikan belum banyak memperjuangkan
masalah tersebut. Organisasi yang memperjuangkan masalah
tersebut Centre for Education Studies (CES), Persatuan Guru
Karyawan Swasta Indonesia (PGKSI) Jawa Tengah.
d. represantation
Tahap ini yang dilakukan adalah mengajak orang-orang
berpikiran sama terhadap suatu masalah untuk mempengaruhi
pembuat kebijakan agar masalah tersebut dapat diakses ke agenda
setting. Dalam masalah ini organisasi yang mendukung untuk
meninjau ulang beban kerja guru mengajak berbagai pegiat
pendidikan agar memperjuangkan masalah tersebut. Hal ini
dilakukan dalam berbagai kesempatan pertemuan pendidikan,
masalah tersebut terus didengungkan.
e. agenda setting
Terpilihnya suatu masalah ke dalam agenda pembuat
kebijakan. Kaitannya masalah ini, yakni perlu peninjaulan kembali
UU Guru dan Dosen pasal 35 tentang beban kerja guru, khususnya
ayat (2). Di mana dalam ayat tersebut perlu memasukkan
29
merencanakan
pembelajaran,
menilai
hasil
pembelajaran,
30
yang
disediakan
untuk
implementasi
faktor-faktor
31
32
Semarang.
Solusi alternatif
Setelah mengetahui
masalah
di
atas,
dicari
solusi
untuk
masalah
baru.
Meminjam
istilah
iklan
pegadaian,
d.
e.
tersebut.
Dalam
melaksanakan
kebijakan
perlu
e. Menurut Finance dalam Badjuri dan Yuwono (2002: 135) ada empat tipe
evaluasi, yakni: evaluasi kecocokan (appropriateness evaluation),
evaluasi
efektivitas
(effectiveness
evaluation),
evaluasi
efisiensi
33
Pengujian Dasar
Evaluasi
kecocokan
f. Menurut Bridgman & Davis dalam Badjuri dan Yuwono (2002: 138)
mengacu pada empat indikator pokok yaitu input, process, outputs dan
outcomes. Masing-masing indikator tersebut akan dijelaskan berikut ini:
a. Indikator input (masukan)
Indikator input menfokuskan pada penilaian apakah sumber daya
pendukung
dan
bahan-bahan
dasar
yang
diperlukan
untuk
34
Fokus penilaian
a. Apakah sumber daya pendukung dan
bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk
melaksanakan kebijakan?
b. Berapakah sumber daya manusia, uang
atau infrastruktur pendukung lain yang
diperlukan?
a. Bagaimanakah
sebuah
kebijakan
ditransformasikan dalam bentuk pelayanan
Proses
35
keenam sebagai pisau analis dalam mengevaluasi beban kerja guru di SMP
Negeri 7 Semarang. Alasannya, pertama, model yang keenam ini lebih
mudah, ringkas dalam mengevaluasi beban kerja guru. Kedua, model
keenam lebih operasional untuk mengevaluasi beban kerja guru di SMP
Negeri 7 Semarang.
36
jawabnya. Beban kerja guru di sini diatur dalam UU Guru dan Dosen,
yakni Pasal 35 ayat 1 dan 2.
Dalam pasal 35 (1) disebutkan: Beban kerja guru mencakup kegiatan
pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta
melaksanakan tugas tambahan. Sedangkan ayat (2), ditulis beban kerja
guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sekurang-kurangnya 24
(dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 (empat
puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
Dari pasal tersebut kemudian dibreakdown ke aturan dibawahnya,
yakni Peraturan Pemerintah (PP). Peraturan tersebut adalah
PP No.74
tentang guru. Khusus beban kerja guru diatur dalam pasal 52-53. Dalam
pasal 52 ayat 1 disebutkan Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok:
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan melaksanakan
tugas tambahan yang melekat pada kegiatan pokok sesuai dengan beban
guru.
Kemudian ayat 2 disebutkan bahwa beban kerja guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam
tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin
pendirian dari pemerintah atau pemerintah daerah.
37
Pada ayat (3) ditulis bahwa pemenuhan beban kerja paling sedikit 24
(dua puluh empat) tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam
tatap muka dalam satu minggu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikir 6 (enam) jam tatap muka
dalam (1) satu minggu pada satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai
guru tetap.
Kemudian pada pasal 53 disebutkan bahwa Menteri dapat
menetapkan ekuivalensi beban kerja untuk memenuhi ketentuan beban
kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 ayat (2) dan ayat (3) bagi
guru yang: bertugas pada satuan pendidikan layanan khusus, berkeahlian
khusus, dan atau dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan
nasional.
Dari PP tersebut kemudian dijabarkan dalam peraturan menteri,
yakni peraturan menteri pendidikan nasional (Permendiknas No. 39 tahun
2009 tentang beban kerja guru). Disebutkan dalam pasal 2 ayat (1)
disebutkan guru yang tidak dapat memenuhi beban kerja sebagaimana
dimaksud pada pasal 1 diberi tugas mengajar pada satuan pendidikan
formal yang bukan satuan administrasi pangkalnya, baik negeri atau
swasta sebagai guru kelas atau guru mata pelajaran yang sesuai dengan
sertifikat pendidik.
Lebih tegas lagi pada pasal 5 ayat 1 dalam jangka waktu dua tahun
sejak berlakunya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini, guru dalam
jabatan yang bertugas selain di satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
38
pada pasal 3, dalam keadaan kelebihan guru pada mata pelajaran tertentu
di wilayah kabupaten/kota, dapat memenuhi beban mengajar minimal 24
(dua puluh empat) jam tatap muka dengan cara:
a. Mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan rumpun mata pelajaran
yang diampunya dan/atau mengajar mata pelajaran lain yang tidak
ada mata pelajarannya pada satuan administrasi pangkal atau satuan
pendidikan lain;
b. Menjadi tutor program paket A, paket B, paket C, paket C Kejuruan
atau program pendidikan keaksaraan;
c. Menjadi guru bina atau guru pamong pada sekolah terbuka
d. Menjadi guru inti/instruktur/tutor pada kegiatan kelompok kerja guru
(KKG) atau musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)
e. Membina kegiatan ekstrakulikuler dalam bentuk kegiatan Praja
Muda Karana (Pramuka), Olimpiade/Lomba Kompetensi Siswa,
Olahraga, Kesenian, Karya Ilmiah Remaja (KIR), kerohanian,
Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Pecinta Alam (PA), Palang
Merah Remaja (PMR), Jurnalistik/fotografi, Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS), dan lain sebaginya.
E. Penelitian sebelumnya
Terhadap tema penelitian ini, peneliti perlu mengkaji penelitian sebelumnya.
Hal ini bertujuan untuk memperjelas fokus kajian penulis.
1. Laporan akhir pengkajian implementasi beban kerja guru dalam
pelaksanaan pembelajaran sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2008 tentang guru SMPN dan MTsN di Kecamatan /Kabupaten Pacitan
Tahun Pelajaran 2008 2009 (www.smpn1pacitan.sch.id diakses tanggal 8
Desember 2010). Laporan ini masih berupa pendataan guru yang
memenuhi peraturan tersebut dan yang tidak memenuhi. Dalam laporan
39
untuk
memberikan
jaminan
kesejahteraan
perlu
terhadap
tugas-tugas
guru
sebagaimana
yang
40
kerja. Hal ini, selain logis juga memiliki sandaran empiris dengan
kondisi satuan pendidikan yang ada di Indonesia saat ini.
c. Hal yang paling strategis lagi, dengan beban kerja sebagaimana
dikemukakan dalam sudut pandang pertama, maka seorang guru
memiliki peluang yang luas untuk mengembangkan kompetensi dan
aktualisasi dirinya. Dan mereka tidak terjebak oleh rutinisme yang
bisa mematikan idealismenya sebagai tenaga pendidik.
d. Sebagai sebuah profesi, pada dasarnya beban kerja seorang guru
tersebut, bukan hanya diorientasikan untuk memberikan layanan
pendidikan, tetapi juga harus menjadi sarana pemberdayaan diri dan
masyarakat. Oleh karena itu, sekali lagi perlu ditekankan bahwa
beban kerja guru harus memiliki makna sebagai sarana untuk
menghasilkan jasa dan materi, makna psikologis dan aktualisasi diri.
e. Hal yang paling prinsip, pemberian beban kerja perlu dilandaskan
pada upaya pemberdayaan, bukan pengerangkengan ruang gerak guru.
Terlebih lagi karena sesungguhnya peran dan posisi guru itu bukan
tugas administrasi yang menuntut rutinisme-formalistik, melainkan
lebih bersifat dinamis. Oleh karena itu, ruang gerak untuk
mendinamisir diri perlu diciptakan, sehingga setiap guru tidak
memiliki
kemandegan
dalam
mengembangkan
kemampuan
41
42
sekolah
swasta
langsung
yang
pada
pelaksanaanya
optimal
pengelolaan
proses
pembelajarannya
kegiatan
pembelajaran
(pukul
13.00
wib),
sesuai
kedudukannya
sebagai
PNS.
Selain
itu,
tersebut
Hery
menyimpulkan
bahwa
perlu
mengkaji
melaksanakan
pembelajaran,
menilai
hasil
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Nawawi dan Martina (1994: 7) menyebutkan bahwa penelitian
kualitatif dilakukan dengan menghimpun data dalam keadaan sewajarnya,
mempergunakan
cara
kerja
yang
sistematis,
terarah
dan
dapat
44
instrumen utama bagi pengumpulan dan analisis data yang dijadikan bahan
untuk menyusun deskripsi yang mengutamakan proses dari pada produk.
Proses dalam penelitian kualitatif merupakan proses induktif yang
membangun abtraksi, konsep, hipotesis dan teori dari hal-hal yang detail di
lapangan. Untuk lebih menekankan pada penemuan makna maka peneliti
harus benar-benar terjun ke lokasi penelitian. Dalam pelaksanaannya,
peneliti langsung masuk ke lapangan dan berusaha mengumpulkan data
secara lengkap sesuai dengan pokok permasalahan yang berhubungan
dengan pelaksanaan (Moleong, 2001:122).
Rancangan penelitian ini menggunakan studi kasus, yaitu bertujuan
untuk memahami secara menyeluruh mengenai evaluasi pelaksanaan UU
No. 14 tahun 2005 Pasal 35 tentang beban kerja. Menurut Sudarwan Danim
(2002 :54), penelitian kasus (case study) dimaksudkan untuk mempelajari
secara intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini, serta
interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Subyek
penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi, atau masyarakat.
Rancangan studi kasus ini digunakan untuk mempertahankan keutuhan dari
objek penelitian, yaitu data yang dikumpulkan sebagai suatu keseluruhan
yangterintegrasi untuk melakukan evaluasi pelaksanaan beban kerja guru di
SMP Negeri 7 Semarang.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah mengevaluasi kebijakan beban kerja guru di
SMP Negeri 7 Semarang
C. Lokasi Penelitian
45
Semarang;
Sumber daya manusia, uang, atau infrastruktur pendukun lain
yang diperlukan.
2. Process
Dalam tahap proses yang diamati adalah:
a. Kebijakan ditransformasikan dalam bentuk pelayanan kepada
peserta didik SMP Negeri 7 Semarang;
b. Efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan kebijakan beban kerja
guru di SMP Negeri 7 Semarang.
3. Output
Dalam tahap output yang diamati adalah:
46
c.
E. Sumber Data
Untuk menghasilkan hasil penelitian yang valid dan akurat, dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan dua sumber data, yakni
1. Data primer yaitu data yang diambil langsung dari responden guru SMP
Negeri 7 Semarang;
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya, berupa regulasi yang berupa undang-undang, peraturan
pemerintah, keputusan kepala sekolah, data sekolah, maupun laporan
administrasi guru.
F. Pemilihan Informan
Penentuan pemilihan informasi dalam penelitian ini adalah aktor yang
mempunyai informasi kunci (key informan) tentang beban kerja guru di SMP
Negeri 7 Semarang. Maksud informasi kunci adalah orang-orang yang
terlibat langsung dan mengetahui masalah beban kerja guru di SMP Negeri 7
47
Semarang, yakni Kepala SMP Negeri 7 Semarang, Wakil Kepala, dan guru
SMP Negeri 7 Semarang.
Kemudian dalam pengambilan informasi, peneliti menggunakan teknik
snowball, yaitu penentuan subyek maupun informan penelitian berkembang
dan bergulir mengikuti informasi atau data yang diperlukan informan yang
diwawancarai sebelumnya (Miftahudin, 2009: 51). Oleh karena itu,
spesifikasi informan dalam penelitian ini tidak dijelaskan secara rinci,
melainkan menyesuaikan data yang didapat untuk dianalisis.
G. Instrumen Penelitian
53 Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi atau pengamatan
Pengumpulan data penelitian ini akan dilakukan melalui kegiatan
observasi atau pengamatan langsung terhadap obyek analisis untuk
menggali aspek-aspek yang relevan dan penting sebagai dasar analisis
dan interpretasi yang akan dilakukan. Pengamatan di lapangan ini
bertujuan untuk menggali kemungkinan adanya informasi yang
terlewatkan dari pedoman wawancara yang dilakukan dan berupaya
memperkaya dimensi pengamatan dari fenomena analisis yang ada.
Adapun panduan wawancara dapat dilihat dalam lampiran.
Selain melakukan pengamatan juga diadakan pengumpulan data dan
mendeskripsikan atau menggambarkan tentang pelaksanaan kebijakan
beban kerja guru. disamping dilakukan pengamatan, informasi maupun
data
yang
mendalam
tentang
faktor-faktor
pendukung,
faktor
48
mendalam
(indepth
interview)
dimaksudkan
untuk
kegiatan
dimaksudkan
wawancara
untuk memperoleh
mendalam
(indepth
data kualitatif
interview)
serta beberapa
49
pada
penggalian
makna,
penggambaran,
penjelasan
dan
50
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Penarikan
kesimpulan/verifik
asi
Semarang.
51
Reduksi data yaitu proses pemilihan data kasar dan masih mentah
yang berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung melalui
tahapan membuat ringkasan, memberi kode, menelusur tema, dan
menyusun ringkasan. Tahap reduksi data yang dilakukan peneliti adalah
menelaah secara keseluruhan data yang dihimpun.
3. Tahap Penyajian Data
Seperangkat hasil reduksi data kemudian diorganisasikan ke dalam
bentuk matriks (display data) sehingga terlihat gambarannya secara lebih
utuh. Penyajian data dilakukan dengan cara menyampaikan informasi
berdasarkan data yang dimiliki dan disusun secara runtut dan baik dalam
bentuk naratif, sehingga mudah dipahami. Pada tahap ini peneliti
membuat rangkuman secara deskriptif dan sistematis tentang evaluasi
pelaksanaan UU Guru dan Dosen Pasal 35 tentang Beban Kerja Guru.
4. Tahap Verifikasi Data/Penarikan Simpulan
Verifikasi data penelitian, yaitu menarik simpulan berdasarkan data
yang diperoleh dari berbagai sumber, kemudian peneliti mengambil
simpulan bersifat sementara sambil mencari data pendukung/menolak
kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengkajian tentang
simpulan yang telah diambil dengan data pembanding teori tertentu.
Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasilanalisis yang
melahirkan simpulan yang dapat dipercaya.
Dalam proses analisis data, menurut Sukardi (2006:75-79) ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan adalah catatan ringkas, pembuatan koding,
52
53
54
PP. No. 74 tentang Guru dalam Pasal 5253 tentang Beban Kerja Guru
55
SK Kepsek 422/326.1
Evaluasi
Berdasarkan kerangka pikir di atas, dapat dilihat bahwa penelitian ini
akan diketahui hasil evaluasi kebijakan beban kerja guru di SMP Negeri 7
Semarang. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui apa yang menjadi
hambatan pelaksanaan kebijakan beban kerja guru di SMP Negeri 7 Semarang.
56
Bab I berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian.
Bab II berisi tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari kajian teori, kerangka
pikir penelitian
Bab III berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari perspektif pendekatan
penelitian, fokus penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data,
pemilihan informan, instrument penelitian, teknik analisis data.
Bab IV berisi tentang deskripsi lokasi penelitian dan gambaran umum tentang
kebijakan beban kerja guru
Bab V berisi hasil penelitian & pembahasan hasil penelitian evaluasi kebijakan
beban kerja guru di SMP Negeri 7 Semarang
Bab VI Kesimpulan dan penutup
DAFTAR PUSTAKA
57
58
Parsons, Wayne, 2008, Public Policy: Pengantar Teori & Praktik Analisis
Kebijakan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Pedoman Penyusunan Tesis, 2010, Program Pascasarjana Magister Ilmu
Administrasi Undip Semarang
Pusat Bahasa, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional dan Gramedia.
PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi No. 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kredit.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 tahun 2009 tentang Pemenuhan
Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 30 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan
Program Pascasarjanan Magister Ilmu Administrasi UNDIP, 2010 Pedoman
Penyusunan Tesis, Semarang, MIA Undip.
Setyawan, Ahmad. 2009. Paradigma Jam Kerja PNS khusus Tenaga Profesional
Guru. Mojokerto: Tim Litbang SMAN 1 Gondang Mojokerto.
Subarsono, 2005, Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suara Merdeka, 1 Oktober 2010
Sudarma, Momon. 2007. Pemberdayaan Guru melalui Vitalisasi Beban Kerja.
Bandung: Jurnal Educare UPI
59
Suparno, Paul, 2004, Pendidikan dan Peran Guru dalam Pendidikan Manusia
Indonesia, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Surat Keputusan No. 422/201 Kepala SMP Negeri 7 Semarang tanggal 19 Juli 2010
tentang Beban Kerja Guru dalam Kegiatan Proses Belajar Mengajar atau
Bimbingan Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011
Surat Keputusan No. 422/230 Kepala SMP Negeri 7 Semarang tanggal 19 Juli 2010
tentang Beban Kerja Guru dalam Kegiatan Proses Belajar Mengajar atau
Bimbingan Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011
Suroso, 2002, In Memoriam Guru Membangkitkan Ruh-Ruh Pencerdasan,
Yogyakarta: Penerbit Jendela
Surya, Mohamad, 2003, Percikan Perjuangan Guru, Semarang: Aneka Ilmu
Suwitri, Sri. 2009. Konsep Dasar Kebijakan Publik. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Tangkilisan, Nogi, Hessel, 2003, Evaluasi Kebijakan Publik: Penjelasan, Analisis
& Transformasi Pikiran Nagel, Yogyakarta: Balairung & Co
--------, 2003, Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta, Yayasan Pembaruan
Administrasi Publik Indonesia dan Lukman Offset.
Thoha, Miftah, 2010, Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, Jakarta: Kencana
Tim Litbang SMAN 1 Gondang Kabupaten Mojokerto, Paradigma jam kerja PNS
khusus tenaga profesional guru: suatu kajian dan telaah bagi peningkatan
kompetensi dan mutu pendidikan. Mojokerto: SMAN 1 Gondang
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
website
www.adilkurnia.wordpress.com. diakses tanggal 8 Desember 2010.
www.pmptk.go.id diakses tanggal 7 Desember 2010.
www.smpn1pacitan.sch.id diakses tanggal 8 Desember 2010
Wawancara dengan Bambang Putrantono, guru SMP Negeri 7 Semarang tanggal 2
Oktober 2011
60
Lampiran 1
Identitas
1. Nama
: ..
2. Hari / Tanggal
: ..
Daftar Pertanyaan
61
62
Lampiran 2
Identitas
1. Nama
: ..
2. Hari / Tanggal
: ..
1. Apakah anda mengetahui tentang kebijakan beban kerja sebagai guru di SMP
Negeri 7 Semarang ?
63
2. Apabila no 1 dijawab ya, sebutkan beban kerja sebagai guru di SMP Negeri 7
Semarang? (Apabila no 1 dijawab tidak, mengapa ?)
3. Bagaimana anda melaksanakan beban kerja guru dalam merencanakan
pembelajaran?
4. Bagaimana anda melaksanakan beban kerja guru dalam melaksanakan
pembelajaran di SMP Negeri 7 Semarang?
5. Bagaimana anda melaksanakan beban kerja guru dalam menilai hasil
pembelajaran di SMP Negeri 7 Semarang?
6.
10. Apakah ada daya dukung dalam melaksanakan beban kerja guru di SMP Negeri
7 Semarang? Kalau ya sebutkan!