Anda di halaman 1dari 23

Koasistensi Laboratorium Bakterologi - Mikologi

LAPORAN BAKTERIOLOGI
SISTEM PERNAFASAN
Program Profesi Dokter Hewan Rotasi Laboratorium
di Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi Universitas Airlangga

Oleh:
Ari Purnamasari Putu Amijaya, S.KH

130130100111011

Yulinar Rizky Karaman, S.KH

130130100111018

Prima Santi, S.KH

130130100111020

Fitri Amalia Riska, S.KH

130130100111030

Pascara Fajar Lukito, S.KH

130130100111032

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Burung merpati (Columba livia) merupakan salah satu unggas yang
akrabdengan manusia. Di Indonesia, burung merpati sangat umum dipelihara
sebagaihewan kesayangan dan hobi untuk diperlombakan. Burung merpati
jugaditernakan untuk dimanfaatkan dagingnya sebagai salah satu sumber
proteinhewani. Makanan dan perawatannya tidak sulit, sehingga cukup
mudahdikembangbiakkan. Dalam perkembangannya melalui proses domestikasi
danperkawinan silang, Columba livia berubah menjadi berbagai macam
merpatidomestik (Columbia domestica). Merpati ini dikenal sebagai merpati
jinak,kemudian berkembang menjadi merpati balap, merpati potong, dan merpati
hias(Haryoto ,1996).
Peternakan

burung

merpati

menghadapi

berbagai

kendala

danpermasalahan diantaranya penyakit.Berbagai jenis penyakit di unggas


khususnya merpati telah dilaporkan di Indonesia, salah satu diantaranya yang
banyak terjadi adalah jenis penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Masalah
pernafasan pada unggas dapat disebabkan oleh banyak faktor. Pemberian semua
jenis biji sebagai pakanmerupakan penyebab paling tinggi pada munculnya
masalah pernafasan pada unggas. Karena biji-bijian mengandung sangat sedikit
vitamin A, sedangkan vitamin A sangat dibutuhkan untuk perkembangan normal
epitel yang melapisi saluran pernapasan, pertumbuhan epitel yang abnormal
sangat

mudah

diserang

oleh

mikroorganisme.

Terdapat

banyak

jenis

mikroorganisme terutama bakteri yang dapat menginfeksi sistem pernafasan


burung. Selain itu, berbagai jenis virus, jamur dan parasit juga dapat
mengakibatkan infeksi pernafasan.
Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui atau mendiagnosa agen suatu jenis penyakit. Uji mikrobiologi
dapat digunakan untuk mendiagnosa suatu jenis penyakit yang menyerang pada
unggas. Dengan adanya uji mikrobiologi diharapkan dapat mengetahui agen
penyebab suatu penyakit dengan melakukan identifikasi suatu agen infeksius yang
terdapat pada eksudat dan organ-organ pada unggas.Dengan dilakukanya
pengujian mikrobiologi yang terdapat pada sampel unggas yang menderita

gangguan pernafasan diharapkan dapat diketahui agen infeksius pada penyakit


tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, perlu diketahui jenis
bakteri apa saja kah yang dapat ditemukan pada burung yang mengalami infeksi
saluran pernafasan.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan diagnosa suatu kasus penyakit berdasarkan
pemeriksaan gejala klinis yang tampak dan didukung dengan pemeriksaan
mikrobiologi pada sampel.
2. Mahasiswa dapat melakukan isolasi dan identifikasi bakteri sebagai
pendukung diagnosa lapangan.
1.4 Manfaat
Mahasiswa PPDH diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam
melakukan diagnosa penyakit bakterial berdasarkan hasil uji laboratorium yang
tepat.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum tentang Burung Merpati
2.1.1 Deskripsi Burung Merpati
Burung merpati merupakan salah satu spesies dari famili Columbidae
yangberasal dari Eropa, Afrika, dan Asia Tenggara dan banyak tersebar di
seluruhbelahan dunia (TN, 2008). Warna bulu merpati bermacam-macam, ada
yangberwarna coklat, hitam, kelabu, atau kombinasi. Pada umumnya merpati
memilikiekor tebal dan tidak terlalu panjang. Ada dua jenis merpati yaitu merpati
liar danmerpati domestik, merpati liar biasa hidup di daerah pantai atau hutan.
Sedangkanmerpati domestik biasanya hidup di daerah urban. Panjang individu
dewasa antara29-36 cm dengan berat 265-380 gram dan panjang sayap 50-67 cm
(Robbins etal., 1966). Burung merpati biasanya dipelihara sebagai hobi. Bentuk
badannyategap dengan daging yang relatif tebal, hidup berpasang-pasangan.

Burungmerpati berkembang biak dengan cepat. Burung merpati betina Lokal


mulaibertelur pada umur 4-5 bulan (Djanah dan Sulistyani, 1985). Burung
merpatimempunyai suhu tubuh sekitar 41C. Burung merpati dapat beradaptasi
denganmudah di darat maupun di udara, lehernya panjang dan fleksibel,
kepalanyatermasuk besar, karena mempunyai otak yang besar, tubuhnya kompak
dan kaku,organ vitalnya terlindungi secara baik terhadap serangan musuhnya
(Levi, 1945).
Blakely dan Bade, (1998) membagi burung merpati menjadi tiga kelompok
utama yaitu untuk tujuan produksi daging, pameran dan penampilan. Burung
merpati yang dimanfaatkan untuk produksi daging lebih menekankan pada jumlah
anak burung merpati yang berat badannya besar. Begitu juga Cartmill (1991),
membedakan burung merpati menjadi tiga tipe yaitu: utility group yaitu kelompok
burung merpati penghasil daging, fancy breed yaitu bangsayang diambil
keindahannya untuk pameran, dan performing breed yaitu bangsa yang dinilai
ketangkasannya. Contoh bangsa burung yang termasuk dalam utility group adalah
King, Carneau, Swiss Mondain, Runt dan White King; fancy breedadalah India,
America Fantail, Pouter, Jacobin, Swallow, Chinese Owl, English Trumpeter,
Modena dan Helmet; performing breed adalah Homer, Birmingham Roller, Racing
Homer dan Parlor Tumbler.
2.1.2 Klasifikasi Burung Merpati
Klasifikasi adalah suatu sistem pengelompokan jenis-jenis ternak
berdasarkan persamaan dan perbedaan karakteristik. Suprijatno, dkk (2005)
mengemukakan taksonomi burung merpatiadalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Class

: Aves

Ordo

: Columbiformes

Famili

: Columbidae

Genus

: Columba

Spesies

: Columba livia ; Columba domestica

2.2 Alat Pernapasan Burung Merpati

Pada merpati, tempat berdifusinya udara pernapasan terjadi di paru-paru.


Paru-paru merpati berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang
dilindungi oleh tulang rusuk (Irmaeni, 2006).Selain paru-paru, merpati biasanya
memiliki 4 pasangperluasan paru-paru yang disebut pundi-pundi hawa atau
kantung udara (saccus pneumaticus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan
sayap. Kantung-kantung udara ini terdapat pada pangkal leher (saccus cervicalis),
rongga dada(saccus thoracalis anterior dan posterior), antara tulang selangka atau
korakoid (saccus interclavicularis), ketiak (saccus axillaris), dan di antara lipatan
usus ataurongga perut (saccus abdominalis). Kantung udara berhubungan dengan
paru-paru, berselaput tipis, tetapi tidak terjadi difusi udara pernapasan. Adanya
kantung udara mengakibatkan, pernapasan pada merpati menjadi efisien karena
burung dapat menyerap oksigen 10 kali lebih banyak daripada mammalian
(Campbell, 1999; Helmer et al., 2005).
2.3 Penyakit Pernapasan pada Merpati
Penyakit pernafasan pada burung merpati dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain penyakit infeksius dan non infeksius. Faktor infeksius dipengaruhi oleh
iklim dan lingkungan kandang, higiene, kepadatan populasi, temperatu,
kelembaban, ventilasi, debu, aliran udara dan lain-lain. Agen infeksius penyebab
penyakit pernafsan tidak sepenuhnya ditentukan. Pada literatur banyak
kebingungan dan pertentangan mengenai identifikasi patogen pernafasan pada
burung merpati. Agen dapat berupa penyebab utama maupun sekunder yang
termasuk

yaitu

herpervirus,

Chlamydpholia

psittaci,

Escherichia

coli,

Staphylococcus intermedius, Pelistega europea dan Aspergillus fumigatus. Meski


begitu suspect virus belum diidentifikasi mekanismenya (Tully et al., 2000).Selain
agen infeksi di atas, terdapat beberapa bakteri spesifik yang ditemukan pada pada
burung merpati menurut Ballard dan Cheek (2003) antara lain Mycoplasma sp
(penyebab CRD), Haemophilus paragallinarum (serotype A, B dan C) (penyebab
infectious coryza atau snot) danPasteurella multocida (penyebab kolera unggas).
BakteriHaemophilus paragallinarummenyebabkan penyakit coryza atau
snot dengan gejala klinis meliputi facial oedema, leleran hidung mukoid, dispnoea
dan konjuntivitis. Penyakit fowl cholera disebabkan Pasteurella multocida dengan

gejala dispnoea, leleran mulut mukoid, diare, panas, lemah kebiruan pada pial dan
jengger. Lesi termasuk facial oedema dan konjungtivitis. Beberapa spesies bakteri
Mycoplasma spp. dapat menyebabkan penyakit mycoplasmosis pada merpati.
Penyakit ini identik dengan suara derik pernafasan dan produksi mucus dari
leleran nasal (Ballard dan Cheek, 2003).
2.4 Tinjauan Tentang Bakteri Penyebab Penyakit Respirasi pada Merpati
Bakteri patogen yang sering ditemukan pada saluran respirasi merpati
antara lain Mycoplasma gallisepticum/MG (penyebab CRD), Haemophilus
gallinarum (serotipe A, B dan C) (penyebab infectious coryza atau snot),
Pasteurella multocida (penyebab Fowl Cholera), Staphylococcus sp dan
Streptococcus pyogenes (Tarmudji, 2005).
2.4.1 Mycoplasma gallisepticum
Mycoplasma termasuk bakteri gram positif, berbentuk batang dan sangat
pleomorfik, tidak punya dinding sel (sulit diwarnai ; tidak dapat diobati dengan
obat-obat yang menghambat dinding sel : Penicillin, Basitrasin, Sefalosforin,
Sinkloserin, Ristosetin, Vankomisin). Pada pertumbuhan media padat memebntuk
massa dengan protoplasma dan bentuk tidak jelas (nipple like). Dengan ukuran
diameternya sangat bervariasi antara 50-300 nm (Rosilawati dkk., 2010). Banyak
starin Mycoplasma hidup pada kaldu hati. Inkubasi pada 27C selama 48-96jam
belum terjadi kekeruhan. Pewarnaan giemsa dari sedimen yang disetrifuse
memperlihatkan struktur pleormofik dan pada media padat menghasilkan koloni
yang hanya berumur sesaat. Pada media agar tumbuh koloni yang diisolasi
berukuran 20-50m dengan koloni bulat serta permukaan granul berpusat gelap.
Pada unggas menyebabkan beberapa penyakit pernafasan, khusus nya
melibatkan pleura, peritoneum, sendi, saluran pernafasan dan mata.Penyakit yang
disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum adalah CRD (Chronic Respiratory
Disease). Penyakit ini menyerang saluran respirasi ayam, kalkun dan unggas
lainnya. Penyakit ini bersifat kronis dan biasanya diikuti oleh infeksi sekunder
virus maupun bakteri lainnya. Penularan penyakit dapat terjadi secara vertikal
yaitu dari induk yang terinfeksi atau karier melalui telur. Sedangkan secara
horizontal terjadi secara langsung unggas penderita dengan unggas sehat yang

peka dan secara tidak langsung melalui makanan dan minuman, debu, peralatan
kandang dan peralatan lain yang tercemar.
2.4.2 Haemophilus gallinarum
Bakteri Haemophilus sp. berbentuk pleomorfik, bersifat gram negatif,
motil, tidak tumbuh pada media MCA. Untuk pertumbuhan bakteri ini diperlukan
faktor X (Haem) dan V (Nicotinamide adenin dinukleatid = NAD). Semua spesies
Haemophilus tidak dapat tumbuh pada media TSIA dan semuanya mampu
memfermentasi sukrosa dan manitol. Pada uji katalase dan oksidase hasilnya
variabel, tergantung kondisi media pertumbuhannya (Rosilawati dkk., 2011).
Bakteri ini hidup secara komensal pada membran mukosa pernafasan
hewan. Bila kondisi menurun dapat menimbulkan penyakit Coryza atau Snot.
Kejadian umumnya terjadi pada musim yang terlalu panas dan terlalu dingin.
Hewan akan menjadi mudah terserang bila berada di kandang yang tertutup rapat
atau kurang ventilasi. Gejala klinis dari penyakit ini adalah keluar discharge nasal,
bersin, bengkak pada kepala. Pada industri perunggasan, penyakit ini
menimbulkan kerugian ekonomi karena ayam akan mengalami penurunan
pertumbuhan, penurunan berat badan, peningkatan panen dini. Pada ayam petelur,
penyakit ini mengakibatkan penurunan produksi telur hingga 40%.
2.4.3

Pasteurella multocida
Pasteurella multocida merupakan bakteri gram (-), berbentuk ovoid, tidak

membentuk spora, menunjukkan struktur bipoler serta kadang-kadang membentuk


kapsul yang mengelilingi organisme tersebut. Kemampuan P. multocida sangat
tergantung pada kapsul yang megelilingi organisme tersebut. Jika kapsul itu
hilang maka kemampuan virulensinya juga akan menurun. P. multocida bersifat
fakultatif anaerob pada suhu 35-37C. Pasteurella sp bersifataerob dan fakultatif
aerob. Pada media Tripticase Soy Agar ditemukan dalam 2 bentuk koloni, yaitu
flouresen dan kebiruan. Koloni flouresen bentuknya besar berwarna putih mukoid.
Koloni ini berasal dari bakteri yang ganas. Koloni kebiruan berbentuk kecil-kecil
seperti tetesan embun. Pada media Blood Agar, koloni Pasteurella tidak mampu
menghemolisa darah, berbentuk kecil-kecil (Rosilawati dkk, 2011).
Pasteurella multocida memiliki 3 serotipe, yaitu 5A, 8A dan 9A yang
berbeda patogenitasnya.Pasteurella multocida yang penting dalam dunia

kesehatan hewan adalah Pasteurella multocida tipe A yang menyebabkan penyakit


folw cholera pada unggas terutama ayam, bebek, angsa dan unggas-unggas liar
seperti merpati, belibis dan kalkun. Pasteurella multocida tipe B adalah tipe yang
dapat menyebabkan penyakit pada sapi, kerbau dan babi(Rosilawati dkk,
2011).Perubahan patologi anatomi yang ditimbulkan oleh penyakit ini bervariasi
sesuai derajat keparahannya. Pada kondisi akut, esi yang nampak biasanya terkait
dengan kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan perdarahan. Perubahan
yang terlihat berupa perdarahan ptechiae pada berbagai organ visceral terutama
pada jantung, hati, paru-paru, lemak jantung maupun lemak abdominal. Selain itu
juga sering ditemukan perdarahan berupa ptechiae dan echimosa pada mukosa
usus. Hal ini disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat aktivitas
endotoksin. Hati akan terlihat membesar dan berwarna belang (Info Medion
Online, 2009).
2.4.4 Staphylococcus sp
Staphylococcus adalah bakteri gram positif, bentuk kokus dengan susunan
berpasangan atau bergerombol, seperti anggur. Bersifat aerobik atau anaerobik
fakultatif, katalase positif, oksidase negatif, bersifat non motil, tidak membentuk
spora. Staphylococcus tumbuh dengan cepat pada beberapa tipe media dan aktif
melakukan metabolisme serta melakukan fermentasi karbohidrat. Staphylococcus
menghasilkan bermacam-macam pigmen, dari warna putih hingga kuning gelap
(Brooks, 2005).
Staphylococcus yang patogen sering menghemolisis darah, mengkoagulasi
plasma

dan

menghasilkan

berbagai

enzim

ekstraseluler

dan

toksin.

Staphylococcus cepat menjadi resisten terhadap beberapa antimikroba dan hal ini
merupakan

masalah

besar

pada

terapi

(Brooks,

2005).Staphylococcusmengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen


dan merupakan subtansi penting di dalam struktru dinding sel bakteri.
Staphylococcusdapat menimbulkan penyakit karena mampu memproduksi zat
ekstraseluler. Beberapa dari zat tersebut adalah enzim, dan yang lain diduga
adalah toksin. Beberapa jenis toksin yang dihasilkan oleh Staphylococcusadalah
eksotoksin alfa yang dapat melisiskan eritrosit, merusak trombosit dan eksotoksin
beta yang dapat merusak sphingomyelin (Rosilawati dkk, 2011).

3. MATERI DAN METODE


3.1

Tempat dan Waktu Pemeriksaan


Pemeriksaan bakteri pada organ pernafasan ini dilakukan di Laboratorium

Bakteriologi dan Mikologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga


selama delapan hari mulai tanggal 24 Oktober 4 November 2014.
3.2
3.2.1

Bahan dan Materi Pemeriksaan


Hewan Pemeriksaan
Jenis hewan yangsampel yang diperiksa adalah merpati jenis kelamin

jantan berumur sekitar 8 bulan yang diperoleh dari pasar PacarkelingSurabaya.


Berdasarkan hasil anamnesa, diketahui bahwa merpati tersebut menunjukkan
gejala sakit sejak 1 minggu yang lalu dengan gejalanya : anoreksia, mengantuk,
lesu, diare kehijauan serta terdapat discharge mukus pada mulut dan rongga
hidung.
3.2.2 Bahan Pemeriksaan
Sampel pemeriksaan yang digunakan berupa swab rongga hidung, swab
mukosa trachea dan gerusan organ respirasi merpati yang diduga menderita
penyakit respirasi. Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan adalah media untuk
isolasi primer, yaitu : media Blood Agar (BA), Blood Agar (BA) dengan yeast dan
Tripticase Soy Agar (TSA). Media untuk isolasi sekunder adalah media Blood
Agar (BA) dan Tripticase Soy Agar (TSA). Media untuk identifikasi adalah
Tripticase Soy Agar (TSA). Media untuk uji biokimia, yaitu : media TSIA (Triple
Sugar Iron Agar), media Sulfide Indol Motiliy (SIM), media Simmons Citrate
Agar (SCA), media urease, dan

media gula-gula (glukosa, laktosa, manitol,

maltose, serta sukrosa). Larutan H2O2 untuk uji katalase, zat warna gentian violet,
larutan lugol, larutan alkohol aceton, zat warna safranin untuk pewarnaan gram.
3.2.3. Alat Pemeriksaan
Alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini antara lain autoklaf,
inkubator, timbangan, sendok teh, spuit, labu erlenmeyer, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, cawan petri, ose bulat, ose lurus, pembakar bunsen, object glass,
cuttons bud, aluminium foil, kapas, tisu, label, mikroskop, pinset, gunting, pisau
dan scalpel.
3.3
Metode Pemeriksaan
3.3.1Sterilisasi Alat

Sterilisasi bertujuan untuk membunuh semua organisme, termasuk spora.


Kegiatan isolasi dan identifikasi penyakit ini menggunakan autoklaf untuk
melakukan sterilisasi. Sterilisasi dengan panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan
merupakan sarana paling praktis. Uap bertekanan memberikan suhu jauh di atas
titik didih dan mempunyai beberapa keuntungan seperti pemanasan yang dapat
berlangsung cepat, mempunyai daya tembus dan menghasilkan kelembaban yang
tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba. Suhu yang
digunakan pada sterilisasi menggunakan autoklaf adalah 250oF (121oC) dengan
tekanan sebesar 15 lb/in2 (5 kg/cm2) selama 15 menit (Rosilawati dkk., 2010).
3.3.2. Pengambilan Sampel
Sampel diambil langsung sesaat setelah merpati dinekropsi, sampel yang
diambil antara lain swab rongga hidung, swab mukosa trachea menggunakan
cottonbud yang steril dan gerusan organ respirasi
3.3.3. Isolasi dan Identifikasi
Pemeriksaanbakteriologissampel swab rongga hidung, swab mukosa
tracheadan gerusan organ yang dilakukan bertujuan untuk isolasi dan identifikasi
bakteri penyebab infeksi saluran respirasi, seperti Pateurella sp, Mycobacterium
sp, Streptococcus sp dll. Isolasi bakteri penyebab penyakit respirasi ini meliputi
penanaman sampel swabserta gerusan organpada media Blood Agar (BA) dan
Tripticase Soy Agar (TSA) kemudian diinkubasikan 37o C selama 24 jam guna
mengetahui sifat, jenis dan tipe koloni yang tumbuh (Pramono, 1987; Quinn et al.,
2002). Koloni yang tumbuh dan dicurigai sebagai Pasteurella dipastikan dengan
melakukan pewarnaan Gram untuk mengetahui sifat Gram dan morfologi secara
mikroskopis. Koloni yang didugaPasteurella yang didapatkan kemudian diisolasi
sekunder di media BA dan TSA untuk memperbanyak koloni kemudian dilakukan
identifikasi dengan uji biokimia, yaitu : TSIA, Simmons Citrat Agar, SIM dan
Urea Agar. Uji TSIA dilakukan dengan menanam koloni dugaanPasteurelladari
media TSA pada media TSIA dengan cara menusuk pada bidang datar sampai
dasar tabung dan melakukan streak pada bidang miring, kemudian diinkubasi 37o
C selama 24 jam, apabila bakteri tidak memfermentasi asam maka warna media
tidak berubah tetap merah,tidak terdapat timbunan gas pada bagian bawah dan
tidak dihasilkan H2S, berarti hasil dinyatakan positif Pasteurella. Ujimotilitas
dilakukan dengan menanam koloni dari media TSA pada media SIM dengan cara

menusuk sampai 2/3 dasar dan untuk uji indol diteteskan pelan-pelan kloroform
dan reagen Kovacs dengan perbandingan volume yang sama (Beishir, 1991; Fox,
2000; Cappucino and Sherman, 2005). Uji urease dan uji Simmons Citrat Agar
dilakukan dengan menanam koloni Pasteurella dari media TSA dengan cara
ditusuk ke dasar dan digores pada media urease agar dan Simmons Citrat Agar
serta diinkubasikan pada temperature diinkubasi 37o C selama 24 jam.
4. HASIL PENGAMATAN
4.1 Anamnesa
Merpati sudah meunjukkan gejala sakit selama satu minggu dan belum
pernah mendapatkan pengobatan dengan signalement sebagai berikut :
Jenis Hewan

: Burung Merpati

Jenis Kelamin

: Jantan

Umur

: 8 bulan

Jumlah

: 1 ekor

Tanggal Nekropsi

: Kamis, 28 Oktober 2014

4.2 Gejala klinis


Gejala klinis yang nampak antara lain anoreksia, mengantuk, lesu, diare
kehijauan serta terdapat discharge mukus pada mulut dan rongga hidung
4.2 Pemeriksaan Patologi Anatomi
Hasil pemeriksaan patologi anatomi pada hewan terlihat adanya beberapa
bentuk patologis pada tubuh hewan, antara lain adanya bercak kuning dan
kebengkakan pada ronnga mulut dan rongga hidung merpati serta feses yang encer
dan kehijauan.

Gambar 4.1. Bercak kuning pada rongga mulut merpati.


Tabel 4.1. Perubahan Makroskopis Patologi Anatomi (PA)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Organ
N/AN
Mata
AN
Hidung
AN
Mulut
AN
Trakea
N
Paru-paru
N
Hepar
N
Jantung
N
Proventikulus N
Ventrikulus
N
Intestine
N
Air sac
N
Keterangan :
N
: Normal
AB
: Abnormal

Perubahan
Tidak bersinar, sayu
Terdapat discharge di dalam rongga nasal
Paruh nampak kuning, cone terdapat warna hitam.
-

4.4

Pemeriksaan Laboratorium Isolasi dan Identifikasi

4.4.1

Isolasi Primer
Sampel swab dan gerusan organ ditanam pada media BA+yeast dan TSA,

hasil penanaman sampel swab rongga hidung dan mukosa trakhea pada kedua
media terdapat kontaminasi oleh bakteri laindengan bentukan koloni yang besar,
kasar dengan pinggiran irregular. Hasil penanaman sampel gerusan organ pada
media BA+yeastyang menunjukkan adanya koloni bakteri kecil, halus, mengkilat

dan berwarna kebiruan yang mengarah pada bakteri Pasteurella spdilakukan


perwarnaan gram (Gambar 4.2).
4.4.2

Isolasi Sekunder
Koloni bakteri yang mengarah pada Pasteurella sp. kemudian dilakukan

penanaman pada media BA dan TSA sebagai langkah isolasi sekunder. Hasil
penanaman menunjukkan adanya dua jenis koloni pada media TSA. Koloni
pertama berwarna kekuningan tidak sesuai dengan koloni bakteri yang menjadi
target. Koloni kedua koloni bakteri kecil, halus, mengkilat dan berwarna kebiruan
sesuai ciri-ciri koloni dengan bakteri target yaitu Pasteurella sp.(Gambar 4.3).
Tabel 4.2. Media Isolasi dari Sampel Pemeriksaan
No
1
2
3

Sampel

Media Isolasi
Primer
Sekunder
BA+yeast,TSA
BA+yeast,TSA
BA+yeast,TSA
BA, TSA

Swab rongga hidung


Swab mukosa trakhea
Gerusan organ
Keterangan :
BA+yeast: Blood Agar + yeast
TSA
: Trypticase Soy Agar

Gambar 4.2 Hasil isolasi primer sampel gerusan organ pada media BA+yeast

Gambar 4.3 Hasil isolasi sekunder pada TSA ditemukan dua jenis koloni bakteri
4.4.2

Pewarnaan Gram Hasil Isolasi


Sampel gerusan organ yang mengarah pada bakteri Pasteurella sp hasil

isolasi sekunder dilakukan pewarnaan gram menunjukkan bakteri berupa batang


kokoid berwarna merah muda (gram negatif) (Gambar 4.4). Sedangkan koloni
yang lebih besar berwarna kekuningan

saat dilakukan pewarnaan gram

menunjukkan bakteri berbentuk kokus gram positif (Gambar 4.5).

Gambar 4.4 Hasil pewarnaan gram pada koloni yang diduga Pasteurella sp.

Gambar 4.5 Hasil pewarnaan gram pada koloni yang diduga Staphylococcus sp
4.5 Uji Lanjutan Bakteri Gram Negatif
4.5.1 Uji Biokimia
Koloni bakteri yang menunjukkan hasil gram negatif dilanjutkan pada uji
biokimia menggunakan media Triple Sugar Iron Agar (TSI-A), Simon Citrat Agar
(SCA), Sulphide Indol Motility (SIM) dan urease. Hasil penanaman bakteri pada
media TSI-A menunjukkan bagian tegak dan bagian miring media berubah warna
menjadi kuning (asam/asam), tidak terbentuk gas pada bagian tegak dan tidak
terbentuk warna hitam. Pada media SCA dan urease tidak menunjukkan adanya
perubahan pada media, media SCA tetap berwarna hijau dan urease tetap
berwarna kuning (Gambar 4.6). Uji motilitas pada media SIM menunjukkan
bahwa bakteri bersifat non-motil yang ditandai dengan pertumbuhan koloni hanya
pada bekas tusukan ose. Bakteri yang dibiakkan pada media SIM tidak
menyebabkan perubahan warna pada media, saat diuji indol menunjukkan hasil
positif dengan terbentuknya cincin berwarna merah muda (Gambar 4.7).

Gambar 4.6 Hasil Uji Biokimia pada gram negatif. A. Media TSI-A; B. Media
SCA; C. Media urease

Gambar 4.7 Hasil Uji Indol pada media SIM.


4.5.2 Uji Gula-gula
Selain penanaman pada media uji biokimia, bakteri juga diujikan pada
media gula-gula yang terdiri dari media sukrosa, laktosa, maltosa, glukosa dan
manitol. Hasil menunjukkan bahwa perubahan warna kuning hanya terlihat pada
media sukrosa, sedangkan keempat media yang lainnya tetap berwarna merah
(Gambar 4.8).

Gambar 4.8 Hasil uji gula-gula gram negative.


4.6 Uji Lanjutan Bakteri Gram Positif
4.6.1 Uji Katalase
Uji ini dilakukan untuk menentukan genus dari bakteri gram positif yang
telah ditemukan. Hasil uji katalase menunjukkan bahwa saat bakteri direaksikan
dengan larutan H2O2 menunjukkan adanya gelembung (Gambar 4.9). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa bakteri berasal dari genus Staphylococcus.

Gambar 4.9 Hasil uji katalase pada gram positif


4.6.2 Uji Manitol
Untuk menentukan spesies bakteri genus Staphylococcus maka dilakukan
uji lanjutan manitol. Hasil penanaman bakteri pada media manitol tidak

menunjukkan adanya perubahan warna pada media.hal tersebut menunjukkan


bahwa biakan bakteri tersebut adalah Staphylococcus epidermidis.
5. PEMBAHASAN
5.1 Isolasi Bakteri
Hewan sampel yang digunakan adalah burung merpati. Dari anamnesa dan
gejala klinis yang ditunjukkan adalah terdapat bercak kuningdan bengkak pada
rongga mulut, lalu terdapat discharge mukus pada rongga nasal. Gejala lain yang
ditunjukkan adalah merpati lesu serta terdapat diare berwarna kuning kehijauan.
Pada organ lain tidak ditemukan patologis. Untuk menentukan bakteri penyebab
penyakit perlu dilakukan pemeriksaan mikrobiologis pada sampel. Pemeriksaan
mikrobiologis meliputi isolasi dan identifikasi bakteri penyebab dengan isolasi
primer, sekunder, selanjutnya dilakukan identifikasi (pemeriksaan mikroskopis,
uji biokimia dan gula-gula).
5.1.1 Isolasi primer
Isolasi primer dilakukan dengan menanam sampel yang terduga
mengandung bakteri ke media pertumbuhan umum. Media yang digunakan adalah
BA (Blood Agar)+yeast dan TSA. Isolasi bakteri dengan media BA (Blood Agar)
+yeast dilakukan pada sampel swab cavum nasalis, swab trakea, gerusan organ
yang terdiri dari trakea, jantung dan hepar. Dari penanaman yang dilakukan pada
media BA+yeast sampel gerusan organterdapat dua macam koloni bakteri. Koloni
yang mendominasi adalah koloni dengan penampakan kecil, transparan, tidak
menghemolisa sedangkan koloni lain memiliki penmpakan putih kekuningan dan
cukup besar. Selanjutnya dilakukan pewarnaan gram pada kedua koloni tersebut.
Pada koloni yang berbentuk kecil, transparanseperti tetesan embun setelah diamati
nampak bakteri gram negatif dengan bentuk kokobasil. Sedangkan pada koloni
yang berbentuk putih besar kekuningan dan berkilau menunjukkan bentuk coccus
gram postif. Kesimpulan sementara yang dapat diambil yaitu: terdapat 2 bakteri
penyebab penyakit. Yaitu gram negatif yang berbentuk cocobasil namun masih
ditemukan cemaran bakteri berbentuk batang besar (basil) yang diduga
merupakan bakteri pencemar. Bakteri lain yang ditemukan adalah bakteri gram
positifberbentuk coccus. Dugaan awal bakteri utama penyebab penyakit adalah

bakteri Pasteurella multocida, gram negatif yang berbentuk kokobasil, untuk


memastikan hal tersebut maka dilakukan isolasi sekunder pada koloni yang yang
menujukkan ciri-ciri koloni Pasteurella mutocida sekaligus pembiakan bakteri
untuk digunakan dalam uji lanjutan.
5.1.2 Isolasi Sekunder
Isolasi sekunder diambil dari koloni bakteri yang berasal dari gerusan
organ dan ditanam pada media BA dan TSA. Koloni bakteri pada media TSA
berbentuk bulat, kecil, halus seperti tetesan embun, flouresen (berwarna putih
mukoid) dan kebiruan (diduga Pasteurella multocida) dan ditemukan koloni
bakteri lain pada media TSA yang berbentuk bulat, lebih besar, tepi rata,
cembung, mukoid, warna

putih (diduga Staphylococcus epidermidis). Lalu

dilakukan pewarnaan gram pada kedua koloni yang ditemukan tersebut.


Penampakan bekteri dibawah mirkoskop sama dengan yang ditemukan pada pada
isolasi primer yaitu terdapat bakteri gram negatif yang berbentuk cocobasil dan
bakteri gram positif yang berbentuk bulat. Selanjutnya dilakukan uji biokimia
pada masing-masing koloni bakteri untuk memastikan spesies dan genus dari
bakteri tersebut. Kesimpulan pemeriksaan mikroskopis pada koloniterdapat 2
jenis yaitu berbentuk cocobasil, bipolar, warna merah, susunan soliter, gram
negatif (-) dan satu jenis berbentuk cocusbergerombol berwarna ungu, gram
positif (+).
5.2 Uji Lanjutan Bakteri Gram Negatif
5.2.1 Uji Biokimia
Setelah isolasi bakteri pada media BA dan TSA terdapat koloni bentuk
bulat, kecil, halus seperti tetesan embun, flouresen (berwarna putih mukoid) pada
sampel gerusan organ yang diduga terdapat Pasteurella multocida, dilakukan uji
biokimia untuk gram negatif.
Uji biokimia yang dilakukan terhadap bakteri terdugaPasteurella multocida
adalah:
a. TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Prinsip : menentukan kemampuan organisme untuk memfermentasi
suatu karbohidrat yang tergabung dalam perbenihan basal, dengan atau tanpa

pembentukan gas, disertai penentuan kemungkinan terbentuknya H 2S


(Karsinah dkk., 1993). Hasil uji TSIA medium pada semua sampel berubah
warna menjadi kuning (asam) pada bagian tegak dan pada bagian miring,
tidak ada gas, dan tidak ada warna hitam. Hal ini berarti hanya sukrosa yang
difermentasi, H2S tidak dihasilkan.
b.

SIM (Sulfide Indol Motility)


Prinsip : Mengetahui motilitas organism, adanya pembebasan H 2S (sulfide)
dan adanya pembentukan indol.
Sulfide : menentukan apakah dilepaskan H2S (oleh kerja enzim) dari suatu
asam amino yang mengandung belerang (sulfur) dengan membentuk warna
hitam yang dapat dilihat.
Indol : menentukan kemampuan organisme untuk menghasilkan indol dari
triptofan.
Motiliti : menentukan apakah suatu bakteri bergerak atau tidak (Karsinah
dkk., 1993).
Pada semua sampelmampu menghasilkan indol dari triptofan yang
ditandai terbentuknya cincin merah setelah penambahan cloroform dan
reagen kovac, H2S negatif (-) sehingga medium tidak berwarna hitam,
terbentuknya kabut yang mengumpul di tengah (tidak menyebar atau tidak
seperti pohon cemara terbalik) pada media menunjukkan bakteri ini tidak
bergerak atau motil.

c.

Citrat (SCA = Simmons Citrate Agar)


Prinsip : menentukan apakah suatu organisme dapat menggunakan sitrat
sebagai satu-satunya sumber karbon utama untuk metabolisme dengan
menghasilkan suasana basa (Karsinah dkk., 1993). Digunakan untuk
identifikasi bakteri golongan enterobacteriaceae dan beberapa bakteri gram
negatif lainnya. Pada uji citrate, semua sampel menunjukkan hasil negatif (-)
medium tetap berwarna hijau, jika positif medium akan berubah warna
menjadi biru. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri tidak menggunakan sitrat
sebagai sumber karbon untuk metabolisme.

d.

Urease
Prinsip

Mengetahui

adanya

aktivitas

urease

pada

mikroorganisme.Hasil uji pada sampel tidak terjadi perubahan (warna tetap


kuning). Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang diuji tidak memiliki enzim

urease. Sifat ini sesuai dengan Pasteurella yang tidak menghasilkan enzim
urease.
5.2.2

Uji Gula-gula
Prinsip : Mengetahui adanya fermentasi gula-gula dengan menghasilkan

asam. Hasil uji pada semua sampel, gula-gula (glukosa, laktosa, maltose, sukrosa,
dan manitol) tidak mengalami perubahan warna, kecuali sukrosa pada sampel
gerusan organ trakea mengalami perubahan warna menjadi kuning, yang berarti
sukrosa difermentasi dengan menghasilkan asam. Asam yang dihasilkan akan
berikatan dengan pewarna Phenol red sehingga sukrosa akan berubah warna
menjadi kuning.
5.3 Uji Lanjutan Bakteri Gram Positif
Selain melakukan uji lanjutan pada bakteri terduga Pasteurella multocida
dilakukan pula pengujian biokimia pada bakteri gram positif terduga
Staphylococcus epidermidis. Uji yang dilakukan antara lain adalah uji :
5.3.1

Uji katalase
Hasil uji katalase menunjukkan bakteri gram positif menghasilkan enzim

katalase yaitu bila diuji H2O2 akan terbentuk gelembung-gelembung gas O2


menandakan bahwa bakteri tersebut adalah bakteri dari genus Staphylococcus.
5.3.2

Uji Gula-gula
Uji gula yang dilakukan pada bakteri gram positif terduga Staphylococcus

epidermidis adalah uji manitol. Dari uji manitol tidak menunjukkan adanya
perubahan warna pada media. Hasil tersebut menandakan bahwa bakteri tersebut
adalah Staphylococcus epidermidis sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjutan
koagulase
5.4 Spesies Pasteurella
Pada sampel gerusan organ,dari hasil pewarnaan gram menunjukkan
bakteri berbentuk cocobasil berwarna merah, bipolar dan soliter. Sedangkan hasil
uji biokimia menunjukkan tidak adanya perubahan warna pada sampel. Uji urease
negatif, uji citrate negatif, uji SIM negatif, TSIA negatif, uji indol positif ditandai
dengan terbentuknya cincin berwarna merah muda. Pada uji gula-gula juga

menunjukkan hasil yang negatif (tidak terjadi perubahan warna)kecuali pada


sukrosa. Berdasarkan hasil dari berbagai uji yang telah dilakukan, karakteristik
dari biakan bakteri sangat mengerucut pada karakteristik bakteri Pasteurella
multocidayangmenyebabkan penyakit fowl cholera pada unggas.
Sedangkan pada biakan bakteri yang sama ditemukan bakteri gram positif
(berwarna ungu) berbentuk cocus bergerombol menunjukkan hasil katalase
negatif (tidak berlendir). Dan hasil uji manitol menunjukkan hasil negatif. Dari
pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan terdapat bakteri adalah Staphylococcus
epidermidis. Kemungkinan bakteri ini masuk melalui luka yang terjadi pada kulit.
Bakteri ini termasuk flora normal yang terdapat pada kulit namun dapat
menyebabkan gejala penyakit jika masuk ke peredaran darah. Gejala dari infeksi
bakteri adalah Staphylococcus epidermidis pada unggas adalah adanya perdarahan
subkutan pada kulit terutama di daerah dada, sayap, leher dan paha.
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi terhadap sampel gerusan organ
(trakea, hepar dan jantung), bakteri penyebab penyakit respirasi pada merpati
yang berhasil diisolasi adalah bakteri Pasteurella multocida. Selain itu ditemukan
juga bakteri Staphylococcus epidermidis, bakteri ini merupakan flora normal yang
dapat bersifat patogen apabila terjadi perlukaan dan perdarahan pada subkutan
terutama di daerah dada, sayap, leher dan paha.
6.2. Saran
1. Untuk menghindari terjadinya kontaminasi, pemeriksaan laboratorium
bakteriologi harus dilakukan se-steril mungkin.
2. Perlu meningkatkan kesadaran biosafety dan biosecurity di kalangan
masyarakat khususnya pecinta unggas
DAFTAR PUSTAKA
Ballard, B dan R. Cheek. 2003. Exotic Animal Medicine for the Veterinary
Technician. Iowa: Blackwell Publising
Campbell, N. 1999. BIOLOGI edisi kelima. Penerbit Erlangga, Jakarta

Gyles CL and Charles OT. 1993. Pathogenesis of Bacterial Infection in Animal.


Ames: Lowa State University.
Handbook on Wild and Zoo Animals - A Treatise for Students of Veterinary
Zoology Forestry and_Environmental Science
Helmer, P., D.P Whiteside dan J.H. Lewington. 2005. clinical anatomy and
physiology of exotic species.Germany: Elsevier Saunders
Irmaeni, W. 2006. Fisiologi hewan. Kanisius.Yogyakarta.
Ressang, A.A. 1984 . Patologi Khusus Veteriner. IFAD Project : BCDIU,
Denpasar, Bali.
Rosilawati E., R. Ratnasari, H.E. Narumi, Suryanie., W. Tyasningsih, S. Chusniati.
2011. Buku Ajar Mikrobiologi I. Cetakan I. AUP. 177-183
Soltys, M.A. 1980. Introduction to Veterinary Microbiology. Universiti Pertanian
Malaysia, Serdang, Selangor.
Subandi. 2010. Mikrobiologi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Tabbu, C .R. 2002. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Penyakit Asal
Parasit, Non infectious dan Etiologi Komplek. Vol. 2. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta. hlm. 274-289.
Tarmudji, 2005. Penyakit Pernafasan pada Ayam, Ditinjau dan Aspek Klinik dan
Patologik serta Kejadiannya di Indonesia. Wartazoa Vol. 15 No . 2.
Balai Penelitian Veteriner : Bogor.
Tully, T.N dan M.A. Mitchell. Exotic. 2012. Manual of Exotic Pet Medicine and A
Technicians's Guide to Exotic Animal Care.

Anda mungkin juga menyukai