SUPOSITORIA
SUPOSITORIA
I.
Latar Belakang
Berdasarkan perkembangan zaman bentuk dan sediaan obat
beragam,ada yang berbentuk tablet, serbuk, kapsul, sirup, dan
suppositoria.Beragamnya bentuk sediaan tersebut didasarkan atas
kebutuhan dari konsumen atau pasien. Bentuk dan sediaan obat pun dapat
diberikan denganrute yang berbeda-beda dan memberikan efek yang
berbeda-beda. Untuk suppositoria rute pemberiannya dimasukkan di dalam
dubur atau lubangyang ada di dalam tubuh. Penggunaan suppositoria
ditujukan untuk pasienyang susah menelan, terjadi gangguan pada saluran
cerna, dan pada pasienyang tidak sadarkan diri.Suppositoria dapat dibuat
dalam bentuk rektal, ovula, dan uretra.Bentuk suppositoria dapat ditentukan
berdasarkan basis yang digunakan
II.
Pengertian
Supositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat berbagai bobot dan
bentu, yang diberikan melalui rectum, vagina, atau uretra; umumnya
meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh . supositoria dapat
bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan sebagai pelindung
pembawa zat teraupetik yang bersifat local atau sistemik.
Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang berbentuk torpedo,
bentuk ini memiliki kelebihan yaitu bila bagian yang besar masuk melalui
otot penutup dubur, maka supositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya
(Anief, 2000).
Suppositoria adalah sediaan farmasi padat yang dirancang untuk
dimasukkan ke dalam rectum dimana masa suppositoria akan melebur,
melarut, terdispersi, dan menunjukkan efek lokal atau sistemik. Sedangkan
ovula adalah sediaan farmasi yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam
vagina, biasanya untuk tujuan efek lokal. (Agoes, 2008:337)
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya
dengan cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia
akan melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau
sistemik. Suppositoria umummnya dimasukkan ke dalam lubang atau celah
yang diinginkan tanpa menimbulkan kejanggalan dan penggelembungan
begitu masuk harus dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu. Suppositoria
untuk rectum umumnya dimasukkan dengna jari tangan, tetapi untuk vagina
khususnya vaginal insert atau tablet vagina yang diolah dengan cara
kompresi dapat dimasukkan lebih jauh ke dalam saluran vagina dengan
bantuan alat khusus. (Ansel, 2008:576)
Obat dapat masuk langsung dalam saluradarah dan berakibat obat dapat
memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral.
Baik, bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar (Anief, 2004)
1.
2.
3.
V.
Tujuan Penggunaan
Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan
penyakit infeksi lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan
sistemik karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal
ini dilakukan terutama bila penggunaan obat per oral tidak
memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih
cepat karena obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke
dalam sirkulasi pembuluh darah.
Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran
gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati
(Syamsuni, 2005).
Polimorfisme
Polimorfisme adalah keadaan dimana oleum cacao menjadi
berbagai bentuk kristal. Oleh karena itu bila oleum cacao tergesagesa atau tidak hati-hati dicairkan pada suhu yang melebihi suhu
minimumnya, lalu segera didinginkan, maka hasilnya berbentuk
kristal metastabil (suatu bentuk kristal) dengan titik lebur yang
jumlah dan bobot jenis yang dapat diabaikan, misalnya extr. Belladonae,
gram alkaloid.
Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui bobot lemak coklat yang
mempunyai volume yang sama dengan 1 g obat (Syamsuni, 2007).
Nilai tukar lemak coklat untuk 1 g obat, yaitu :
Acidum boricum
: 0,65
Aethylis aminobenzoas
: 0,68
Garam alkaloid
: 0,7
Aminophylinum
: 0,86
Bismuthi subgallus
: 0,37
Bismuthi subnitras
: 0,20
Ichtammolum
: 0,72
Sulfonamidum
: 0,60
Tanninum
: 0,68
Zinci oxydum
: 0,25
Dalam praktik, nilai tukar beberapa obat adalah 0,7, kecuali untuk
garam bismuth dan zink oksida. Untuk larutan, nilai tukarnya dianggap 1.
Jika suppositoria mengandung obat atau zat padat yang banyak pengisian
pada cetakan berkurang, dan jika dipenuhi dengan campuran massa, akan
diperoleh jumlah obat yang melebihi dosis. Oleh sebab itu, untuk membuat
suppositoria yang sesuai dapat dilakukan dengan cara menggunakan
perhitungan nilai tukar sebagai berikut (Syamsuni, 2007).
Contoh :
R/ Aminophylinum 0,5 g
m.f.suppos dtd No.XV
Hitungan :
Jumlah aminophylinum yang dibutuhkan : 0,5 g x 15 = 7,5 g
Berat suppositoria
: 3 g x 15 = 45 g
Nilai tukar Aminophylin
: 0,86 x 7,5 g = 6,45 g
Jumlah lemak cokelat yang diperlukan
: 45 g 6,45 g = 38,55 g
2. Bahan Dasar yang Dapt bercampur atau larut dalam air:
1. Basis yang larut air (water soluble bases)
Basis yang larut dalam air atau dapat bercampur dengan air
merupakan basis yang dirancang untuk melarut dan terdispersi dalam
liang tubuh (rektum dan vagina) yaitu :
Gliserol Gelatin.
Merupakan campuran gliserol dan air membentuk gel dengan
penambahan gelatin.Dengan mevarisikan komposisi, mass dapat
digunakan untuk basis dermatologi, untuk supositoria dan ovula.Massa
supositoria mengandung gliserol 70% dan sekurang-kurangnya 14%
gelatin. Untuk negara tropis kemungkinan dibutuhkan gelatin lebih
banyak dan untuk mengatasi masalah efek pelukan dari komponen cair
lain dari supositoria yang terdapat dalam produk.
molekul
rendah
atau
dengan
Keuntungan PEG :
a. tidak ada efek laksatif
b. kontaminasi mikroba lebih kecil
c. pembuatan lebih menyenangkan. Basis agak berkontraksi pada saat
didinginkan sehingga tidak diperlukan pelincir.
d. Suhu lebur pada umumnya diatas suhu tubuh, penyimpanan dengan
cara pendinginan tidak begitu kritis, sesuai iklim panas dan selama
penanganan tidak selalu mudah melebur pada suhu tubuh, akan tetapi
melarut dan mendispersikan obat secara perlahan sehingga
memudahkan penundaan efek.
e. Menghasilkan larutan viskositas tinggi, hal ini berarti kemungkinan
bocor selama aplikasi lebih sedikit.
f. Menunjukkan sifat pelarut yang baik.
g. Menghasilkan produk yang berpenampilan bersih dan licin.
Kerugian PEG :
a.
b.
c.
d.
e.
4. Pengemasan
Suppositoria dikemas sedemikian rupa sehingga setiap suppositoriaterpisah
satu dengan yang lainnya, agar tidak mudah hancur atau meleleh.Bisanya
dimasukkan ke dalam wadah dari aluminium foil atau strip plasticsebanyak 6
sampai 12 suppositoria untuk kemudian dikemas dalam doos.Suppositoria
harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk.
Halhal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suppositoria :
a) Kenaikan titik lebur. Titik lebur oleum cacao yang dinaikan oleh perak
nitrat danplumbi asetat. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan oleum
arachidis kurangdari 5%.
b ) Penurunan titik lebur. Penurunan titik lebur oleum cacao yang disebabkan
olehfenol, Choral hydrat, minyak atsiri dapat diatasi dengan penambahan
cera 46% atau cetaceum 12%.
c) Bila suppositoria terlalu banyak mengandung serbukakan menyulitkan
dalampenambahan adeps lanae.
d) Cairan yang tidak dapat mencampur dengan oleum cacao. Obat yang
harusdilarutkan dalam air maupun dalam alcohol atau obatnya sendiri
dengankonsistensi seperti itu misalnya ichtyol, bila dalam jumlah kecildapat
dibuatdengan metode panas dengan jalan pengadukan sebelum dituang.
e) Pemakaian air sebagai pelarut dalam basis oleum cacao sebaiknya
dihindarisebab:
- Menyebabkan reaksi antara obatobatan dalam suppositoria
- Bila airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan
dapatkeluar dari
suppositoria.
- Mempercepat tengiknya oleum cacao
Waktu dan cara pemakaian supositoria:
1.
Sesudah defekasi, untuk menghindari obat dikeluarkan terlalu cepat
bersama faeces sebelumsempat bekerja.
2.
Malam sebelum tidur, penderita dalam posisi terlentang untuk
menghindari meleleh obat keluar rektum/vagina
6. Profeid supositoria
7. Dulcolax supositoria
3.Profiretrik supositoria
8. Stesolid supositoria
4.Boraginol supositoria
9. Tromos supositoria
5.Propis supositoria
KESIMPULAN
Suppositoria merupakan sediaan obat padat yang mempunyai bentuk
seperti torpedo, digunakan melalui rektal, dan larut dalam suhu tubuh.
Terdapat beberapa macam suppositoria antara lain suppositoria rektal/analia,
suppositoria vaginal, dan suppositoria uretral.
Bahan dasar untuk membuat suppositoria terdiri dari bahan dasar
lemak cokelat, bahan dasar yang larut dalam air, dan bahan dasar dari
gelatin. Pengujian bagi suppositoria meliputi waktu lebur, kekompakan dan
kekerasan,ukuran partikel dan penghabluran, Serta distribusi bahan obat.
Daftar Pustaka
Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: ITB
Ansel, Howard C. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi Edisi ke Empat.Jakarta : UI-Press.
Syamsuni.2006.Ilmu Resep.jakarta: EGC
FARMASETIKA II
SEDIAAN SUPPOSITORIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
M.RAEDI ARDIAN
RIZKY PUJI LESTARI
SEPTI BUANA SARI
VIA ANGGRAINI
WENNY AYU LESTARI