Resensi Film 5 Elang
Resensi Film 5 Elang
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka juga menunjuk sejumlah pengurus Kwarnas tim
khusus yang terdiri atas tim supervisi teknis serta tim lapangan yang mendampingi tim
produksi saat syuting film 5 Elang berlangsung.
Film Lima Elang ini pantas menjadi tontonan wajib bagi anggota pramuka. Pun bagi
orang-orang yang selama SD maupun SMP pernah memiliki pengalaman dalam kegiatan
kepramukaan, film 5 Elang dapat dijadikan film nostalgia. Bahkan bagi yang tidak pernah
bersentuhan dengan pramuka ataupun yang selama ini alergi dengan kegiatan pramuka,
film ini pastinya akan mampu memberikan gambaran baru tentang pramuka dengan segala
seluk beluknya.
Seperti yang dikatakan sang Sutradara, Rudi Soedjarwo, saat press realese film 5 Elang,
Saya juga cukup menyesal karena dulu saya tidak ikut Pramuka. Ternyata Pramuka tidak
sebegitu membosankan. Tunggu apalagi, 25 Agustus 2011; tonton film 5 Elang!.
Ketegangan yang Tak Berlangsung Lama
Awalnya penonton mungkin akan menebak-nebak klimaks cerita. Apakah persaingan
dengan regu pramuka lain akan semakin sengit? Atau Baron yang berbekal peta akan
tersesat di hutan ketika berusaha kabur? Tebakan salah, beberapa plot cerita tersebut
ternyata hanya ditampilkan sekilas untuk mewarnai jalan cerita tanpa penggalian lebih
lanjut
Mengingatkan pada Petualangan Sherina (2000), ternyata adegan penculikan oleh
penebang liar di hutan terhadap Rusdi dan Anton, dan usaha penyelamatan oleh Baron,
Aldi, dan Sindai menjadi klimaksnya. Sayangnya, ketegangan saya ketika menonton
adegan ini tak berlangsung lama. Mungkin si penculik bersenjata itu terlampau lemah
hingga begitu mudah ditaklukan. Dapat dikatakan bahwa klimaks yang ditampilkan terasa
terburu-buru hingga kurang membekaskan kesan pada penonton.
Film Keluarga
Terlepas dari semua itu, Rudi Soedjarwo yang pertama kali menyutradarai film keluarga
dapat dikatakan sukses membawa Lima Elang sebagai film keluarga yang menghibur dan
merangkul semua segmen. Dengan tema pramuka yang dekat dengan kehidupan anak, film
ini akan diterima secara akrab oleh penonton usia muda. Bahkan Lima Elang menjadi film
yang sarat akan nilai edukasi yang paling dekat untuk anak-anak dibanding film anak
lainnya Sementara bagi penonton dewasa, tak lantas tersingkirkan atau bahkan terjebak
dalam cerita yang tak masuk akal. Justru film ini mengajak mereka kilas balik ke masa
kecil, sekaligus mengenal karakter psikologis dan konflik yang seringkali menghinggapi
anak.
Film Lima Elang sendiri pada akhirnya mampu mempromosikan pramuka secara efektif.
Memang pramuka sempat terkesan ditampilkan sebagai kedok semata. Namun, justru
inilah formula paling jitu untuk mengemasnya dalam sebuah film. Toh hasilnya tercapai:
pencitraan positif atas pramuka. Tak dipungkiri jika optimisme terhadap pramuka akan
mampu dibangkitkan melalui film ini.