Sistem Motorik - Kevin
Sistem Motorik - Kevin
SISTEM MOTORIK
Oleh:
Kevin Gunawan
Pembimbing:
DR. Dr. Wismaji Sadewo, Sp.BS(K)
Sistem
Motorik
1.
Refleks
Refleks
secara
umum
dapat
diartikan
sebagai
respon
yang
terjadi
secara
otomatis
dan
tanpa
disadari.
Refleks
saraf
selalu
dimulai
dari
rangsangan
/
stimulus
yang
mengaktifkan
reseptor.
Kunci
jaras
refleks
adalah
negative
feedback.
Jalur
yang
terlibat
dalam
refleks
tersebut
dikenal
sebagai
lengkung
refleks.
Tidak
seperti
gerak
biasa,
respons
gerak
refleks
dapat
diprediksi.
Refleks
saraf
dapat
dikelompokkan
sebagai
berikut:
1. Divisi
eferen
sistem
saraf
yang
mengendalikan
respons
refleks,
melibatkan
somatic
motor
neuron
dan
otot
skeletal
yang
dikenal
sebagai
refleks
somatik.
Refleks
dengan
respon
yang
dikendalikan
saraf
otonom
disebut
refleks
otonom.
2. Berdasarkan
lokasi
sistem
saraf
pusat
dimana
refleks
diintegrasikan.
Refleks
spinal
diintegrasikan
di
korda
spinalis.
Refleks
tersebut
juga
dimodulasi
oleh
input
yang
lebih
tinggi
dari
otak,
tetapi
juga
bisa
terjadi
tanpa
input
tersebut.
Refleks
yang
diintegrasikan
di
otak
disebut
refleks
kranial.
3. Refleks
yang
didapat
atau
dipelajari.
Refleks
patella
merupakan
refleks
yang
didapat.
Saat
seorang
dapat
memainkan
piano
dengan
jari-jarinya
merupakan
suatu
refleks
yang
dipelajari.
4. Berdasarkan
jumlah
neuron
di
jaras
refleks.
Refleks
yang
paling
sederhana
adalah
monosynaptic
reflex
yang
merupakan
refleks
dengan
sinaps
tunggal
di
antara
dua
neuron
di
jaras
tersebut,
yaitu
satu
neuron
aferen,
satu
neuron
eferen
yang
bersinaps
di
korda
spinalis.
Sebagian
besar
refleks
terdiri
dari
tiga
atau
lebih
neuron,
disebut
sebagai
polysinaptic
reflex.
Jalur
divergen
memungkinkan
stimulus
tunggal
mempengaruhi
banyak
target
neuron,
sedangkan
konvergensi
mengintegrasikan
input
untuk
memodulasi
sebuah
respons.
Dalam
sistem
motorik
terdapat
refleks
otot
skeletal.
Eksitasi
somatic
motor
neuron
selalu
menyebabkan
kontraksi
di
otot
rangka
/
skeletal.
Tidak
ada
inhibitory
neuron
yang
bersinaps
di
otot
skeletal
untuk
relaksasi.
Relaksasi
merupakan
akibat
dari
tidak
adanya
input
eksitatorik.
Refleks
otot
skeletal
memiliki
komponen
sebagai
berikut:
1. Reseptor
sensorik,
dikenal
sebagai
proprioseptor
yang
terletak
di
otot
skeletal,
kapsul
sendi,
dan
ligamen.
Reseptor
ini
memonitor
posisi
tungkai,
pergerakan
dan
upaya
yang
kita
gunakan
saat
mengangkat
benda.
2. Neuron
sensorik
yang
membawa
sinyal
dari
proprioseptor
ke
sistem
saraf
pusat.
3. Sistem
saraf
pusat
mengintegrasikan
sinyal
masuk
menggunakan
jalur
eksitatorik
dan
inhibitoik
interneuron.
Pada
refleks,
informasi
sensorik
diintegrasikan
dan
dilakukan
secara
bawah
sadar.
Informasi
sensorik
mungkin
diintegrasikan
di
korteks
serebri
dan
menjadi
persepsi
serta
beberapa
reflesk
dapat
dimodulasi
sebagai
input
sadar.
4. Motor
neuron
somatik
yang
membawa
sinyal
output.
Motor
neuron
somatik
mempersarafi
kontraktil
otot
yang
disebut
alpha
motor
neuron.
5. Efektor,
yang
merupakan
serat
kontraktil
yang
dikenal
sebagai
serta
otot
ekstrafusal.
Potensial
aksi
di
alpha
motor
neuron
akan
menyebabkan
serat
ekstrafusal
berkontraksi
Terdapat
tiga
buah
propriosepto
di
dalam
tubuh
1. Muscle
spindle
merupakan
reseptor
peregangan
yang
meresepon
pergangan
otot,
kemudian
mengirim
informasi
ke
korda
spinalis
dan
otak
mengenai
panjang
otot
dan
perubahan
panjang
otot.
Kecuali
pada
rahang,
semua
otot
skeletal
tubuh
memiliki
banyak
muscle
spindle.
Masing-masing
muscle
spindle
terdiri
dari
kapsul
jaringan
kita
yang
membentuk
sekelompok
serat
saraf
kecil
yang
dikenal
sebagai
serat
infrafusal.
Serat
ini
dimodifikasi
sehingga
ujungnya
kontraktil,
tetapi
bagian
tengahnya
sedikit
miofibril.
Ujung
kontraktil
tersebut
mendapat
persarafan
sendiri
dari
gamma
motor
neuron.
Bagian
tengah
yang
bersifat
nonkontraktil
dibungkus
oleh
ujung
saraf
sensorik
langsung
dengan
alpha
motor
neuron
yang
mempersarafi
otot
dimana
spindle
berada.
Saat
sebuah
otot
beristirahan,
daerah
tengah
masing-masing
muscle
spindle
akan
cukup
tertarik
untuk
mengaktifkan
serat
sensorik.
Hasil
akhirnya
adalah
neuron
dari
spinle
akan
aktif
secara
tonik,
mengirimkan
arus
stabil
aksi
potensial
ke
sistem
saraf
pusat.
Walaupun
dalam
posisi
istirahat,
otot
tetap
memiliki
tonus
tertentu.
Muscle
spindle
juga
terdapat
secara
paralel
pada
serat
ekstrafusal.
Pergerakan
yang
menyebabkan
pemanjangan
otot
juga
meregang
muscle
spindle
dan
menyebabkan
serat
sensoriknya
tereksitasi
cepat.
Hal
ini
menyebabkan
refleks
kontraksi
otot
yang
akan
mencegah
otot
melakukan
over
stretching.
Jaras
refleks
dimana
regangan
otot
menyebabkan
respons
kontraksi
dikenal
dengan
stretch
reflex.
2. Golgi
tendon
berespon
pada
ketegangan
otot.
Reseptor
ini
ditemukan
di
persimpangan
tendon
dan
serat
otot.
Organ
golgi
tendon,
berespon
secara
primer
ke
tension
otot
yang
berkembang
selama
kontraksi
isometrik
dan
menyebabkan
reflek
relaksasi.
Respon
ini
berlawanan
dengan
reflek
kontraksi
yang
disebabkan
muscle
spindle.
Organ
golgi
tendon
disusun
oleh
tiga
ujung
saraf
bebas
yang
membelit
serat
kolagen
di
dalam
kapsul
jaringan
ikat.Saat
sebuah
otot
berkontraksi,
tendonnya
akan
menjadi
sebuah
komponen
elastis
fase
isometrik
kontraksi.
Kontraksi
akan
menarik
serat
didalam
tendon
golgi
dengan
kuat,
menjepit
ujung
sensoris
saraf
afferen
dan
menyebabkan
mereka
fire.
Input
aferen
dari
aktivasi
organ
golgi
tendon
mengeksitasi
inhibitory
interneurons
di
korda
spinalis.
Interneuron
menghambat
alpha
motor
neuron
yang
mempersarafi
otot,
dan
kontraksi
otot
akan
turun.
Dalam
kebanyakan
keadaan,
reflek
ini
memperpelan
kontraksi
otot
saat
kekuatan
otot
meningkat.
Dengan
kata
lain,
organ
golgi
tendon
akan
mencegah
kontraksi
berlebihan
yang
mungkin
melukai
otot.
3. Stretch
refleks
dan
Inhibisi
resiprok
mengontol
pergerakan
di
sekeliling
sendi.
Pergerakan
di
sekeliling
sendi
paling
flexible
dikontrol
oleh
sekelompok
otot
sinergis
dan
antagonis
yang
terkoordinasi.
Kumpulan
pathway
yang
mengontrol
suatu
sendi
dikenal
sebagai
unit
myotatic.
Refleks
paling
sederhana
pada
unit
myotatic
adalah
monosynaptic
stretch
reflex,
yang
hanya
melibatkan
dua
neuron,
neuron
sensorik
dari
muscle
spindle
dan
neuron
somatic
motor
neuron
ke
otot.
Reflek
hentakan
lutut
adalah
contoh
monosynaptic
stretch
reflex.
Saat
tendon
pattelar
di
bawah
tempurung
lutut
di
ketuk
dengan
palu
kecil,
ketukan
akan
meregangkan
otot
quadriceps.
Ini
akan
mengaktifkan
muscle
spindles
dan
mengirim
aksi
potensial
melalui
serat
sensoris
ke
korda
spinalis.
Neuron
sensoris
bersinaps
secara
langsung
ke
motor
neuron
yang
mengontrol
kontraksi
otot
quadriceps.
Eksitasi
dari
motor
neuron
menyebabkan
unit
motorik
di
quadriceps
berkontraksi
dan
kaki
bagian
bawah
akan
maju
ke
depan
4. Refleks
fleksi
merupakan
polysinaptic
reflex
pathway
yang
menyebabkan
tangan
atau
kaki
tertarik
saat
ada
rangsang
nyeri,
misalnya
terkena
peniti
atau
kompor
panas.
Refleks
ini
terjadi
dengan
jalur
divergen.
Saat
kaki
kontak
dengan
titik
paku,
nocireseptor
di
kaki
mengirim
sensor
informasi
ke
spinal
kord.
Disini
sinyal
akan
berdivergen
mengaktifkan
multiple
eksitatori
interneurons.
Beberapa
neuron
ini
akan
mengeksitasi
alpha
motor
neuron
menyebabkan
kontraksi
otot
fleksi
tungkai
yang
terstimulus.
Beberapa
interneuron
secara
simultan
mengaktivasi
inhibitory
interneurons
yang
menyebabkan
relaksasi
sekelompok
otot
antagonis.
Karena
inhibisi
resiprok
inilah,
tungkai
akan
fleksi,
menarik
dari
stimulus
nyeri.
Tipe
refleks
ini
membutuhkan
waktu
lebih
banyak
dari
pada
stretch
reflex
karena
lebih
polysinaptic.
Saat
lengkung
refleks
untuk
menghindari
stimulus
nyeri
diinisiasi
di
sebuah
kaki,
kaki
yang
berlawanan
juga
akan
mempersiapkan
diri
sehingga
orang
tersebut
tidak
kehilangan
keseimbangan.
Tidak
semua
aktivitas
refleks
melibatkan
lengkung
refleks
yang
jelas,
meskipun
begitu
prinsip
dasar
refleks
tetap
ada.
Ada
jenis
refleks
yang
dimediasi
baik
oleh
neuron
atau
hormon
maupun
keduanya,
ada
pula
yang
tidak
melibatkan
keduanya.
2.
Korteks
motorik
Korteks
motorik
primer
(Area
Broadmann
4),
tersusun
secara
somatotopis
sebagai
pemetaan
motorik
kontralateral.
Respresentasi
dari
kepala
ditemukan
di
bagian
lateral,
dekat
dengan
fisura
lateral,
diikuti
dengan
tangan,
anggota
gerak
atas
dan
bawah,
serta
batang
tubuh
terletak
lebih
ke
medial.
Area-area
ini
dipetakan
dengan
cara
stimulasi
area
dari
korteks
motorik
dan
mengobservasi
pergerakan
otot-ototnya.
Area yang berdekatan dengan area motorik primer adalah area premotorik. (Area
Broadmann
6).
Stimulasi
neuron
pada
area
ini
juga
menginduksi
terjadinya
gerakan
motorik
pada
tubuh.
Neuron
ini
memproyeksikan
akson
menuju
korteks
motorik
primer,
area
subkortikal,
dan
melalui
medula
spinalis.
Dua
area
premotorik
utama
adalah
korteks
premotorik
yang
terletak
pada
bagian
lateral
dari
hemisfer,
dan
korteks
motorik
suplementer
yang
terletak
pada
aspek
medial
serta
superior
dari
hemisfer.
Jaras
saraf
yang
berasal
dari
area
4
dan
area
kortikal
yang
berada
di
dekatnya
bersama-sama
membentuk
traktus
piramidal,
yang
merupakan
koneksi
tercepat
dan
paling
langsung
antara
area
motorik
primer
dengan
neuron
motorik
dari
kornu
anteriro.
Sebagai
tambahan,
area
kortikal
lain
(terutama
ganglia
basalis)
berpartisipasi
pada
kontrol
gerakan.
Area
ini
membentuk
lengkung
kompleks
umpan
balik
antara
satu
dengan
yang
lain
dan
dengan
korteks
motorik
primer
serta
cerebellum.
Fungsinya
terutama
untuk
memodulasi
gerakan
dan
meregulasi
tonus
otot.
medula
spinalis
sebagai
jaras
kortikospinal
lateral.
Sekitar
90
%
dari
jaras
traktus
piramidalis
berakhir
pada
sinaps
interneuron,
yang
kemudian
mentransmisikan
impuls
motorik
ke
neuron
motorik
besar
kornu
anterior,
dan
juga
ke
neuron
motorik
yang
lebih
kecil.
2.2
Jaras
Kortikonuklear
(Kortikobulbar)
Beberapa
jaras
traktus
piramidalis
bercabang
dari
jalur
utama
traktus
ketika
melewati
mesencephalon
dan
kemudian
mengambil
jalan
ke
lebih
dorsal
menuju
nukleus
motorik
nervus
kranialis.
Jaras
yang
menyuplai
nukleus-nukleus
batang
otak
ini
sebagian
menyilang,
dan
sebagian
lagi
tidak
menyilang.
Nukleus
yang
menerima
input
traktus
piramidalis
adalah
yang
memediasi
gerakan
volunter
dari
muskulatur
kranial
lewat
nervus
kranialis
V,
II,
IX,
X,
XI,
dan
XII.
Traktus kortikomesencephalic berasal dari area lapang mata frontal yang kemudian
berjalan
tandem
dengan
trkatus
piramidalis
(di
sebelah
rostral,
pada
kapsula
interna
bagian
posterir)
dan
kemudian
menuju
dorsal
ke
arah
nukleus-nukleus
nervus
kranialis
yang
memediasi
gerakan
mata,
seperti
N.
III,
IV,
dan
VI.
Area
8
menginervasi
otot-otot
mata
secara
sinergis.
Traktus motorik pada medula spinalis secara anatomis dan fisiologis terbagi dalam 2
grup
:
grup
lateral,
terdiri
dari
traktus
kortikospinal
dan
rubrospinal,
serta
grup
medial
yang
terdiri
dari
traktus
retikulospinal,
vestibulospinal,
dan
tectospinal.
Traktus
lateral
bertanggung
jawab
terhadap
gerakan
volunter
untuk
tangan
dan
lengan
bawah
untuk
kontrol
motorik
detail
yang
membutuhkan
ketepatan
tinggi.
Traktus
medial,
sebaliknya
menginervasi
neuron
motorik
yang
terletak
lebih
medial
pada
kornu
anterior
dan
bertanggung
jawab
untuk
gerakan
batang
tubuh
serta
tungkai
bawah.
3.
Traktus
Ekstrapiramidalis
3.1
Traktus
vestibulospinal
Sistem
vestibular
terlibat
dalam
kontrol
keseimbangan.
Nukleus-nukleus
keseimbangan
terdiri
dari
4
neuron
grup
utama,
yang
secara
garis
besar
dikelompokkan
menjadi
grup
medial
dan
lateral.
Nukleus-nukleus
ini
terletak
pada
pontomedullary
junction.
Tiga
dari
nukleus
ini,
lateral
(Deiters),
dan
inferior
menjadi
tempat
terminasi
sentral
dari
jaras
vestibular
aferen
yang
disupply
organ
otolitik
(utrikula
dan
sakula)
dari
labirin.
Jaras
vestibular
aferen
menyuplai
ujung
kanalis
semisirkular
terutama
di
superior.
Sebagai
tambahan,
nukleus-nukleus
vestibular
juga
menerima
input
dari
medula
spinalis,
cerebellum,
formasio
retikularis,
dan
pusat
yang
lebih
tinggi.
menuju
medula
spinalis,
nukleus
okulomotor,
cerebellum,
dan
formasio
retikularis.
Aktivitas
vestibular
juga
mencapai
thalamus,
colliculus
superior,
dan
pusat
yang
lebih
tinggi.
(TVSL)
dan
traktus
vestibulospinal
medial
(TVSM).
Dua
traktus
ini,
yang
terletak
pada
funikulus
anterior
dan
anteromedial,
bekerja
secara
primer
pada
apparatus
motorik
yang
mengontrol
otot-otot
proksimal
dan
menjadi
penting
pada
regulasi
keseimbangan
postural.
Traktus
vestibulospinal
lateral
tidak
menyilang
dan
secara
primer
berasal
dari
nukleus
vestibular
lateral.
Beberapa
dari
jaras
pentingnya
berjalan
sepanjang
medula
spinalis
;
mereka
dapat
bercabang
untuk
menginervasi
regio
tertentu
sewaktu
mereka
berjalan.
Nukleus
lateralis
tersusun
secara
somatotopis
:
neuron
yang
terproyeksi
ke
level
lebih
rendah
dari
medula
spinalis
terletak
pada
bagian
posterior
dan
distal
dari
nukleus,
sedangkan
neuron
yang
berakhir
pada
level
yang
lebih
tinggi
terletak
lebih
anterior
dan
rostral.
Level
yang
lebih
bawah
menerima
proyeksi
yang
sangat
banyak
dari
vermis
cerebellum,
sedangkan
regio
level
yang
lebih
atas
menerima
input
yang
sangat
banyak
dari
jaras
aferen
vestibular.
TVSL
berakhir
pada
lamina
VIII
dan
bagian
dari
lamina
VII
;
mereka
bekerja
pada
neuron
alpha
dan
gamma.
Aksi dominan dari traktus vestibulospinal lateral adalah memproduksi kontraksi otot-
otot
ekstensor
(anti
gravitasi)
dan
relaksasi
otot-otot
fleksor.
Pada
kasus
dari
leher,
batang
tubuh,
dan
beberapa
otot-otot
ekstensor
tungkai
bawah,
kontraksi
diproduksi
oleh
eksitasi
langsung
(monosinaps)
neuro
motorik.
melalu
aksinya
pada
interneuron
inhibisi
atau
eksitasi.
Pola
predominan
dari
aksi
rubrospinal
adalah
memfasilitasi
neuron
motorik
fleksor
dan
menginhibisi
otot
ekstensor
yang
berhubungan,
melalui
interneuron.
Traktus
rubrospinal
bertanggung
jawab
terhadap
kontrol
dari
ekstremitas
yang
membutuhkan
gerakan
halus.
Kontrol
traktus
rubrospinal
terhadap
input
aferen
yang
menuju
medula
spinalis
adalah
berupa
inhibisi
presinaps
yang
beraksi
di
bagian
posterior
sentral
kornu
terminal
dari
organ
tendon
Golgi
dan
resptor
di
kutan.
3.3
Traktus
Retikulospinal
Traktus
retikulospinal
merupakan
traktus
motorik
ekstrapiramidal
yang
turun
dari
formasio
retikularis
dalam
dua
jalur
yang
memberi
persarafan
kepada
batang
tubuh
dan
otot-otot
proksimal
ekstremitas.
Traktus
ini
berperan
utama
sebagai
lokomotor
dan
kontrol
postural.
(pontine)
dan
lateral
(medullary).
Traktus
retikulospinal
medial
berperan
dalam
merangsang
otot-otot
ekstensor.
Serat
traktus
ini
berasal
dari
caudal
pontine
reticular
nucleus
dan
oral
pontine
reticular
nucleus.
Traktus
retikulospnalis
lateral
berperan
dalam
menghambat
otot-otot
ekstensor
aksial.
3.4
Traktus
Tektospinal
Pada
manusia,
traktus
tektospinal
berperan
menkordinasi
gerakan
kepala
dan
mata.
Traktus
tektospinal
menghubungkan
tektum
mesensefalon
dengan
korda
spinalis,
yang
berperan
memediasi
refleks
pergerakan
postural
kepala
terhadap
rangsangan
visual
dan
auditorik.
Traktus
ini
berasal
dari
kolikulus
superior
yang
aferennya
berasal
dari
nukleus
visual,
kemudian
terproyeksi
ke
nukleus
okulomoter,
troklear,
dan
abdusen.
Traktus
tersebut
kemudian
turun
ke
korda
spinalis
servikalis
dan
berakhir
pada
Rexed
laminae
VI,
VII,
dan
VIII
untuk
mengkordinasi
gerakan
kepala,
leher,
dan
mata,
terutama
terhadap
respons
visual.
4.
Cerebellum
Bersama
dengan
ganglia
basalis,
cerebellum
membentuk
bagian
dari
lengkung
motorik
ekstensif
berhubungan
dengan
fungsi
inisiasi
dan
koordinasi
gerakan.
Cerebellum
merupakan
pusat
integrasi
untuk
aferen
sensoris
dan
input
lain.
Cerebellum
menerima
input
aferen
dari
jaras
spinal
asending,
korteks
cerebral,
mata,
dan
apparatus
vestibular.
Secara fungsinya, cerebellum dapat dianggap sebagai tiga kompartemen atau modul
terpisah,
di
mana
masing-masing
kompartemen
terdiri
dari
area
korteks
cerebellum
yang
berhubungan
dengan
dengan
substansia
alba
dan
nuklei-nya
yang
terletak
dalam.
Ketiga
kompartemen
tersebut
adalah
vestibulocerebellum,
spinocerebellum,
dan
pontocerebellum.
Pasien
tidak
dapat
berdiri
seimbang
(astasia),
dan
tidak
dapat
mempertahankan
keseimbangan
ketika
berjalan
(abasia).
Ataksia
merupakan
hasil
dari
ketidakmampuan
otot
untuk
berkoordinasi.
Pasien
cenderung
untuk
jatuh
ke
samping,
belakang,
atau
ke
depan.
Ketika
berdiri,
pasien
cenderung
berdiri
dengan
kaki
yang
lebih
lebar
daripada
orang
normal
;
hal
ini
untuk
mengkompensasi
kehilangan
keseimbangan.
Sebagai
tambahan,
pasien
dapat
mengalami
tremor
aksial
dan
kepala.
2. Kompartemen
spinocerebellum
Kompartemen
ini
terdiri
dari
zona
vermis
yang
berdekatan
dan
intermediate.
Kompartemen
ini
menerima
input
dari
jaras
spinocerebellum
dorsal,
ventral,
dan
cuneocerebellum.
Melalui
input
ini,
cerebellum
memonitor
posisi
tubuh
dan
gerakan,
berhubungan
dengan
kontrol
muskulatur
aksis
dan
anggota
gerak.
Peran
utama
dari
kompartemen
ini
adalah
mempertahankan
postur
tubuh
sebagai
sistem
regulator
anti
gravitasi.
Spinocerebellum
mengontrol
level
tegangan
otot
atau
tonus
yang
dibutuhkan
untuk
mempertahanlan
postur
ketika
berdiri
atau
berjalan.
3. Kompartemen
pontocerebellum
Kompartemen
ini
merupakan
zona
terbesar,
menerima
mayoritas
inputnya
dari
aferen
yang
sudah
menyilang
dari
nukleus
basal
pons
melewati
peduncus
cerebellum
media.
Jaras
mayor
berasal
dari
korteks
cerebral
menuju
ke
nukleus
pons
ipsilateral
dan
jaras
aferen
yang
terletak
kolateral
dari
nukleus
dentatus.
Kompartemen
pontocerebellum
ini
berfungsi
untuk
merencanakan
dan
menentukan
waktu
gerakan
lengan,
tangan
serta
Ganglia
basalis
mengirimkan
input
eferen
mayor
menuju
ke
korteks
lewat
thalamus.
Thalamus
terkadang
disebutkan
sebagai
stasiun
relay
di
mana
memiliki
peran
mengintegrasikan
informasi
yang
diterima
dari
ganglia
basalis
dan
sumber-sumber
lain.
Nukleus
ventral
lateral
thalamus
menerima
input
dari
formatio
retikularis,
sedangkan
nukleus
ventral
anterior
thalamus
menerima
input
dari
korteks,
yang
terintegrasi
dengan
impuls
yang
berasal
dari
ganglia
basalis
;
fungsi
signifikan
dari
interaksi
ini
masih
belum
jelas,
namun
mungkin
memiliki
peranan
dalam
kontrol
level
kesadaran.
Input
menuju
ganglia
basalis
dari
thalamus
termasuk
aferen
penting
dari
nukleus
intralaminar
dari
thalamus
menuju
ke
neostriatum.
Informasi
ini
tergonasir
secara
topografi,
Jaras
terutama
berasal
dari
nukleus
kortikomedian
thalamus,
yang
menerima
serabut
jaras
dari
korteks
cerebral,
dan
jaras
dari
nukleus
kortikomedian
menuju
ganglia
basalis
berakhir
di
putamen.
Terdapat
sirkuit
ganglia
basalis
terpisah
yang
terletak
paralel
;
contohnya,
terdapat
dua
sirkuit
dasar,
terdiri
dari
jalur
langsung
dan
tidak
langsung.
Secara
general,
jalur
langsung
memfasilitasi
penjalaran
impuls
melalui
thalamus,
sedangkan
jalur
tidak
langsung
menginhibisi
impuls
yang
melewati
thalamus
;
sehingga
dapat
dikatakan
kedua
jalur
ini
memiliki
peran
sebagai
regulator
aktivasi
thalamus.
Jalur
langsung
:
Jaras
kortikofugal
eksitasi
terproyeksi
ke
striatum,
di
mana
jaras
inhibisi
melewati
ke
segmen
internal
globus
pallidus
dan
pars
reticulata.
Dari
segmen
internal
dan
pars
reticulatam
jaras
inhibisi
terproyeksi
ke
thalamus,
di
mana
mengirim
jaras
eksitasi
kembali
ke
korteks.
Sel-sel
inhibisi
pars
reticulata
dan
segmen
internal
berfungsi
secara
spontan,
kecuali
terinhibisi,
dan
secara
tonik
akan
menginhibisi
impuls
thalamus
ke
korteks.
Sehingga,
fungsi
dari
jalur
langsung
mengakibatkan
disinhibisi
thalamus
dan
eksitasi
kortikal.
Jalur
tidak
langsung
:
menginhibisi
impuls
thalamus
melalui
jalur
inhibisi
striatopallidal
yang
terproyeksi
ke
segmen
eksternal
dari
globus
pallidus.
Sel-sel
segmen
eksternal
bekerja
secara
spontan
dan
mengirim
secara
tonik
jaras
inhibisi
ke
nukleus
subthalamikus.
Striatum,
lewat
pallidum,
disinhibisi
nukleus
subthalamikus,
yang
juga
menerima
proyeksi
eksitasi
dari
korteks.
Hasilnya
adalah
berupa
inhibisi
dari
jalur
thalamokortikal.
Input
menuju
striatum
dari
korteks
cerebral
seluruhnya
merupakan
jalur
glutamatergik
eksitasi.
Jalur
dari
striatum
menuju
unit
ganglia
basalis
lain,
seperti
striatonigral
dan
striatopallidal
merupakan
jalur
inhibisi,
dan
dimediasi
oleh
neurotransmitter
-aminobutyric
acid
(GABA).
Terdapat
bukti
bahwa
substansi
P
peptida
merupakan
neurotransmitter
inhibisi
pada
jalur
striatonigral.
Jalur
dari
segmen
eksternal
menuju
segmen
internal
dari
globus
pallidus
juga
berfungsi
untuk
inhibisi,
dimediasi
oleh
GABA.
Korteks
juga
mengirim
jaras
glutamatergik
eksitasi
menuju
nukleus
subthalamus,
di
mana
kemudian
memproyeksikan
jaras
glutamatergik
menuju
segmen
internal
globus
pallidus.
Pola koneksi inhibisi dan eksitasi diantara komponen ganglia basalis menjelaskan
tentang
kontrol
motorik
alami
kompleks,
dan
dapat
memunculkan
hipotesis
mengenai
hubungan
diantara
mereka
untuk
diformulasikan.
Sebagai
contoh,
jika
korteks
mengeksitasi
striatum,
sebaliknya
hal
ini
akan
mengeksitasi
jalur
inhibisi
dari
striatum
menuju
globus
pallidus.
Supresi
globus
pallidus
akan
menghasilkan
penurunan
aksi
potensial
dari
jalur
inhibisi
globus
pallidus
menuju
thalamus,
dan
hasilnya
akan
berupa
stimulasi
eksitasi
thalamo-kortikal
dari
korteks
cerebral.
berasal
dari
substansi
nigra,
dan
terproyeksi
ke
globus
pallidus
dan
striatum,
serta
colliculus
superior.
Kehilangan
jalur
nigrostriatal
mengakibatkan
gejala
perkinson,
di
mana
hal
ini
merupakan
petunjuk
terhadap
peranan
dopamin
dan
nigrostriatal
dalam
kontrol
otot
ketika
beristorahat,
serta
dalam
inisiasi
gerakan.
dopamin
sebagai
neurotransmitter.
Terdapat
bukti
tentang
aksi
dopamin
di
striatum.
Mayoritas
badan
sel
di
di
striatum
merupakan
GABAergik,
neuron
proyeksi,
dan
juga
merupakan
interneuron
kolinergik.
Neuron
proyeksi
GABAergik
menuju
ke
globus
pallidus
mengandung
enkephalin,
di
mana
yang
terproyeksi
menuju
substansia
nigra
juga
mengandung
substansi
P
dan
dynorphin.
Di
striatum,
badan
sel
GABAergik
yang
terproyeksi
menuju
substansi
nigra
terutama
mengandung
reseptor
dopamin
D1
pada
permukaannya,
sedangkan
yang
terproyeksi
menuju
globus
pallidus
terutama
mengandung
reseptor
D2.
Badan
sel
interneuron
striatal
kolinergik
mengandung
baik
reseptor
D1
dan
D2.
sirkuit
kortikal-subkortikal
yang
mengontrol
proses
paralel
dari
gerakan
motorik.
Hasil
keluaran
ganglia
basalis
secara
keseluruhan
berupa
inhibisi
tonik
pada
aktivitas
motorik.
Jalur
yang
terlibat
adalah
jalur
langsung
dan
tidak
langsung.
Jalur
tersebut
dapat
seimbang
satu
sama
lain.
Adalah
mungkin
bahwa
dopamin
melalui
reseptor
D2
menghambat
jalur
tidak
langsung,
dan
melalui
resptor
D1
menstimulasi
jalur
langsung.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Hall
JE.
Guyton
and
Hall
Textbook
of
Medical
Physiology,
12th
ed.
Philladelphia:
Saunders
Elsevier.
2010.
p.119-33.
2. Baehr
M,
Frotscher
M.
Duus'
Topical
Diagnosis
in
Neurology:
Anatomy,
Physiology,
Signs,
Symptoms,
5th
ed.
Stuttgart:
Thieme
Medical
Publisher.
2012.
p.56-113.