Gudie Line Spo Fisioterapi 2
Gudie Line Spo Fisioterapi 2
PENDAHULUAN
Pelayanan fisioterapi ditata sesuai kebutuhan pasien/klien masyarakat, berdasar pada
ilmu pengetahuan dan teknologi maju, dituntun oleh moral etis, memperhatikan aspek
biopsiko social-kultural-spiritual, mengacu pada perundangan peraturan.
Berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang menjujung tinggi harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk individu dan sebagai titik sentral pembangunan menuju masyarakat
adil makmur, profesi fisioterapi memandang kapasitas gerak dan fungsi tubuh adalah
hak asasi manusia sebagai esensi dasar untuk hidup sehat dan sejahtera.
Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera secara mental dan fisik, bertempat tinggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat dan berhak untuk perawatan
kesehatan. Negara bertanggung jawab untuk penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak. (Amandemen UUD45).
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan diarahkan dalam rangka tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan diperlukan
pengelola berbagai sumber daya baik pemerintah maupun masyarakat, oleh pemerintah
pusat maupun daerah. (UU.23/2004; UU.32/2004, UU 36/2009, PP.25/2000).
Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan
terjangkau. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan
sendiri pelayananan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Setiap orang berkewajiban
ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Kewajiban tersebut pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan
perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan.
Pemerintah bertangg.jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan akses luas bagi kebutuhan
penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan. (UU.36/2009, Ps.1, 5, 9, 14, 24).
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dan bertugas
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di rumah sakit wajib memiliki izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. Rumah sakit mempunyai fungsi
pendidikan, pelatihan, pengembangan, penapisan ilmu pengetahuan teknologi bidang
kesehatan. (UU. 44/2009, Ps.4,.5, 13).
Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas dan tanggung jawab secara timbal balik vertikal dan horisontal, maupun struktural
dan fungsional terhadap kasus penyakit. dan atau masalah penyakit atau permasalahan
kesehatan (UU. 44/2009, Ps. 42).
Rujukan dibagi 2 (dua) kelompok : rujukan medik : untuk pengobatan dan pemulihan
berupa pengiriman pasien (kasus), spesimen dan pengetahuan tentang penyakit; dan
rujukan kesehatan untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan berupa sarana,
teknologi dan operasional (Kepmenkes 374/2009, SKN).
Tenaga kesehatan katagori Keterapian Fisik terdiri dari Fisioterapis, Okupasi Terapis
dan Terapis Wicara. (Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996).
Fisioterapis terdiri dari jabatan fungsional ahli dan terampil (Peraturan Presiden No.
34/2008).
Fisioterapis kompeten berperan sebagai pemberi pelayanan, pengelola, pendidik dan
peneliti (KEPMENKES No.376/2007).
Fisioterapis wajib memiliki Surat Ijin Praktik, berwenang melakukan assesmen,
diagnosis, perencanaan, intervensi dan evaluasi/re-evaluasi. (Kepmenkes 1363/2001).
Pelayanan fisioterapi di fasilitas pelayanan kesehatan diatur dalam 7 (tujuh) standar,
terdiri dari : 1. Falsafah dan tujuan, 2. Administrasi dan pengelolaan, 3. Pimpinan dan
pelaksana, 4. Fasilitas dan peralatan, 5. Kebijakan dan prosedur, 6. Pengembangan
tenaga dan pendidikan, dan 7. Evaluasi pelayanan dan pengembangan mutu. (KEPMEN
No.517/2008).
Otonomi profesional fisioterapis diperoleh melalui pendidikan profesi yang menyiapkan
tenaga fisioterapis yang mampu praktik secara otonom. Fisioterapis mampu melakukan
keputusan profesional untuk menetapkan diagnosis yang diperlukan sebagai dasar
intervensi, rehabilitasi dan pemulihan dari pasien/klien dan populasi. Prinsip etika
diperlukan untuk mengenali otonomi praktik, guna melindungi pasien/klien dan
pelayanannya.
Pelayanan fisioterapi di fasilitas pelayanan kesehatan ditata dengan pedoman yang
terdiri dari : Falsafah, kompetensi, peran dan fungsi serta tanggung jawab fisioterapi,
penatalaksanaan pelayanan fisioterapi dan pelaporan,
(KEPMENKES No.778/2008).
2.
3.
4.
akses masuk,
5.
pemeriksaan penunjang,
6.
sistem dokumentasi
7.
sistem pelaporan.
BAB II
PROSEDUR PELAYANAN FISIOTERAPI.
Prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan (Muhammad Ali,
2000). Prosedur adalah sekumpulan bagian yang saling berkaitan misalnya : orang,
jaringan gudang yang harus dilayani dengan cara yang tertentu oleh sejumlah pabrik dan
pada gilirannya akan mengirimkan pelanggan menurut proses tertentu (Amin Widjaja
1995).
Prosedur pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang
berhubungan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan melaksanakan
dan
memudahkan
kegiatan
utama
dari
suatu
organisasi
(Kamaruddin,1992).
Prosedur adalah suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan
urutan-urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu
pekerjaan
yang
dilaksanakan
berulang-ulang
(Ismail
Masya
1994).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan yang dimaksud
dengan prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap yang telah ditentukan.
Bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan. kesehatan. yang. aman, bermutu dan
terjangkau.Tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan harus. memenuhi kode etik,
standar profesi, hak pengguna pelayanan .kesehatan, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional. (UU.36/2009, Ps.5, 24).
Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit, dalam menyelenggarakan
pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional yang
berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien,
(UU. 44/2009, Ps.5,.13).
Standar pelayanan fisioterapi terdiri dari assesmen, diagnosis, perencanaan, intervensi,
evaluasi/re-evaluasi dan dokumentasi/komunikasi/koordinasi. (Tap. KONAS IX IFI Tahun
2004, Referensi WCPT, 1996)
Pengendalian mutu suatu pekerjaan dirumuskan siklus kegiatan : kerjakan yang kau tulis,
tulis yang kau kerjakan, tinjau dan tingkatkan ; suatu kegiatan jasa dan/atau produk akan
terjamin mutu bila ditulis dulu prosesnya, dijalankan, didokumentasi, dibakukan sebagai
b.
c.
d.
Prosedur
kasus
dalam
kelompok
muskulosekeletal,
neuromuskuler,
f.
Standar prosedur operasional adalah suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai
suatu petunjuk atau direktif. Mencakup hal-hal operasional yang memiliki suatu prosedur
pasti atau terstandardisasi, tanpa kehilangan keefektifannya.
Setiap sistem manajemen kualitas yang baik selalu didasari oleh standar prosedur
operasional.
Sebuah standar prosedur operasional adalah seperangkat instruksi tertulis bahwa
seseorang harus mengikuti untuk menyelesaikan pekerjaan dengan aman, tanpa efek
buruk pada kesehatan pribadi atau lingkungan, dan dalam cara yang memaksimalkan
efisiensi operasional dan produksi.
Standar prosedur operasional adalah
perangkat/instruksi/langkah-langkah
yang
dibakukan, yang kisi-kisi : yang benar dan terbaik, konsensus bersama pencegah
kesalahan, penjamin keamanan, dan telah teruji.
Contoh format prosedur operasional seperti dan tidak terbatas :
1.
2.
3.
2.
3.
Ketetapan organisasi,
4.
5.
6.
7.
Ketetapan dokumentasi
8.
9.
BAB III
PERILAKU INTERAKSI FISIOTERAPI.
Interaksi merupakan bagian integral pelayanan fisioterapi. Interaksi merupakan prasarat
untuk
perubahan positif
meningkatkan
saling
pengertian
antara
fisioterapis
dengan
2.
3.
4.
5.
BAB IV
PANDUAN PENYUSUNAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
A.
Definisi SPO
Standar operasioanal prosedur adalah suatu set instruksi yang memiliki kekuatan
sebagai suatu petunjuk atau direktif. SPO mencakup hal-hal operasional yang memiliki
suatu prosedur pasti atau terstandarisasi,tanpa kehilangan keefektifanya. Setiap sistem
manajemen kualitas yang baik selalu didasari oleh SPO. ( Wikipedia bahasa
Indonesia,ensiklopedia bebas)
Sebuah SPO adalah seperangkat instruksi tertulis bahwa seseorang harus mengikuti
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan aman, tanpa efek buruk pada kesehatan pribadi
atau lingkungan,dan dalam cara yang memaksimalkan efisiensi operasional dan
produksi.
Standar Prosedur Operasional merupakan perangkat atau instruksi atau langkahlangkah yang dibakukan, yang benar dan terbaik,konsensus bersama,pencegah
kesalahan, penjamin keamanan dan telah teruji ( system mutu ISO 9000,1997 )
B.
Bagian-bagian SPO
Standar Prosedur Operasional biasanya ada enam bagian ( ISO 9001 : 2000 )
1.
Tujuan.
Prosedur ini dibuat untuk memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
yang dibakukan.
2.
Lingkup.
Prosedur ini dinyatakan berlaku untuk siapa dan fungsi-fungsi terkait.
3.
Acuan
Disini di isi dokumen- dokumen lain yang disebutkan atau yang berkaitan dengan
prosedur ini.
4.
Definisi.
Dijelaskan disini semua istilah yang dipakai dalam prosedur ini, yang mungkin
bermakna ganda,juga bila dalam prosedur ini dipakai singkatan-singkatan yang
perlu dijelaskan artinya.
5.
Prosedur
Diuraikan di sini semua kegiatan yang harus dilalui dalam pelaksanaan prosedur,
juga
disertai
tanggung
jawab
yang
melaksanakan,dan
wewenang
untuk
memutuskan.
6.
Lampiran
Lampiran adalah pelengkap prosedur,berisi antara lain contoh-contoh formulir
yang harus dipakai, contoh bentuk dan warna label juga dapat ditambahkan sebagai
lampiran sebuah daftar riwayat perubahan dokumen.
C.
Dokumen
Operasi dg manual
Arah
Penyimpanan on line
Penyimpanan off line
Masy
Poli
Umum
10 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Diagram
Alir
BLOK 1
Disiapkan :
Tgl. Terbit
No. Revisi
Direktur . . . Ket./Ka. . .
No. Halaman
Ket.Tim / Ka. Fisioterapi
.
BLOK 2
BLOK 3
BLOK 4
KETERANGAN
11 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
RS. . .
Prosedur
Tetap
STANDAR . . . . .
PELAYANAN
No. Dok. :
.......
Tgl.Terbit :
......
No. Revisi :
.......
Halaman :
.......
Ditetapkan,
Direktur
. . . . . . . . . . .. .
1. Tujuan :
2. Ruang lingkup :
3. Kebijakan:
4. Prosedur :
5. Unit terkait :
12 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
OPERASIONAL MESIN . . . . . . . . . . .
No. Dok. :
.......
Tgl.Terbit :
......
No. Revisi :
.......
Halaman :
.......
Ditetapkan,
Direktur
. . . . . . . . . . .. .
1. Tujuan :
2. Ruang lingkup :
3. Uraian umum :
4. Rincian aktifitas :
5. Dokumen terkait :
6. Acuan :
7. Lampiran :
13 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
BAB V
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PELAYANAN FISIOTERAPI
DENGAN MENGACU KEPADA ISO 9001.2000
A. Manajemen Fasilitas Pelayanan Fisioterapi : ketetapan pimpinan, falsafahtujuan, dan organisasi pelayanan fisioterapi.
Isi SPO tingkat I
Contoh-contoh sebagai berikut :
I.1a.
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR :
TENTANG
KEPALA/PJ. PELAYANAN FISIOTERAPI
MENIMBANG :
a.
b.
c.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
1. Nama
Nomor Kepegawaian :
Sebagai Kepala Unit/Instalasi Fisioterapi
2. Bertugas mengelola pelayanan fisioterapi di Rumah Sakit sesuai dengan Uraian
Tugas Kerja terlampir.
3. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di ..................
Pada tanggal ....................
15 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
I.1b.:
URAIAN TUGAS
KEPALA / PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN FISIOTERAPI
DI RUMAH SAKIT . . . . . . .
1. Fungsi utama :
Mengelola unit /instalasi fisioterapi untuk memberikan pelayanan kesehatan
paripurna holistik kepada masyarakat, mendukung pendidikan, pelatihan,
penelitian serta penapisan ilmu pengetahuan kesehatan, sesuai dengan
perundangan, peraturan, standar, serta Visi, Misi dan Tujuan Rumah Sakit
..................
2. Kedudukan dalam organisasi :
2.1 Bertanggung jawab kepada pimpinan/pejabat yang ditunjuk oleh pimpinan
institusi sarana kesehatan.
2.2 Membawahi seluruh tenaga dalam satuan kerja pelayanan fisioterapi sesuai
ketentuan institusi sarana kesehatan.
3. Uraian tugas :
3.1 Memimpin dalam merumuskan falsafah, tujuan, sasaran pelayanan
fisioterapi sesuai dengan standar profesi dan ketententuan institusi.
3.2 Mengelola pelayanan fisioterapi sesuai dengan peraturan, perundangan,
standar profesi dan ketentuan institusi.
3.3 Memimpin perumusan metoda kerja sesuai dengan peraturan, perundangan,
standar profesi fisioterapi dan ketentuan institusi.
3.4 Memimpin
pengembangan
pelayanan
fisioterapi
sesuai
kebutuhan
dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
439/Menkes/Per/VI/2009;
6.11 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10455/MENKES/Per/XI/2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
6.12 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi.
6.13 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
6.14 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
6.15 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008,
tertulis adanya Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
18 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
I.1c.
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR :
TENTANG
ORGANISASI UNIT/INSTALASI FISIOTERAPI
DI RUMAH SAKIT . . . . . . .
MENIMBANG :
a. Dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan paripurna holistik kepada
masyarakat, mendukung pendidikan, pelatihan, penelitian serta penapisan ilmu
pengetahuan kesehatan, sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan Rumah Sakit ..................
b. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan
fungsi tubuh sepanjang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara
manual, peningkatan gerak, peralatan ( fisik, elektroterapeutis dan mekanis),
pelatihan fungsi dan komunikasi. (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1363/Menkes/SK/XII/2001).
c. Perlu ditetapkan Organisasi Pelayanan Fisioterapi sebagai unit kerja/instalasi
pelayanan di Rumah Sakit . . . . . .
MENGINGAT :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang Registrasi dan
Izin Praktik Fisioterapi.
19 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
7.
8.
9.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 640 Tahun 2005, tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Tenaga Fisioterapis.
20 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : Organisasi Unit/Instalasi Fisioterapi di Rumah Sakit . . . . . . . . . . . . . .
Staf Profesional
Tata Usaha
Fisioterapi
Kelompok Peminatan
Kelompok Peminatan
Kelompok Peminatan
Tumbuh Kembang
Neuro-Muskuler
Muskulo-SkeletalIntegumenter.
Fisioterapis
Pelaksana
Fisioterapis
Pelaksana
Fisioterapis
Pelaksana
21 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
I. 2
FILOSOFI FISIOTERAPI
1. Falsafah Fisioterapi :
1.1 Kepenuhan gerak fungsional tubuh manusia untuk hidup sehat sejahtera
adalah hak azasi.
1.2 Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan
(fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi.
1.3 Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan fisioterapi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.4 Ilmu fisioterapi adalah sintesa ilmu biofisika, kesehatan dan ilmu-ilmu lain
yang mempunyai hubungan dengan upaya pencegahan, intervensi dan
rehabilitasi gangguan gerak fungsional serta promosi. Paradigma fisioterapi
meliputi : gerak, individu dan interaksi, sehat-sakit.
1.5 Otonomi fisioterapi : Dalam melakukan pelayanan profesinya, fisioterapis
mempunyai otonomi mandiri serta mempunyai hubungan yang sejajar
dengan profesi kesehatan lain, dengan konsekuensi dan tanggung jawab
serta mengatur dirinya sendiri berdasarkan landasan kode etik profesi
fisioterapi, serta mendapatkan pengesahan dari Ikatan Profesi Fisioterapi
dan peraturan perundangan yang berlaku.
1.6 Pelayanan fisioterapi adalah masukan, proses, keluaran dan dampak
pelayanan fisioterapi.
1.7 Proses fisioterapi ialah kegiatan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
assesmen dan pemeriksaan fisioterapi, penetapan diagnosa fisioterapi,
rencana intervensi terapi, pelaksanaan intervensi terapi, evaluasi hasil
intervensi terapi dan dokumentasi.
1.8 Integrasi pelayanan fisioterapi, sebagai bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan, dalam bentuk pelayanan mandiri atau dalam tim
22 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
kontribusi
dalam
perencanaan
dan
pengembangan
23 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
professional
diperlukan
agar
fisioterapis
bisa
berpraktik
24 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
4.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
4.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008,
tertulis adanya Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
4.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang Standar
Profesi Fisioterapi Indonesia.
4.7 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
4.8 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy Association,
2001
I. 3.
PROSEDUR RUJUKAN FISIOTERAPI
RAWAT INAP
1. Pengertian :
Prosedur rujukan fisioterapi pasien rawat inap ialah tatacara pelayanan
fisioterapi bagi pasien yang dirawat inap, dari sejak dirujuk, dilayani, dievaluasi
dan dirujuk kembali.
2. Tujuan :
Tersedianya pedoman kerja bagi Fisioterapis dan tenaga kesehatan lain, dalam
memberikan pelayanan fisioterapi untuk pasien yang dirawat inap.
3. Kebijakan :
Pedoman ini sebagai acuan kerja dalam melayani pasien yang dirawat inap dalam
lingkup :
3.1 Pasien yang dirawat inap dimungkinkan dilayani secara interdisipliner
dengan Dokter yang merawat berperan sebagai ketua tim.
25 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
membuat
catatan
dokumentasi
pelayanan
fisioterapi,
26 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
7.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
7.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008,
tertulis adanya Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
7.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang Standar
Profesi Fisioterapi Indonesia.
7.7 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
7.8 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy Association,
2001
I. 3a.
DIAGRAM ALUR RUJUKAN FISIOTERAPI
RAWAT INAP.
DR. PENGIRIM
Form rujukan FT
Rujukan balik
FISIOTERAPIS
ADMINISTRASI
INPUT PEMBAYARAN
27 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
II. 1.
STANDAR PELAYANAN FISIOTERAPI
1. Pengertian :
Standar pelayanan fisioterapi ialah tata urutan kegiatan fisioterapi yang
diterapkan pada pasien / klien secara profesional, paripurna, efektif, efisien dan
terintegrasi.
2. Prosedur :
Standar Pelayanan Fisioterapi berisikan kegiatan berurutan sebagai berikut :
2.1 Assesmen
2.2 Diagnosa
2.3 Perencanaan
2.4 Intervensi
2.5 Evaluasi
2.6 Dokumentasi.
Masing-masing prosedur diuraikan dalam standar prosedur operasional.
3. Dokumen terkait:
3.1 Standar prosedur rujukan masuk.
3.2 Standar prosedur rujukan keluar
3.3 Standar prosedur (masing-masing) proses.
3.4 Petunjuk teknis modalitas fisioterapi.
4. Acuan :
4.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang
Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapi.
28 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi
4.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
4.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
4.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008,
tertulis adanya Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
4.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang Standar
Profesi Fisioterapi Indonesia.
4.7 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
4.8 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy Association,
2001
II. 2.
STANDAR ASSESMEN UMUM FISIOTERAPI
1. Pengertian :
Assesmen umum fisioterapi adalah suatu rangkaian kegiatan yang mencakup
pemeriksaan pada diri individu atau kelompok, mengidentifikasi problem yang
nyata
dan
yang
berpotensi
terjadi
kelemahan,
keterbatasan
fungsi,
internal
Fisioterapi/pelayanan
kesehatan
lain,
faktor
Kardiovaskuler/pulmoner
2.3.2
Integumenter
2.3.3
Muskuloskeletal
2.3.4
Neuromuskuler
30 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
masyarakat
(pekerjaan/sekolah/bermain)
31 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
dan
kerja
32 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
II. 3.
STANDAR DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Pengertian :
1.1 Diagnosis fisioterapi ialah label yang merangkum berbagai simtom, sindrom,
keterbatasan fungsi, keterbatasan gerak, impermen, atau potensi terjadinya,
yang merefleksikan informasi yang didapat dari pemeriksaan pada diri
pasien/klien.
1.2 Prognosis fisioterapi ialah rumusan prediksi perkembangan dari kondisi
sehat-sakit pasien/klien yang mungkin dicapai dalam waktu berikutnya
dengan intervensi fisioterapi.
2. Prosedur :
2.1 Diagnosis fisioterapi dihasilkan dari proses pemeriksaan, pengukuran dan
evaluasi dengan pertimbangan klinis yang dapat menunjukkan adanya
disfungsi gerak, mencakup adanya gangguan atau kelemahan jaringan
tertentu, limitasi fungsi, hambatan dan sindroma. Diagnosis akan berfungsi
dalam menggambarkan keadaan pasien/klien, menuntun penentuan
prognosis dan menuntun penyusunan rencana intervensi.
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7
33 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4. Referensi
4.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang Registrasi
dan Izin Praktik Fisioterapi.
4.2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi
4.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
4.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
4.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat Jendral
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008, tertulis adanya
Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
4.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang Standar
Profesi Fisioterapi Indonesia.
4.7 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
4.8 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy Association,
2001
II. 3a.
STANDAR DIAGNOSIS FISIOTERAPI
34 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
1.6 Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang
berkaitan dengan kerusakan spinal.
1.7 Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang
berkaitan dengan fraktur.
1.8 Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang
berkaitan dengan Arthroplasti sendi.
1.9 Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang
berkaitan dengan bedah tulang atau jaringan lunak.
1.10 Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, ROM, gait,
locomotion, balance yang berkaitan dengan amputasi
2. Kategori Diagnosa Neuromuskuler
2.1 Pencegahan dini/pengurangan resiko terhadap kehilangan balance and jatuh
2.2 Gangguan Perkembangan Neuromotor
2.3 Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan
Non progressive disorder CNS congenital atau pada bayi dan masa anak.
2.4 Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan
Non progressive disorder CNS pada usia dewasa
2.5 Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan
progressive disorder CNS
2.6 Gangguan Peripheral nerve integrity dan motor function yang berkaitan
dengan Peripheral Nerve Injury.
2.7 Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan
Acute atau Chronic Polyneuropathies.
2.8 Gangguan motor function dan Peripheral nerve integration yang berkaitan
dengan Non progressive disorder Spinal Cord.
2.9 Gangguan kesadaran , ROM, Motor Control yang berkaitan dengan Coma,
Near coma, atau status vegetative.
3. Katagori Diagnosis Kardiovasculer /Pulmoner :
3.1 Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja system cardiovascular-pulmonary
3.2 Gangguan kapasitas aerobik/ketahanan yang berkaitan dengan decontioning
syndrome
3.3 Ganguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic capacity/indurance yang
berkaitan dengan Airways clearance dysfunction.
35 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.4 Gangguan
kapasitas
aerobik/ketahanan
yang
berkaitan
dengan
36 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Katagori Diagnosis
ICD-9-CM
Musculoskeletal
CODES
1. Berpotensi untuk
terjadi gangguan
kinerja system
muskuloskeletal/
138
Akut Poliomyelitis
262
Malnutrition
263
268
Vit D deficiency
269
275
337
344
588
627
714
demineralisasi.
polyarthripathies
37 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
2. Gangguan Sikap
719
728
729
731
Osteitis deformans
732
Osteochondropathies
733
737
Curvature of spine
756
524
Dentofacial anomalies
568
718
719
722
Intervertebral disorder
723
724
725
Polymyalgia rheumatica
728
729
732
Osteochondropathies
733
736
38 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3. Gangguan Kinerja
otot
737
738
756
781
042
HIV
250
Diabetes Mellitus
359
443
564
569
581
Nephrotic syndrome
582
Chronic glomerulonephritis
583
588
618
Genital prolapse
623
624
625
714
715
719
genital organ
Rheumatoid arthitis nad other inflamatory
polyarthitis
Osteoarthitis and allied disorder
39 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
728
729
733
739
758
780
Chromosomal anomalies
781
General symtoms
799
4. Gangguan mobilitas
sendi motor function,
kinerja otot, dan ROM
yang berkaitan
337
524
625
dengan connective
tissue
665
709
710
714
715
716
718
719
genital
Other obstrectical trauma
Other diorder of skin snd subcutaneous tissue
Diffuse diseases of connective tissue
Rheumatoid arthritis and other inflammatory
polyarthropaties
Osteoarthrosis and allied disorders
Other and unspecified arthropaties
Other derangment of joint
40 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
724
726
727
728
729
730
733
830
831
832
833
836
837
838
839
840
841
842
843
844
845
846
involving bone
Other disorder of bone and cartilage
Dislocation of jaws
Dislocation Shoulder
Dislocation Elbow
Dislocation wrist
Dislocation knee
Dislocation ankle
Dislocation foot
Other , multiple, and ill defined dislocation
Sprains and strains of shoulder and upper arm
Sprains and strains of elbow and forearm
Sprains and strains of wrist and hand
Sprains and strains of hip and thigh
Sprains and strains of knee and leg
41 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
847
848
905
5. Gangguan mobilitas
sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM
yang berkaitan
274
Gout
350
353
354
dengan inflamasi
lokal.
355
524
682
711
715
716
717
718
719
720
722
multiplex
Mononeuritis of lower limb
Dentofacial anomalies including malocclusion
Other cellulites and abcess
Arthropathy associated with infections
Osteoarthritis and allied disorders
Other and unspecified arthropathis
Internal derangement of knee
Other derangement of knee
Other and unspecified disorders of joint
Ankylosing spondylitis and other other
inflammation
42 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
724
726
727
728
729
732
840
Osteochondropathies
923
924
927
928
unspecified sites
Crushing injury of upper limb
Crushing injury of lower limb
6. Gangguan mobilitas
sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM
yang berkaitan
353
715
716
718
719
720
dengan kerusakan
spinal.
spondylopathies
721
722
43 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
723
724
727
728
733
738
756
846
847
922
back
Contusion of trunk
7. Gangguan mobilitas
sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM
yang berkaitan
170
213
articular cartilage
262
dengan fraktur.
263
268
269
275
627
715
719
728
44 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
729
730
732
733
736
802
805
808
810
811
812
813
814
815
816
819
bone
Osteochondropathies
Other disorder of bone and cartilage
Other acquired deformities of the limbs
Fracture of Face bone
Fracture of the Spne without mention of spinal cord
injury
Fracture of the pelvis
Fracture of the clavicle
Fracture of the scapula
Fractue of the humerus
Fracture of radius and ulna
Fracture of the carp[al bone(s)
Fracture of the metacarpal bone(s)
Fracture of the one or more phalanges of the hand
820
821
822
823
824
Fracture of Patella
45 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
825
826
Fracture of ankle
827
828
829
limb
Multiple fracture involving both limbs, lower &
upper limb, rib, sternum
Fracture of unspecified bones
8. Gangguan mobilitas
sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM
yang berkaitan
170
171
cartilage
213
dengan Arthroplasti
sendi.
215
524
714
tisuue
715
716
717
718
719
729
polyarthritis
Osteoarthrosis and allied disorder
Other unspecified arthropathies
Internal derangement of knee
46 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
730
731
733
808
812
815
820
824
835
836
837
958
v43
9. Gangguan mobilitas
sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM
715
717
yang berkaitan
47 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
718
719
721
722
723
724
726
727
728
731
732
733
736
737
738
756
802
805
808
810
811
48 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
812
813
Fracture of humerus
814
815
816
820
821
822
823
Fracture of patella
824
825
Fracture of Ankle
826
830
831
Dislocation of jaws
832
Dislocation of shoulder
833
Dislocation of elbow
834
Dislocation of wrist
835
Dislocation of finger
836
Dislocation of hip
837
Dislocation of knee
838
Dislocation of ankle
839
Dislocation of foot
49 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
840
841
842
843
844
845
846
847
848
959
back
Other and ill-defined sprains and strains
Injury, other and unspecified
250
Diabetes
353
440
Atherosclerosis
442
Other aneurysm
443
459
736
747
755
781
balance yang
berkaitan dengan
amputasi
50 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
885
systems
886
887
895
896
(partial)
Traumatic amputation of other finger(s) (complete)
(partial)
Traumatic amputation of arm and hand(complete)
897
(partial)
905
906
927
928
929
(partial)
Traumatic amputation of foot(complete) (partial)
Traumatic amputation of leg (s) (complete)
(partial)
Late effect of musculoskeletal and connective
990
tissue injuries
991
994
997
51 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Katagori Diagnosis
Neuromuskular
1. Pencegahan dini /
pengurangan resiko
terhadap
kehilangan balance
332
Parkinson disease
333
and jatuh
movement disorder
334
445
336
340
342
345
359
386
Spinocerebral disease
Anterior horn cell disease
Other disease of spinal cord
Multiple sclerosis
Hemiplegia and hemiparesis
Epilepsy
Muscular dystrophies and other myopathies
Vertiginous syndromes and other disorder of
vestibular system
General Symptoms
780
781
system
797
52 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
2. Gangguan
Perkembangan
Neuromotor
191
192
225
252
253
hipotahalamic control
262
299
315
333
345
348
358
359
389
714
728
741
742
Epilepsy
Other condition of the brain
Myoneural disorders
Muscular dystrophies and other myopathies
Hearing loss
Rheumatoid arthritis and other inflamatory
polyarthropathies
Disorder of muscle, ligament, and fascia
Spina bifida
Other congenital anomaliess of nervous system
53 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
745
746
747
748
754
755
756
758
759
760
762
763
764
765
767
768
770
771
779
54 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
780
perinatal period
783
General symptoms
Symptoms concerning nutrition, metabolism, and
development
799
800
801
803
bones
804
Concussion
850
851
852
853
following injury
Other and unspecific intracranial haemorage
following injury
Intracranial injury of other and unspecific nature
854
994
995
3. Gangguan motor
function dan
036
Infeksi Meningococcal
sensory integration
55 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
yang berkaitan
dengan Non
progressive
disorder CNS
congenital atau
pada bayi dan masa
anak.
052
Chichenpox
055
Measles
056
Rubella
072
Mumps
090
Congenital Syphilis
225
320
Meningitis bacterial
321
322
323
333
343
345
348
741
742
756
758
759
765
56 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
767
Trauma lahir
768
771
780
Gejala umum
799
800
801
803
804
850
851
852
853
854
984
985
994
57 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4. Gangguan motor
function dan
sensory integration
yang berkaitan
049
225
pada SSP
320
dengan Non
progressive
disorder CNS pada
321
322
usia dewasa
323
331
342
345
348
351
386
431
433
434
435
436
437
442
444
Anerysm lain
58 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
447
780
781
Gejala umum
Gejala yang melibatkan sistem saraf dan sistem
799
muskuloskeletal
Other ill defined dan mobiditas dan mortalitas yang
penyebabnya tidak diketahui
800
801
803
804
850
851
Lacerasi cerebral dan contusion
852
Subarachnoid, subdural, dan extradural hemorhage
following injury
853
854
994
5. Gangguan motor
function dan
sensory integration
042
Penyakit HIV
191
59 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
yang berkaitan
192
dengan progressive
disorder CNS
237
303
331
332
333
334
335
336
Multiple sclerosis
340
341
Epilepsi
345
348
Gejala umum
780
781
6. Gangguan
Peripheral nerve
integrity dan motor
musculoskeletal
225
350
function yang
60 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
berkaitan dengan
Peripheral Nerve
Injury.
352
353
354
355
357
386
767
multipleks
Mononeuritis lower limb
Inflamasi dan toxic neuropathy
Sindrom vertiginous dan gangguan sistem
vestibular lainnya
Trauma kelahiran
7. Gangguan motor
function dan
sensory integration
yang berkaitan
030
Leprosy
138
250
Diabetes mellitus
337
356
357
588
ginjal
8. Gangguan motor
function dan
Peripheral nerve
225
237
sistem saraf
integration yang
berkaitan dengan
61 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Non progressive
disorder Spinal
Cord.
239
320
Meningitis bakterial
321
336
344
721
722
730
733
806
839
952
62 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
9. Gangguan
kesadaran , ROM,
Motor Control yang
berkaitan dengan
049
191
pada SSP
225
322
342
348
431
433
435
436
437
442
444
447
747
765
767
799
Trauma lahir
Other ill defined dan mobiditas dan mortalitas yang
850
63 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
851
852
853
854
994
Katagori Diagnosis
Cardiovascular
/Pulmonary
1. Berpotensi untuk
terjadi gangguan
kinerja system
cardiovascularpulmonary
250
Diabetes Melitus
272
278
305
401
Essential hipertensi
64 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
2. Gangguan kapasitas
aerobik/ketahanan
yang berkaitan
dengan
decontioning
syndrome
042
Penyakit HIV
250
Diabetes melitus
332
Penyakit Parkinson
333
334
335
340
344
357
359
394
396
397
398
402
413
414
416
424
425
428
abnormal
Penyakit Spinocerebral
Penyakit Anterior Horn Cell
Multiple Sclerosis
Sindrom Paralitik lainnya
Inflamatory dan toxic neuropathy
Muscular Dystropy dan myopathies lainnya
Penyakit pada katup mitral
Penyakit pada katup mitral dan aorta
Penyakit pada struktur endocardial lainnya
Penyakit rematik jantung lainnya
Penyakit Hipertensive jantung
Angina Pectoris
Bentuk lain penyakit ischemic jantung kronik
Penyakit pulmonary heart kronik
Penyakit lain pada endokardium
Cardiomyopathy
65 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
429
Kegagalan Jantung
440
443
482
491
492
493
494
496
508
513
514
516
517
518
519
711
712
713
66 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
714
Crystal arthropathies
Artrophathy yang berkaitan dengan other disorder
715
786
classified elsewhere
Rhematoid arthritis dan inflamasi
polyarthropathies lainnya
Osteoarthrosis dan allied disorder
gejala yang melibatkan system pernafasan dan
gejala chest lainnya.
3. Ganguan ventilasi,
respirasi/gas
exchange, aerobic
capacity/endurance
yang berkaitan
dengan Airways
clearance
dysfunction.
136
277
482
491
492
493
494
496
500
501
502
503
silicates
504
505
lain
67 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
507
508
510
511
513
514
515
516
518
759
770
786
861
lahir
941
942
947
996
997
chest lainnya
Cedera pada paru dan jantung
Burn pada wajah, kepala dan leher
Burn pada trunk
Burn pada organ internal
Komplikasi peculiar
68 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4. Gangguan kapasitas
aerobik/ketahanan
yang berkaitan
dengan
Cardiovascular
Pump Dysfuntion or
failure
391
394
395
396
397
398
402
403
404
410
411
412
413
414
416
417
lainnya
Infarction myocardial old
Angina Pectoris
Penyakit ischemic jantung kronis lainnya
Penyakit Jantung Pulmonary kronik lainnya
69 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
422
423
Myocarditis akut
424
425
426
Cardiomyopathy
427
Gangguan Conduction
428
Cardiac Dysrhytmias
429
Gagal jantung
440
441
443
444
745
746
747
785
jantung
Atherosclerosis
Aortic aneurysm dan dissection
Penyakit vascular perifer lainnya
Trombosis dan emboli arterial
Anomali bulbus cordis dan anomaly cardiac septal
closure
Anomali congenital jantung lainnya
Anomali congenital system sirkulasi lainnya
Gejala yang melibatkan system cardivaskular.
5. Ganguan ventilasi,
respirasi/gas
exchange, aerobic
capacity/endurance
045
Poliomyelitis akut
192
70 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
yang berkaitan
dengan Ventilatory
Pump Dysfunction
or Failure.
239
277
332
333
334
335
340
343
344
348
357
359
430
431
432
434
492
Multiple Sclerosis
Infantile Cerebral Palsy
Gejala paralitic lainnya
Kondisi lain dari brain
Inflamatory dan toxic neuropathy
Muscular dystrophy dan myopathies lainnya
Subarachnoid hemorrhage
Intracerebral hemorrhage
Hemorrhage unspesifik dan lainnnya
Oklusi arteri cerebral
Emphysema
Asthma
Pneumonconiosis tidak spesifik
493
71 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
505
515
518
519
737
786
852
853
854
941
942
946
947
948
949
977
6. Ganguan ventilasi,
respirasi/gas
exchange, aerobic
136
277
72 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
capacity/indurance
yang berkaitan
dengan Respiratory
Failure.
286
348
Kerusakan coagulasi
415
480
481
Viral pneumonia
Pneumococcal pneumonia (Streptococcus
482
483
484
pneumoniae pneumonia)
Bakterial pneumonia lainnya
Pneumonia yang disebabkan oleh organisme
spesifik lainnya
Pneumonia yang diklasifikasikan sebagai penyakit
485
486
491
492
Bronchitis kronik
493
Emphysema
494
Asthma
495
Bronchiectasis
496
507
511
512
73 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
513
Pleurisy
514
Pneumothorax
516
517
518
519
786
lainnya
Lung involvement in condition classified elsewhere
Penyakit paru lainnya
852
853
854
861
959
996
997
7. Ganguan ventilasi,
508
74 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
respirasi/gas
exchange, aerobic
capacity/indurance
yang berkaitan
dengan Respiratory
Failure pada
neonates
516
518
553
lainnya
Penyakit paru lainnya
Hernia lainnya pada cavitas abdominal tanpa
menyebutkan obstruksi atau gangrene
748
750
765
767
769
770
786
75 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
8. Ganguan sirkulasi
darah,
anthropometric
dimensions
berkaitan dengan
Lymphatetic System
disorders
038
Septicemia
040
125
176
Kaposis sarcoma
457
646
682
683
757
782
995
Katagori Diagnosis
diklasifikanditempat lain
Integumentary
76 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.8.1.1
250B
Diabetes Mellitus
e
263
r
277p
o
278
t
320e
Meningitis Bacterial
n
322
s
323i
331
u
332n
Penyakit Parkinson
t
333
u
k
334
t
335e
r
336j
337a
d
340i
341
g
342a
gerakan abnormal
Penyakit spinocerebellar
Penyakit anterior horn cell
Penyakit spinal cord lainnya
Gangguan pada system saraf otonom
Multiple sclerosis
Penyakit demyelinating lainnya pada system saraf
pusat
Hemiplegia dan hemiparesis
n
343
g
344g
u
353
a
357n
77 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
428
k
435
i
Kegagalan jantung
440n
e
443
r
Atherosclerosis
454j
a
457
459s
y
581
s
593t
Sindrom Nephrotic
e
686
m
701
i
709
n
716t
e
719g
728u
m
729e
757n
t
782
895
896
897
integument lainnya
995
78 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
(partial)
Traumatic ampuatation pada foot(s) (complete)
(partial)
Traumatic pada leg(s) (complete) (partial)
Pengaruh merugikan lainnya yang tidak
diklasifikasikna ditempat lain
4.8.1.2
176G
Kaposis sarcoma
a
250
n
Diabetes Mellitus
263g
g
269
u
337a
n
344
443i
n
454
t
459e
g
681
u
682m
e
690
n
691a
r
692y
700
i
Erythematosquamous dermatosis
79 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
707n
t
731
e
g
r
782
i
t
y
920
922b
e
923
r
924k
a
i
942t
a
943
n
944
d
945e
946n
g
948a
n
Burn tidak spesifik
949S
u
997
p
e
r
f
i
80 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
c
i
a
l
s
k
i
n
i
n
v
o
l
v
e
m
e
n
t
4.8.1.3
017G
a
n
031g
g
176
u
216a
n
232
239i
n
263
t
81 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
269e
g
344
u
443m
e
454
n
459a
r
682
y
686
i
694
n
subcutaneous
695t
e
696
g
701r
i
707
t
709y
757b
Bullous dermatoses
Kondisi erythematous
Psoriasis dan similar disorder
Kondisi atropik dan hipertropik lainnya pada kulit
Ulcer kronik pada kulit
Gangguan pada kulit dan jaringan subcutaneous
911e
r
912k
913a
i
914t
a
915
n
916
d
917
e
942n
sendiri
Cedera superficial pada finger
Cedera superficial pada hip, thigh, leg dan ankle
82 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
943g
a
944
n
945
p
946
a
t
948
i
949a
l
997
c
k
n
e
s
s
s
k
i
n
i
n
v
o
l
v
83 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
e
m
e
n
t
4.8.1.4
017G
a
031
n
036g
g
040
u
172a
n
173
176i
n
216
t
232e
g
239
u
263m
e
269
n
443a
r
454y
459
i
680n
681t
e
682g
r
84 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
686i
t
694
y
subkutaneus
695
b
701
e
707r
k
709
a
941i
t
942
a
943n
944
d
945e
n
946
g
948a
n
Bullous dermatoses
Kondisi erythematous
Kondisi atropik dan hipertropik lainnya pada kulit
Ulcer kronis pada kulit
Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutaneus
Burn pada wajah, kepala dan leher
Burn pada trunk
Burn pada upper limb, kecuali wrist dan hand
Burn pada wrist dan hand
Burn pada lower limb
Burn pada multiple spesifik sites
Burn yang diklasifikasikan menurut luasnya
permukaan tubuh yang terkena
949F
u
991l
997l
T
h
i
c
k
n
e
85 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
s
s
t
4.8.1.5
017G
a
036
n
Infeksi meningococcal
171g
g
u
172a
n
173
176i
n
215
t
e
g
239
u
263m
e
269
n
440a
r
443y
86 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
454
i
459
n
674t
e
680
g
lainnya
681r
i
686
t
707y
710
b
728e
r
880
k
881a
i
882
t
883a
n
884
885d
e
886n
887g
a
890n
891
S
892k
i
893
n
894
multiple
Traumatic amputasi pada thumb
(complete/partial)
Traumatic amputasi pada finger lainnya
(complete/partial)
Traumatic amputasi pada arm dan hand
(complete/partial)
Luka terbuka pada hip dan tungkai
87 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
I
n
895
v
896o
l
897
v
927e
m
928
e
929n
t
941
942e
x
943
t
944e
n
946
d
948e
d
991I
n
997t
o
998F
i
a
88 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
u
s
c
89 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
: ...............
Umur/Jenis : ...
Alamat
: ...
: ...
Umur/Jenis
: ...
Alamat
: ...
Ruangan/Kamar
: ...
: ...
Tujuan, jenis, konsekwensi dan resiko yang menyertai tindakan tersebut telah dijelaskan oleh
Fisioterapi dan saya telah mengerti seluruhnya.
Saya juga menyatakan telah memberikan persetujuan untuk tindakan lebih lanjut apabila
setelah tindakan fisioterapi yang pertama diperlukan tindakan penyelamatan.
Jakarta, ...
Saksi-saksi
1.
Fisioterapis
Yang melakukan,
(..)
(.)
()
2.
(..)
Ket. :
90 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
: ...............
Umur/Jenis : ...
Alamat
: ...
: ...
Umur/Jenis
: ...
Alamat
: ...
Ruangan/Kamar
: ...
: ...
Fisioterapis
1.
Yang melakukan,
(..)
()
(.)
(..)
Ket. : Tandatangan dan Nama jelas
91 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
II. 4.
STANDAR INTERVENSI FISIOTERAPI
1. Pengertian :
Intervensi fisioterapi ialah implementasi perencanaan dan memodifikasi untuk
mencapai tujuan yang disepakati, mencakup : penanganan manual, peningkatan
gerak, peralatan fisis, peralatan elektroterapeutis dan peralatan mekanis,
pelatihan fungsional, penentuan bantuan dan peralatan bantuan, dokumentasi
dan koordinasi, komunikasi.
2. Prosedur :
Intervensi setiap kunjungan/pertemuan, dengan mencermati respon dan
perkembangan kondisi pasien/klien perlu implementasi dan modifikasi dari
perencanaan.
Intervensi oleh Fisioterapis dan atau dilaksanakan oleh asisten harus dibawah
direksi/pengarahan dan supervisi otentikasi (pengesahan) dokumen oleh
Fisioterapis berizin, memuat unsur-unsur:
2.1 Laporan dari pasien/klien yang layak.
2.2 Identifikasi intervensi secara spesifik mencakup frekwensi, intensitas dan
durasi.
Contoh :
2.2.1 Ekstensi lutut, 3 set, 10 pengulangan, 10 kg. beban.
2.2.2 Latihan transfer dari bed ke kursi dengan papan luncur.
2.3 Pemakaian peralatan.
2.4 Perubahan kondisi pasien/klien berkaitan dengan modifikasi perencanaan.
2.5 Reaksi penolakan terhadap intervensi.
2.6 Faktor-faktor pemodifikasi frekwensi dan intensitas intervensi serta dengan
kemajuan mengarahkan pada tujuan, sepanjang pasien/klien patuh pada
instruksi terapi.
2.7 Komunikasi/konsultasi dengan profesi/tenaga lain, keluarga pasien/klien dan
pihak lain yang terkait.
92 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3. Lampiran
4. Dokumen terkait :
5. Referansi :
5.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang Registrasi
dan Izin Praktik Fisioterapi.
5.2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi
5.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
5.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
5.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat Jendral
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008, tertulis adanya
Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
5.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang Standar
Profesi Fisioterapi Indonesia.
5.7 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
5.8 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy Association,
2001
II. 5.
STANDAR EVALUASI FISIOTERAPI
1. Pengertian :
Evaluasi fisioterapi ialah assesmen ulang dengan pertimbangan klinis setelah
intervensi fisioterapi dalam periode waktu, disandingkan dengan hasil assesmen
sebelumnya, perencanaan dan intervensi, serta disimpulkan perkembangan (out
come) kondisi pasien/klien, dan tindak lanjut.
2. Prosedur :
2.1 Pemeriksaan ulang setelah satu episode atau satu seri intervensi fisioterapi
untuk mengevaluasi kemajuan, memodifikasi dan intervensi lanjutan.
93 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
94 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
II. 6.
STANDAR PENGAKHIRAN PROSES FISIOTERAPI
1. Pengertian :
Pengakhiran proses fisioterapi adalah pelepasan (discharge) dan penghentian
(discontinuation) fisioterapi pada diri pasien/klien, berdasar pada analisissintesis hasil evaluasi, faktor keterpaksaan, dengan pertimbangan klinis dan
rekomendasi tindak lanjut.
2. Prosedur :
2.1 Pelepasan (discharge) pasien/klien dari proses fisioterapi, dengan kriteria :
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.3.2
2.3.3
2.3.4
3. Lampiran :
4. Dokumen terkait :
5. Referensi :
5.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang Registrasi
dan Izin Praktik Fisioterapi.
95 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
5.2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi
5.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
5.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
5.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat Jendral
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008, tertulis adanya
Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
5.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang Standar
Profesi Fisioterapi Indonesia.
5.7 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
5.8 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy Association,
2001
II.7.
STANDAR DOKUMENTASI FISIOTERAPI.
1. Pengertian.
1.1 Dokumentasi ialah semua hal yang termasuk dalam catatan pasien/klien
seperti laporan konsultasi, laporan assesmen awalm, catatan perkembangan,
catatan alur pelayanan, re-assesmen dan kesimpulan pelayanan.
1.2 Autentikasi ialah proses untuk verifikasi bahwa semua data yang tercatat
adalah lengkap, akurat dan final. Ditandai dengan tanda tangan asli, atau
tanda tangan computer dengan system pengamanan elektronika.
2. Petunjuk Umum
Semua pendokumentasian harus sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
2.1 Tulisan tangan dan tanda tangan harus dengan tinta. Data elektronik harus
dengan ketentuan kerahasiaan dan pengamanan yang memadai.
96 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
2.2.2
2.2.3
2.3 Mengkoreksi kesalahan dokumen dengan cara mencoretkan satu garis lurus
sepanjang tulisan yang dikoreksi diparaf dan ditanggali, atau bila koreksi
pada dokumen data elektronis perlu dengan mekanisme yang tepat tanpa
menghapus data orisinil.
2.4 Identifikasi.
2.4.1
2.4.2
Setiap
catatan/masukan
harus
ditnggali,
diotentikasi
2.5.2
97 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.2.3
98 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.2.5
3.2.6
99 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.2.6.1 Pasien/klien
(keluarga
dan
pihak
lain
berpengaruh)
keberhasilan
dinyatakan
dalam
terminology
fungsional.
3.2.6.5 Rencana pelayanan :
3.2.6.5.1 Dikaitkan dengan antisipasi tujuan dan harapan
keberhasilan.
3.2.6.5.2 Mencakup frekwensi dan durasi untuk meancapai
tujuan antisipatif dan harapan keberhasilan.
3.2.6.5.3 Mencakup tujuan pendidikan bagi pasien/klien dan
keluarga/pemberian pelayanan.
3.2.6.5.4 Melibatkan secara memadai dengan kolaborasi dan
koordinasi pelayanan dengan profesi/pelayanan
lain.
3.2.7
intervensi
dan
atau
pelayanan
yang
diberikan
serta
4.1.2.2
100 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Pemakaian peralatan.
4.1.2.4
4.1.2.5
4.1.2.6
4.1.2.7
4.2.2.2
4.2.2.3
4.2.2.4
101 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
103 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Kanan
IDENTIFIKASI DIRI
1. Nama :
Keluarga :
Kiri
Tidak diketahui
6. Suku :
Jawa
Sunda
Tapanuli
Minang
Kecil :
Menado
Madura
Maluku
Flores
Bali
Lain lain
3. Tanggal Lahir:
7. Bahasa Ibu
Indonesia
4. Seks :
Daerah
Asing
8. Pendidikan :
Laki laki
SD
SMP
Perempuan
SMA
PT
Tidak sekolah
5. Tangan dominant :
104 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Mengontrak
Panti
Tidak diketahui
11. Agama :
Lain lain
105 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
17. Lingkungan .
a. Tangga tanpa pegangan :
b. Tangga dengan pengangan :
c. Ramps :
18. Status Kesehatan Umum.
a.
b.
Siapanya:
Kapan :
b. Darah tinggi,
Siapanya:
Kapan :
c. Stroke,
Siapanya:
Kapan :
d. Diabetes,
Siapanya:
Kapan :
e. Kanker,
Siapanya:
Kapan :
f.
Siapanya:
Kapan :
Lain lain,
106 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Jawa
Sunda
Tapanuli
Minang
Kecil :
Menado
Madura
Maluku
Flores
Bali
3. Tanggal Lahir :
Lain lain
4. Seks :
Bahasa Ibu :
Laki laki
Perempuan
Indonesia
Daerah
5. Tangan dominan
Asing
107 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Tidak sekolah
Pekerjaan (kerja/sekolah/bermain)
Rumah sendiri
Apartemen
Mengontrak
Panti
Tidak diketahui
Lain lain
(keluarga/teman) :
Lingkungan,
1. Pernah sakit
Arthritis
umum :
Fraktur
Osteoporosis
Gangguan vaskularisasi
Gangguan sirkulasi
Masalah jantung
Hipertensi
Masalah paru
Stroke
Diabetes
Cidera kepala
Parkinson
Epilepsi
Alergi
Masalah Thyroid
Kanker
Masalah ginjal
Gangguan pencernaan
Penyakit kulit
Jantung
Dll
Darah tinggi
Stroke
Diabetes
Kanker
Lain lain
Gangguan koordinasi
Kelemahan tangan atau kaki
Hilangnya keseimbangan
Kesulitan berjalan
109 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Status fungsional
Sulit tidur
Tranfer
Gangguan penciuman
Berjalan
Masalah BAB
Kehilangan BB
Masalah perkencingan
tangga
Demam
Sakit kepala
dengan komunitas
Gangguan pendengaran
Gangguan penglihatan
Lain lain
Obat obatan
a. Apakah ada obat obatan yang anda
c. Bagaimana rasanya :
d. Apakah
anda
pernah
mengalami
110 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Berdiri :
Duduk :
Spesifikasi aktifitas :
Sistim kardio/pulmonal
Normal
Denyut nadi :
Tidak
ROM umum :
Kekuatan umum :
Respiratori Rate:
Tekanan darah:
Lainnya :
Oedema :
Tinggi Badan
Sistem Integumentary,
Berat Badan
Gangguan integument :
Pemerataan warna kulit :
Plak (tekture) :
Sistim Neuromuskuler
Sistim Muskuloskeletal,
Langkah :
Kesimetrisan,
Lokomotor :
111 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Keseimbangan :
Fungsi motorik :
Membaca
Mendengar
Demonstrasi
Lainnya
Komunikasi :
Orientasi (orang, tempat, waktu) :
Emosi :
Hambatan belajar,
Tidak ada
Penglihatan
Pendengaran
Tidak mampu membaca
Tidak dapat memahami apa yang
dibaca
Pemahaman bahasa
Lain lain
Kebutuhan belajar,
Proses Penyakit
Keamanan
Penggunaan alat bantu
Aktifitas sehari hari
Program Latihan
Lain lain
112 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.1.2
13
Kinerja Otot
Karakteristik Antropometri
14
Neuromotor development
15
Alat bantu
16
Nyeri
Sirkulasi
17
Postur
18
Prothetic Requirement
Hambatan Lingkungan
19
ROM
20
Reflek
21
Self care
10
Integritas integumen
22
Sensori Integritas
11
23
12
Fungsimotorik
24
Tempat kerja
Parameter Terpilih:
113 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.1.3
2.
Gangguan Sikap
3.
4.
Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan
dengan connective tissue
5.
Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan
dengan inflamasi lokal.
6.
Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan
dengan kerusakan spinal.
7.
Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan
dengan fraktur.
8.
Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan
dengan Arthroplasti sendi.
9.
Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan
dengan bedah tulang atau jaringan lunak.
10. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, ROM, gait, locomotion, balance
yang berkaitan dengan amputasi
114 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.1.4
2.
3.
Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Non
progressive disorder CNS congenital atau pada bayi dan masa anak.
4.
Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Non
progressive disorder CNS pada usia dewasa
5.
Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan progressive
disorder CNS
6.
Gangguan Peripheral nerve integrity dan motor function yang berkaitan dengan
Peripheral Nerve Injury.
7.
Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Acute atau
Chronic Polyneuropathies.
8.
Gangguan motor function dan Peripheral nerve integration yang berkaitan dengan Non
progressive disorder Spinal Cord.
9.
Gangguan kesadaran , ROM, Motor Control yang berkaitan dengan Coma, Near coma,
atau status vegetative.
4.1.5
2.
3.
4.
5.
6.
7.
115 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
8.
4.1.6
2.
3.
4.
5.
116 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
PROGNOSIS :
Rencana Tujuan
Harapan outcome
Intervensi
117 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Edukasi
4.1.1
Informed Consent
4.1.2
118 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Nama/Umur/Jenis
Alamat /Telp.
:
Perkembangan
No.
Urut
Tgl.
Tindakan
Paraf
Kesimpulan Terapi
Nama/Umur/Jenis :
Alamat /Telp.
1.
2.
Tgl.
Diagnosis medis
Kondisi awal,
Gejala/sindroma
3.
Parameter
Diagnosis fisioterapi
Kondisi akhir,
Gejala/sindroma
Status fungsional/
Parameter
Diagnosis fisioterapi
4.
Hambatan keberhasilan
5.
Fisioterapis,
Tandatangan & nama jelas :
120 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
III.1.
ANTROPOMETRI.
1.
Pengertian :
Antropometri adalah pengukuran pada diri pasien/klien tentang dimensi,
komposisi dan/atau pembangkakan tubuh, termasuk : berat badan, tinggi badan,
lingkar tubuh, panjang anggota, tebal lemak, indeks masa tubuh, oedem.
2.
Data diperoleh :
2.1 Dimensi tubuh : berat, tinggi, panjang, lingkar tubuh.
2.2 Komposisi : tebal lemak, indeks masa tubuh.
2.3 Pembengkakan : lingkar, volume, palpasi.
3.
4.
Prosedur/Rincian aktifitas :
a Jenis alat ukur :
1) Berat badan
2) Tinggi badan
: mikrotoise.
3) Lingkar tubuh
4) Panjang anggota
: meteran gulung.
5) Tebal lemak
: skin folder.
: tabel.
121 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
b Cara mengukur :
1) Berat badan dengan :
a)
Timbangan injak:
(1) Letakkan timbangan injak pada lantai yang datar.
(2) Pakaian seminim mungkin, sepatu dan barang-barang yang
menambah beban dilepaskan.
(3) Berdiri tegap pada timbangan injak.
(4) Lihat angka yang tertera pada skala timbangan injak.
(5) Catat hasilnya dalam kilogram (kg).
(6) Untuk anak-anak yang belum kooperatif bisa ditandem/gendong
oleh pengasuhnya, hasilnya berat tandem dikurangi berat
pengasuh sendirian.
b)
Dacin :
(1) Gatungkan dacin pada :
(a) Dahan pohon.
(b) Palang rumah, atau
(c) Penyangga kaki tiga
(3) Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat.
(4) Sebelum dipakai letakan bandul geser pada angka nol. Batang
dacin dikaitkan dengan tali pengaman
(5) Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang
yang kosong pada dacin. Ingat bandul geser pada angka nol.
(6) Seimbangkan dacin yang sudah di bebani celana timbang, sarung
timbang, atau kotak timbangan dengan cara memasukan pasir ke
dalam kantong plastik.
(7) Anak ditimbang,dan seimbangkan dacin.
(8) Tentukan berat badan anak,dengan membaca angka di ujung
bandul geser.
(9) Catat hasil penimbangan dalam kilogram (kg).
(10) Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam
tali pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan.
122 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
123 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
(8) Lingkar tangan, lokasi ukur titik tengah antara sendi pergelangan
dan ujung jari tengah.
(9) Lingkar tungkai atas, lokasi ukur dari SIAS ke distal : 10, 20 dan 30
cm.
(10) Lingkar tungkai bawah, lokasi ukur dari tuberositas tibiae ke
distal : 10, 20 dan 30 cm.
(11) Lingkar kaki, lokasi ukur titik tengan antara maleolus medialis ke
ujung jempol kaki.
(12) Lingkar panggul, lokasi ukur melingkar pada SIAS kanan dan kiri,
4) Panjang anggota : meteran gulung.
Ada 3 (tiga) macam pengukuran yaitu : true length, bone length dan
appearence length.
a)
b)
c)
Panjang tungkai :
(1) True length : SIAS ke maleolus medialis melalui patela.
(2) Bone length : trochantor mayor ke epikondilus lateralis femur;
epikondilus medialis tibiae ke maleolus medialis.
(3) Appearence length : umbilikus ke maleolus lateralis melalui
patela.
d) Panjang lengan :
(1) True length : acrimion ke prosesus steloideus radii.
(2) Bone length : acromion ke epikondilus medialis humeri;
olekranon ke prosesus steloideus radii.
(3) Appearence length : acromion ke ujung jari tengah melalui
palmar.
e)
Panjang tangan :
Appearance length : titik tengan depan sendi wrist ke ujung jari
tengah melalui palmar.
124 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
b)
c)
dikurangi ukuran 1
dikalikan 50%.
6) Indeks masa tubuh :
a)
Rumus :
b)
c)
Ketentuan BMI :
(1) Nilai 18.5 - 24.9 : normal.
(2) Nilai 25 - 29.9 : berat badan berlebih (overweight).
(3) Nilai 30 39 : gemuk (obese).
(4) Nilai 40 lebih : gemuk berlebih ( extreme obesity).
Lampiran :
6.
Dokumen terkait :
7.
Referensi :
125 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
BMI also may not accurately reflect body fatness in people who are very short
(under 5 feet) and in older people, who tend to lose muscle mass as they age. And
it may not be the best predictor of weight-related health problems among some
racial and ethnic groups, such as African-American and Hispanic-American
women. But for most people, BMI is a reliable way to tell if your weight is putting
your health at risk.
126 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
III.2.
PROSEDUR PENGUKURAN ROM SENDI.
1. Pengertian :
Adalah pemeriksaan dengan mengukur lingkup gerak sendi
a.
b.
c.
2. Data diperoleh :
a
ROM fungsional.
Bed pemeriksaan/tindakan.
b.
Goniometer.
c.
d.
Meteran gulung.
e.
Alat tulis.
4. Prosedur/Rincian aktifitas :
a.
127 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Penggunaan goniometer :
1) Goniometer hendaknya terbukti cocok untuk pengukuran gerakan sendi.
2) Goniometer yang dibuat terstandar diposisikan lurus / posisi anggota
extensi, dengan garis 0O terhimpit dengan 180O, serta dilengkapi dengan
sepasang garis lurus sebagai dua lengan petunjuk.
128 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
7. Lampiran :
7.1. Tabel rata-rata gerak sendi
7.2. Pengukuran ROM.
1.
Sendi Bahu
a. Flexi dan extensi
Pada saat gerakan flexi depan dan extensi belakang, di situ mulailah timbul
gerakan scapula dan clavicula.
b. Elevasi
Gerakan shoulder girdle ke atas disebut elevasi dan sebaliknya disebut
depresi, bisa diukur dalam derajat. Gerakan melingkar pada shoulder girdle
memang ada tetapi tidak bisa diukur secara pasti. Hal ini bisa diperkirakan
dengan membandingkan kepada individu lain yang mempunyai kesamaan
dalam umur dan fisik.
c. Rotasi
Biasanya pengukuran rotasi sendi bahu bisa dikerjakan dalam 2 posisi.
Pertama dengan lengan di samping badan, kedua dengan lengan abduksi 90O.
rotasi bisa juga diukur dalam berbagai posisi pada bidang vertical dan
horizontal atau persilangan koordinat.
1) Rotasi dengan lengan di samping badan.
Rotasi ke dalam dan keluar dicatat dalam derajat dimulai dari posisi
netral.
Rotasi ke dalam
: 0 (40 90).
Rotasi ke luar
: 0 (40 90).
: 0 70.
Rotasi ke luar
: 0 90.
d. Gerakan glenohumeral
Perlu dibedakan gerakan glenohumeral murni dengan yang diikuti gerakan
scapulothoracal. Gerakan lengan ke atas ke bawah pada bahu dari 0 180O
dikombinir secara halus antara gerakan jurni glenohumeral plus rotasi
daripada scapula ke atas dan ke depan pada dinding dada, disebut gerakan
scapulothoracal.
1) N.S.P. (Z.S.P.) dengan lengan lurus di samping badan.
2) Gerakan glenohumeral murni bisa ditujukan dengan satu tangan
memfixasi scapula tangan lain mengangkat lengan ke atas secara pasif.
3) Gerakan kombinasi dengan scapulothoracal. Rotasi daripada scapula ke
atas dan ke depan pada dinding dada memungkinkan lengan mencapai
lebih jauh ke atas normalnya ialah 180O.
2.
Sendi Siku
Z.S.P
Gerakan
3.
4.
Lengan Bawah
Z.S.P
Gerakan
Gerakan
: Flexi
: 0O-80O
Extensi
: 0O-70O
Radial deviasi
: 0O-20O
Ulnar deviasi
: 0O-30O
Gerakan
Gerakan
Gerakan ini dianggap penuh / normal apabila ujung ibu jari menyentuh
ujung jari ke V, atau ujung ibu jari menyentuh basis metacarpal jari V.
gerakan ini bisa diukur dalam centimeter.
c. Flexi
Z.S.P
: 0 (70 90)
: 0 100
: 0 90
132 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Z.S.P.
Gerakan abduksi dan adduksi pada bidang telapak tangan ialah menjauh dan
mendekat pada garis tengah, diukur dengan sentimeter dari ujung jari
telunjuk s/d jari V, masing-masing direnggangkan diukur dari ujung ke ujung
masing-masing jari.
7.
: 0 (30 45)
Extensi
: 0 (30 45)
b. Flexi lateral
: 0 (40 45)
Gerakan ini juga dihitung dalam derajat atau juga dalam sentimeter yaitu :
Jarak antara daun telinga dan sendi bahu.
c. Rotasi
: 0 (30 60)
Gerakan ini dihitung dalam derajat dari posisi netral, atau dalam prosentase
gerakan sebagai perbandingan antara individu-individu yang mempunyai
kesamaan dalam umur dan pertumbuhan fisik.
8.
: 0 (80 90)
Sulit untuk mengukur dengan tepat gerakan yang terjadi. Hal ini disebabkan
karena : Jaringan lunak yang menyelimuti vertebra, bentuk normal dari
kelengkungan vertebra, variasi gerakan yang berbeda pada setiap bagian
dan keikutsertaan gerakan sendi panggul.
Z.S.P.
133 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
: 0 (20 30)
Penggaris / pita pengukur ditahan vertical kuat dan lurus, akan membantu
pengukuran. Dengan ini dapat ditentukan :
1) Derajat lateral inclinasi dari tubuh, atau
2) Dengan menentukan posisi processus Spinosus C7 terhadap pelvis.
3) Menentukan level lumbal sebagai basis gerakan ke lateral. Level ini dapat
di lumbosacral atau lebih tinggi dan bisa bervariasi dari kanan ke kiri
pada penderita yang sama.
4) Dengan sendi lutut sebagai titik ukur, dihitung jarang ujung jari dengan
sendi lutut, pada lateral flexi.
5) Posisi berdiri.
Menghitung jarak ujung jari dengan lantai.
c. Extensi
Extensi dapat diukur dengan penderita berdiri maupun tidur tengkurap
pada alas yang keras.
1) Pada waktu berdiri, extensi : 0 30O
2) Pada tidur tengkurap, extensi dapat diukur melalui processus spinosus C7
: 0 20O.
134 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3) Posisi berdiri
Selain dalam derajat juga dapat dalam sentimeter yaitu jarak antara
processus spinosus C7 dengan spina illiaca posterior superior (SIPS).
d. Rotasi : 0 (30 45)
Pada gerakan rotasi, pelvic harus difixasi dengan kedua tangan pemeriksa
dan penderita. Diinstruksikan untuk memutar ke kanan dan kiri. Gerakan ini
dapat diukur dalam derajat, atau prosentase dari gerakan dibandingkan
dengan individu lain yang sepadan dalam umur dan pertumbuhan fisik. Bisa
juga dengan menggunakan midlin, yaitu dengan posisi duduk kedua panggul
dan lutut flexi 90O kedua tangan menyilang dada di atas bahu. Diukur jarak
antara prominensia posterior clavicula kiri ke trochantor mayor kanan
untuk gerakan rotasi kanan, atau sebaliknya untuk rotasi kiri.
9.
Sendi Panggul
Sendi panggul merupakan sendi peluru, disebabkan mangkuk sendinya lebih
dalam bentuknya dibandingkan sendi bahu, maka jarak gerak sendi ini lebih
kecil. Pengukuran sendi dengan dilakukan posisi tengkurap atau terlentang
dibandingkan dengan sendi bahu, pengukurab gerak hanya dilakukan pada satu
sisi saja karena apabila gerkan sendi panggul kanan-kiri bersama-sama akan
diikuti gerakan rotasi pelvic.
a. Flexi
Z.S.P.
Gerakan flexi dihitung dari 0 (100 120). Dengan fixasi pada crista iliaca
untuk mengetahui saat kapan dimulai gerakan rotasi pelvic. Keterbatasan
gerak flexi dituliskan seperti halnya pada sendi siku dan lutut sebagai
berikut :
1) Flexi panggul dari derajat ke 30 menuju 90 dituliskan (30 90).
2) Di sini panggul mempunyai kecacatan dalam flexi 30 dengan mampu
bergerak flexi lebih jauh ke 90 derajat.
b. Extensi
Z.S.P.
135 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Gerakan
136 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Abduksi
Adduksi
Flexi
b. Pengukuran keterbatasan gerak sendi lutut sama halnya dengan sendi siku
dan panggul.
1) Flexi lutut dari 30O sampai 90O, dituliskan sebagai (30 90)O
2) Di sini lutut mempunyai kecacatan dalam flexi 30O dengan mampu
bergerak flexi lebih jauh ke 90O.
11. Sendi Pergelangan Kaki
Merupakan sendi pelana dengan komponen gerak primernya flexi dan extensi
pada sendi tibiotalar. Terdapat pula beberapa derajat gerakan sendi ke arah
lateral dengan posisi pergelangan kaki dalam plantar flexi. Gerakan sendi kaki
diukur dalam posisi lutut flexi dalam tujuan merelaxasi tendi achiles.
137 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Z.S.P.
a)
: 0 (15 20)O
: Sendi subtalar.
1) Sendi Subtalar
Di sini didapatkan gerakan pasif
Z.S.P.
a)
Inversi : 0 50
Tumit digenggam kuat-kuat dan digerakkan secara pasif ke arah
dalam / medial, gerakan ini diukur dalam derajat atau prosentase
gerak.
b)
Eversi : 0 50
Dengan teknik sama dilakukan gerakan pasif ke arah luar / lateral.
: Sendi midtarsal.
2) Sendi Midtarsal
Z.S.P.
Axis dari kaki yaitu pada jari II, segaris dengan axis
panjang ditarik sepanjang tulang tibia dari ankle ke lutut.
138 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
ini
dikerjakan
dengan
menggunakan
tumit
dan
Gerak flexi extensi terdapat pada sendi metatarsophalang, sedang pada sendi
interphalang hanya didapatkan flexi saja.
b. Metatarsophalangeal
c. Interphalangeal
d. Hallux Valgus.
Derajat deformitas jari I yang mengalami salah bentuk, diukur dalam derajat
pada sudut yang dibentuk oleh garis abduksi metatarsal I dengan garis adduksi
dari phalang proximal dan distal jari I.
14. Gerakan Jari-Jari Kaki
a. Jari II s/d V
Gerakan flexi terdapat pada sendi-sendi distal, tengah dan proximal. Sedang
gerak extensi terdapat pada sendi metatarsophalangeal. Gerakan ini diukur
dalam derajat.
Flexi sendi distal
: 0 (50 60)O
: 0 (35 40)O
: 0 40O
Abduksi
139 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
SUMBER
SENDI
(1)
(2)
(3)
(4)
RATA-RATA
150
135
150
150
146
Pronation
80
75
50
80
71
Supination
80
85
90
80
84
Extension
60
65
90
70
71
Flexion
70
70
80
75
Ulnar Dev.
30
40
30
30
33
Radial Dev.
20
20
15
20
19
55
50
70
80
75
90
80
81
60
50
50
50
53
14
15
ELBOW
Flexion
Hyperextension
FOREARM
WRIST
THUMB
Abduction
Flexion :
- I-P Jt
3) N-P
4) N-C
58
140 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
FINGERS
Flexion :
Distal Jt.
70
70
Middle Jt.
100
Proximal Jt.
90
90
90
80
100
100
100
90
90
90
Distal
Middle Jt.
45
45
45
130
180
158
135
135
Extension :
Proximal Jt.
SHOULDER
Forward Flexion
150
170
Horiozontal Flexion
Backward Extension
40
30
80
60
53
Abduction
150
170
180
180
170
Adduction
30
45
75
50
141 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
40
60
90
80
68
Est. Rot.
90
80
40
60
68
Int. Rot.
45
45
Ext. Rot.
45
45
Rot. In Extension :
Int. Rot.
40
35
20
45
35
Ext. Rot.
50
50
45
30
31
Abduction :
In 90O of Flexion
45 to 60
(Depending on age)
SENDI
KNEE
Flexion
(1)
120
(2)
135
(3)
(4)
RATA2
145
135
134
10
10
10
Hyperextension
142 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
ANKLE
Flexion (Plantar Fl.)
40
50
50
50
46
20
15
15
20
18
Inversion
Eversion
FORE FOOT
Inversion
30
35
35
33
Eversion
20
20
15
18
30
90
60
Extension
Flexion
30
35
45
37
extension
50
70
70
63
50
60
55
40
35
38
30
40
35
40
40
TOES
Great Toe
I.P. Jt.
Flexion
Proximal Jt.
40
40
143 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Keterangan :
Sumber-sumber acuan tersebut seperti tertulis dalam lampiran ialah adalah sebagai
berikut :
1. Kolom (1)
The commite on Medical Rating of Physical Impairment, Journal American
Association, Feb 15, 1958.
2. Kolom (2)
The commite of the California Medical Association and Industrial Accident
Commision of the State of California 1960.
3. Kolom (3)
A System of Joint Measurementes, Williams A, Clarke, Mayo Clinic, Dec, 1920.
4. Kolom (4)
International Orthopaedic Measurement (ISOM), . . . .
III.3.
MANUAL MUSCLE TESTING.
1. Pengertian :
Pemeriksaan dan pengukuran kekuatan otot rangka dengan palpasi tangan
2. Data diperoleh :
a
Bed pemeriksaan/tindakan.
Meteran gulung.
Formulir MMT.
Alat tulis.
144 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4. Prosedur/Rincian aktifitas :
a.
b.
c.
Karakter otot :
1) Ditambahkan dalam nilai otot :
2) Spastis
3) Kontraktur
4) Flacid
5) Tremor
6) Klonus.
7) Ruptur tendon
145 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
5.2
6. Dokumen terkait :
7. Referensi :
POSISI
LOKASI / SENDI
KELOMPOK OTOT
MACAM NILAI
1. Leher
Extensor
Semua nilai
2. Trunk (badan)
Extensor
Semua nilai
3. Scapula
(belikat)
Rotator
b. Adduktor
c. Elevator
d. Depsesor
II. Tiduran
Nilai 5, 4 & 3
Nilai 5, 4 & 3
Nilai 2, 1 & 0
Semua nilai
Tengkurap
4. Shoulder
(bahu)
a. Extensor
b. Horizontal ABD
c. Lateral Rotator
d. Medial Rotator
III. Tiduran
Miring
5. Hip (Panggul)
Extensor
6. Knee (Lutut)
Flexor
1. Shoulder
Nilai 2
(bahu)
b. Extensor
146 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Nilai 2
2. Panggul (Hip)
a. Flexor
b. Extensor
c. Abduktor
d. Adduktor
Nilai 2
Nilai 2
Nilai 5, 4, 3
Nilai 5, 4, 3
3. Knee (Lutut)
a. Flexor
b. Extensor
4. Pergelangan
kaki
a. Plantar Flexor
b. Inventor
c. Evertor
Nilai 2
Nilai 2
Nilai 2, 1 & 0
Nilai 5, 4, 3
Nilai 5, 4, 3
147 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOKASI / SENDI
POSISI
KELOMPOK / SENDI
1. Trunk (Badan)
Rotator
2. Scapula
(Belikat)
rotator
b. Adduktor
c. Adduktor
d. Elevator
MACAM NILAI
Nilai 2
Nilai 2, 1, & 0
Nilai 2, 1, & 0
Nilai 2, 1, & 0
Nilai 5, 4, & 3
3. Shoulder
IV. Duduk di Bed
kedua
(Bahu)
tungkai
d. Horizontal Adduktor
berjuntai
Nilai 5, 4, & 3
Nilai 5, 4, & 3
Nilai 2, 1, & 0
Nilai 2, 1, & 0
4. Elbow (Siku)
a. Flexor
b. Pronator & Supinator
5. Wrist
a. Flexor
(pergelangan
b. Extensor
tangan)
c. Ulnar Diviator
d. Radial Diviator
Nilai 5, 4, & 3
Semua nilai
Semua nilai
Semua nilai
Semua nilai
Semua nilai
148 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
6. Jari-jari tangan
a. Flexor
b. Extensor
c. Abduktor
d. Adduktor
Semua nilai
Semua nilai
Semua nilai
Semua nilai
a. Flexor
b. Extensor
c. Abduktor
d. Adduktor
Semua nilai
Semua nilai
Semua nilai
Semua nilai
8. Hip (panggul)
a. Flexor
b. Lateral Ratator
c. Medial Ratator
Nilai 5, 4, & 3
Nilai 5, 4, & 3
Nilai 5, 4, & 3
9. Knee (Lutut)
10. Ankle
langan tangan)
Trunk (badan)
V.
Berdiri
Ankle
Extensor
Nilai 5, 4, & 3
Nilai 5, 4, & 3
Invertor
Nilai 5, 4, & 3
Elevator Plevis
Nilai 5, 4, & 3
Nilai 5, 4, & 3
langan tangan)
149 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RIGHT
Examiners Initials
Date
Abductor-Serratus anterior
Adductor-middle trapezius
SCAPULA
SCAPULA
Adductors-Rhomoids
Depressor
Flexors
Extensor
Abductors
SHOULDER
Horizontal Abductors
SHOULDER
Horizontal Adductors
External rotators
Internal rotators
Flexors
ELBOW
ELBOW
Extensors
Supinators
FOREARM
FOREARM
Pronators
Flexors-radial deviation
WRIST
WRIST
Flexors-ulnar deviation
150 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
proximalinterphalangeal
FINGERS
Flexor-distal
interphalangeal
Abductors
Adductors
Opponens-5th fingers
OPPONENS
Flexormetacarpophalangeal
ExtensorTHUMB
metacarpophalangeal
Flexor-interphalangeal
Extensor-interphalangeal
Abductors
Adductors
MEASUREMENTS
151 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
THUMB
Inspiration
CHEST
CHEST
Expiration
Umbilicus to Ant. Sup.
ABDOMEN
ABDOMEN
Spine
Circumference-mid. Calf
Circumference-mid. Thigh
LOWER
LOWER
EXTREMITY
EXTREMITY
malleous
Umbilicus to internal
malleolus
Cannot walk
Date
Date
Stands
Date
Date
Date
Walks anaided
Date
Date
Climbs stairs
Date
Walks
with
braces
Walks with corset
Other Apparatus
Pengertian :
S= Spasm = Tegang.
C = Contracture = Mengkerut.
152 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
III. 4.
UJI KESEIMBANGAN
1. Pengertian :
Adalah pengujian untuk menilai tingkat keseimbangan pada berbagai posisi duduk
dan berdiri.
2. Data yang diperoleh :
a
Nilai keseimbangan berbagai posisi dengan nilai 4 untuk normal dan terendah
0.
Bed pemeriksaaan/tindakan.
b.
c.
d.
e.
Alat tulis.
4. Prosedur/Rincian aktifitas:
Fisioterapis dengan/atau tanpa tenaga pembantu, menguji keseimbangan
pasien/klien pada posisi-posisi :
a
Duduk ke berdiri
Berdiri ke duduk
153 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Jumlah nilai dapat digunakan sebagai evaluasi awal, tengah, akhir dan prognosis
tindakan terapi.
5. Dokumen terkait :
6. Referensi :
154 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Lampiran.
III. 4.1.
FORMULIR UJI KESEIMBANGAN
Teknik Terpilih :
Berg Balance Sdale.
Nama
Diagnosis Ft :
Tgl. Lahir/Umur :
Diagnosis Medis:
No
Tgl. Pemeriksaan :
KRITERIA
155 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
NILAI
KET.
Duduk ke berdiri
a. Instruksi : Silahkan berdiri dari duduk.
b. Nilai :
(4) Bangkit berdiri tanpa bentuan.
(3) Bangkit berdiri dengan bantuan tangan sendiri.
(2) Bangkit berdiri dengan bantuan tangan sendiri setelah
beberapa kali mencoba.
(1) Bangkit berdiri seimbang dengan bantuan minimal.
(0) Bantuan sedang sampai maksimal untuk bengkit berdiri.
Berdiri ke duduk
a. Instruksi : Pada posisi berdiri, dipersilahkan duduk.
b. Nilai :
(4) Duduk tanpa menggunakan tangan sendiri, tanpa bantuan.
156 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
157 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
158 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
159 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Instruksi
Letakkan
bneda
dibelakang
tubuh
subyek,
11
160 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
dari 4 detik.
(1) Mampu memutar 360 derajat satu arah, dengan pengawasan
ketat atau perintah berturutan.
(0) Memerlukan bantuan penuh selama memutar.
12
13
161 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
detik.
(3) Mampu meletakkan kaki berjarak 1 kaki didepan kaki yang
lain, stabil, waktu 30 detik
(2) Mampu meletakkan kaki berjarak 1langkah pendek didepan
kaki yang lain, stabil, waktu 30 detik
(1) Membutuhkan bantuan untuk meletakkan kaki. Dapat
bertahan 15 detik.
(0)
Hilang
keseimbangan
saat
mencoba
mengangkat
memposisikan kaki.
14
JUMLAH NILAI
162 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Nilai : 43 56 (Normal)
Nilai : 29 42 (Fair)
Nilai : 15 28 (Weak)
Nilai : 0 14 ( Poor)
Hal-hal khusus :
Rekomendasi :
163 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
III. 5.
ANALISIS LANGKAH DAN BERJALAN.
1. Pengertian :
Adalah pemeriksaan dan analisis langkah dan berjalan
2. Data diperoleh :
a
Gerak tungkai.
Sikap tubuh.
Meteran gulung.
Goniometer.
4. Prosedur/Rincian aktifitas :
a.
b.
Analisis :
Siklus langkah terdiri dari :
Stance phase (40%)
Terminilogi Racho
Term. konvensional
Terminilogi Racho
Term. konvensional
1. Initial contact
Heel strike
Initial swing
Acceleration
Foot flat
Mid-swing
Mid-swing
Mid- stance
Terminal swing
Deceleration.
2. Loading response
3. Mid-stance
4. Terminalm stance
164 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
5. Pre swing
Heel off
Toe off
165 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
5. Lampiran :
6. Dokumen terkait :
7. Referensi :
166 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
SENDI
Hip
OTOT YG.AKTIF
DEVIASI GAIT
PENYEBAB
KEMUNGKINAN
MUSKULER
PENYEBAB LAIN.
Gluteus maximus /
Anterior pelvic
Hip extensor :
hamstrings / adductor
tilt
lemah
magnus
Badan condong
kebelakang
Knee
Ankle
SENDI
OTOT YG.AKTIF
DEVIASI GAIT
SENDI
OTOT YG.AKTIF
DEVIASI GAIT
PENYEBAB
KEMUNGKINAN
MUSKULER
PENYEBAB LAIN.
PENYEBAB
KEMUNGKINAN
MUSKULER
PENYEBAB LAIN.
167 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
SENDI
SENDI
OTOT YG.AKTIF
OTOT YG.AKTIF
DEVIASI GAIT
DEVIASI GAIT
PENYEBAB
KEMUNGKINAN
MUSKULER
PENYEBAB LAIN.
PENYEBAB
KEMUNGKINAN
MUSKULER
PENYEBAB LAIN.
168 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
INSTITUSI
Hal 1 dari 3
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
1.1 Short Wave Diathermy (SWD) atau Ultra Korte Golf (UKG) adalah alat terapi
yang menggunakan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus
bolak balik frekuensi tinggi. Pemakaian SWD yang di perbolehkan adalah
frekuensi 13,66 MHz, 27,33 MHz dan 40,98 MHz dan panjang gelombang 7,5
m, 11 m dan 22 m. Namun dalam pengobatan frekuensi yang sering
digunakan adalah 27,33 MHz dengan panjang gelombang 11 m.
1.2 Indikasi
1.2.1
penyembuhan
lukanya
dengan
pemberian
SWD
intermittern.
1.2.2
1.2.3
1.2.4
Nyeri musculosceletal.
1.2.5
1.2.6
169 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
1.2.7
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.3.8
1.3.9
TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan
modalitas Short Wave Diathermy.
III. PROSEDUR
3.1 Memulai Terapi
3.1.1
3.1.2
3.1.2.2
3.1.2.3
3.1.3
3.1.2.4
Monopolar
3.1.2.5
Cable methode
170 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.1.4
3.1.5
3.1.6
3.1.7
3.1.8
3.1.9
Tes sensasi area yang diobati serta jelaskan rasa yang timbul untuk
mencegah terjadinya luka bakar
3.2.2
3.2.3
3.2.4
171 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
V.
LAMPIRAN
Tidak ada
172 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
INSTITUSI
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
PENGERTIAN
1.1
1.2
1.3
II.
Disahkan oleh:
Direksi
TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan
modalitas Micro Wave Diathermy.
173 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
III. PROSEDUR
3.1
Memulai Terapi
3.1.1 Pemanasan alat sekitar 5 menit.
3.1.2 Emitter ( electrode ) yang telah di pilih dipasang pada lengan
emitter dan dihubungkan ke mesin dengan kabel emitter. Emitter
bulat ,medan elektromagnetik yang dipancarkan berbentuk sirkuler
dan paling padat di daerah tepi. Sedangkan emitter segi empat
medan elektromagnetik yang dipancarkan berbentuk oval dan
paling padat di daerah tengah.
3.1.3 Pemasangan electrode pada daerah vasomotor/proximal.
3.1.4 Pastikan mesin ke ground
3.1.5 Pasien diberitahu program pengobatan agar pasien paham program
terapi dan tidak takut
3.1.6 Jelaskan berapa waktu yang diperlukan, tujuan, indikasi serta
kontra indikasinya.
3.1.7 Posisi pasien comfortable
3.1.8 Pakaian dilepas seperlunya agar area yang diperiksa lebih jelas
3.1.9 Tes sensasi area yang diobati serta jelaskan rasa yang timbul untuk
mencegah terjadinya luka bakar
3.1.10 Putar waktu sesuai kebutuhan antara 10-15 menit
3.1.11 Dosis diberikan sesuai toleransi pasien.
3.1.11.1 Kondisi sub acut : intensitas sub thermal : Waktu 10-15
menit, pengulangan 1 x sehari selama 10x
3.1.11.2 Kondisi chronic : Intensitas Thermal : Waktu 10-15
menit, pengulangan 1-2 x sehari selama 10x
3.1.11.3 Gangguan sistem peredaran darah.
Intensitas,
pengulangan dan seri sama dengan kedua kondisi diatas.
Waktu 15 menit.
3.1.12 Pastikan mesin dalam keadaan tuning
3.1.13 Emitter diatur sehingga sejajar kulit dan jarak sesuai ukuran
emitter.
3.1.14 Kabel tidak boleh menyentuh pasien, bersilangan atau lecet.
3.1.15 Lakukan pengontrolan, rasa panas, nyeri pusing
3.2
Mengakhiri Terapi
3.2.1 Matikan mesin pastikan tombol kembali ke angka 0 atau mesin
tetap hidup dengan dosis 0 (stand by stand).
3.2.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin, kecuali dalam
keadaan darurat
3.2.3 Perhatikan reaksi pasien dan kemungkinan efek samping yang
timbul.
3.2.4 Kembalikan peralatan seperti kondensor ke tempat semula
174 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LAMPIRAN
Tidak ada
175 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
1.1
1.2
Indikasi
1.2.1
1.2.2
1.3
Absolut.
1.3.1.1 Mata
1.3.1.2 Daerah jantung
1.3.1.3 Uterus pada wanita hamil
176 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
1.3.2
II.
1.3.1.4
1.3.1.5
Relatif
1.3.2.1
1.3.2.2
1.3.2.3
1.3.2.4
1.3.2.5
1.3.2.6
1.3.2.7
Epiphyseal plate
Testis
Hilangnya sensibilitas
Endoprothese
Tumor
Post traumatik
Tromboplebitis dan varices
Septis inflamation
Diabetis mellitus
TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas ultra sonic.
III. PROSEDUR
3.1
Persiapan
3.1.1
3.2
177 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LAMPIRAN
Tidak ada
Direksi
Manajer Klinik
Kepala Bagian Keterapian Fisik
178 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
1.1
1.2
1.3
II.
Indikasi
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
Demam.
Tumor.
Tuberculosis.
Kontra Indikasi
TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas interferntial therapy.
III. PROSEDUR
3.1
Persiapan
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
179 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.2
3.3
Dosis
3.3.1
3.3.2
3.4
LAMPIRAN
Tidak ada
Direksi
Manajer Klinik
Kepala Bagian Keterapian Fisik
180 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
PENGERTIAN
1.1
1.2
1.3
II.
Disahkan oleh:
Direksi
Arus faradic adalah arus bolak balik yang tidak simetris yang mempunyai
durasi 0,01 1 msc dengan frekuensi 50 100 cy / detik.
Indikasi
1.2.1 LMN Lession dengan nilai otot di bawah tiga.
1.2.2 post trauma atau operasi setelah konductivitas membaik.
1.2.3 Kelemahan otot karena penyakit atau disuse atropy dengan nilai
otot di bawah tiga.
1.2.4 Otot yang tidak mampu berkontraksi karena nyeri misalnya setelah
trauma.
1.2.5 Tiga minggu setelah tendo transfer
1.2.6 Adanya pembengkakan lokal /setempat pada anggota.
1.2.7 Otot yang memendek atau berlengketan ( contractur ).
Kontra Indikasi
1.3.1 Setelah operasi / trauma pada urat syaraf yang konductivitasnya
belum membaik.
1.3.2 LMN lession yang masih nyeri sekali.
1.3.3 LMN complete lession.
1.3.4 Panas tinggi diatas 37.50 C.
TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan
modalitas arus faradic.
III. PROSEDUR
3.1
Persiapan
3.1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk mendapatkan masalah dan
menentukan program sehingga modalitas arus faradic lebih
mencapai sasaran.
3.1.2 Memberi penjelasan terapi misalnya merasakan sedikit sakit tapi
tidak perih. Kalau perih dikawatirkan dapat menimbulkan luka
bakar.
3.1.3 Serta tujuannya agar pasien tenang dan memahami program
181 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.1.4
3.1.5
3.1.6
3.2
3.3
Waktu
: Tiapsatu otot perlu 30-90 kali rangsangan
dalam waktu 1-3 menit.
3.2.4.3 Pengulangan : 1 kali sehari bila otot telah mencapai nilai
2 + cukup 1 kali selama 10 kali.
Mengakhiri Terapi
3.3.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke angka 0.
3.3.2 Perhatikan reaksi pasien dan efek samping yang timbul.
3.3.3 Kembalikan peralatan ke tempat semula.
LAMPIRAN
Tidak ada.
Direksi
6.2
Manajer Klinik
6.3
182 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manager Klinik
I.
PENGERTIAN
1.1
1.2
1.3
II.
Disahkan oleh:
Direksi
Arus galvanic adalah arus searah terputus putus yang telah modifikasi
dengan frekuensi dan durasi tertentu yang bentuk pemutusannya dapat
berupa trianguler, rekta anguler, trapezoid, saw tooth dan depolarized.
Indikasi
1.2.1 LMN lession baru yang masih disertai keluhan nyeri.
1.2.2 Post trauma atau operasi urat syaraf yang konductivitasnya belum
membaik.
1.2.3 LMN Lession kronik yang sudah denervated muscle.
1.2.4 Keluhan nyeri pada otot sebagai counter iritation atau awal dari
suatu latihan ( Preliminary exercise ).
1.2.5 Peradangan sendi : Osteo arthritis, Rheumatoid arthritis, tenis
elbow, dll.
1.2.6 Lokal oedem melewati 10 hari.
Kontra Indikasi
1.3.1 Setelah operasi tendon transfer sebelum 3 minggu.
1.3.2 Ruptur tendon / otot sebelum terjadinya penyambungan.
1.3.3 Kondisi peradangan akut atau pasien panas tinggi diatas 37,50 C.
1.3.4 Lokasi kulit yang anaesthesia.
1.3.5 Lokasi kulit yang luka / kerusakan.
1.3.6 Lokasi kulit yang hiper sensitif.
TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan
modalitas arus galvanic.
III. PROSEDUR
3.1
Persiapan
3.1.1 Terapis melaksanakan assessment untuk mendapatkan masalah
dan menentukan program agar penggunaan arus galfanic lebih
mencapai sasaran
183 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.1.2
3.2
3.3
LAMPIRAN
Tidak ada
Direksi
Manajer Klinik
Kepala bagian Keterapian Fisik
184 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
1.1
1.2
Klasifikasi :
1.2.1
1.2.1.2
1.2.2
Berdasarkan type
1.2.2.1
1.2.2.2
1.2.2.3
1.3
Indikasi
1.3.1
1.3.2
1.3.3
185 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
1.4
II.
1.3.4
1.3.5
Kontra Indikasi
1.4.1
1.4.2
1.4.3
Kecenderungan pendarahan.
TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas sinar infra merah.
III. PROSEDUR
3.1
Persiapan
3.1.1 Persiapan alat seperti jenis lampu, besarnya watt.
3.1.2
3.1.3
3.2
Pelaksanaan
3.2.1 Untuk
penyinaran
lokal
menggunakan
reflektor
berbentuk
parabola.
3.2.2
3.2.3
3.2.4
3.2.5
3.2.6
3.2.7
Dosis
3.2.8
3.2.9
186 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.3
Mengakhiri Terapi
3.3.1 Matikan mesin, pastikan tombol dalam keadaan nol.
3.3.2
3.3.3
3.3.4
LAMPIRAN
Tidak ada
Direksi
Manajer Klinik
Kepala Bagian Keterapian Fisik
187 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
1.1
1.2
Klasifikasi :
: 290 nm - 380 nm
1.2.1.2
II.
1.2.2.1
1.2.2.2
1.2.2.3
TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas sinar ultra violet.
III. PROSEDUR
3.1
Persiapan
3.1.1
3.2
188 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.2.3
3.2.4
3.2.5
3.2.6
3.2.7
3.2.8
3.2.9
3.2.10
3.2.11
3.2.12
3.2.13
3.2.14
3.3
3.2.1.2
Lepskykuur ( E 3 )
3.2.1.3
3.2.1.4
Dosis
3.2.1.5
Frekuensi
:E3
: 3 4 kali per hari.
Mengakhiri Terapi
3.3.1
3.3.2
3.3.3
3.3.4
3.3.5
3.3.6
189 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LAMPIRAN
Tidak ada
Direksi
Manajer Klinik
Kepala Bagian Keterapian Fisik
190 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
191 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
II.
TUJUAN
Sebagai
petunjuk
dan
menyeragamkan
cara
kerja
fisioterapis
untuk
3.2
3.3
Persiapan
3.1.1 Lakukan test traksi pada pasien. Bila nyeri bertambah maka
pemberian traksi ditangguhkan.
3.1.2 Ukur tensi, poles,berat badan Untuk melihat kondisi pasien
3.1.3 Tentukan beban tarikan
3.1.4 Bagi pasien yang menggunakan gigi palsu dan kaca mata harap
dilepas untuk mencegah rasa nyeri akibat tekanan gigi palsu dan
tidak enak padadaerah pipi
3.1.5 Atur posisi pasien, tidur terlentang di bed traksi dengan bantal di
bawah kepala
3.1.5.1 Untuk indikasi vertebrae posisi flexi Kepala 200 30 0
3.1.5.2 Untuk indikasi muscle posisi kepala Netral.
3.1.6 Untuk memperoleh hasil pada satu sisi saja maka posisi badan
sedikit miring dengan daerah dada disangga belt.
3.1.7 Pasang cervical belt dengan tepat, tidak mencekik dan tidak terlalu
longgar di bawah dagu dan bagian belakang pada occiput
3.1.8 Agar terkesan Hygienis maka dipasangkan tissue dibawah dagu
dan atau rambut
Pelaksanaan
3.2.1 Agar tarikan maximal, selama traksi pasien harus tenang.
3.2.2 Tidak boleh menoleh kekiri atau kekanan
3.2.3 Tidak boleh bicara
3.2.4 Tidak meninggalkan pasien sebelum pasien merasa tarikan sudah
enak
3.2.5 Tunjukakan cara penggunaan tombol penghentian traksi untuk
keadaan darurat
3.2.6 Melakukan pengontrolan secara periodik saat berlangsungnya
traksi untuk melihat apakah pasien pusing, mual, sesak sehingga
traksi perlu dihentikan
Dosis
3.3.1 Beban tarikan
: 1/7 1/5 berat badan
3.3.2
Waktu
: 10 15 menit
3.3.3
Pengulangan
: Akut
3.3.4
Membaik
3.3.5
Seri
: 1 seri : 10 kali
192 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.4
Mengakhiri Terapi
Setelah selesai penarikan,traksi dilepas
3.4.1 Agar tidak pusing, pasien disarankan istirahat selama 1 2 menit di
bed traksi.
3.4.2
LAMPIRAN
Tidak ada
Direksi
Manajer Klinik
Kepala Bagian Keterapian Fisik
193 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
194 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
II.
TUJUAN
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan
pelayanan fisioterapi dengan modalitas traksi Lumbal
III. PROSEDUR
3.1
3.2
3.3
Persiapan
3.1.1 Ukur tensi, nadi, berat badan untuk melihat kondisi pasien
3.1.2 Atur posisi pasien, tidur terlentang di bed traksi dengan bantal di
bawah kepala dan tungkai tersangga diatas stool, posisi hip flexi 30450
3.1.3 Pasang lumbal belt dengan tepat, tidak tertekan dan tidak terlalu
longgar di atas SIAS .
Pelaksanaan
3.2.1 Agar tarikan maximal, selama traksi pasien harus tenang.
3.2.2 Tidak meninggalkan pasien sebelum pasien merasa tarikan sudah
enak
3.2.3 Tunjukakan cara penggunaan tombol penghentian traksi Untuk
keadaan darurat
3.2.4 Melakukan pengontrolan secara periodik saat berlangsungnya
traksi untuk melihat apakah pasien pusing, mual, sesak sehingga
traksi perlu dihentikan
3.2.5 Dosis
3.2.5.1 Beban tarikan
: Mulai dari berat badan
3.2.5.2 Waktu
: 15 30 Menit
3.2.5.3 Pengulangan
: Akut 1 kali dalam sehari
Membaik 1 kali dalam 1-2 hari
Mengakhiri Terapi
3.3.1 Setelah selesai penarikan, traksi dilepas
3.3.2 Pasien disarankan istirahat selama 1-2 menit di bed traksi agar
tidak pusing
LAMPIRAN
Tidak ada
Direksi
Manajer Klinik
Kepala Bagian Keterapian Fisik
195 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
PENGERTIAN
1.1
1.2
II.
Disahkan oleh:
Direksi
TUJUAN
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan
pelayanan fisioterapi dengan modalitas terapi inhalasi
III. PROSEDUR
3.1
Persiapan
3.1.1 Pemanasan alat sekitar 5 menit dan mengerti cara cara
penggunaannya.
3.1.2 Untuk mencegah kontaminasi maka udara ruangan harus bersih,
segar dan memiliki ventilasi yang baik.
3.1.3 Persiapkan mouth piece dan masker
3.1.4 Agar anak anak tidak
takut harus dengan pendekatan
sebelumnya.
196 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.1.5
3.1.6
3.2
3.3
Dosis
3.3.1 Jenis dan jumlah obat tergantung Dokter pengirim.
3.3.2 Waktu
: Anak anak
10 15 menit
: Dewasa
15 20 menit
3.3.3 Pengulangan Tergantung Dokter pengirim.
Untuk kondisi Acut :1-3 kali sehari
Untuk kondisi Kronik sekali sehari
3.3.4 1 Seri
: 6 10 kali
3.4
Mengakhiri Terapi.
3.4.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke posisi angka 0
3.4.2 Tidak membiarkan pasien memegang masker/mouth piece kecuali
dalam keadaan darurat.
3.4.3 Setelah terapi inhalasi selesai dilanjutkan dengan chest therapy
agar secret lebih banyak keluar dan expansi thorax lebih baik.
3.4.4 Untuk mencegah kontaminasi maka peralatan dibersihkan
kemudian di sterilkan.
LAMPIRAN
Tidak ada
Direksi
Manajer Klinik
Kepala Bagian Keterapian Fisik
197 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
PENGERTIAN
1.1
1.2
1.3
II.
Disahkan oleh:
Direksi
TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas farafin bath / wax bath.
III. PROSEDUR
3.1
Persiapan
3.1.1 Siapkan parafin padat tujuh bagian atau empat karton Paraffin
3.1.2 Parafin minyak satu bagian atau sepuluh ons baby oil
3.1.3 Campurkan kedua bahan tersebut sehingga lebur menjadi satu
cairan dengan temperatur tidak lebih dari 1100 1300 F atau ( 510
- 540 C) dalam satu tempat yang kemudian dipanaskan diatas air
yang mendidih ( double boiler ).
198 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.1.4
3.2
199 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.3
Mengakhiri Terapi
3.3.1 Bersihkan area yang diobati
3.3.2 Perhatikan warna kulit
3.3.3 Kembalikan alat ketempat semula
Tidak ada
VI. LAMPIRAN
Tidak ada
VII. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1
6.2
6.3
Direksi
Manajer Klinik
Kepala Bagian Keterapian Fisik
200 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Judul: Massage
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
1.1
1.2
1.3
201 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
II.
TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan terapi dengan Massage.
III. PROSEDUR
3.1
Persiapan
3.1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk mendapatkan masalah dan
menentukan program sehingga pelaksanaan lebih mencapai
sasaran
3.1.2 Menentukan area terapi yang tepat agar terapi efektif
3.1.3 Pasien berbaring di di bed atau duduk di kursi dengan rilek.
3.1.4 Anggota yang akan di terapi bebas dari pakaian, disangga dengan
bantal, sedangkan bagian yang tidak diterapi ditutup dengan
handuk.
3.1.5 Fisioterapis berdiri di samping bed / pasien
3.1.6 Untuk memudahkan massage dapat di tambahkan bahan pelicin
seperti salep, minyak atau bedak.
3.2
Pelaksanaan
3.2.1 Tehnik massage
3.2.1.1 Effleurage :
untuk memperlancar aliran darah dan limfe
3.2.1.2 Friction :
Menghancurkan perlengketan/ pengerasan jaringan lunak
dan blokir nyeri diberikan pada akar akar syaraf atau
pada titik nyeri.
3.2.1.3 Petrissage :
Terdiri dari kneading, wringing dan picking up.
Berfungsi melemaskan dan mengulur otot / jaringan
lunak, melancarkan peredaran darah di bagian yang lebih
dalam dan metabolisme setempat. Membantu gerak
pencernaan usus.
3.2.1.4 Tapotament :
Terdiri dari hacking, clapping, beating dan pounding.
Berguna untuk memberikan rangsangan / pacuan pada
syaraf dan otot.
3.2.1.5 Bila dilakukan di daearah thorax bertujuan memperlancar
gerak pencernaan dan pembuangan.
3.2.1.6 Waktu pelaksanaan sangat tergantung dari luasnya bagian
yang diterapi, tebalnya jaringan tubuh dan tujuan terapi.
3.2.1.7 Kecepatan gerakan massage tegantung tujuannya. Gerakan
yang cepat akan memacu sedangkan massage yang lambat
sebagai efek penenang.
3.2.2 Dosis
Waktu
: 5 15 menit
Pengulangan : Sub akut dan kondisi berat 1 kali / hari
Kronik dan kondisi ringan 1 kali
Seri
: 1 seri 10 kali.
202 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.3
Mengakhiri Terapi
3.3.1 Bersihkan area yang diterapi.
3.3.2 Kembalikan peralatan ke tempat semula.
LAMPIRAN
Tidak ada
Direksi
Manajer Klinik
Kepala Bagian Keterapian Fisik
203 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontraindikasi :
-
Fraktur
Neoplasma
Osteoporosis
Tristmus
Acute joint pain
204 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
-
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada TMJ hingga migrain
- Nyeri dan clicking saat mastikasi
- Mengunci bila depressi penuh
Inspeksi:
- Tidak khas.
Tes cepat
- Gerak elevasi-depresi bunyi dengan pola gerak C atau S
Tes gerak pasif
- Gerak depresi nyeri dan bunyi klik
- Gerak lateral deviasi unilateral nyeri dan bunyi klik
Tes gerak isometric
- Kadang nyeri
Tes khusus
- Palpasi teraba otot masseter/temporales/pterigoideus nyeri
- Compression test nyeri
- Traction test kecaudal keluhan berkurang
Pemriksaan lain
-
X ray panorama untuk melihat susunan gigi, TMJ tidak tampak kelainan
Diagnosis
-
205 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana tindakan
-
Intervensi
-
Evaluasi
Nyeri, dan penguncian
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
MWD,
Joint mobilization
206 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
FISIOTERAPI
PADA
DERANGEMENT
TEMPOROMANDIBULAR
(TMJ)
INTERNAL
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
207 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
-
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada TMJ disertai kaku hingga migrain
- Nyeri dan terbatas saat buka mulut
Inspeksi
- Depresi terbatas atau dalam pola L
Tes cepat
- Gerak elevasi-depresi bunyi dengan pola gerak L
Tes gerak pasif
- Gerak depresi nyeri dan terbatas unilateral
- Gerak lateral deviasi unilateral nyeri dan terbatas
Tes gerak isometric
- Kadang nyeri
Tes khusus
- Palpasi teraba otot masseter/temporales/pterigoideus nyeri
- Compression test nyeri
- Traction test kecaudal keluhan berkurang
Pemriksaan lain
-
Diagnosis
- Nyeri TMJ-migrain akibat TMJ internal derangement
208 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana tindakan
-
Intervensi
-
Evaluasi
Nyeri, sensasi, ROM
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Asesmen
MWD,
Joint mobilization
209 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Lysthesis
Neoplasma
Osteoporosis
Whiplash injury
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
210 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
-
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga lengan
Paresthesia hingga ke tangan pada area dermatome
Posisi menetap dan gerak fleksi cervical meningkatkan nyeri dan
paresthesia
- Ekstensi terasa lebih nyaman
Inspeksi:
-
- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksi cervical.
- Gerak ekstensi cervical terasa nyaman
- Gerak lain kadang positif.
Tes gerak isometric
- Negatif.
Tes khusus
-
Compression test posisi fleksi nyeri dan paresthesia pada leher hingga
lengan/tangan
Traction test posisi ekstensi keluhan berkurang
Tes sensasi dijumpai hypoaesthesia/paresthesia area dermatome
tertentu
PACVP nyeri segmental
211 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana fisioterapi:
-
Intervensi:
-
MWD cervical
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
Cervical traction
o Intermittent posisi lordosis beban 20-30% berat badan, periode traksi
dan istirahat pendek (misal Hold 5 rest 5) durasi 10-15 menit
Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie
Cervical collar untuk actualitas tinggi
Proper neck mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Juknis MWD
Juknis cervical traction
Mobilisasi nucleus
Juknis Mc Kenzie exercise
212 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Lysthesis
Neoplasma
Osteoporosis
Whiplash injury
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
213 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
Nyeri kepala satu sisi dan disertai kaku cervical
Nyeri meningkat pada posisi menetap kepala atau gerak cervical
tertentu dan berkurang bila disandarkan.
- Nyeri meningkat bila stress atau otot leher tegang.
Inspeksi:
-
- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak cervical. tertentu
- Gerak cervical sebaliknya terasa nyaman
Tes gerak isometric
- Nyeri tetapi setelah kontraksi isometric terasa nyaman.
Tes khusus
- Palpasi dijumpai hypertone otot cervical
- Palapsi kadang dijumpai muscle taut band dan twisting
- Traction test posisi netral keluhan berkurang
- PACVP nyeri segmental
Pemriksaan lain
- X ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu
- MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.
Diagnosis
Nyeri kepala dan cercical disertai paresthesia lengan disebabkan (arthrosis
cervical C1-2 atau C2-3; atau oleh cervical instability; atau oleh myofascial
syndrome)
214 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana tindakan
-
Intervensi
-
MWD cervical
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
Massage otot cervical dengan strocking dan effleurage
Transverse friction pada trigger point
Transverse dan/atau longitudinal muscle stretching
Cervical traction
o Intermittent poaiai lordosis beban 20-30% berat badan, periode traksi
dan istirahat pendek (misal Hold 5 rest 5) durasi 10-15 menit
Contract relax stretching
Proper neck mechanic anjuran posisi leher relax
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Juknis MWD
Cervical traction
Transverse friction
Contract relax stretching
Juknis Mc Kenzie exercise
215 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
PANDUAN
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Ditetapkan,
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Halaman
Direktur
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
-
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Neoplasma
Osteoporosis
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
Acute disc dysfunction/Acut radicular pain
216 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
-
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga interscpulae dan/atau
lengan
- Nyeri leher sering disertai kaku
- Nyeri meningkat pada gerak cervical ekstensi
Inspeksi:
-
Diagnosis
- Nyeri pseudo radikuler cercical menyebar ke interscapular/lengan disebabkan
karena cervical facet iritation
217 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana tindakan
-
Intervensi
-
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
218 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Neoplasma
Osteoporosis
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
Acute disc dysfunction
219 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga kepala dan/atau lengan
- Paresthesia hingga ke kepala dan/atau tangan
- Clicking pada gerak cervical tertentu
- Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak tertentu cervical
Inspeksi:
- Flat neck atau deviasi
Tes cepat
Gerak fleksi atau cervical terjadi clicking sering disertai nyeri dan
paresthesia pada leher hingga lengan/tangan
- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher
hingga lengan/tangan
Tes gerak aktif
-
Nyeri dan kaku pada satu atau lebih gerak aktif cervical disertau bunyi
klik.
- Kadang disertai nyeri yang menyebar ke kepala dan/atau tangan
Tes gerak pasif
-
Nyeri dan ROM lebih besar dari normal dengan empty end feel, sering
.satu atau lebih gerak pasif cervical terbatas dengan springy end feel
- Keterbatasan gerak non capsular pattern.
Tes gerak isometric
-
Diagnosis
-
220 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana fisioterapi
-
Intervensi
-
MWD cervical
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
Cervical collar untuk jenis rigid atau semi rigid
Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak
Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Asesmen
MWD
Active stabilization exc
221 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
FISIOTERAPI PADA
CERVICALIS (S.A.C)
SPONDYLOSIS
DEF
SPONDYLOARTHROSIS
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Adalah proses asuhan fisioterapi yang diterapkan pada Spondylosis Def / S.A.C
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Neoplasma
Osteoporosis
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
Acute disc dysfunction/Acute radicular pain
222 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
Morning sickness dan Start pain
Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga interscapulae dan/atau
lengan
- Nyeri leher disertai kaku leher
- Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak cervical ekstensi
Inspeksi:
-
Diagnosis
- Nyeri pseudo radikuler cercical menyebar ke interscapular/lengan disebabkan
karena cervical spondylo arthrosis (disertai capsular patern).
223 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana tindakan
-
Intervensi
-
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Asesmen
Cervical traction
US / SWD / MWD
224 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan
Indikasi:
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Lysthesis
Neoplasma
Osteoporosis
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
225 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
Anamnesis:
Nyeri jenis ngilu/pegal pada Lumbar spine menyebar samapi ke kaki
Paresthesia hingga kekaki pada area dermatome L5-S1
Posisi duduk lama, jongkok; gerak fleksi lumbale meningkatkan nyeri
dan paresthesia
Inspeksi:
-
- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksi lumbale.
- Gerak ekstensi lumbale terasa nyaman
- Gerak lain kadang nyeri
Tes gerak isometric
- Kadang ekstensi ibu jari kaki lemah.
Tes khusus
Palpasi teraba otot para vertebrale spasm
Lasegue sign positif, bragard test positif
Compression test posisi fleksi nyeri dan paresthesia hingga kaki
Traction test posisi ekstensi keluhan berkurang
Tes sensasi dijumpai hypoaesthesia/paresthesia area dermatome
tertentu
Pemeriksaan lain
-
226 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana fisioterapi:
-
Intervensi:
-
SWD/MWD lumbale
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
Lumbale traction
o Intermittent poaiai lordosis beban 40-60% berat badan, periode traksi
dan istirahat pendek (misal Hold 5 rest 5) durasi 10-15 menit
Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie
Lumbar corset untuk actualitas tinggi
Proper body mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi dan lifting
technique
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Asesmen
Lumbar traction
Terapi latihan Mc Kenzie
Proper body mechanic, lifting technique
227 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Neoplasma
Osteoporosis
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
Acute disc dysfunction/Acut radicular pain
228 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
-
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Morning sickness dan Start pain
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada lumbale kadang hingga kelakang paha
- Nyeri lelumbale disertai kaku
- Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak ekstensi lumbale
Inspeksi:
- Lumbale lordosis atau flat back
Tes cepat
Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri
lumbale
Tes gerak aktif
-
Diagnosis
- Nyeri pseudo radikuler lumbale ke hamstrings karenal spondylo arthrosis
lumbalis
229 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana tindakan
-
Intervensi
-
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Asesmen
Lumbar traction
Terapi latihan Williams flexion exercise
Proper body mechanic, lifting technique
230 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan
Indikasi:
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Neoplasma
Osteoporosis
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
Acute disc dysfunction/Acut radicular pain
231 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri pingang sampai kedua hamstrings
- Disertai paresthesia kedua hamstrings
- Gerak lumbale sering clicking
Inspeksi:
- Lordosis/asimetri
Tes cepat
- Fleksi terjadi clicking dan nyeri
- Gerak hip lebih besar dari lumbale
Tes gerak aktif
- Nyeri pada gerak tertentu (missal fleksi)
- Terdengar bunyi klicking
Tes gerak pasif
- Nyeri pada gerak tertentu
- ROM lebih besar dari normal
Tes gerak isometric
- Tidak tampak kelainan
Tes khusus
- Palpasi: step on atau step off.
- Stabilization test positif kadang diikuti paresthesia
Pemeriksaan lain
- X ray dijumpai Lysthesis
Diagnosis:
Nyeri pinggang hingga kedua hamstrings akibat spondylolysthesis
lumbalis.
Rencana tindakan:
-
232 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Asesmen
Lumbar corset
Terapi latihan stabilization exercise
Proper body mechanic, lifting technique
233 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan
Indikasi:
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Neoplasma
Osteoporosis
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
234 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Punggung asimetri punggung (scapula) menonjol satu sisi
- Diketahui secara tidak sengaja oleh orang tuanya
- Tidak diketahui sebabnya
Inspeksi:
- Asimetri dan rib hump, atau pelvis torsion
Tes cepat
- Fleksi punggung tampak rib hump
Tes gerak aktif
Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 tetap melengkung kekiri
atau hanya tegak
- Gerak lateral fleksi kekiri lebih besar
Tes gerak pasif
-
Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 terbatas dengan firm end
feel
- Gerak lateral fleksi kekiri pada T8 ROM lebih besar dari normal dengan
end feel elastik
Tes gerak isometric
-
- Negatif
Tes khusus
Fleksi dijumpai ribs hump kanan
Asimetri pelvis (pelvic torsion) terhadap plumb line yang ditempatkan
pada kolumna vertebrali
- Pengukuran panjang kaki dijumpai leg discrepancy
- LPAVP dijumpai keterbatasan dengan firm end feel
- Gapping test T7-8-9 terbatas dengan firm end feel
Pemeriksaan lain
-
235 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi:
-
MWD thoracal
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
Latihan mobilisasi dengan metode crawl exercise
Latihan stabilisasi dengan bugnet exercise
TLSO atau Boston brace
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Asesmen
Juknis clawl exercise, bugnet exercise
Juknis mobilsasi segmental thoracal
236 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Neoplasma
Osteoporosis
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
237 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi:
Anamnesis:
Nyeri jenis ngilu/pegal pada punggung atas, interscapular hingga satu
sisi dada
- Nyeri meningkat pada ekstensi thoracal atau inspirasi dalam.
Inspeksi:
-
238 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi:
-
US
MWD thoracal
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
Joint mobilzation teknik PACVP LPAVP
Gapping manipulation 3 dimensi ekstensi
Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie
Proper back mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi
Evaluasi:
-
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS
Unit terkait
Lampiran
Juknis asesmen
Juknis MWD
Juknis asesmen
Juknis PACVP dan LPAVP
Juknis gapping manipulation
Juknis Mc. Kenzie exc.
239 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan
Indikasi:
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Dislocation
Neoplasma
Myositis osccsificans
240 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri jenis pegal menyebar dalam pola segmental/vegetatif
- Nyeri meningkat regangan pada otot yang bersangkutan
- Nyeri meningkat kontraksi pada otot yang bersangkutan
Inspeksi:
- Tidak khas
Tes cepat
- Tergantung regio yang terkena
Tes gerak aktif
- Tergantung regio yang terkena
Tes gerak pasif
- Tergantung regio yang terkena
Tes gerak isometric
- Tergantung regio yang terkena
Tes khusus
- Palpasi: trigger point, pada taut band dan twisting, nyeri menyebar.
- Stretch test.
Pemeriksaan lain
-.Diagnosis:
Nyeri muscular menyebar ke disebabkan oleh myo fascial trigger point.
Rencana tindakan:
-
241 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
US:
Evaluasi
-
Nyeri.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Juknis assesmen
Juknis US
Juknis Transverse friction
Juknis stretching
242 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Neoplasma
Osteoporosis
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
Acute disc dysfunction/Acut radicular pain
243 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada leer-pundak depan hingga lengan
- Nyeri meningkat pada posisi lengan kebawah disertai depresi
- Nyeri berkurang bila lengan abduksi
Inspeksi:
- Forward head position
- Posisi bahu-lengan depresi
Tes cepat
- Tidak spesifik
- Abduksi elevasi kadang nyeri
Tes gerak aktif
- Negatif
Tes gerak pasif
- Negatif
Tes gerak isometric
- Negatif
Tes khusus
Adsons test positif
Palpasi scalenus nyeri semutan hingga ke Joint play movement lateral
gapping tangan
Pemriksaan lain
-
- X ray normal
Diagnosis
-
Rencana tindakan
-
244 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
Evaluasi
- Nyeri, dan ROM
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Asesmen
MWD
Contract relax stretching
Postural correction
245 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontraindikasi : Fraktur
-
Neoplasma
Osteoporosis
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
Acute disc dysfunction/Acut radicular pain
246 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
rosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Nyeri dan atau semutang ke lengan.
Terutama bila tidur miring kesisi sakit atau tertindih
Saat gerakan mengangkat lengan penuh kesemutan bila di turunkan
hilang.
Tes cepat:
-
Diagnosis
-
Rencana tindakan
-
247 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi :
-
Evaluasi:
-
Dokumentasi:
- Rekam medik Rumah Sakit .....
Unit terkait
Lampiran
Asesmen
MWD
Contract rela stretching
248 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Neoplasma
Osteoporosis
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
249 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
Nyeri jenis ngilu/pegal pada punggung atas, interscapular hingga satu
sisi dada
- Nyeri meningkat pada ekstensi thoracal atau inspirasi dalam
Inspeksi:
-
- Nyeri dan kaku sendi bahu dengan nyeri-kaku dan bengkak tangan.
Tes cepat:
- Abduksi elevasi bahu dijumpai reverse scapulohumeral rhythm
- Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbats
Tes gerak aktif:
- Semua gerak glenohumeral nyeri dan ROM aktif trbatas
- Gerak aktif Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbatas
Tes gerak pasif:
Gerak rotasi eksternal, gerak abduksi, dan rotasi internal sendi
glenohumeralis terbatas dengan firm end feel
- Keterbatasan ROM glenohumeral dalam capsular pattern
- Gerak aktif Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbatas dengan firm
end feel
Tes gerak isometric:
-
- Nyeri, kaku dan bengkak bahu dan tangan akibat shoulde hand syndrome
250 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana tindakan
-
Intervensi
SWD segmental application thoracal anterior shoulder: Continous
subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah,
waktu 10-12 menit.
- TENS jenis arus monophase burst dengan segmental application
cervical thoracal, internsitas maksimal dapat ditoleransi, waktu 20-30
menit.
- Joint mobilization glenohumeral joint pada MLPP dan semua
pembatasan ROM.
- Joint mobilization wrist and fingers pada MLPP dan semua pembatasan
ROM
- Active mobilization exc.dan pumping exc tangan-jari.
Evaluasi
-
- Nyeri, sensasi, oedeme dan ROM glenohumeral joint, ROM wrist and fingers
Dokumentasi
Unit terkait
Lampiran
Juknis SWD.
Juknis TENS
Juknis Joint mobilization
Juknis active exercise
251 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
Asesmen Fisioterapi dan temuannya pada kasus thoracic
(compression) outlet syndrome
Direktur
Kontraindikasi : Fraktur
Neoplasma
Osteoporosis
Ankylosing spondylitis
TBC tulang
Acute disc dysfunction/Acut radicular pain
252 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
Waktu intervensi 20-30 menit
Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Saat gerakan mengangkat lengan kesemutan bila di turunkan hilang.
Tes cepat abdukasi elevasi shoulder
Tes gerak aktif abduksi, elevasi
Tes gerak pasif abduksi elevasi
Tes gerak isometrik
Tes khusus hiperabduction test.
Pemeriksaan lain
Diagnosis
- Nyeri dan semutan leher-pundak hinga lengan disebabkan oleh entrapmen
pleksus bracialis akibat pectoralis minor contractu
Rencana tindakan
-
Unit terkait
Lampiran
Asesmen
MWD
Contract relax
253 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Dislocation
Neoplasma
254 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
M.
Prosedur
Dosis :
-
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis pegal pada lengan atas bag lateral
- Nyeri meningkat ketika angkat lengan
- Tidak jelas sebab-sebabnya
Tes cepat
- Abduksi elevasi: Painful arc
Tes gerak aktif
- Gerak abduksi nyeri, gerak lain negatif
Tes gerak pasif
- Tak ada kelainan
Tes gerak isometric
- Abduksi isometric melawan tahanan
- Gerak lain +/Tes khusus
- Palpasi posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi.
- Isometric abd under caudal traction
Pemriksaan lain
- -Dagnosis
Nyeri bahu lateral sampai lengan atas leteral disebabkan oleh tendonitis m.
supraspinatus
Rencana tindakan
-
255 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
US:
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Juknis assesmen
Juknis US
Juknis Transverse friction
Juknis stretching
Juknis Codmann pendular exercise
256 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
Disahkan oleh:
Direksi
I.
PENGERTIAN
Terapi latihan adalah modalitas fisioterapi berupa tehnik latihan yang bertujuan
untuk mengembangkan, meningkatkan, memperbaiki dan memelihara: kekuatan,
daya tahan, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, relaksasi, koordinasi,
keseimbangan dan kemampuan fungsional
Tennis Elbow adalah nyeri yang terjadi pada tendon ekstensor wrist sepanjang
lateral epicondyle dan radiohumeral joint. Paling sering terjadi pada
musculotendinous junction dari otot ekstensor carpi radialis brevis.
II.
TUJUAN
Sebagai pedoman bagi fisioterapi dalam memberikan penanganan pasien dengan
kondisi tennis elbow
III. PROSEDUR
3.1 Pengkajian
3.1.1 Melakukan pemeriksaan awal mengacu pada SPO pemeriksaan
fisioterapi
3.1.2 Semua hasil yang didapat dalam pengkajian dicatat dalam lembar
pemeriksaan fisioterapi
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Stadium acut
3.2.1.1 Untuk mengontrol nyeri, bengkak dan spasme diberikan
kompres es, istirahat dan anjuran untuk tidak melakukan
gerakan menggenggam secara berulang
3.2.1.2 Untuk memelihara soft tissue dan mobilitas sendi
diberikan latihan gerak fleksi dan ekstensi wrist dalam
batas toleransi
3.2.1.3 Untuk memelihara integritas fungsi upper ektremitas
dilakukan gerak aktif sesuai bidang gerak sendi
3.2.2 Stadium sub acute atau kronik
3.2.2.1 Tehnik aktif inhibisi pada otot ektensor carpi radialis
brevis
3.2.2.2 Tehnik self-stretching pada grup otot ekstensor
257 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.3
LAMPIRAN
Tidak ada
258 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Arthritis Distal Radioulnar Joint
Tujuan
Kebijakan
Indikasi:
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Dislocation
Neoplasma
Osteoporosis
TBC tulang
259 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
Nyeri jenis hebat pada masa acute, atau ngilu/pegal pada pergelangan
tangan kadang tangan pada masa kronik
- Nyeri setelah riwayat trauma
- Gerak pronasi-supinasi nyeri dan terbatas
Inspeksi:
-
260 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
Evaluasi
-
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
261 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Arthrosis Distal Radioulnar Joint
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Fraktur
Dislocation
Neoplasma
Osteoporosis
262 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada pergelangan tangan kadang tangan
- Morning sickness dan start pain
- Gerak pronasi dan supinasi terbatas dan crepitasi
Inspeksi:
- Posisi sendi radioulnaris MLPP
- ADL: tampak kaku
Tes cepat
Nyeri dan terbatas pada gerak pronasi dan supinasi terbatas dan
crepitasi
Tes gerak aktif
-
Nyeri dan terbatas pada gerak pronasi dan supinasi terbatas dan
crepitasi
Tes gerak pasif
-
Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak gerak pronasi dan
supinasi lenngan bawah dimana pronasi dan supinasi sama terbatas
dengan end feel firm
Tes gerak isometric
-
263 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
US:
o US under water sontinous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi
dan 1.5-2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi
- Free active mobilization exercise
o Pronas-supinasi
- Kemungkinan splinting
-
Evaluasi
- Nyeri, ROM dan fungsi tangan
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
264 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Proses Fisioterapi yang di terapkan pada Tenosynovitis M. Abd. Pol. Longus dan
ext. Pol. Brevis
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Dislocation
Neoplasma
Lesi saraf perifer
265 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
Adanya nyeri pada sisi lateral pergelangan tangan saat fleksiadduksi ibu
jari tangan atau ulnar deviasi.
Inspeksi:
-
266 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
Evaluasi:
-
ROM, nyeri
Dokumentasi
-
Unit terkait
Lampiran
US,
Parafin bath,
massage.
splint,
267 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Dislokasi
osteoporosis
268 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3 kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Trauma pada pergelangan tangan saat menumpu BB
- Nyeri pada gerakan dorsal fleksi pergelangan tangan
- Unstable
Inspeksi:
- Kadang tapak oedeme pungung tangan
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak dorsal flexion pergelangan tangan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas pada gerak dorsal flexion pergelangan tangan
- Gerak palmar fleksi, lunar-radial dalam batas normal
Tes gerak pasif
Nyeri dan terbatas dengan hard end feel pada gerak dorsal flexion
pergelangan tangan
- Gerak palmar fleksi, lunar-radial dalam batas normal
Tes gerak isometric
-
Diagnosis
Rencana tindakan
-
269 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
RICE
US:
o
Evaluasi
- Nyeri,ROM
Dokumentasi
Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS
Unit terkait
Lampiran
Juknis asesmen
Juknis RICE
Juknis US
270 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Dislokasi
osteoporosis
271 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
-
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri pergelangan tangan saat menggenggam kuat atau fleksi
- Nyeri meningkat saat olah raga (badminton/tennis)
Inspeksi:
- Tak jelas ada kelainan
Tes cepat:
- Fleksi wrist nyeri
Tes gerak aktif:
- Dorsal fleksi pergelangan tangan nyeri regang
- Palmar fleksi-radial deviasi dan ulnar deviasi negatif
Tes gerak pasif:
- Dorsal fleksi pergelangan tangan nyeri regang
- Palmar fleksi-radial deviasi dan ulnar deviasi negatif
Tes gerak isometric:
- Gerak isometrik palmar fleksi wrist tambah nyeri.
- Gerak lain negatif
Tes khusus:
-
Pemeriksaan lain
- --Diagnosis
-
272 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana tindakan
-
Intervensi
-
Evaluasi
- ROM, nyeri
Dokumentasi
Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS
Unit terkait
Lampiran
US,
stretching,
transverse friction
273 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Dislocation
Neoplasma
Lesi saraf perifer
Rheumatoid arthritis
274 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
-
Waktu intervensi US 5-7 menit, kronis 1x1 hari atau 1x2 hari (selama12
sampai 18 hari)
Dosis streching 8 detik, di ulang 8-10 kali.
Friction 30 kali
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
Rasa nyeri pada jari ketiga atau ke empat saat ditekuk mengunci dan
kembali lurus dan berbunyi,
- Nyeri pada setinggi caput metacarpal
Inspeksi:
-
- Tidak khas
Tes cepat
- tes fleksi jari2 dan ekstensikan (jari ketinggalan)
Tes gerak aktif:
Pada gerak fleksi jari III/IV nyeri pada akhir ROM dan bila di
ekstensikan bunyi klik dan nyeri
- Gerak sendi lain normal
Tes gerak pasif:
-
- -Diagnosis
Nyeri gerak pada jari ke tiga (atau keempat) karena Tendovaginitis
Stenosis flexor digitorum profundus.
Rencana tindakan
-
275 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
US :
o
Evaluasi
-
Dokumentasi:
Rekam Fisioterapi dan rekam medis RS
Unit terkait
Lampiran
Asesmen,
US,
parafin,
stretching.
276 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Fraktur
Dislocation
Neoplasma
277 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis pegal pada pergelangan tangan dan tangan
- Disertai gerak terbatas
- Pada fase akut : - Tumor, Rubor, Dolor, Calor, Fungsiolacia
Inspeksi
- Tak tampak kelainan
Tes cepat
Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan
tangan dan fleksi, ekstensi adduksi dan abduksi jari-jari tangan.
Tes gerak aktif
-
278 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
Evaluasi
- Nyeri,ROM
Dokumentasi
Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS
Unit terkait
Lampiran
Juknis assesmen
Juknis RICE
Juknis Active mobilization exercise
279 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Halaman
Direktur
..
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Arthrosis carpalia
- Intervensi fisioterapi pada Arthrosis carpalia
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Dislocation
Neoplasma
Osteoporosis
280 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada pergelangan tangan dan tangan
- Morning sickness dan start pain
- Gerak terbatas dan crepitasi
Inspeksi:
- Posisi tangan MLPP
- Gerak hand dexterity kaku.
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan
Tes gerak aktif
Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion
pergelangan tangan
Tes gerak pasif
-
281 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
US:
o US under awter continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas
tinggi dan 1.5-2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi
- Free active mobilization exercise
o Pronasi-supinasi
- Kemungkinan splinting
-
Evaluasi
-
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
282 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Dislocation
Neoplasma
Osteoporosis
283 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Dosis :
Prosedur
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada hip joint
- Morning sickness dan start pain
- Gerak terbatas dan crepitasi
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada semua arah gerakan hip joint
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak hip joint
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak hip joint
- internal rotasi, adduksi, fleksi hip joint, firm end feel.
Tes gerak isometric
- Tidak ditemukan gangguan khas
Tes khusus
- JPM test internal rotasi, adduksi, fleksi hip joint, firm end feel.
Pemeriksaan lain
- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale;
osteophyte.
Diagnosis
- Capsular pattern hip joint secondary to Osteoarthrosis Hip joint
Rencana tindakan
-
284 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
US:
Evaluasi
-
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Juknis asesmen
Juknis US
Juknis joint mobilization
Juknis mobilisasi sendi aktif
285 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
Disahkan oleh:
Direksi
I.
PENGERTIAN
Adalah jenis tindakan operasi yang dilakukan pada subcapital caput femur
karena fraktur atau adanya degenerasi caput femur karena suatu penyakit
keadaan acetabulum relative normal dengan pemasangan bipolar prosthesis
1.1 Indikasi
1.1.1 Subcapital fraktur caput femur
1.1.2 Nyeri sendi hip, degenerasi caput femur dan adanya deformitas
1.2 Kontra Indikasi
1.2.1 Hari ke-1 sampai ke-5 tidak boleh dilakukan fleksi hip lebih 45 dan
adduksi
1.2.2 Tidak dianjurkan pasien duduk di kursi yang rendah atau terlalu
lembek
1.2.3 Kaki tidak boleh disilangkan ( adduksi ).
II.
TUJUAN
Sebagai pedoman bagi fisioterapi untuk memberikan progam latihan pada
kondisi sesudah operasi AMP baik saat rawat inap ataupun rawat jalan
III. PROSEDUR
3.1 Imobilisasi
Sesudah operasi pasien tidur posisi telentang dengan posisi tungkai yang di
operasi posisi lurus dan rotasi netral
3.2 Fase proteksi maksimal
3.2.1 Sesegera mungkin diberikan deep breathing, coughing dan ankle
pumping exercise untuk mencegah terjadinya komplikasi pulmunal
dan vaskulair
3.2.2 Latihan anggota gerak yang sehat untuk memelihara kekuatan dan
fleksibilitas otot
3.2.3 Latihan pain-free isometric untuk mencegah atropi otot tungkai
yang di operasi
3.2.4 Latihan aktif atau assisted untuk memelihara gerak sendi dan
jaringan lunak
3.2.5 Hari ke 3 sesudah operasi latihan duduk di bed atau kursi dengan
posisi sendi hip tidak boleh fleksi lebih dari 45 dan posisi hip
sedikit abduksi
3.2.6 Latihan jalan di parallel bar, walker atau kruk
286 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.3
LAMPIRAN
Tidak ada
287 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan
Indikasi :
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Dislocation
Neoplasma
Osteoporosis
288 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada Tibio femoral joint
- Morning sickness dan start pain
- Gerak terbatas dan crepitasi
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada fleksi, ekstensi tibio femoral joint
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada tibio femoral joint
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak tibio femoral joint
- Fleksi, ekstensi, tibio femoral joint, firm end feel.
Tes gerak isometric
- Tidak ditemukan gangguan khas
Tes khusus
- JPM test fleksi, ekstensi tibio femoral joint, firm end feel.
- Patello femoral test
- Ballotement test
- Fluktuation test
Pemeriksaan lain
- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale;
osteophyte.
Diagnosis
Capsular pattern tibio femoral joint secondary to Osteoarthrosis tibio
femoral joint
- Nyeri gerak tibio femoral joint
Rencana tindakan
-
289 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
US:
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Juknis asesmen
Juknis US
Juknis joint mobilization
Juknis mobilisasi sendi aktif
290 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
PANDUAN
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Ditetapkan,
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Halaman
Direktur
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan
Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Chondromalacia patellae
- Intervensi fisioterapi pada Chondromalacia patellae
Kontra indikasi :
-
Osteoporosis
TB Tulang akut
Fraktur
Infeksi sendi akut
291 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri berjalan
- Deformitas kearah genu valgus
Inspeksi:
- tidak tampak kelainan local. Perhatikan Q angle/genu valgus
Tes cepat
- gerakan flexi dan ekstensi terjadi painfull arc
Tes gerak aktif
- flexi dan ekstensi
Tes gerak pasif
- flexi dan ekstensi
Tes gerak isometric
- Gerak isometric ekstensi lutut nyeri
Tes khusus
Palpasi : nyeri tekan pada condylus lateral dan medial
Joint play movement MLPP kompresi diatas patella posisi lutut ekstensi
dan semi fleksi.
- Pengukuran Q angle dan genu valgus.
- Tes kekuatan m. Vastus medialis.
Pemeriksaan lain
-
292 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
US pada tepi patella dengan cara mendorong patella ke lateral dan
medial
o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah
- MWD/SWD
o SWD intermiten selama 10 12 menit
- Transverse friction dengan cara mendorong patella ke lateral dan
medial
- Strengthening exercise m. Vastus medialis pada posisi lutut gerak akhir
ekstensi
Medial arc support (corect shoes)
-
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Juknis US,
SWD
Tranverse friction
Medial arc support
293 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Halaman
Direktur
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus knee instability
- Intervensi fisioterapi pada knee instability
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis
294 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
-
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi
- Keluhan nyeri pada saat aktivitas.
Inspelsi:
- Kadang tampak genu valgus/varus
Tes cepat
- Hiper mobility pada knee joint.
Tes gerak aktif
- Terjadi nyeri pada saat hiper extensi knee joint atau fleksi penuh.
- Internal rotasi dan external rotasi tidak terjadi nyeri
Tes gerak pasif
Nyeri pada saat gerakan varus dan valgus, flexi extensi sendi lutut
dengan end feel soft.
Tes gerak isometric
-
295 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Asesmen
MWD
Strengthening
Stabilisasi aktif
Knee support
296 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Halaman
Direktur
Indikasi :
-
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Dislocation
Neoplasma
Osteoporosis
Gonitis TB
297 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
-
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri dan mengunci pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi
- Keluhan nyeri pada saat aktivitas.
Inspeksi:
- Tidak tampak kelainan
Tes cepat
- Hiper mobility pada knee joint.
Tes gerak aktif
Kadang terjadi nyeri pada saat fleksi maupun ekstensi sendi
tibiofemoralis.
- Gerak internal rotasi dan eksternal rotasi terjadi nyeri
Tes gerak pasif
-
- Tidak khas,.
Tes khusus
- Appley test dan murray test
- JPM lutut.
Pemriksaan lain
- Atroplasti
Diagnosis
- Nyeri pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi akibat meniscus lesi.
Rencana tindakan
-
298 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi:
-
Unit terkait
Lampiran
Asesmen
SWD/MWD
Manipulasi meniscus
Strengthening exc
Knee Dakker
299 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
Disahkan oleh:
Direksi
I.
PENGERTIAN
Fisioterapi pada post menisectomy adalah bentuk latihan yang diberikan pada
pasien sesudah operasi meniscus. Menisectomy adalah tindakan operasi yang
dilakukan karena adanya robek atau rupture pada meniscus lateral atau medial
sendi lutut.
II.
TUJUAN
Sebagai pedoman bagi fisioterapi untuk memberikan progam latihan pada
kondisi sesudah opersi minesectomy baik saat rawat inap ataupun rawat jalan
III. KEBIJAKAN
3.1 Standar prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman atau panduan bagi
terapis dalam menyelenggarakan pelayanan fisioterapi pada pasien, dan
mengingat pedoman atau panduan ini disusun untuk satu penyakit secara
umum maka pedoman atau panduan ini tidak dimaksudkan untuk
menggantikan pertimbangan klinis dari terapis dalam penatalaksanaan
pasien.
3.2 Setiap program terapi, pelaksanaan program terapi dan perkembangannya
harus didokumentasikan secara lengkap oleh terapis dalam berkas rekam
medis pasien
IV. PROSEDUR
4.1 Post-Op ( Hari Operasi)
Pada fase awal ini yang dilakukan adalah :
4.1.1 Berikan es, elevasi pada lutut dan menggunakan elastic bendage
untuk mengontrol oedema.
4.1.2 Hindari luka jahitan dari air (basah)
4.1.3 Lakukan latihan-latihan untuk menambah ROM ankle, heel slide.
4.1.4 Latihan penguatan sesuai dengan toleransi pasien yaitu latihan
Quadriceps dan Hamstring, SLR, Knee ekstensi posisi duduk dan
jalan PWB dengan menggunakan kruk sesuai dengan toleransi
pasien.
4.1.5 Berikan es sebelum dan sesudah latihan serta 20 menit setiap 2 jam
setelah berdiri.
300 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
V.
UNIT TERKAIT
Tidak ada
301 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
Disahkan oleh:
Direksi
I.
PENGERTIAN
Adalah tindakan operasi yang dilakukan oleh adanya robek pada anterior
cruciatum ligament sendi lutut. Fisioterapi pada ACL adalah program latihan
yang diberikan untuk pasien sesudah operasi baik saat imobilisasi ataupun
sesudah imobilisasi.
II.
TUJUAN
Sebagai pedoman bagi fisioterapi untuk memberikan progam latihan pada
kondisi sesudah opersi ACL baik saat rawat inap ataupun rawat jalan
III. PROSEDUR
3.1 Fase I Minggu ke-1 dan 2
Pada fase awal ini yang menjadi perhatian adalah untuk mengontrol
bengkak dan untuk memelihara ROM ekstensi,mencapai\memelihara ROM
fleksi knee pada sudut 90 dan memfasilitasi control otot Quadriceps untuk
mengurangi terjadinya atropi. Latihan yang diberikan adalah:
3.1.1 Latihan Quadriceps setting dengan pengulangan 10x
3.1.2 Latihan Quadriceps setting dengan straight leg raisig pengulangan
10x
3.1.3 Wall slides, 10x pengulangan (latihan aktif fleksi knee dengan
bantuan gravitasi)
3.1.4 Jane Fondas latihan gerak ekstensi-fleksi, abduksi-adduksi hip;
20x pengulangan pada setiap bidang geraknya.
3.1.5 Latihan pumping ankle, dilakukan sepanjang hari secara
berkesinambungan. Bila diperlukan gantung kaki dalam posisi
prone.
3.1.6 Gait Checks, fisioterapis mengobservasi kemampuan pasien
dalam melakukan backwards ambulasi untuk mendukung
tercapainya ROM ekstensi penuh dengan memakai brace.
3.1.7 Gliding patella, pasien melakukan mobilisasi patella sendiri dengan
dibantu oleh fisioterapis.
3.1.8 Long sitting untuk menciptakan ekstensi knee. Posisi tersebut juga
membantu untuk menstretching harmstrings. Dalam posisi tersebut
pasien diminta meraih ujung ibu jari kaki selama 10-15 menit
302 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.2
3.3
303 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.3.4
3.4
3.5
LAMPIRAN
Tidak ada
304 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Panduan
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan
Indikasi:
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Dislocation
Neoplasma
305 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Ada riwayat trauma (kesleo) kearah inversi
- Nyeri jenis nyeri tajam pada kaki sisi lateral
- Nyeri meningkat pada saat gerak eversi
Inspeksi:
- Tampak oedeme dan/atau haemetome pada lateral kaki.
Tes cepat
- Gerak plantar maupun dorsal fleksi nyeri. Gerak inversi nyeri hebat.
Tes gerak aktif
- Gerak inversi nyeri dan gerak eversi tidak terasa nyeri
- Gerak dorso dan plantar flexi
Tes gerak pasif
- Gerak pasif inversi nyeri, ROM terbatas denga sringy end feel
- Gerak lain negatif
Tes gerak isometric
- Gerak isometrik eversi nyeri bila tendon M. Peroneus longus dan brevis
cidera
Tes khusus
Palpasi pada lig. Calcaneofibulare dan talofibulare terasa nyeri,
kemungkinan lig.lain seperti lig.calcaneocuboideum.
- Pada cidera tendon palpasi diatas tendon mm.peroneus longus dan atau
peroneus brevis terasa nyeri
- Joint play movement.pada sendi calcaneofibulare dan talofibulare nyeri
dengan springy end feel.
Pemeriksaan lain
-
Diagnosis
- Nyeri lateral kaki disebabkan oleh sprain ankle.
Rencana tindakan:
-
306 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Juknis asesmen
Juknis RICE
Juknis US
Juknis Bandage
307 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Panduan
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan
Indikasi:
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Poliomielitis
308 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
-
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Tidak ada arcus plantar
- inbalance
Inspeksi:
- Telapak kaki datar, tulang navicularis menonjol ke medial.
Tes cepat
- Gait anlisis tampak kaki menyudut kelateral
- Plantar fleksi lebih lemah
Tes gerak aktif
- Dalam batas normal
Tes gerak pasif
Gerak pronasi kaki ROM lebih besar dari normal, gerak pronasi terbatas
elastic end feel
- Gerak lain normal
Tes gerak isometric
-
Tes khusus
- Palpasi: arcus longitudinal plantaris rata
- Pengukuran adakah genu valgus
Pemeriksaan lain
-.Podografi: dijumpai flet foot.
Diagnosis:
- gangguan kesimbangan dan berjalan akibat flat foot
Rencana tindakan:
-
309 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Juknis asesmen
Juknis strengthening exc
Juknis walking exc dan balance exc
Medial arc support
310 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS..
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Pengertian
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan
Indikasi:
Direktur
Kontra indikasi :
-
Fraktur
Poliomielitis
311 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
Penggunaan medial arc support dalam waktu 3bulan atau lebih
Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
-
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Dibawa sejas lahir atau akibat kelumpuhan
- Anak terlambat usia jalan
- Berdiri dan jalan dengan punggung kaki
Inspeksi:
Telapak kaki melengkung, menapak dengan sisi luar kaki atau dengan
punggung kaki.
Tes cepat
-
Gait anlisis tampak kaki menyudut kemedial atau berdiri denga sisi
luar kaki atau bahkan punggung kaki
Tes gerak aktif
-
Diagnosis:
-
Rencana tindakan:
-
312 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
-
Mobilisasi kaki
Strengthening exercice pada fleksdorsal fleksi dan eversi
Ballance exc
Penggunaan sebatu koreksi
Evaluasi
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait
Lampiran
Juknis asesmen
Juknis strengthening exc
Juknis walking exc dan balance exc
Medial arc support
313 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
1.1
1.2
II.
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi semua karyawan yang melakukan angkatangkut pasien
secara aman,efektif dan efisien
III. PROSEDUR
3.1
Persiapan
3.1.1 Pahami benar kondisi pasien. (apakah fraktur leher atau pingang,
stroke, sadar atau tidak dll).
3.1.2 Beri penjelasan ke pasien atau keluarga tentang prosedur, maksud
dan tujuan angkatangkut tersebut
3.1.3 Perhatikan Drain dan line atau linen yang mungkin mengganggu.
314 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.1.4
3.2
3.3
315 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LAMPIRAN
Tidak ada
Direksi
Manajer Klinik
Kepala Bagian Keterapian Fisik
316 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
II.
TUJUAN
Tersedianya pedoman bagi staf dalam mengidentifikasi pasien.
III. KEBIJAKAN
Semua terapis, Staf Administrasi, Pekarya dan petugas lain yang berhubungan
pelayanan wajib mengetahui indentitas pasien secara lengkap dan dtegaskan
kembali oleh staf dengan memanggil ulang nama tersebut.
IV. PROSEDUR
4.1.
4.1.1.2
Staf
Administrasi
melakukan
registrasi
dan
317 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
atau
4.1.1.3
4.1.1.4
4.1.2
4.1.2.2
4.1.3
4.1.3.2
4.1.4
4.1.4.2
4.2.
4.2.1.2
diagnosa
medis,
untuk
318 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
kemudian
4.2.2
Diruang Terapi
4.2.2.1
Pasien diantar
4.2.2.3
4.2.2.4
Staf
Administrasi
melakukan
registrasi
dan
atau
4.2.3
4.2.3.2
V.
DOKUMEN TERKAIT
-
VI. LAMPIRAN
-
319 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
II.
III.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
Pengkajian pasien Fisioterapi adalah adalah kegiatan yang dilakukan fisioterapis
mulai dari anamnesa, observasi dan pemeriksaan fisik sebagai acuan untuk
menentukan masalah, rencana, tujuan dan program terapi yang tepat bagi pasien.
TUJUAN
2.1 Untuk memperoleh data yang menyeluruh tentang pasien.
2.2 Untuk menentukan masalah yang ada pada pasien
2.3 Untuk menentukan rencana, tujuan dan program terapi yang tepat bagi pasien
PROSEDUR
3.1 Pasien baru datang dengan surat rujukan, baca surat rujukan lalu lakukan
pemeriksaan.
3.2 Pasien baru datang tanpa surat rujukan, dilakukan pemeriksaan.
3.3 Pemeriksaan dilakukan menurut keperluannya dan tidak mengubah posisi
pasien berulang-ulang.
3.4 Lakukan anamnesa terhadap pasien atau keluarga.
3.5 Lakukan observasi berhubungan dengan alat bantu, bentuk, kulit, pola jalan,
fungsional dan mobilitas.
3.6 Lakukan pemeriksaan fisik berhubungan dengan AROM, PROM,
neuropsikologis, tes melawan tahanan, tes khusus.
3.7 Lakukan palpasi untuk mengetahui adanya bengkak, spasme, dan keadaan
tonus otot.
3.8 Lakukan pengukuran-pengukuran yang diperlukan.
3.9 Tentukan masalah yang ada pada pasien.
3.10 Pasien tanpa surat rujukan dokter yang kasusnya tidak dapat ditangani dirujuk
3.11 kepada Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik atau professional kesehatan lain
yang lebih ahli dengan persetujuan pasien.
3.12 Tentukan program terapi sesuai dengan masalah yang ada dan kebutuhan
pasien atau mengirim pasien tanpa surat rujukan dokter yang kasusnya tidak
dapat ditangani dirujuk kepada Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik atau
professional kesehatan lain yang lebih ahli dengan persetujuan pasien.
3.13 Berikan edukasi dan program latihan di rumah kepada pasien dan keluarga.
3.14 Lakukan pencatatan mengenai pengkajian, program dan tujuan terapi pada
formulir catatan pemeriksaan fisioterapi.
320 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.15 Laporan evaluasi pasien fisioterapi kepada dokter pengirim apabila program
terapi telah selesai.
IV.
DOKUMEN TERKAIT
4.1 Formulir catatan pemeriksaan fisioterapi
4.2
V.
VI.
LAMPIRAN
Bagan alur pelayanan pasien fisioterapi
DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi
6.2
Manajer Klinik
6.3
321 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
Pengkajian Fisioterapi adalah suatu proses mencakup pemeriksaan pada diri
individu atau kelompok, mengidentifikasi problem yang nyata dan yang
berpotensi terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau
kondisi kesehatan lain, dengan cara mengangkat riwayat penyakit, telaah umum,
uji khusus dan pengukuran, pemeriksaan penunjang, dilanjutkan dengan evaluasi
hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesis dalam sebuah proses
pertimbangan klinis.
II.
TUJUAN
Tersedianya pedoman bagi Fisioterapis dalam menjalankan asuhan professional
merumuskan Pengkajian fisioterapi pada pasien/klien, petugas pelayanan
fisioterapi, petugas lain
III. KEBIJAKAN
Standar ini berlaku di lingkungan Rumah Sakit
IV. PROSEDUR
Komponen :
4.4
Identifikasi Umum.
Kriteria :
4.4.1. Data lengkap
4.4.2. Sistematis
322 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.4.3. Menggunakan form dan prosedur yang baku, actual dan valid.
4.4.4. Asesmen dan konsultasi
Data awal mencakup elemen;
4.4.4.1. Riwayat penyakit dan harapan pasien / klien
4.4.4.2. Riwayat problem sekarang, keluhan, tanggal mulai
dirasakan dan upaya pencegahannya.
4.4.4.3. Diagnosa medis dan dan riwayat medis yang berkaitan
4.4.4.4.
4.4.4.5. Karekteristik demografi, psikologik, sosial, dan faktor
lingkungan yang terkait.
4.4.4.6. Pelayanan terkait sebelumnya atau yang bersamaan
dengan episode asuhan fisioterapi
4.4.4.7. Penyakit lain yang berpengaruh terhadap prognosis
4.4.4.8. Pernyataan pasien / klien tentang problemnya sesuai
dengan kadar pengetahuannya.
4.4.4.9. Antisipasi tujuan dan harapan setelah terapi ( outcomes)
dari pasien / klien dan keluarga dan pihak lain yang
terpengaruh.
4.4.5. Telaah sistemik
Status anatomi dan fisiologi yang berkait dengan data awal,
mencakup sistem-sistem :
4.4.5.1. Kardiovasculer/ pulmuner
4.4.5.2. Integumenter
4.4.5.3. Musculoskleletal
4.4.5.4. Neuromusculer
4.4.6. Telaah tentang komunikasi, afeksi, kognisi, bahasa dan kemampuan
pembelajaran.
4.4.7. Pengujian dan pengukuran yang terpilih untuk menentukan status
pasien / klien.
4.4.7.1. Arousal, atensi dan kognisi
4.4.7.1.1
Tingkat kesadaran
4.4.7.1.2
4.4.7.1.3
323 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.4.7.2.2.
4.4.7.2.3.
4.4.7.3.2.
4.4.7.3.3.
4.4.7.4.2.
4.4.7.4.3.
Frekwensi
denyut
jantung,
frekwensi
4.4.7.5.3.
4.4.7.6. Sikap
4.4.7.6.1.
Sikap statik
4.4.7.6.2.
Sikap dinamik
Karateristik langkah
4.4.7.7.2.
Fungsional lokomasi
4.4.7.7.3.
Karateristik keseimbangan
4.4.7.8.2.
Kapasitas fungsional
4.4.7.8.3.
Transfer
324 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.4.7.9.2.
Kapasitas fungsional
4.4.7.9.3.
Kemampuan adaptasi
DOKUMEN TERKAIT
VI. LAMPIRAN
VII. DAFTAR DISTRIBUSI
7.1
7.2
7.3
Direksi
Manajer Klinik
Kepala Bagian Keterapian Fisik
325 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manager Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
1.1
1.2
II.
TUJUAN
Tersedianya pedoman bagi Fisioterapis dalam menjalankan asuhan profesional
merumuskan diagnosa dan prognosa fisioterapi pada pasien / klien yang
ditanganinya.
III. KEBIJAKAN
Standar ini berlaku di lingkungan Rumah Sakit
326 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.2
4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.1.4
V.
DOKUMEN TERKAIT
VI. LAMPIRAN
6.1
Diagnosa Musculosceletal
6.2
Diagnosa Neuromusculer
6.3
6.4
Diagnosa Integumenter
Direksi
7.2
Manajer Klinik
7.3
327 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Hal 5 dari 5
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manager Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
Diagnosa Musculosceletal
Berpotensi
untuk
terjadi
gangguan
kinerja
system
musculoskeletal
demineralisasi
Gangguan Sikap
Gangguan Kinerja otot
Gangguan mobilitas sendi, motor fungtion, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan
dengan connective tissue
Gangguan mobilitas sendi, motor fungtion, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan
dengan Inflamasi lokal
Gangguan mobilitas sendi, motor fungtion, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan
dengan kerusakan spinal
Gangguan mobilitas sendi, motor fungtion, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan
dengan fraktur
Gangguan mobilitas sendi, motor fungtion, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan
dengan arthroplasty sendi
Gangguan mobilitas sendi, motor fungtion, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan
dengan bedah tulang / jaringan lunak.
Gangguan mobilitas sendi, motor fungtion, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan
dengan amputasi
II.
Diagnosa Neuromusculer
Pencegahan dini / pengurangan resiko terhadap kehilangan balance dan jatuh.
Gangguan Perkembangan Neuromotor
328 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Non
Progresif Disorder CNS conginetal atau pada bayi dan masa anak.
Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Non
Progresif Disorder CNS pada usia dewasa
Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan
Progresif Disorder CNS.
Gangguan Periferal nerve integrity dan motor function yang berkaitan dengan
Periferal Nerve Injury.
Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Acut
atau Chronic Polyneuropathies.
Gangguan motor function dan Periferal nerve integration yang berkaitan dengan
Non Progresif Disorder Spinal Cord
Gangguan kesadaran, ROM, Motor Control yang berkaitan dengan Coma, Near
coma, atau status vegetative.
329 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
330 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
Perencanaan fisioterapi ialah rumusan antisipasi kondisi pasien jangka pendek,
menengah dan panjang yang bisa dicapai melalui serangkaian tindakan
fisioterapi, serta rumusan rangkaian tindakan fisioterapi yang diperlukan untuk
pencapaian tersebut.
Perencanaan mencakup antisipasi tujuan, harapan dan rencana tindakan,
berkaitan dengan impairmen, keterbatasan fungsi dan disabilitas sesuai yang
didapat pada pemeriksaan, harapan keberhasilan dinyatakan dengan terminologi
fungsional.
II.
TUJUAN
Tersedianya pedoman bagi Fisioterapis dalam menjalankan asuhan profesional
merumuskan perencanaan fisioterapi pada pasien / klien yang ditanganinya.
III. KEBIJAKAN
Standar ini berlaku di lingkungan Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk dan wajib
diikuti oleh Fisioterapis, pasien / klien, petugas pelayanan fisioterapi dan petugas
lain.
331 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV. PROSEDUR
Perencanaan disusun berdasarkan kebutuhan pasien untuk mengatasi diagnosa
fisioterapi dengan;
4.1
4.1.2
Merumuskan
tujuan
antisipatif
dan
harapan
keberhasilan
4.1.4
4.1.5
4.1.6
4.1.7
4.2
4.2.2
4.2.3
Rencana tindakan
4.2.4
keluarga
pasien,
mempertimbangkan
budaya,
332 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.2.5
Edukatif
4.2.6
memperhatikan
prinsip
belajar
mengajar
V.
4.2.7
Evaluasi
4.2.8
4.2.7.2
4.2.7.3
4.2.7.4
DOKUMEN TERKAIT
VI. LAMPIRAN
VII. DAFTAR DISTRIBUSI
7.1
7.2
7.3
Direksi
Manajer Klinik
Kepala Bagian Keterapian Fisik
333 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
serta
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manager Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
Intervensi fisioterapi ialah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud memenuhi kebutuhan pasien secara maksimal yang mencakup
aspek peningkatan, pemeliharaan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan
dengan
mengikut sertakan pasien dan keluarganya.mencakup penanganan
manual; peningkatan gerak; peralatan fisis; peralatan elektroterapeutis dan
peralatan mekanis; pelatihan fungsional; penentuan bantuan dan peralatan
bantuan; dokumentasi dan koordinasi, komunikasi
II.
TUJUAN
Tersedianya pedoman bagi fisioterapi dalam menjalankan asuhan profesional
merumuskan perencanaan fisioterapi pada pasien / klien yang ditanganinya.
III. KEBIJAKAN
Standar ini berlaku dilingkungan, dan wajib diikuti oleh Fisioterapis,
pasien/klien, petugas pelayanan fisioterapi, petugas lain.
IV. PROSEDUR
Intervensi setiap kunjungan / pertemuan, dengan mencermati respon dan
perkembangan kondisi pasien / klien perlu implementasi dan modifikasi dari
perencanaan. Intervensi oleh Fisioterapis dan atau dilaksanakan oleh asisten
harus dibawah direksi/pengarahan dan supervise otentikasi (pengesahan)
dokumen oleh fisioterpi berijin, memuat unsure-unsur:
Kriteria :
4.1
334 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
V.
DOKUMEN TERKAIT
VI. LAMPIRAN
VII. DAFTAR DISTRIBUSI
7.1
7.2
7.3
Direksi
Manajer Klinik
Kepala Bagian Keterapian Fisik
335 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
Dokumentasi ialah semua hal yang termasuk dalam catatan pasien/klien seperti
laporan konsultasi, laporan asesmen awal, catatan perkembangan, catatan alur
pelayanan, re-asesmen dan kesimpulan pelayanan.
Autentikasi ialah proses untuk verivikasi bahwa semua data yang tercatat adalah
lengkap, akurat dan final. Ditandai dengan tanda tangan asli, atau tanda tangan
computer dengan system pengamanan elektronika.
II.
TUJUAN
Tersedianya pedoman bagi Fisioterapis dalam menjalankan asuhan professional
merumuskan dokumentasi fisioterapi pada pasien/klien, petugas pelayanan
fisioterapi, petugas lain
III. KEBIJAKAN
Standar ini berlaku di lingkungan Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta dan
wajib diikuti oleh Fisioterapis, pasien/klien, petugas pelayanan fisioterapi dan
petugas lain.
IV. PROSEDUR
Semua pendokumentasian harus sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
4.1
4.2
Asal rujukan.
4.3
4.4
4.5
336 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.6
4.7
4.6.2
Range of motion
4.6.3
4.6.4
4.6.5
4.6.6
4.6.7
Kriteria :
4.7.1
4.7.2
4.7.3
4.7.4
4.7.5
4.7.6
4.7.7
V.
4.7.8
4.7.9
DOKUMEN TERKAIT
VI. LAMPIRAN
Direksi
6.2
Manajer Klinik
6.3
337 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Hal 3 dari 3
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
DR. PENGIRIM
Form rujukan FT
Rujukan balik
FISIOTERAPIS
ADMINISTRASI
INPUT PEMBAYARAN
338 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Disahkan oleh:
Direksi
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Dibuat
oleh:
Fisioterapi
Medis
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
I.
Kepala
Disahkan oleh:
Direksi
PENGERTIAN
Konsultasi pasien Rawat Inap bagian Fisioterapi adalah alur pasien rawat inap
yang memerlukan pelayanan bagian Fisioterapi
II.
TUJUAN
2.1
2.2
III. PROSEDUR
3.1
3.2
Perawat
ruangan menginformasikan
adanya
pasien
baru
kepada
Fisioterapi.
3.3
3.4
3.5
3.6
339 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
bagian
V.
LAMPIRAN
5.1
Direksi
6.2
6.3
340 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Dibuat
oleh:
Fisioterapi
Medis
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
Kepala
Disahkan oleh:
Direksi
DOKTER PENGIRIM
R
u
j
u
k
a
Fisioterapis
n
Program
E
V
R
A
U
L
J
U
U
A
K
S
A
TERAPIS
N
Pelaksanaan
S
L
I
P
ADMINISTRASI
Input Pembayaran
341 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
bagian
.
LOGO
Hal 5 dari 5
Departemen : Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
Tanpa Rujukan
Ada Form
Rujukan ?
Luar RSPIK
Tidak
Ya
Dokter Rehabilitasi
Program
Terapis
Konsultasi
Terapis
Assesment
Tidak
Sesuai
Kewenangan ?
Ya
Terapis
Penatalaksanaan
Terapis
Evaluasi & Kontrol Ke Dokter
342 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Disahkan oleh:
Direksi
.
LOGO
Hal 5 dari 5
Departemen : Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
Disahkan oleh:
Direksi
PASIEN
RAWAT JALAN
Poliklinik RSPIK
Luar RSPIK
Tanpa Rujukan
Ada Form
Rujukan ?
Tidak
Ya
DR. REHABILITASI
Program
TERAPIS
Assesment
Ya
TERAPIS
Penatalaksanaan
Sesuai
Kewenangan ?
Tidak
TERAPIS
Konsul Ke Dokter
TERAPIS
Evaluasi &
Kontrol Ke Dokter
343 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Dibuat
oleh:
Fisioterapi
Medis
Disetujui Oleh:
Manager Klinik
Kepala
Disahkan oleh:
Direksi
I.
PENGERTIAN
Konsultasi pasien Rawat Jalan bagian Fisioterapi adalah alur masuk dan keluar
pasien yang memerlukan pelayanan bagian Fisioterapi.
II.
TUJUAN
2.1 Memberikan pelayanan yang baik bagi pasien rawat jalan yang
membutuhkan pelayanan bagian Fisioterapi.
2.2
III. KEBIJAKAN
3.1 Standar prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman atau panduan bagi
terapis dalam menyelenggarakan pelayanan fisioterapi pada pasien, dan
mengingat pedoman atau panduan ini disusun untuk satu penyakit secara
umum maka pedoman atau panduan ini tidak dimaksudkan untuk
menggantikan pertimbangan klinis dari terapis dalam penatalaksanaan
pasien.
3.2 Setiap program terapi, pelaksanaan program terapi dan perkembangannya
harus didokumentasikan secara lengkap oleh terapis dalam berkas rekam
medis pasien
IV. PROSEDUR
4.1 Pasien datang ke ruang terapi sesuai perjanjian atau urutan.
4.2 Rawat jalan RSPIK
4.2.1 Dengan surat rujukan
4.2.1.1 Petugas administrasi poliklinik atau dari UGD
mendaftarkan pasien rujukan ke Fisioterapi
4.2.1.2 Petugas administrasi Fisioterapi menerima pasien,
membuat create visite kemudian mengatur urutan pasien
masuk ke ruangan konsultasi.
344 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
bagian
4.2.2
4.2.3
345 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.2.4
346 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
V.
UNIT TERKAIT
Tidak ada
VI. LAMPIRAN
Bagan alur pasien rawat jalan
VII. DAFTAR DISTRIBUSI
7.1 Direksi
7.2
7.3
7.4
347 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Dibuat oleh :
Kepala Bagian Fisioterapi
Disetujui Oleh:
Disahkan oleh:
Manajer Klinik
Direksi
I.
PENGERTIAN
Prosedur mulai kerja adalah suatu kegiatan persiapan staff administrasi dalam ruang
kerja yang disesuaikan dengan perencanaan dan kapasitas pekerjaan yang meliputi
proses pemeriksanaan dan persiapan alat kerja, persiapan kertas cetakan, kebersihan
dan kerapihan ruang kerja, pemisahanan dan pemeriksaan file keuangan pasien.
II.
TUJUAN
Prosedur ini menetapkan petunjuk pelaksanaan bagi staf Administrasi Fisioterapi
dalam mempersiapkan ruang kerja sehingga dapat memberikan pelayanan yang
cepat, ramah, dan akurat kepada pasien dan keluarganya.
III. PROSEDUR
3.1 Staf Administrasi mengambil kunci ruang kerja dan uang modal kerja, slip
setoran bank diruang pusat Administrasi lantai 1.
3.2 Baca informasi terbaru.
3.3 Minta Uang Modal kerja ke Kasir Umum, jumlah uang modal sesuai yang
ditentukan.
3.4 Buka ruang kerja, pastikan bahwa ruang kerja terkunci sebelum dibuka.
3.5 Rapihkan tata ruang kerja, periksa kebersihan ruangan kerja.
3.6 Minta pihak Cleaning Service untuk membantu membersihkan ruang kerja.
3.7 Hidupkan komputer, printer, periksa keadaannya, pastikan bahwa kertas
untuk mencetak cukup, penuhi bila tidak.
3.8 Apakah semua kelengkapan kerja, alat cetakan, alat tulis, kertas, brochure
sudah terpenuhi ?
3.9 Jika TIDAK Catat semua kekurangan agar dapat dilengkapi.
3.10 Jika YA : lanjutkan
3.11 Periksa Transaksi di mesin kartu kredit, lakukan Settlement bila masih ada
transaksi
3.12 yang tertinggal lakukan Settlement dan berikan kepada Kasir Umum.
3.13 Konfirmasi dengan ruang perawatan untuk mengetahui jumlah pasien yang
rencana pulang pada hari tersebut dan juga biaya-biaya pasien yang belum
dilakukan pencatatan.
3.14 Selesai
348 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LAMPIRAN
349 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
SPO-KL-FIS-45
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
Disahkan oleh:
Direksi
I.
PENGERTIAN
Prosedur Akhir Kerja adalah suatu kegiatan persiapan staf administrasi untuk
penutupan ruang kerja yang meliputi proses pelaporan hasil kerja, penyetoran
pendapatan, penyetoran file keuangan, pemeriksaan alat kerja, persiapan kertas
cetakan, kebersihan dan kerapihan ruang kerja.
II.
TUJUAN
Prosedur ini menetapkan petunjuk pelaksanaan bagi staf administrasi Fisioterapi
dalam mengakhiri masa kerja sehingga dapat memberikan ketepatan pelaporan dan
penyetoran file keuangan pasien pulang dan pendapatan.
III. KEBIJAKAN
3.1 Standar prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman atau panduan bagi
Fisioterapis dalam menyelenggarakan pelayanan fisioterapi pada pasien,
dan mengingat pedoman atau panduan ini disusun untuk satu penyakit
secara umum maka pedoman atau panduan ini tidak dimaksudkan untuk
menggantikan pertimbangan klinis dari Fisioterapis terapis dalam
penatalaksanaan pasien.
3.2 Setiap program Fisioterapi, pelaksanaan program Fisioterapi dan
perkembangannya harus didokumentasikan secara lengkap oleh
Fisioterapis dalam berkas rekam medis pasien
IV. IV. PROSEDUR
4.1 Staff administrasi mempersiapkan file keuangan pasien yang sudah
menyelesaikan administrasi.
4.2 Cetak Laporan Pendapatan Kasir.
4.3 Sesuaikan pendapatan dengan Laporan Pendapatan, lakukan penghitungan
ulang apabila ada perbedaan, bila tidak dapat menyelesaikan permasalahan
konsultasikan hal tersebut dengan Penyelia, bila ada perbedaan maka
harus ada keterangan yang jelas dan juga dokumen yang lengkap.
4.4 Pisahkan antara uang modal dan pendapatan kasir.
4.5 Cetak Audit Trail dari mesin Kartu Kredit untuk menghindari kesalahan
printing.
4.6 Lakukan Settlement pendapatan kartu kredit.
350 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
4.18
4.19
V.
UNIT TERKAIT
Tidak ada
351 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
.
LOGO
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh:
Manajer Klinik
Disahkan oleh:
Direksi
I.
PENGERTIAN
Orientasi Karyawan Baru Bagian Rehabilitasi Medik adalah suatu periode dalam
masa percobaan karyawan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perusahaan
dimana karyawan baru wajib mengikuti kegiatan pengenalan ( orientasi ).
II.
TUJUAN
Peraturan ini dimaksudkan sebagai pedoman umum dalam pelaksanaan orientasi
bagi karyawan baru di Bagian Rehabilitasi.
III. PROSEDUR
3.1 Pelaksana
3.1.1 Orientasi bagi karyawan baru akan dilaksanakan dalam 2 ( dua )
tahapan, sebagai berikut :
3.1.1.1 Orientasi Umum dilaksanakan oleh Departemen Sumber
Daya Manusia.
3.1.1.2 Orientasi Khusus dilaksanakan oleh Departemen bersama
Bagian Rehabilitasi.
3.1.2 Orientasi Khusus wajib dilikuti oleh karyawan baru sebagaimana
diatur dalam peraturan ini
3.1.3 Materi yang diberikan selama masa Orientasi Khusus akan meliputi:
3.1.3.1 Struktur Organisasi Departemen, Bagian dan Uraian Tugas.
3.1.3.2 Peraturan - Ketentuan Departemen Klinik.
3.1.3.3 Standar Prosedur Operasional.
3.1.3.4 Instruksi Kerja bagian Rehabilitasi.
3.1.3.5 Pengenalan lingkungan kerja.
3.1.3.6 Pengenalan peralatan kerja.
3.1.3.7 Latihan penggunaan peralatan kerja.
3.1.4 Metoda pelaksanaan Orientasi Khusus adalah dengan metoda
belajar aktif
3.1.5 dengan bimbingan petugas yang ditunjuk.
3.1.6 Evaluasi atas pemahaman sehubungan dengan materi yang
dipelajari akan dilakukan oleh Kepala Bagian Rehabilitasi dibantu
oleh Kepala Seksi Terapi Fisik.
3.1.7 Laporan Tertulis mengenai pelaksanaan orientasi Khusus serta
evaluasi Individual saat dilaksanakannya penilaian atas
352 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.2
LAMPIRAN
5.1 Jadwal Orientasi Karyawan Baru.
353 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV.2.
AUDIT DAN TINDAK LANJUT PENERAPAN SPO
1.
Pengertian :
Mengidentifikasi penyimpangan penerapan SPO melalui dokumen pelayanan
pasien/klien, menginterpretasi temuan penyimpangan, dan tindak lanjut
perbaikan SPO.
2.
3.
4.
SPO baru.
Dokumen SPO
Buku / komputer
Alat tulis
Prosedur :
a
Mengintrepretasi temuan.
354 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
5.
Lampiran
6.
Referensi :
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
355 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV.3.
TELAAH DAN TINDAK LANJUT SUMASI PASIEN/KLIEN.
1.
Pengertian :
Merekapitulasi
sumasi
pasien/klien
yang
berkaitan
dengan
3.
4.
Dokumen SPO
Buku / komputer
Alat tulis
Prosedur :
a
356 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Mengintrepretasi temuan.
5.
Lampiran
6.
Referensi :
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
IV.4.
SURVEI DAN ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN/PASIEN/KLIEN.
1.
Pengertian :
Mengadakan survei, analisis kepuasan pelanggan/pasien/klien, dan tindak lanjut
perbaikan pelayanan , sedikitnya 2(dua) kali setahun.
2.
3.
4.
2.2
2.3
2.4
3.2
Kotak saran
3.3
3.4
Dokumen SPO
3.5
Buku / komputer
3.6
Alat tulis
Prosedur :
4.1
4.2
4.3
Mengintrepretasi temuan.
4.4
4.5
5.
Lampiran
6.
Referensi :
WCPT, APTA, KARS, ISO 9000:2001.
358 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV.5.
MEMBIMBING ORIENTASI PEGAWAI BARU.
1.
Pengertian :
Merekapitulasi sumasi pasien/klien, dan menyusun katagori Kesehatan Gerak
Fungsional :
2.
3.
4.
2.2
2.3
2.4
SPO baru.
3.2
Dokumen SPO
3.3
Buku / computer
3.4
Alat tulis
4. Prosedur :
4.1
4.2
4.3
Mengintrepretasi temuan.
4.4
4.5
5.
Lampiran
6.
Referensi :
WCPT, APTA.
359 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV.6.
MEMBIMBING PRAKTIK OBSERVASI MAHASISWA KESEHATAN.
1.
Pengertian :
Merekapitulasi sumasi pasien/klien, dan menyusun katagori Kesehatan Gerak
Fungsional :
2.
3.
4.
2.2
2.3
2.4
SPO baru.
3.2
Dokumen SPO
3.3
Buku / komputer
3.4
Alat tulis
Prosedur :
4.1
4.2
4.3
Mengintrepretasi temuan.
4.4
4.5
5.
Lampiran
6.
Referensi :
WCPT, APTA.
360 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV.7.
MEMBIMBING PRAKTIK MAHASISWA FISIOTERAPI (INSTRUKTUR).
1.
Pengertian :
Merekapitulasi sumasi pasien/klien, dan menyusun katagori Kesehatan Gerak
Fungsional :
2.
3.
4.
2.2
2.3
2.4
SPO baru.
3.2
Dokumen SPO
3.3
Buku / komputer
3.4
Alat tulis
Prosedur :
4.1
4.2
4.3
Mengintrepretasi temuan.
4.4
4.5
5.
Lampiran
6.
Referensi :
WCPT, APTA.
361 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
362 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a