Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Maksud
1.1.1 Mengetahui sifat-sifat optik mineral.
1.1.2 Mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral melalui nikol
1.1.3

sejajar dan nikol bersilang.


Mengetahui nama mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik mineral
yang diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi.

1.2

Tujuan
1.2.1 Dapat mengetahui sifat-sifat optik mineral.
1.2.2 Dapat mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral melalui
1.2.3

nikol sejajar dan nikol bersilang.


Dapat mengetahui nama mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik
mineral yang diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi.

1.3

Waktu Pelaksanaan Praktikum


Praktikum mineralogi mineral optik ini dilaksanakan pada :
Hari / tanggal
: - Kamis, 19 Mei 2011
- Senin, 23 Mei 2011
- Senin, 30 Mei 2011
Waktu
: 19.00 s.d selesai
Tempat
: Gedung Pertamina Sukowati Lt. 2, Ruang GS-203

BAB II
DASAR TEORI
Dalam mempelajari mineral yang terdapat di berbagai batuan diperlukan
sebuah mikroskop untuk mengamati sifat-sifat dari mineral yang tidak terlihat
dengan mata telanjang. Sifat-sifat tersebut adalah sifat optik dari sebuah mineral.

Mikroskop yang digunakan untuk pengamatan sifat-sifat optik berbeda dengan


mkiroskop yang digunakan pada bidang biologi atau kedokteran. Mikroskop yang
digunakan adalah mikroskop Polarisasi , yang pada prinsipnya sama dengan
mikroskop yang biasaya dipergunakan dalam ilmu biologi ataupun kedokteran.
Perbedannya yaitu mikroskop dalam bidang kedokteran atau biologi hanya
memperbesar benda yang diamati. Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya
yang terbias/ dibelokkan, bukan cahaya terpantul.
2.1

Bagian-bagian mikroskop polarisasi dan fungsinya

1. Kaki mikroskop
Merupakan tempat tumpuan dari seluruh bagian mikroskop,
bentuknya ada yang bulat dan ada yang seperti tapal kuda (U). Pada
mikroskop tipe Bausch & Lomb, kaki mikroskop juga digunakan untuk
menempatkan cermin. Pada tipe olympus yang akan kita gunakan, kaki
mikroskop sebagai tempat lampu halogen sebagai sumber cahaya
pengganti cermin.

Gambar 2.1 Mikroskop

2. Lengan Mikroskop, terdiri atas :


- Substage Unit

Bagian-bagiannya : Polarisator atau lower nicol, Diafragma Iris, dan


Kondensor.

Polarisator (lower nicol)

Merupakan suatu bagian yang terdiri dari suatu lembaran


polaroid (Gambar 2-E), berfungsi untuk menyerap cahaya secara
terpilih (selective absorbtion), sehingga hanya cahaya yang
bergetar pada satu arah bidang getar saja yang bisa diteruskan.
Dalam mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah
getaran sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang pada arah
N-S atau E-W.

Diafragma Iris
Terdapat di atas polarisator, alat ini berfungsi untuk mengatur
jumlah cahaya yang diteruskan dengan cara mengurangi atau
menambah besarnya apertur/bukaan diafragma. Hal ini merupakan
faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya yang diterima
oleh mata pengamat, karena kemampuan akomodasi mata tiap-tiap
orang relatif berbeda. Fungsi penting lainnya adalah untuk
menetapkan besarnya daerah pada peraga yang ingin diterangi, juga
dalam penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi sekecil
mungkin untuk pengamatan garis becke.

3. Meja Objek
Bentuknya berupa piringan yang berlubang di bagian tengahnya
sebagai jalan masuknya cahaya. Meja objek ini berfungsi sebagai tempat
menjepit preparat/peraga. Meja objek ini dapat berputar pada sumbunya
yang vertikal, dan dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0 o
sampai 360o. Pada bagian tepi meja terdapat tiga buah sekerup pemusat
untuk memusatkan perputaran meja pada sumbunya (centering).

Tubus Mikroskop
Bagian ini terletidak di atas meja objek dan berfungsi sebagai unit
teropong, yang terdiri atas beberapa bagian antara lain lensa
objektif, lubang kompensator, analisator, lensa amici bertrand dan
lensa okuler.
3

Lensa objektif
Merupakan bagian paling bawah dari tubus mikroskop, berfungsi
untuk menangkap dan memperbesar bayangan sayatan mineral dari
meja objek. Biasanya pada mikroskop polarisasi terdapat tiga buah
lensa objektif dengan perbesaran yang berbeda, tergantung
keinginan pengamat, dan biasanya perbesaran yang digunakan
adalah 4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x.

Analisator
Adalah bagian dari mikroskop yang fungsinya hampir sama dengan
polarisator, dan terbuat dari bahan yang sama juga, hanya saja arah
getarannya bisa dibuat searah getaran polarisator (nikol sejajar) dan
tegak lurus arah getaran polarisator (nikol bersilang)

Lensa okuler
Terdapat pada bagian paling atas dari tubus mikroskop, berfungsi
untuk memperbesar bayangan objek dan sebagai tempat kita
mengamati medan pandang. Pada lensa ini biasanya terdapat
benang silang, sebagai pemandu dalam pengamatan dan pemusatan
objek pengamatan.
2.2

Pengaturan Mikroskop
Pengaturan yang paling penting adalah memusatkan perputaran meja
objek/centering, pengaturan arah getaran polarisator sejajar dengan salah
satu benang silang, dan pengaturan arah getar analisator agar tegak
lurusarah getar polarisator. Centering penting dilakukan agar dapat pada saat
pengamatan dengan menggunakan perputaran meja objek, mineral yang kita
amati tetap berada pada medan pandangan (tidak keluar dari medan
pandangan).

2.3

Pengamatan Mikroskopik dengan Ortoskop tanpa Nikol


Pengamatan mikroskop polarisasi tanpa nikol dalam praktek diartikan
bahwa analisator tidak dipergunakan (berarti analisator dikeluarkan dari
jalan cahaya di dalam tubus mikroskop,atau arah analisator diputar sampai
4

sejajar dengan arah polarisator), sedang polarisator tetap dipasang pada


tempatnya dengan arah getarannya sejajar dengan salah satu benang silang.
Cahaya yang dipergunakan adalah cahaya terpolarisir dalam satu arah getar
(satu bidang getar). Sifat-sifat optik yang dapat diamati dengan ortoskop
tanpa nikol dibagi menjadi dua golongan sbb:
a. Sifat-sifat optik yang mempunyai hubungan tertentu dengan sumbu-sumbu
kristalografi yaitu yang sejajar atau yang menyudut tertentu, misalnya:
bentuk, belahan, dan pecahan. Semua sifat tersebut juga dapat diamati
baik dengan mikroskop binokular yang memakai cahaya yang tidak
terpolarisir maupun pada contoh setangan dengan mata biasa.
b. Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu-sumbu
sinar/sumbu optik pada kristal yaitu misal: index bias, relief, warna, dan
pleokroisme. Perlu diperhatikan bahwa kejadian-kejadian dari sifat-sifat
tersebut yang nampak di bawah ortoskop pada posisi meja objek tertentu
adalah kejadian dari sinar atau komponen sinar yang pada posisi tersebut
bergetar searah dengan polarisator. Sifat-sifat ini harus diamati dengan
cahaya terpolarisir.
Sifat-sifat optik yang dapat diamati adalah ketembusan cahaya,
inklusi, ukuran, bentuk, belahan dan pecahan, indeks bias dan relief, warna,
dan pleokroisme.

Ketembusan Cahaya
Berdasar atas sifatnya terhadap cahaya, mineral dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu mineral yang tembus cahaya/transparent
dan mineral tidak tembus cahaya /mineral opak/mineral kedap cahaya.
Di bawah ortoskop semua mineral kedap cahaya tampak sebagai
butiran yang gelap/hitam. Mineral jenis ini tidak dapat dideskripsikan
dengan mikroskop polarisasi, dan dapat dipelajari lebih lanjut dengan
mikroskop pantulan. Mineral tembus cahaya dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu mineral berwarna dan mineral tidak berwarna.

Inklusi

Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material


asing yang terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan
terperangkap dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal
tersebut. Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari
mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada
magma, dapat juga berupa fluida baik cairan ataupun gas. Kungkungan
dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa nikol apabila terdapat
perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya,
misalnya pada ketembusannya, relief maupun perbedaan warna. Bidang
batas antara inklusi dengan mineral yang mengungkungnya dapat
bersifat seperti batas bidang kristal biasa.

Apabila kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara


keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk euhedral

Apabila kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian bidang kristalnya


sendiri maka kristal disebut mempunyai bentuk subhedral

Apabila kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri


secara keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk anhedral

Parameter lain untuk menyatidakan bentuk adalah jumlah dan


perbandingan panjang bidang-bidang batas kristal, terutama untuk kristalkristal yang euhedral. Istilah yang sering digunakan antara lain: prismatik,
tabular, granular, lathlike, fibrous, foliated, radiated, dan sebagainya. Untuk
kristal yang dalam pertumbuhannya terhalang oleh kristal yang lain atau
juga terhalang magma yang kental, sering menghasilkan bentuk incipient
crystals.

Gambar 2.2 Parameter lain bentuk mineral

Belahan
Belahan dalam sayatan mineral bisa terlihat dalam bentuk garis-garis
yang teratur sepanjang bidang belahannya, di mana kenampakannya bisa
sangat baik, baik, buruk atau tidak ada. Dalam hal tertentu sebaiknya
orientasi belahan inii ditentukan kedudukannya terhadap sumbu
kristalnya. Belahan merupakan sifat fisikyang tetap pada satu jenis
mineral yang menunjukkan sifat khas dari struktur atom di dalamnya.

a. Belahan satu arah


7

Pada mineral yang disayat tegak lurus atau miring terhadap arah
bidang belahan , akan nampak sebagai garis lurus yang sejajar satu
sama lain. Pada mineral yang disayat sejajar bidang belahan tidak
menunjukkan belahan.

b. Belahan dua arah


Pada mineral yang disayat sejajar sumbu C, akan nampak sebagai
satu bidang belahan. Pada mineral yang disayat miring atau tegak
lurus sumbu C, akan nampak dua belahan.
Cleavage dibagi menjadi :
1. Perfect Cleavage/sempurna
2. Good Cleavage/baik
3. Poor Cleavage/jelek

c. Belahan tiga arah


Mineral yang mempunyai belahan tiga arah, akan menampakkan
belahan dua arah disetiap jenis sayatan.

Pecahan
Pecahan atau fracture adalah kecenderungan dari suatu mineral untuk
pecah dengan cara tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom
seperti halnya belahan. Jenis-jenis pecahan yang khas antara lain pecahan
seperti gelas (subconchoidal fracture) pada kuarsa, pecahan memotong
pada olivin, ortopiroksen dan nefelin.

Indeks Bias dan Relief


Relief adalah ekspresi dari cahaya yang keluar dari suatu media
kemudian masuk ke dalam media yang lain yang mempunyai harga
indeks bias yang berbeda, sehingga cahaya tersebut mengalami
n < 1.443
Contoh: fluorit (n=1.434)
Reliefpada
tinggi
pembiasan
batas kontidak kedua media tersebut. Semakin besar

perbedaan harga indeks bias antara kedua media, maka semakin jelas
n = 1.494-1.443
Zeolit (n=1.480)
Relief
bidang
batassedang
natara keduanya. Sebaliknya semakin kecil perbedaan harga
Relief negatif
indeks bias, maka kenampakan bidang batas antar mineral akan semakin
nPlagioklas
= 1.543-1.493
asam(n=1.518-1.533) nefelin (n=1.526 - 1.546
kabur. Untuk mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop, maka
Relief rendah
sayatan mineral/batuan dilekatkan pada kaca dengan menggunakan
media balsam kanada yang mempunyai relief nol (sebagai standar)
dengan nBalsam
= 1.537. kanada n = 1.537 atau kuarsa n = 1.544
Relief nol

Relief rendah

Relief positif

Relief sedang

Relief tinggi

n = 1.545-1.599
Plagioklas basa, klorit,muskovit

namfibol,
= 1.600-1.699
turmalin, andalusit, apatit, Biotit, piroksen, olivi

n > 1.699

Olivin, piroksen, kianit, sfen


9

Tabel 2.1 Harga index bias dan relief beberapa jenis mineral dibandingkan dengan n standar

2.4

Pengamatan Mikroskopik dengan Nikol Bersilang


Pengamatan ortoskopik nikol bersilang (crossed polarized light)
dimaksudkan

bahwa

dalam

pengamatannya

digunakan

analisator

bersilangan dengan polarisator (sinar diserap dalam dua arah yang saling
tegak lurus). Sifat yang dapat diamati adalah sifat optik yang berhubungan
dengan kedudukan dan jumlah sumbu optik. Sifat optik yang diamati antara
lain warna interferensi, gelapan dan kedudukan gelapan serta kembaran.

Gambar. 2.6. Hasil Pengamatan nikol bersilang

Warna Interferensi

10

Warna interferensi adalah sifat optik yang sangat penting, namun


penjelasannya cukup rumit, sehingga kita harus memahami konsep
dasarnya secara bertahap.
Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisator
inilah, komponen sinar lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator,
sehingga dapat diteruskan hingga mata pengamat. Karena perbedaan
kecepatan rambat sinar cepat dan lambat inilah, maka terjadi yang
disebut sebagai beda fase atau retardasi. Semakin besar selisih indeks
bias, semakin besar beda fase/retardasinya.
Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek
yang terdapat sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal. Warna
terang tersebut dicocokkan dengan tabel interferensi Michel Levy Chart
(lampiran).
- polariser + analyser
- polariser + isotropic mineral + analyser
- polariser + anisotropic mineral + analyser (position

perpendicular

to the optic axis)


- polariser + anisotropic mineral + analyser. Specific position:
extinction position
- polariser + anisotropic mineral + analyser. General position:
interference colour.

Benang Silang
Benang silang berada pada lensa okular, satu benang melintang ke
kanan-kiri dan benang yang lain melintang ke atas dan ke bawah.
Berfungsi untuk mengetahui kedudukan koordinat bidang sumbu
mineral, atau sudut interfacial kristall. Meja obyektif harus berkedudukan
centered dengan perpotongan benang silang, jika tidak centered maka
benang silang tidak akan terlihat. Pembacaan akan dapat dilakukan jika
salah satu sisi kristal sejajar dengan benang silang kanan-kiri, selanjutnya
meja obyektif diputar sampai benang silang yang lain sejajar dengan arah
lain dari meja obyektif tetetapi berlawanan dengan center-nya
11

Gambar.2.7. Benang silang

Tanda rentang optik


Tanda rentang optik adalah istilah untuk menunjukkan hubungan
antara sumbu kristalografi (terutama arah memanjangnya kristal) dengan
sumbu sinar cepat (x) dan lambat (z).
Tujuannya adalah menentukan sumbu sinar mana (x atau z) yang
kedudukannya berimpit atau dekat (menyudut lancip) dengan sumbu
panjang kristal. Dengan demikian, TRO hanya dimiliki oleh mineral yang
memiliki belahan satu arah atau arah memanjangnya mineral (sumbu c).
Jenis tanda rentang optik yaitu :
- Length slow (+) = sumbu c berimpit /menyudut lancip dengan arah
getar sinar lambat (sumbu z). Keadaan ini dinamakan Addisi

yaitu

penambahan orde warna interferensi pada saat kompensator


digunakan.
- Length fast (-) = sumbu c berimpit/menyudut lancip dengan

arah

getar sinar cepat (sumbu x). Keadaan ini dinamakan

Substraksi

yaitu pengurangan orde warna interferensi pada

saat

kompensator digunakan.

Kembaran
Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan
temperatur tinggi, dua atau lebih kristal intergrown dapat terbentuk
secara simetri. Simetri intergrown inilah yang dikenal sebagai kembaran.
Kembaran hanya dapat diamati pada nikol bersilang karena
kedudukan kisi pada dua lembar kembaran yang berdampingan saling

12

berlawanan, sehingga kedudukan gelapan dan warna interferensi


maksimalnya berlainan. Secara genesa, kembaran dapat terbentuk dalam
tiga proses yang berbeda yaitu kembaran tumbuh, transformasi, dan
deformasi.
1. Kembaran tumbuh/Growth Twins
Kembaran ini terbentuk bersamaan pada saat kristalisasi atau
pertumbuhan kristal, di mana dua unit kristal berbagi dan tumbuh dari
satu kisi yang sama dengan orientasi berlawananJenis kembaran ini
terbagi atas kembaran kontidak dan kembaran penetrasi. Contoh jenis
kembaran ini adalah kembaran carlsbad pada ortoklas dan kembaran
albit pada plagioklas.

Gambar 2.8 Kembaran tumbuh

2. Kembaran transformasi
Kembaran

ini

dapat

terjadi

karena

kristal

mengalami

transformasi karena perubahan P dan T terutama karena perubahan T.


Hal ini hanya dapat terjadi pada kristal yang mempunyai struktur dan
simetri yang berbeda pada kondisi P dan T yang berbeda. Pada saat
P&T berubah, bagian tertentu dari kristal ada yang stabil ada yang
mengalami perubahan orientasi kisi, sehingga terjadi perbedaan
orientasi pada bagian berbeda dari kristal. Contoh: kembaran dauphin
dan kembaran brazil pada kuarsa terbentuk karena penurunan T.
Contoh lain adalah kembaran periklin yang terjadi pada saat sanidin
(monoklin, high T) berubah menjadi mikroklin (triklin, low T).

13
Gambar 2.9 Kembaran transformasi

3. Kembaran Deformasi/Deformation Twins


Kembaran ini terjadi setelah kristalisasi, pada saat kristal telah
padat. Karena deformasi (perubahan P) atom pada kristal dapat
terdorong dari posisi semula. Apabila perubahan posisi ini terjadi pada
susunan yang simetri, akan menghasilkan kembaran. Contoh
kembaran jenis ini adalah polisintetik pada kalsit.

Gambar 2.10 KembaranBAB


deformasi
III(kanan: kembaran polisintetik
plagioklas)

3.1

HASIL DESKRIPSI

No. Preparat 11-B2


1. Deskripsi Nikol Sejajar
Warna

: Cokelat Kehitaman

Ukuran

: 1 x 1,3 mm

Bentuk

: Subhedral

Belahan

: Tidak ada

Pecahan

: Ada, banyak dan teratur

Inklusi

: Ada

Relief

: Sedang

Pleokroisme

: Monokroik

14

2. Deskripsi Nikol Bersilang


Gelapan
: Ada, sejajar
Sudut Gelapan
: 90
Kembaran
:Sudut Kembaran
:Warna Interferensi: Kuning orde II kuning orde III
TRO
: Addisi (+)
Sign of Elongation
: Length slow
Gambar
:
Nikol Sejajar
Nikol Bersilang

Gambar 3.7 Nikol Sejajar 11-B2

Nama Mineral
3.2

Gambar 3.8 Nikol Bersilang 11-B2

: Biotit

No. Preparat 11-BM9


1. Deskripsi Nikol Sejajar
Warna

: Colorless

Ukuran

: < 1 mm

Bentuk

: Anhedral, prismatik

Belahan

: Ada, 3 arah

Pecahan

: Ada, teratur, banyak

Inklusi

:-

Relief

: Rendah

Pleokroisme

: Monokroik

2. Deskripsi Nikol Bersilang


Gelapan
: Ada, miring
Sudut Gelapan
: 300 - 50 = 250
15

Kembaran
:Sudut Kembaran
:Warna Interferensi: Pink orde II cokelat orde I
TRO
: Substraksi (-)
Sign of Elongation
: Lenght fast
Gambar
:
Nikol Sejajar
Nikol Bersilang

Gambar 3.9 Nikol Sejajar 11-BM9

Nama Mineral
3.3

Gambar 3.10 Nikol Bersilang 11-BM9

: Kalsit

No. Preparat BM-2


1. Deskripsi Nikol Sejajar
Warna

: Colorless

Ukuran

:-

Bentuk

: Anhedral, granular

Belahan

:-

Pecahan

: choncoidal

Inklusi

:-

Relief

: Rendah

Pleokroisme

: Monokroik

2. Deskripsi Nikol Bersilang

16

Gelapan
: Ada, bergelombang
Sudut Gelapan
:Kembaran
:Sudut Kembaran
:Warna Interferensi: Putih orde I pink tua orde III
TRO
: Addisi (+)
Sign of Elongation
: Length slow
Gambar
:
Nikol Sejajar
Nikol Bersilang

Gambar 3.11 Nikol Sejajar BM-2

Nama Mineral
3.4

Gambar 3.12 Nikol Bersilang BM-2

: Kuarsa

No. Preparat 11-B1


1. Deskripsi Nikol Sejajar
Warna

: Kecoklatan

Ukuran

: 4 x 0,5 mm (perbesaran 4 kali)

Bentuk

: Euhedral, columnar

Belahan

: 2 arah

Pecahan

: Ada, sedikit, tidak beraturan

Inklusi

: Ada

Relief

: tinggi

Pleokroisme

: dikroik

17

2. Deskripsi Nikol Bersilang


Gelapan
: Ada, miring
Sudut Gelapan
: 1230 - 950 = 280
Kembaran
:Sudut Kembaran
:Warna Interferensi: Kuning muda orde II Kuning orde III
TRO
: Addisi (+)
Sign of Elongation
: Length fast
Gambar
:
Nikol Sejajar
Nikol Bersilang

Gambar 3.13 Nikol Sejajar 11-B1

Nama Mineral
3.5

Gambar 3.14 Nikol Bersilang 11-B1

: Hornblende

No. Preparat 11-B10


1. Deskripsi Nikol Sejajar
Warna

: Colorless

Ukuran

: 3mm

Bentuk

: lathlike, subhedral-euhedral

Belahan

: Ada, 1 arah

Pecahan

: Ada, sedikit, tidak teratur

Inklusi

: Ada

Relief

: Rendah-sedang

Pleokroisme

: Monokroik

2. Deskripsi Nikol Bersilang


Gelapan
: Tidak ada
Sudut Gelapan
: Tidak ada
Kembaran
: ada, carlsbad
Sudut Kembaran
: 48

18

Warna Interferensi: Orange orde I merah muda orde I


TRO
: Adisi (+)
Sign of Elongation
: lenght slow
Gambar
:
Nikol Sejajar
Nikol Bersilang

Gambar 3.15 Nikol Sejajar 11-B10

Nama Mineral
3.6

Gambar 3.16 Nikol Bersilang 11-B10

: Orthoklas

No. Preparat 11B-7


1. Deskripsi Nikol Sejajar
Warna

: colorless

Ukuran

: 3mm

Bentuk

: lathlike

Belahan

: 1 arah

Pecahan

: Ada, teratur, banyak

Inklusi

: Tidak ada

Relief

: Rendah

Pleokroisme

: Monokroik

2. Deskripsi Nikol Bersilang


Gelapan
: Ada, miring
Sudut Gelapan
: 1900 - 1510 = 390
Kembaran
:Sudut Kembaran
:Warna Interferensi
:Putih orde I kuning orde I
TRO
: Adisi (+)
Sign of Elongation
: Length slow
Gambar
Nikol Sejajar

:
Nikol Bersilang

19

Gambar
3.17 Nikol Sejajar 11-B7

Nama Mineral

Gambar 3.18 Nikol Bersilang 11-B7

: Klinopiroksen(diopsid)

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 No. Preparat 11-B2 (biotit)
Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor 11-B2 ini dapat di
amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati
adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme.
Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut
gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation,
interference colors.
Pada mineral yang di amati ini dengan nikol sejajar terlihat warna yang
cokelat kehitaman. Lalu yang dapat diamati adalah ukurannya, ukuran mineral
dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm. Dalam pengukuran yang
dilakukan menggunakan penggaris yang tembus pandang(transparant) ini
menggunakan satuan mm dan didapatkan hasil 1x1,3 mm. Bentuk mineral
pada mineral ini adalah subhedral karena kristal tersebut dibatasi oleh hanya
sebagian kristalnya sendiri. Pada mineral ini kemungkinan adalah mineral
yang terbentuk setelah adanya mineral lain. Pada mineral ini tidak terlihat
kenampakan belahannya. Pecahan pada mineral ini ada, cukup banyak, dan
juga teratur. Mineral yang memiliki pecahan ini pembentukkannya dapat
dianalisis dari Bowens Reaction Series. Pada tabel Bown Reaction Series
mineral yang terbentuk lebih dahulu akan memiliki pecahan yang banyak
karena kurangnya resistensi pada mineral tersebut dan berarti mineral ini
terbentuk pada temperatur yang cukup tinggi. Lalu pada pengamatan ini
20

terlihatanya adanya inklusi yang memungkinkan selama proses kristalisasi ini


sebagian material asing terkumpul dan terperangkap dalam kristal. Relief pada
mineral yang di amati adalah relief sedang karena kenampakkan bidang batas
mineral tidak terlihat jelas namun tidak juga kabur. Relief sedang pada mineral
ini dikarenakan tidak besar tetapi tidak kecil juga perbedaan harga indeks bias.
Pada pengamatan relief ini menggunakan balsam kanada untuk mempermudah
pengamatan relief di bawah ortoskop karena dengan menggunakan media
balsam kanada memiliki relief nol. Mineral ini bersifat isotropik, karena pada
saat meja objek diputar hanya terdapat satu warna saja. Dengan demikian
mineral yang isotropik selalu tidak mempunyai pleokroisme.
Pada saat pengamatan nikol bersilang yang dapat di amati pertama kali
adalah adanya kembaran atau belahan. Pada pengamatan nikol bersilang,
gelapan dapat terjadi karena tidak ada cahaya yang diteruskan oleh analisator
hingga mata pengamat. Pada mineral ini memiliki gelapan sejajar yang terjadi
dimana sumbu panjang kristal (sumbu c) sejajar dengan arah getar PP dan atau
AA. Sehingga dapat dikatan sumbu optik berimpit dengan sumbu kristalografi
dan dari perhitungan sudut yaitu 90. Interferensi warna yang terjadi adalah
kuning orde II sampai pada kuning orde III. Tanda rentang optik ini adalah
addisi karena menambahnya orde warna interferensi pada saat kompensator
digunakan, yang berarti sign of elongation nya adalah lenght slow, yang berarti
sumbu c berimpit atau menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat.
Maka berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan nikol
sejajar dan nikol bersilang, mineral yang di amati adalah biotit.
4.2 No. Preparat 11-BM9 (kalsit)
Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor 11-BM9 ini dapat di
amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati
adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme.
Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut
gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation,
interferebce colors.
Pada mineral yang di amati pada nikol sejajar ini tidak terlihatnya warna
atau tembus cahaya. Mineral tembus cahaya dapat dibagi dua jenis yaitu

21

mineral berwarna dan mineral tidak berwarna. Pada mineral yang di amati
termasuk pada jenis mineral tidak berwarna. Lalu yang dapat diamati adalah
ukurannya, ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau
cm. Dalam pengukuran yang dilakukan menggunakan penggaris yang tembus
pandang(transparant) ini menggunakan satuan mm dan didapatkan hasil <1
mm. Bentuk mineral pada mineral ini adalah anhedral karena kristal tersebut
tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri. Pada mineral ini terlihat
kenampakan belahannya yaitu belahan tiga arah biasanya belahan tiga arah ini
terdapat pada mineral yang disayat miring atau tegak lurus sumbu c. Pecahan
pada mineral ini ada, cukup banyak, dan juga teratur. Mineral yang memiliki
pecahan ini pembentukkannya dapat dianalisis dari Bowens Reaction Series.
Pada tabel Bown Reaction Series mineral yang terbentuk lebih dahulu akan
memiliki pecahan yang banyak karena kurangnya resistensi pada mineral
tersebut dan berarti mineral ini terbentuk pada temperatur yang cukup tinggi.
Lalu pada pengamatan ini tidak terlihatanya adanya inklusi. Relief pada
mineral yang di amati adalah relief rendah karena kenampakkan bidang batas
mineral tidak terlihat jelas. Kenampakan relief rendah ini dikarenakan
kecilnya indeks bias dan mengakibatkan kenampakkan bidang batas antar
mineral akan semakin kabur. Pada pengamatan relief ini menggunakan balsam
kanada untuk mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop karena
dengan menggunakan media balsam kanada memiliki relief nol. Mineral ini
bersifat isotropik karena pada saat meja objek diputar hanya terdapat satu
warna saja. Dengan demikian mineral yang isotropik selalu tidak mempunyai
pleokroisme.
Pada saat pengamatan nikol bersilang yang dapat di amati pertama kali
adalah adanya kembaran atau belahan. Pada mineral ini memiliki gelapan
yang terjadi karena karena tidak ada cahaya yang di teruskan oleh analisator
hingga mata pengamat. Kedudukan gelapan ini miring dimana sumbu panjang
kristal(sumbu c) menyudut terhadap arah getar PP atau AA dan dari
perhitungan sudutnya di dapatkan hasil 25. Interferensi warna yang terjadi
adalah merah muda orde II sampai pada cokelat orde I. Tanda rentang optik ini

22

adalah substraksi karena berkurangnya orde warna interferensi pada saat


kompensator digunakan. yang berarti sign of elongation nya adalah lenght
fast, yang berarti sumbu c berimpit atau menyudut lancip dengan arah getar
sinar lambat.
Maka berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan nikol
sejajar dan nikol bersilang mineral yang di amati adalah kalsit.
4.3 No. Preparat BM-2 (kuarsa)
Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor BM-2 ini dapat di
amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati
adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme.
Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut
gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation,
interferebce colors.
Pada mineral yang di amati ini tidak terlihatnya warna atau tembus cahaya.
Lalu yang dapat diamati adalah ukurannya, ukuran mineral dapat dinyatakan
secara absolut dalam mm atau cm. Dalam pengukuran yang dilakukan
menggunakan penggaris yang tembus pandang(transparant) ini menggunakan
satuan mm. Bentuk mineral pada mineral ini adalah anhedral karena kristal
tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri dan juga bentuk
mineralnya granural. Pada mineral ini tidak terlihat kenampakan belahannya.
Pecahan pada mineral ini ada dan juga teratur. Mineral yang memiliki pecahan
ini pembentukkannya dapat dianalisis dari Bowens Reaction Series. Pada tabel
Bown Reaction Series mineral yang terbentuk lebih dahulu akan memiliki
pecahan yang banyak karena kurangnya resistensi pada mineral tersebut dan
berarti mineral ini terbentuk pada temperatur yang tidak terlalu tinggi. Lalu
pada pengamatan ini tidak terlihatanya adanya inklusi. Relief pada mineral
yang di amati adalah relief rendah karena kenampakkan bidang batas mineral
tidak terlihat jelas. Mineral ini bersifat isotropik karena pada saat meja objek
diputar hanya terdapat satu warna saja. Dengan demikian mineral yang
isotropik selalu tidak mempunyai pleokroisme.
Pada saat pengamatan nikol bersilang yang dapat di amati pertama kali
adalah adanya kembaran atau belahan. Pada mineral ini memiliki gelapan

23

bergelombang yang terjadi karena pada mineral yang mengalami teganganatau


distorsi sehingga orientasi sebagian sisi kristal mengalami perubahan
berangsur dan kedudukan gelapan masing-maing agak berbeda. Interferensi
warna yang terjadi adalah putih orde I sampai pada merah muda orde II. Tanda
rentang optik ini adalah adisi karena bertambahnya orde warna interferensi
pada saat kompensator digunakan yang berarti sign of elongation nya adalah
lenght slow, yang berarti sumbu c berimpit atau menyudut lancip dengan arah
getar sinar lambat(sumbu z).
Maka berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan nikol
sejajar dan nikol bersilang mineral yang di amati adalah kuarsa.
4.4 No. Preparat 11-B2 (hornblende)
Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor 11-B1 ini dapat di
amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati
adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme.
Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut
gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation,
interferebce colors.
Pada mineral yang di amati ini terlihatnya warna kecoklatan. Lalu yang
dapat diamati adalah ukurannya, ukuran mineral dapat dinyatakan secara
absolut dalam mm atau cm. Dalam pengukuran yang dilakukan menggunakan
penggaris yang tembus pandang(transparant) ini menggunakan satuan mm
dan didapatkan hasil 4x0,5 mm. Bentuk mineral pada mineral ini adalah
euhedral karena kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara
keseluruhan dan juga bentuk mineralnya columnar. Pada mineral ini terlihat
kenampakan belahannya yaitu belahan dua arah. Pecahan pada mineral ini
ada, sedikit, dan juga teratur. Mineral yang memiliki pecahan ini
pembentukkannya dapat dianalisis dari Bowens Reaction Series. Pada tabel
Bown Reaction Series mineral yang terbentuk lebih dahulu akan memiliki
pecahan yang banyak karena kurangnya resistensi pada mineral tersebut dan
berarti mineral ini terbentuk pada temperatur yang tidak terlalu tinggi. Lalu
pada pengamatan ini terlihatanya adanya inklusi. Relief pada mineral yang di

24

amati adalah relief tinggi karena kenampakkan bidang batas mineral terlihat
jelas. Mineral ini bersifat anisotropik karena pada saat meja objek diputar
terdapat kenampakan dua warna. Dengan demikian mineral yang anisotropik
mempunyai pleokroisme.
Pada saat pengamatan nikol bersilang yang dapat di amati pertama kali
adalah adanya kembaran atau belahan. Pada mineral ini memiliki gelapan
yang terjadi karena karena tidak ada cahaya yang di teruskan oleh analisator
hingga mata pengamat. Kedudukan gelapan ini miring dimana sumbu panjang
kristal(sumbu c) menyudut terhadap arah getar PP atau AA dan dari
perhitungan sudut yaitu 28. Interferensi warna yang terjadi adalah hijau orde
III sampai dengan cokelat II. Tanda rentang optik ini adalah substraksi karena
berkurangnya orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan yang
berarti sign of elongation nya adalah lenght fast, yang berarti sumbu c
berimpit atau menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat.
Maka berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan nikol
sejajar dan nikol bersilangmineral yang di amati adalah hornblende.
4.5 No. Preparat 11-B10 (orthoklas)
Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor 11-B10 ini dapat di
amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati
adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme.
Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut
gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation,
interferebce colors.
Pada mineral yang di amati ini tidak terlihatnya warna atau tembus cahaya.
Lalu yang dapat diamati adalah ukurannya, ukuran mineral dapat dinyatakan
secara absolut dalam mm atau cm. Dalam pengukuran yang dilakukan
menggunakan penggaris yang tembus pandang(transparant) ini menggunakan
satuan mm dan didapatkan hasil 3x3mm. Bentuk mineral pada mineral ini
adalah lathlike, subhedral-euhedral. Pada mineral ini terlihat kenampakan
belahannya yaitu belahan satu arah terlihat dari bidang-bidang belahan yang
nampak sebagai garis lurus yang sejajar satu dengan yang lain. Pecahan pada
mineral ini ada, sedikit, dan juga tidak teratur. Mineral yang memiliki pecahan

25

ini pembentukkannya dapat dianalisis dari Bowens Reaction Series. Pada tabel
Bown Reaction Series mineral yang terbentuk lebih dahulu akan memiliki
pecahan yang banyak karena kurangnya resistensi pada mineral tersebut dan
semakin kebawah pada tabel Bowens Reaction Series maka resistensi pada
mineral akan semakin kuat, yang berarti mineral ini terbentuk pada temperatur
yang cukup tinggiLalu pada pengamatan ini terlihatanya adanya inklusi. Relief
pada mineral yang di amati adalah relief rendah sampai sedang karena
kenampakkan bidang batas mineral tidak terlihat jelas. Kenampakan relief
rendah sampai sedang ini dikarenakan kecilnya harga indeks bias antara kedua
media yang mengakibatkan kenampakan biadang batas antar mineral akan
semakin kabur. Mineral ini bersifat isotropik karena pada saat meja objek
diputar hanya terdapat kenampakan satu warna saja. Dengan demikian mineral
yang isotropik selalu tidak mempunyai pleokroisme.
Pada saat pengamatan nikol bersilang yang dapat di amati pertama kali
adalah adanya kembaran atau belahan. Pada mineral tidak ini memiliki
gelapan, namun terlihat kembaran carlsbad. Kembaran terjadi selama
pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi, dua atau
lebih kristal intergrown dapat terbentuk secara simetri. Twinning angle nya di
dapatkan hasil 48. Interferensi warna yang terjadi adalah orange orde I
sampai dengan merah muda orde I. Tanda rentang optik ini adalah addisi
karena bertambahnya orde warna interferensi pada saat kompensator
digunakan yang berarti sign of elongation nya adalah lenght slow, yang berarti
sumbu c berimpit atau menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat(sumbu
z).
Maka berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan nikol
sejajar dan nikol bersilangmineral yang di amati adalah orthoklas.
4.6 No. Preparat 11B-7 (klinopiroksen)
Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor 11-B7 ini dapat di
amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati
adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme.
Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut

26

gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation,


interferebce colors.
Pada mineral yang di amati ini tidak terlihatnya warna atau tembus cahaya.
Lalu yang dapat diamati adalah ukurannya, ukuran mineral dapat dinyatakan
secara absolut dalam mm atau cm. Dalam pengukuran yang dilakukan
menggunakan penggaris yang tembus pandang(transparant) ini menggunakan
satuan mm dan didapatkan hasil 3mm dengan perbesaran 10 kali. Bentuk
mineral pada mineral ini adalah lathlike. Pada mineral ini terlihat kenampakan
belahannya yaitu belahan satu arah terlihat dari bidang-bidang belahan yang
nampak sebagai garis lurus yang sejajar satu dengan yang lain. Pecahan pada
mineral ini ada, banyak, dan juga teratur. Mineral yang memiliki pecahan ini
pembentukkannya dapat dianalisis dari Bowens Reaction Series. Pada tabel
Bown Reaction Series mineral yang terbentuk lebih dahulu akan memiliki
pecahan yang banyak karena kurangnya resistensi pada mineral tersebut dan
berarti mineral ini terbentuk pada temperatur yang cukup tinggi. Lalu pada
pengamatan ini tidak terlihat adanya inklusi. Relief pada mineral yang di
amati adalah relief rendah karena kenampakkan bidang batas mineral tidak
terlihat jelas. Kenampakan relief rendah ini dikarenakan kecilnya perbedaan
harga indeks bias yang mengakibatkan kenampakan bidang batas antar
mineral akan semakin kabur Mineral ini bersifat isotropik karena pada saat
meja objek diputar hanya terdapat kenampakan satu warna saja. Dengan
demikian mineral yang isotropik selalu tidak mempunyai pleokroisme.
Pada saat pengamatan nikol bersilang yang dapat di amati pertama kali
adalah adanya kembaran atau belahan. Pada mineral ini memiliki gelapan
yang terjadi karena karena tidak ada cahaya yang di teruskan oleh analisator
hingga mata pengamat. Kedudukan gelapan ini miring dimana sumbu panjang
kristal(sumbu c) menyudut terhadap arah getar PP atau AA dan dari
perhitungan sudut yaitu 39. Interferensi warna yang terjadi adalah putih orde
I sampai pada kuning orde I. Tanda rentang optik ini adalah adisi karena
menambahnya orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan yang
berarti sign of elongation nya adalah lenght slow, yang berarti sumbu c
berimpit atau menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat(sumbu z).
27

Maka berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan nikol


sejajar

dan

nikol

bersilang

mineral

yang

di

amati

adalah

klinopiroksen(diopsid).

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan preparat nomor 11-B2 yang telah dilakukan pada


nikol sejajar dan bersilang yaitu memiliki warna kehitaman, bentuk
berlembar , plekroisme kuat, dan juga gelapan miring, dapat disimpulkan
bahwa mineral ini adalah biotit.

28

Berdasarkan pengamatan preparat nomor 11-BM9 yang telah dilakukan


pada nikol sejajar dan bersilang yaitu colorless, belahan sempurna tiga arah,
tanda optik nya substraksi , dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah

kalsit.
Berdasarkan pengamatan preparat nomor BM-2 yang telah dilakukan pada
nikol sejajar dan bersilang yaitu colorless, bentuk tak beraturan, anhedral
granural, tidak memiliki belahan, gelapan bergelombang, dapat disimpulkan

bahwa mineral ini adalah kuarsa.


Berdasarkan pengamatan preparat nomor 11-B1 yang telah dilakukan pada
nikol sejajar dan bersilang yaitu memiliki warna hijau kecoklatan, relief
tinggi, juga gelapan miring, dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah

hornblende.
Berdasarkan pengamatan preparat nomor 11-B10 yang telah dilakukan pada
nikol sejajar dan bersilang yaitu colorless, relief rendah, kembaran carlsbad,

dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah orthoklas.


Berdasarkan pengamatan preparat nomor 11-B7 yang telah dilakukan pada
nikol sejajar dan bersilang yaitu colorless, relief rendah, gelapan miring,
dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah klinopiroksen(diopsid).

DAFTAR PUSTAKA

29

Anda mungkin juga menyukai