Anda di halaman 1dari 23

Modul 1

Dasar-Dasar Manajemen Aset/


Barang Milik Daerah

Diklat Teknis
Manajemen Aset Daerah
(Asset Management - Physical)

Eselon IV

SAMBUTAN DEPUTI BIDANG PEMBINAAN DIKLAT APARATUR


LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Selaku Instansi Pembina Diklat PNS, Lembaga Administrasi Negara


senantiasa melakukan penyempurnaan berbagai produk kebijakan Diklat yang
telah dikeluarkan sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2000 tentang Diklat Jabatan PNS. Wujud pembinaan yang dilakukan di
bidang diklat aparatur ini adalah penyusunan pedoman diklat, bimbingan dalam
pengembangan kurikulum diklat, bimbingan dalam penyelenggaraan diklat,
standarisasi, akreditasi Diklat dan Widyaiswara, pengembangan sistem
informasi Diklat, pengawasan terhadap program dan penyelenggaraan Diklat,
pemberian bantuan teknis melalui perkonsultasian, bimbingan di tempat kerja,
kerjasama dalam pengembangan, penyelenggaraan dan evaluasi Diklat.
Sejalan dengan hal tersebut, melalui kerjasama dengan Departemen
Dalam Negeri yang didukung program peningkatan kapasitas berkelanjutan
(SCBDP), telah disusun berbagai kebijakan guna lebih memberdayakan
daerah seperti peningkatan kapasitas institusi, pengelolaan dan peningkatan
SDM melalui penyelenggaraan Diklat teknis, pengembangan sistem keuangan,
perencanaan berkelanjutan dan sebagainya.
Dalam hal kegiatan penyusunan kurikulum diklat teknis dan modul
diklatnya melalui program SCBDP telah disusun sebanyak 24 (dua puluh
empat) modul jenis diklat yang didasarkan kepada prinsip competency based
training. Penyusunan kurikulum dan modul diklat ini telah melewati proses yang
cukup panjang melalui dari penelaahan data dan informasi awal yang diambil
dari berbagai sumber seperti Capacity Building Action Plan (CBAP) daerah
yang menjadi percontohan kegiatan SCBDP, berbagai publikasi dari berbagai
media, bahan training yang telah dikembangkan baik oleh lembaga donor,
perguruan tinggi, NGO maupun saran dan masukan dari berbagai pakar dan
tenaga ahli dari berbagai bidang dan disiplin ilmu, khususnya yang tergabung
dalam anggota Technical Review Panel (TRP).
Disamping itu untuk lebih memantapkan kurikulum dan modul diklat ini
telah pula dilakukan lokakarya dan uji coba/pilot testing yang dihadiri oleh para
pejabat daerah maupun para calon fasilitator/trainer.
Dengan proses penyusunan kurukulum yang cukup panjang ini kami
percaya bahwa kurikulum, modul diklatnya berikut Panduan Fasilitator serta
Pedoman Umum Diklat Teknis ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
pelatihan di daerah masing-masing.

Harapan kami melalui prosedur pembelajaran dengan menggunakan


modul diklat ini dan dibimbing oleh tenaga fasilitator yang berpengalaman dan
bersertifikat dari lembaga Diklat yang terakreditasi para peserta yang
merupakan para pejabat di daerah akan merasakan manfaat langsung dari
diklat yang diikutinya serta pada gilirannya nanti mereka dapat menunaikan
tugas dengan lebih baik lagi, lebih efektif dan efisien dalam mengelola berbagai
sumber daya di daerahnya masing-masing.
Penyempurnaan selalu diperlukan mengingat dinamika yang sedemikian
cepat dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Dengan dilakukannya
evaluasi dan saran membangun dari berbagai pihak tentunya akan lebih
menyempurnakan modul dalam program peningkatan kapasitas daerah secara
berkelanjutan.
Semoga dengan adanya modul atau bahan pelatihan ini tujuan kebijakan
nasional utamanya tentang pemberian layanan yang lebih baik kepada
masyarakat dapat terwujud secara nyata.

ii

KATA PENGANTAR
DIREKTUR JENDERAL OTONOMI DAERAH

Setelah diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan


Daerah, yang kemudian diganti dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, telah terjadi
perubahan paradigma dalam pemerintahan daerah, yang semula lebih
berorientasi sentralistik menjadi desentralistik dan menjalankan otonomi
seluas-luasnya. Salah satu aspek penting kebijakan otonomi daerah dan
desentralisasi adalah peningkatan pelayanan umum dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat, dan meningkatkan daya saing daerah.
Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan pemerintahan di banyak negara,
salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah
adalah kapasitas atau kemampuan daerah dalam berbagai bidang yang
relevan. Dengan demikian, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada
masyarakat dan peningkatan daya saing daerah diperlukan kemampuan atau
kapasitas Pemerintah Daerah yang memadai.
Dalam rangka peningkatan kapasitas untuk mendukung pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah, pada tahun 2002 Pemerintah telah
menetapkan Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas
Dalam Mendukung Desentralisasi melalui Keputusan Bersama Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas. Peningkatan kapasitas tersebut meliputi sistem, kelembagaan, dan
individu, yang dalam pelaksanaannya menganut prinsip-prinsip multi dimensi
dan berorientasi jangka panjang, menengah, dan pendek, serta mencakup
multistakeholder, bersifat demand driven yaitu berorientasi pada kebutuhan
masing-masing daerah, dan mengacu pada kebijakan nasional.
Dalam rangka pelaksanaan peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah,
Departemen Dalam Negeri, dengan Direktorat Jenderal Otonomi Daerah
sebagai Lembaga Pelaksana (Executing Agency) telah menginisiasi program
peningkatan kapasitas melalui Proyek Peningkatan Kapasitas yang
Berkelanjutan untuk Desentralisasi (Sustainable Capacity Building Project for
Decentralization/ SCBD Project) bagi 37 daerah di 10 Provinsi dengan
pembiayaan bersama dari Pemerintah Belanda, Bank Pembangunan Asia
(ADB), dan dari Pemerintah RI sendiri melalui Departemen Dalam Negeri dan
kontribusi masing-masing daerah. Proyek SCBD ini secara umum memiliki
tujuan untuk meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam aspek sistem,
kelembagaan dan individu SDM aparatur Pemerintah Daerah melalui
penyusunan dan implementasi Rencana Tindak Peningkatan Kapasitas
(Capacity Building Action Plan/CBAP).

iii

Salah satu komponen peningkatan kapasitas di daerah adalah Pengembangan


SDM atau Diklat bagi pejabat struktural di daerah. Dalam memenuhi kurikulum
serta materi diklat tersebut telah dikembangkan sejumlah modul-modul diklat
oleh Tim Konsultan yang secara khusus direkrut untuk keperluan tersebut yang
dalam pelaksanaannya disupervisi dan ditempatkan di Lembaga Administrasi
Negara (LAN) selaku Pembina Diklat PNS.
Dalam rangka memperoleh kurikulum dan materi diklat yang akuntabel dan
sesuai dengan kebutuhan daerah, dalam tahapan proses pengembangannya
telah memperoleh masukan dari para pejabat daerah dan telah diujicoba (pilot
test), juga melibatkan pejabat daerah, agar diperoleh kesesuaian/ relevansi
dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh para pejabat daerah itu sendiri.
Pejabat daerah merupakan narasumber yang penting dan strategis karena
merupakan pemanfaat atau pengguna kurikulum dan materi diklat tersebut
dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Kurikulum dan meteri diklat yang dihasilkan melalui Proyek SCBD ini, selain
untuk digunakan di lingkungan Proyek SCBD sendiri, dapat juga digunakan di
daerah lainnya karena dalam pengembangannya telah memperhatikan aspekaspek yang berkaitan dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.
Selain itu juga dalam setiap tahapan proses pengembangannya telah
melibatkan pejabat daerah sebagai narasumber.
Dengan telah tersedianya kurikulum dan materi diklat, maka pelaksanaan
peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah, khususnya untuk peningkatan
kapasitas individu SDM aparatur daerah, telah siap untuk dilaksanakan.
Diharapkan bahwa dengan terlatihnya para pejabat daerah maka kompetensi
mereka diharapkan semakin meningkat sehingga pelayanan kepada
masyarakat semakin meningkat pula, yang pada akhirnya kesejahteraan
masyarakat dapat segera tercapai dengan lebih baik lagi.

iv

DAFTAR ISI

Sambutan Depuy IV - LAN ........................................................................................... i


Kata Pengantar Dirjen Otonomi Daerah - Depdagri ................................................iii
Daftar Isi
BAB I

BAB II

BAB III

............................................................................................................... v
PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A.

Deskripsi Singkat .................................................................................. 1

B.

Hasil Belajar.......................................................................................... 1

C.

Indikator Hasil Belajar .......................................................................... 1

D.

Pokok Bahasan ...................................................................................... 1

DASAR-DASAR MANAJEMEN ASET/BARANG MILIK


DAERAH ...................................................................................................... 2
A.

Manajemen ............................................................................................ 2

B.

Aset ....................................................................................................... 3

C.

Manajemen Aset.................................................................................... 5

D.

Manajemen Aset Daerah ....................................................................... 6

E.

Latihan................................................................................................... 8

F.

Rangkuman............................................................................................ 9

LANDASAN KEBIJAKAN MANAJEMEN ASET/BARANG


MILIK DAERAH....................................................................................... 10
A.

Sejarah Pengelolaan Barang Daerah ................................................... 10

B.

Landasan Kebijakan Pengelolaan Barang Daerah .............................. 10

C.

Latihan ................................................................................................. 14

D.

Rangkuman.......................................................................................... 14

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Modul Dasar-dasar Manajemen Aset/Barang Milik Daerah ini membahas tentang
pengertian mengenai manajemen, aset, manajemen aset dan manejemen aset
daerah secara garis besarnya serta berbagai Peraturan Perundang-undangan yang
melatar belakangi atau yang menjadi landasan/pedoman kerja guna menjalankan
tugas dan pekerjaan dalam pengelolaan barang/aset milik daerah.
B. Hasil Belajar
Setelah melalui proses pembelajaran ini para peserta pelatihan diharapkan akan
tahu serta memahami maksud dan pentingnya pengertian tentang Dasar-dasar
Manajemen Aset/Barang Milik Daerah, khususnya Manajemen Aset Daerah
beserta peraturan dan perundang-undangan yang mendasarinya.
C. Indikator Hasil Belajar
Setelah selesainya proses pembelajaran modul ini para peserta pelatihan
diharapkan akan mampu menjelaskan tentang manajemen aset/barang milik daerah
serta Peraturan Perundang-undangan yang mendasarinya, sebagai landasan
kebijakan dalam manajemen/pengelolaan aset daerah nantinya.
D. Pokok Bahasan
1.
2.

Dasar-dasar manajemen aset/barang milik daerah


Landasan kebijakan manajemen aset/barang milik daerah

BAB II
DASAR-DASAR MANAJEMEN ASET/
BARANG MILIK DAERAH
Peserta setelah menerima pembelajaran Bab II ini diharapkan akan memahami
dan mampu menjelaskan tentang Manajemen, Aset, Manajemen aset serta
Manajemen Aset Daerah yang merupakan pengetahuan tersendiri dalam
mengelola aset/barang milik daerah (BMD) guna menjamin pengembangan
kapasitas yang berkelanjutan.

Pertama sekali sebelum kita masuk membicarakan dasar-dasar manajemen aset


sebaiknya lebih dahulu kita melihat kebelakang sebentar guna menyatukan pengertian
kita tentang apa yang akan kita bicarakan lebih lanjut, terutama mengenai apa yang
dimaksud dengan manajemen, aset, dan manajemen aset.
A. Manajemen
Manajemen sebetulnya adalah seakan bentuk terjemahan dari kata management
yang berasal dari bahasa Inggris yang artinya kalau kita lihat pada kamus bahasa
Inggris oleh John M. Echols dan Hassan Shadily management artinya adalah
pengelolaan, dan ini berasal dari kata kerja to manage yang artinya mengurus,
mengatur, melaksanakan, memperlakukan, dan mengelola.
Tetapi mungkin karena sulit untuk menghayati arti sesungguhnya antara
management dan pengelolaan maka dialih kata atau di Indonesiakan saja menjadi
manajemen dan sekarang kata ini sudah umum dipakai terutama dilingkungan
kampus dan kantor-kantor pemerintahan.
Menurut Ensiklopedi Administrasi Indonesia, manajemen adalah: segenap
kekuatan menggerakkan sekelompok orang yang mengerahkan fasilitas dalam satu
usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Maka dari itu manajemen dapat
berlangsung:
1.
2.

Dalam bidang kerja administrasi seperti; kepegawaian, perbekalan,


keuangan, tata usaha, dan hubungan masyarakat.
Dapat dilaksanakan dalam bidang kerja substansi seperti; produksi, penjualan,
pengajaran, industrialisasi, agrarian, pertahanan keamanan, dan sebagainya.

Demikian sulitnya memberikan pengertian yang tepat tentang apa itu manajemen,
maka orang mencoba melihat dan mengambil pengertian dari fungsinya, apa
sebetulnya fungsinya manajemen itu?
Sebagai prinsip/konsep dasar biasanya para mahasiswa yang mempelajari
management akan membuka buku Principle of Management oleh George R. Terry
yang menyatakan bahwa fungsi manajemen adalah:

3
1.
2.
3.
4.

Planning atau Perencanaan.


Organizing atau Pengorganisasian.
Actuating atau Penggerakkan.
Controlling atau Pengendalian

Biasanya fungsi manajemen ini oleh mahasiswa manajemen diberi kode dengan
POAC.
Kemudian Luther Hasley Guliek dalam bukunya Papers on the Science of
Administration mengemukakan teori tentang aktivitas manajemen yang
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Planning atau Perencanaan.


Organizing atau Pengorganisasian.
Staffing atau Penyusunan Staf.
Directing atau Pembimbingan.
Coordinating atau Pengkoordinasian.
Budgetting atau Penganggaran.

Mungkin pengertian manajemen yang agak lebih mudah dan simple adalah sebagai
yang disetir oleh Prof. Dr. J. Panglaykin dari Encyclopedia of the Social Sciences
dan diterjemahkan sebagai berikut: Manajemen adalah proses dengan mana
pelaksanaan dari tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
B. Aset
Pengertian Asset atau Aset (dengan satu s) yang telah di Indonesiakan secara
umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai;
1.
2.
3.

Nilai ekonomi (economic value),


Nilai komersial (commercial value) atau
Nilai tukar (exchange value); yang dimiliki oleh instansi, organisasi, badan
usaha ataupun individu (perorangan).

Asset (Aset) adalah barang, yang dalam pengertian hukum disebut benda, yang
terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak, baik yang berwujud
(tangible) maupun yang tidak berwujud (Intangible), yang tercakup dalam
aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan usaha
atau individu perorangan.
Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 2004 yang dimaksud dengan Barang
Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD
atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Pengertian mengenai Barang Milik Daerah berdasarkan Pasal 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, adalah sebagai berikut :
1.

Barang milik daerah meliputi:

4
a.
b.
2.

Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD.


Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah;

Barang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:


a.
b.
c.
d.

Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis.


Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian /kontrak.
Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, atau
Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

Sedangkan menurut Ir. Doli D. Siregar, M.Sc dalam bukunya Manajemen Aset
menjelaskan pengertian tentang Aset berdasarkan perspektif pembangunan
berkelanjutan, yakni berdasarkan tiga aspek pokoknya: sumber daya alam, sumber
daya manusia, dan infrastruktur seperti berikut ini:
1.
2.

3.

Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang dapat digunakan dan
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Sumber daya manusia adalah semua potensi yang terdapat pada manusia
seperti akal pikiran, seni, keterampilan, dan sebagainya yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
Infrastruktur adalah sesuatu buatan manusia yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk kehidupan manusia dan sebagai sarana untuk dapat
memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan
semaksimalnya, baik untuk saat ini maupun keberlanjutannya dimasa yang
akan datang.

Adapun pengertian Aset yang ditemui dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri
dan Keputusan Menteri Keuangan mempunyai pengertian yang sama yaitu semua
Barang yang dibeli atau yang diperoleh atas beban APBN/APBD atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
Oleh sebab itu untuk menyamakan persepsi kita pada uraian selanjutnya maka
Aset yang kita maksud disini adalah:
1.
2.
3.

Semua barang inventaris yang dimiliki pemerintah daerah


Semua barang hasil kegiatan proyek APBD/APBN/LOAN yang telah
diserahkan pada Pemerintah daerah melalui Dinas/Instansi terkait
Semua barang yang secara hukum dikuasai oleh pemerintah daerah seperti;
cagar alam, cagar budaya, objek wisata, bahan tambang/galian C dan
sebagainya,yang dapat menjadi sumber pendapatan asli daerah yang
berkelanjutan dan yang memerlukan pengaturan pemerintah daerah dalam
pemanfaatannya serta pemeliharaannya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tampilan berikut ini :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pembentukan Daerah Otonom berdasarkan Undang-undang


Pembelanjaan APBN/APBD.
Sumbangan Dalam/Luar Negeri.
Sumbangan Pihak Ketiga.
Penyerahan dari Pemerintah Pusat.
Fasum dan Fasos.
Swadaya Masyarakat.
Semua barang yang secara hukum dikuasai Pemerintah
Daerah.

C. Manajemen Aset
Jika berbicara tentang manajemen aset secara umum, kita tidak terlepas dari siklus
pengelolaan barang yang dimulai dari perencanaannya sampai penghapusan barang
tersebut, yang kalau diurut adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Perencanaan (Planning); meliputi penentuan kebutuhan (requirement) dan


penganggarannya (budgetting).
Pengadaan (Procurement): meliputi cara pelaksanaannya, standard barang dan
harga atau penyusunan spesifikasi dan sebagainya.
Penyimpanan dan penyaluran (Storage and distribution).
Pengendalian (Controlling).
Pemeliharaan (Maintainance).
Pengamanan (Safety).
Pemanfaatan penggunaan (Utilities).
Penghapusan (Disposal).
Inventarisasi (Inventarization).

Sedangkan kalau kita berpedoman kepada landasan yang terbaru yaitu


Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 Pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa pengelolaan
barang daerah meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11
12.
13.

Perencanaan kebutuhan dan penganggaran


Pengadaan
Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran
Penggunaan
Penatausahaan
Pemanfaatan
Pengamanan dan pemeliharaan
Penilaian
Penghapusan
Pemindahtanganan
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian
Pembiayaan, dan
Tuntutan ganti rugi.

6
Untuk itu sebagai seorang Pengurus barang pada suatu Satuan Kerja Perangkat
Daerah, dia sebetulnya adalah manajer/pengelola terhadap barang yang dibawah
kontrolnya dan tentu saja dia sangat menghayati siklus pengelolaan barang tesebut
diatas, sedangkan dalam pengertian yang umum di masyarakat Pegawai Negeri
Sipil lebih dikenal dengan manajemen barang atau manajemen material yang lebih
bertitik tujuan bagaimana mengelola barang inventaris sehingga terpenuhi
persyaratan optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi instansinya.
Manajemen aset sebetulnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Manajemen Keuangan dan secara umum terkait dengan adiministrasi
pembanguanan daerah khususnya yang berkaitan dengan nilai aset, pemanfaatan
aset, pencatatan nilai aset dalam neraca tahunan daerah, maupun dalam
penyusunan prioritas dalam pembangunan.
Tujuan Manajemen Aset kedepan diarahkan untuk menjamin pengembangan
kapasitas yang berkelanjutan dari pemerintahan daerah, maka dituntut agar dapat
mengembangkan atau mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah guna
meningkatkan/mendongkrak Pendapatan Asli Daerah, yang akan digunakan untuk
membiayai kegiatan guna mencapai pemenuhan persyaratan optimal bagi
pelayanan tugas dan fungsi instansinya terhadap masyarakat.
Sedangkan menurut Doli D Siregar kita sadari bahwa Manajemen Aset
merupakan salah satu profesi atau keahlian yang belum sepenuhnya berkembang
dan populer di lingkungan pemerintahan maupun di satuan kerja atau instansi.
Manajemen Aset itu sendiri kedepannya/selanjutnya sebenarnya terdiri dari 5
(lima) tahapan kerja yang satu sama lainnya saling terkait yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Inventarisasi Aset
Legal Audit
Penilaian Aset
Optimalisasi Aset, dan
Pengembangan Sistem Informasi
Pengawasan dan Pengendalian Aset.

Manajemen

Aset

(SIMA),

dalam

Jadi sebetulnya kalau dilihat lebih mendalam lagi, sebenarnya manajemen aset ini
berbeda dengan manajemen material atau manajemen barang inventaris milik
daerah, atau boleh dikatakan merupakan lanjutan dari manajemen barang/
inventaris, khusus terhadap barang yang merupakan aset (barang modal) yang
dapat dikembangkan.
Untuk hal ini khusus akan dibicarakan dan diuraikan lebih lanjut dalam Modul-6
dengan judul: Pemanfaatan aset dengan Pokok Bahasan; Optimalisasi pemanfaatan
penggunaan barang/aset.
D. Manajemen Aset Daerah
Dalam rangka mewujudkan tertib administrasi terhadap pengelolaan barang daerah
perlu diatur pedoman kerjanya, untuk itu telah dikeluarkan Peraturan Menteri

7
Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
tersebut dimaksud dengan Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau
perolehan lainnya yang sah.
Di dalam Lampirannya dijelaskan tentang pengertian barang milik daerah yaitu
semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah,
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun
yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimang
termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga
lainnya.
Pengertian mengenai Barang Milik Daerah yang terbaru adalah berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.17 Tahun 2007 Pasal 3, adalah sebagai
berikut :
1.

Barang milik daerah meliputi:


a.
b.

2.

barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD, dan


barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Barang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:


a.
b.
c.
d.

barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis


barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak
barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, atau
barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pengelolaan barang daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian


hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian
nilai.(Pasal 4 ayat 1 Permendagri No. 17 Tahun 2007).
Pengelolaan barang daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap
barang daerah yang meliputi, perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
pengadaan,
penerimaan
penyimpanan
dan
penyaluran,
penggunaan,
penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,
penghapusan, pemindah-tanganan, pembinaan pengawasan dan pengendalian,
pembiayaan dan, tuntutan ganti rugi (Pasal 4 ayat 2 Permendagri No.17 Tahun
2007).
Sedangkan mengenai Manajemen Aset seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa
Manajemen Aset merupakan lanjutan dari proses manajemen barang/manajemen
material yang meliputi kegiatan-kegiatan; a) inventarisasi aset, b) legal audit, c)
penilaian aset, d) optimalisasi aset dan e) pengembangan System Informasi
Manajemen Aset (SIMA) dalam Pengawasan dan Pengendalian. Mengenai ini
akan dijelaskan lebih lanjut dari Modul selanjutnya dari Diklat Manajemen Aset

8
Daerah ini kecuali SIMA merupakan materi tersendiri dari Diklat ICT
(Information Communication and Technology).
Pengelolalaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan azas :
1.

Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di


bidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa
pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah
sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing;

2.

Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus


dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;

3.

Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah


harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang
benar;

4.

Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang
milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang
diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
pemerintahan secara optimal;

5.

Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah


harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;

6.

Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung
oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan
neraca Pemerintah Daerah.

E. Latihan
Latihan-1
1.

Coba jelaskan perbedaan antara Manajemen Aset Daerah dengan Manajemen


Material atau Manajemen Barang Inventaris Milik Daerah. Coba didiskusikan
dan carikan contoh kegiatannya!

2.

Dan tulislah aset-aset daerah yang berada dibawah atau pada Dinas/Instansi
dari Satuan Kerja Perangkat Daerah Saudara!

3.

Diskusikan hasil yang Saudara buat secara berkelompok untuk mendapatkan


hasil yang benarnya!

9
F.

Rangkuman
1.

Manajemen adalah alih kata dari management (bahasa Inggris) dengan


pengertian yang agak lebih pas adalah pengelolaan.

2.

Manajemen adalah pengerahan segenap kekuatan menggerakkan sekelompok


orang dan mengerahkan fasilitas dalam usaha kerja sama untuk mencapai
tujuan tertentu.

3.

Fungsi dan/atau aktifitas menajemen adalah; perencanaan, pengorganisasian


dan penyusunan staf, pembimbingan dan pengkoordinasian, penganggaran
dan pengendalian.

4.

Aset Daerah dalam pengertian Peraturan Pemerintah adalah barang yang


berwujud (tangible) yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/D atau dari
perolehan lain yang sah.

5.

Manajemen Aset mencakup rantaian kegiatan dari; perencanaan penyusunan


kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran,
pengendalian,
pemakaian/penggunaan,
pemeliharaan,
pemanfaatan/
penggunausahaan, penatausahaan, pengendalian, penghapusan dan
pemindahtanganan. Sedangkan manajemen aset kedepan meliputi 5 (lima)
kegiatan yaitu; inventarisasi, legal audit, Penilaian Aset. Optimalisasi Aset
dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA),

6.

Manajemen Aset Daerah adalah melaksanakan pengelolaan aset/Barang Milik


Daerah (BMD) berdasarkan prinsip dasar-dasar manajemen aset terhadap
aset/BMD dengan mengikuti landasan kebijakan yang diatur berdasarkan
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keppres, Kepmen dan Surat
Keputusan lainnya yang berhubungan dengan pengaturan/pengelolaan aset
daerah.

BAB III
LANDASAN KEBIJAKAN MANAJEMEN ASET/
BARANG MILIK DAERAH
Peserta setelah menerima pembelajaran Bab III ini diharapkan akan
mampu menguasai Landasan Kebijakan dalam Manajemen Aset/Barang
Milik Daerah seperti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden, Kepmenkeu dan Kepmendagri serta peraturan lainnya.

A. Sejarah Pengelolaan Barang Daerah


Kalau kita lihat kembali kebelakang kepada tahun-tahun sebelum yang kita alami
sekarang tentang pengelolaan barang dalam Negara kita Republik Indonesia ini,
kita kenal hanya sebagai Barang Milik Negara yang dikelola oleh masing-masing
Departemen. Kemudian terjadilah perubahan-perubahan dalam pengurusan barang
inventaris ini sesuai dengan tuntutan perkembangan administrasi Negara, maka
keluarlah aturan/pedoman sebagai berikut;
1.

INPRES 3 Tahun 1971, diikuti dengan dikeluarkannya Surat Keputusan


Menteri Keuangan No. Kep.225/MK/V/471 tentang Pedoman Pelaksanaan
tertib administrasi kekayaan Negara, dan barang daerah otonom terpisah
dari/tidak termasuk kekayaan Negara.

2.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1974; tentang Pokok-pokok Pemerintahan di


Daerah, diikuti dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri
sebagai berikut;
a. Nomor 4 Tahun 1979; tentang Pelaksanaan Pengelolaan Barang
Pemerintah Daerah; jo. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 020-595
Tahun 1980; tentang Manual Administrasi Barang Daerah.
b. Nomor 7 Tahun 1997; tentang Pedoman pelaksanaan Barang Pemerintah
Daerah, jo. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 1980 tentang
Manual Administrasi Barang Daerah.

3.

Undang-Undang No. 22 Tahun 1999; tentang Pemerintah Daerah, yang


diikuti oleh diterbitkannya Keputusan Menteri Dalam Negeri sebagai berikut:
a. Nomor 11 Tahun 2001; tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah.
b. Nomor 152 Tahun 2004; tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah

4.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004; tentang Pemerintahan Daerah.

B. Landasan Kebijakan Pengelolaan Barang Daerah


Sebagai pegangan atau landasan pekerjaan dalam pengelolaan barang daerah ini
dapat dipedomani Kebijakan Pemerintah dalam mengatur pengelolaan Barang
Daerah berdasarkan Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan Surat Keputusan
Menteri yang terkait.

10

11
Untuk itu sebagai landasan dasar pengelolaan barang daerah ini dicoba
menampilkan kebijakan tersebut sebagai berikut:
1.

Undang-Undang (UU);
a.

Undang-Undang No. 72 Tahun 1957 tentang Penjualan Rumah Negeri


kepada pegawai negeri. (Pasal 1, 3, dan 5)

b.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok-pokok


Agraria. Mengatur tentang hak-hak atas tanah dan mengatur tentang
pendaftaran tanah. (Pasal 16)

c.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.


1)

2)
3)

Mengenai Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) sebagai


Pemegang Kekuasaan Pengelolaan keuangan daerah (termasuk
barang). (Pasal 6 ayat (2) huruf c).
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku Pejabat Pengguna
Anggaran/Barang Daerah Pasal 10 ayat (1) huruf b.
Tugas dari Kepala Satker mengelola barang milik/kekayaan daerah
yang menjadi tanggung jawab Satker yang dipimpinnya. (Pasal 10
ayat (3) huruf f.).

d.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.


1) Presiden menyerahkan kewenangan kepada Gubernur/Bupati/
Walikota dalam pengelolaan keuangan/barang daerah.
2) Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah
menetapkan Pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang
milik daerah. (Pasal 5 ayat e)
3) Kepala Satker perangkat Daerah dalam melaksanakan tugasnya
selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Satker perangkat
Daerah yang dipimpinnya berwenang menggunakan barang milik
daerah. (Pasal 6 ayat 1, ayat 2 huruf f)
4) Barang milik Negara/Daerah yang diperlukan bagi penyelenggaraan
tugas pemerintahan Negara/Daerah tidak dapat dipindah tangankan.
5) Pemindah-tanganan barang milik Negara/Daerah dilakukan dengan
cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai
Modal Pemerintah setelah mendapat persetujuan dari DPR/DPRD.
(Pasal 45 ayat (1) dan (2).
6) Mengenai persetujuan DPRD ini. (Pasal 46 dan Pasal 47).
7) Khususnya mengenai Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
(Bab. VII Pasal 42 s/d Pasal 49).

e.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.


Dalam Paragraf Keenam Pasal 178 ayat (1), (2), (3) dan (4) mengenai
Pengelolaan Barang Daerah.
1)

Barang milik daerah yang dipergunakan untuk melayani kepentingan


umum tidak dapat dijual, diserahkan haknya kepada pihak lain,

12

2)

3)

4)

f.

2.

3.

dijadikan tanggungan, atau digadaikan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
Barang milik daerah dapat dihapuskan dari daftar inventaris barang
daerah untuk dijual, dihibahkan, dan/atau dimusnahkan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pelaksanaan pengadaan barang dilakukan sesuai dengan kemampuan
keuangan dan kebutuhan daerah berdasarkan prinsip efisiensi,
efektifitas, dan transparansi dengan mengutamakan produk dalam
negeri sesaui dengan Peraturan Perundang-Undangan.
Pelaksanaan penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan berdasarkan kebutuhan daerah, mutu barang, usia pakai,
dan nilai ekonomis yang dilakukan secara transparan sesuai dengan
Peraturan Perundang-Undangan.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam Pasal 55 ayat:
1) Pendapatan Daerah dan/atau barang milik Daerah tidak boleh
dijadikan jaminan Pinjaman Daerah.
2) Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik
Daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan
Obligasi Daerah.

Peraturan Pemerintah (PP)


a.

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara.


Mengatur tentang pengalihan hak Rumah Negeri Golongan III yang telah
berusia 10 tahun.

b.

Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Mengenai hal sebagai berikut.
(Pasal 31 ayat 1,2 dan 3):
1) Kepala Daerah mengatur Pengelolaan Barang Daerah.
2) Pencatatan barang daerah dilakukan sesuai dengan standar akutansi
Pemerintah Daerah.
3) Sekretaris Daerah, Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan
Kepala Dinas/Lembaga Teknis adalah Pengguna dan Pengelola
barang bagi Sekretariat Daerah/Sekretariat Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah/Dinas Daerah/Lembaga Teknis Daerah yang
dipimpinnya.

c.

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang


Milik Negara/Daerah

Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres)


a.
b.

Keppres No. 40 Tahun 1974 Tentang Cara Penjualan Rumah Negeri.


Keppres No. 5 Tahun 1983 Tentang Penghapusan Penyediaan Kendaraan
Perorangn Dinas.

13
c.

Keppres No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah, beserta perubahannya dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

4.

No. 61 Tahun 2004;


No. 32 Tahun 2005;
No. 70 Tahun 2005;
No. 8 Tahun 2006;
No. 79 Tahun 2006;
No. 85 Tahun 2006;

Keputusan Menteri Dalam Negeri


a.

Kepmendagri No. 42 Tahun 2001; Tentang Pedoman Penyerahan Barang


dan Hutang Piutang pada Daerah yang baru dibentuk. Pasal 3 ayat:
1)

2)

Barang Daerah atau Hutang Piutang yang akan dialihkan kepada


Daerah yang baru dibentuk, terlebih dahulu dilaksanakan
inventarisasi bersama, baik administrasi maupun fisik.
Barang Daerah tesebut meliputi:
a)
b)
c)

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
5.

Perubahan Pertama.
Perubahan Kedua.
Perubahan Ketiga.
Perubahan Keempat.
Perubahan Kelima
Perubahan Keenam

Tanah, bangunan dan barang tidak bergerak lainnya.


Alat angkutan bermotor dan alat besar.
Barang bergerak lainnya termasuk perlengkapan kantor, arsip,
dokumentasi dan perpustakaan

Kepmendagri No. 49 Tahun 2001: Tentang Sistem Informasi Manajemen


Barang Daerah.
Kepmendagri No. 7 Tahun 2002; Tentang Nomor Kode Lokasi dan
Nomor Kode Barang Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota.
Kepmendagri No. 12 Tahun 2003; Tentang Pedoman Penilaian Barang
Daerah.
Kepmendagri No. 153 Tahun 2004; Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Daerah yang dipisahkan.
Permendagri No. 7 Tahun 2006; Tentang Standarisasi sarana dan
prasarana kerja Pemerintahan Daerah.
Permendagri No.13 Tahun 2006: Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
Permendagri No.17 Tahun 2007: Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah

Surat Keputusan Menteri Keuangan


SE-187/MK-2/2003 tentang Penjualan Kendaraan Dinas.

6.

Surat Edaran Direktorat Jenderal Anggaran


No. SE-144/A/2002 tentang Teknis Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan
Barang Inventaris Milik Negara.

14
Dengan mempelajari Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Surat Keputusan
Menteri Dalam Negeri dan Surat Keputusan Menteri Keuangan serta Surat Edaran
Dirjen Anggaran sebagaimana dicantumkan diatas akan dapat menambah
penguasaan peserta akan landasan kebijakan dalam mengelola aset daerah nantinya
yang berada dibawah lingkup satuan kerjanya.
Untuk itu diharapkan peserta dapat melengkapi kantornya dengan bahan-bahan
diatas.

C.

Latihan
1.

2.

Dari uraian materi pokok bahasan yang telah disampaikan dan diuraikan pada
Saudara, manakah diantara Landasan Kebijakan tersebut yang lebih banyak
dapat menjadi pedoman/petunjuk kerja Saudara. didaerah untuk dapat
mengemban tugas Saudara ?
Mengapa pilihan Saudara begitu jelaskan alasannya dan diskusikan jawaban
Saudara dalam grup diskusi yang dipimpin Fasilitator?

D. Rangkuman
Sejarah tentang pengelolaan barang dalam Negara kita Republik Indonesia ini,
yang sekarang hanya kita kenal sebagai Barang Milik Negara yang dikelola oleh
masing-masing Departemen. Kemudian terjadilah perubahan-perubahan dalam
pengurusan barang inventaris ini sesuai dengan tuntutan perkembangan
administrasi Negara, maka keluarlah beberapa aturan/pedoman dalam bentuk
INPRES ataupun Undang-Undang yang mengatur tentang hal ini.
Dengan mempelajari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Surat Keputusan
Menteri Dalam Negeri dan Surat Keputusan Menteri Keuangan serta Surat Edaran
Dirjen Anggaran sebagaimana dicantumkan pada Pokok Bahasan diatas
diharapkan akan dapat menambah wawasan dan penguasaan peserta akan landasan
kebijakan dalam mengelola aset daerah nantinya yang berada dibawah lingkup
satuan kerjanya.

DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 Tentang Rumah Negara/Tata cara
penjualan rumah Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang SAP
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 Tentang Hibah kepada Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan barang milik
Negara/Daerah.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman
pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2003 Tentang Perubahan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2005 Tentang Perubahan Ke
2 (dua) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2005 Tentang Perubahan Ke
3 (tiga) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Perubahan Ke 4
(empat) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2006 Tentang Perubahan Ke
5 (lima) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2006 Tentang Perubahan Ke
6 (enam) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2001 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Penyerahan Barang/Hutang Piutang pada Daerah yang baru
dibentuk.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2001 Tentang Sistem Informasi
Manajemen Barang Daerah (SIMBADA).
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2002 Tentang Nomor Kode Lokasi
dan Nomor Kode Barang Daerah.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penilaian
Barang Daerah.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 153 Tahun 2004 Tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Daerah yang dipisahkan.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Standarisasi Sarana
dan Prasarana Kerja Pemda.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah
Surat Keputusan Menteri Keuangan No.SE-187/MK-2/2003 Ttg Penjualan Kendaraan
Dinas.
Surat Edaran Direktorat Jenderal Anggaran Nomor SE-144/A/2002 Tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan Barang Inventaris Milik Negara.

ANWAR SULAIMAN, Drs. H, (2000), Manajemen Aset Daerah, STIA LAN Press,
Jakarta.
DOLI, D. SIREGAR, (2004), Manajemen Aset, Satyatama Graha Tara, Jakarta.
SADEWO, Drs. R.M, (1999), Pembinaan Administrasi Barang Milik/Kekayaan
Negara, CV. Panca Usaha, Jakarta.

(2005), Bahan Ajar: Diklat Pengadaan Barang dan


Jasa, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Anggaran Departemen Keuangan.
.

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.


The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.

Anda mungkin juga menyukai