Oleh :
KELOMPOK V
UCI HASDIANA RUSDI
NUGRAHAENI SAFITRI
MUHAMMAD SUDIN NUR
RICHARD JOHAN
IRNAWATI
KURNIA RATNA YULIANI
( H111 13 015
( H111 13 019
( H111 13 024
( H111 13 026
( H111 13 305 )
( H111 13 310
)
)
)
)
)
4.003
orang.
Sector
industry
memberikan
konstribusi
terhadap
menurut kecamatan di kota Makassar tahun 2013 sebanyak 157 buah dengan
jumlah tenaga kerja sebanyak 1.457 orang (BPS Makassar 2013).
Tenaga kerja merupakan segala kegiatan manusia baik jasmani maupun
rohani yang ditujukan untuk kegiatan produksi. Dalam kegiatan produksi tidak lepas
dari faktor tenaga kerja karena tenaga kerja sangat dominan untuk melancarkan
kegiatan produksi hingga memperoleh hasil produksi dari suatu kegiatan produksi.
Faktor tenaga kerja memegang peranan penting dalam berbagai macam dalam
kegiatana produksi. Dengan adanya tenaga kerja kegiatan produksi akan cepat
terselesaikan dengan baik, artinya faktor tenaga kerja sangat di butuhkan dalam
proses kegiatan produksi. Kegiatan produksi akan berhenti jika tenaga kerja yang
diperlukan mengalami gangguan, sehingga berdampak pada penjualan yang akan
diterima perusahaan atau industri tersebut. Factor lain yang dapat mempengauhi
hasil produksi adalah modal dan teknologi(Griffin, 2006).
Terdapatnya hubungan non linear dalam data ekonomi tidaklah kecil oleh
karena banyaknya hubungan non linear yang diyakini berlaku dalam ilmu ekonomi.
Fungsi biaya total dan fungsi-fungsi biaya yang lain, kurva permintaan, siklus
perdagangan, biaya unit produksi hanyalah beberapa contoh dari hubunganhubungan ekonomi yang sering dianggap sebagai fungsi-fungsi non linear.
Kebanyakan
model
yang
telah
dikembangkan
untuk
menjelaskan
siklus
ekonomi
dapat
dinyatakan
dengan
perubahan
nilai
(1)
Di mana K adalah modal, dan L adalah tenaga kerja, dan Q adalah hasil produksi.
dengan
P/ L
adalah laju perubahan produksi terhadap banyaknya tenaga kerja. Para ahli
ekonomi menyebutnya produksi marjinal terhadap tenaga kerja atau produktivitas
marjinal tenaga kerja. Demikian juga, turunan parsial
P/ K
adalah laju
(2)
(3)
Nilai Marginal Subsitusi antara faktor Labor dan Capital (MRS X1,X2) artinya X2
yang harus dikorbankan untuk meningkatkan satu unit X 1.
(MRSTX1,X2) = MPLX1 / MPKX2
(4)
d) Hukum hasil balik yang menurun ( Law of diminishing rate of substitution) atau
MRSTX1,X2 < 0
e) Elastisitas Subsitusi didefenisikan sebagai ukuran peningkatan dari subsitusi
antara X1 dan X2 (Tingkat penggantian antara X1 dan X2) sebagai akibat dari
perubahan harga relatif dari X1 dan X2. akan sama dengan satu (1).
II.3 Teori dasar pendekatan Cobb Douglas
Beberapa fungsi produktivitas dalam suatu perusahaan sangatlah berperan
penting dalam pengembangan produktivitas. Terutama untuk menunjang proses
produksi sehingga dapat memberikan beberapa peluang yang diharapkan. Dalam
dunia ekonomi, pendekatan Cobb-Douglas merupakan bentuk fungsional dari fungsi
produksi secara luas digunakan untuk mewakili hubungan output untuk input. Hal
ini diusulkan oleh Knut Wicksell (1851-1926), dan diuji terhadap bukti statistik
oleh Charles Cobbdan Paul Douglas di 1900-1928.
Untuk produksi, fungsi dapat digunakan rumus :
Y = AL
K,Y=K
AL
(5)
Dimana:
dalam setahun)
K = modal input
dan adalah elastisitas output dari tenaga kerja dan modal, masing-masing.
(6)
Fungsi produksi memiliki skala hasil konstan .Artinya, jika L dan K masing-masing
meningkat sebesar 20%, kenaikan Y sebesar 20%.Jika :
+<1
(7)
(8)
1/
( - 1) /
1/
(9)
1/ ( 1 - )
K { P/ W} / (1-
(10)
investasi
modal.
Dalam
prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman mo-dal yang dilakukan
dalam
suatu
tahun
tertentu,
yang
digolongkan
sebagai
investasi
(atau
bruto,
yaitu
ia
meliputi
investasi
untuk
menambah
kemampuan
Untuk
mempertimbangkan
investasi,
perusahaan
membandingkan
pendapatan tahunan investasi dengan biaya modal tahunan. Selisih antara biaya
modal tahunan dengan pendapatan tahunan disebut laba, bila laba positif investasi
menguntungkan. Sebaliknya bila laba negatif, investasi rugi.
Kurva yang menunjukkan keterkaitan di antara tingkat investasi dan tingkat
pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi investasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu (i) ia sejajar dengan sumbu datar, atau (ii) bentuknya
naik ke atas ke sebelah kanan (yang berarti makin tinggi pendapatan nasional,
makin tinggi investasi). Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu
datar dinamakan investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi
apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam
analisis makro-ekonomi biasanya dimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat
investasi otonomi (Meyka,2013).
Dalam fungsi 11 produsen membutuhkan modal awal, tergantung pada
tingkat keuntungan yang ada. Jika k adalah suatu modal dan P k adalah harga, maka
rasio dari keuntungannya : P / Pk K (Rangkuti,2009)
Apabila tingkat harga melebihi tingkat bunga (r) dengan penambahan premi yang
sesuai, maka ini akan mengalir dalam industri jika :
P / Pk K > (1 + c) r
(11)
d K / d t = [ P / Pk K - (1 + c) r ]
(12)
dengan r dan Pk variabel exogenous dan adalah konstanta positip. Persamaan ini
bukanlah tunggal untuk mencapai tujuan, sehingga kemungkinan lain adalah
(Rangkuti,2009) :
1 / K (d K / d t) = Log [ P / (1 + c) r Pk K ]
(13)
PERUSAHAA
N
TENAG
A KERJA
MARISO
MAMAJANG
TAMALATE
4
8
13
42
31
58
MODAL
290000
948000
207600
0
RAPPOCINI
7
31
129800
0
MAKASSAR
17
94
316500
0
UJUNG
8
39
256450
PANDANG
0
WAJO
9
26
974000
BONTOALA
3
13
565000
TALLO
5
24
576000
PANAKKUKANG
19
76
318300
0
MANGGALA
12
79
134600
0
BIRINGKANAYA
30
786
270750
00
TAMALANREA
22
158
509700
0
TOTAL
157
1457
491575
00
Sumber : Data BPS Makassar Dalam Angka 2013
PRODU
K
TOTAL
2383
5496
17519
PRODUK
MARGINAL
L
584
3311
6008
PRODUK
MARGINAL
K
0.20
0.25
0.39
5285
3610
0.20
36454
7527
0.52
8700
5659
0.20
5512
960
2473
35170
4294
1588
1747
9801
0.27
0.09
0.17
0.55
17629
3298
0.45
541611
13497
0.91
78285
9454
0.68
522153
6
69616
4.81
Tabel 3.1 menunjukkan bahwa faktor produksi tenaga kerja akan meningkatkan
produk lebih banyak dari pada faktor produksi kapital.
Fungsi produksi Cobb-Douglas
Q = f(K,L) = AKL1-
(14)
1. Kecamatan Mariso
Q = 4*(290000)0.7*(42)0.3 = 2383 produk.
2. Kecamatan Mamajang
Q = 8*(948000)0.7*(31)0.3 = 5496 produk.
3. Kecamatan Tamalate
Q = 13*(2076000)0.7*(58)0.3 = 17519 produk.
4. Kecamatan Rappocini
Q = 7*(1298000)0.7*(31)0.3 = 5285 produk.
5. Kecamatan Makassar
Q = 17*(3165000)0.7*(94)0.3 = 36454 produk.
6. Kecamatan Ujung Pandang
Q = 8*(2564500)0.7*(39)0.3 = 8700 produk.
7. Kecamatan Wajo
Q = 9*(974000)0.7*(26)0.3 = 5512 produk.
8. Kecamatan Bontoala
Q = 3*(565000)0.7*(13)0.3 = 960 produk.
9. Kecamatan Tallo
Q = 5*(576000)0.7*(24)0.3 = 2473produk.
10.Kecamatan Panakukang
Q = 19*(3183000)0.7*(76)0.3 = 35170 produk.
11.Kecamatan Manggala
Q = 12*(1346000)0.7*(79)0.3 = 17629 produk.
12.Kecamatan Biringkanaya
Q = 30*(27075000)0.7*(786)0.3 = 541611 produk.
13.Kecamatan Tamalanrea
Q = 22*(5097000)0.7*(158)0.3 = 78285 produk.
MPL=
Q
=( 1 ) A K L
L
(15)
1. Kecamatan Mariso
MPL=
Q
=( 0.3 )4( 290000 )0.7 ( 42 )0.7 =584
L
2. Kecamatan Mamajang
MPL=
Q
=( 0.3 )8( 948000 )0.7 ( 31 )0.7 =3311
L
3. Kecamatan Tamalate
MPL=
Q
0.7
0.7
=( 0.3 )13( 2076000 ) ( 58 ) =6008
L
4. Kecamatan Rappocini
MPL=
Q
=( 0.3 )7( 1298000 )0.7 ( 31 )0.7=3610
L
5. Kecamatan Makassar
MPL=
Q
=( 0.3 )17( 3165000 )0.7 ( 42 )0.7 =7527
L
MPL=
Q
0.7
0.7
=( 0.3 )8( 2564500 ) ( 39 ) =5659
L
7. Kecamatan Wajo
MPL=
Q
=( 0.3 )4( 974000 )0.7 ( 26 )0.7 =584
L
8. Kecamatan Bontoala
MPL=
Q
=( 0.3 )4( 565000 )0.7 ( 13 )0.7=584
L
9. Kecamatan Tallo
MPL=
Q
=( 0.3 )4( 576000 )0.7 ( 24 )0.7 =584
L
10.Kecamatan Panakukang
MPL=
Q
=( 0.3 )4( 3183000 )0.7 ( 76 )0.7=584
L
11.Kecamatan Manggala
MPL=
Q
=( 0.3 )4( 1346000 )0.7 ( 79 )0.7=584
L
12.Kecamatan Biringkanaya
MPL=
Q
=( 0.3 )4( 27075000 )0.7 ( 786 )0.7=584
L
13.Kecamatan Tamalanrea
MPL=
Q
0.7
0.7
=( 0.3 )4( 5097000 ) ( 158 ) =584
L
MPK=
Q
= A K 1 L1
K
(16)
1. Kecamatan Mariso
MPK=
Q
=( 0.7 )4( 290000 )0.3 ( 42 )0.3 =0.20
L
2. Kecamatan Mamajang
menurut
MPK=
Q
=( 0.7 )8( 948000 )0.3 ( 31 )0.3=0.25
L
3. Kecamatan Tamalate
MPK=
Q
=( 0.7 )13(2076000 )0.3 ( 58 )0.3 =0.39
L
4. Kecamatan Rappocini
MPK=
Q
0.3
0.3
=( 0.7 )7( 1298000 ) ( 31 ) =0.20
L
5. Kecamatan Makassar
MPK=
Q
=( 0.7 )17( 3165000 )0.3 ( 42 )0.3=0.52
L
MPK=
Q
=( 0.7 )8( 2564500 )0.3 ( 39 )0.3=0.20
L
7. Kecamatan Wajo
MPK=
Q
=( 0.7 )9( 974000 )0.3 ( 26 )0.3=0.27
L
8. Kecamatan Bontoala
MPK=
Q
0.3
0.3
=( 0.7 )3(565000 ) ( 13 ) =0.09
L
9. Kecamatan Tallo
MPK=
Q
=( 0.7 )5(576000 )0.3 ( 24 )0.3=0.17
L
10.Kecamatan Panakukang
MPK=
Q
=( 0.7 )19( 3183000 )0.3 ( 76 )0.3 =0.55
L
11.Kecamatan Manggala
MPK=
Q
0.3
0.3
=( 0.7 )12( 1346000 ) ( 79 ) =0.45
L
12.Kecamatan Biringkanaya
MPK=
Q
=( 0.7 )30(27075000 )0.3 ( 786 )0.3 =0.91
L
13.Kecamatan Tamalanrea
MPK=
Q
=( 0.7 )22( 5097000 )0.3 ( 158 )0.3=0.68
L
Berdasarkan dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil produksi sangat
dipengarahui oleh faktor-faktor produksinya terutama faktor produksi tenaga kerja.
Tabel(3.1) menunjukkan bahwa faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor
produksi yang sangat penting, karena memberikan pengaruh besar terhadap
output. Adapun Grafik Peningkatan dan Menurunya Total produksi,Modal,Tenaga
Kerja dan Teknologi yaitu :
900
800
700
600
500
400
Tenaga Kerja
300
Tenaga Kerja
200
100
0
35
30
25
20
15
10
Unit Perusahaan
Jumlah Perusahaan
5
0
600000
500000
400000
300000
Q = f(K,L)
200000
Fungsi Produksi
100000
0
10000000
Modal
5000000
0
BAB IV KESIMPULAN
Labour (Tenaga Kerja ). Ketika unit usaha, modal dan tenaga kerja
meningkat maka total produksi pun meningkat begitupun sebaliknya, jika unit
usaha, modal dan tenaga kerja Menurun maka total produksi pun Menurun. Seperti
terlihat pada Grafik 4 total produksi di Kota Makassar yang menggambarkan
Meningkatnya dan Menurunya Total Produksi.
DAFTAR PUSTAKA