Anda di halaman 1dari 219

ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KERJA

PADA PROSES PEMINTALAN(SPINNING) DI BAGIAN PRODUKSI


PT UNITEX TBK TAHUN 2010
(STUDI KUALITATIF)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :
WIWIN LISTYOWATI
NIM : 106101003362

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Agustus 2010

Wiwin Listyowati

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, September 2010
Wiwin Listyowati, NIM : 106101003362
ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PROSES
PEMINTALAN(SPINNING) DI BAGIAN PRODUKSI PT UNITEX Tbk TAHUN 2010
(STUDI KUALITATIF)

xix + 195 halaman, 38 tabel ,12 gambar, 5 diagram , lampiran.


ABSTRAKSI

PT Unitex Tbk terletak di jalan raya Tajur No.1 Desa Sindang Rasa Kecamatan Ciawi,
Bogor Jawa Barat. PT Unitex Tbk merupakan salah satu Industri tekstil yang terdiri dari empat
bagian yaitu Spinning, Wieving, Dyeing dan Utility. PT Unitex Tbk memproduksi barang
terutama kain jadi untuk kalangan menengah ke atas. Barang hasil produksi yang dihasilkan
berupa benang tenun, kain mentah dan kain jadi.
Bagian spinning menyimpan risiko keselamatan kerja yang besar, hal ini disebabkan lebih
beragamnya proses kerja yang terjadi di bagian spinning. Salah satu proses kerja yang
mempunyai risiko keselamatan kerja terbesar di bagian spinning adalah proses winding, karena
pada proses spinning menggunakan bejana tekan atau heat setter yang bersuhu 150 celcius.
Risiko yang terbesar dalam tahap ini adalah peledakan yang dapat menyebabkan disaster. Di
departemen spinning sendiri, tahap proses kerjanya terdiri dari blowing,carding, pre drawing,
lap former, combing, drawing 1st, 2nd, 3rd, simplex frame, ring spinning dan winding.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko keselamatan kerja pada
proses spinning di bagian produksi PT. Unitex Tbk, Bogor Jawa Barat. Sedangkan tujuan
khususnya adalah untuk mengetahui tahapan pekerjaan proses spinning, risiko keselamatan, dan
faktor tingkat risiko yang terdiri dari konsekuensi, paparan, dan kemungkinan serta tingkat
risiko.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan observasi langsung dan
wawancara dengan supervisor departemen, operator mesin di bagian pemintalan/spinning, P2K3
departemen spnning dan petugas klinik perusahaan(dokter perusahaan) yang ada didalamnya
dengan menggunakan instrumen observasi (kamera digital) dan panduan wawancara. Setelah itu
dilakukan penilaian risiko dengan menggunakan metode analisis semi kuantitatif.

Daftar bacaan : 36 (1982 - 2010)


ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES


DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
Thesis, September 2010
Wiwin Listyowati, NIM : 106101003362
Analysis of the level of occupational safety risk in the spinning process of the production
section PT Unitex Tbk Year 2010
(qualitative studies)
xxiii+ 195 pages, 38 tables, 12 pictures, 5 diagram, attachments

ABSTRACT

PT Unitex Tbk is located in Tajur Street No.1 Sindang Rasa, Ciawi, Bogor West Java. PT Unitex
Tbk is one of the textile companies that consist of four parts, such as spinning, wieving, dyieing
and utility. PT Unitex Tbk produced things especially yarn finished for the middle class. The
produced good is yarn, yarn dyeing and yarn finished.
The spinning department saved a big safety occupational risk, it was caused by more types
of working process have been done in spinning department. One of work process which has a
biggest safety occupational risk in spinning department is winding process, because of winding
process using a pressure vessel or heat setter with temperature more than 1500 Celsius. The
biggest risk in this process is blasting that can cause of disaster. Spinning department itself,
working process such as blowing, carding, pre drawing, lap former, combing, drawing 1st, 2nd,
3rd, simplex frame, ring spinning and winding.
General purpose of this study was to determine the level of safety risk in spinning
department of the production section PT Unitex Tbk Bogor West Java. While the aim particular
is to know the stages of the process of spinning, safety risk and factors comprising the level of
risk consist of consequences, exposure and level of risk.
This research is a qualitative research which doing direct observation and interview with
supervisor department, machine operator in spinning, P2K3 spinning department and company
doctor which inside by observation instrument(digital camera ) and interview guide and then it
was done risk assessment through semi quantitative analyze method.

References: 36 (1982 - 2010)

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul

ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KERJA


PADA PROSES PEMINTALAN (SPINNING) DI BAGIAN PRODUKSI
PT. UNITEX TBK TAHUN 2010
(STUDI KUALITATIF)

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi


Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 28 September 2010

Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM


Pembimbing Skripsi I

Drs.M.Farid Hamzens.M.si
Pembimbing Skripsi II

iv

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 28 September 2010

Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM


Ketua

Drs.M.Farid Hamzens.M.si
Anggota I

(Rulyenzi Rasyid.MKKK)
Anggota II

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Di dalam Daftar Riwayat Hidup ini menerangkan bahwa :


Nama

: Wiwin Listyowati

No. KTP

: 32.77.02.2008/03763/02013288

Tempat/Tgl. Lahir

: Lampung, 25 Agustus 1987

Umur

: 23 Tahun

Agama

: Islam

Status Pernikahan

: Belum Menikah

Status Kewarganegaraan

: WNI

Alamat

: Jl. Mangga No. 68 Komplek Taman Serua, Kecamatan


Sawangan, Kabupaten Depok, Jawa Barat

No.Telp

: 081386050638/081906078957

Email/blog

: wiwinlistio@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL
No

Lembaga

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan

2
3

Jurusan

SMAN 1 Lampung
MTS Darul Huda. Lampung
MI Darul Huda. Lampung

K3 (Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja) Kesehatan
Masyarakat
-

Tahun

2006 - Sekarang
Lulus tahun 2006
Lulus tahun 2003
Lulus tahun 2000

SERTIFIKASI DAN SEMINAR


No
1
2
2
3
4

Lembaga
Survey Kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten Tangerang
tahun 2009
Training Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 ; 2004
Training Sistem Manajemen K3 OSHA 18001 ; 2007
Debat Refleksi Kesehatan Masyarakat Indonesia
Seminar Kesehatan Pencegahan Dini terhadap
vi

Tahun
2009
2008
2008
2008
2008

Osteoporosis
Seminar Populer Move Your Body, Your Hearts Healthy
Training Jurnalistik Televisi Mempersiapkan Jurnalis
Handal dan Professional Menuju Era Informasi Global
Sarasehan Mahasiswa Lintas Agama dan Peringatan Hari
Perempuan Internasional Kerukunan Umat Beragama
Menuju NKRI dan Kekerasan Terhadap Perempuan,
Kesehatan Reproduksi, dan Trafficking Dalam Prespektif
Gender
Menjawab Tantangan Masa Depan Melalui Upaya
Peningkatan Derajat Kesehatan
Seminar Kesehatan Tahukah Anda Kolesterol dan
Resikonya?

5
6

8
9

2008
2008

2007

2007
2006

ORGANISASI
No
1
2
5
6
3
4
7
8
9
10
11
12

Lembaga

Tahun

Ketua Organisasi Seni dan Olah Raga(OSERA)


MTS Darul Huda. Lampung
Ketua OSIS MTS Darul Huda. Lampung
Ketua PMR SMAN I Lampung
Angota Seni Tari Daerah SMAN I Lampung
Ketua OSIS SMAN I Lampung
Ketua KIR(Karya Ilmiah Remaja) SMAN I
Lampung
PASKIBRAKA SMAN I Lampung
Anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
Indonesia Pergerakan Anggota Muda IAKMI
Dewan Perwakilan Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat
Panitia Penyelenggara Kegiatan Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL) I dan II DI Kecamatan
Curug Kabupaten Tangerang
Panitia Penyelenggara Seminar Pengembangan
Profesi Kesmas Pro Kontra PLTN di Indonesia
Anggota Paduan Suara Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

vii

2000 2001
2002 2003
2003 2004
2003 2004
2004 2005
2004 2006
2004
2008
2008 2009
2008 2009
2009
2008 sekarang

LEMBAR PERSEMBAHAN

Di langit
Sore makin menua
Cahayanya terus melinsir
Menyisakan lembayung pucat di ujung hari
Senja meluruh dalam bisu
Dan pertempuran kehidupan
Baru saja akan di mulai
Bersama doa - doa yang berpendar
Dari mentari yang bersinar esok pagi
Dedicated to Ayah dan Ibu, kedua kakak dan ketiga adik ku,Mas Alif,
Guru-guru ku serta sahabat dekat dan semua yang telah mendukung
dalam menempuh studi

viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji bagi Allah SWT yang menciptkan dunia dan seisinya dengan beraneka
ragam, dan menjadikan perbedaan sebagai rahmat-NYA, syukur tak pernah henti penulis
ucapkan atas ridho-NYA akhirnya laporan magang yang berjudul ANALISIS TINGKAT
RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PROSES PEMINTALAN (SPINNING) DI
BAGIAN PRODUKSI PT. UNITEX TBK TAHUN 2010 (STUDI KUALITATIF) telah
penulis selesaikan, shalawat beserta salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Rasulallah
SAW yang membawa umatnya dari jaman gelap gulita ke jaman terang benderang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan,
petunjuk dan motivasi dari banyak orang, dan tanpa bantuannya penulis belum tentu bisa
menyelesaikannya.
Dengan kerendahan hati penulis memberikan rasa hormat dan ucapan terimakasih
sebanyak - banyaknya kepada:
1. Kedua orang tua penulis tercinta, Ayah juara satu seluruh dunia Bapak Suyitno Sumarjo
dan Dewi Sri ku, Bunda Sriatin yang selalu memberikan motivasi dan inventarisasi baik
moril maupun materil dari lahir sampai sekarang, selalu mebimbing penulis untuk tetap
kuat dan tegar dimanapun dan kapanpun. Kakak-kakakku tersayang Marheni Widiasih
dan Darsono.MS, Tutut Marheni Famularsih S.Pd dan Wawan Setiawan.SIP. Adikadikku tercinta, pembangkit semangat dan perjuangan ku Laily Ramadhani, Syaira Afifah
Salsabilla, El-Zerrina Ayla Varda dan si Bontot Jagoan ku Arya Pramodya al-Ghifari
yang selalu membuat hari- hari ceria tetap semangat. Perjuangan Kakak untuk kalian
adik-adikku.
2. Orang tua kedua ku,Dosen pribadi ku, Ir. Suwadi Darmatyas Adipranoto dan Siti
Masykuriyah S.ag yang telah memberikan dorongan baik moril dan materil bagi penulis.
Serta keponakan ku yang lucu Elmerelllia balqis safira maharsiwi dan Irvan Haq

ix

Zwagery ananta kusuma yang selalu meramaikan suasana dan penghilang duka. Zaaffar
Shodieq dan Dini Akmalia. Thankz full untuk suportnya.
3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM, yang selalu banyak memberikan masukan
dan saran, serta meluangkan waktunya dalam membimbing penulis dengan sabar.
6. Ibu Iting shofwati ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan K3 FKIK Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Dr.Arif Sumantri yang selalu member motivasi dan nasehat serta masukan bagi
penulis.
8. Bapak Ir. Sukoco. Selaku Manager HRD PT Unitex Tbk. Yang selalu meluangkan waktu
untuk membimbing penulis.
9. Ibu Dra.R.Dedeh Hasanah yang dengan sabar membantu dan membimbing bahkan
tempat curhat penulis dalam melaksanakan kegiatan magang di PT Unitex Tbk. Hatur
Nuhun Bu.
10. Bapak-Bapak kepala bagian yang rela meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
dalam melaksanakan magang.
11. Temen sekamar ku Risma Duma Siregar yang selalu tersnyum setiap saaat. Thankz untuk
supportnya

sister,

semoga

rencana

10/10/2010

mu

tercapai.

Yuni,yunci.alin,keke,bugen,yosi dan semua temen-temen dekat ku. Thankz berat.


12. Teman-teman kelas K3 yang tidak bisa di sebutkan satu-satu. I Love U all. keluarga besar
KOMFAKES, PASIFIK dan Pelatih.

13. Mas Alif yang selalu mensupport dan menemani penulis dalam susah dan senang,
terakhir selalu terurai doa yang tulus untuk Alm.Yardiyansyah Kusuma semoga Allah
memberikan tempat yang indah di Surga. Miss u always... ever and forever.
Terakhir dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga semua amal kebaikan
semua pihak dibalas oleh Allah SWT amin. dan semoga laporan magang ini dapat menambah
khazanah pengetahuan penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Jakarta, 28 September 2010

Penulis

xi

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Perumusan masalah........................................................................... 6
1.3 Pertanyaan penelitian ........................................................................ 6
1.4 Tujuan penelitian ............................................................................. 7
1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................... 7
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 7
1.5

Manfaat ......................................................................................... 8

1.5.1 Bagi peneliti................................................................................... 8


1.5.2 Bagi prodi kesmas .......................................................................... 8
1.5.3 Bagi perusahaan ............................................................................. 9
1.6

Ruang Lingkup penelitian .............................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1

Analisis Risiko ............................................................................. 11

2.2

manajemen risiko .......................................................................... 12

2.3

Proses manajemen risiko Risiko ................................................... 16

2.4

Pemintalan(spinning) ................................................................... 31

xii

BAB III KERANGKA BERFIKIR DAN DEFINISI ISTILAH


3. 1 Kerangka berfikir ............................................................................ 39
3.2. Definisi istilah ................................................................................ 41
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian ............................................................................ 46
4.2 Lokasi dan waktu penelitian ............................................................. 46
4.3 Informan .......................................................................................... 46
4.4 Instrumen penelitian......................................................................... 47
4.5 Teknik pengumpulan data ................................................................ 47
4.6 Pengolahan data .............................................................................. 51
4.7 Teknik analisis data.......................................................................... 52
4.8 Validitas data ................................................................................... 52

BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum Perusahaan .......................................................... 53
5.2 Gambaran tahapan pekerjaan proses pemintalan (spinning) di bagian
produksi PT Unitex Tbk ................................................................... 62
5.3 Identifikasi risiko pada setiap tahapan proses kerja pemintalan (spinning)
di bagian produksi PT Unitex Tbk..................................................... 64
5.4 Analisis risiko pada setiap tahapan pekerjaan proses pemintalan
(spinning) di bagian produksi PT Unitex Tbk ................................... 96
5.5 Evaluasi risiko pada setiap tahapan pekerjaan proses pemintalan
(spinning) di bagian produksi PT Unitex Tbk ..................................129

xiii

BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian ...................................................................144
6.2 Pembahasan Hasil Identifikasi Risiko Pada Setiap Tahapan Pekerjaan
Proses Pemintalan/ Spinning di Departemen Spinning Bagian Produksi PT Unitex
Tbk .................................................................................................144
6.3 Pembahasan Hasil Analisis Risiko Pada Setiap Tahapan Pekerjaan Proses
Pemintalan/ Spinning di Departemen Spinning Bagian Produksi PT Unitex Tbk
.......................................................................................................145

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN


7.1 Simpulan ..........................................................................................187
7.2 Saran ................................................................................................188

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Halaman

2.1 Tingkat Konsekuensi Metode Analisis Semi Kuantitatif................... 23


2.1 Tingkat Paparan Metode Analisis Semi Kuantitatif .......................... 25
2.3 Tingkat Kemungkinan Metode Analisis Semi Kuantitatif................. 26
2.4 Tingkat Risiko Metode Analisis Semi Kuantitatif............................. 27
2.5 Perbandingan Metode Analisis Risiko .............................................. 28
3.1 Tingkat Konsekuensi Metode Analisis Semi Kuantitatif................... 42
3.2 Tingkat Paparan Metode Analisis Semi Kuantitatif .......................... 43
3.3 Tingkat Kemungkinan Metode Analisis Semi Kuantitatif................. 44
3.4 Tingkat Risiko Metode Analisis Semi Kuantitatif............................. 45
4.1 Tabel Pengumpulan Data Primer ...................................................... 48
5.1 Jumlah Sumber Daya Manusia Di PT Unitex Tbk. .......................... 56
5.2 Hasil identifikasi risiko pada tahap blowing di departemen spinning PT
Unitex Tbk tahun 2010...................................................................... 68
5.3 Hasil identifikasi risiko pada tahap carding di departemen spinning PT
Unitex Tbk tahun 2010...................................................................... 71
5.4 Hasil identifikasi risiko pada tahap pre drawing di departemen spinning
PT Unitex Tbk tahun 2010 ............................................................... 74
5.5 Hasil identifikasi risiko pada tahap Lap former di departemen spinning
PT Unitex Tbk tahun 2010 .............................................................. 77

5.6 Hasil identifikasi risiko pada tahap Combing di departemen spinning PT


xv

Unitex Tbk tahun 2010...................................................................... 80


5.7 Hasil identifikasi risiko pada tahap drawing 1st, 2nd, 3rd di departemen
spinning PT Unitex Tbk tahun 2010 ................................................. 83
5.8 Hasil identifikasi risiko pada tahap Simplex frame di departemen spinning
PT Unitex Tbk tahun 2010 ................................................................ 87
5.9 Hasil identifikasi risiko pada tahap ring spinning di departemen
spinning PT Unitex Tbk tahun 2010................................................ 90
5.10 Hasil identifikasi risiko pada tahap winding di departemen spinning PT
Unitex Tbk tahun 2010.................................................................... 94
5.11 Hasil analisis risiko pada tahap blowing di departemen spinning PT
Unitex Tbk Tahun 2010 .................................................................. 99
5.12 Hasil analisis risiko pada tahap Carding di departemen spinning PT
Unitex Tbk Tahun 2010 .................................................................102
5.13 Hasil analisis risiko pada tahap pre drawing di departemen spinning PT
Unitex Tbk Tahun 2010 ................................................................105
5.14 Hasil analisis risiko pada tahap lap former di departemen spinning PT
Unitex Tbk Tahun 2010 ................................................................109
5.15 Hasil analisis risiko pada tahap combing di departemen spinning PT
Unitex Tbk Tahun 2010 ................................................................111
5.16 Hasil analisis risiko pada tahap Drawing 1st, 2nd, 3rd di departemen
spinning PT Unitex Tbk Tahun 2010.............................................114
5.17 Hasil analisis risiko pada tahap Simplex frame departemen spinning PT
Unitex Tbk Tahun 2010 ................................................................119
5.18 Hasil analisis risiko pada tahap Ring spinning departemen spinning PT

xvi

Unitex Tbk Tahun 2010 .................................................................124


5.19 Hasil analisis risiko pada tahap Winding departemen spinning PT
Unitex Tbk Tahun 2010 .................................................................128
5.20 Hasil Evaluasi Risiko Tahap Blowing Pada Proses Spinning di Bagian
Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010 ............................................130
5.21 Hasil Evaluasi Risiko Tahap Carding Pada Proses Spinning di Bagian
Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010 ............................................132
5.22 Hasil Evaluasi Risiko Tahap pre drawing Pada Proses Spinning di
Bagian Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010 .................................133
5.23 Hasil Evaluasi Risiko Tahap lap former Pada Proses Spinning di Bagian
Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010 ............................................135
5.24 Hasil Evaluasi Risiko Tahap Combing Pada Proses Spinning di Bagian
Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010 ............................................136
5,25 Hasil Evaluasi Risiko Tahap Drawing 1st, 2nd, 3rd Pada Proses Spinning
di Bagian Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010 ............................138
5.26 Hasil Evaluasi Risiko Tahap simplex frame Pada Proses Spinning di
Bagian Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010 ................................139
5.27 Hasil Evaluasi Risiko Tahap Ring Spinning Pada Proses Spinning di
Bagian Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010 .................................141
5.28 Hasil Evaluasi Risiko Tahap Winding Pada Proses Spinning di Bagian
Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010 .............................................143

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Halaman

2.1 Tahapan Manajemen Risiko Menurut AS / NZS 4360 : 1999............. 13


2.2 Rincian tahapan manajemen risiko menurut AS / NZS 4360 : 2004 ... 15
3.1 Kerangka Berfikir ............................................................................ 40
5.1 Mesin Blowing ................................................................................ 67
5.2 Mesin Carding ................................................................................ 70
5.3 mesin pre drawing ........................................................................... 73
5.4 Mesin Lap former ............................................................................ 76
5.5 Mesin Combing................................................................................ 79
5.6 Mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd .............................................................. 83
5.7 Mesin simplex frame ........................................................................ 86
5.8 Mesin ring spinning ......................................................................... 89
5.9 Mesin Winding................................................................................. 94

xviii

DAFTAR DIAGRAM

Nomor Diagram

Halaman

5.1 Struktur Organisasi PT. Unitex. Tbk ................................................ 55


5.2 Struktur organisasi bagian spinning.................................................. 57
5.3 Struktur organisasi bagian Wieving g................................................ 57
5.4 Struktur organisasi departemen Dyeing ........................................... 58
5.5 Alur Proses produksi bagian pemintalan/spinning ........................... 63

xix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Keselamatan kerja merupakan faktor yang sangat diperhatikan dalam dunia

industri modern terutama bagi mereka yang berstandar internasional. Berdasarkan


penelitian Calvin dan Joseph (2006) dinyatakan bahwa sistem kerja di industri garmen
mempunyai risiko keselamatan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja,
meliputi kecelakaan pada jari tangan (terjepit), terbakar, peledakan, dan lainnya.
Menurut Cross (1998), risiko adalah kemungkinan suatu kejadian yang akan
menimbulkan dampak pada suatu objek. Risiko merupakan suatu ukuran yang meliputi
kemungkinan suatu kejadian dan akibat yang terjadi.
ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaankecelakaan dan penyakit- penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun
atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP). Tingkat kecelakaankecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negaranegara industri. Di negara-negara berkembang, kebanyakan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja terjadi di bidang-bidang pertanian, perikanan dan perkayuan, pertambangan
dan konstruksi.( ILO, 2004).
Sektor tekstil Eropa dan Amerika merupakan produsen terbesar yang memenuhi
pangsa pasar dunia, dimana omset yang diperoleh lebih dari EUR 200 miliar. Sektor

tekstil dan pakaian di Eropa dan Amerika berubah sebagai hasil dari pengembangan
teknologi dan kondisi ekonomi, dengan restrukturisasi usaha, modernisasi serta
beradaptasi dengan perubahan teknologi. Ada kecenderungan bergerak pada produksi
massal produk sederhana menuju produk yang lebih luas. Berbagai produk yang
dihasilkan bernilai tambah yang tinggi. Teknis dan industri khususnya produk subsektor
adalah wilayah di mana produsen Eropa mampu memimpin pangsa pasar dunia.
Perkembangan ini juga berdampak pada kerja di sektor ini, dengan perubahan model
kerja (misalnya subkontrak), dan sebagai hasil dari teknik yang terlibat, dilakukan
penilaian tentang bahaya dan risiko yang mungkin terjadi pada pekerja yang terkena
paparan bahan baku untuk mencegah terjadinya kecelakaan.(OSHA Team.europa, 2007)
Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan Badan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Eropa tentang Keselamatan dan kesehatan kerja di sektor tekstil, mencakup semua
bahaya dan risiko di seluruh bagian sektor tekstil, tetapi menyoroti beberapa isu kunci
yang terjadi pada pekerja dan bagaimana keselamatan dan kesehatan pekerja dapat
dikelola. Untuk itu dilakukan pendekatan untuk pencegahan yaitu dengan penilaian
risiko yang diikuti dengan langkah-langkah pencegahan berdasarkan prinsip-prinsip
umum pencegahan, diantaranya mengidentifikasi bahaya dan mereka yang beresiko,
mengevaluasi dan memprioritaskan risiko, mengambil tindakan, monitoring dan
meninjau. (OSHA Team.europa, 2007)
Di Asia, khususnya Asia Selatan pernah terjadi kecelakaan di industry tekstil dan
garmen. Kejadian kecelakaan di perusahaan textil atau garmen terjadi di Bangladesh
yaitu kebakaran pabrik pada tanggal 24 Februari 2006 yang menyebabkan 51 pekerja
tewas dan ratusan lainnya mengalami cedera serius. Kejadian tersebut diakibatkan oleh

buruknya standar keamanan yang menyebabkan sering terjadi kecelakaan di pabrikpabrik garmen (Deutsche, 2009).
Di Indonesia Kejadian kebakaran di pabrik garmen juga banyak terjadi, seperti
contoh kejadian kebakaran di gudang kapas pabrik garmen PT. Bintara Bandung pada
tanggal 2 September 2008. Kebakaran ini menyebabkan satu orang terluka, pemicu
kebakaran disebabkan oleh ledakan tabung gas yang terdapat pada gudang tersebut
(Ramdani,Tempo, 2009).
Di Jawa Barat, kejadian kecelakaan di pabrik tekstil juga beberapa kali terjadi,
pertama yaitu pada tanggal 11 februari 2009, Pabrik tekstil PT Politek di kawasan
Batujajar, Bandung, Jawa Barat hangus terbakar.( Santoso, Liputan6, 2009). Kedua,
terbakarnya gudang penyimpanan benang ekspor yang letaknya persis disebelah gedung
spinning milik sebuah pabrik tekstil di Sumedang, Jawa Barat pada 12 februari 2010,
hingga menimbulkan ledakan.( Anita, MetroTVNews, 2010). Terakhir pada 6 April
2010 kecelakaan kerja terjadi di Pabrik tekstil PT Ever Fhinetex di Cibinong, Bogor,
Jawa Barat hingga terjadi peledakan yang menyebabkan delapan karyawan terluka,
selain itu ledakan itu merusak bangunan di sekitar pabrik.( Santoso, Liputan6, 2010)
Upaya pencegahan kecelakaan akibat kerja dapat direncanakan,dilakukan dan
dipantau dengan melakukan studi karakteristik tentang kecelakaan agar upaya
pencegahan dan penananggulanganya dapat dipilih melalui pendekatan yang paling
tepat. Analisa tentang kecelakaan dan resikonya dilakukan atas dasar pengenalan atau
identifikasi bahaya di lingkungan kerja dan pengukuran bahaya di tempat kerja. Secara
garis besar ada empat faktor utama yang mempengaruhi kecelakaan yaitu faktor
manusia, alat atau mesin, material dan lingkungan.(Sumamur, 1985)

Proses identifikasi bahaya merupakan salah satu bagian dari manajemen resiko.
Penilaiaan resiko merupakan proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap
tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Proses idenfikasi bahaya bisa
dimulai berdasarkan kelompok, seperti: kegiatan, lokasi, aturan-aturan, dan fungsi atau
proses produksi. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan guna mengidentifikasi bahaya
di lingkungan kerja, misalnya melalui inspeksi, informasi mengenai data kecelakaan
kerja, penyakit dan absensi, laporan dari tim K3, P2K3, supervisor dan keluhan pekerja,
pengetahuan tentang industri, lembar data keselamatan bahan dan lain-lain.(Depnaker,
1991)
PT Unitex Tbk merupakan perusahaan besar pengekspor tektil yang telah
disertifikasi oleh ISO 9001:2000, sehingga di akui di pasar internasional dan
memberikan jaminan bahwa produk yang di keluarkan telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan. PT Unitex Tbk dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu bagian Produksi yang
terdiri dari spinning, wieving dan dyeing serta bagian non produksi yaitu utility. (Annual
report PT Unitex Tbk.2008)
Disamping itu, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir laporan P2K3 mencatat
kejadian kecelakaan di departemen spinning yang diketahui dari tahun 2007 jumlah
kejadian kecelakaan mulai dari departemen spinning berjumlah 2 kasus, wieving 2 kasus
dan dyeing 4 kasus. Tahun berikutnya, yaitu tahun 2008 jumlah kejadian kecelakaan
mulai dari departemen spinning berjumlah 1 kasus, wieving 4 kasus dan dyeing 2 kasus.
Terakhir tahun 2009, jumlah kejadian kecelakaan yang tercatat mulai dari departemen
spinning berjumlah 2 kasus, wieving 4 kasus dan dyeing tidak terdapat kasus kecelakaan
atau 0 (Nol) kasus. Secara rinci terdapat dalam table sebagai berikut:

Table 1.1 Data kejadian kecelakaan PT Unitex Tbk tahun 2007 s/d 2009

*sumber: lap P2K3 PT Unitex Tbk.2009


Dari penjelasan di atas, riwayat kejadian kecelakaan di bagian produksi PT
Unitex Tbk menunjukkan fluktuasi jumlah kecelakaan kerja. Dari keempat department
tersebut, departemen spinning adalah satu-satunya department yang mengalami
peningkatan pada tahun terakhir. Meskipun wieving tercatat mengalami kasus
kecelakaan lebih besar dari spinning namun tidak menjadi prioritas, karena jumlah
pekerja di wieving tiga kali lipat lebih banyak dibanding spinning. Dalam persentase
dapat digambarkan jumlah kasus di wieving 0.85% sedangkan spinning 1.05%. Hal itu
mengindikasikan adanya risiko keselamatan kerja di pemintalan(spinning) lebih besar di
banding wieving. Meskipun PT Unitex Tbk memiliki program K3 yang di sebut KYT
(Kiken Yochi Training) dimana program ini identifikasi bahaya di lakukan setiap
departemen dan terfokus setelah terjadi kecelakaan kerja dalam bentuk pelatihan untuk
melakukan identifikasi bahaya, namun program tersebut belum dapat mewakili aspekaspek dalam melakukan identifikasi bahaya dan melihat beberapa bahaya dari tiap
masing-masing tahapan proses kerja. Untuk itu, diperlukan analisis risiko keselamatan

kerja

untuk

mengetahui

tingkat

risiko

keselamatan

kerja

pada

proses

pemintalan(spinning) di bagian produksi PT Unitex Tbk tahun 2010.


1.2

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penelitian Calvin dan Joseph (2006) dinyatakan bahwa sistem kerja

di industri garmen/tekstil mempunyai risiko keselamatan kerja yang dapat menimbulkan


kecelakaan kerja. Kecelakan tersebut di antaranya kecelakaan pada jari tangan (terjepit),
terbakar, peledakan, dan lainnya.
Meskipun telah menganut prinsip Zero Accident, Berdasarkan laporan
kecelakaan pada jam kerja yang tercatat oleh P2K3 PT Unitex Tbk, periode bulan
Januari 2009 - Desember 2009 tercatat masih terjadi 8 kasus kecelakaan kerja dan 1
kasus kebakaran yang tejadi di ruang Ring Spinning. Dari ketiga department yang ada di
bagian produksi PT Unitex departement spinning adalah department yang mengalami
peningkatan kejadian kecelakaan dari 1 kasus menjadi 2 kasus kecelakaan ditambah
dengan 1 kasus kebakaran di ring spinning.
Spinning merupakan permulaan atau awal dari rangkaian proses produksi,
kecelakaan yang terjadi bisa berdampak pada penurunan produktivitas kerja dan
menyebabkan keterlambatan proses produksi di departemen selanjutnya yaitu wieving
dan dyeing yang akhirnya menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Adanya kasus
kecelakaan kerja tersebut juga menunjukkan perlu adanya perlindungan yang lebih
serius terhadap pekerja. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis risiko keselamatan
kerja dengan terlebih dahulu melihat dan menilai proses kerja, jenis risiko,konsekuensi,
paparan dan kemungkinan sehingga diketahui tingkat risiko keselamatan kerja pada
proses pemintalan(spinning) di bagian produksi PT Unitex Tbk tahun 2010.

1.3

PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimana gambaran struktur organisasi dan tahapan proses kerja di
departemen spinning bagian produksi PT Unitex Tbk tahun 2010?
2. Bagaimana gambaran identifikasi risiko keselamatan kerja (meliputi kejadian
kecelakaan yang pernah terjadi dan yang berpotensi untuk terjadi kecelakaan),
penyebab dan upaya pengendalian yang terdapat pada setiap tahapan
pekerjaan proses pemintalan(spinning) di bagian produksi PT Unitex Tbk
tahun 2010?
3. Bagaimana gambaran konsekuensi (consequence), paparan (exposure),
kemungkinan (likelihood) keselamatan kerja yang terdapat pada setiap
tahapan pekerjaan proses pemintalan(spinning) di bagian produksi PT Unitex
Tbk tahun 2010?
4. Bagaimana gambaran evaluasi risiko keselamatan kerja pada setiap tahapan
pekerjaan proses pemintalan(spinning) di bagian produksi PT Unitex Tbk
tahun 2010?
5. Bagaimana gambaran tingkat risiko keselamatan kerja pada setiap tahapan
pekerjaan proses pemintalan(spinning) di bagian produksi PT Unitex Tbk
tahun 2010?

1.4

TUJUAN PENELITIAN
1.4.1 TUJUAN UMUM
Diketahuinya

tingkat

risiko

keselamatan

kerja

pada

pemintalan(spinning) di bagian produksi PT Unitex Tbk tahun 2010.

proses

1.4.2 TUJUAN KHUSUS


1. Diketahuinya gambaran struktur organisasi dan tahapan proses kerja di
departemen spinning bagian produksi PT Unitex Tbk tahun 2010.
2. Diketahuinya gambaran identifikasi risiko keselamatan kerja (meliputi
kejadian kecelakaan yang pernah terjadi dan yang berpotensi untuk terjadi
kecelakaan), penyebab dan upaya pengendalian yang terdapat pada setiap
tahapan pekerjaan proses pemintalan(spinning) di bagian produksi PT
Unitex Tbk tahun 2010.
3. Diketahuinya gambaran konsekuensi (consequence), paparan (exposure),
kemungkinan (likelihood) keselamatan kerja yang terdapat pada setiap
tahapan pekerjaan proses pemintalan(spinning) di bagian produksi PT
Unitex Tbk tahun 2010.
4. Diketahuinya gambaran evaluasi risiko keselamatan kerja pada setiap
tahapan pekerjaan proses pemintalan(spinning) di bagian produksi PT
Unitex Tbk tahun 2010.
5. Diketahuinya gambaran tingkat risiko keselamatan kerja pada setiap
tahapan pekerjaan proses pemintalan(spinning) di bagian produksi PT
Unitex Tbk tahun 2010.
1.5

MANFAAT PENELITIAN
1.5.1 BAGI PENELITI
Memberikan manfaat bagi peneliti untuk memperdalam pengetahuan
tentang analisis risiko. Terutama mengenai analisis risiko keselamatan kerja pada
tahapan pekerjaan proses spinning di bagian produksi perusahaan tekstil.

1.5.2 BAGI PRODI KESMAS


Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan
bagi civitas akademik Prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Terutama mengenai analisis risiko keselamatan kerja pada setiap tahapan
pekerjaan proses spinning di bagian produksi perusahaan tekstil.

1.5.3 BAGI PERUSAHAAN


Penelitian tentang kaitan analisis risiko dengan tingkat risiko ini dapat
menjadi bahan pertimbangan atas masukan-masukan tentang potensi bahaya
yang terdapat di departemen spinning dan cara pengendalianya.

1.6

RUANG LINGKUP PENELITIAN


Penelitian ini berjudul Analisis risiko keselamatan kerja pada proses spinning

di bagian produksi PT Unitex Tbk Bogor Jawa Barat tahun 2010. Penelitian ini di
lakukan di PT Unitex Tbk Jl Raya Tajur No.1, Bogor Jawa Barat khususnya di
departemen spinning, bagian produksi pada bulan Agustus - September 2010 karena di
department spinning, data kecelakaan menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2008
terjadi 1 kasus kemudian tahun 2009 terjadi 2 kasus kecelakaan di bagian spinning, hal
itu tidak menutup kemungkinan bahwa bagian spinning juga mengandung risiko
keselamatan kerja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan sasaran pekerja
departemen spnning PT Unitex Tbk.
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis semi kuantitatif untuk
mengetahui tingkat konsekuensi, paparan, dan kemungkinan risiko keselamatan pada

10

proses spinning untuk mengetahui tingkat risiko keselamatan kerja berdasarkan


Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan sekunder, data sekunder dengan telaah dokumen
yang ada di P2K3 perusahaan dan data primer dilakukan dengan wawancara kepada
manajemen departemen(manager departemen), supervisor departemen, operator mesin di
bagian

pemintalan/spinning,

P2K3

departemen

spinning

dan

petugas

klinik

perusahaan(dokter perusahaan).
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa semester VIII peminatan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

ANALISIS RISIKO
2.1.1 PENGERTIAN RISIKO
Risiko adalah kemungkinan terjadinya kerugian atau keuntungan. Juga,
suatu takaran dari potensi kerugian yang mempertimbangkan besarnya kerugian
dan kemungkinan terjadinya.(Bird.1996)
Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004, risiko
adalah kemungkinan atau peluang terjadinya sesuatu yang dapat menimbulkan
suatu dampak dari suatu sasaran, risiko diukur berdasarkan adanya kemungkinan
terjadinya suatu kasus atau konsekuensi yang dapat ditimbulkannya. Menurut
Kolluru (1996) ada 5 macam tipe risiko, yaitu :
1. Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan
konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung
terlihat efeknya. Penyebab risiko keselamatan lebih dapat diketahui serta
lebih berfokus pada keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di
tempat kerja.

2. Risiko Kesehatan

11

12

Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan


konsekuensi rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit
diketahui serta lebih berfokus pada kesehatan manusia.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam
antara populasi, komunitas. Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih
kepada dampak yang ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh
dari sumber risiko.
4. Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek
dari kerugian properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian
asuransi. Fokus risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan
aspek keuangan.
5. Risiko Terhadap Masyarakat
Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat
terhadap kinerja organisasi dan produksi, semua hal pada risiko terhadap
masyarakat terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.

2.2

MANAJEMEN RISIKO
Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999, manajemen

risiko adalah pemeliharaan, proses, dan struktur yang mengacu langsung pada
pengetahuan efektif terhadap kesempatan potensial dan efek yang merugikan.

13

Menurut Kolluru (1996), manajemen risiko merupakan sebuah proses evaluasi


dan jika dibutuhkan dapat digunakan untuk mengendalikan sumber paparan dan risiko.
Manajemen risiko adalah pendeskripsian sejumlah prosedur yang berhubungan dengan
identifikasi risiko, penilaian risiko, upaya pengendalian, dan peninjauan kembali hasil
pengendalian.
Gambar 2.1

IDENTIFY RISKS

ANALYSE RISKS

EVALUATE RISKS

MONITOR AND REVIEW

ESTABLISH CONTEXT
RISKS ASSESMENT

COMMUNICATE AND CONSULT

Tahapan Manajemen Risiko Menurut AS / NZS 4360 : 1999

TREAT RISKS

Beberapa tahapan dalam melaksanakan manajemen risiko menurut Australian


Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999, yaitu :
1. Menetapkan tujuan dan lingkup pelaksanaan manajemen risiko.
2. Melaksanakan identifikasi risiko.
3. Melakukan analisis risiko untuk menetapkan kemungkinan dan konsekuensi
yang akan terjadi serta menetapkan tingkat risiko.
4. Menetapkan evaluasi untuk menetapkan skala prioritas dan membandingkan
dengan kriteria yang ada.

14

5. Melakukan pengendalian risiko yang tidak dapat diterima.


6. Melakukan pemantauan dan tinjauan ulang program manajemen risiko yang telah
dilaksanakan.
7. Komunikasi dan konsultasi yang dilakukan dalam proses manajemen risiko yang
melibatkan pihak internal dan eksternal.

2.2.1 Tujuan Manajemen Risiko


Tujuan manajemen risiko menurut Australian Standard / New Zealand
Standard 4360 : 1999, yaitu :
1. Membantu meminimalisasi meluasnya efek yang tidak diinginkan terjadi.
2. Memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi dengan meminimalkan
kerugian.
3. Melaksanakan program manajemen secara efisien sehingga memberikan
keuntungan bukan kerugian.
4. Melakukan peningkatan pengambilan keputusan pada semua level.
5. Menyusun program yang tepat untuk meminimalisasi kerugian pada saat
terjadi kegagalan.
6. Menciptakan manajemen yang bersifat proaktif bukan bersifat reaktif.

Establish context
The strategic context

The organizational context

Develop criteria

Decide the structure

Identify Risk
How can happen?

How can it happen?

Analyse risk
Determine exizting controls
Determine
likelihood

Determine
consequences

Estimate level of

Evaluate risks
Compare against criteria

Set risk properties

Accept
risks

Monitor and review

Communicate and consult

15

Yes

No

Treat risks
Identify treatment options

Evaluate treatment options

Select treatment options

Prepare treatment plans

Gambar 2.2 rincian tahapan manajemen risiko berdasarkan AS/NZS 4369/2004

16

2.2.2 Manfaat Manajemen Risiko


Manfaat manajemen risiko menurut Australian Standard / New
Zealand Standard 4360 : 2004, yaitu :
1. Memperkecil kemungkinan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan
mengurangi efek yang ditimbulkan dari kemungkinan tersebut.
2. Meningkatkan produktivitas kerja.
3. Membantu meningkatkan perencanaan kerja perusahaan yang efektif,
lingkungan kerja, produksi, dan mencapai performa perusahaan yang
lebih baik.
4. Mendapat keuntungan dari segi ekonomi dan kemudahan untuk
memenuhi target perusahaan dan perlindungan aset.
5. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karyawan.

2.3

PROSES MANAJEMEN RISIKO


2.3.1 Identifikasi Risiko
Sebelum identifikasi resiko terlebih dahulu dilakukan penentuan ruang
lingkup merupakan parameter dasar proses manajemen risiko. Ruang lingkup
tersebut mencakup 3 komponen, yaitu ruang lingkup eksternal, internal, dan
manajemen risiko di mana proses manajemen risiko akan diterapkan (AS / NZS
4360 : 1999).
Identifikasi risiko merupakan suatu tahapan yang dilakukan dengan cara
mengidentifikasi hal-hal tertentu (hazard) dalam pekerjaan yang dapat
menyebabkan sebuah risiko terjadi (Kolluru, 1996). Menurut Australian

17

Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004, identifikasi risiko adalah langkah
dalam proses manajemen risiko untuk mengidentifikasi apa penyebab atau
kemungkinan terjadinya kegagalan dan bagaimana skenario dari kegagalan
tersebut terjadi.
Identifikasi risiko dimulai dengan melakukan identifikasi semua sumber
bahaya pada area konsekuensi atau dampak. Dalam melakukan sebuah
identifikasi dibutuhkan metode yang logis dan terstruktur untuk memastikan
bahwa tidak ada area lain yang terlewatkan. Struktur tersebut dijadikan sebagai
dasar untuk menanyakan pertanyaan dengan cara yang imajinatif tentang apa
yang mungkin terjadi dan bagaimana hal itu dapat terjadi (Cross, 1998).
Berdasarkan menurut PERMENAKER No: PER.05/ MEN/ 1996 standar
tentang identifikasi resiko, antara lain:

Identifikasi kondisi yang ada dibandingkan dengan ketentuan pedoman ini.

Identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan.

Penilaian tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan perundangan dan


standar K3.

Meninjau sebab dan akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi dan


gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan K3.
Beberapa contoh metode identifikasi tersebut, yaitu :

1. Preliminary Hazard Analysis (PHA)


Preliminary Hazard Analysis adalah suatu metode yang dilakukan
sebagai analisis awal (Budiono, 2003). Preliminary Hazard Analysis
dilakukan jika tidak ada suatu informasi mengenai sistem (Colling, 1990).

18

2. Hazard and Operability Study (HAZOPS)


Hazard and Operability Study adalah suatu metode analisis yang
lebih detail pada desain dan operasi (Budiono, 2003). Hazard and
Operability Study digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
proses yang berhubungan dengan safety dan bahaya pada lingkungan, serta
memproses masalah yang dapat berdampak pada efisisensi operasi (Kolluru,
1996).
3. Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)
Failure Modes and Effects Analysis adalah suatu metode analisis yang
mendalam sebagai akibat kegagalan peralatan dan pengaruhnya (Budiono,
2003). Failure Modes and Effects Analysis secara sistematis menilai
komponen dari suatu sistem tentang bagaimana sistem tersebut dapat
mengalami kegagalan, kemudian mengevaluasi efek yang terjadi dari
kegagalan tersebut dan tingkat bahaya yang dihasilkan akibat kegagalan
sistem, serta bagaimana kegagalan tersebut dapat dicegah atau diminimalisasi
(Colling, 1990).
4. Fault Tree Analysis (FTA)
Fault

Tree Analysis adalah suatu model analisis desain, prosedur, dan

kesalahan pada faktor manusia (Budiono, 2003). Fault Tree Analysis dapat
digunakan untuk memprediksi dan mencegah terjadinya kecelakaan atau alat
investigasi setelah terjadinya kecelakaan (Geotsch, 1996).

19

5. Job Safety Analysis (JSA)


Menurut Soeripto (1997), Job Safety Analysis adalah suatu cara yang
digunakan untuk memeriksa metode kerja dan menentukan bahaya yang
sebelumnya telah diabaikan dalam merencanakan pabrik atau gedung dan di
dalam rancang bangun masin-mesin, alat-alat kerja, material, lingkungan
tempat kerja, dan proses kerja. Terdapat 4 langkah dalam membuat Job
Safety Analysis :
a. Memilih (menyeleksi) pekerjaan yang akan dianalisa. Pekerjaan tidak
dapat dipilih secara acak, pekerjaan dengan pengalaman kecelakaan
terburuk seharusnya di analisis terlebih dahulu. Dalam memilih pekerjaan
untuk di analisis dan dalam menyusun tata cara analisis, pengawasan
utama yang harus diikuti adalah :

Banyaknya kecelakaan yang terjadi dalam sebuah pekerjaan.

Kecelakaan yang menghasilkan luka berat.

Kecelakaan yang menghasilkan luka cacat.

Pekerjaan baru dengan perubahan di dalam peralatan kerja atau proses.

b. Membagi pekerjaan ke dalam beberapa langkah atau kegiatan. Sebelum


penelitian terhadap bahaya dimulai, pekerjaan harus di bagi ke dalam
beberapa langkah yang menggambarkan apa yang telah selesai
dikerjakan. Untuk menghindari 2 kesalahan umum, yaitu :

Membagi pekerjaan menjadi terlalu rinci yang seharusnya tidak perlu


menghasilkan sejumlah banyak langkah.

20

Membuat rincian kerja yang terlalu umum, sehingga langkah dasar tidak
tertulis.

c. Melakukan identifikasi terhadap bahaya dan kecelakaan yang potensial.


d. Mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk menghilangkan bahaya
dan mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan. Mengembangkan
suatu prosedur kerja yang aman untuk :

Mencegah timbulnya kecelakaan.

Mencari data baru untuk melakukan pekerjaan itu.

Merubah kondisi fisik yang menimbulkan risiko.

Mehilangkan bahaya yang masih ada dan mengganti prosedur.

Mengurangi frekuensi melaksanakan tugas.


Menurut Diberardinis (1999), beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh dengan menggunakan metode Job Safety Analysis adalah :

a. Pendekatan Job Safety Analysis sangat mudah dipahami dan tidak


membutuhkan suatu tahapan training, serta dapat dengan cepat
disesuaikan dengan pandangan individu yang berpengalaman.
b. Proses pada Job Safety Analysis dapat memberikan kesempatan pada
individu untuk mengenali atau memberikan pengetahuan mengenai
operasi.
c. Hasil dari analisis dapat digunakan untuk dokumentasi yang dapat
digunakan untuk melatih pekerja baru.
d. Dokumentasi Job Safety Analysis juga dapat digunakan sebagai bahan
audit.

21

Menurut Colling (1990), Job Safety Analysis berisikan beberapa


informasi yang berkaitan dengan suatu proses pekerjaan, yaitu :
a. Job (Pekerjaan), berisikan mengenai jenis pekerjaan yang dilakukan
dalam unit produksi untuk diidentifikasi risikonya.
b. Task (Rincian Kegiatan), berisikan penjelasan mengenai rincian kegiatan
yang dilakukan untuk masing-masing tahapan kegiatan yang dapat
menggambarkan faktor-faktor terjadinya dampak.
c. Hazard (Bahaya), untuk mengetahui jenis bahaya apa yang ditimbulkan
dari kegiatan pekerjaan.
d. Probability (Kemungkinan), berisikan tentang kemungkinan pekerja
untuk terkena cidera dari bahaya yang ditimbulkan oleh kegiatan
pekerjaan.
e. Consequency (Konsekuensi), berisikan penjelasan mengenai dampak
yang ditimbulkan dari setiap kegiatan kerja.

2.3.2

Proses Analisis Risiko


Analisis

resiko

adalah

mengidentifikasi

bahaya

yang

dapat

mempengaruhi durasi atau sumber daya pembiayaan pengembangan tersebut.


Yang dikatakan bahaya disini adalah suatu keadaan yang dapat dan akan terjadi ,
dan jika keadaan muncul, dapat menciptakan suatu problem terhadap
keberhasilan penyelesaian pengembangan.(SI.ITS.2008)
Analisis risiko adalah sebuah bentuk sistematika dalam penggunaan
informasi yang telah tersedia untuk mengidentifikasi bahaya (hazard) dan untuk

22

memperkirakan suatu risiko terhadap individu, populasi, bangunan, dan


lingkungan (Kolluru, 1996)
Tujuan melakukan analisis risiko adalah untuk membedakan antara risiko
kecil dengan risiko besar dan menyediakan data untuk membantu evaluasi dan
penanganan risiko. Terdapat 3 metode dalam melakukan analisis risiko, yaitu :
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif
untuk menjelaskan seberapa besar kondisi potensial dari kemungkinan
yang akan di ukur. Pada umumnya analisis kualitatif digunakan untuk
menentukan prioritas tingkat risiko yang lebih dahulu harus diselesaikan
(AS / NZS 4360 : 1999).
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif menggunakan hasil perhitungan numerik
untuk tiap konsekuensi dan tingkat probabilitas dengan menggunakan
data variasi, seperti catatan kejadian, literatur, dan eksperimen. Dengan
adanya sumber data tersebut, hasil analisis memiliki keakuratan lebih
tinggi dibandingkan dengan analisis risiko yang lain (Kolluru, 1996).
3. Analisis Semi Kuantitatif
Analisis semi kuantitatif bukan bagian dari analisis kuantitatif
maupun analisis kualitatif. Analisis semi kuantitatif menghasilkan
prioritas yang lebih rinci dibandingkan dengan analisis kualitatif karena
risiko di bagi menjadi beberapa kategori.

23

Metode ini pada prinsipnya hampir sama dengan metode analisis


kualitatif, perbedannya terletak pada uraian atau deskripsi dari parameter
yang ada pada analisis semi kuantitatif dinyatakan dengan nilai atau skor
tertentu. Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 :
1999, analisis semi kuantitatif mempertimbangkan kemungkinan untuk
menggabungkan 2 elemen, yaitu probabilitas (likelihood) dan paparan
(exposure) sebagai frekuensi. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara
frekuensi dari paparan dengan probabilitas terjadinya risiko.
Dalam metode analisis semi kuantitatif terdapat 3 unsur yang
dijadikan pertimbangan, yaitu :
a. Konsekuensi (Consequence)
Konsekuensi adalah nilai yang menggambarkan suatu
keparahan dari efek yang ditimbulkan oleh sumber risiko pada setiap
tahapan pekerjaan. Tingkat konsekuensi metode analisis semi
kuantitatif dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu : Catastropic,
Disaster, Very Serious, Serious, Important, dan Noticeable (AS / NZS
4360 : 1999).
Dibawah ini merupakan table penentuan konsekuensi dengan
metode semi kuantitatif.
Table.2.1 Tingkat Konsekuensi Metode Analisis Semi Kuantitatif
Kategori

Deskripsi

Catastropic

Kerusakan yang sangat parah, terhentinya aktifitas,

Rating

100
kerusakan besar, dan menetap terhadap lingkungan.

24

Disaster

Kematian, kerusakan setempat, dan menetap


50
terhadap lingkungan.

Very

Cacat atau penyakit yang menetap dan kerusakan

Serious

sementara terhadap lingkungan.

Serious

Cedera atau penyakit yang serius tetapi sementara

25

15
dan efeknya merugikan terhadap lingkungan.
Important

Butuh penanganan medis & efek tidak terlalu


5
merugikan.

Noticeable

Luka ringan, memar, atau penyakit yang ringan dan


kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek

yang juga setempat.


Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999 (Modifikasi)
b. Paparan (Exposure)
Paparan menggambarkan tingkat frekuensi interaksi antara
sumber risiko yang terdapat di tempat kerja dengan pekerja dan
menggambarkan kesempatan yang terjadi ketika sumber risiko ada
yang akan diikuti oleh dampak atau konsekuensi yang akan
ditimbulkan. Tingkat frekuensi tersebut akan ditentukan ke dalam
kategori tingkat paparan yang mempunyai nilai rating yang berbeda,
yaitu : Continously, Frequently, Occasionally, Infrequent, Rare, dan
Very Rare (AS / NZS 4360 : 1999). Dibawah ini merupakan table
penentuan tingkat paparan dengan metode semi kuantitatif:

25

Tabel 2.2
Tingkat Paparan Metode Analisis Semi Kuantitatif
Kategori

Deskripsi

Rating

Continously

Terjadi secara terus menerus setiap hari.

10

Frequently

Terjadi sekali setiap hari.

Occasionally

Terjadi sekali seminggu sampai dengan

sekali sebulan.
Infrequent

Terjadi sekali sebulan sampai dengan

sekali setahun.
Rare

Pernah terjadi tetapi jarang, diketahui

kapan terjadinya.
Very Rare

Sangat jarang, tidak diketahui kapan

0,5

terjadinya.
Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999
c. Kemungkinan (Likelihood)
Kemungkinan

adalah

nilai

yang

menggambarkan

kecenderungan terjadinya konsekuensi dari sumber risiko pada setiap


tahapan pekerjaan. Kemungkinan tersebut akan ditentukan ke dalam
kategori tingkat kemungkinan yang mempunyai nilai rating yang
berbeda, yaitu : Almost Certain, Likely, Unusual, Remotely Possible,
Conceivable, dan Practically Impossible (AS / NZS 4360 : 1999).

26

Table 2.3
Tingkat Kemungkinan Metode Analisis Semi Kuantitatif
Kategori

Deskripsi

Rating

Almost

Akibat yang paling mungkin timbul

Certain

apabila kejadian tersebut terjadi.

Likely

Kemungkinan terjadi 50 50.

Unusual

Mungkin saja terjadi tetapi jarang.

Remotely

Kejadian

10

yang

sangat

kecil
1

Possible

kemungkinannya untuk terjadi.

Conceivable Mungkin saja terjadi, tetapi tidak pernah


terjadi meskipun dengan paparan yang

0,5

bertahun tahun.
Practically

Tidak mungkin terjadi atau sangat tidak

Impossible

mungkin terjadi

0,1

Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999


Tingkat risiko pada analisis semi kuantitatif merupakan hasil
perkalian nilai variabel konsekuensi, paparan, dan kemungkinan dari
risiko-risiko keselamatan kerja yang terdapat pada setiap tahapan
pekerjaan. Tingkat risiko metode analisis semi kuantitatif dibagi ke
dalam beberapa kategori, yaitu : Very High, Priority 1, Substansial,
Priority 3, dan Acceptable (AS / NZS 4360 : 1999).

27

Tabel 2.4
Tingkat Risiko Metode Analisis Semi Kuantitatif
Tingkat

Kategori

Tindakan

Very High

Aktifitas dihentikan sampai risiko bisa

Risiko
> 350

dikurangi hingga mencapai batas yang


dibolehkan atau diterima.
180

Priority 1
Perlu pengendalian sesegera mungkin.

350
70

Substansial

180

Mengharuskan adanya perbaikan secara


teknis.

20 70

Priority 3

Perlu diawasi dan diperhatikan secara


berkesinambungan.

< 20

Acceptable

Intensitas

yang

menimbulkan

risiko

dikurangi seminimal mungkin.


Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999
Menurut Cross (1998) masing-masing metode analisis risiko
yang telah dijelaskan di atas mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan di antara satu sama lain. Berikut tabel perbandingan
antara 3 metode analisis tersebut :

28

Tabel 2.5
Perbandingan Metode Analisis Risiko
(Menurut Cross, 1998)
No

Metode

Kelebihan

Kekurangan

Analisis
1.

Kualitatif

Lebih Mudah

Hasil

analisis

Lebih Cepat

akurat

jika

dengan

Kurang
dibanding

hasil

analisis

metode yang lain.


2.

Kuantitatif

Waktu Lebih Lama


Lebih Akurat
Lebih Sulit
dibandingkan
Sumber

Data

harus

Analisis lainnya
Representatif
3.

Semi
Kuantitatif

Lebih Akurat

Kurang Akurat

dibanding

dibanding Analisis

Analisis

Kuantitatif

Kualitatif
Lebih Mudah

Skala yang dipakai

& Lebih

harus tepat untuk

Cepat

menentukan tingkat

dibanding

risiko

Analisis

29

Kuantitatif
Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999

2.3.3 Evaluasi Risiko


Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004,
evaluasi risiko merupakan suatu proses membandingkan estimasi nilai risiko
dengan kriteria yang telah disusun terlebih dahulu dan mempertimbangkan
keseimbangan antara manfaat potensial dan hasil yang tidak menguntungkan.
Selanjutnya akan dilakukan proses menilai dan menentukan prioritas
pengendalian risiko berdasarkan kriteria yang ditetapkan mengenai batasan risiko
mana yang bisa diterima, risiko mana yang harus dikurangi, atau risiko mana
yang bisa dikendalikan dengan cara yang lain.
2.3.4 Pengendalian Risiko
Menurut PERMENAKER No. 05 / MEN / 1996, pengendalian risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai macam metode,
yaitu :
a. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,
isolasi, ventilasi, higiene, dan sanitasi (engineering control).
b. Pendidikan dan pelatihan.
c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus,
insentif, penghargaan, dan motivasi diri.
d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
e. Penegakan hukum.

30

Menurut Suardi (2005), dalam melakukan langkah-langkah untuk


mengatasi risiko yang timbul, dibutuhkan suatu skala prioritas yang dapat
membantu dalam pemilihan pengendalian yang disebut dengan hierarki
pengendalian. Urutan prioritas atau hierarki tersebut, yaitu :
a. Eliminasi adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi
pilihan pertama dalam melakukan pengendalian risiko. Eliminasi berarti
menghilangkan peralatan yang dapat menimbulkan bahaya.
b. Substitusi, prinsip dari alat kendali ini adalah mengendalikan sumber
risiko dengan sarana atau peralatan lain yang tingkat risikonya lebih
rendah atau tidak ada.
c. Rekayasa Engineering dilakukan dengan mengubah desain tempat kerja,
peralatan, atau proses kerja untuk mengurangi tingkat risiko. Ciri khusus
dari tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang lebih mendalam
bagaimana membuat lokasi kerja yang lebih aman dengan melakukan
pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi peralatan, melakukan
kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuensi
dalam melakukan kegiatan berbahaya.
d. Pengendalian Administrasi, dalam tahap ini menggunakan prosedur,
standar operasi kerja, atau panduan sebagai langkah untuk mengurangi
risiko. Akan tetapi banyak kasus yang ada, pengendalian administrasi
tetap membutuhkan sarana pengendalian risiko lainnya.
e. Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan
untuk mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini

31

disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan alat


pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan
kesehatan personel akan lebih efektif.
2.3.5 Pemantauan dan Tinjauan Ulang
Menurut Mulya (2008), pemantauan bertujuan untuk melakukan survey
rutin terhadap hasil yang dicapai, kemudian dibandingkan dengan hasil yang
diharapkan atau target yang telah di buat. Sedangkan tinjauan ulang bertujuan
melakukan investigasi secara berkala terhadap situasi terkini. Menurut Australian
Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004, pemantauan dan tinjauan ulang
perlu dilakukan untuk memonitor efektifitas seluruh tahapan proses manajemen
risiko. Hal ini penting untuk perbaikan berkelanjutan. Risiko dan efektifitas
pengendalian risiko perlu dimonitor untuk meyakinkan bahwa perubahan situasi
tidak mengubah prioritas risiko.

2.4

PEMINTALAN(SPINNING)
2.4.1 Pengertian Pemintalan
Industri Spinning (pemintalan) termasuk sebagai industri intermediate
dari industri tekstil. Industri spinning adalah memproses bahan baku berupa
kapas, rayon fiber, acrylic dan polyester staple fiber menjadi benang.
Industri spinning menghasilkan out put berupa benang yang berbeda-beda
jenisnya berdasarkan bahan bakunya. Output berupa benang dikonsumsi oleh
industri weaving untuk ditenun menjadi kain (facbric) dan ada juga yang
dikonsumsi oleh industri knitting untuk dirajut menjadi kain rajut.

32

Pada industri spinning terdapat beberapa mesin yang melakukan proses


pemintalan yaitu blowing, carding, pre drawing, lap former, combing, drawing,
speed, ring spinning, winding.
a. Blowing dan Carding
Merupakan proses dalam pembuatan benang, dimana bahan baku kapas atau
polyester dimasukkan dalam mesin Blowing untuk diuraikan gumpalangumpalan seratnya, dibersihkan kotoran-kotorannya, dan diaduk sehingga terjadi
pencampuran yang merata antara beberapa jenis kapas. Dari proses ini dihasilkan
Lap yang selanjutnya diproses dalam mesin Carding dan menghasilkan
"Sliver".
b. Combing, Drawing dan Finishing
Proses ini merupakan kelanjutan dari proses blowing dan carding yang berfungsi
meluruskan dan mensejajarkan serat, memperbaiki kerataan serat dan membuat
sliver dengan berat persatuan panjang tertentu. Tugas seksi ini juga membuat
campuran antara polyester dengan kapas melalui proses Drawing.
c. Ring Spinning dan Finishing
Bagian ini menyiapkan benang dari hasil pemintalan dalam bentuk "Cones"
dengan mesin Mach Conner. (ICN, 2009).

2.4.2 HAZARD DALAM INDUSTRI TEKSTIL


Frekuensi klaim terbanyak dalam industri tekstil berasal dari proses
produksi yang sering menimbulkan kerugian berupa kebakaran.

33

Disamping

prosesnya,

material

dan

cairan

yang

digunakan

bersifat combustible seperti dyes, coating, glues, dan films. Serat tekstil sebagai
bahan baku sangat mudah terbakar dan juga sangat mudah rusak karena air.
Terlebih lagi proses produksi tekstil menghasilkan sisa kain atau bahan yang
terakumulasi selama proses yang bersifat combustible atau mudah terbakar. Stok
bahan baku dan bahan jadi seharusnya disimpan dengan sebaik-baiknya terpisah
dari aktifitas atau operasi yang bisa membuat stok tersebut terbakar.
Secara umum, kondisi instalasi kabel (wiring) harus diperhatikan karena
pada umumnya pabrik tekstil menggunakan beban tenaga listrik yang tinggi yang
tentunya kabel akan dialiri arus listrik yang tinggi. Bila keadaan kabel kurang
baik karena sudah tua atau kabel yang dipakai tidak layak, risiko kebakaran akan
sangat tinggi karena akan timbul akumulasi panas pada kabel yang ditimbulkan
oleh arus listrik tadi yang akan memicu kebakaran jika didekatnya terdapat bahan
yang mudah terbakar.
2.4.2.1 Hazard pada proses spinning
Tahapan produksi yang sangat berisiko adalah proses pemintalan
(spinning), khususnya untuk bahan kapas (cotton). Serat kapas sangat
mudah dan cepat terbakar. Debu yang berasal dari proses pemintalan bisa
menjadi bahan risiko kebakaran yang sangat tinggi bila terkonsentrasi
pada tingkat tertentu. Kebakaran dapat diawali oleh kesalahan sistem
kelistrikan, kerusakan mekanik mesin, atau percik api yang timbul karena
adanya benda asing dalam fibre conveying system. Risiko kerusakan pada
sistem kelistrikan secara umum yaitu berupa kerusakan pada motor,

34

masalah pada kabel, lampu, dan kotak saklar. Potensi kebakaran bisa
ditimbulkan juga pada proses pemintalan dimana benang-benang tersebut
diputar pada kecepatan yang lumayan tinggi yang bisa menyebabkan
sumbu pemutarnya panas.( lippo insurance. 2009)
2.4.2.2 Proses Pemintalan
Pada permulaannya, spinning muncul dengan memintal serat
menggunakan tangan. Sekarang kayu yang dipanggil spindle digunakan
untuk mencampurkan pintalan dan memegang serat yang dipintal. Pada
kebiasaannya lingkaran atau berat menstabilkan spindle. Spindle ialah
span dan memusingkan serat sehingga serat menjadi seutas benang
(yarn). Spindle boleh mengantung dan membantu. Kemudian spinning
wheel berkembang dimana yarn dihasilkan secara cepat dan berterusan.
Spinning wheel berkemungkinan menggunakan kaki, tangan dan kuasa
elektrik. Spinning wheel menggunakan tangan dipanggil charkha tersebar
luas di India dan digunakan oleh Gandhi dan pengikut-pengikutnya.
2.4.2.3 Perkembangan Industri Tekstil
Bidang tekstil sering dikatakan sebagai sunset industry, terutama
di masa-masa terjadinya kenaikan cost, seperti cost tenaga dan biaya
tenaga kerja. Faktanya, cost tenaga industri tekstil sekarang ini hanyalah
sebahagian kecil dari jumlah cost produksi. Begitu juga dengan cost
tenaga kerjanya tidak lebih 10% dari jumlah cost produksi. Maksudnya
bukan disebabkan komponen-komponen tersebut

industri ini jatuh.

Kenaikan harga minyak dan kenaikan upah buruh untuk industri tekstil

35

berlaku di seluruh dunia di sepanjang 12 bulan akhir-akhir ini. Semua


negara penghasil tekstil di Asia berhadapan dengan masalah yang sama,
termasuk negara-negara penghasil utama, seperti Republik Rakyat Cina
(RRC), Indonesia, Vietnam, India, dan Bangladesh.
Kilang kapas pertama di Amerika Syarikat telah dibina di
Beverly, Massachusetts pada 1787 oleh seorang usahawan John Cabot
bersaudara dan pelabur-pelabur Amerika di kilang kain yaitu Thomas
Somers dan James Leonard. Kilang ini berlainan dengan kilang lain
kerana menggunakan kuasa kuda (horse power). Pembangunan komersial
cotton-spinning

pertama

berjaya

dengan

sebuah

kilang

yang

menggunakan sistem jentera kuasa air sepenuhnya di Amerika Syarikat


pada 1790 oleh Samuel Slater di Blackstone River, Pawtucket, Rhode
Island. Pada 1813, Boston Manufacturing Company telah dibina di
Charles River di Waltham, Massachusetts The Boston Associates.
Pemiliknya ialah Francis Cabot Lowell, yang mengkaji sistem kilang dan
pembinaan di Manchester, England.
Pusat perindustrian di Lowell, Massachusetts di Merrimack Manchester, New Hampshire digabungkan pada 1831 dengan Amoskeag
Manufacturing Company, yang wujud sepanjang abad ke-19 menjadi
kilang tekstil (kapas) terbesar di dunia, dengan 30 kilang-kilang dan
sehingga 17,000 pekerja-pekerja.
Sejak dahulu, pembatasan kuota akan dihapuskan mulai 1 Januari
2005. Semua berpendapat bahawa persaingan akan semakin ketat. Namun

36

begitu hanya sebilangan pengusaha tekstil yang mempersiapkan diri


untuk berhadapan dengan masalah tersebut.
Pengusaha Yayasan German Garment Center melihat sejarah
perkembangan industri tekstil di Asia sejak tahun 1959. Pada mulanya,
Jepun menjadi pengeksport pakaian. Hingga suatu ketika, pada tahun
1960, fabrik mereka dipindahkan ke Hong Kong yang muncul menjadi
the biggest tailor shop.
Pada 1970 produksi di Hong Kong meningkat dengan cepat,
produksi itu kemudiannya dipindahkan ke Taiwan, Korea, dan Republik
Rakyat Cina. Industri tekstil di Republik Rakyat Cina semakin kuat.
Sebaliknya, Taiwan dan Korea, lebih memilih bisnis-bisnis berteknologi
tinggi dan tidak lagi memilih untuk menjadi pengeluar pakaian. (ICN,
2009).
2.4.2.4 Mesin Spinning Terdahulu
Mesin Spinning Baghal di Quarry Bank Mill, UK. Mesin ini
berkuasa moden, pada asalnya menggunakan air atau tenaga steam tetapi
sekarang menggunakan kuasa elektrik dimana ia lebih cepat dari
menggunakan hand-spinning. Teknik-teknik baru termasuk Open End
Spinning atau Rotor Spinning boleh menghasilkan yarn pada kadar
lebih dari 40 meter setiap saat setiap spinning head. Tukang skala
spinners benang mereka yang tersendiri digunakan untuk mengawal sifatsifat benang dan benang yang terhasil tidak boleh didapati secara meluas,
tetapi boleh didapati di kedai-kedai benang tempatan. (ICN, 2009).

37

2.4.2.5 Cara Pemprosesan Benang


a.

Bales ke lap
Kapas mentah yang dihantar ke kilang biasanya dalam bentuk

bales. Bales tersebut akan dihantar ke mesin blendomet untuk proses


pembuangan kotoran atau bendasing yang terdapat pada kapas-kapas
tersebut. Kapas mungkin tidak konsisten dalam kualitas dari bales dan
contoh bagi setiap bales akan diambil.
Pada bahagian ini kapas akan dicampurkan dan dibersihkan dari
kotoran seperti habuk, kapas dalam bentuk bales juga akan dibuka
kepada bentuk lapisan. Kemudian akan disedut oleh mesin Blendomet
BDT 019. Setelah kapas yang berbeda kualitasnya akan dicampurkan
dalam mesin Multipel Mixer MM6 235. Seterusnya akan dihantar kepada
mesin carding melalui saluran perpipaan bumbung udara ( SPBU ). (ICN,
2009).
b. Lap ke Sliver Terdapat dua proses yiaitu Carding dan Drawing

Carding
Kapas yang telah dibersihkan akan dihantar ke mesin carding melalui
aliran angin, ini dinamakan chute feeding yiaitu penyambungan terus
saluran dari proses blowing ke carding. Di carding proses membuat spun
yarn (sliver) apabila serat-serat pendek atau staple yarn di buka dan
dibersihkan serta diselarikan kepada benang berterusan yang tidak
berpintal disebut sliver. Prinsip carding ialah memisah, membuka dan

38

menyusun serat-serat pendek menjadi selari. Ia juga memindahkan serat


dari satu permukaan kepada permukaan lain.

Drawing
Prinsip drawing ialah penggabungan beberapa serat sliver yang
menyerupai ukuran dan berat per unit asal. Percampuran berlaku semasa
jumlah sliver yarn digandakan dan dimasukkan serentak pada mesin
seterusnya.
c.

Sliver ke Roving
Proses roving (simplex) ialah proses mengurangkan saiz berat per

unit panjang sliver. Selepas drafting utas-utas roving akan menjadi lemah
dan lembut. Oleh itu, sedikit twist diperlukan untuk menahan tekanan
pada proses seterusnya. Mesin yang biasa digunakan ialah Simplex
Frame, Speed Frame dan Roving Frame.
d.

Roving ke Yarn (Spinning)


Proses spinning adalah untuk menguatkan yarn dengan memberi

twist serat-serat yang telah didraf pada roller hadapan serta melilit yarn
pada bobbin menghasilkan cop yang bersesuaian untuk penyimpanan,
penghantaran dan proses penyimpanan.
e.

Winding
Proses winding ialah untuk memeriksa yarn dan membuang

kecacatan-kecacatan yang terdapat pada yarn seperti bahagian nipis,


bahagian tebal, bulu dan neps. (ICN, 2009).

BAB III
KERANGKA BERFIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1

KERANGKA BERFIKIR
Kerangka konsep ini berdasarkan kepada teori tahapan manajemen risiko yang

ditetapkan Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko pada proses pemintalan di departemen
spinning bagian produksi PT Unitex Tbk. Kerangka berpikir tersebut di gambarkan pada
table 3.1. Peneliti ini dimulai dengan melakukan wawancara dengan informan
bersangkutan untuk menentukan batasan ruang lingkup dan tahapan proses kerja yang
ada di departemen spinning. Kemudian di lanjutkan dengan identifikasi risiko pada
setiap tahapan proses spinning. Setelah itu baru dilakukan analisis risiko dengan menilai
konsekuensi, paparan dan kemungkinan berdasarkan standar yang ditetapkan Australian
Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999. Selanjutnya mengevaluasi hasil analisis
tersebut dengan membandingkan estimasi nilai risiko dengan kriteria yang terdapat
dalam standar. Dari tahap tersebut di dapat kategori tingkat risiko dari setiap tahapan
pekerjaan di departemen spinning dan dilakukan kajian mendalam mengenai tingkat
risiko kecelakaan kerja secara kualitatif.

39

40

Gambar 3.1
Kerangka Berfikir

Menentukan Ruang Lingkup


Struktur Organisasi dan Tahapan Pekerjaan
pada proses pemintalan(spinning) di bagian
produksi PT Unitex Tbk Bogor Jawa Barat

Identifikasi Risiko
Job Safety Analysis
(Risiko, Penyebab, dan Upaya Pengendalian) pada tahapan
proses pemintalan di dept spinning

Analisis Risiko
Konsekuensi(Concequency)
Paparan (Exposure)
Kemungkinan (Likelihood)

Evaluasi Risiko
Nilai Risiko = Konsekuensi x Paparan x Kemungkinan

Tingkat Risiko

41

3.2 DEFINISI ISTILAH


1. Menentukan Ruang Lingkup
Merupakan sebuah proses penentuan ruang lingkup internal, ruang lingkup
eksternal, dan ruang lingkup manajemen risiko di mana proses manajemen risiko
akan diterapkan (AS / NZS 4360 : 1999).
Cara ukur

: Wawancara dan observasi.

Alat ukur

: Pedoman wawancara, lembar observasi dan kamera

Hasil ukur

: Struktur organisasi dan tahapan pekerjaan proses


pemintalan(spinning) di bagian produksi PT Unitex Tbk Bogor
Jawa Barat.

2. Identifikasi Risiko
Merupakan kegiatan dengan melakukan identifikasi terhadap setiap tahapan
pekerjaan dengan mencari risiko baik yang berpotensi untuk terjadinya
kecelakaan dan yang pernah terjadi kecelakaan, penyebab, dan upaya
pengendalian yang telah dilakukan pada proses pemintalan(spinning) di bagian
produksi.(AS / NZS 4360 : 1999).
Cara Ukur

: Wawancara dan observasi.

Alat ukur

: Tabel identifikasi risiko Job Safety Analysis(JSA), lembar


Observasi dan kamera

Hasil Ukur

: Diketahuinya Risiko yang telah terjadi dan berpotensi terjadi


kecelakaan, Penyebab, dan Upaya Pengendalian yang
telah dilakukan pada setiap tahapan pekerjaan proses
pemintalan(spinning) di bagian produksi.

42

3. Analisis Risiko
Merupakan suatu proses ilmiah untuk menentukan tingkat konsekuensi, paparan,
dan kemungkinan dari risiko-risiko keselamatan kerja secara sistematik dengan
menggunakan informasi seberapa sering suatu kejadian dapat terjadi dan
besarnya tingkat kerugian yang dihasilkan, bertujuan untuk memisahkan risiko
yang dapat diterima dan risiko yang memerlukan penanganan yang terdapat di
setiap tahapan pekerjaan proses pemintalan(spinning) di bagian produksi. Pada
penelitian ini analisis risiko yang dilakukan menggunakan metode semi
kuantitatif berdasarkan AS / NZS 4360 : 1999.
a. Konsekuensi (Consequence)
Konsekuensi adalah nilai yang menggambarkan suatu keparahan dari efek
suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian, injury, atau keadaan yang
merugikan yang ditimbulkan oleh risiko pada setiap tahapan pekerjaan proses
pemintalan(spinning) di bagian produksi.
Cara Ukur

: Wawancara dan Observasi.

Alat ukur

: Pedoman wawancara, lembar observasi dan kamera

Hasil Ukur

: Berbagai kategori dan rating tingkat konsekuensi pada


table 3.1

Tabel 3.1
Tingkat Konsekuensi Metode Analisis Semi Kuantitatif
Kategori
Deskripsi
Rating
Catastropic Kerusakan yang sangat parah, terhentinya
aktifitas, kerusakan besar, dan menetap
100
terhadap lingkungan.
Disaster
Kematian, kerusakan setempat, dan
50
menetap terhadap lingkungan.
Very Serious Cacat atau penyakit yang menetap dan
25
kerusakan sementara terhadap lingkungan.

43

Serious

Cedera atau penyakit yang serius tetapi


sementara dan efeknya merugikan terhadap
lingkungan.
Important
Butuh penanganan medis & efek tidak
terlalu merugikan.
Noticeable
Luka ringan, memar, atau penyakit yang
ringan dan kerugian setempat yang sangat
kecil dengan efek yang juga setempat.
Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999 (Modifikasi)

15
5
1

b. Paparan (Exposure)
Paparan menggambarkan tingkat frekuensi yang merupakan pengukuran
kemungkinan kejadian dari suatu peristiwa yang digunakan sebagai jumlah
kejadian yang terjadi suatu waktu karena adanya interaksi antara risiko yang
terdapat di tempat kerja dengan pekerja proses pemintalan(spinning) di
bagian produksi.
Cara Ukur

: Wawancara dan Observasi.

Alat ukur

: Pedoman wawancara, lembar observasi dan kamera

Hasil Ukur

: Berbagai kategori dan rating tingkat konsekuensi pada


table 3.2

Tabel 3.2
Tingkat Paparan Metode Analisis Semi Kuantitatif
Kategori
Deskripsi
Continously
Terjadi secara terus menerus setiap hari.
Frequently
Terjadi sekali setiap hari.
Occasionally Terjadi sekali seminggu sampai dengan sekali
sebulan.
Infrequent
Terjadi sekali sebulan sampai dengan sekali
setahun.
Rare
Pernah terjadi tetapi jarang, diketahui kapan
terjadinya.
Very Rare
Sangat jarang, tidak diketahui kapan terjadinya.
Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999

Rating
10
6
3
2
1
0,5

44

Kemungkinan (Likelihood)
Kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang spesifik atau outcome yang
diukur dengan rasio dari suatu kejadian dan jumlah total kemungkinan
terjadinya

suatu

kejadian

pada

setiap

tahapan

pekerjaan

proses

pemintalan(spinning) di bagian produksi.


Cara Ukur

: Wawancara dan Observasi.

Alat ukur

: Pedoman wawancara, lembar observasi dan kamera

Hasil Ukur

: Berbagai kategori dan rating tingkat konsekuensi pada


table 3.3

Tabel 3.3
Tingkat Kemungkinan Metode Analisis Semi Kuantitatif
Kategori
Deskripsi
Almost Certain Akibat yang paling mungkin timbul apabila
kejadian tersebut terjadi.
Likely
Kemungkinan terjadi 50 50.
Unusual
Mungkin saja terjadi tetapi jarang.
Remotely
Kejadian yang sangat kecil kemungkinannya
Possible
untuk terjadi.
Conceivable
Mungkin saja terjadi, tetapi tidak pernah terjadi
meskipun dengan paparan yang bertahun tahun.
Practically
Tidak mungkin terjadi atau sangat tidak mungkin
Impossible
terjadi
Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999

Rating
10
6
3
1
0,5
0,1

4. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko yaitu membandingkan nilai risiko yang di temukan selama proses
analisis dengan kriteria risiko yang telah di tentukan untuk menilai dan
menentukan prioritas pengendalian risiko berdasarkan kriteria yang ditetapkan
mengenai batasan risiko mana yang bisa diterima, risiko mana yang harus
dikurangi atau dikendalikan dengan cara yang lain (AS / NZS 4360 : 1999).

45

a. Nilai Risiko
Nilai risiko adalah hasil perkalian nilai variabel konsekuensi, paparan, dan
likelihood dari risiko-risiko keselamatan kerja yang terdapat pada setiap
tahapan pekerjaan proses proses pemintalan(spinning) di bagian produksi
dengan menggunakan rumus berdasarkan AS / NZS 4360 : 1999.
Cara Ukur

: Nilai Risiko = Konsekuensi x Paparan x Kemungkinan.

Alat ukur

: Tabel analisis risiko

Hasil Ukur

: Nilai Risiko

b. Tingkat Risiko
Kategori tingkat risiko ditentukan berdasarkan hasil perhitungan nilai risiko
pada tahapan pekerjaan proses pemintalan(spinning) di bagian produksi.
Cara Ukur

: Membandingkan Nilai Risiko dengan Tingkat Risiko.

Alat ukur

: Tabel kategori tingkat risiko

Hasil Ukur

: Berbagai kategori dan rating tingkat konsekuensi pada


table 3.4

Tabel 3.4
Tingkat Risiko Metode Analisis Semi Kuantitatif
Tingkat Risiko
Kategori
Tindakan
> 350
Very High
Aktifitas dihentikan sampai risiko bisa
dikurangi hingga mencapai batas yang
dibolehkan atau diterima.
180 350
Priority 1
Perlu pengendalian sesegera mungkin.
70 180
Substansial Mengharuskan adanya perbaikan secara
teknis.
20 70
Priority 3
Perlu diawasi dan diperhatikan secara
berkesinambungan.
< 20
Acceptable Intensitas yang menimbulkan risiko
dikurangi seminimal mungkin.
Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1

DESAIN PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Pengamatan diawali

dengan mendefinisikan ruang lingkup untuk membatasi sejauh mana penelitian


dilakukan dilanjutkan dengan mengidentifikasi risiko pada proses kerja pemintalan
sehingga di dapatkan rincian pekerjaan, bahaya, risiko dan pengendalian yang dilakukan,
kemudian dilanjutkan dengan analisis risiko untuk mengetahui konsekuensi, paparan dan
kemungkinan, selanjutnya evaluasi dengan menghitung nilai risiko sehingga di dapat
tingkat risiko yang ada di tempat penelitian dan

membandingkan dengan kriteria

dimana risiko tersebut dapat di terima atau membuat perlakuan khusus untuk
meminimalisasikan risiko tersebut.

4.2

LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di departemen spinning bagian produksi PT Unitex Tbk,

Bogor, Jawa Barat pada bulan Agustus September 2010.

4.3

INFORMAN
Pemilihan informan untuk penelitian kualitatif ini dilakukan secara purpossive

yaitu peneliti mempunyai pertimbangan dan kriteria tertentu dalam pengambilan


informan sesuai dengan tujuan penelitian.

46

47

Kriteria informan dalam penelitian ini adalah pekerja yang terlibat dalam
pekerjaan pemintalan di departemen spinning diantaranya: supervisor departemen,
operator mesin di bagian pemintalan/spinning, P2K3 departemen spnning dan petugas
klinik perusahaan(dokter perusahaan).

4.4

INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Table identifikasi JSA untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya yang ada pada
proses pemintalan(spinning) PT Unitex Tbk
b. Pedoman wawancara dan lembar observasi
c. Table metode analisis risiko AS/NZS 4369:1999 untuk mengetahui tingkat
konsekuensi, paparan, dan kemungkinan proses pemintalan.

4.5

TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan

data primer dan data sekunder.

4.5.1 Data Primer


Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan 2 (dua)
metode, yaitu observasi dan wawancara. Secara rinci dapat di lihat pada table
berikut:

48

Table 4.1
Tabel Pengumpulan Data Primer

No.

Kerangka Berpikir

Data

Metode

Instrumen

Hasil

Wawancara

Pedoman
wawancara/
recorder

Transkrip

Observasi

Lembar
observasi/ kamera
digital

Form check
list/ foto

Struktur organisasi PT Unitex


Tbk

Struktur organisasi dept


spinning

Tahapan proses kerja dept


spinning

Alur kerja dlm setiap tahap


proses spinning

Menentukan ruang lingkup

Bagan struktur organisai PT


Unitex Tbk

Bagan Struktur organisasi dept


spinning

Bagan alur Tahapan proses


kerja dept spinning

46

49

Bagan Alur kerja dlm setiap


tahap proses spinning

Risiko(yg pernah terjadi/


Wawancara

Pedoman
wawancara/
recorder

Transkrip

Wawancara
&
Observasi

Pedoman
wawancara/
recorder
&
Lembar
observasi/ kamera
digital

Transkrip
&
Form check
list/ foto

Wawancara
&
Observasi

Pedoman
wawancara/
recorder
&
Lembar
observasi/ kamera
digital

Wawancara
&

Pedoman
wawancara/

berpotensi untuk terjadi),


penyebab dan pengendalian yg
telah dan akan dilakukan

Tahapan pekerjaan/ jenis


pekerjaan & rincian pekerjaaan

Identifikasi risiko

Alur proses kerja

Risiko yg ada dan potensinya

Pengendalian yg telah
dilakukan

Analisis risiko

Keparahan yg menyebabkan kerugian,


injuri yg di timbulakan oleh risiko pd

3
Konsekuensi

Paparan

setiap tahapan proses kerja

Seberapa sering kejadian kecelakaan


tersebut terjadi

Transkrip
&
Form check
list/ foto

Transkrip
&

50

Kemungkinan

Evaluasi risiko

Bagaimana kemungkinan terjadi suatu


kejadian yang spesifik

Kejadian kecelakaan

Rincian kejadian

Pengendalian/penanganan yang
dilakukan perusahaan

list/ foto

Transkrip
&
Form check
list/ foto

Wawancara
&
Observasi

Pedoman
wawancara/
recorder
&
Lembar
observasi/ kamera
digital

Transkrip
&
Form check
list/ foto

Peristiwa/ kejadian kecelakaan


yang pernah terjadi

Wawancara
&
Observasi

&
Lembar
observasi/ kamera
digital
Pedoman
wawancara/
recorder
&
Lembar
observasi/ kamera
digital

51

4.5.2 Data Sekunder


a. Profil perusahaan PT Unitex Tbk, yang meliputi struktur organisasi,
urutan proses produksi, dan data-data lain yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan.
b. Data kejadian kecelakaan dari bagian P2K3 perusahaan.
c. Standard Operating Procedure (SOP) setiap tahapan pekerjaan proses
pemintalan(spinning).
d. Literatur work instruction(WI)

4.6

PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data dalam penelitian diawali dengan mencari tingkat risiko

keselamatan kerja, dengan metode analisis risiko AS/NZS Australian Standard / New
Zealand Standard 4360 : 1999. Pertama menentukan ruang lingkup dengan melihat
struktur organisasi dan tahapan proses kerja pemintalan/ spinning di bagian produksi PT
Unitex Tbk. Selanjutnya dilakukan identifikasi risiko dengan menggunakan Job Safety
Analysis (JSA) untuk mengatahui risiko kecelakaan kerja, penyebab, upaya
pengendalian yang telah dilakukan. Kemudian dilakukan proses analisis risiko dengan
menggunakan metode analisis semi kuantitatif berdasarkan Australian Standart / New
Zealand Standart 4360 tahun 1999, untuk menentukan konsekuensi (consequences),
paparan (exposure), dan kemungkinan (likelihood), yang kemudian dari estimasi ketiga
nilai tersebut ditentukan nilai risiko menggunakan rumus :
Nilai Risiko = Consequences x Exposure x Likelihood

52

4.7

TEKNIK ANALISIS DATA


Analisa data di mulai dengan menghitung nilai risiko yang diperoleh dari pe-

ratingan konsekuensi, paparan dan kemungkinan untuk memisahkan risiko yang dapat di
terima atau yang memerlukan pengendalian lanjutan. Langkah selanjutnya yaitu
menghitung nilai risiko yang diperoleh dari hasil rating konsekuensi, paparan dan
kemungkinan berdasarkan analisis semi kuantitatif, sehingga diperoleh nilai risiko untuk
pembanding dalam tahap penilaian tingkat risiko dalam bentuk skor. Selanjutnya skor
yang di peroleh di bandungkan dengan standar yang ada untuk melihat apakah nilai
tersebut masih bisa di terima atau tidak dan apakah perlu penanganan lain untuk
mengurangi risiko tersebut sampai pada batas yang bisa di terima pekerja.

4.8 Validitas Data


Berdasarkan pengambilan informan dalam penelitian kualitatif yang dilakukan
secara langsung dan jumlahnya sedikit, maka untuk menjaga validitas data, dilakukan
metode triangulasi, yaitu :
1. Triangulasi Sumber, yaitu dengan melakukan wawancara mendalam dari sumber
atau informan yang berbeda.
2. Triangulasi Metode, yaitu dengan melalui metode wawancara mendalam, telaah
dokumen dan observasi.
Triangulasi sumber dilakukan karena informan yang di pilih berbeda-beda sesuai
dengan tahapan proses kerja yang ada di tempat penelitia namun memiliki kriteria yang
sama. Triangulasi metode dilakukan untuk memperdalam kajian dan kaitan antara
sumber data primer, sekunder dan hasil observasi yang di lakukan ditempat penelitian.

BAB V
HASIL

5.1

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


5.1.1 Sejarah Perusahaan dan Kebijakan Perusahaan
PT Unitex Tbk menjadi perusahaan Go Public tanggal 12 Mei 1982 dan
merupakan perusahaan ke-11 yang memasuki Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 26
Maret 1997 Perseroan telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya (BES)
sebanyak 1.584.360 atau 43,20 % dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh.
Pada tahun 1995 PT Unitex Tbk mendapatkan predikat hijau dari kementrian
lingkungan hidup atas keberhasilanya dalam mengelola lingkungan hidup. Pada tahun
2003 perusahaan telah berhasil mendapatkan sertifikasi sistem manajemen mutu ISO
9001:2000 sebagai tanda bahwa proses manajemen mutu yang ada telah sesuai dengan
standar internasional.
Lokasi kantor pemasaran dan pabrik PT Unitex Tbk terletak di jalan raya Tajur
No.1 Desa Sindang Rasa Kecamatan Ciawi, Bogor Jawa Barat.
Visi perusahaan dikenal secara internasional sebagai perusahaan tekstil yang
terintegrasi dimana memproduksi produk yang berkualias tinggi. Misi perusahaan adalah
meningkatkan nilai bagi stakeholders melaui operasi yang efisien, meningkatkan
kepuasan pelanggan dengan harga bersaing dan pelayanan tepat.
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, dalam menjalankan proses produksinya
didukung dengan kebijakan perusahaan yang di kenal dengan lima pilar penyangga, yaitu:
1. Mengutamakan keselamatan kerja

53

54

2. Produk yang bermutu tinggi dan konsisten


3. Pengiriman yang tepat waktu
4. Biaya yang rendah
5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
Dan dilandasi dengan tiga pondasi, yaitu:
1. Disiplin
2. 5-R (Ringkas,Rapih, Resik, Rawat,Rajin)
3. Kerjasama

5.1.2 Struktur Organisasi


PT Unitex Tbk dipimpin oleh seorang presiden direktur yang membawahi empat
direktur dan satu orang penanggung jawab mutu. Keempat direktur tersebut adalah
direktur umum, marketing, pabrik dan adsministrasi. Antara direktur marketing dan
direktur pabrik terdapat biro koordinasi pusat (BKP) yang berfungsi mengontrol produksi
dengan order yang diterima oleh perusahaan.
Khusus untuk pengelolaan administrasi Bogor Office berada di bawah tanggung
jawab Direktur Administrasi yang membawahi tiga Departemen, yaitu Departemen
Personalia, Departemen Umum dan Departemen Keuangan.

55

Diagram.5.1 Struktur Organisasi PT. Unitex. Tbk


Marketing Director

Marketing Depart

Spinning
Control Coord
Beureu

Weaving
Dyeing Finishing

Presiden Director

Factory Director

Yarn Dyeing

Technical Production
Guarantee of Quality
Utilty
Administrarion
Director

GA & Personal
Accounting

5.1.3 Ketenaga Kerjaan (SDM)


Di dalam ketenaga kerjaan, PT Unitex Tbk. Melibatkan warga negara asing di
dalamnya khususnya warga negara yang berasal dari jepang, hal ini karena PT Unitex
Tbk. Merupakan perusahaan kerjasama antara Indonesia Jepang. Secara lengkap
komposisi pembagian tenaga kerja di PT Unitex Tbk. dapat dilihat dalam table 5.1

56

Tabel 5.1
Jumlah Sumber Daya Manusia Di PT Unitex Tbk.
Departemen

Male

Female

Total

BKP

12

14

Spinning

171

26

197

Weaving

346

125

471

Dyeing

80

85

Yarn dyeing

33

33

Technical Production

28

30

Guarantee of Quality

28

24

52

Utility

54

56

General & Personel

56

15

71

Accounting

Marketing

15

Total

821

210

1031

*Sumber: Annual Report PT Unitex Tbk, 2009

5.1.4 Waktu Kerja


PT Unitex Tbk. Memiliki waktu operasi selama 24 jam dalam sehari dan 7 hari
dalam seminggu dengan sistem pembagian kerjanya di bagi dalam 3 (tiga) shift dan 1
(satu) non shift, pola shift kerjanya adalah sebagai berikut:

Shift 1 dari pukul 06.00 14.00

Shift 2 dari pukul 14.00 22.00

Shift 3 dari pukul 22.00 06.00

Dan non shift dari pukul 08.00 14.00

57

5.1.5 Unit Produksi


5.1.5.1 Bagian Spinning
Bagian Spinning (pemintalan) adalah bagian yang memproses bahan baku kapas
dan polyester menjadi benang.
Diagram.5.2
Struktur organisasi bagian spinning

5.1.5.5 Bagian Weaving


Bagian Weaving (pertenunan) adalah bagian yang memproses benang menjadi
kain. Proses ini diawali dari mempersiapkan benang dalam seksi persiapan hingga
terbentuk anyaman benang tate yang siap masuk mesin tenun, selanjutnya diproses
dalam mesin tenun.
Diagram.5.3
Struktur organisasi bagian Wieving

58

5.1.5.6 Biro Koordinasi Pusat (BKP)


Bagian ini berfungsi untuk mengontrol produksi sesuai dengan order yang
diterima. BKP menerima order dari kantor Jakarta yang berasal baik dalam maupun
luar negeri, kemudian dipelajari untuk menentukan jenis dan cara pembuatan kain
tersebut. BKP mengatur perencanaan proses produksi mulai dari persiapan bahan baku,
persiapan proses sampai dengan proses pengeluaran barang jadi dari gudang untuk
dikirim kepada customer
5.1.5.7 Bagian Dyeing
Departemen Dyeing adalah bagian pemolesan kain terhadap warna, penampilan
dan pegangan (handling). Departemen ini merupakan bagian pemrosesan kain yang
terakhir mulai dari bahan baku kapas dan polyester sampai pada produk kain yang siap
dipasarkan. Bagian dyeing terdiri dari beberapa seksi diantaranya:
Diagram.5.4
Struktur organisasi departemen Dyeing

5.1.5.8. Bagian Celup Benang


Bagian ini pada dasarnya merupakan bagian yang berdiri sendiri dalam
departemen dyeing. Seluruh aktifitas mulai dari persiapan sampai dengan pengeringan

59

dilakukan dalam seksi ini dan tidak terkait secara langsung dengan seksi-seksi lain.
Pada bagian celup benang ini terdapat dua seksi yaitu seksi celup benang sendiri dan
seksi soft winder.
5.1.5.9 Bagian Garansi Mutu
Departemen garansi mutu adalah bagian yang berfungsi untuk melakukan
pengontrolan mengenai kualitas hasil produksi, baik kualitas produksi kain grey (kain
mentah), kualitas kain finish (kain jadi) maupun kualitas produksi benang. Bagian
garansi mutu ini merupakan penggabungan proses quality control dari bagian produksi
sebelumnya

yaitu

bagian

spinning

(quality

benang),

seksi

shiage

(bagian

weaving/pertenunan) dan seksi make-up (bagian dyeing/pencelupan).

5.1.6

Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT Unitex Tbk


PT Unitex Tbk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(P2K3) yang terdiri dari pemimpin dan pengurus akan dibantu oleh petugas K3 yang
merupakan karyawan pada perusahaan tersebut setelah di tunjuk oleh pemimpin perusahaan
setelah diberi pengetahuan dan pelatihan sehingga memiliki keahlian dibidang K3. Hal ini
dalam rangka mengarahkan dan mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang sehat,
aman, produktif dan sejahtera. Adapun pelaksanaan penanggung jawab dari keselamatan dan
kesehatan kerja di lingkungan perusahaan adalah panitia pembina keselamatan kerja atau
P2K3.
Struktur organisasi P2K3 PT Unitex Tbk terdiri dari direktur pabrik sebagai ketua
yang dibantu oleh penasehat, pengawas dan anggota komite. Pengawas memegang seluruh
pekerjaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dalam pabrik dan bertanggung jawab

60

terhadap direktur pabrik dan panitia K3 lainya. Pengawas juga dapat menerima laporan
mengenai kegiatan K3 di bagian masing-masing. Penasehat dapat memberikan nasehat
mengenai isi kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja dibantu oleh kepala seksi dan
departemen.
Peran serta dan juga partisipasi organisasi P2K3 sangat diharapkan dalam
menciptakan dan melaksanakan usaha peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja ditempat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan serta penyakit akibat kerja,
sehingga tercipta tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Tercapainya sasaran
tersebut akan sejalan dengan tujuan pembangunan untuk memperlakukan manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnya.
Tujuan pelaksanaan K3 adalah agar tenaga kerja yang berada ditempat kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat, agar sumber-sumber produksi dapat digunakan
secara efisien dan proses produksi berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Agar terdapat
keseragaman dalam pelaksanaan maka P2K3 mempunyai tugas sebagai berikut:

Mengetahui dan melaksanakan ketentuan pemakaian alat perlengkapan dan pelindung kerja
di setiap bagian.

Menggalakkan cara hidup sehat dirumah dan ditempat kerja.

Menciptakan suatu sistem untuk menetapkan karyawan yang bertangung jawab terhadap
keselamatan kerja.

Mempromosikan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja melalui pembentukan


suatu sistem untuk merayakan dan memberikan pengahargaan kepada karyawan dari
departemen yang berjasa terhadap keselamatan kerja.

61

Memberikan bimbingan spesifik dan terarah kepada karyawan yang bekerja di bagian
pengangkutan dan gudang untuk mencegah kecelakaan sewaktu menjalankan kendaraan dan
pekerjaan bongkar muat.

Melanjutkan dan meningkatkan kegiatan dan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
Program K3 perusahaan yang secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Agenda tahunan
2. Rapat K3
3. Pengelolaan lingkungan kerja
4. Perawatan alat
5. KYT (Kiken Yochi Training)
6. Patrol bagian dan patrol malam
7. Evaluasi
8. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
9. Reward dan punishment
10. Ergomoni
11. Penangulangan kebakaran
12. SOP (Standar Operasional Prosedur)
13. Pelayanan kesehatan
14. Klinik perusahaan
15. Program bantuan pengobatan
16. Perawatan kesehatan
17. Jaminan sosial tenaga kerja(Jamsostek)
18. Pertolongan pertama pada kecelakaan(P3K) dan Gizi kerja

62

5.2

GAMBARAN TAHAPAN PEKERJAAN PROSES PEMINTALAN(SPINNING) DI


BAGIAN PRODUKSI PT UNITEX Tbk
Bagian Spinning (pemintalan) adalah bagian yang memproses bahan baku kapas dan

polyester menjadi benang dan siap untuk di lanjutkan ke tahap pertenunan di departemen wieving
4.5.1 Seksi Blowing dan Carding
Tugas seksi ini merupakan proses dalam pembuatan benang, dimana bahan baku
kapas atau polyester dimasukkan dalam mesin Blowing untuk diuraikan gumpalangumpalan seratnya, dibersihkan kotoran-kotorannya, dan diaduk sehingga terjadi
pencampuran yang merata antara beberapa jenis kapas. Dari proses ini dihasilkan
Lap yang selanjutnya diproses dalam mesin Carding dan menghasilkan "Sliver".
4.5.2 Seksi Combing, Drawing dan Finishing
Tugas seksi ini adalah melanjutkan seksi sebelumnya yaitu melalui proses Pre
Drawing yang berfungsi meluruskan dan mensejajarkan serat, memperbaiki kerataan
serat dan membuat sliver dengan berat persatuan panjang tertentu. Tugas seksi ini juga
membuat campuran antara polyester dengan kapas melalui proses Drawing.
4.5.3 Seksi Ring Spinning dan Finishing
Tugas dari seksi ini adalah menyiapkan benang dari hasil pemintalan dalam
bentuk "Cones" dengan mesin Mach Conner dan benang siap di kirim ke bagian
pertenunan untuk di proses menjadi kain mentah.
Secara umum proses produksi di pabrik di mulai dari proses pemintalan pada
bagian spinning. Pada bagian pemintalan ini terdapat 3 (tiga) buah mesin blowing.
Mesin blowing 1 dan 2 dipersiapkan untuk membuat benang campuran polyester /kapas
sedangkan mesin 3 khusus membuat benang kapas 100%.

63

Secara garis besar proses produksi di bagian pemintalan adalah sebagai berikut:
Diagram 5. 5 (Alur Proses produksi bagian pemintalan/spinning)
Pemintalan 1

Pemintalan 2

Polyester

Kapas

Kapas

Blowing

Blowing

Blowing

Carding

Carding

Carding

Pre Drawing

Pre Drawing

Lap Former

Lap Former

Combing

Combing

Drawing

Drawing
st

nd

1 ,2 ,3

st

nd

1 ,2 ,3

rd

rd

Simplex frame

Simplex frame

Ring spinning

Ring spinning

Winding

Winding

Benang Tenun

Benang Poliester/ kapas

Benang tenun

64

Selain itu, fungsi dari mesin blowing adalah membuka

gumpalan serat,

mencampur serat dan membersihkan serat. Setelah dari mesin blowing kemudian bahan
kapas/campuranya

dikerjakan

dalam

mesin

carding

yang

berfungsi

untuk

membersihkan kembali serat, memisahkan serat pendek dan panjang serta membentuk
sliver.
Setelah dari mesin carding, kemudian serat masuk ke mesin pre-darwing, mesin
lap former dan mesin combing yang berfungsi untuk mensejajarkan serat ke arah sliver
, menyisir serat dan memisahkan serat pendek dan kotoran serat.
Setelah dari mesin combing kemudian serat yang berbentuk sliver masuk ke
dalam mesin drawing yang pertama,kedua, ketiga yang berfungsi untuk meluruskan
dan mensejajarkan serat kea arah sumbu sliver. Dari mesin drawing kemudian sliver
masuk ke dalam mesin simplex frame yang berfungsi meregangkan sliver menjadi
bentuk roving dengan sedikit twist dan menggulung benang dalam bobbin tegak.
Selesai dari mesin simplex frame kemudian serat yang sudah berbentuk benang
roving di proses dalam mesin spinning dan mesin winding, yang berfungsi memberikan
peregangan lebih lanjut, menggulung pada bobbin miring dan menggulung benang
pada bentuk cones.

5.3

IDENTIFIKASI RISIKO PADA SETIAP TAHAPAN PEKERJAAN PROSES


PEMINTALAN(SPINNING) DI BAGIAN PRODUKSI PT UNITEX Tbk
Hasil identifikasi risiko keselamatan kerja pada proses produksi Spinning
dilakukan dengan menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis) dan membagi proses
tersebut menjadi sembilan tahapan sesuai dengan tahapan pada proses kerjanya, yaitu

65

blowing,carding, pre drawing, lap former, combing, drawing 1st, 2nd, 3rd, simplex frame,
ring spinning, winding. Penggolongan jenis risikonya berdasarkan jenis bahaya
keselamatan kerja yaitu mechanical hazard, physical hazard dan electric hazard. Proses
kerja pemintalan atau spinning di dukung dengan penggunaan mesin blowing, mesin
carding, mesin Lap Former, mesin Mach Conner dan Dust Mechine.
4.6.1 Tahap Blowing
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pekerja di bagian ini, tahap
proses kerja blowing terdiri dari mencampur serat baik dari polyester atau campuran
kapas dan kapas murni. Kemudian membuka gumpalan serat dan membersihkan serat.
a. Proses blowing pada tahap membuka gumpalan serat padat, terdapat potensi
bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu tertimpa
gumpalan serat padat, yang mengakibatkan kaki luka/lebam karena tertimpa
atau kejatuhan gumpalan serat padat yang berukuran cukup besar, dengan
gumpalan serat berbentuk kotak/persegi yang memiliki berat kurang lebih 50
kg/ gumpalan serat.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah Bekerja
sesuai dengan SOP,menggunakan safety shoes dan bekeja hati-hati
b. Proses blowing pada tahap membersihkan serat di mesin blowing dan
mengurai serat padat di mesin Blowing , terdapat potensi bahaya yang akan
menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu jari tangan terjepit mesin
Blowing, yang mengakibatkan jari tangan terluka/ memar karena terjepit
mesin Blowing. Pada tahap ini tidak terdapat potensi risiko jari terputus,
karena gerak mesin searah atau parallel (ritasi ganda).

66

Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja


sesuai dengan SOP dan bekeja hati-hati
c. Proses blowing pada tahap mencampur serat pada mesin Blowing
mencampurnya agar homogen, terdapat

dan

potensi bahaya yang akan

menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu telapak tangan terjepit mesin


Blowing, yang mengakibatkan telapak tangan terluka/ memar karena terjepit
mesin Blowing.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja
sesuai dengan SOP dan bekerja hati-hati
d. Proses blowing pada tahap

memindahkan serat

kapas yang telah

digulung/sliver ke mesin carding dengan menggunakan roli, terdapat potensi


bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu jari kaki remuk
terlindas roli.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah
menggunakan safety shoes dan bekeja hati-hati
e. Proses Blowing pada saat menyalakan dan mematikan mesin pada saat
produksi sedang berjalan, terdapat potensi bahaya yang menimbulkan risiko
tersengat listrik/ kesetrum karena kondisi tangan dalam keadaan basah.
Pengendalian yang telah dilakukan adalah menyiapkan lap kering di
washtaffel dan bekerja sesuai dengan SOP.

67

Gambar 5.1
Mesin Blowing

68

Table 5.2
Hasil identifikasi risiko pada tahap blowing di departemen spinning PT Unitex Tbk tahun 2010
No
1

Pekerjaan

Rincian Pekerjaan

Skenario

Proses blowing

Membuka gumpalan serat

Kaki tertimpa gumpalan -

Menggunakan safety shoes

(pencampuran

padat

Membuka gumpalan serat


padat dan meletakkan di
mesin blowing

serat padat

Bekerja sesuai SOP

Bekerja hati-hati

Membersihkan

Jari tangan terjepit/ jari -

Bekerja hati-hati

serat)
membersihkan

serat

di

mesin blowing

Risiko

dan

mengurai serat padat agar

Pengendalian PT Unitex Tbk

memar

lebih mengembang
Mencampur

serat

pada

mesin Blowing

Mencampur serat yang

telapak tangan terjepit / -

Bekerja hati-hati

sudah

jari memar

Bekerja sesuai dengan SOP

Kaki terlindas roli

Menggunakan safety shoes

Bekerja dengan hati-hati

di

urai

agar

homogeny
Serat kapas yang telah di

Memindahkan serat kapas

gulung/sliver dipindahkan

yang telah digulung/sliver

ke mesin carding

ke mesin carding dengan


menggunakan roli

Menyalakan

dan

mematikan mesin

Menyalakan

dan

Tersengat

listrik/ -

mematikan mesin blowing

kesetrum

dalam

keadaan

Bekerja sesuai SOP


Menyediakan lap kering di washtaffel

tangan

basah
Sumber:

Hasil

Observasi

dan

Wawancara

dengan

Supervisor

dan

Pekerja

Dept

Spinning

PT.

Unitex

Tbk,

2010

69

4.6.2

Carding
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala sub-departemen dan

pekerja di bagian ini, dapat diketahui bahwa tahap proses kerja Carding adalah
membersihkan serat, memisahkan serat pendek dan membentuk sliver.
a. Proses Carding pada tahap merangkap sliver dan meletakkan dalam mesin
untuk di gabung dengan sliver yang lain, terdapat potensi bahaya yang akan
menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu jari terluka atau remuk terjepit
double silinder yang berputar berlawanan arah pada mesin Carding.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja
sesuai dengan SOP dan bekeja hati-hati
b. Proses Carding pada tahap memisahkan serat pendek dan panjang serta
membersihkan serat di mesin Carding , terdapat potensi bahaya yang akan
menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu jari tangan tergores putaran sisir
mesin Carding.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja
sesuai dengan SOP dan bekeja hati-hati
c. Proses Carding pada tahap memindahkan sliver ke mesin pre drawing dengan
roli, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja
yaitu jari kaki luka /lebam tertimpa sliver dan jari kaki luka/remuk terlindas
roli.
Upaya

pengendalian

yang

telah

dilakukan

oleh

menggunakan safety shoes dan mengatur jarak aman.

perusahaan

adalah

70

d. Proses Carding pada saat menyalakan dan mematikan mesin pada saat
produksi sedang berjalan, terdapat potensi bahaya yang menimbulkan risiko
tersengat listrik/ kesetrum karena kondisi tangan dalam keadaan basah.
Pengendalian yang telah dilakukan adalah menyiapkan lap kering di washtaffel
dan bekerja sesuai dengan SOP.
Gambar 5.2
Mesin Carding

71

Table 5.3
Hasil identifikasi risiko pada tahap carding di departemen spinning PT Unitex Tbk tahun 2010
No
2

Pekerjaan
Proses carding

Rincian Pekerjaan
Merangkap sliver

Memisahkan

dan

membersihkan serat

Skenario

Risiko

Pengendalian PT Unitex Tbk

Meletakkan sliver untuk di

luka jari atau remuk

rangkap dengan sliver yg

terjepit double silinder yang berputar -

lain

berlawanan arah mesin Carding

Memisahkan serat pendek

Jari tangan tergores

dan

panjang

membersihkan

di

sliver

ke -

Bekerja sesuai dengan SOP

Bekerja hati-hati

Bekerja sesuai dengan SOP

Jari kaki luka /lebam tertimpa -

Menggunakan safety shoes

sliver

Mengatur jarak aman

Bekerja sesuai SOP

Menyediakan

serta
serat

Bekerja hati-hati

mesin Carding
Mengirim

sliver

ke

mesin pre drawing

Memindahkan

mesin pre drawing dengan


roli

Jari kaki luka/remuk terlindas


roli

Menyalakan

dan

mematikan mesin

Menyalakan

dan

Tersengat listrik/ kesetrum

mematikan mesin carding


dalam

keadaan

lap

washtaffel

tangan

basah
Sumber:

Hasil

Observasi

dan

Wawancara

dengan

Supervisor

dan

Pekerja

Dept

Spinning

PT.

Unitex

Tbk,

2010

kering

di

72

4.6.3

Pre Drawing
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala sub-departemen dan

pekerja di bagian ini, dapat diketahu bahwa tahap proses kerja Pre Drawing adalah
mensejajarkan serat kea rah sliver dan merangkap sliver.
a. Proses Pre Drawing pada tahap mensejajarkan serat pada mesin Pre Drawing,
terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu
luka gores di jari atau remuk terjepit silinder mesin Pre Drawing. Upaya
pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai dengan
SOP dan bekeja hati-hati
b. Proses Pre Drawing pada tahap peletakkan sliver satu dan yang lain pada mesin
Pre Drawing, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan
kerja yaitu luka jari atau remuk terjepit mesin Pre Drawing . Upaya pengendalian
yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP dan
bekeja hati-hati
c. Proses Pre Drawing pada tahap memindahkan sliver ke mesin lap former dengan
roli, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja
yaitu jari kaki remuk terlindas roli. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh
perusahaan adalah menggunakan safety shoes dan mengatur jarak aman.
d. Proses Pre Drawing pada saat menyalakan dan mematikan mesin pada saat
produksi sedang berjalan, terdapat potensi bahaya yang menimbulkan risiko
tersengat listrik/ kesetrum karena kondisi tangan dalam keadaan basah.
Pengendalian yang telah dilakukan adalah menyiapkan lap kering di washtaffel
dan bekerja sesuai dengan SOP.

73

Gambar 5.3
mesin pre drawing

74

Table 5.4
Hasil identifikasi risiko pada tahap pre drawing di departemen spinning PT Unitex Tbk tahun 2010

No
3

Pekerjaan
Proses
drawing

Rincian Pekerjaan

Skenario

Risiko

Pengendalian PT Unitex Tbk

pre Mensejajarkan serat Ketika mensejajarkan serat luka gores di jari pada

mesin

Pre ke arah sliver kurang hati- atau remuk terjepit -

Bekerja sesuai dengan SOP


Bekerja hati-hati

Drawing

hati/ salah sliver

mesin Pre Drawing

Merangkap sliver

Peletakkan sliver satu dan luka jari atau remuk -

Bekerja sesuai dengan SOP

yang lain pada mesin Pre Terjepit mesin Pre -

Bekerja hati-hati

Drawing tidak tepat


Mengirim sliver ke Memindahkan
mesin lap former

Drawing

sliver

mesin lap former

ke Jari

kaki

dengan terlindas roli

remuk -

Menggunakan safety shoes


Mengatur jarak aman

roli
Menyalakan

dan Menyalakan dan mematikan Tersengat

listrik/ -

mesin pre drawing dalam kesetrum

mematikan mesin

keadaan tangan basah


Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara dengan Supervisor dan Pekerja Dept Spinning PT. Unitex Tbk, 2010

Bekerja sesuai SOP


Menyediakan lap kering di
washtaffel

75

4.6.4

Lap Former
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala sub-departemen dan

pekerja di bagian ini, dapat diketahu bahwa tahap proses kerja Lap Former adalah
mempersiapkan bahan untuk di proses pada mesin Combing.
a. Proses lap former pada tahap penyisiran sliver yang kurang tepat/kurang
hati-hati pada mesin Lap Former, terdapat potensi bahaya yang akan
menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu luka jari atau remuk terjepit
mesin lap former. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan
adalah bekerja sesuai dengan SOP dan bekeja hati-hati
b. Proses lap former pada tahap membuang serat pendek yang menempel pada
sliver, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan
kerja yaitu luka gores tergesek gigi-gigi mesin lap former. Upaya
pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah Bekerja sesuai
dengan SOP dan bekeja hati-hati
c. Proses lap former pada tahap memindahkan sliver ke mesin Combing dengan
roli, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja
yaitu jari kaki remuk terlindas roli. Upaya pengendalian yang telah dilakukan
oleh perusahaan adalah menggunakan safety shoes dan mengatur jarak aman.
d. Proses lap former pada saat menyalakan dan mematikan mesin pada saat
produksi sedang berjalan, terdapat potensi bahaya yang menimbulkan risiko
tersengat listrik/ kesetrum karena kondisi tangan dalam keadaan basah.
Pengendalian yang telah dilakukan adalah menyiapkan lap kering di
washtaffel dan bekerja sesuai dengan SOP.

76

Gambar 5.4
Mesin Lap former

77

Table 5.5
Hasil identifikasi risiko pada tahap Lap former di departemen spinning PT Unitex Tbk tahun 2010

No
4

Pekerjaan
Prose lap former

Rincian Pekerjaan
Peneyisiran

Skenario

sliver Penyisiran

dari kotoran

Risiko

kurang Luka

jari

tepat/kurang hati-hati remuk


pada

mesin

Pengendalian PT Unitex Tbk


atau -

Terjepit -

Bekerja sesuai dengan SOP


Bekerja hati-hati

Lap mesin Lap Former

Former
Membuang

serat Membuang

pendek

pendek

serat Luka

gores -

yang tergesek gigi-gigi -

Bekerja sesuai dengan SOP


Bekerja hati-hati

menempel pada sliver mesin lap former


Mengirim sliver ke Memindahkan sliver Jari kaki remuk -

Menggunakan safety shoes

mesin combing

Mengatur jarak aman

ke

mesin

combing terlindas roli

menggunakan roli
Menyalakan

dan Menyalakan

mematikan mesin

dan Tersengat

listrik/ -

mematikan mesin pre kesetrum

drawing

dalam

Bekerja sesuai SOP


Menyediakan lap kering di
washtaffel

keadaan tangan basah


Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara dengan Supervisor dan Pekerja Dept Spinning PT. Unitex Tbk, 2010

78

4.6.5

Combing
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala sub-departemen dan

pekerja di bagian ini, dapat diketahu bahwa tahap proses kerja Combing adalah
penyisiran serat, memisahkan serat pendek dan kotoran, meluruskan serat untuk di proses
pada mesin Combing.
a. Proses Combing pada tahap meluruskan serat searah sliver pada mesin Combing
karena kurang hati-hati/ meleset, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan
risiko keselamatan kerja yaitu luka

jari tangan atau remuk terjepit mesin

Combing. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah


Bekerja sesuai dengan SOP dan bekeja hati-hati
b. Proses Combing pada tahap memindahkan sliver ke mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd
menggunakan roli, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko
keselamatan kerja yaitu jari kaki remuk terlindas roli.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan
safety shoes dan mengatur jarak aman.
c. Proses Combing pada saat menyalakan dan mematikan mesin pada saat produksi
sedang berjalan, terdapat potensi bahaya yang menimbulkan risiko tersengat
listrik/ kesetrum karena kondisi tangan dalam keadaan basah. Pengendalian yang
telah dilakukan adalah menyiapkan lap kering di washtaffel dan bekerja sesuai
dengan SOP.

79

Gambar 5.5
Mesin Combing

80

Table 5.6
Hasil identifikasi risiko pada tahap Combing di departemen spinning PT Unitex Tbk tahun 2010

No
5

Pekerjaan
Proses Combing

Rincian Pekerjaan

Skenario

meluruskan serat di Meluruskan


mesin Combing

Risiko
serat luka

jari

Pengendalian PT Unitex Tbk


tangan -

searah sliver pada atau remuk terjepit mesin

Combing mesin Combing

kurang

hati-hati/

Bekerja sesuai dengan SOP


Bekerja hati-hati

meleset
Mengirim sliver ke Memindahkan
mesin Drawing 1st, sliver
2nd, 3rd

ke

Jari

kaki

mesin terlindas roli

remuk -

Menggunakan safety shoes


Mengatur jarak aman

Drawing 1st, 2nd, 3rd


menggunakan roli

Menyalakan

dan Menyalakan

mematikan mesin

mematikan

dan Tersengat

listrik/ -

mesin kesetrum

pre drawing dalam


keadaan

Bekerja sesuai SOP


Menyediakan lap kering di
washtaffel

tangan

basah
Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara dengan Supervisor dan Pekerja Dept Spinning PT. Unitex Tbk, 2010

81

4.6.6

Drawing 1st, 2nd, 3rd


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala sub-departemen dan

pekerja di bagian ini, dapat diketahu bahwa tahap proses kerja Drawing 1st, 2nd, 3rd
adalah meluruskan, mensejejajarkan serat dalam sliver ke arah sumbu, memperbaiki
kerataan: berat/panjang, campuran dengan perangkapan dan menyesuaikan berat sliver
untuk di proses pada mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd.
a. Proses Drawing 1st, 2nd, 3rd pada tahap meluruskan, mensejajarkan serat
dalam sumbu sliver kea rah sumbu pada mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd serta
peletakkan serat dalam sliver kurang hati-hati pada mesin Drawing 1st, 2nd,
3rd, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja
yaitu luka jari tangan atau remuk terjepit mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd. Upaya
pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah Bekerja sesuai
dengan SOP dan bekeja hati-hati.
b. Proses Drawing 1st, 2nd, 3rd pada tahap memperbaiki kerataan: berat/panjang,
campuran dengan perangkapan dan menyesuaikan berat sliver Drawing,
karena

peletakkan perangkapan dan menyesuaikan berat kurang hati-hati

pada mesin

Drawing 1st, 2nd, 3rd, terdapat potensi bahaya yang akan

menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu tangan tergores dan luka jari atau
remuk terjepit mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd. Upaya pengendalian yang telah
dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP, bekerja hatihati dan menggunakan hand gloves.
c. Proses Combing pada tahap memindahkan sliver ke mesin Simplex frame
menggunakan roli, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko

82

keselamatan kerja yaitu jari kaki remuk terlindas roli. Upaya pengendalian
yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan safety shoes dan
mengatur jarak aman.
d. Proses Combing

pada saat menyalakan dan mematikan mesin pada saat

produksi sedang berjalan, terdapat potensi bahaya yang menimbulkan risiko


tersengat listrik/ kesetrum karena kondisi tangan dalam keadaan basah.
Pengendalian yang telah dilakukan adalah menyiapkan lap kering di
washtaffel dan bekerja sesuai dengan SOP.

Gambar 5.6
Mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd

83

Table 5.7
Hasil identifikasi risiko pada tahap drawing 1st, 2nd, 3rd di departemen spinning PT Unitex Tbk tahun 2010
No
6

Pekerjaan

Rincian Pekerjaan
st

Proses drawing 1 ,
nd

rd

2 ,3

Skenario

Meluruskan,

Risiko

Pengendalian PT Unitex Tbk

Meluruskan, mensejajarkan serat

Luka jari tangan atau -

Bekerja sesuai dengan SOP

serat

dalam sumbu sliver kea rah sumbu

remuk

Bekerja hati-hati

dalam sliver ke arah

pada mesin Drawing, peletakkan

Drawing

sumbu

serat dalam sliver kurang hati-hati

mensejejajarkan

pada

mesin

terjepit

mesin -

Drawing

pada mesin Drawing

Memperbaiki kerataan,

Memperbaiki

kerataan:

Tangan tergores dan luka -

Bekerja sesuai dengan SOP

berat

panjang,

berat/panjang, campuran dengan

jari atau remuk terjepit -

Bekerja hati-hati

dengan

perangkapan dan menyesuaikan

mesin Drawing

Menggunakan hand gloves

dan

campuran
perangkapan

berat

sliver

peletakkan

Drawing,
perangkapan

karena
dan

menyesuaikan berat kurang hatihati pada mesin Drawing

Menyalakan

dan

mematikan mesin

Menyalakan dan mematikan mesin

Tersengat

listrik/ -

pre drawing dalam keadaan tangan

kesetrum

sliver

mesin Simplex Frame

Sumber:

Hasil

Observasi

dan

Wawancara

ke

Menyediakan

lap

kering

washtaffel

basah
Mengirim

Bekerja sesuai SOP

Memindahkan sliver ke mesin

Jari kaki remuk terlindas -

Menggunakan safety shoes

Simplex Frame menggunakan roli

roli

Mengatur jarak aman

dengan

Supervisor

dan

Pekerja

Dept

Spinning

PT.

Unitex

Tbk,

2010

di

84

4.6.7 Simplex Frame


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala sub-departemen dan
pekerja di bagian ini, dapat diketahu bahwa tahap proses kerja Simplex Frame adalah
peregangan sliver menjadi roving, memberikan sedikit antihan(twist) dan menggulung
benang pada bobbin tegak untuk di proses di mesin simplex frame.
a. Proses Simplex Frame pada tahap peregangan sliver menjadi roving kurang
tepat/hati-hati di mesin Simplex Frame, terdapat potensi bahaya yang akan
menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu luka jari atau remuk terjepit
mesin Simplex Frame. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh
perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP dan bekeja hati-hati.
b. Proses Simplex Frame pada tahap memasang Shinomaki pada mesin Simplex
Frame, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan
kerja yaitu kaki atau badan luka/lebam tertimpa shinomaki penuh. Upaya
pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai
dengan SOP dan bekeja hati-hati.
c. Proses Simplex Frame pada tahap sebelum di roving, sliver di beri antihan/
twist, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan
kerja yaitu jari tangan tergores benang/serat. Upaya pengendalian yang telah
dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP dan bekeja hatihati.
d. Proses Simplex Frame pada tahap mengulung benang pada bobbin tegak
sebelum di roving, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko
keselamatan kerja yaitu kaki luka atau lebam kejatuhan bobbin yang beratnya

85

mencapai 5 s/d 8 kg. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh


perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP, mengunakan safety shoes dan
bekeja hati-hati.
e. Proses Simplex Frame pada tahap memperbaiki Bobbin dan arah gulungan,
terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja
yaitu jari tangan tergores atau lecet terkena mesin gulung simplex frame.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja
sesuai dengan SOP dan bekerja hati-hati.
f. Proses Simplex frame

pada tahap memindahkan Bobbin ke mesin Ring

spinning menggunakan roli, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan


risiko keselamatan kerja yaitu jari kaki remuk terlindas roli. Upaya
pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan
safety shoes dan mengatur jarak aman.
g. Proses Simplex frame pada saat menyalakan dan mematikan mesin saat
produksi sedang berjalan, terdapat potensi bahaya yang menimbulkan risiko
tersengat listrik/ kesetrum karena kondisi tangan dalam keadaan basah.
Pengendalian yang telah dilakukan adalah menyiapkan lap kering di
washtaffel dan bekerja sesuai dengan SOP.

86

Gambar 5.7
Mesin simplex frame

87

Table 5.8
Hasil identifikasi risiko pada tahap Simplex frame di departemen spinning PT Unitex Tbk tahun 2010
No
7

Pekerjaan

Rincian Pekerjaan

Skenario

Proses simplex

Peregangan lanjut dan

Peregangan sliver menjadi roving

tergores dan luka jari -

Bekerja sesuai dengan SOP

frame

pada

kurang

atau remuk

Bekerja hati-hati

mesin

Simplex

Frame

tepat/hati-hati

Risiko

di

mesin

Simplex Frame

Pengendalian PT Unitex Tbk

terjepit mesin Simplex


Frame

Memasang Shinomaki

Memasang Shinomaki pada mesin

Kaki

Simplex Frame

luka/lebam

atau

badan -

Bekerja sesuai dengan SOP

tertimpa -

Bekerja hati-hati

Bekerja sesuai dengan SOP

shinomki penuh
Memberikan

Sebelum di roving, sliver di beri

Jari

tangan

tergores -

antihan/twist

antihan/ twist

benang/serat

Menggulung benang pada bobbin

Kaki

tegak

kejatuhan

Menggulung

benang

pada Bobbin tegak

kurang

hati-hati

sehingga

kejatuhan Bobbin saat melakukan

Bekerja hati-hati

Tertimpa/

Bobbin/ memar atau luka lebam


-

Bekerja sesuai dengan SOP


Bekerja hati-hati
Menggunakan safety shoes

Jari

tangan

atau

lecet

Bekerja sesuai dengan SOP


Bekerja hati-hati

penggulungan
Memperbaiki

Bobbin

dan

arah

gulungan

tergores terkenan

mesin gulung simplex


frame
Mengirim Bobbin ke

Memindahkan Bobbin ke mesin Ring

Jari

kaki

remuk -

mesin Ring Spinning

Spinning menggunakan roli

terlindas roli

Menyalakan

Menyalakan dan mematikan mesin pre

Tersengat

listrik/ -

drawing dalam keadaan tangan basah

kesetrum

mematikan mesin

dan

Menggunakan safety shoes


Mengatur jarak aman
Bekerja sesuai SOP
Menyediakan lap kering di washtaffel

88

4.6.8

Ring Spinning
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala sub-departemen dan

pekerja di bagian ini, dapat diketahui bahwa tahap proses kerja Ring Spinning adalah
peregangan lanjut, antihan lebih lanjut dan menggulung pada bobbin miring untuk di
proses di mesin Ring Spinning.
a. Proses Ring Spinning pada tahap peregangan dan antihan lanjut pada mesin
Ring Spinning, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko
keselamatan kerja yaitu luka

jari, tergores atau remuk terjepit silinder

horizontal mesin Ring Spinning. Upaya pengendalian yang telah dilakukan


oleh perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP dan bekeja hati-hati.
b. Proses Ring Spinning pada tahap menggulung benang pada Bobbin miring
pada mesin Ring Spinning, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan
risiko keselamatan kerja yaitu kaki memar atau luka lebam karena tertimpa/
kejatuhan Bobbin. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan
adalah bekerja sesuai dengan SOP dan menggunakan safety shoes.
c. Proses Ring Spinning pada tahap menggulung Bobbin pada posisi miring dan
menjaga kerataannya, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko
keselamatan kerja yaitu tergores benang atau luka tergesek Bobbin saat
melakukan penggulungan karena kurang hati-hati. Upaya pengendalian yang
telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP dan bekeja
hati-hati.
d. Proses Ring Spinning pada tahap memindahkan Bobbin ke mesin Winding
menggunakan roli, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko

89

keselamatan kerja yaitu jari kaki remuk terlindas roli. Upaya pengendalian
yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan safety shoes dan
mengatur jarak aman.
e. Proses Ring Spinning

pada saat menyalakan dan mematikan mesin Ring

spinning saat produksi sedang berjalan, terdapat potensi bahaya yang


menimbulkan risiko tersengat listrik/ kesetrum karena kondisi tangan dalam
keadaan basah. Pengendalian yang telah dilakukan adalah menyiapkan lap
kering di washtaffel dan bekerja sesuai dengan SOP.
Gambar 5.8
Mesin ring spinning

90

Table 5.9
Hasil identifikasi risiko pada tahap ring spinning di departemen spinning PT Unitex Tbk tahun 2010

No
8

Pekerjaan
Proses
spinning

Rincian Pekerjaan
ring Peregangan
antihan

lanjut

Skenario

dan Cara

antihan

pada peregangan

mesin Ring Spinning

Risiko
untuk Terjepit

mesin

Pengendalian PT Unitex Tbk


Ring -

tingkat Spinning / tergores dan -

Bekerja sesuai SOP


Bekerja hati-hati

lanjut kurang tepat/hati- luka jari tangan atau


hati

di

Ring remuk

mesin

Spinning
Menggulung

benang Meletakkan bobbin pada Kaki

pada Bobbin miring mesin simplex frame dg kejatuhan


pada

mesin

Ring posisi miring

Tertimpa/ Bobbin/

Bekerja sesuai dengan SOP


Menggunakan safety shoes

memar atau luka lebam

Spinning
Menggulung

Bobbin Tangan

pada posisi miring dan tergesek


menjaga kerataanya

tergores Bobbin saat -

melakukan
penggulungan
kurang hati-hati

karena

Bekerja sesuai SOP


Bekerja hati-hati

91

Mengirim Bobbin ke Memindahkan


mesin Winding

ke

mesin

Bobbin Jari

kaki

remuk -

Winding terlindas roli

Menggunakan safety shoes


Mengatur jarak aman

menggunakan roli

Menyalakan
mematikan mesin

dan Menyalakan

dan Tersengat

listrik/ -

mematikan mesin pre kesetrum

drawing dalam keadaan

Bekerja sesuai SOP


Menyediakan lap kering di
washtaffel

tangan basah
Sumber:

Hasil

Observasi

dan

Wawancara

dengan

Supervisor

dan

Pekerja

Dept

Spinning

PT.

Unitex

Tbk,

2010

92

4.6.9 Winding
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala sub-departemen dan
pekerja di bagian ini, dapat diketahu bahwa tahap proses kerja Winding adalah
menggulung benang pada Cones untuk di proses di mesin Winding.
a. Proses Winding

pada tahap Menggulung benang pada Cones di mesin

Winding, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan


kerja yaitu. Kaki kejatuhan Cones/ memar atau luka lebam. Upaya
pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai
dengan SOP, training sebelum bekerja dan menggunakan safety shoes.
b. Proses Winding pada tahap Cones dipindahkan ke mesin heat setter untuk di
uap agar kekuatan benang bertambah, terdapat potensi bahaya yang akan
menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu Wajah atau badan terkena uap
panas. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah
Bekerja sesuai dengan SOP, bekerja hati-hati dan menggunakan masker.
c. Proses Winding pada saat menyalakan dan mematikan mesin Winding/heat
setter saat produksi sedang berjalan, terdapat potensi bahaya yang
menimbulkan risiko tersengat listrik/ kesetrum karena kondisi tangan dalam
keadaan basah. Pengendalian yang telah dilakukan adalah menyiapkan lap
kering di washtaffel dan bekerja sesuai dengan SOP.
d. Proses Winding pada tahap mengambil Cones yang sudah di uap untuk di
kemas atau di pindahkan ke departemen wieving untuk di tenun, terdapat
potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu kaki
kejatuhan Cones/ memar atau luka lebam. Upaya pengendalian yang telah

93

dilakukan oleh perusahaan adalah training sebelum bekerja, bekerja sesuai


dengan SOP dan bekerja hati-hati.
e. Proses Winding

pada tahap memindahkan Cones ke departemen wieving

untuk di tenun dengan menggunakan roli, terdapat potensi bahaya yang akan
menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu jari kaki remuk terlindas roli.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah
menggunakan safety shoes dan mengatur jarak aman.

Gambar 5.9
Mesin Winding

94

Table 5.10
Hasil identifikasi risiko pada tahap winding di departemen spinning PT Unitex Tbk tahun 2010

No
9

Pekerjaan
Proses winding

Rincian Pekerjaan

Skenario

Risiko

Pengendalian PT Unitex Tbk

kejatuhan Kaki kejatuhan Cones/ pada Cones di mesin Cones saat melakukan memar
atau
luka Winding
penggulungan karena lebam
Menggulung benang Tertimpa/

Training sebelum bekerja


Bekerja sesuai dengan SOP
Menggunakan safety shoes

kurang hati-hati
Memindahkan cones Cones dipindahkan ke Wajah
ke mesin heat setter

mesin

heat

atau

badan -

setter terkena uap panas

Menggunakan masker

Bekerja hati-hati

Bekerja sesuai SOP

Bekerja sesuai SOP

heat

Penyediaan alat pemadam

setter untuk di lakukan

Bekerja hati-hati

untuk di uap agar


kekuatan

benang

bertambah
Melakukan
penguapan

proses Cones dimasukkan ke Peledakan


dengan dalam

heat setter

mesin

penguapan

dalam

waktu tertentu
Menyalakan
mematikan mesin

dan Menyalakan
mematikan

dan Tersengat

listrik/ -

mesin kesetrum

Bekerja sesuai SOP


Menyediakan lap kering di

95

Winding(heat

setter)

washtaffel

dalam keadaan tangan


basah
Membongkar Cones Mengambil
dari
penguapan

Cones Kaki kejatuhan Cones/ mesin yang sudah di uap memar


atau
luka untuk di kemas atau di lebam
pindahkan
departemen

Training sebelum bekerja


Bekerja sesuai dengan SOP
Menggunakan safety shoes

ke
wieving

untuk di tenun
Mengirim cones ke Memindahkan Cones Jari
departemen wieving

kaki

remuk -

ke departemen wieving terlindas roli

Menggunakan safety shoes


Mengatur jarak aman

untuk di tenundengan
menggunakan roli
Sumber:

Hasil

Observasi

dan

Wawancara

dengan

Supervisor

dan

Pekerja

Dept

Spinning

PT.

Unitex

Tbk,

2010

96

5.4

ANALISIS

RISIKO

PADA

SETIAP

TAHAPAN

PEKERJAAN

PROSES

PEMINTALAN(SPINNING) DI BAGIAN PRODUKSI PT UNITEX Tbk.


Setelah dilakukan identifikasi risiko, tahap selanjutnya adalah melakukan analisis
risiko dari setiap tahapan pekerjaan proses spinning. Analisis risiko dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis semi kuantitatif berdasarkan AS / NZS 4360 : 1999.
5.4.1 Hasil Analisis Risiko Pada Tahap blowing
a. Membuka gumpalan serat padat
1. Tertimpa gumpalan serat padat
Pada saat membuka gumpalan serat padat, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap
ini adalah jari kaki terluka atau lebam akibat tertimpa gumpalan serat padat yang
memiliki berat kurang lebih 50 kg, namun permukaannya tidak tajam, sehingga nilai
konsekuensi 1 dengan kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka
ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan
efek yang juga setempat. Untuk tingkat pemaparan dilakukan sekali dalam sehari
yaitu dengan nilai paparan 6 dengan kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh
dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh
nilai tingkat risiko 18 dengan kategori Acceptable.

97

b. Membersihkan serat di mesin blowing


1. Jari tangan terjepit mesin blowing
Pada saat membersihkan serat di mesin blowing, risiko yang berpotensi terjadi
pada tahap ini adalah jari tangan terjepit atau jari memar akibat terjepit antara
roller pencampur di mesin blowing yang memiliki nilai konsekuensi 1 dengan
kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau
penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga
setempat. Untuk tingkat pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap hari
dengan nilai paparan 10 dan termasuk dalam kategori continuously, sedangkan
untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja
tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3
dengan kategori unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat
risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan
kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 30 dengan kategori Priority
3.
c. Memindahkan serat kapas yang telah digulung/sliver ke mesin carding
1. Kaki terlindas roli
Pada saat memindahkan serat kapas yang telah digulung/sliver ke mesin carding
dengan menggunakan roli, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah
kaki luka/remuk terlindas roli yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori
important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis
dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali
dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently,

98

sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika
pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri
nilai 3 dengan kategori unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui
tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan
kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori
Substansial.
d. Menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Pada saat menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi, risiko yang
berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/ kesetrum karena
tangan basah oleh keringan/air

yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan

kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh
penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan
terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori
Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah
terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun

namun mungkin saja terjadi jika

pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri
nilai 0.5 dengan kategori Conceivable. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat
diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi,
paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 15 dengan
kategori Acceptable.

99

Tabel 5.11
Hasil analisis risiko pada tahap blowing di departemen spinning PT Unitex Tbk
Tahun 2010
Uraian
Pekerjaan

Risiko

Konsekuensi
(C)

Paparan
(E)

Kemungkinan
(L)

Nilai
Risiko

Membuka
gumpalan serat
padat

Jari kaki
terluka /
lebam
tertimpa
gumpalan
serat

1
(Noticeable)

6
(Frequently)

3
(Unusual)

18

membersihkan
serat di mesin
blowing

Jari tangan
terjepit/ jari
memar

1
(Noticeable)

10
(continuously)

3
(Unusual)

30

Memindahkan

Kaki luka/

serat kapas yang

terlindas roli

telah

90
5
(Important)

6
(Frequently)

3
(Unusual)

digulung/sliver
ke mesin carding
dengan
menggunakan
roli
Menyalakan dan

Tersengat

mematikan

listrik/

mesin

kesetrum

0.5
(Conceivable)

15

6
(Frequently)
5
(important)

Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara dengan Supervisor dan Operator Dept spinning PT.
Unitex Tbk, 2010

100

5.4.2 Hasil Analisis Risiko Pada Tahap carding


a. Merangkap sliver
1. Jari tangan terjepit mesin Carding

Pada saat merangkap sliver di mesin Carding, risiko yang berpotensi terjadi pada
tahap ini adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin Carding

yang

memiliki nilai konsekuensi 5 (important), karena pada risiko tersebut


membutuhkan penanganan medis. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam
sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan

untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja
tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3
dengan kategori unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat
risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan
kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori
Substansial.
b. Memisahkan dan membersihkan serat
1. Jari tangan tergores
Pada saat memisahkan dan membersihkan serat di mesin Carding, risiko yang
berpotensi terjadi pada tahap ini adalah jari tangan tergores karena gesekan
silinder mesin Carding

yang memiliki nilai konsekuensi 1 dengan kategori

Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit
ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat.
Untuk tingkat pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap hari dengan nilai
paparan 10 dan termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi

101

peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 30 dengan kategori Priority 3.
c. Mengirim sliver ke mesin pre drawing
1. Kaki terlindas roli
Pada saat mengirim sliver ke mesin pre drawing dengan menggunakan roli, risiko
yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka/remuk terlindas roli yang
memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko
tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu
merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai
paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori Substansial.
d. Menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Pada saat menyalakan dan mematikan mesin Carding ketika beroperasi, risiko
yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/ kesetrum
karena tangan basah oleh keringat/air yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan
kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh

102

penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan
terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori
Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah
terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun

namun mungkin saja terjadi jika

pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri
nilai 0.5 dengan kategori Conceivable. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat
diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi,
paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 15 dengan
kategori Acceptable.
Tabel 5.12
Hasil analisis risiko pada tahap Carding di departemen spinning PT Unitex Tbk
Tahun 2010
Uraian
Pekerjaan

Risiko

Konsekuensi
(C)

Merangkap sliver

luka jari atau

5
(important)

remuk

Paparan
(E)
6
(Frequently)

Kemungkinan
(L)
3
(Unusual)

Nilai
Risiko
90

10
(continuously)

3
(Unusual)

30

6
(Frequently)

3
(Unusual)

terjepit
mesin
Carding
Memisahkan dan
membersihkan

Jari tangan
tergores

1
(Noticeable)

serat
Mengirim sliver

kaki

ke mesin pre

luka/remuk

drawing

terlindas roli

90
5
(important)

103

Menyalakan dan -

Tersengat

mematikan mesin

listrik/

5
(important)

kesetrum

0.5
(Conceivable)

15

6
(Frequently)

Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara dengan Supervisor dan Operator Dept spinning PT.
Unitex Tbk, 2010

5.4.3 Hasil Analisis Risiko Pada Tahap pre drawing


a. Mensejajarkan serat pada mesin Pre Drawing
1. Jari tangan tergores
Pada saat mensejajarkan serat pada mesin pre drawing, risiko yang berpotensi
terjadi pada tahap ini adalah jari tangan tergores karena gesekan silinder mesin
pre drawing yang memiliki nilai konsekuensi 1 dengan kategori Noticeable,
karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan
kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Untuk
tingkat pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap hari dengan nilai paparan
10 dan termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 30 dengan kategori Priority 3.

104

b. Merangkap sliver
1. Jari tangan terjepit mesin pre drawing

Pada saat merangkap sliver di mesin pre drawing, risiko yang berpotensi terjadi
pada tahap ini adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin pre drawing
yang memiliki nilai konsekuensi 5 (important), karena pada risiko tersebut
membutuhkan penanganan medis. Untuk tingkat pemaparan terjadi secara terus menerus setiap hari dengan nilai paparan 10 dan termasuk dalam kategori
continuously, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, kejadian tersebut sangat
kecil kemungkinan untuk terjadinya, sehingga di beri nilai 1 dengan kategori
Remotely possible. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko
yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 50 dengan kategori Priority 3.
c. Mengirim sliver ke mesin Lap former
1. Kaki terlindas roli
Pada saat mengirim sliver ke mesin Lap former dengan menggunakan roli, risiko
yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka/remuk terlindas roli yang
memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko
tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu
merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai
paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang

105

diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,


sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori Substansial.
d. Menyalakan dan mematikan mesin pre drawing ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Pada saat menyalakan dan mematikan mesin pre drawing ketika beroperasi, risiko
yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/ kesetrum
karena tangan basah oleh keringat/air yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan
kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh
penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan
terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori
Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah
terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun

namun mungkin saja terjadi jika

pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri
nilai 0.5 dengan kategori Conceivable. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat
diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi,
paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 15 dengan
kategori Acceptable
Tabel 5.13 Hasil analisis risiko pada tahap pre drawing di departemen spinning
PT Unitex Tbk Tahun 2010
Uraian
Pekerjaan
Mensejajarkan

Risiko
luka gores di

serat pada mesin jari tergesek


Pre Drawing

silinder mesin
Pre Drawing

Konsekuensi
(C)
1
(Noticeable)

Paparan
(E)
10
(continuously
)

Kemungkinan
(L)
3
(Unusual)

Nilai
Risiko
30

106

Merangkap

luka jari atau

sliver

remuk

5
(important)

10
(continuously
)

1
(Remotely
possible)

50

5
(important)

6
(Frequently)

3
(Unusual)

90

0.5
(Conceivable)

15

Terjepit mesin
Pre Drawing
Mengirim sliver

Jari kaki remuk

ke mesin lap

terlindas roli

former

Menyalakan dan
mematikan

Tersengat

mesin

listrik/ kesetrum

6
(Frequently)
5
(important)

Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara dengan Supervisor dan Operator Dept
spinning PT. Unitex Tbk, 2010
5.4.4 Hasil Analisis Risiko Pada Tahap lap former
a. Peneyisiran sliver dari kotoran di mesin lap Former
1. Jari tangan terjepit mesin Lap former

Pada saat peneyisiran sliver dari kotoran di mesin lap former, risiko yang
berpotensi terjadi pada tahap ini adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin
Lap former yang memiliki nilai konsekuensi 5 (important), karena pada risiko
tersebut membutuhkan penanganan medis. Untuk tingkat pemaparan terjadi
secara terus - menerus setiap hari dengan nilai paparan 10 dan termasuk dalam
kategori continuously, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, kejadian
tersebut sangat kecil kemungkinan untuk terjadinya, sehingga di beri nilai 1
dengan kategori Remotely possible. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui

107

tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan
kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 50 dengan kategori Priority
3.
b. Membuang serat pendek
1. Jari tangan tergores
Pada saat mensejajarkan serat pada mesin Lap former, risiko yang berpotensi
terjadi pada tahap ini adalah jari tangan tergores karena luka gores tergesek gigigigi mesin lap former yang memiliki nilai konsekuensi 1 dengan kategori
Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit
ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat.
Untuk tingkat pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap hari dengan nilai
paparan 10 dan termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 30 dengan kategori Priority 3.
c. Mengirim sliver ke mesin Combing
1. Kaki terlindas roli
Pada saat mengirim sliver ke mesin Combing dengan menggunakan roli, risiko
yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka/remuk terlindas roli yang
memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko
tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu

108

merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai
paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori Substansial.
d. Menyalakan dan mematikan mesin lap former ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Pada saat menyalakan dan mematikan mesin Lap former ketika beroperasi, risiko
yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/ kesetrum
karena tangan basah oleh keringat/air yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan
kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh
penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan
terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori
Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah
terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun

namun mungkin saja terjadi jika

pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri
nilai 0.5 dengan kategori Conceivable. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat
diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi,
paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 15 dengan
kategori Acceptable.

109

Tabel 5.14
Hasil analisis risiko pada tahap lap former di departemen spinning PT Unitex Tbk
Tahun 2010
Uraian
Pekerjaan
Penyisiran

Risiko
Luka jari atau

sliver dari

remuk Terjepit
mesin Lap

kotoran

Konsekuensi
(C)

5
(important)

Paparan
Kemungkinan
(E)
(L)
10
(continuously)
1
(Remotely
possible )

1
(Noticeable)

10
(continuously)

Nilai
Risiko
50

Former
Membuang

Luka gores

serat pendek

tergesek gigi-

3
(Unusual)

30

gigi mesin lap


former
Mengirim

Jari kaki remuk

sliver ke mesin

terlindas roli

90
5
(important)

6
(Frequently)

3
(Unusual)

combing
Menyalakan
dan mematikan
mesin

Tersengat
listrik/

5
(important)

6
(Frequently)

0.5
(Conceivable)

15

kesetrum

5.4.5 Hasil Analisis Risiko Pada Tahap combing


a. Meluruskan serat di mesin Combing
1. Jari tangan terjepit mesin Combing

Pada saat meluruskan serat di mesin Combing, risiko yang berpotensi terjadi pada
tahap ini adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin Combing

yang

memiliki nilai konsekuensi 5 (important), karena pada risiko tersebut


membutuhkan penanganan medis. sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal

110

tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar
kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori unusual. Dari ketiga hal
tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan
nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat
risiko 90 dengan kategori Substansial.
b. Mengirim sliver ke mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd
1. Kaki terlindas roli
Pada saat mengirim sliver ke mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd dengan menggunakan
roli, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka/remuk
terlindas roli yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important,
karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan
efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam
sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan
untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja
tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3
dengan kategori unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat
risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan
kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori
Substansial.
c. Menyalakan dan mematikan mesin Combing ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Pada saat menyalakan dan mematikan mesin Combing ketika beroperasi, risiko
yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/ kesetrum

111

karena tangan basah oleh keringat/air yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan
kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh
penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan
terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori
Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah
terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun

namun mungkin saja terjadi jika

pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri
nilai 0.5 dengan kategori Conceivable. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat
diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi,
paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 15 dengan
kategori Acceptable.
Tabel 5.15
Hasil analisis risiko pada tahap combing di departemen spinning PT Unitex Tbk
Tahun 2010

Uraian
Pekerjaan
meluruskan serat

Risiko
luka jari atau

di mesin Combing

remuk terjepit

Konsekuensi
(C)

Paparan
(E)

Kemungkinan
(L)

5
(important)

6
(Frequently)

3
(Unusual)

5
(important)

6
(Frequently)

3
(Unusual)

5
(important)

6
(Frequently)

0.5
(Conceivable)

Nilai
Risiko
90

mesin Combing
Mengirim sliver

Jari kaki remuk

ke mesin Drawing terlindas roli

90

1st, 2nd, 3rd


Menyalakan dan
mematikan mesin

Tersengat listrik/
kesetrum

15

Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara dengan Supervisor dan Operator Dept spinning PT.
Unitex Tbk, 2010

112

5.4.6 Hasil Analisis Risiko Pada Tahap Drawing 1st, 2nd, 3rd
a. meluruskan, mensejejajarkan serat dalam sliver ke arah sumbu pada
mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd
st

nd

1. Jari tangan terjepit mesin Drawing 1 , 2 , 3

rd

Pada saat meluruskan, mensejejajarkan serat dalam sliver ke arah sumbu pada
mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah
luka jari atau remuk akibat terjepit mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd yang memiliki
nilai konsekuensi 5 (important), karena pada risiko tersebut membutuhkan
penanganan medis. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan
nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori Substansial.
b. Memperbaiki kerataan, berat dan panjang, campuran dengan perangkapan
1. Jari tangan tergores
Pada saat memperbaiki kerataan, berat dan panjang, campuran dengan
perangkapan pada mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd, risiko yang berpotensi terjadi pada
tahap ini adalah jari tangan tergores karena tergesek gigi-gigi mesin Drawing 1st,
2nd, 3rd yang memiliki nilai konsekuensi 1 dengan kategori Noticeable, karena
pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian
setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Untuk tingkat

113

pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam
kategori Frequently. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut
mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang
ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori unusual. Dari ketiga hal tersebut,
maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai
konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 18
dengan kategori Acceptable.
c. Menyalakan dan mematikan mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Pada saat menyalakan dan mematikan mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd ketika
beroperasi, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran
listrik/ kesetrum karena tangan basah oleh keringat/air

yang memiliki nilai

konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka
yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat
pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam
kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak
pernah terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun namun mungkin saja terjadi jika
pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri
nilai 0.5 dengan kategori Conceivable. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat
diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi,
paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 15 dengan
kategori Acceptable.

114

c. Mengirim sliver ke mesin Simplex Frame


1. Kaki terlindas roli
Pada saat mengirim sliver ke mesin Simplex Frame dengan menggunakan roli,
risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka/remuk terlindas roli
yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko
tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu
merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai
paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori Substansial.
Tabel 5.16
Hasil analisis risiko pada tahap Drawing 1st, 2nd, 3rd di departemen spinning PT
Unitex Tbk Tahun 2010
Uraian
Pekerjaan
Meluruskan,

Risiko
luka jari atau

mensejejajarkan

remuk terjepit

serat dalam sliver mesin


ke

arah

pada
Drawing

sumbu Drawing
mesin

Konsekuensi
(C)

5
(important)

Paparan
(E)

Kemungkinan
(L)

Nilai
Risiko

6
(Frequently)

3
(Unusual)

90

115

Memperbaiki
kerataan,
dan

Jari

tangan

berat tergores
panjang, serat/benang

campuran dengan

1
(Noticeable)

6
(Frequently)

3
(Unusual)

18

5
(important)

6
(Frequently)

0.5
(Conceivable)

15

5
(important)

6
(Frequently)

3
(Unusual)

90

perangkapan
Menyalakan dan

Tersengat

mematikan mesin

listrik/
kesetrum

Mengirim

sliver Jari

kaki

ke mesin Simplex terlindas roli


Frame

Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara dengan Supervisor dan Operator Dept spinning PT.
Unitex Tbk, 2010
5.4.7 Hasil Analisis Risiko Pada Tahap simplex frame
a. Peregangan lanjut di mesin simplex frame
1. Jari tangan terjepit mesin Simplex frame

Pada saat peregangan lanjut di mesin simplex frame, risiko yang berpotensi terjadi
pada tahap ini adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin Lap former yang
memiliki nilai konsekuensi 5 (important), karena pada risiko tersebut
membutuhkan penanganan medis. Untuk tingkat pemaparan terjadi secara terus menerus setiap hari dengan nilai paparan 10 dan termasuk dalam kategori
continuously, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, kejadian tersebut sangat
kecil kemungkinan untuk terjadinya, sehingga di beri nilai 1 dengan kategori
Remotely possible. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko

116

yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,


sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 50 dengan kategori Priority 3.
b. Memasang Shinomaki
1. Jari tangan tergores
Pada saat Memasang Shinomaki, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini
adalah kaki atau pundak/punggung luka/lebam tertimpa shinomki penuh yang
beratnya bsa mencapai 10 kg, sehingga nilai nilai konsekuensi 5 (important),
karena pada risiko tersebut membutuhkan penanganan medis. Untuk tingkat
pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap hari dengan nilai paparan 10 dan
termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya,
kejadian tersebut sangat kecil kemungkinan terjadinya, sehingga di beri nilai 1
dengan kategori Remotely possible. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui
tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan
kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 50 dengan kategori Priority
3.
c. Memberikan antihan/twist
1. Jari tangan tergores
Pada saat memberikan antihan/twist di mesin simplex frame, risiko yang
berpotensi terjadi pada tahap ini adalah jari tangan tergores benag twist yang
memiliki nilai konsekuensi 1 dengan kategori Noticeable, karena pada risiko
tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat
yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Untuk tingkat pemaparan
terjadi secara terus - menerus setiap hari dengan nilai paparan 10 dan termasuk

117

dalam kategori continuously. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal


tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar
kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori unusual. Dari ketiga hal
tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan
nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat
risiko 30 dengan kategori Priority 3.
d. Menggulung benang pada Bobbin tegak
1. Kaki tertimpa Bobbin
Pada saat menggulung benang pada Bobbin tegak , risiko yang berpotensi tejadi
pada tahap ini adalah kaki memar atau lebam tertimapa Bobbin yang memiliki
nilai konsekuensi 5 (important), karena pada risiko tersebut membutuhkan
penanganan medis. Untuk tingkat pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap
hari dengan nilai paparan 10 dan termasuk dalam kategori continuously,
sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, kejadian tersebut sangat kecil
kemungkinan untuk terjadinya, sehingga di beri nilai 1 dengan kategori Remotely
possible. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 50 dengan kategori Priority 3.
e. Memperbaiki Bobbin dan arah gulungan
1. Jari tangan tergores
Pada saat memperbaiki Bobbin dan arah gulungan di mesin simplex frame, risiko
yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah jari tangan tergores benang yang
sedang diluruskan, sehingga memiliki nilai konsekuensi 1 dengan kategori

118

Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit
ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat.
Untuk tingkat pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap hari dengan nilai
paparan 10 dan termasuk dalam kategori continuously. Sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 30 dengan kategori Priority 3.
f. Mengirim Bobbin ke mesin Ring spinning
1. Kaki terlindas roli
Pada saat mengirim Bobbin ke mesin Ring spinning dengan menggunakan roli,
risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka/remuk terlindas roli
yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko
tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu
merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai
paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori Substansial.

119

g. Menyalakan dan mematikan mesin Simplex Frame ketika beroperasi


1.Terkena aliran listrik
Pada saat menyalakan dan mematikan mesin Simplex Frame ketika beroperasi,
risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/ kesetrum
karena tangan basah oleh keringat/air yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan
kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh
penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan
terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori
Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah
terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun

namun mungkin saja terjadi jika

pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri
nilai 0.5 dengan kategori Conceivable. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat
diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi,
paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko dengan kategori
Acceptable.
Tabel 5.17
Hasil analisis risiko pada tahap Simplex frame departemen spinning PT Unitex
Tbk Tahun 2010
Uraian
Pekerjaan
Peregangan

Risiko

tergores

dan

lanjut dan pada luka jari atau


mesin

Simplex remuk

Frame

terjepit

mesin

Simplex Frame

Konsekuensi
(C)

Paparan
(E)

Kemungkinan
(L)

5
(important)

10
(continuously)

1
(Remotely
possible)

Nilai
Risik
o
50

120

Memasang

Kaki atau badan

Shinomaki

luka/lebam

5
(important)

10
(continuously)

1
Remotely
posible

50

1
(noticeable)

10
(Continously)

3
(Unusual)

30

5
(important)

10
(continuously)

1
Remotely
posible

50

1
(Noticeable)

10
(continuously)

3
(Unusual)

5
(important)

6
(Frequently)

3
(Unusual)

tertimpa
shinomki penuh
Memberikan

Jari

antihan/twist

tergores

tangan

benang/serat
Menggulung
benang

Kaki Tertimpa/
pada kejatuhan

Bobbin tegak

Bobbin/ memar
atau luka lebam

Memperbaiki

Jari tangan

Bobbin dan arah tergores atau


gulungan

lecet terkenan
mesin gulung

30

simplex frame
Mengirim

Jari kaki remuk

Bobbin ke mesin

terlindas roli

Ring Spinning
Menyalakan dan

Tersengat

mematikan

listrik/

mesin

kesetrum

5
(important)

6
(Frequently)

0.5
(Conceivable)

90

15

Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara dengan Supervisor dan Operator Dept
spinning PT. Unitex Tbk, 2010

121

5.4.8 Hasil Analisis Risiko Pada Tahap Ring Spinning


a. Peregangan lanjut di mesin Ring Spinning
1. Jari tangan terjepit mesin Ring Spinning

Pada saat peregangan lanjut di mesin Ring Spinning, risiko yang berpotensi terjadi
pada tahap ini adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin Ring Spinning
yang memiliki nilai konsekuensi 1 dengan kategori Noticeable, karena pada risiko
tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat
yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Untuk tingkat pemaparan
terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori
Frequently. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja
terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga
di beri nilai 3 dengan kategori unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat
diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi,
paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 18 dengan
kategori Acceptable.
b. Menggulung benang pada Bobbin miring
1. Kaki tertimpa Bobbin
Pada saat menggulung benang pada Bobbin miring pada mesin Ring Spinning,
risiko yang berpotensi tejadi pada tahap ini adalah kaki memar atau lebam
tertimpa Bobbin yang memiliki nilai nilai konsekuensi 5 dengan kategori
important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis
dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali
dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently,

122

sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah terjadi


meskipun terpapar bertahun-tahun namun mungkin saja terjadi jika pekerja tidak
mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 0.5 dengan
kategori Conceivable. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko
yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 15 dengan kategori Acceptable.
c. Meratakan gulungan Bobbin miring
1. Jari tangan tergores
Pada saat meratakan gulungan bobbin miring, risiko yang berpotensi terjadi pada
tahap ini adalah jari tangan tergores benang yang sedang diratakan, sehingga
memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko
tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu
merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai
paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori Substansial.
d. Mengirim Bobbin ke mesin Winding
1. Kaki terlindas roli
Pada saat mengirim Bobbin ke mesin Winding dengan menggunakan roli, risiko
yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka/remuk terlindas roli yang

123

memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko


tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu
merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai
paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar jarak aman roli, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori Substansial.
e. Menyalakan dan mematikan mesin Ring Spinning ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Pada saat menyalakan dan mematikan mesin Ring Spinning ketika beroperasi,
risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/ kesetrum
karena tangan basah oleh keringat/air yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan
kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh
penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan
terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori
Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah
terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun

namun mungkin saja terjadi jika

pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri
nilai 0.5 dengan kategori Conceivable. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat
diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi,

124

paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 15 dengan


kategori Acceptable.
Tabel 5.18
Hasil analisis risiko pada tahap Ring spinning departemen spinning PT Unitex Tbk
Tahun 2010
Uraian Pekerjaan
Peregangan

Risiko

dan Terjepit

Ring tergores

Spinning

luka

Paparan
(E)

Kemungkinan
(L)

Nilai
Risiko

1
(Noticeable)

6
(Frequently)

3
(Unusual)

18

5
(Important)

6
(Frequently)

0.5
(Conceivable)

15

mesin

antihan lanjut pada Ring Spinning /


mesin

Konsekuensi
(C)

dan

jari atau

remuk
Menggulung
benang
Bobbin

Kaki Tertimpa/
pada kejatuhan
miring Bobbin/ memar

pada mesin Ring atau luka lebam


Spinning
Menggulung

90

Tergores

Bobbin pada posisi tergesek


miring

dan Bobbin

6
(Frequently)

3
(Unusual)

5
(Important)

6
(Frequently)

3
(Unusual)

90

10
(Continously)

0.5
(Conceivable)

25

saat

menjaga

melakukan

kerataanya

penggulungan
karena

5
(Important)

kurang

hati-hati
Mengirim Bobbin Jari kaki remuk
ke mesin Winding

Menyalakan

terlindas roli

dan Tersengat

mematikan mesin

listrik/ kesetrum

5
(Important)

Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara dengan Supervisor dan Operator Dept spinning PT. Unitex
Tbk, 2010

125

5.4.9 Hasil Analisis Risiko Pada Tahap Winding


a. Menggulung benang pada Cones di mesin Winding
1. Kaki kejatuhan Cones
Pada saat Menggulung benang pada Cones di mesin Winding, risiko yang
berpotensi tejadi pada tahap ini adalah kaki memar atau lebam karena tertimpa
Cones benang seberat 4 kg atau lebih yang memiliki nilai konsekuensi 1 dengan
kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau
penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga
setempat. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai
paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 18 dengan kategori Acceptable.
b. Memindahkan cones ke mesin heat setter
1. Kaki terlindas creell
Pada saat memindahkan Cones ke mesin heat setter dengan menggunakan creell,
risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka/remuk terlindas
creell yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada
risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak
terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan
nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat

126

kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar jarak aman roli, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori Substansial.
c. Proses penguapan dengan heat setter
1. Pada saat proses penguapan dengan heat setter, risiko yang berpotensi terjadi
pada tahap ini adalah peledakan akibat tekanan uap atau kesalahan penutupan
bejana penguapan, hal ini memiliki konsekuensi 50 (Disaster), karena pada risiko
tersebut dapat menimbulkan kematian, kerusakan setempat dan menetap terhadap
lingkungan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai
paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut merupakan kejadian yang kemungknan terjadinya
sangat kecil, sehingga di beri nilai 1 dengan kategori remotely pssible. Dari
ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan
mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh
nilai tingkat risiko 300 dengan kategori very high.
d. Menyalakan dan mematikan mesin Winding ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Pada saat menyalakan dan mematikan mesin Ring Spinning ketika beroperasi,
risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/ kesetrum
karena tangan basah oleh keringat/air yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan
kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh

127

penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan
terjadi secara terus - menerus setiap hari dengan nilai paparan 10 dan termasuk
dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal
tersebut tidak pernah terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun namun mungkin
saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada,
sehingga di beri nilai 0.5 dengan kategori Conceivable. Dari ketiga hal tersebut,
maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai
konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 25
dengan kategori Priority 3.
e. Membongkar Cones dari mesin penguapan(Heat setter)
1. Pada saat membongkar Cones dari mesin penguapan(Heat setter), risiko yang
berpotensi tejadi pada tahap ini adalah kaki memar atau lebam karena tertimpa
Cones benang seberat 4 kg atau lebih
penguapan, peristiwa ini

yang baru dikeluarkan dari mesin

memiliki nilai konsekuensi 1 dengan kategori

Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit
ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat.
Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan
termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya,
hal tersebut merupakan kejadian yang kemungknan terjadinya sangat kecil,
sehingga di beri nilai 1 dengan kategori remotely pssible. Dari ketiga hal tersebut,
maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai
konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 6
dengan kategori Acceptable.

128

f. Mengirim cones ke departemen Wieving


1. Pada saat mengirim cones ke departemen Wieving dengan menggunakan roli,
risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka/remuk terlindas roli
yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko
tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu
merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai
paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar jarak aman roli, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori
unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang
diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan,
sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori Substansial.
Tabel 5.19
Hasil analisis risiko pada tahap Winding departemen spinning PT Unitex Tbk Tahun
2010
Uraian Pekerjaan
Menggulung

Risiko

Konsekuensi
(C)

Paparan
(E)

Kemungkinan
(L)

Nilai
Risiko

1
(Noticeable)

6
(Frequently)

3
(Unusual)

18

6
(Frequently)

3
(Unusual)

90

6
(Frequently)

1
(Remotely
possible)

300

Kaki kejatuhan

benang pada Cones Cones/ memar


di mesin Winding

atau

luka

lebam
Memindahkan
cones

ke

Wajah

mesin badan terkena

heat setter

uap panas

Melakukan proses

Peledakan

penguapan dengan
heat setter

atau
5
(Important)

50
(Disaster)

129
Menyalakan

5
(Important)

dan Tersengat

mematikan mesin

listrik/

10
(Continously)

0.5
(Conceivable)

25

1
(noticeable)

6
(Frequently)

1
(Remotely
possible)

5
(Important)

6
(Frequently)

3
(Unusual)

90

kesetrum
Membongkar

Kaki kejatuhan

Cones dari mesin Cones/ memar


penguapan

atau

luka

lebam
Mengirim cones ke Jari kaki remuk
departemen

terlindas roli

wieving

Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara dengan Supervisor dan Operator Dept
spinning PT. Unitex Tbk, 2010

5.5

EVALUASI RISIKO PADA SETIAP TAHAPAN PEKERJAAN PROSES


PEMINTALAN(SPINNING) DI BAGIAN PRODUKSI PT UNITEX Tbk.
Setelah dilakukan analisis risiko di departemen spinning mulai dari tahap Blowing,

Carding, Pre Drawing, Lap Former, Combing, Drawing 1st, 2nd, 3rd , Simplex Frame, Ring
Spinning

dan Winding. Tahapan selanjutnya adalah melakukan evaluasi risiko dari setiap

tahapan proses kerja di departemen spinning. Pada tahap ini, evaluasi risiko di tentukan oleh
hasil estimasi ketiga komponen yaitu nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan. Maka tingkat
risiko yang dihasilkan dari tiap risiko keselamatan memiliki nilai tingkat risiko yang berbedabeda satu sama lain, namun dengan kategori tingkat yang hampir sama dengan yang lainya.
Evaluasi risiko dalam penelitian ini merujuk pada analisis semi kuantitatif AS/NZS 4360:1999.

130

5.5.1 Hasil Evaluasi Risiko Pada Tahap Blowing


Berdasarkan hasil analisis risiko pada tahap Blowing kaki tertimpa gumpalan serat
dan risiko tersengat listrik atau kesetrum, memiliki tingkat risiko Acceptable yang berarti
intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin. Selanjutnya risiko jari
tangan terjepit dan memar memiliki tingkat risiko priority 3 yang memerlukan
pengawasan dan perhatian secara berkesinambungan. Sedangkan untuk risiko jari kaki
terlindas lori memiliki tingkat risiko substansial yang berarti mengharuskan adanya
perbaikan secara teknis.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah memastikan gumpala serat dalam posisi
seimbang dan sesuai dengan kemampuan, komunikasi antar pekerja, melakukan safety
talk sebelum memulai pekerjaan, mengatur jarak aman dengan mesin yang sedang dalam
posisi on, menjaga roli agar selalu dalam jalur lintasan roli pada saat menggunakan roli,
menjaga housekeeping lingkungan kerja, warning sign untuk menunjukkan adanya
bahaya listrik dan menjaga proses kerja dalam keadaan aman. Hasil evaluasi risiko
keselamatan kerja pada tahap Blowing secara rinci dapat dilihat pada table 5.20
Table 5.20
Hasil Evaluasi Risiko Tahap Blowing
Pada Proses Spinning di Bagian Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010
Uraian Pekerjaan
Risiko
Nilai
Tingkat Risiko
Rekomendasi
Risiko
Membuka
Jari
kaki
Memastikan gumpala serat
gumpalan serat
terluka
/
18
Acceptable
dalam posisi seimbang dan
padat
lebam
tertimpa
sesuai dengan kemampuan
gumpalan
Komunikasi antar pekerja
serat
membersihkan serat
di mesin blowing

Jari tangan
terjepit/ jari
memar

30

Priority 3

Mengatur
jarak
dengan mesin
Safety Talk

aman

131

Komunikasi antar pekerja

Memindahkan serat

Kaki luka/

kapas yang telah

terlindas roli

90

Substansial

Mengikuti lintasan roli pada


saat menggunakan roli

digulung/sliver ke

Menjaga posisi roli pada sat

mesin carding

menggunakan roli

dengan

Menjaga

menggunakan roli

lingkungan kerja
15

Acceptable

Warning

Housekeeping

sign

Menyalakan dan

Tersengat

mematikan mesin

listrik/

bahaya listrik

kesetrum

Safety Talk

adanya

5.5.2 Hasil Evaluasi Risiko Pada Tahap Carding


Berdasarkan hasil analisis risiko pada tahap Carding jari tangan tergores memiliki
tingkat risiko Acceptable yang berarti intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi
seminimal mungkin. Selanjutnya risiko tersengat listrik/ kesetrum memiliki tingkat risiko
priority 3 yang memerlukan pengawasan dan perhatian secara berkesinambungan.
Sedangkan untuk luka jari tangan atau remuk terjepit mesin Carding dan Jari
kaki luka /lebam tertimpa sliver memiliki tingkat risiko substansial yang berarti
mengharuskan adanya perbaikan secara teknis.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah memastikan sliver dalam posisi seimbang
dan sesuai dengan kemampuan, komunikasi antar pekerja,

melakukan safety talk

sebelum memulai pekerjaan, mengatur jarak aman dengan mesin yan sedang dalam posisi
on, menjaga roli agar selalu dalam jalur lintasan roli pada saat menggunakan roli,
menjaga housekeeping lingkungan kerja, warning sign untuk menunjukkan adanya

132

bahaya listrik dan menjaga proses kerja dalam keadaan aman. Hasil evaluasi risiko
keselamatan kerja pada tahap Carding secara rinci dapat dilihat pada table 5.2

Table 5.21
Hasil Evaluasi Risiko Tahap Carding Pada Proses Spinning di Bagian Produksi PT. Unitex Tbk
Tahun 2010
Uraian
Risiko
Nilai
Tingkat Risiko
Rekomendasi
Pekerjaan
Risiko
90
Substansial
Mengatur
jarak
aman
Merangkap sliver luka jari atau
dengan mesin
remuk

Safety Talk

terjepit mesin
Carding
Memisahkan dan

Jari tangan

membersihkan

tergores

Komunikasi antar pekerja


30

Acceptable

Mengatur
jarak
aman
dengan mesin
Safety Talk
Menggunakan gloves

90

Substansial

Memastikan sliver dalam

serat
Mengirim sliver

Jari kaki luka

ke mesin pre

/lebam

posisi seimbang dan sesuai

drawing

tertimpa

dengan kemampuan

sliver

Menggunakan roli
Komunikasi antar pekerja

Menyalakan dan

Tersengat

15

Priority 3

mematikan mesin listrik/


kesetrum

Warning

sign

adanya

bahaya listrik
Safety Talk

5.5.3 Hasil Evaluasi Risiko Pada Tahap pre drawing


Berdasarkan hasil analisis risiko pada tahap Pre drawing tersengat listrik/
kesetrum memiliki tingkat risiko Acceptable yang berarti intensitas yang menimbulkan
risiko dikurangi seminimal mungkin. Selanjutnya risiko luka gores di jari tergesek
silinder

mesin Pre Drawing dan luka jari atau remuk terjepit mesin Pre Drawing

133

memiliki tingkat risiko priority 3 yang memerlukan pengawasan dan perhatian secara
berkesinambungan.
Sedangkan untuk jari kaki remuk terlindas roli

memiliki tingkat risiko

substansial yang berarti mengharuskan adanya perbaikan secara teknis.


Tindakan yang perlu dilakukan adalah melakukan safety talk sebelum memulai
pekerjaan, mengatur jarak aman dengan mesin yan sedang dalam posisi on, menjaga roli
agar selalu dalam jalur lintasan roli pada saat menggunakan roli, memastikan sliver
dalam posisi seimbang dan sesuai dengan kemampuan, komunikasi antar pekerja,warning
sign untuk menunjukkan adanya bahaya listrik dan menjaga proses kerja dalam keadaan
aman. Hasil evaluasi risiko keselamatan kerja pada tahap pre drawing secara rinci dapat
dilihat pada table 5.22
Table 5.22
Hasil Evaluasi Risiko Tahap pre drawing
Pada Proses Spinning di Bagian Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010
Uraian
Pekerjaan
Mensejajarka

Risiko

Nilai
Risiko
30

Tingkat
Risiko
Priority 3

luka gores di jari

n serat pada

tergesek silinder

mesin Pre

mesin Pre Drawing

Safety Talk

Merangkap

luka jari atau remuk

sliver

Terjepit mesin Pre

Menggunakan gloves
Mengatur
jarak
aman
dengan mesin

Drawing

Mengirim
sliver ke
mesin lap

50

Priority 3

Rekomendasi
Mengatur
jarak
dengan mesin

aman

Drawing

Safety Talk

Jari kaki remuk

Komunikasi antar pekerja


Memastikan sliver dalam

terlindas roli

Substansial
90

posisi seimbang dan sesuai


dengan kemampuan

134

former

Menggunakan roli
Komunikasi antar pekerja

Menyalakan

Tersengat listrik/

dan

kesetrum

15

Acceptable

Warning

sign

adanya

bahaya listrik
Safety Talk

mematikan
mesin

5.5.4 Hasil Evaluasi Risiko Pada Tahap lap former


Berdasarkan hasil analisis risiko pada tahap lap former tersengat listrik/ kesetrum
memiliki tingkat risiko Acceptable yang berarti intensitas yang menimbulkan risiko
dikurangi seminimal mungkin. Selanjutnya risiko luka gores di jari tangan tergesek
silinder mesin lap former dan luka jari tangan atau remuk terjepit mesin lap former
memiliki tingkat risiko priority 3 yang memerlukan pengawasan dan perhatian secara
berkesinambungan.
Sedangkan untuk jari kaki remuk terlindas roli

memiliki tingkat risiko

substansial yang berarti mengharuskan adanya perbaikan secara teknis.


Tindakan yang perlu dilakukan adalah mengatur jarak aman dengan mesin yang
sedang dalam posisi on, melakukan safety talk sebelum memulai pekerjaan, menjaga roli
agar selalu dalam jalur lintasan roli pada saat menggunakan roli, memastikan sliver
dalam posisi seimbang dan sesuai dengan kemampuan, komunikasi antar pekerja,warning
sign untuk menunjukkan adanya bahaya listrik dan menjaga proses kerja dalam keadaan
aman. Hasil evaluasi risiko keselamatan kerja pada tahap lap former secara rinci dapat
dilihat pada table 5.23

135

Table 5.23
Hasil Evaluasi Risiko Tahap lap former
Pada Proses Spinning di Bagian Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010
Uraian
Pekerjaan
Peneyisiran

Risiko
Luka jari atau

sliver dari

remuk Terjepit

kotoran

mesin Lap

Nilai
Risiko
50

Tingkat Risiko
Priority 3

Luka gores

serat pendek

tergesek gigi-gigi

30

Priority 3

mesin lap former


Mengirim

Jari kaki remuk

sliver ke

terlindas roli

Mengatur
jarak
dengan mesin

aman

Safety Talk

Former
Membuang

Rekomendasi

90

Substansial

Komunikasi antar pekerja


Mengatur
jarak
aman
dengan mesin
Safety Talk
Menggunakan gloves
Memastikan sliver dalam
posisi seimbang dan sesuai

mesin

dengan kemampuan

combing

Menggunakan roli
Komunikasi antar pekerja

Menyalakan

Tersengat listrik/

dan

kesetrum

15

Acceptable

Warning

sign

adanya

bahaya listrik

mematikan
Safety Talk

mesin

5.5.5 Hasil Evaluasi Risiko Pada Tahap combing


Berdasarkan hasil analisis risiko pada tahap Combing tersengat listrik/ kesetrum
memiliki tingkat risiko Acceptable yang berarti intensitas yang menimbulkan risiko
dikurangi seminimal mungkin.kemudian luka jari tangan atau remuk terjepit mesin lap
former memiliki tingkat risiko substansial yang berarti mengharuskan adanya perbaikan
secara teknis. Sedangkan untuk jari kaki remuk terlindas roli memiliki tingkat risiko
substansial yang berarti mengharuskan adanya perbaikan secara teknis.

136

Tindakan yang perlu dilakukan adalah warning sign untuk menunjukkan adanya
bahaya listrik, mengatur jarak aman dengan mesin yang sedang dalam posisi on,
melakukan safety talk sebelum memulai pekerjaan, menjaga roli agar selalu dalam jalur
lintasan roli pada saat menggunakan roli, memastikan sliver dalam posisi seimbang dan
sesuai dengan kemampuan, komunikasi antar pekerja dan menjaga proses kerja dalam
keadaan aman. Hasil evaluasi risiko keselamatan kerja pada tahap lap former secara rinci
dapat dilihat pada table 5.24
Table 5.24
Hasil Evaluasi Risiko Tahap Combing
Pada Proses Spinning di Bagian Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010
Uraian
Risiko
Nilai
Tingkat Risiko
Rekomendasi
Pekerjaan
Risiko
meluruskan serat Luka jari atau
90
Substansial
Mengatur
jarak
aman
dengan mesin
di mesin
remuk terjepit
Combing

Safety Talk

mesin
Combing

Komunikasi antar pekerja


Mengirim sliver

Jari kaki

ke mesin

remuk

posisi seimbang dan sesuai

Drawing 1st, 2nd,

terlindas roli

dengan kemampuan

90

Substansial

3rd

Memastikan sliver dalam

Menggunakan roli
Komunikasi antar pekerja

Menyalakan dan

Tersengat

mematikan mesin listrik/


kesetrum

15

Acceptable

Warning

sign

bahaya listrik
Safety Talk

adanya

137

5.5.6 Hasil Evaluasi Risiko Pada Tahap drawing 1st, 2nd, 3rd
Berdasarkan hasil analisis risiko pada tahap Drawing 1st, 2nd, 3rd

Jari tangan

tergores serat/benang dan risiko tersengat listrik atau kesetrum memiliki tingkat risiko
Acceptable yang berarti intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal
mungkin.
Sedangkan untuk risiko jari kaki terlindas lori dan luka jari atau remuk terjepit
mesin Drawing memiliki tingkat risiko substansial yang berarti mengharuskan adanya
perbaikan secara teknis.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah warning sign untuk menunjukkan adanya
bahaya listrik, mengatur jarak aman dengan mesin yang sedang dalam posisi on,
melakukan safety talk sebelum memulai pekerjaan, menjaga roli agar selalu dalam jalur
lintasan roli pada saat menggunakan roli, memastikan sliver dalam posisi seimbang dan
sesuai dengan kemampuan, komunikasi antar pekerja dan menjaga proses kerja dalam
keadaan aman.
Hasil evaluasi risiko keselamatan kerja pada tahap Winding secara rinci dapat
dilihat pada table 5.25
Table 5.25
Hasil Evaluasi Risiko Tahap Drawing 1st, 2nd, 3rd
Pada Proses Spinning di Bagian Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010
Uraian Pekerjaan
Risiko
Nilai
Tingkat Risiko
Rekomendasi
Risiko
Meluruskan,
luka
jari
Mengatur
jarak
aman
dengan mesin
mensejejajarkan
atau remuk
serat dalam sliver terjepit
ke arah sumbu pada mesin
mesin Drawing

Drawing

90

Substansial

Safety Talk
Komunikasi antar pekerja

138

Memperbaiki

Jari tangan

Mengatur
jarak
dengan mesin

kerataan, berat dan tergores


panjang, campuran serat/benang

18

Acceptable

dengan

aman

Safety Talk
Menggunakan gloves

perangkapan
Menyalakan dan

Tersengat

mematikan mesin

listrik/

Warning
15

Acceptable

mesin
Frame

roli

bahaya listrik

Memastikan sliver dalam

kaki

Simplex terlindas

adanya

Safety Talk

kesetrum
Mengirim sliver ke Jari

sign

90

Substansial

posisi seimbang dan sesuai


dengan kemampuan
Menggunakan roli
Komunikasi antar pekerja

5.5.7 Hasil Evaluasi Risiko Pada Tahap simplex frame


Berdasarkan hasil analisis risiko pada tahap simplex frame risiko tersengat listrik
atau kesetrum memiliki tingkat risiko Acceptable yang berarti intensitas yang
menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin. Kemudian jari tangan tergores
benang/serat dan jari tangan tergores atau lecet terkenan mesin gulung simplex frame
memiliki tingkat risiko priority 3 yang memerlukan pengawasan dan perhatian secara
berkesinambungan.
Sedangkan untuk risiko tergores dan luka jari atau remuk terjepit mesin Simplex
Frame, kaki atau badan luka/lebam tertimpa shinomki penuh, Kaki Tertimpa/ kejatuhan
Bobbin/ memar atau luka lebam dan Jari kaki remuk terlindas roli memiliki tingkat risiko
substansial yang berarti mengharuskan adanya perbaikan secara teknis.

139

Tindakan yang perlu dilakukan adalah warning sign untuk menunjukkan adanya
bahaya listrik, mengatur jarak aman dengan mesin yang sedang dalam posisi on,
melakukan safety talk sebelum memulai pekerjaan, menjaga roli agar selalu dalam jalur
lintasan roli pada saat menggunakan roli, memastikan sliver dalam posisi seimbang dan
sesuai dengan kemampuan, komunikasi antar pekerja dan menggunakan APD (gloves)
untuk melindungi tangan dari goresan serta menjaga proses kerja dalam keadaan aman.
Hasil evaluasi risiko keselamatan kerja pada tahap Winding secara rinci dapat
dilihat pada table 5.26
Table 5.26
Hasil Evaluasi Risiko Tahap simplex frame
Pada Proses Spinning di Bagian Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010
Uraian
Pekerjaan
Peregangan

Risiko
tergores

dan

Nilai
Risiko
50

Tingkat Risiko
Substansial

lanjut dan pada luka jari atau


mesin

Rekomendasi
Mengatur
jarak
dengan mesin

aman

Simplex remuk

Frame

Safety Talk

terjepit mesin
Simplex Frame

Menggunakan gloves
Memasang

Kaki

Shinomaki

badan

atau

50

Substansial

Mengatur
jarak
dengan mesin

aman

Safety Talk

luka/lebam
tertimpa

Komunikasi antar pekerja

shinomki
penuh
Memberikan

Jari

antihan/twist

tergores

tangan

benang/serat

30

Priority 3

Mengatur
jarak
dengan mesin
Safety Talk
Menggunakan gloves

aman

140

Menggulung
benang

Kaki Tertimpa/

50

Substansial

pada kejatuhan

Bobbin tegak

Bobbin/
memar

Mengatur
jarak
dengan mesin

aman

Safety Talk
atau

Komunikasi antar pekerja

luka lebam
Memperbaiki

Jari tangan

30

Priority 3

Bobbin dan arah tergores atau


gulungan

Menjaga jarak aman dengan


mesin
Safety Talk

lecet terkenan
mesin gulung

Menggunakan gloves

simplex frame
90

Substansial

Mengikuti lintasan roli pada

Mengirim

Jari kaki

Bobbin ke mesin

remuk

saat menggunakan roli

Ring Spinning

terlindas roli

Menjaga posisi roli pada


saat menggunakan roli
Housekeeping

Menjaga

lingkungan kerja
Menyalakan dan

Tersengat

15

Acceptable

mematikan mesin listrik/

Warning

sign

adanya

bahaya listrik

kesetrum
Safety Talk

5.5.8 Hasil Evaluasi Risiko Pada Tahap ring spinning


Berdasarkan hasil analisis risiko pada tahap simplex frame risiko terjepit mesin
Ring Spinning / tergores, kaki Tertimpa/ kejatuhan Bobbin/ memar atau luka lebam
memiliki tingkat risiko Acceptable yang berarti intensitas yang menimbulkan risiko
dikurangi seminimal mungkin. Sedangkan tersengat listrik/ kesetrum memiliki tingkat
risiko priority 3 yang memerlukan pengawasan dan perhatian secara berkesinambungan.

141

Kemudian untuk risiko tergores tergesek Bobbin saat melakukan penggulungan


karena kurang hati-hati dan Jari kaki remuk terlindas roli memiliki tingkat risiko
substansial yang berarti mengharuskan adanya perbaikan secara teknis.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah warning sign untuk menunjukkan adanya
bahaya listrik, mengatur jarak aman dengan mesin yang sedang dalam posisi on,
melakukan safety talk sebelum memulai pekerjaan, menjaga roli agar selalu dalam jalur
lintasan roli pada saat menggunakan roli, memastikan Bobbin dalam posisi seimbang
dan sesuai dengan kemampuan, komunikasi antar pekerja dan menggunakan APD
(gloves) untuk melindungi tangan dari goresan serta menjaga proses kerja dalam keadaan
aman.
Table 5.27
Hasil Evaluasi Risiko Tahap Ring Spinning
Pada Proses Spinning di Bagian Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010
Uraian
Risiko
Pekerjaan
Peregangan dan Terjepit
mesin
antihan

lanjut Ring Spinning

Nilai
Risiko
18

Tingkat
Risiko
Acceptable

pada mesin Ring tergores dan luka


Spinning

jari atau remuk

Menggulung

Kaki

Rekomendasi
Mengatur
jarak
dengan mesin

aman

Safety Talk
Menggunakan gloves

Tertimpa/

benang

pada kejatuhan Bobbin/

Bobbin

miring memar atau luka

15
Acceptable

Mengatur
jarak
dengan mesin

aman

Safety Talk

pada mesin Ring lebam

Komunikasi antar pekerja

Spinning
Menggulung
Bobbin
posisi

Tergores tergesek

pada Bobbin

saat

90

Substansial

Mengatur
jarak
dengan mesin

miring melakukan
Safety Talk

aman

142

dan

menjaga penggulungan

kerataanya

karena

kurang

Komunikasi antar pekerja

hati-hati
Mengirim
Bobbin

Jari kaki remuk

90

Substansial

ke terlindas roli

Mengikuti lintasan roli pada


saat menggunakan roli

mesin Winding

Menjaga posisi roli pada sat


menggunakan roli
Housekeeping

Menjaga

lingkungan kerja
Menyalakan dan Tersengat
mematikan

listrik/

25

Priority 3

kesetrum

Warning

sign

adanya

bahaya listrik
Safety Talk

mesin

5.5.9 Hasil Evaluasi Risiko Pada Tahap winding


Berdasarkan hasil analisis risiko pada tahap Winding kaki kejatuhan Cones, luka
memar atau luka lebam memiliki tingkat risiko Acceptable yang berarti intensitas yang
menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin. Selanjutnya risiko tersengat listrik
atau kesetrum memiliki tingkat risiko priority 3 yang memerlukan pengawasan dan
perhatian secara berkesinambungan.

Sedangkan untuk risiko jari kaki terlindas lori

memiliki tingkat risiko substansial yang berarti mengharuskan adanya perbaikan secara
teknis. Kemudian untuk risiko peledakan pada proses penguapan memiliki tingkat risiko
very high yang berarti iktifitas dihentikan sampai risiko bisa dikurangi hingga mencapai
baas yang dibolehkan atau diterima.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah Memastikan Cones dalam posisi seimbang
saat menggulung benang pada Cones, melakukan safety talk sebelum memulai pekerjaan,
Mengatur jarak aman dengan mesin yan sedang dalam posisi on, Menggunakan

143

pelindung wajah( face shield) untuk menghindari risiko pada wajah, maintenance secara
teratur peralatan dan mesin, Bekerja sesuai S.O.P untuk menjaga proses kerja dalam
keadaan aman. Hasil evaluasi risiko keselamatan kerja pada tahap Winding secara rinci
dapat dilihat pada table 5.28
Table 5.28
Hasil Evaluasi Risiko Tahap Winding
Pada Proses Spinning di Bagian Produksi PT. Unitex Tbk Tahun 2010
Uraian Pekerjaan
Risiko
Nilai
Tingkat
Rekomendasi
Risiko
Risiko
Menggulung
Kaki kejatuhan
Memastikan Cones dalam
18
Acceptable
posisi seimbang
benang pada Cones Cones/ memar
di mesin Winding

atau luka lebam

Memindahkan

Wajah

atau

cones ke mesin heat badan

terkena

setter
Melakukan

Safety Talk
90

Substansial

150

Substansial

uap panas
proses Peledakan

Mengatur jarak aman dengan


mesin
Safety Talk
Menggunakan
pelindung
wajah( face shield)
maintenance secara teratur

penguapan dengan

Safety Talk

heat setter

Bekerja sesuai S.O.P

Menyalakan

dan Tersengat

mematikan mesin

25

Priority 3

listrik/ kesetrum

Warning sign adanya bahaya


listrik
Safety Talk

Membongkar

Kaki kejatuhan

Cones dari mesin Cones/


penguapan

Acceptable

memar

terlindas roli

Memastikan Cones dalam


posisi seimbang
Safety Talk

atau luka lebam

Mengirim cones ke Jari kaki remuk


departemen wieving

90

Substansial

Mengikuti lintasan roli pada


saat menggunakan roli
Menjaga posisi roli pada sat
menggunakan roli
Housekeeping lingkungan

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian


Pada penelitian ini, penulis melakukan observasi dan wawancara pada proses
pemintalan di departemen spinning bagian produksi PT Unitex Tbk. Proses observasi yang
dilakukan hanya dengan melakukan pengamatan terhadap setiap tahapan yang ada pada
proses spinning. Identifikasi dan analisis yang dilakukan pada proses di departemen spinning
bagian produksi PT Unitex Tbk hanya terbatas pada risiko keselamatan kerja saja, hal ini
karena keterbatasan waktu penelitian.

6.2 Pembahasan Hasil Identifikasi Risiko Pada Setiap Tahapan Pekerjaan Proses
Pemintalan/ Spinning di Departemen Spinning Bagian Produksi PT Unitex Tbk
Hasil identifikasi risiko keselamatan di lakukan dengan menggunakan data primer berupa
wawancara dan observasi kepada supervisor departemen, operator mesin di bagian
pemintalan/spinning, P2K3 departemen spinning dan petugas klinik perusahaan(dokter
perusahaan). Di dapatkan hasil bahwa tahapan proses kerja yang ada di departemen spinning
adalah blowing, carding, pre drawing, lap former, combing, drawing 1st, 2nd, 3rd, simplex frame,
ring spinning, winding.
Dari risiko keselamatan yang telah di identifikasi, risiko keselamatan yang terdapat pada
departemen spinning PT Unitex Tbk ini berdasarkan kelompok bahaya keselamatan (safety
hazard) yang dibedakan menjadi:

144

145

1. Bahaya mekanik(mechanical hazard) yaitu, jari tangan terjepit mesin, jari tangan tergores
benang, jari tangan terjepit atau jari memar terjepit silinder mesin, kaki terlindas roli,
terjepit mesin ring spinning atau tergores dan luka jari atau remuk, jari tangan tergores
atau lecet terkenan mesin gulung simplex frame, jari kaki luka atau lebam tertimpa sliver,
jari kaki luka atau remuk terlindas roli, luka gores tergesek gigi-gigi mesin lap former,
kaki atau badan luka atau lebam tertimpa shinomaki penuh, kaki tertimpa atau kejatuhan
bobbin, kaki kejatuhan cones menjadi memar atau luka lebam, wajah atau badan terkena
uap panas, peledakan, kaki kejatuhan cones atau memar atau luka lebam dan lain-lain.
Bahaya - bahaya ini diakibatkan oleh benda-benda atau mesin serta proses yang bergerak.
2. Bahaya elektrik(electrical hazard) yaitu: terkena aliran listrik (kesetrum). Bahaya ini
berasal dari arus listrik yang digunakan pada mesin pemintal.

6.3 Pembahasan Hasil Analisis Risiko Pada Setiap Tahapan Pekerjaan Proses Pemintalan/
Spinning di Departemen Spinning Bagian Produksi PT Unitex Tbk
6.3.1 Tahap blowing
a. Membuka gumpalan serat padat
1. Tertimpa gumpalan serat padat
Pada tahap awal membuka gumpalan serat, pekerja berisiko jari kakinya terluka
atau lebam akibat tertimpa gumpalan serat padat yang memiliki berat kurang lebih
50 kg dari satu gulung berat serat tersebut. Namun, serat tersebut memiliki
permukaan yang rata dan sedikit licin, sehingga jika gulungan tersebut menimpa
pekerja maka hanya dapat meyebabkan luka lebam tanpa perdarahan. Oleh karena
itu tahap ini termasuk dalam konsekuensi dengan kategori Noticeable, karena

146

pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian
setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Tingkat pemaparan
pada kegiatan ini termasuk dalam kategori Frequently karena hanya dilakukan
sekali dalam sehari, karena dalam satu hari waktu produksi, penguraian dilakukan
sekali sehari sesuai dengan target harian produksi. Sedangkan untuk kemungkinan
terjadinya risiko ini, termasuk dalam kategori unusuall yaitu mungkin terjadi tapi
jarang, hal tersebut karena pekerja yang sudah cukup terlatih untuk melakukan
kegiatan penguraian dan mampu mengatur kapasitas berat gumpalan serat yang
akan diurai , dan jika hal tersebut masih terjadi umumnya disebabkan karena
kelalaian pekerja atau tidak konsentrasi. Dari ketiga analisis tersebut, maka
tingkat risikonya termasuk dalam kategori Acceptable yaitu intensitas yang
menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin agar risiko tidak timbul atau
terjadi lagi.
Dari pembahasan diatas, faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko
adalah handling material kapas dan penyimpanannya yang mungkin kurang tepat,
apalagi bentuk material yang licin dan cukup berat.
Menurut Mangkunegara (2002), bahwa indikator penyebab keselamatan
kerja adalah Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi: Penyusunan dan
penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan
keamanannya, ruang kerja yang terlalu padat dan sesak dan pembuangan kotoran
dan limbah yang tidak pada tempatnya. Meskipun hanya dilakukan sekali dalam
sehari, namun hal tersebut akan menimbulkan dampak serius jika perkerja telah
melakukan pekerjaan tersebut bertahun-tahun

147

b. Membersihkan serat di mesin blowing


1. Jari tangan terjepit mesin blowing
Pada tahap kedua proses blowing, yaitu pada saat membersihkan serat di mesin
blowing, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah jari tangan terjepit
atau jari memar akibat terjepit antara roller pencampur di mesin blowing yang
sedang berputar paralel, sehingga risiko ini termasuk dalam kategori konsekuensi
Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit
ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat.
Tingkat pemaparan dari risiko tersebut terjadi secara terus - menerus setiap hari
sehingga termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, risiko tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mengikuti
standar kerja atau SOP yang ditetapkan setiap proses kerja yang sedang
dikerjakanya, sehingga termasuk dalam kategori unusual. Dari ketiga analisis
tersebut, maka tingkat risikonya termasuk dalam kategory Priority 3, yaitu risiko
atau penyebabnya perlu diawasi dan diperhatikan secara berkesinambungan agar
risiko atau hal-hal yang menyebabkan risiko tersebut bisa terjadi dapat di
kendalikan sesuai dengan prosedur kerja dan standar keamanan bagi pekerjanya.
Menurut Suardi (2005), dalam melakukan langkah-langkah untuk mengatasi
risiko saat membersihkan serat di mesin blowing, dibutuhkan suatu skala prioritas yang
dapat membantu dalam pemilihan pengendalian salah satu pengendalian yang mungkin
dapat di lakukan diantaranya adalah pengendalian administrasi, dalam tahap ini
menggunakan prosedur, standar operasi kerja, atau panduan sebagai langkah untuk
mengurangi risiko. Akan tetapi banyak kasus yang ada, pengendalian administrasi tetap
membutuhkan sarana pengendalian risiko lainnya. Oleh karena itu, dari tingkat risiko

148
dalam tahap ini penerapan prosedur kerja dan stansar kerja yang tergolong dalam
pengendalian administratif dinilai mampu menanggulangi risiko dalam tahap ini.

c. Memindahkan serat kapas yang telah digulung/sliver ke mesin carding


1. Kaki terlindas roli
Pada proses ketiga dalam tahap Blowing, yaitu pada saat memindahkan serat
kapas yang telah digulung menjadi bentuk sliver ke mesin carding dengan
menggunakan roli dengan maksimal kapasitas 250 kg, risiko yang berpotensi
terjadi pada tahap ini adalah kaki luka atau remuk

terlindas roli yang

digolongkan dalam kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka
yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan, namun harus
tetap diperhatikan karena jika keterpaparanya terus meningkat dari waktu ke
waktu, hal itu bisa menjadi masalah serius atau bahkan bisa meningkat ke
kategori yang lebih serius.
Tingkat pemaparan pada proses ini terjadi sekali dalam sehari sehingga
termasuk dalam kategori Frequently,hal tersebut terjadi karena sliver yang
dihasilkan perharinya di sesuaikan dengan kapasitas produksi dalam satu hari.
Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika
pekerja tidak mengikuti standar kerja yang aman atau komunikasi dengan pekerja
lain kurang optimal, sehingga kegiatan pemindahan sliver hanya dilakukan sendiri
yang kemudian berdampak pada ketidakmampuan dalam melakukan pekerjaan
secara baik dan benar. Dalam hal ini, risiko tersebut termasuk dalam kategori
unusual. Dari ketiga analisis tersebut, maka tingkat risikonya yang mungkin
terjadi dalam proses ini tergolong dalam kategori Substansial yaitu mengharuskan

149

adanya perbaikan secara teknis untuk mengurangi potensi terjadinya risiko yang
bisa menyebabkan kerugian baik bagi perusahaan dan pekerja pada khususnya.
Selain itu, peningkatan komunikasi antar pekerja sehingga tercipta
hubungan kerja yang baik memungkinkan untuk menciptakan suasana kerja yang
produktif sehingga diharapkan dapat

mengurangi risiko kejadian kecelakaan

dimana pekerjaan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan pekerja lain atau
bekerja dalam tim, terutama pekerjaan memindahkan sliver yang relatif cukup
berat. Menurut Agustina(2009) hubungan tenaga kerja dalam sikap dan
interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas, dan
produktivitas kerja di setiap jenis pekerjaan.
d. Menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Proses ke empat dalam tahap blowing ini adalah pada saat menyalakan dan
mematikan mesin ketika beroperasi, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini
adalah tekena aliran listrik/ kesetrum karena tangan basah oleh keringan/air yang
masuk dalam kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang
butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan, hal itu terjadi
karena aliran listrik yang digunakan untuk mesin ini cukup besar. Tingkat
pemaparan pada proses ini terjadi sekali dalam sehari dan termasuk dalam
kategori Frequently , dimana mesin akan dinyalakan pada saat pekerjaan dimulai,
yaitu pukul 08.00 pagi dan dimatikan pada shift terakhir sesuai dengan jadwal
shift setiap operator mesin.

Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal

tersebut tidak pernah terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun namun mungkin

150

saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada,
sehingga termasuk dalam kategori Conceivable. Maka tingkat risikonya
tergolong dalam kategori Acceptable intensitas yang menimbulkan risiko tersebut
dikurangi seminimal mungkin, apalagi jika pekerja aware dan care terhadap
kondisi lingkungan dan fisiknya sendiri, sehinga hal tersebut dapat dihindari.
Dari pembahasan di atas, risiko yang mungkin dan berpotensi terjadi pada
keempat tahap dalam proses blowing yang pertama adalah jari kaki terluka atau
lebam karena kelalaian pekerja dan tidak konsentrasi. Menurut menurut Lucas &
Wilson (1989) tidak konsentrasi dan lalai dalam bekerja merupakan gejala dari
stress kerja yang tergolong dalam gejala intelektual diantaranya susah konsentrasi,
sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun,
melamun, produktivitas atau prestasi kerja menurun, dan mutu kerja rendah. Oleh
karena itu, tidak adanya konsentrasi kerja dapat memicu terjadinya risiko yang
berakibat pada kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja yang berdampak pada
produktifitas kerja itu sendiri.
Risiko yang berpotensi terjadi pada tahap blowing yaitu jari tangan terjepit
atau jari memar akibat terjepit antara roller , hal itu bisa terjadi jika pekerja tidak
mengikuti standar kerja (SOP) yang ada karena merasa sudah biasa melakukan
sehingga dapat meningkatkan potensi terjadinya risiko dalam proses tersebut.
Tidak mengikuti SOP ini umumnya juga terjadi pada saat memindahkan sliver.
Menurut Miner(1994) hal tersebut tergolong dalam unsafe behavior dimana hal
tersebut merupakan tipe prilaku yang mengarah pada kecelakaan. Demikian pula
dengan hasil wawancara dengan pekerja pada tahap blowing umumnya pekerja

151

berpendapat bahwa ia sudah merasa ahli dan terbiasa melakukan pekerjaan


tersebut dan belum pernah mengalami kecelakaan. Pekerja berpendapat bahwa
selama ini bekerja dengan caranya sendiri(unsafe) tidak terjadi apa-apa, mengapa
harus berubah. Pertanyaan tersebut mungkin benar namun tentu saja hal ini
merupakan potensi besar untuk terjadinya kecelakaan kerja. Peningkatan disiplin
dan komunikasi kerja di rasa cocok untuk mengendalikan hal tersebut di atas
supaya dapat mengurangi potensi risiko yang ada diproses blowing dengan kedua
masalah yang dominan tersebut.
6.3.2 Tahap Carding
a. Merangkap sliver
1. Jari tangan terjepit mesin Carding
Proses pertama pada tahap Carding yaitu pada saat merangkap sliver di mesin
Carding, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah luka jari atau remuk
akibat terjepit mesin Carding dengan konsekuensi important, karena pada saat
membetulkan kerataan serat yang akan di bentuk sliver menggunakan tangan
tanpa pelindung dan mesin masih berjalan, jadi jika risiko tersebut terjadi
membutuhkan penanganan medis. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam
sehari karena umumnya memeperbaiki kerataan benang tersebut dilakukan ketika
sliver baru masuk ke dalam mesin, dan dalam proses ini sliver hanya sekali
diganti, dengan demikian maka tingkat pemaparanya termasuk dalam kategori
Frequently. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja
terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga
termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian, tingkat risiko dalam tahap

152

ini termasuk dalam kategori Substansial yaitu mengharuskan adanya perbaikan


secara teknis untuk mengendalikan potensi terjadinya risiko yang lebih tinggi.
Potensi risiko pertama yang muncul pada saat merangkap sliver di proses carding
adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin carding karena saat menggunakan
tangan tanpa pelindung. Menurut Miner(1994) hal ini termasuk dalam unsafe behavior
dimana pekerja melakukan pekerjaan namun dengan menyingkirkan alat-alat keselamatan
yang pada proses ini memerlukan sarung tangan atau gloves untuk mencegah timbulnya
risiko terjepit.

b. Memisahkan dan membersihkan serat


1. Jari tangan tergores
Proses kedua pada tahap Carding adalah pada proses

memisahkan dan

membersihkan serat di mesin Carding, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap
ini adalah jari tangan tergores karena gesekan silinder mesin Carding, karena
biasanya saat menarik serat pendek yang tersangkut, mesin Carding tidak
dimatikan, jika pekerja tidak konsentrasi atau hati-hati jari tangan bisa tergesek
putaran silinder ,sehingga konsekuensi dalam proses ini termasuk dalam kategori
Noticeable, karena pada risiko dari proses tersebut hanya terjadi luka ringan,
memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek
yang juga setempat karena silindernya berukuran kecil dengan diameter kurang
lebih 5 sampai 10 cm. Tingkat pemaparan pada proses ini terjadi secara terus menerus setiap hari, karena selama sliver belum habis pekerjaan pemisahan ini
dilakukan terus menerus sampai sliver habis, dengan demikian paparan termasuk
dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal
tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar

153

kerja yang ada, sehingga termasuk dalam kategori unusual. Dari analisa tersebut
maka tingkat risikonya termasuk dalam kategori Priority 3 yaitu perlunya
pengawasan dan diperhatikan secara berkesinambungan agar risiko tersebut dapat
dikendalikan dan di cegah sedemikian mungkin agar tidak terjadi.
Dalam proses kerja ini, risiko yang berpotensi terjadi disebabkan karena kondisi
pekerja yag berkerja pada mesin yang berpitar sentral dan tidak dapat dimatikan ketika
ada proses perbaikan serat, namun juga tidak memakai alat pelindung saat bekerja.
Menurut Miner(1994) hal ini termasuk dalam

unsafe behavior dimana pekerja

melakukan pekerjaan namun dengan menyingkirkan alat-alat keselamatan yang pada


proses ini memerlukan sarung tangan atau gloves untuk mencegah timbulnya risiko
terjepit.

c. Mengirim sliver ke mesin pre drawing


1. Kaki terlindas roli
Proses ketiga dalam tahap Carding adalah mengirim sliver ke mesin pre drawing
dengan menggunakan roli, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah
kaki luka/remuk

terlindas roli dengan kapasitas maksimum 250 kg, yang

memiliki konsekuensi dengan kategori important, karena pada risiko tersebut


terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan,
hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya komunikasi antar pekerja sehingga
pemindahan sliver dengan roli yang cukup berat dilakukan sendiri. Tingkat
pemaparan pada proses ini terjadi sekali dalam sehari, karena pemindahan sliver
hanya dilakukan sekali dalam sehari, maka proses tersebut termasuk dalam
kategori Frequently. Untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja
terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan menjalin komunikasi yang baik

154

dengan pekerja lain serta memantuhi standar kerja, sehingga termasuk dalam
kategori

unusual. Dengan demikian,

tingkat risiko dalam proses tersebut

termasuk dalam kategori Substansial yaitu mengharuskan adanya perbaikan


secara teknis untuk mengatur penggunaan roli baik mengatur jarak aman atau
memperbaiki jalur kuning khusus untuk lintasan roli.
Pada tahap ini. Pada proses ini, potensi risiko yang muncul sama dengan
pada tahap sebelumnya ketika proses pengangkutan dengan rol, seperti yang
terdapat pada tahap Blowing yang disebabkan karena kurangnya komunikasi antar
pekerja untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
d. Menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Proses selanjutnya dalam tahap Carding adalah saat menyalakan dan mematikan
mesin Carding ketika beroperasi, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini
adalah terkena aliran listrik atau kesetrum karena tangan basah oleh keringat
atau air yang konsekuensinya termasuk dalam kategori important, karena pada
risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya akibat
terkena aliran listrik yang memiliki voltase cukup tinggi. Tingkat

pemaparan

terjadi sekali dalam sehari yaitu pada saat mesin dinyalakan ketika pekerjaan akan
dimulai dan mematikan mesin ketika pekerjaan berakhir sesuai dengan shift
masing-masing pekerja, sehingga hal tersebut termasuk dalam kategori
Frequently. Untuk

tingkat kemungkinannya, pekerjaan pada proses ini

(mematikan dan menyalakan mesin Carding) tidak pernah terjadi meskipun


terpapar bertahun-tahun namun mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi

155

peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga termasuk dalam kategori
Conceivable. Dengan demikin, maka tingkat risikonya termasuk dalam kategori
Acceptable yaitu intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal
mungkin agar risiko tersebut tidak akan pernah terjadi pada pekerja.
Dari urutan pembahasan di atas, potensi risiko pertama yang muncul pada
saat merangkap sliver di proses carding adalah luka jari atau remuk akibat terjepit
mesin carding karena saat menggunakan tangan tanpa pelindung. Hal ini tentunya
dapat menimbulkan masalah terhadap keselamatan pekerja itu sendiri yang
berakibat pada kegagalan proses kerja.
Di tambah dengan hasil wawancara dengan pekerja pada proses ini,
masalah yang dapat menimbulkan ririko adalah pekerja merasa tidak perlu
menggunakan alat keselamatan karena hanya memperlambat proses kerja mereka,
tapi pekerja mau memakai ketika pekerjaanya sudah berjalan normal. Sedangkan
menurut manual dalam accident prevention for shop teacher (1993) sebaiknya
ketika melakukan pekerjaan seperti pembersihan mesin carding atau pekerjaan
apapun yang bersentuhan dengan baja atau logam, pekerja harus menggunakan
sarung tangan panjang sampai siku yang terbuat dari kulit untuk melindungi
tangan dari lembaran-lembaran logam atau baja yang tajam dan

runcing.

Pengendalian ini di rasa cukup efektif untuk mencegah munculnya potensi risiko
terjepit atau luka pada saat mengerjakan proses carding.
Tahap selanjutnya, potensi risiko yang bisa terjadi lebih di akibatkan
karena pekerja tidak konsentrasi dan kurangnya komunikasi antar pekerja, dimana
komunikasi yang jelas dengan melibatkan pemberian dan penerimaan informasi

156

juga membutuhkan konsentrasi yang tinggi sehingga komunikasi dan interaksi


antara pekerja berjalan baik dan memungkinkan komunikasi yang terbuka tentang
keselamatan dan masalah-masalah lain yang terkait dengan pekerjaan. Jadi kedua
hal tersebut berkaitan satu sama lainya, jika salah satu atau kedua hal tersebut
tidak berjalan dengan baik, tentunya proses kerja yang di lakukan oleh si pekerja
juga tidak berjalan mulus atau dalam arti dapat menimbulkan salah komunikasi
yang memicu timbulnya risiko kerja karena kesalahan dalam komunikasi antara
pekerja satu dengan lainya.
Selain itu, pada tahap akhir proses ini terdapat potensi risiko kesetrum
atau terkena aliran listrik. Meskipun kemungkinan untuk terjadinya risiko ini
sangat kecil, hal ini tetap harus di perhatikan agar proses kerja dapat berjalan
dengan aman. Untuk menanggulangi risiko ini, pekerja dapat menggunakan
sarung tangan karet dan di sesuaikan dengan voltase yang di gunakan pada mesin
yang akan di operasikan.
6.3.3 Tahap pre drawing
a. Mensejajarkan serat pada mesin Pre Drawing
1. Jari tangan tergores
Proses pertama pada tahap pre drawing adalah mensejajarkan serat pada mesin
pre drawing, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah jari tangan
tergores karena gesekan silinder mesin pre drawing dimana ketika pekerja
mensejajarkan serat kurang memperhatikan jarak aman dengan mesin, sehingaa
konsekuensinya termasuk dalam kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut
terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang

157

sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Tingkat pemaparan pada proses ini
terjadi secara terus - menerus setiap hari sepanjang proses pre drawing ini
berlangsung, oleh karena itu

termasuk dalam kategori continuously. Tingkat

kemungkinan pada proses ini,risikonya mungkin saja terjadi jika pekerja tidak
mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada dan kurang hati-hati dalam
bekerja, sehingga termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian, maka
tingkat risikonya termasuk dalam kategori Priority 3 yaitu perlu diawasi dan
diperhatikan secara berkesinambungan agar potensi risiko tersebut bisa
dikendalikan.
Pada proses ini, potensi yang berisiko muncul lebih disebabkan karena
cara pengendalian yang belum sesuai yaitu cara pengendalian dengan memakai lat
keselamatan berupa gloves seperti yang di bahas dalam tahap Carding.
b. Merangkap sliver
1. Jari tangan terjepit mesin pre drawing
Proses kedua dari tahap pre drawing ini adalah merangkap sliver di mesin pre
drawing, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah luka jari atau remuk
akibat terjepit mesin pre drawing dimana empat sampai delapan sliver digabung
dalam satu proses dan satu mesin, sehingga pekerja harus bergantian merangkap
sliver agar tidak putus, konsekuensi dari proses ini adalah important, karena pada
risiko tersebut membutuhkan penanganan medis. Pemaparan pada proses ini
terjadi secara terus - menerus setiap hari sehingga tingkat paparan termasuk
dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, kejadian
tersebut sangat kecil kemungkinan untuk terjadinya, karena pekerja sudah terlatih

158

sebelum penempatan kerja dan bekerja secara hati-hati sehingga kemungkinnya


termasuk dalam kategori Remotely possible. Dengan demikian, maka tingkat
kategori Priority 3 yaitu perlu adanya

risikonya termasuk dalam kategori

pengawasan dan diperhatikan secara berkesinambungan agar potensi terjadinya


risiko tersebut tidak terjadi diproses ini.
Potensi risiko yang muncul pada saat merangkap sliver di proses pre drawing
adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin pre drawing karena saat menggunakan
tangan tanpa pelindung. Menurut Miner(1994) hal ini termasuk dalam unsafe behavior
dimana pekerja melakukan pekerjaan namun dengan menyingkirkan alat-alat keselamatan
yang pada proses ini memerlukan sarung tangan atau gloves untuk mencegah timbulnya
risiko terjepit.

c. Mengirim sliver ke mesin Lap former


1. Kaki terlindas roli
Proses ke tiga dari tahap ini adalah saat mengirim sliver ke mesin Lap former
dengan menggunakan roli, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah
kaki luka

atau

remuk

terlindas

roli dengan maksimal kapasitas 250 kg,

peristiwa tersebut mungkin terjadi jika pekerja tidak menjalin komunikasi yang
baik antar pekerja untuk mengoperasikan roli

yang dapat berakibat pada

ketidakmampuan dalam mengerjakan proses pemindahan sliver dengan roli, roli


terlalu berat sehingga pekerja sulit mengendalikan dengan baik, konsekuensi dari
proses ini termasuk dalam kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi
luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Tingkat
pemaparan pada proses ini terjadi sekali dalam sehari, sehingga paparannya
termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya,

159

risiko tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan
standar kerja yang ada, komunikasi dengan pekerja lain kurang baik sehingga
kemungkinannya termasuk dalam kategori unusual.dengan demikian, maka
tingkat risiko dari proses ini termasuk dalam kategori Substansial yaitu perlu
pengawasan dan diperhatikan secara berkesinambungan agar risiko tersebut tidak
terjadi.
Pada tahap ini, risiko yang muncul penyebabnya sama dengan kasus
sebelumnya yaitu kurangnya komunikasi dalam melakukan suatu pekerjaan,
seperti yang dibahas pada potensi risiko yang terjadi pada tahap Carding.
d. Menyalakan dan mematikan mesin pre drawing ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Proses selanjutnya pada tahap pre drawing adalah saat menyalakan dan
mematikan mesin pre drawing ketika produksi berlangsung, risiko yang
berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik dengan voltase cukup
tinggi atau kesetrum karena tangan basah oleh keringat/air , konsekuensi proses
ini termasuk dalam kategori important, karena pada risiko tersebut butuh
penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Tingkat

pemaparan

risiko ini terjadi sekali dalam sehari yaitu pada saat menyalakan mesin ketika
memulai pekerjaan dan mematikan mesin ketika pekerjaan selesai, sehingga
paparanya termasuk dalam kategori Frequently. Sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah terjadi meskipun terpapar bertahun tahun namun mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan
standar kerja yang ada, sehingga termasuk kategori Conceivable. Dengan

160

demikian, maka tingkat risikonya termasuk dalam kategori Acceptable yaitu


intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin agar risiko
tersebut dapat di cegah dan tidak terjadi pada proses ini.
Dari pembahasan urutan proses pre drawing di atas, risiko dominan selain
masalah komunikasi kerja dan pekerjaan yang bersentuhan dengan aliran listrik
yang telah di bahas pada proses sebelum pre drawing adalah

yang potensi

terjadinya luka pada jari tangan/tergores karena gesekan. Dimana ketika bekerja,
pekerja kurang memperhatikan jarak aman. Tidak di aturnya jarak aman saat
bekerja bisa muncul karena pekerja tidak mengikuti cara kerja yang di tetapkan
atau peralatan yang kurang sesuai dengan si pekerjanya, hal ini tergolong dalam
unsafe act.
Dari hasil wawancara di ketahui bahwa menurut pekerja, mereka telah
bekerja pada jarak aman dan jarak nyaman. Pekerja berpendapat bahwa jika
jaraknya nyaman, pasti bisa aman. Menurut Oshman(1995) unsafe act adalah
suatu tindakan seseorang yang menyimpang dari aturan yang sudah di tetapkan
dan dapat mengakibatkan bahaya bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun
peralatan yang ada di sekitarnya.
Dari pendapat tersebut, menunjukkan bahwa pekerja yang kurang
memperhatikan jarak aman dapat di golongkan ke dalam tindakan unsafe act yang
berpotensi terhadap terjadinya risiko kecelakaan kerja yang berdampak pada
kerugian baik pekerja maupun perusahaan.

161

6.3.4 Tahap Lap former


a. Penyisiran sliver dari kotoran di mesin lap Former
1. Jari tangan terjepit mesin Lap former
Proses pertama dari tahap ini adalah saat peneyisiran sliver dari kotoran di mesin
lap former, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah luka jari atau
remuk akibat terjepit mesin Lap former yang konsekuensinya tergolong pada
kategori important, karena pada risiko tersebut membutuhkan penanganan medis.
Untuk tingkat pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap hari karena selama
sliver belum di pindahkan ke tahap lain proses tersebut akan terus berlangsung,
sehingga paparannya termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk
tingkat kemungkinannya, kejadian tersebut sangat kecil kemungkinannya untuk
terjadi, sehingga termasuk dalam kategori Remotely possible. Dengan demikian,
maka tingkat risikonya termasuk dalam

kategori Priority 3 yaitu perlu

pengawasan dan diperhatikan secara berkesinambungan agar risiko tersebut tidak


terjadi pada proses ini.
b. Membuang serat pendek
1. Jari tangan tergores
Proses ke dua pada tahap Lap former adalah saat mensejajarkan serat pada mesin
Lap former, potensi terjadinya risiko pada tahap ini adalah jari tangan tergores
karena luka gores tergesek gigi-gigi mesin lap former sehingga konsekuensinya
termasuk dalam kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka
ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil
dengan efek yang juga setempat. Tingkat pemaparan risiko ini terjadi secara terus

162

- menerus setiap hari selama proses produksi ini berlangsung dan sesuai dengan
target

produksi harian, sehingga paparannya termasuk dalam kategori

continuously. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin


saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi standar kerja yang ada dan tidak memakai
gloves, sehingga paparanya termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian,
maka tingkat risikonya termasuk dalam kategori Priority 3 yaitu perlu
pengawasan dan diperhatikan secara berkesinambungan agar risiko tersebut tidak
berpotensi untuk terjadi sehingga pekerja dan pekerjaanya berlangsung pada
proses yang aman.
c. Mengirim sliver ke mesin Combing
1. Kaki terlindas roli
Proses ketiga dari tahap lap former adalah pada saat mengirim sliver ke mesin
Combing dengan menggunakan roli dengan maksimal kapasitas 250 kg, potensi
terjadinya risiko pada tahap ini adalah kaki luka atau remuk terlindas roli akibat
tidak dapat mengendalikan roli pada saat memindahkan sliver sehingga terjadi
ketidakseimbangan posisi roli sehingga melindas kaki, risiko ini termasuk dalam
kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh
penanganan medis. Tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari

karena

pengiriman sliver ke mesin combing dilakukan sekali dalam sehari, sehingga


paparannya termasuk dalam kategori Frequently. Sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
standar kerja yang ada dan kurang berkomunikasi dengan pekerja lain, sehingga
termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian, maka tingkat risikonya

163

termasuk dalam kategori Substansial perlu diawasi dan diperhatikan secara


berkesinambungan agar risiko tersebut tidak berpotensi untuk terjadi.
d. Menyalakan dan mematikan mesin lap former ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Proses selanjutnya pada tahap lap former adalah pada saat menyalakan dan
mematikan mesin Lap former ketika beroperasi, potensi terjadinya risiko pada
tahap ini adalah tekena aliran listrik atau kesetrum karena tangan basah oleh
keringat atau air dan mesin yang beoperasi memiliki voltase yang cukup tinggi
sehingga konsekuensi termasuk dalam kategori important, karena pada risiko
tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu
merugikan. Tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari sehingga termasuk
dalam kategori Frequently. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal
tersebut tidak pernah terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun namun mungkin
saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi standar kerja yang ada, sehingga
paparannya termasuk dalam kategori Conceivable. Dengan demikian, maka
tingkat

risikonya termasuk dalam kategori Acceptable

intensitas

yang

menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin agar risiko tersebut tidak akan
terjadi di proses ini dan pekerja dapat bekerja dalam kondisi yang aman.
Dari urutan pembahasan pada tahap lap former, potensi risiko yang paling
dominan adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin lap former dan jari
tangan tergores tergesek gigi-gigi mesin,

hal tersebut berpotensi terjadi jika

pekerja kurang konsentrasi dalam bekerja atau menganggap pekerjaan tersebut


sudah sering di lakukan dan tidak terjadi apa-apa, sehingga menggampangkan

164

pekerjaan tersebut.

Padahal, semakin pekerja tidak memperhatikan detil

pekerjaanya, semakin besar potensi timbulnya risiko pada proses kerja tersebut
karna pekerja dapat menyimpang dari prosedur kerja yang ada dan bekerja dengan
caranya sendiri. Perilaku ini termasuk dalam unsafe behavior dimana masalah ini
dapat di kendalikan dengan menghilangkan bahaya di tempat kerja dengan
merekayasa faktor bahaya atau mengenalkan kontrol fisik. Cara ini di lakukan
untuk mengurangi potensi terjadinya unsafe behavior, namun tidak selalu berhasil
karena pekerja mempunyai kapasitas untuk berprilaku unsafe dan mengatasi
kontrol yang ada.
Masalah yang kedua adalah risiko yang berpotensi ketika pekerja
melakukan pekerjaan dengan menggunakan roli, yang di sebabkan kurangnya
komunikasi antar pekerja dalam pengoperasian roli yang memiliki berat kurang
lebih 250 kg. Cohen dalam Bird(2003) mengatakan bahwa faktor-faktor penting
dalam keselamatan yang berhasil yaitu bukti komitmen manajemen yang kuat
terhadap keselamatan dan kontak-kontak yang sering terjadi antar pekerja,
penyelia dan anggota-anggota manajemen terhadap masalah keselamatan. Jadi,
komunikasi aktif antar pekerja dalam suatu proses kerja dapat membantu
menanggulangi masalah keselamatan yang ada dalam proses kerja ini sehingga
potensi timbulnya risiko juga dapat di hindari dalam suatu proses kerja.

165

6.3.5 Tahap combing


a. Meluruskan serat di mesin Combing
1. Jari tangan terjepit mesin Combing
Proses pertama dalam tahap Combing adalah pada saat meluruskan serat di mesin
Combing, potensi risiko yang terjadi pada tahap ini adalah luka jari atau remuk
akibat terjepit mesin Combing karena pada saat pekerja memperbaiki arah serat
dengan menggunakan tangan, mesin masih dalam kondisi on dan produksi sedang
berlangsung, sehingga konsekuensinya termasuk dalam kategori important, oleh
karena itu, risiko tersebut membutuhkan penanganan medis. Sedangkan untuk
tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak
mematuhi standar kerja yang ada dan tidak berhati-hati dalam bekerja, sehingga
kemungkinannya termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian, maka
tingkat risikonya termasuk dalam kategori Substansial perlu pengawasan dan
diperhatikan secara berkesinambungan agar proses kerja tersebut belangsung
aman.
b. Mengirim sliver ke mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd
1. Kaki terlindas roli
Proses ke dua pada tahap Combing adalah saat mengirim sliver ke mesin Drawing
1st, 2nd, 3rd dengan menggunakan roli, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini
adalah kaki luka atau remuk

terlindas roli karena ketidakseimbangan

pengoperasian roli atau kelebihan berat sehingga roli tidak stabil dan melindas
kaki pekerja, risiko tersebut konsekuensinya termasuk dalam kategori important,
karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan

166

efeknya tidak terlalu merugikan. Tingkat

pemaparannya terjadi sekali dalam

sehari karena dalam waktu sehari sliver dipindahkan sekali dari mesin combing ke
Drawing 1st, 2nd, 3rd, sehingga paparannya termasuk dalam kategori Frequently,
sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika
pekerja tidak mematuhi standar kerja dan kurang komunikasi dengan pekerja lain,
sehingga kemungkinanya termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian,
maka tingkat risikonya termasuk dalam kategori Substansial perlu pengawasan
dan diperhatikan secara berkesinambungan agar risiko tersebut tidak berpotensi
terjadi diproses ini dan pekerjaan dapat belangsung dengan aman.
c. Menyalakan dan mematikan mesin Combing ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Proses ke tiga pada tahap Combing adalah saat menyalakan dan mematikan mesin
Combing ketika beroperasi, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah
tekena aliran listrik atau kesetrum karena tangan basah oleh keringat atau air
dan mesin Combing yang sedang beroperasi menggunakan voltase yang cukup
tinggi,sehingga konsekuensi risiko ini termasuk dalam kategori important, karena
pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak
terlalu merugikan. Tingkat pemaparannya terjadi sekali dalam sehari yaitu pada
saat proses kerja akan dimulai dengan memyalakan mesin dan proses kerja
berahir dan mematikan mesin, sehingga paparannya termasuk dalam kategori
Frequently. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah
terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun

namun mungkin saja terjadi jika

pekerja tidak mematuhi standar kerja, sehingga kemungkinannya termasuk dalam

167

kategori Conceivable. Dengan demikian, maka tingkat risikonya termasuk dalam


kategori Acceptable yaitu intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi
seminimal mungkin agar risiko tersebut tidak berpotensi terjadi pada pekerja.
Dari urutan pembahasan tentang potensi risiko yang ada pada proses
combing, masalah yang dominan adalah risiko terjepit karena pada saat bekerja
mesin masih dalam posisi on. Menurut Miner(1994) peristiwa ini termasuk dalam
unsafe behavior dimana pekerja melakukan operasi pekerjaan pada kecepatan
berbahaya, karena mesin masih menyala atau on. Dari pendapat di atas, dapat di
ketahu bahwa pekerjaan yang dilakukan pada saat mesin masih menyala sangat
berisiko untuk terjadi kecelakaan. Oleh karena itu, unsafe behavior yang ada pada
pekerja harus di rubah agar pekerja mau memperhatikan keselamatan dirinya,
salah satu caranya dapat dapat dilakukan dengan safety training. Namun
demikian, cara ini juga tidak sepenuhnya bisa berhasil karena perubahan sikap
tidak selalu di ikuti dengan perubahan prilaku. Sikap sering merupakan apa yang
seharusnya dilakukan bukan apa yang sebenarnya di lakukan.
Risiko yang kedua adalah risiko terlindas roli karena ketidakseimbangan
beban dan kelebihan beban yang di bawa dalam roli, umumnya hal ini dilakukan
karena pekerja merasa mampu melakukan pekerjaan tersebut dan untuk
menghemat waktu sehinga pekerja sering mengabaikan keselamatan diri. Dari
hasil wawancara, pekerja berpendapat bahwa semakin banyak yang di angkut,
maka semakin cepat pekerjaan tersebut dapat terselesaikan. Namun ternyata, hal
ini termasuk dalam kondisi unsafe act, dimana menurut Silalahi(1995) unsafe act
merupakan perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan

168

kecelakaan. Untuk menanggulangi masalah ini, dapat di berikan reward dan


punishment agar pekerja lebih memperhatikan keselamatan dalam bekerja.
Sedangakan

untuk

risiko

terkena

aliran

listrik,

sangat

kecil

kemungkinannya untuk terjadi. Sehingga, hal ini tidak menjadi masalah dominan
dan dapat di kendalikan dengan peningkatan disiplin APD untuk meminimalisasi
kontak dengan risiko.
6.3.6 Tahap drawing 1st, 2nd, 3rd
a. meluruskan, mensejejajarkan serat dalam sliver ke arah sumbu pada
mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd
1. Jari tangan terjepit mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd
Proses pertama pada tahap Drawing 1st, 2nd, 3rd adalah saat meluruskan,
mensejejajarkan serat dalam sliver ke arah sumbu pada mesin Drawing 1st, 2nd,
3rd, potensi risiko yang terjadi pada tahap ini adalah luka jari atau remuk akibat
terjepit mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd karena saat mensejajarkan serat, silinder yang
berada di atas sliver akan terus berputar, sehingga konsekuensi risiko tersebut
termasuk dalam kategori important, karena pada risiko tersebut membutuhkan
penanganan medis. Tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari sehinga tingkat
paparanya termasuk dalam kategori Frequently. Sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
standar kerja dan mengatur jarak aman dengan mesin bergerak, sehingga
kemungkinannya termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian, maka
tingkat risikonya termasuk dalam kategori Substansial dimana pada tingkat risiko

169

tersebut mengharuskan adanya perbaikan secara teknis untuk mencegah risisko


tersebut benar-benar terjadi.
b. Memperbaiki kerataan, berat dan panjang, campuran dengan perangkapan
1. Jari tangan tergores
Proses ke dua pata tahap Drawing 1st, 2nd, 3rd adalah saat memperbaiki kerataan,
berat dan panjang, campuran dengan perangkapan pada mesin Drawing 1st, 2nd,
3rd, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah jari tangan tergores karena
tergesek gigi-gigi mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd yang konsekuensinya termasauk
dalam kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar
atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang
juga setempat, hal tersebut bisa terjadi karena pada saat memperbaiki kerataan
dan panjang, gigi-gigi mesin drawing berputar sangat cepat dan jika mengenai
tangan atau jari akan meyebabkan goresan atau luka. Tingkat pemaparan terjadi
sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori
Frequently. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja
terjadi jika pekerja tidak mematuhi standar kerja dan mengatur jarak aman,
sehingga kemungkinannya termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian,
maka tingkat risikonya berada dalam kategori Acceptable intensitas yang
menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin agar risiko tersebut tidak
berpotensi untuk terjadi.

170

c. Menyalakan dan mematikan mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Proses selanjutnya dari tahap Drawing 1st, 2nd, 3rd adalah pada saat menyalakan
dan mematikan mesin Drawing 1st, 2nd, 3rd ketika beroperasi, potensi risiko yang
terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik atau kesetrum karena tangan
basah oleh keringat atau air

serta listrik yang digunakan pada mesin

menggunakan voltase yang cukup tinggi, sehingga konsekuensinya termasuk


dalam kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh
penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Tingkat

pemaparan

terjadi sekali dalam sehari, sehingga termasuk dalam kategori Frequently.


Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah terjadi
meskipun terpapar bertahun-tahun namun mungkin saja terjadi jika pekerja tidak
mematuhi standar kerja, sehingga termasuk dalam kategori Conceivable.dengan
demikian, maka tingkat risikonya termasuk dalam kategori Acceptable dimana
intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin agar potensi
terjadinya risiko tersebut tidak muncul atau terjadi.
c. Mengirim sliver ke mesin Simplex Frame
1. Kaki terlindas roli
Proses ke tiga dalam tahap Drawing 1st, 2nd, 3rd adalah saat mengirim sliver ke
mesin Simplex Frame dengan menggunakan roli, risiko yang berpotensi terjadi
pada tahap ini adalah kaki luka atau remuk terlindas roli, hal tersebut bisa terjadi
karena kelebihan beban pada lori dan pekerja tidak mampu mengendalikan laju
dan arah roli, akhirnya melindas kaki pekerja,

konsekuensi dari risiko ini

171

termasuk dalam kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang
butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Tingkat risiko ini
pemaparan terjadi sekali dalam sehari sehingga paparanya termasuk dalam
kategori Frequently. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut
mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi standar kerja dan menjalin
komunikasi yang baik dengan pekerja lain, sehingga kemungkinanya termasuk
dalam kategori unusual. Dengan demikian, maka tingkat risiko pada proses ini
termasuk dalam kategori Substansial dimana mengharuskan adanya perbaikan
secara teknis untuk mengendalikan potensi risiko tersebut agar tidak terjadi lagi
pada pekerja maupun proses kerjanya.
Potensi risiko di pada proses drawing1st, 2nd, 3rd

terutama pada saat

menggunakan roli dan meluruskan serat lebih dominan di sebabkan karena


pekerja tidak mematuhi standar kerja dan mengatur jarak aman dengan mesin
bergerak. Hal ini merupakan tindakan yang tergolong unsafe behavior karena
melakukan pekerjaan tanpa ijin atau tidak memenuhi ijin kerja. Dari hasil
wawancara dengan pekerja pada proses drawing, mereka telah bekerja sesuai
dengan standar proses kerja, kalaupun ada sesuatu yang menyebabkan timbulnya
risiko atau kecelakaan lebih karena lelah dan butuh istirahat sejenak.
Menurut

Zuizer

dalam

Indrawan

(2009)

peningkatan

peraturan

keselamatan, safety training, penegakan disiplin dan lain-lain di rasa cukup untuk
mendisiplinkan standar kerja yang harus di laksanakan. Sehingga perlu adanya
peningkatan kedisiplinan yang terus-menerus terhadap penerapan standar kerja di
bagian tersebut agar pekerja tidak kembali ke kebiasaan semula.

172

6.3.7 Tahap simplex frame


a. Peregangan lanjut di mesin simplex frame
1. Jari tangan terjepit mesin Simplex frame
Proses pertama dari tahap Simplex frame adalah pada saat peregangan lanjut di
mesin simplex frame, potensi terjadinya risiko pada tahap ini adalah luka jari atau
remuk akibat terjepit mesin Simplex frame , karena pada saat peregangan lanjut
pekerja melakukanya dalam kondisi mesin menyala dengan tangan kiri
memegang handle mesin dan tangan kanan memegang spatula, padahal jarak
handle dengan silinder berjarak sekitar 8 cm, jika pekerja tidak berhati-hati maka
risiko tersebut bisa saja terjadi,oleh karena itu konsekuensinya termasuk dalam
kategori important, karena pada risiko tersebut membutuhkan penanganan medis.
Tingkat pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap hari karena sepanjang
proses produksi berlangsung maka pekerjaan peregangan ini juga terus
berlangsung, sehingga paparnnya termasuk dalam kategori continuously.
Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, kejadian tersebut sangat kecil
kemungkinan untuk terjadinya, sehingga termasuk dalam kategori Remotely
possible. Dengan demikian, maka tingkat risikonya termasuk dalam kategori
Priority 3 perlu adanya pengawasan dan diperhatikan secara berkesinambungan
agar risiko tersebut tidak berpotensi terjadi.
Dari pembahasan di atas, risiko yang berpotensi untuk terjadi pada tahap
ini di sebabkan karena pekerja melakukan pekerjaan pasa mesin yang sedang
berjalan pada kecepatan tinggi. Karena merasa terbiasa melakukan dan telah ahli

173

dalam melakukan pekerjaan ini, pekerja lebih suka bekerja dengan caranya sendiri
padahal hal ini bisa menimbulkan kejadian yang tidak di inginkan atau celaka.
b. Memasang Shinomaki
1. Jari tangan tergores
Proses ke dua pada tahap Simplex frame adalah saat memasang Shinomaki, risiko
yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki atau pundak atau punggung
luka dan lebam tertimpa shinomki penuh , karena shinomaki berada di ketinggian
180 cm dari permukaan lantai dengan berat shinomaki kurang lebih 5-8 kg jika
penuh, jika pemasaganya tidak tepat maka shinomaki dapat jatuh dan menimpa
pekerja,oleh karena itu

konsekuensinya termasuk dalam kategori important,

karena pada risiko tersebut membutuhkan penanganan medis. Tingkat pemaparan


terjadi secara terus - menerus setiap hari sehingga paparanya termasuk dalam
kategori continuously. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, kejadian
tersebut sangat kecil kemungkinan terjadinya, sehingga termasuk dalam kategori
Remotely possible. Dengan demikian, maka tingkat risikonya termasuk dalam
kategori Priority 3 perlu pengawasan dan diperhatikan secara berkesinambungan
agar risiko tersebut tidak berpotensi terjadi dip roses ini.
Pada pembahasan risiko pada saat memasang shinomaki tersebut, dapat
diketahui jika masalah tersebut bisa terjadi karena kurangnya kerja sama ketika
proses kerja sedang terjadi, karena ketika mangangkat shinomaki membutuhkan
bantuan dari pekerja lain, dan nyatanya kerjasama tersebut tidak di jalin dengan
baik sehingga berdampak pada kejadian kecelakaan atau lebih tepatnya tertimpa
shinomaki.

174

Westra (1980) dalam skripsi Dwi Kusumawarni yang berjudul pengaruh


semangat dan disiplin kerja Terhadap produktivitas karyawan mengatakan bahwa
kerjasama adalah sikap dari individu atau sekelompok untuk saling membantu atau
menginformasikan agar dapat mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh.
Dari masalah tersebut jelas bahwa, kerjasama antar pekerja dapat mempengaruhi
produktivitas sehingga dapat mencegah terjadinya kegagalan proses dalam
pekerjaan.
c. Memberikan antihan/twist
1. Jari tangan tergores
Proses ke tiga pada tahap Simplex frame adalah saat memberikan antihan/twist di
mesin simplex frame, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah jari
tangan tergores benang twist karena pada saat memberi antihan, posisi benang
masih tetap dalam penggulungan dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga
konsekuensinya termasuk dalam kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut
terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang
sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Tingkat pemaparan terjadi secara
terus - menerus setiap hari dan termasuk dalam kategori continuously. Sedangkan
untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja
tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga termasuk dalam
kategori unusual. Dengan demikian, maka tingkat risikonya termasuk dalam
kategori Priority 3 perlu adanya pengawasan dan diperhatikan secara
berkesinambungan agar potensi risiko tersebut tidak terjadi.

175

d. Menggulung benang pada Bobbin tegak


1. Kaki tertimpa Bobbin
Proses keemapat dari tahap simplex frame adalah saat menggulung benang pada
Bobbin tegak , risiko yang berpotensi tejadi pada tahap ini adalah kaki memar atau
lebam tertimapa Bobbin yang beratnya bisa mencapai 5 kg, sehingga
konsekuensinya termasuk dalam kategori important, karena pada risiko tersebut
membutuhkan penanganan medis. Untuk tingkat pemaparan terjadi secara terus menerus setiap hari selama proses produksi berlangsung, oleh karena itu
konsekuensinya termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, kejadian tersebut sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi,
sehingga termasuk dalam kategori Remotely possible. Dengan demikian, maka
tingkat risikonya termasuk dalam kategori Priority 3 yaitu perlu adanya
pengawasan dan diperhatikan secara berkesinambungan agar potensi risiko tersebut
bisa di kendalikan.
Pada pembahasan potensi risiko yang ada pada saat menggulung benang
dan memberikan antihan/ twist yang mungkin terjadi di atas, mempunyai
penyebab yang mirip. Dari pembahasanya diketaui bahwa potensi risiko bisa
muncul karena pekereja tidak mematuhi standar kerja yang ada. Penyebab risiko
tersebut biasanya di golongkan ke dalam unsafe behavior dimana pekerja harus
melakukan pekerjaan ketika mesin gulung dalam kondisi masih beroperasi,
Namun karena umumnya pekerja ingin mempersingkat waktu kerja maka
pekerjaan dilakukan dengan caranya sendiri yang sudah biasa di lakukan.
Menurut Topobroto(2009) hal itu juga bisa terjadi karena pekerja memiliki

176

kesadaran yang rendah tentang keselamatan sehingga sering mengabaikan


prosedur yang telah ada. Untuk menanggulangi hal itu, bisa di terapkan
penegakan disiplin prosedur dan menerapkan punishment untuk pelanggar.
e. Memperbaiki Bobbin dan arah gulungan
1. Jari tangan tergores
Proses ke lima pada tahap simplex frame adalah saat memperbaiki Bobbin dan
arah gulungan di mesin simplex frame, potensi risiko yang terjadi pada tahap ini
adalah jari tangan tergores benang yang sedang diluruskan, karena perputaran
benang yang di perbaiki berputar sangat cepat, jka terkena tangan atau jari bisa
melukai kulit luarnya, sehingga konsekuensinya termasuk dalam kategori
Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit
ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat.
Tingkat

pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap hari, sehingga

paparannya termasuk dalam kategori continuously. Sedangkan untuk tingkat


kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
standar kerja dan mengatur jarak aman dengan mesin, sehingga kemungkinannya
termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian, maka tingkat risikonya
termasuk dalam kategori Priority 3 perlu adanya pengawasan dan diperhatikan
secara berkesinambungan agar potensi risiko tersebut dapat dikendalikan.
f. Mengirim Bobbin ke mesin Ring spinning
1. Kaki terlindas roli
Proses selanjutnya adalah saat mengirim Bobbin ke mesin Ring spinning dengan
menggunakan roli, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka

177

atau remuk terlindas roli, karena roli kelebihan beban dan pekerja tidak dapat
mengendalikan keseimbangan yang akhirnya roli melindas kaki pekerja yang
mengendalikannya, sehingga

konsekuensinya termasuk dalam kategori

important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis
dan efeknya tidak terlalu merugikan. Tingkat pemaparan terjadi sekali dalam
sehari dan termasuk dalam kategori Frequently. Sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
standar kerja dan mejalin komunikasi yang baik dengan pekerja lain, sehingga
termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian, maka tingkat risikonya
termasuk dalam kategori Substansial dimana mengharuskan adanya perbaikan
secara teknis agar risiko tersebut dapat di cegah dan tidak terjadi pada proses ini.
g. Menyalakan dan mematikan mesin Simplex Frame ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Proses selanjutnya pada tahap simplex frame adalah saat menyalakan dan
mematikan mesin Simplex Frame ketika beroperasi, risiko yang berpotensi terjadi
pada tahap ini adalah tekena aliran listrik atau kesetrum karena tangan basah
oleh keringat atau air dan mesin yang di operasikan memiliki voltase yang cukup
tinggi, sehingga konsekuensinya termasuk dalam kategori important, karena pada
risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak
terlalu merugikan. Tingkat pemaparannya terjadi sekali dalam sehari dan
termasuk dalam kategori Frequently. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya,
hal tersebut tidak pernah terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun

namun

mungkin saja terjadi jika pekerja melakukan pekerjaanya di luar standar kerja

178

yang ada, sehingga kemungkinannya termasuk dalam kategori Conceivable.


Dengan demikian, maka tingkat risikonya termasuk dalam kategori Acceptable
dimana intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin agar
potensi risiko tersebut dapat di cegah dan proses kerja ini tetap aman.
Dari ketiga urutan proses kerja di atas yaitu Memperbaiki Bobbin dan arah
gulungan mengirim Bobbin ke mesin Ring spinning dan menyalakan dan mematikan
mesin Simplex Frame , risiko dominan yang berpotensi terjadi adalah terlindas roli

pada saat mengirim benang. Karena jika risiko tersebut benar-benar terjadi maka
kerugian yang di alami pekerja sangat tinggi dan berdampak pada kerusakan
angota tubuh si pekerjanya. Hal tersebut bisa terjadi karena pekerja tidak
melakukan prosedur kerja dengan baik, seperti mengisi kapasitas roli melebihi
batas agar lebih cepat selesai sehingga potensi terjadinya risiko semakin besar dan
mengancam keselamatan pekerja itu sendiri.
6.3.8 Tahap ring spinning
a. Peregangan lanjut di mesin Ring Spinning
1. Jari tangan terjepit mesin Ring Spinning
Proses pertama pada tahap Ring Spinning adalah saat peregangan lanjut di mesin
Ring Spinning, potensi risiko yang terjadi pada tahap ini adalah luka jari atau
remuk akibat terjepit mesin Ring Spinning

karena pada saat peregangan,

perputaran silindernya sangat cepat dan mesin tetap beroperasi ketika pekerja
memperbaiki regangan, sehingga konsekuensinya termasuk dalam

kategori

Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit
ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat.

179

Tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dan termasuk dalam kategori
Frequently. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja
terjadi jika pekerja tidak

menjaga jarak aman dengan mesin dan mematuhi

standar kerja, sehingga termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian, maka
tingkat risikonya termasuk dalam kategori

Acceptable atau intensitas yang

menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin agar risiko tersebut tidak


terjadi pada proses ini.
b. Menggulung benang pada Bobbin miring
1. Kaki tertimpa Bobbin
Proses kedua pada tahap Ring Spinning adalah saat menggulung benang pada
Bobbin miring pada mesin Ring Spinning, risiko yang berpotensi tejadi pada tahap
ini adalah kaki memar atau lebam tertimpa Bobbin yang beratnya bisa mencapai 5
kg saat penuh, sehingga konsekuensinya termasuk dalam kategori important,
karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan
efeknya tidak terlalu merugikan. Tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari
dan

termasuk

dalam

kategori

Frequently.

Sedangkan

untuk

tingkat

kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah terjadi meskipun terpapar bertahuntahun namun mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi standar kerja dan
menjalin komunikasi yang baik dengan pekerja lain, sehingga kemungkinannya
termasuk dalam kategori Conceivable. Dengan demikian, maka tingkat risikonya
tergolong dalam kategori Acceptable intensitas yang menimbulkan risiko
dikurangi seminimal mungkin.

180

c. Meratakan gulungan Bobbin miring


1. Jari tangan tergores
Proses ke tiga pada tahap ring spinning adalah saat meratakan gulungan bobbin
miring, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah jari tangan tergores
benang

yang sedang diratakan, karena perputaran benang sangat cepat saat

pengggulungan, jika tidak hati-hati benang yang sedang berputar tersebut dapat
melukai kulit luar pekerja, sehingga konsekuensinya termasuk dalam kategori
important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis
dan efeknya tidak terlalu merugikan. Tingkat pemaparan terjadi sekali dalam
sehari dan termasuk dalam kategori Frequently. Sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
standar kerja dan menjaga jarak aman, sehingga termasuk dalam kategori unusual.
Dengan demikian, maka tingkat risikonya termasuk dalam kategori Substansial
yaitu mengharuskan adanya perbaikan secara teknis agar otensi tersebut dapat
dihilangkan.
d. Mengirim Bobbin ke mesin Winding
1. Kaki terlindas roli
Proses ketiga pada tahap ring spinning adalah saat mengirim Bobbin ke mesin
Winding dengan menggunakan roli, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini
adalah kaki luka atau remuk

terlindas roli karena pekerja tidak dapat

mengendalikan roli saat memindahkan bobbin, akhirnya roli oleng dan melindas
kaki pekerja, konsekuensi risiko tersebut termasuk dalam kategori important,
karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan

181

efeknya tidak terlalu merugikan. Tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari
dan

termasuk

dalam

kategori

Frequently.

Sedangkan

untuk

tingkat

kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
standar kerja dan mengatur jarak aman roli, sehingga kemungkinannya termasuk
dalam kategori unusual. Dengan demikian, maka tingkat risikonya tergolong
dalam kategori Substansial mengharuskan adanya perbaikan secara teknis untuk
menciptakan kondisi kerja yang aman.
e. Menyalakan dan mematikan mesin Ring Spinning ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Proses selanjutnya pada tahap ring spinning adalah saat menyalakan dan
mematikan mesin Ring Spinning ketika beroperasi, risiko yang berpotensi terjadi
pada tahap ini adalah tekena aliran listrik atau kesetrum karena tangan basah
oleh keringat atau air dan mesin yang digunakan menggunakan voltase yang
cukup tinggi, sehingga konsekuensinya termasuk dalam kategori important,
karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan
efeknya tidak terlalu merugikan. Tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari
dan

termasuk

dalam

kategori

Frequently.

Sedangkan

untuk

tingkat

kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah terjadi meskipun terpapar bertahuntahun namun mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi standar kerja,
sehingga termasuk dalam kategori Conceivable. Dengan demikian, maka tingkat
risikonya tergolong dalam kategori Acceptable intensitas yang menimbulkan
risiko dikurangi seminimal mungkin agar potensi risiko dapat di cegah dan di
kendalikan.

182

Dari kelima proses kerja tersebut di atas yaitu

peregangan lanjut,

menggulung benang pada Bobbin miring, meratakan gulungan Bobbin miring,


mengirim Bobbin ke mesin Winding serta menyalakan dan mematikan mesin.
Potensi risiko yang paling dominan adalah kaki terlindas roli dan tertimpa bobbin
di susul dengan risiko tangan terjepit mesin dan tergores benang dan yang terakhir
adalah bersentuhan dengan aliran listrik . Namun penyebab dari berbagai risiko
tersebut memiliki kesamaan yang umum, yaitu ketidakpatuhan terhadap standar
kerja, kurang konsentrasi saat bekerja dan tidak mengatur jarak aman saat
berdekatan dengan mesin berputar dan penyebab ini sudah di temukan pada
proses kerja sebelumnya. Ketiga penyebab tersebut tergolong dalam tindakan
unsafe yang bisa jadi perilaku unsafe tersebut mendapat reinforcement yang besar
dari lingkungan sehingga terus dilakukan dalam pekejaannya. Bird (2005 dalam
pengendalian kerugian praktis mengatakan bahwa pekerja sebenarnya ingin
mengikuti kebutuhan akan keselamatan namun adanya kebutuhan lain yang
menyebabkan keselamatan pada posisi yang kedua. Kebutuhan lain tersebut di
antaranya kebutuhan menghemat waktu, menghemat usaha, mendapat kebebasan
dan mendapat pengakuan dari lingkungan. Memberikan reward terhadap
munculnya safety behavior di rasa cukup baik untuk sedikit-demi sedkit
mengubah prilaku unsafe yang ada pada proses ini dan yang pasti pegendalian ini
di laakukan setelah hierarki pengendalian risiko sebelumnya telah di terapkankan.

183

6.3.9 Tahap winding


a. Menggulung benang pada Cones di mesin Winding
1. Kaki kejatuhan Cones
Proses pertama pada tahap winding adalah saat menggulung benang pada Cones
di mesin Winding, risiko yang berpotensi tejadi pada tahap ini adalah kaki memar
atau lebam karena tertimpa Cones benang seberat 4 kg atau lebih, jika cones
tersebut menimpa kaki pekerja bisa menyebabkan luka atau lebam, sehingga
konsekuensinya termasuk dalam kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut
terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang
sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Tingkat pemaparan terjadi sekali
dalam sehari dan termasuk dalam kategori Frequently. Sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
standar kerja dan menjalin komunikasi antar pekerja, sehingga termasuk dalam
kategori unusual. Dengan demikian, maka tingkat risikonya termasuk dalam
kategori Acceptable yaitu intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi
seminimal mungkin agar risiko tersebut bisa di cegah sebelum terjadi.
b. Memindahkan cones ke mesin heat setter
1. Kaki terlindas creell
Proses kedua pada tahap winding adalah saat memindahkan Cones ke mesin heat
setter dengan menggunakan creell, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini
adalah kaki luka atau remuk terlindas creell yang berisi kurang lebih 50 60
cones, jika creell melindas kaki pekerja maka akan menyebabkan luka, risiko
tersebut termasuk dalam kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi

184

luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Tingkat
pemaparan terjadi sekali dalam sehari dan termasuk dalam kategori Frequently.
Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika
pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar jarak aman creell, sehingga
termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian, maka tingkat risiko pada
proses ini termasuk dalam kategori Substansial yaitu mengharuskan adanya
perbaikan secara teknis agar risiko dapat dicegah sedemikian rupa agar tidak
terjadi pada proses ini.
c. Proses penguapan dengan heat setter
1. Peledakan pada heat setter
Proses ke tiga pada tahap winding adalah saat proses penguapan dengan heat
setter, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah peledakan akibat
tekanan uap atau kesalahan penutupan bejana penguapan, dengan suhu maksimum
140 derajat celcius, jika hal tersebut dibiarkan hingga bejana di nyalakan, maka
bisa terjadi peledakan dan mengakibatkan bencana diproses tersebut, sehingga
konsekuensinya termasuk dalam kategori Disaster, karena pada risiko tersebut
dapat menimbulkan kematian, kerusakan setempat dan menetap terhadap
lingkungan. Tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari karena penguapan
dilakukan sekali sehari sesuai dengan target produksi harian, oleh karena itu
paparannya

termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat

kemungkinannya, hal tersebut merupakan kejadian yang kemungkinan terjadinya


sangat kecil,

sehingga termasuk dalam kategori remotely pssible. Dengan

demikian, maka tingkat risikonya tergolong dalam kategori very high dimana

185

aktifitas dihentikan sampai risiko bisa dikurangi hingga mencapai batas yang
dibolehkan atau diterima, potensi risiko inilah yang paling besar dalam proses
spinning sesuai dengan hasil identifikasi dan analisis yang telah dilakukan
d. Menyalakan dan mematikan mesin Winding ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Proses selanjutnya pada tahap winding adalah saat menyalakan dan mematikan
mesin Ring Spinning ketika beroperasi, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap
ini adalah tekena aliran listrik atau kesetrum karena tangan basah oleh keringat
atau air dan mesin yang digunakan menggunakan voltase yang cukup tinggi,
sehingga konsekuensinya termasuk dalam kategori important, karena pada risiko
tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu
merugikan. Tingkat pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap hari dan
termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya,
hal tersebut tidak pernah terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun

namun

mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang
ada, sehingga kemungkinan tersebut termasuk dalam kategori Conceivable.
Dengan demikian, maka tingkat risiko pada proses ini termasuk dalam kategori
Priority 3 dimana perlu diawasi dan diperhatikan secara berkesinambungan agar
risiko tersebut dapat dikendalikan dan tidak terjadi pada proses ini.
e. Membongkar Cones dari mesin penguapan(Heat setter)
1. Kaki memar atau lebam karena tertimpa Cones
Proses selanjutnya adalah saat membongkar Cones dari mesin penguapan(Heat setter),
risiko yang berpotensi tejadi pada tahap ini adalah kaki memar atau lebam karena

186

tertimpa Cones benang seberat 4 kg atau lebih yang baru dikeluarkan dari mesin
penguapan, sehingga konsekuensi termasuk dalam kategori Noticeable, karena pada
risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat
yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Tingkat pemaparan terjadi sekali
dalam sehari dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut merupakan kejadian yang kemungkinan terjadinya
sangat kecil, sehingga termasuk dalam kategori remotely possible. Dengan demikian,
maka tingkat risikonya tergolong dalam kategori Acceptable dimana intensitas yang
menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin agar risiko tersebut tidak terjadi
pada proses ini.
f. Mengirim cones ke departemen Wieving
1. Proses terakhir pada tahap winding adalah saat mengirim cones ke departemen
Wieving dengan menggunakan roli, potensi risiko yang terjadi pada tahap ini adalah
kaki luka atau remuk terlindas roli karna pekerja yang memindahkan cones tidak
dapat mengendalikan roli dengan baik, sehingga roli melindas kaki pekerja,
konsekuensi risiko tersebut termasuk dalam kategori important, karena pada risiko
tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu
merugikan. Tingkat

pemaparan terjadi sekali dalam sehari dan termasuk dalam

kategori Frequently. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin


saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi standar kerja dan mengatur jarak aman roli,
sehingga kemungkinannya termasuk dalam

kategori unusual. Dengan demikian,

maka tingkat risiko pada proses ini termasuk dalam kategori Substansial dimana

187

mengharuskan adanya perbaikan secara teknis agar risiko tersebut dapat di cegah dan
dapat menciptakan proses kerja yang aman.
Dari keenam proses winding di atas, yang potensi risiko paling dominan adalah
pada

saat proses penguapan dengan heat setter, risiko yang berpotensi terjadi pada

tahap ini adalah peledakan akibat tekanan uap atau kesalahan penutupan bejana
penguapan, dengan suhu maksimum 140 derajat celcius. Meskipun belum pernah
terjadi kegagalan proses pada saat melakukan penguapan, namun perlu di waspadai
faktor-faktor yang bisa mengakibatkan terjadinya risiko tersebut agar pekerja yang
mengoperasikan alat penguapan yang termasuk dalam bejana tekan atau bejana uap
bisa memahami dengan baik cara pengendalian risiko yang ada pada proses ini.
Menurut PERMENAKER No. 01 / MEN / 1988, kewajiban operator bejana
uap adalah dilarang meninggalkan tempat pelayanan selama bejana uapnya
dioperasikan, melakukan pengecekan kondisi kerja serta merawat bejana uap, alatalat pengaman, dan alat perlengkapan lainnya. Selain itu operator juga harus mengisi
buku laporan harian pengoperasian bejana uap yang bersangkutan selama melayani
bejana uap meliputi data tekanan kerja, produksi uap, debit air pengisi bejada uap,
pH air, dan jumlah bahan bakar, serta tindakan operator yang dilakukan selama
melayani

bejana uap

yang bersangkutan.

Apabila

bejana uap dan atau

perlengkapannya tidak berfungsi dengan baik, maka operator harus segera


menghentikan operasinya dan segera melaporkan pada atasannya serta membuat
laporan bulanan pemakaian pesawat uap kepada P2K3 di perusahaan yang
bersangkutan.

188

Selain itu, potensi risiko yang lain pada proses winding lebih sering di
sebabkan karena pekerja merasa terbiasa dengan pekerjaanya sehingga tidak lagi
melakukan proses kerja sesuai dengan SOP atau peraturan yang ada di proses
tersebut. Frank E Bird. Jr. dalam Pengendalian kerugian praktis mengungkapkan
bahwa pelaksanaan peraturan harus memenuhi Firm atau tegas, dimana para manager,
pimpinan tim, anggota tim perlu mengingat bahwa peraturan yang ada adalah untuk
melindungi keselamatan dan kesehatan dari semua karyawan dan lingkungan. Karena
itu, peraturan tersebut harus dilaksanakan dengan tegas, tanpa reservasi atau keraguraguan dan membiarkan orang lain dalam tempat yang berisiko. Maka dari itu,
penegasan peraturan di tempat kerja tersebut perlu lebih di tekankan lagi agar pekerja
tidak merasa biasa atau ragu dalam menjalankan setiap proses kerja.
Berdasarkan pembahasan dari kesembilan proses di atas, potensi risiko
terbesar berada pada tahap Winding, karena jika risiko tersebut terjadi dapat
menyebabkan disaster atau bencana yang sangat besar. Selebihnya, risiko-risiko pada
setiap proses berpotensi terjadi karena safety behavior yang menjadi penyumbang
terbesar dalam munculnya potensi risiko yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Selain pengendalian-pengendalian di atas yang telah di atur untuk
mengendalikan risiko. Perlu adanya suatu jaminan atau penanganan terhadap risiko
jika risiko tersebut benar-benar terjadi dan mengakibatkan kecelakaan kerja yang
berdampak diri setiap pekerja. Jaminan untuk risiko yang sudah terjadi tersebut
adalah dengan adanya asuransi bagi setiap pekerja yang dapat menjamin pembiayaan
pemeliharaan kesehatan, jaminan hari tua dan jaminan kematian. Hal ini di rasa sesuai
dan tepat untuk menangani risiko yang tidak dapat di terima dan di tanggulangi

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1

SIMPULAN
1. Hasil identifikasi risiko keselamatan kerja yang terdapat pada proses spinning di
bagian produksi PT Unitex Tbk, yaitu : jari tangan terjepit mesin, jari kaki terlindas
roli, tangan tergores mesin, terkena aliran listrik, kaki atau badan tertimpa shinomaki,
jari tangan tergores benang, kaki tertimpa bobbin, peledakan, terkena uap panas dan
kaki kejatuhan cones.
2. Konsekuensi risiko keselamatan kerja pada proses spinning yang terbesar adalah
disaster yaitu

saat penguapan di mesin heat setter. Kemudian terkecil adalah

Noticeable yaitu luka gores di jari tangan, kaki lebam tertimpa cones/bobbin.
Paparan risiko keselamatan kerja pada proses spinning yang paling sering terjadi
yaitu tergores benang, tertimpa sliver, kejatuhan bobbin, tertimpa cones, terjepit
mesin, kejatuhan shinomaki, terlindah roli dan tersengat listrik.
Kemungkinan risiko keselamatan kerja pada proses spinning yang tidak biasa terjadi
tetapi mungkin yaitu Jari kaki remuk terlindas roli, Jari tangan tergores atau lecet
terkenan mesin, Jari tangan tergores benang/serat.
4. Evaluasi risiko keselamatan kerja pada proses spinning adalah melakukan safety talk
sebelum memulai pekerjaan, mengatur jarak aman dengan mesin, menjaga roli agar
selalu dalam jalur lintasan, menjaga housekeeping lingkungan kerja, warning sign
untuk menunjukkan adanya bahaya listrik dan menjaga proses kerja dalam keadaan
aman.

189

190

5. Tingkat risiko keselamatan kerja pada proses spinning di bagian produksi PT Unitex
Tbk, yaitu :

Very high (sangat tinggi) yaitu risiko peledakan pada heat setter/pengupan
dengan bejana tekan.

Substansial (penting) yaitu luka jari tangan atau kaki karena terlindas, terjepit
mesin, tertimpa, tergesek benda, bahan atau mesin yang ada di dept spinning ,
wajah atau badan terkena uap panas dan peledakan.

Priority 3 (prioritas 3) yaitu tersengat listrik/ kesetrum, luka gores di jari


akibat kontak dengan gerigi mesin, benang yang berputar dll.

Acceptable (diterima) yaitu jari kaki terluka / lebam tertimpa gumpalan serat
atau kejatuhan Cones dll.

7.2 SARAN
1. Perusahaan perlu melakukan identifikasi dan penilaian risiko keselamatan kerja di
masing-masing tahapan yang ada pada proses spinning di bagian produksi PT Unitex
Tbk, sehingga perusahaan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Untuk meminimalisir risiko pada masing-masing tahapan proses kerja spinning perlu
dilakukan upaya pengendalian, yaitu dengan cara :

Engineering Control( House keeping, pengecekan listrik, mengatur jarak aman)

Administrative Control (bekerja sesuai SOP, safety talk, komunikasi antar pekerja dan
warning sign)

Alat Pelindung Diri/APD(Memakai sarung tangan/gloves, menggunakan safety shoes,


menggunakan face shield (saat proses penguapan)

191
3. Pengawasan atau monitoring risiko keselamatan pada proses spinning harus dilakukan
secara periodik dan diprioritaskan pengendalian risiko pada kategori tingkat risiko
substanstial sampai priority 1.Pada kategori tingkat risiko acceptable sampai priority
3 walaupun tingkat risiko rendah tetapi perlu diperhatikan karena risiko bisa terjadi
jika operator dan pekerja kurang hati-hati dalam melakukan pekerjaannya.
4. Pengawasan supervisor terhadap penggunaan APD pada operator dan pekerja harus
ditingkatkan, serta perlu adanya tindak lanjut berupa reward and punishment yang
dilakukan oleh pihak perusahaan, karena masih ada operator dan pekerja yang tidak
menggunakannya saat pekerjaan berlangsung.
5. Pencatatan kejadian kecelakaan sebaiknya tidak hanya yang menimbulkan efek yang
parah dan memerlukan perawatan medis, namun juga perlu di catat pula kejadiankejadian kecil namun berisiko yang tidak dilaporkan oleh pekerja, dengan
menggunakan pendekatan komunikasi personal agar pekerja tidak menganggap ringan
risiko atau kecelakaan yang di rasa bisa di tangani dan sembuh sendiri.
6. Meningkatan safety performance dalam perusahaan untuk mengurangi unsafe
behavior yang terjadi pada pekerja di rasa lebih baik di bandingkan dengan fokus
terhadap angak kecelakaan. Karena kecelakaan merupakan hasil akhir dari rentetan
unsafe behavior dan perusahaan hanya memperhatikan safety ketika kecelakaan
meningkat,

sebaliknya

behavioral

safety

lebih

proaktif

yang

cenderung

mengidentifikasi setiap unsafe behavior yang muncul sehingga bisa langsung di


tanggulangi.

DAFTAR PUSTAKA

Anita , Marissa . metroTvNews. Benang untuk Ekspor Miliaran Rupiah Ludes


Terbakar.

diakses

pada

tanggal

12

Februari

2010

dari

http://www.metrotvnews.com
Agustina, Nita Octa. Upaya Pengendalian Faktor Bahaya Di Unit Laundry pada
Instalasi CSSD (Central Sterilisation Supply Departement) Di RSUD
Setjonegoro Wonosobo. diakses pada tanggal 20 Desember 2010 dari
http//:www.uns.ac.id
Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999. Risk Management Guidelines.
Sydney, 1999.
Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004. Risk Management Guidelines.
Sydney, 2004.
Bird, Jr ,Frank E. and Goerge L, Germany, Practical Loss Control Leadership,
Loganville, Georgia. 1996
Budiono, Sugeng A.M. Manajemen Risiko Dalam Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Bunga Rampai Hiperkes & KK Edisi Kedua. Semarang : Universitas
Diponegoro, 2003.
Calvin dan Joseph. Occupation Related Accidents in Selected Garment Industries in
Bangalore City. Indian Journal of Community Medicine Volume 31, No. 3,
July - September, 2006.
Colling, David A. Industrial Safety Management and Technology. Pentice Hall Inc,
1990.
192

193

Cross, Jean. Study Notes SESC9211 Risk Management. Department of Safety Science
University of New South Wales, 1998.
Depnaker RI. Dokter Hiperkes. Jakarta. 1991
Deutsche Welle World. Kebakaran Pabrik Garmen di Bangladesh, 51 Tewas.
Diakses Tgl 08 mei 2009 dari http://www.tor.cn
Diberardinis, Louis J. Handbook of Occupational Safety and Health Second Edition.
John Wiley & Sons Inc, 1999.
European Agency for Safety and Health at Work. Occupational safety and health in the
textiles sector. Diakses pada tanggal 13 mei 2010 dari http//:www.
osha.europa.eu.org
Fokus pagi on line. Gudang Pabrik Tekstil Terbakar. Diakses pada tanggal 1 juni
2010 dari http//:www.indosiar.com
Geotsch, David. Occupational Safety and Health : In Manager, Second Edition, 1996.
ICN(Diploma Mekanikal Tekstil).Teknologi Yarn 1 Spinning. Diakses pada tanggal
19 Desember 2009 dari http//:www.icn.com
ICN(Indonesian Commercial Newsletter).Perkembangan Industri Spinning di
Indonesia. Diakses pada tanggal 17 Okrober 2009 dari http//:www.icn.com
Kolluru, Rao V, et. al. Risk Assessment and Mangement Handbook. New York : Mc
Graw Hill Inc, 1996.
Kusumawarni. Dwi. Pengaruh semangat dan disiplin kerja Terhadap produktivitas
karyawan pada Perusahaan daerah air minum (pdam) Kabupaten kudus. Di
akses pada tanggal 20 september 2010 dari http//:www.digilib.unnes.ac.id

194

Santoso, Budi . Liputan6 on line. Pabrik Tekstil di Bogor Meledak. Diakses pada
tanggal 18 mei 2010 dari http//:www.liputan6.com
Liputan6 on line. Pabrik Tekstil Terbakar. Diakses pada tanggal 18 mei 2010 dari
http//:www.liputan6.com
Management SDM.Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja. Diakses pada tanggal
12 maret 2010 dari http//:www.jurnal-sdm.org
Markkanen, Pia K (International Labour Organization Subregional office of south-East
Asia and the Pasific Manila, Phlippines). Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Indonesia. Di akses pada tanggal 18 Juli 2009 dari http://www.ILO.org
Medicare lippo insurance. Risiko industri tekstil. Dikases pada tanggl 27 februari
2009 dari http//:www.lippoinsurance.com
Mulya, Adi. Analisis dan Pengendalian Risiko Keselamatan Kerja dengan Metode Semi
Kuantitatif pada Pekerja Pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk. UBP
Emas Pongkor Bogor Tahun 2008. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, UIN Jakarta, 2008.
Mungan, Meral(Departemen Teknik Lingkungan, Universitas Teknis Timur Tengah).
Penilaian Risiko Lingkungan dari Pabrik Tekstil di Turki. Diakses pada
tanggal 20 mei 2010 dari http//:www.archive.reg.org
PT Unitex Tbk. Annual Report PT Unitex Tbk tahun 2009 . GA Departement. Bogor.
2009
PT Unitex Tbk. Laporan Kecelakaan pada Jam Kerja PT Unitex Tbk Periode Bulan
Januari 2009 Desember 2009. Jakarta : Bagian P2K3 PT Unitex Tbk, 2009.

195

Ridley and Channing, John. Risk Management Safety at Work. Butterworh-Heinemann :


Elsivier Science Ltd, 1998.
Sahab, Syukri. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Bina
Sumber Daya Manusia, 1997.
SI.ITS.

Analisis

risiko.

Diakses

pada

tanggal

24

maret

2010

dari

http//:www.si.its.ac.id
Slote, Lawrence. Handbook of Occupational Safety and Health. New York : New York
University, 1987.
Soeripto, IR. Job Safety Analysis. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Volume
XXXI : No. 1 Oktober Desember 1997.
Suardi, Rudi. Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja. Jakarta:
Penerbit PPM. 2005.
Sumamur, PK. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung,1986
Ramdani, Alwan Ridha. Tempo On-Line. Gudang Pabrik Tekstil Terbakar Satu Orang
Terluka(Selasa,2 September 2008.). Diakses pada tanggal Diakses Tanggal 11
mei 2009 dari http://www.tempo.co.id

Lampiran

LEMBAR OBSERVASI

No.

Dasar pemikiran
Menetukan ruang
lingkup

Identifikasi risiko

Sasaran observasi
Bagan struktur organisai PT
Unitex Tbk
Bagan Struktur organisasi dept
spinning
Bagan alur Tahapan proses
kerja dept spinning
Bagan Alur kerja dlm setiap
tahap proses spinning
Tahapan pekerjaan/ jenis
pekerjaan & rincian pekerjaaan
Alur proses kerja
Risiko yg ada dan potensinya
Pengendalian yg telah
dilakukan
SOP untuk setiap mesin
pemintalan
APD untuk Operator/ pekerja

Peralatan penunjang untuk


penanganan kecelakaan
kerja(P3K)
Alat pemadam kebakaran
Maintenance dan jadwal
pelaksanaanya
Warning sign
Safety briefing
Lain-lain

Ada

Tidak

Keterangan

Lampiran
Analisis risiko

Konsekuensi

Informasi keparahan yg di
timbulakan oleh risiko

Paparan

Informasi kekerapan kejadian


kecelakaan yg terjadi

Kemungkinan

Informasi kemungkinan terjadi


suatu kejadian yang spesifik

Kejadian kecelakaan

Informasi Pernah terjadi


peristiwa/ kejadian kecelakaan
Informasi rincian kejadian
Pengendalian/penanganan yang
telah dilakukan perusahaan

Lampiran

Pedoman Wawancara
KAJIAN HUBUNGAN ANTARA HASIL ANALISIS TINGKAT RISIKO DENGAN
KEJADIAN KECELAKAAN KERJA
PADA PROSES PEMINTALAN(SPINNING) DI BAGIAN PRODUKSI PT UNITEX TBK
TAHUN 2010
Identitas informan
No informan
Nama lengkap

: __________________________________
: __________________________________

Usia

: __________________________________

Jenis kelamin

: Laki-laki/Perempuan

Pendidikan terkhir

: SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi

Alamat lengkap : __________________________________

1. Menetukan ruang lingkup

Bagaimana Struktur organisasi PT Unitex Tbk?

Bagaimana Struktur organisasi dept spinning?

Bagaimana Tahapan proses kerja dept spinning?

Bagaimana Alur kerja dlm setiap tahap proses spinning?

2. Identifikasi risiko

Apa saja Risiko yang pernah terjadi/ berpotensi untuk terjadi di dept spinning? Apa
penyebabnya? pengendalian apa yang telah dilakukan?

Apa saja tahapan proses kerja atau rincian pekerjaaan?

Lampiran

Bagaimana alur proses kerja di tahap/proses ini?

Apa saja risiko yg ada dan potensi adanya risiko dalam pekerjaan ini dan bagaimana
bisa terjadi?

Apa saja pengendalian yg telah dilakukan?

3. Analisis risiko

Seberapa parah kejadian kecelakaan yang menyebabkan kerugian, injuri yg di


timbulkan oleh risiko pd setiap tahapan proses kerja spinning?

Seberapa sering kejadian kecelakaan tersebut terjadi?

Bagaimana kemungkinan terjadi suatu kejadian yang spesifik?

4. Kejadian kecelakaan

Apa saja peristiwa/ kejadian kecelakaan yang pernah terjadi?

Bagaimana rincian kejadiannya?

Kapan kecelakaan tersebut terjadi?

Apa dampak kecelakaan kerja tersebut?

Apa saja Pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk menangani hal tersebut?

Anda mungkin juga menyukai