Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia telah dikenal sebagai salah satu negara penghasil gaharu di dunia,
karena mempunyai lebih dari 25 jenis pohon penghasil gaharu yang tersebar di
Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Gaharu
merupakan komoditi elit Hasil Hutan Bukan Kayu yang saat ini banyak di minati oleh
konsumen, baik dalam negeri maupun luar negeri. Pohon Penghasil Gaharu
(Aquilaria spp.) adalah spesies asli Indoneisa. Beberapa spesies gaharu komersial
yang sudah mulai dibudidayakan adalah : Aquilaria malaccensis, A. microcarpa, A.
beccariana, A. hirta, A. filaria, dan Gyrinops verstegii, serta A. crassna asal Kamboja.
Gaharu merupakan substansi aromatic berupa gumpalan yang terdapat diantara
sel-sel kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas serta memiliki kandungan
kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang
tumbuh secara alami dan telah mati sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi
baik secara alami maupun buatan (Yusa, 2013). Untuk mendapatkan senyawa
aromatic dari gaharu yaitu berupa minyak atsiri perlu dilakukan penyulingan. Teknik
penyulingan ini bermacam-macam dan memiliki kelebihan serta kekurangan. Minyak
atsiri yang dihasilkan merupakan bahan baku yang sangat mahal dan terkenal untuk
industri kosmetika seperti parfum, sabun, lotions, pembersih muka, serta obat-obatan
seperti obat hepatitis, liver, anti alergi, batuk, penenang sakit perut, rheumatik,
malaria,TBC, kanker, asthma,tonikum, dan aroma therapy (Charles, 2009)
1.2 Rumusan Masalah
Pemanfaatan gaharu didunia khususnya di Indonesia masih terfokus pada ekspor
kayu. Dalam beberapa tahun berbagai cara telah ditemui untuk menghasilkan minyak
kayu gaharu terutamanya dalam proses penyulingan. Di Indonesia pengolahan gaharu
dalam ekstraksi minyak atsiri hanya pada tahap usaha kecil menegah dengan metode
destilasi yang masih tradisional. Hydro distillation yang pengusaha kecil gaharu

lakukan membutuhkan waktu yang lebih panjang dan kurang efisien. Padahal Gaharu
atau lebih dikenali sebagai Aquilira adalah antara kayu yang paling bernilai di dunia
dengan permintaan dan harga yang tinggi. Penggunaan gaharu secara meluas dalam
bidang perobatan, pengahasilan minyak wangi dan sebagainya menjadikan gaharu
sebagai benda yang paling berharga di dunia. Metode isolasi gaharu perlu
dikembangkan dengan teknik yang lebih modern dan efisien.
Penggunaan Gelombang mikro dalam isolasi minyak atsiri mulai banyak
dikembangkan. Menurut penelitian Lucchesi, microwave dapat mengurangi konsumsi
energy dan waktu dalam menghasilkan minyak atsiri dengan kualitas yang bagus.
Jadi dalam penelitian ini akan menggunakan gabungan dari hidrodestilasi dan
gelombang mikro sebagai sumber panas untuk melihat bagaimana hasil penyulingan
gaharu yang didapatkan.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hasil penyulingan gaharu meggunakan metode destilasi
microwafe
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk mempelajari metode yang baik dalam penyulingan gaharu
2. Untuk mengidentifikasi minyak atsiri yang dihasilkan

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1.

Gaharu
Kayu gaharu dalam perdagangan internasional biasa dikenal dengan nama

agarwood, eaglewood, aloeswood, oudh, jinkoh dan beberapa nama lainnya.


Kayu ini merupakan kayu termahal di dunia karena harganya dapat mencapai
lebih dari US$ 10,000 per kilogram (Anonim, 2007). Kayu gaharu adalah bagian
kayu yang mengandung resin sebagai akibat gangguan fisis pada jaringan kayu
yang diikuti dengan infeksi oleh mikroba pada jenis tertentu terutama dari genus
Aquilaria dan Gyrinops, famili Thymeleaceae (Sidiyasa dan Suharti, 1998;
Anonim, 1999-b).

Kehadiran resin pada kayu ini secara umum menentukan

kualitas kayu tersebut, makin tinggi kandungan resin makin tinggi kualitas dan
harga kayu gaharu. Kayu gaharu yang memiliki kualitas terbaik biasa dikenal
dengan kelas double super atau super, sedangkan kualitas terendah biasa
dikenal dengan istilah TGC atau kemedangan.
Gaharu merupakan substansi aromatic berupa gumpalan yang terdapat
diantara sel-sel kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas serta memiliki
kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil
gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati sebagai akibat dari proses infeksi
yang terjadi baik secara alami maupun buatan.
Gaharu mengandung essens yang disebuat sebagai minyak essens (essential
oil) yang dapat dibuat dengan ekstraksi atau penyulingan dari gubal gaharu.
Essens gaharu ini digunakan sebagai bahan pengikat (fixative) dari berbagai jenis
parfum, kosmetika, dan obat-obatan herbal. Selain itu, serbuk abu dari gaharu
digunakan sebagai bahan pembuat dupa/hio dan bubuk aroma therapy.
Daun pohon gaharu bisa dibuat menjadi teh daun pohon gaharu yang
membantu kebugaran tubuh. Senyawa aktif Agarospirol yang terkandung dalam
daun pohon gaharu dapat menekan sistem syaraf pusat sehingga menimbulkan
efek menenangkan, teh daun gaharu juga ampuh untuk obat anti mabuk.

Perkembangan teknologi kedokteran telah membuktikan secara klinis bahwa


gaharu dapat dimanfaatkan sebagai obat anti asmatik, mikroba, stimulant kerja
saraf dan pencernaan. Di beberapa negara seperti di Eropa, Cina dan India, gaharu
digunakan sebagai obat kanker, diare, ginjal, tumor dan lainnya.
Ampas dari sulingan minyak dari marga Aquilaria di Jepang dimanfaatkan
sebagai kamfer anti ngengat dan juga mengharumkan isi lemari. Tidak hanya itu
air limbah dari hasil penyulingan gaharu dapat dimanfaatkan untuk perawatan
wajah dan kulit.
2.2.
Komposisi Minyak Atsiri
Penyulingan gaharu dilakukan untuk mendapatkan minyak atsiri yang
terkandung dalam bagian pohon yang disebut gubal. Minyak atsiri atau minyak
eteris (essential oil, volatil oil, etherial oil) adalah minyak mudah menguap yang
diperoleh dari tanaman dan merupakan campuran dari senyawa senyawa volatil
yang dapat diperoleh dengan distilasi, pengepresan ataupun ekstraksi. Minyak
atsiri mempunyai sifat fisik dan kimia yang sangat berbeda dengan minyak
pangan (Ketaren, 1987; Boelens, 1997; Baser, 1999). Penghasil minyak atsiri
berasal dari berbagai spesies tanaman yang sangat luas dan digunakan karena
bernilai sebagai citarasa dalam makanan dan minuman serta parfum dalam produk
industri, obat-obatan dan kosmetik. Minyak atsiri tanaman diperoleh dari tanaman
beraroma yang tersebar diseluruh dunia (Simon, 1990).
Minyak atsiri terbentuk dari senyawa hidrokarbon yang dikasifikasikan atas
alcohol, aldehid, ester, terpen, fenol, keton dan lainnya. Senyawa terpen pada
gaharu terbagi atas monoterpen dan sesquiterpen. Struktur monoterpen dari
minyak gaharu terdiri dari 10 atom C dengan 1 ikatan rangkap. Sequisetrpen
tersusun atas 15 atom karbon bersifat farmakologis sebagai anti inflamasi dan
alergi. Secara lebih spesifik minyak gaharu jenis Aquilaria Malaccensis terdiri
dari beberapa senyawa kimia yaitu berupa a-agarofuran, b-agarofuran,
agarospirol, jinkohol, jinko-eremol, kusunol, jinkohol II dan oxaagarospirol serta

senyawa cbromone. Cbromone ini menghasilkan bau yang sangat harum dari
gaharu apabila dibakar.

2(2-phenylethyl) chromone 3
Gambar 2.1 Senyawa Kimia minyak gaharu (Nurdiyana, 2008)

Berikut ini gambar tabel senyawa kimia dalam berbagai jenis Aquilaria
(Abdul 2009) :

Gambar 2.2 Senyawa Kimia berbagai spesies

2.3.

Destilasi /Penyulingan

Destilasi/ penyulingan adalah metode yang banyak dilakukan dalam


pemisahan maupun dalam isolasi suatu komponen dari campuran berdasarkan
tingkat volatilitas suatu senyawa. Metode ini merupakan salah satu cara dalam
menghasilkan minyak atsiri.
Campuran air dan minyak atsiri membentuk cairan dua fasa. Pada
temperature tertentu molekul-molekul cairan tersebut mempunyai energi tertentu
dan bergerak bebas secara tetap dengan kecepatan tertentu. Bila temperatur
molekul naik dengan cara dipanaskan maka tenaga gerak molekul akan
bertambah. Molekul-molekul selama bergerak akan saling bertumbukan. Di
lapisan permukaan molekul-molekul memiliki tendensi bergerak meninggalkan
permukaan cairan masuk ke ruang di atas cairan (molekul cairan berubah menjadi
molekul uap). Molekul-molekul dalam keadaan uap memiliki tenaga gerak lebih
besar dibandingkan dalam keadaan cair. Molekul-molekul uap selama bergerak
juga saling bertumbukan dan kemungkinan arah geraknya menuju kembali ke
permukaan cairan. Pada suatu saat banyaknya molekul yang lepas dari permukaan
menjadi uap dan kembali ke fasa cairnya akan sama jumlahnya (disebut
pengembunan) sehingga tercapai keseimbangan dinamik. Tekanan yang
dihasilkan oleh uap pada distilasi minyak atsiri, merupakan hasil dari benturan
secara terus menerus antara molekul uap yang bergerak cepat pada dinding
pembatas uap tersebut. Besarnya tekanan yang terjadi sama dengan jumlah
tekanan yang ditimbulkan oleh satu molekul dikalikan dengan jumlah molekul
yang membentur dinding persatuan luas dalam satuan waktu tertentu dan
tergantung pada konsentrasi molekul atau konsentrasi uapnya (Nyoman dkk,
2013).

2.4.

Destilasi air

Pada distilasi air bahan kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut
mengapung di atas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis
dan jumlah bahan yang disuling. Dalam proses distilasi, bahan tanaman dan air
diletakkan bersama-sama selanjutnya campuran tersebut dipanaskan. Campuran
uap dari air dan minyak atsiri kemudian dikondensasikan. Pada proses distilasi air
akan diperoleh senyawa yang larut dalam air dan bertitik didih rendah, proses
difusi uap air ke dalam bahan berlangsung dengan baik, tetapi memiliki
kelemahan yaitu terjadinya hidrolisis dan dekomposisi senyawa hasil distilasi
serta senyawa-senyawa bertitik didih tinggi tidak terekstrak dan efisiensi proses
rendah. Proses distilasi ini biasanya kontinyu dalam waktu dua sampai tiga jam
(Sonwa, 2000).
2.5.

Microwave
Microwave adalah alat gelombang elektromagnetik dengan frekuensi yang

tinggi. Panjang gelombangnya sekitar 1mm-1m. Microwave ini terbagi atas 2


bidang yaitu bagian magnetic dan elektrik serta perambatannyat tegak lurus satu
sama lainnya. Microwaves banyak digunakan dalam industri maupun dalam
rumah tangga. Partikel energinya disebut foton.

Akhir-akhir ini panas dari

gelombang mikro digunakan dalam isolasi dan analisis minyak atsiri (Lucchesi et
al, 2004 dan Lucchesi et al 2007).

BAB III

Metodologi Penelitian
3.1.

Bahan dan Alat


A. Bahan
1. 25 gr bubuk gaharu
2. 225 ml akuades
3. Sodium sulfat anhidrat
B. Alat
1. Oven Microwave modifikasi
2. Labu didih
3. Kondensor
4. Statip dan klem
3.2.
Prosedur Penelitian
1. -25 gr bubuk gaharu dan 225 ml akuades direndam selama 3 hari (A)
dimasukkan kedalam labu didih
-25 gr bubuk gaharu ditambahkan akuades 225 ml , lalu dimasukkan
dalam labu didih (B)
2. Labu didih A dan B dilakukan destilasi menggunakan oven microwave
800 w yang diberi lubang diatas nya selama 10 menit berturut-turut
3. Minyak yang dihasilkan dipisahkan dengan iar menggunakan Sodium
Sufat Anhidrat
4. Dihitung rendemen yang dihasilkan
3.3.
Cara Analisa Hasil
Analisa hasil menggunakan kromatografi gas untuk menguji kandungan dari
minyak atsiri

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999-a. Plant Resources of South-East Asia No. 18: Plants producing
exudates. Prosea Fondation. Bogor.
______. 1999-b. Plant Resources of South-East Asia No. 19: Essential-oil plants.
Prosea Fondation. Bogor.
______. 2007. Factual information about cultivated agarwood.

Baser, K.H.C. 1999. Essential oil extraction from natural product by conventional
methods. TBAM-ICS/UNIDO Training Course on Quality Improvement of
Essential oil. 15 19 November 1999. Eskisehir, Turkey.
Charles, Ashwin Benedict, 2009. Extraction Of The Essential Oil Of Aquilaria
Malaccensis (Gaharu) Using Hydro-Distillation And Solvent Extraction
Methods. Pahang :Faculty of Chemical & Natural Resources Engineering.
Universitas Malaysia.
Nurdiyana, 2008. Omparison Of Gaharu (Aquilaria Malaccensis) Essential Oil
Composition Between Each Country. Pahang : Faculty of Chemical & Natural
Resources Engineering.
Sidiyasa, K. dan S. Suharti. 1998. Potensi jenis pohon penghasil gaharu. Prosiding
Lokakarya Pengembangan Tanaman Gaharu. Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta.
Simon, J.E. 1990. Essential oil and Culinary herbs in Advances in New Crops. J.
Janick and J.E. Simon (Ed.). Timber Press, Portland, OR. http://www.tropical
seeds.com/techforum/veg herbs/ess.Oils cull herbs. 4 Maret 2004.
Sonwa, M.M. 2000. Isolation and structure elucidation of essential oil constituents
(comparativenstudy of the oils of Cyperus alopecuroides, Cyperus papyrus,
and Cyperus rotundus). Dissertation, Departement of Organik Chemistry,
Fakulty of Chemistry, University of Hamburg, Hamburg. Diakses 30 Maret
2004.
Yusa,

2013.

Budidaya

Pohon

Gaharu

Dan

Prospek

Bisnisnya

http://bappeda.tasikmalayakab.go.id/index.php/statpel/140-budidaya-pohon-gaharudan-prospek-bisnisnya. diakses tanggal 19 April 2014.

Anda mungkin juga menyukai