Lo Hispospadia & Hidrokel (Revisi 1) Tanpa Konsep Anak
Lo Hispospadia & Hidrokel (Revisi 1) Tanpa Konsep Anak
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hipospadia adalah cacat bawaan berupa muara uretra (lubang kencing)
yang tidak terletak di ujung penis akibat kegagalan dalam proses
pembentukannya. Beberapa variasi lokasi meatus aretra dapat terjadi dari
glans penis sampai ke perineum. Lokasi meatus uretra tersebut
menunujukan waktu terjadinya gangguan pembentukan.
Kejadian hispospadia saat ini cenderung muncul pada 1 diantara 300
kelahiran bayi laki-laki. Di Amerika Serikat angka kejadian sekitar 308
diantara 1000 kelahiran bayi laki-laki dan angka meningkat 2 kali lipat dari
tahun 1970 hingga tahun 1993. Umumnya di Indonesia banyak terjadi kasus
hispospadia karena kurangnya pengetahuan para bidan saat menagani
kelahiran karena seharusnya anak yang lahir itu laki-laki namun karena
melihat lubang kencingnya dibawah maka di bilang anak itu perempuan.
Masalah yang di timbulkan akibat hipospadia dapat berupa masalah fungsi
reproduksi, psikologis maupun sosial.
Hidrokel merupakan penyakit yang sangat sering dijumpai pada anak
laki-laki, dimana terdapat penimbunan cairan pada kantong di bagian dalam
skrotum, yang membuat buah zakar tampak besar/bengkak. Hidrokel
merupakan kelainan yang sering dijumpai berupa pembengkakan pada
skrotum dan diperkirakan angka kejadiannya sebanyak 1 persen
dari populasi laki-laki dewasa. Kurang lebih satu dari sepuluh bayi laki-laki
mempunyai hidrokel saat lahir, tetapi kebanyakan hidrokel menghilang
tanpa tindakan dalam tahun pertama kehidupan.
Dalam makalah ini, pembaca akan diajak untuk memahami tentang
Konsep dasar keperawatan anak, konsep dasar penyakit hipospadia dan
hidrokel, serta asuhan keperawatan pasien dengan hipospadia dan hidrokel.
Dan makalah ini akan ditutup dengan contoh aplikasi kasus asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan yang akan
menjadi acuan bagi mahasiswa sebagai perawat yang bertindak sebagai
pemberi pelayanan keperawatan yang ada dimasyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi dan Fisiologi Genitalia Pria
Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari : penis, skrotum
(kantung zakar) dan testis (buah zakar). (Kadaryanto et al. 2006).
1) Penis
Penis terdiri dari:
a. Akar (menempel pada dinding perut)
b. Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
c. Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut)
Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih)
terdapat di ujung glans penis. Dasar glans penis disebut korona. Pada pria
yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium) membentang
mulai dari korona menutupi glans penis. Badan penis terdiri dari 3
rongga silindris (sinus) jaringan erektil:
1. 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus,
terletak bersebelahan.
2. Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi
uretra. Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih
besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).
Gambar 1: Penis
2) Skrotum
Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan
melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol
suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis
harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu
tubuh.
Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau
mengencang sehingga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan
suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya
menjadi lebih hangat).
Gambar 2: Skrotum
3) Testis
Gambar 3 : Testis
Struktur bagian dalam alat kelamin pria terdiri dari : vas deferens, uretra,
kelenjar prostat dan vesikula seminalis. Alat kelamin dalam pria terbagi atas
3 bagian:
1) Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis.
Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam
uretra dan membentuk duktus ejakulatorius. Struktur lainnya (misalnya
pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas deferens dan
membentuk korda spermatika.
2) Uretra
Uretra berfungsi 2 fungsi:
1. Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung
kemih
2. Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.
Gambar 5: Uretra
3) Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul
dan mengelilingi bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar
walnut dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Prostat
mengeluarkan sekret cairan yang bercampur sekret dari testis, perbesaran
prostate akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urin.
Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50
kelenjar yang terbagi atas 4 lobus, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Lobus lateral
Lobus anterior
Lobus medial
Lobus posterior
Fungsi Prostat ialah Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis
2.2 Hipospadia
1. Definisi Hipospadia
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah
dan spadon yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu
zakar (skrotum).
Hipospadia type Scrotal, lubang kencing berada tepat di bagian depan
pangkal penis.
Hipospadia type Mediana, lubang kencing berada di bawah bagian
dan membentuk glans. Bila terjadi agenesis dari mesoderm, maka genital
tubercle tak terbentuk, sehingga penis juga tak terbentuk. Bagian anterior dari
membrana kloaka, yaitu membrana urogenitalia akan ruptur dan membentuk
sinus. Sementara itu genital fold akan membentuk sisi-sisi dari sinus
urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu di atas sinus urogenitalia, maka
akan terjadi hipospadia.
Perkembangan urethra dalam utero dimulai sekitar usia 8 minggu dan
selesai dalam 15 minggu, urethra terbentuk dari penyatuan lipatan urethra
sepanjang permukaan ventral penis. Glandula Urethra terbentuk dari
kanalisasi furikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands untuk menyatu
dengan lipatan urethra yang menyatu. Hypospadia terjadi bila penyatuan
digaris tengah lipatan urethra tidak lengkap sehingga meatus urethra terbuka
pada sisi ventral penis. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai Chordee,
pada sisi ventral menyebabkan kuruatura (lingkungan) ventral dari penis.
Hal ini diduga akibat dari perbedaan pertumbuhan antara punggung
jaringan normal tubuh kopral dan uretra ventral dilemahkan dan jaringan
terkait. Pada kondisi yang lebih jarang, kegagalan jaringan spongiosum dan
pembentukan fasia pada bagian distal meatus uretra dapat membentuk balutan
berserat yang menarik meatus uretra sehingga memberikan kontribusi untuk
terbentuknya suatu korda.(Mutaqqin 2011). Fusi dari garis tengah dari lipatan
uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral
dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan
yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis,
hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan
menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa
yang dikenal sebagai chordee pada sisi ventral menyebabkan kurvatura
(lengkungan) ventral dari penis.
Hipospadia terjadi dari pengembangan tidak lengkap uretra dalam rahim.
Penyebab pasti cacat diperkirakan terkait dengan pengaruh lingkungan dan
hormonal genetik (Sugar 1995). Perpindahan dari meatus uretra biasanya
tidak mengganggu kontinensia kemih.
Namun, stenosis pembukaan dapat terjadi, yang akan menimbulkan
obstruksi parsial outflowing urin. Hal ini dapat mengakibatkan ISK atau
hidronefrosis (Kumor, 1992). Selanjutnya, penempatan ventral pembukaan
12
urethral bisa mengganggu kesuburan pada pria dewasa, jika dibiarkan tidak
terkoreksi (Jean Weiler Ashwill, 1997).
5. Pemeriksaan Diagnostik Hipospadia
Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
atau bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung
diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan berikut untuk
mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada ginjal sebagai komplikasi
maupun kelainan bawaan yang menyertai hipospadia (Corwin, 2009).
1. Rontgen.
2. USG sistem kemih kelamin.
3. BNO-IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan
kongenital ginjal.
4. Kultur urine (Anak-hipospadia)
6. Penatalaksanaan Hipospadia
Untuk penatalaksanaan hipospadia pada bayi dan anak biasanya
dilakukan dengan prosedur pembedahan. Tujuan prosedur pembedahan pada
hipospadia adalah:
a. Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee.
b. Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis
(Uretroplasti).
c. Untuk mengembalikan aspek normal dari genitalia eksterna (kosmetik).
Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan malformasinya. Pada
hipospadia glanular uretra distal ada yang tidak terbentuk, biasanya tanpa
recurvatum, bentuk seperti ini dapat direkonstruksi dengan flap lokal
(misalnya, prosedur Santanelli, Flip flap, MAGPI (meatal advance and
glanuloplasty), termasuk preputium plasty.
Terdapat berbagai macam teknik pembedahan, yang populer adalah
tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan Devine.
1) Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:
a) Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan
terowongan yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 12 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang
abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium bagian
dorsal dan kulit penis.
13
2.3 Hidrokel
1. Definisi Hidrokel
Hidrokel berasal dari dua kata yaitu hydro (air ) dan cell (rongga/celah).
Dapat diartikan secara harfiah bahwa hidrokel adalah adanya penumpukan
air pada rongga khususnya pada tunika vaginalis (Behram, 2000).
Hidrokel adalah penimbunan cairan pada dalam selaput yang membungkus
testis, yang menyebabkan pembekakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya
14
karena ada gangguan pada pembentukan alat genitalia external, yaitu kegagalan
penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga prut kedalam skrotum. Cairan
peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap
didalam skrotum sehingga skrotum membengkak (Pramono, Budi. 2008).
15
Klasifikasi
a. Berdasarkan kapan terjadinya yaitu:
a) Hidrokel primer terlihat pada anak-anak akibat kegagalan penutupan
prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu diventrikum peritoneum
embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika
vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan
sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan
diabsorbsi.
b) Hidrokel sekunder pada orang dewasa hidrokel sekunder cenderung
berkembang lambat dalam suatu masa dianggap sekunder terhadap obstruksi
aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis.
Keadaan ini dapat terjadi karena radang atau karena suatu proses neoplastik.
Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya
produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah
yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.
b. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis
16
17
19
Operasi
Nyeri
Menekan
Obstruksi aliran
limfepembuluh dara
(HIDROKEL)
Atrofi
Pembe
berat dan besar di daerah skortum. Benjolan atau massa kistik yang lunak
dan kecil pada pagi hari dan membesar serta tegang pada malam hari.
Tergantung pada jenis dari hidrokel biasanya benjolan tersebut berubah
ukuran atau volume sesuai waktu tertentu.
Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya kantong hidrokel
tidak berubah sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan, kantong hidrokel
besarnya dapat berubah-ubah yang bertambah besar pada saat anak
menangis. Pada riwayat penyakit dahulu, hidrokel testis biasa disebabkan
oleh penyakit seperti infeksi atau riwayat trauma pada testis.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi Skrotum akan tampak lebih besar dari yang lain. Palpasi
pada skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau
lunak tergantung pada tegangan di dalam hidrokel, permukaan biasanya
halus. Palpasi hidrokel seperti balon yang berisi air. Bila jumlah cairan
minimum, testis relatif mudah diraba. Sedangkan bila cairan minimum,
testis relatif mudah diraba. Juga penting dilakukan palpasi korda
spermatikus di atas insersi tunika vaginalis. Pembengkakan kistik karena
hernia atau hidrokel serta padat karena tumor. Normalnya korda spermatikus
tidak terdapat penonjolan, yang membedakannya dengan hernia skrotalis
yang kadang-kadang transiluminasinya juga positif. Pada Auskultasi
dilakukan untuk mengetahui adanya bising usus untuk menyingkirkan
adanya hernia.
Langkah diagnostik yang paling penting adalah transiluminasi massa
hidrokel dengan cahaya di dalam ruang gelap. Sumber cahaya diletakkan
pada sisi pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia,
penebalan tunika vaginalis dan testis normal tidak dapat ditembusi
sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga
yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel. Hidrokel berisi
cairan jernih, straw-colored dan mentransiluminasi (meneruskan) berkas
cahaya.
Hidrokel biasanya menutupi seluruh bagian dari testis.Jika hidrokel
muncul antar 18 35 tahun harus dilakukan aspirasi. Massa kistik yang
terpisah dan berada di pool atas testis dicurigai spermatokel. Pada aspirasi
akan didapatkan cairan kuning dari massa skortum. Berbeda dengan
21
2. Torsi Testis
22
23
24
25
26
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Hipospadia
3.1.1 Pengkajian Hipospadia
1. Identitas
Usia
: ditemukan saat lahir
Jenis kelamin : hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling sering
terjadi pada laki-laki dengan angka kemunculan 1:250 dari kelahiran hidup
(Brough, 2007).
2. Keluhan Utama
Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau
didasar penis, penis melengkung kebawah, penis tampak seperti
berkerudung karena adanya kelainan pada kulit dengan penis, jika
berkemih anak harus duduk (Muslihatum, 2010).
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang: Pada umumnya pasien dengan hipospadia
ditemukan adanya lubang kencing yang tidak pada tempatnya sejak
lahir dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu: Biasanya pasien dengan hipospadia
ditemukan adanya penis yang melengkung kebawah adanya lubang
kencing tidak pada tempatnya sejak lahir
c. Riwayat Kongenital
1) Penyebab yang jelas belum diketahui.
2) Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
3) Lingkungan polutan teratogenik (Muscari, 2005).
4. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran: Hipospadia terjadi karena adanya
hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke-10 sampai
minggu ke-14 (Markum, 1991).
5. Activity Daily Life
a. Nutrisi: Tidak ada gangguan
b. Eliminasi: anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran
dalam mengarahkan aliran urinnya, bergantung pada keparahan
anomali, penderita mungkin perlu mengeluarkan urin dalam posisi
27
28
3.1.3
Intervensi Hipospadia
Intervensi Pre-Operasi
No Diagnosa Kep
1 Ansietas (anak
dan orang tua)
b.d
proses
pembedahan
(uretroplasti).
Tujuan/Kriteria Hasil
Intervensi
Tujuan: anak dan orang 1. Jelaskan pada anak dan orang tua
tua
mengalami
tentang prosedur bedah dan perawatan
penurunan rasa cemas
pasca operasi yang diharapkan.
yang ditandai oleh
ungkapan pemahaman
tentang prosedur bedah.
Kriteria hasil: anak 2. Gunakan gambar dan boneka ketika
menunjukan sikap yang
menjelaskan prosedur kepada anak.
lebih
tenang
dan
Jelaskan bahwa pembedahan dilakukan
kooperatif.
dengan cara memperbaiki letak muara
uretra. Jelaskan juga kateter urine
menetap akan dipasang, dan bahwa
anak perlu direstrein untuk mencegah
supaya anak tidak berusaha melepas
kateter. Beri tahu mereka bahwa anak
mungkin dipulangkan dengan keadaan
terpasang kateter.
3. Beri
anak
kesempatan
untuk
mengekspresikan rasa takut dan
fantasinya.
Rasional
1. Menjelaskan rencana pembedahan dan
pasca operasi membantu meredakan rasa
cemas dan takut, dengan membiarkan
anak dan orang tua mengantisipasi dan
mempersiapkan peristiwa yang akan
terjadi.
2. Simulasi
dengan
mempergunakan
gambar dan boneka untuk menjelaskan
prosedur
dapat
membuat
anak
memahami konsep yang rumit.
3. mengekspresikan
rasa
takut
memungkinkan anak menghilangkan
rasa takutnya, dan memberi anda
kesempatan untuk mengkaji tingkat
29
kognitif
dan
kemampuan
untuk
memahami kondisi, serta perlunya
pembedahan.
Intervensi Post-Operasi
No
1
Diagnosa Kep
Nyeri
berhubungan
dengan
tindakan post
operasi
Tujuan/Kriteria hasil
Tujuan: anak akan
memperlihatkan
peningkatan
rasa
nyaman yang ditandai
oleh tingkah laku yang
lebih
tenang
dan
ekspresi
nyeri
berkurang.
Resiko infeksi Tujuan: anak tidak
(traktus
mengalami infeksi yang
urinarius) yang ditandai oleh hasil
berhubungan
urinalisis normal dan
dengan invasi suhu tubuh kurang dari
kateter
37,8oC (tidak terjadi
kenaikan suhu tubuh
yang menjadi salah satu
ciri terjadinya infeksi)
Intervensi
Rasional
1. Kolaborasi dalam pemberian analgesic 1. Pemberian obat analgesik untuk
sesuai program.
meredahkan nyeri.
2. Pastikan kateter anak dipasang dengan 2. Penempatan kateter yang tidak tepat
benar, serta bebas dari simpul.
dapat menyebabkan nyeri akibat
drainase yang tidak adekuat, atau
gesekan akibat tekanan pada balon yang
digembungkan.
1. Pertahankan kantong drainase kateter
dibawah garis kandung kemih dan
pastikan bahwa selang tidak terdapat
simpul dan kusut.
2. Gunakan
tekni
aseptic
ketika
mengosongkan kantong kateter.
3. Pantau urine anak untuk pendeteksian
kekeruhan atau sedimentasi. Juga periksa
balutan bedah setiap 4 jam, untuk
mengkaji bila tercium bau busuk atau
drainase purulen; laporkan tanda-tanda
tersebut kepada dokter dengan segera.
4. Peningkatan
asupan
cairan
dapat
30
Ansietas
(orang tua)
yang
berhubungan
dengan
penampilan
penis anak
setelah
pembedahan
31
Defisit
pengetahuan
orang tua b.d
diagnosa,
prosedur
pembedahan
dan perawatan
setelah operasi
Tujuan:
orang
tua 1. Ajarkan orang tua tanda serta gejala
mengekspresikan
infeksi saluran kemih atau infeksi pada
pemahaman
tentang
area insisi, termasuk peningkatan suhu,
instruksi
perawatan
urine keruh, dan drainase purulen dari
pasca operasi untuk
insisi
diterapkan di rumah, 2. Ajarkan orang tua cara merawat kateter
dan penis, termasuk membersihkan
dan mendemonstrasikan
daerah sekeliling kateter, mengosongkan
prosedur
perawatan
kantong drainase dan memfiksasi kateter;
dirumah.
jelaskan pentingnya memantau warna
serta kejernihan urine
3. Anjurkan orang tua untuk mencegah anak
untuk
tidak
mengambil
posisi
mengangkang, saat mengendarai sepeda
atau menunggang kuda
4. Apabila dibutuhkan, ajarkan orang tua
tentang tujuan dan penggunaan obat
antibiotik serta obat-obatan, untuk
spasme kandung kemih (meperidin
hidroklorida
[Demerol],
asetaminofen[Tylenol]); jelaskan juga
perincian tentang pemberian, dosis dan
efek samping
32
33
3.5
35
3.2.3
Intervensi Hidrokel
36
2.
3.
4.
5.
1
a
b
c
d
e
f
37
1
a
b
c
d
1
a
3.31
kecemasan yang berlebihan.
3.34
3.35
Dx 4: Ansietas pada orang tua berhubungan dengan kondisi anaknya
3.36
Tujuan dan kriteria hasil:
3.37
Diharapkan setelah dilakukan intervensi, orangtua memahami dan mengerti tentang prognosa dan diagnose penyakkit yang
dialami oleh anaknya, dengan kriteria hasil:
Cemas yang dialami orangtua klien berkurang bahkan hilang.
3.38
Intervensi
3.39
Rasional
Beritahu dan jelaskan tentang prognosa dan diagnosia penyakit/ a Menghilangkan
kecemasan
orangtua
klien
karena
yang dialami oleh anaknya.
ketidaktahuan tentang prosedur.
Jelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap anaknya b Menghilangkan
kecemasan
orangtua
klien
karena
sebelum tindakan dilakukan.
ketidaktahuan tentang prosedur.
Libatkan orangtua dalam perawatan terhadap anaknya.
c Mengindari persepsi yang salan dan membantu menghilangkan
Berikan informasi bahwa penyakit ini
kecemasan pada anak.
d Menghilangkan
kecemasan
orangtua
klien
karena
ketidaktahuan tentang prosedur.
3.40
INTRA OPERASI
3.41
Dx 1: Resiko tinggi terjadi hipotermi akibat suhu di ruangan.
3.42
Tujuan dan kriteria hasil:
3.43
Setelah dilakukan intervensi, klien tidak mengalami hipotermia dengan kriteria hasil:
Tidak menggigil
3.44
Intervensi
3.45
Rasional
Berikan alat pemanas pada saat pembedahan.
a Agar tidak terjadi hipotermi.
3.46
3.47
Dx 2: Resiko cedera berhubungan dengan posisi yang kurang tepat
3.48
Tujuan dan kriteria hasil:
3.49
Diharapkan setelah dilakuakan intervensi, klien tidak mengalami dekubitus dengan kriteria hasil:
38
a
b
3
1
a
b
c
d
39
1
a
b
c
d
1
a
b
c
d
e
40
3.76
41
3.77
3.78
BAB IV
APLIKASI TEORI
3.79
4.1 Skenario Kasus Hipospadia
3.80
Ny.T datang dengan anaknya An.Z (1 tahun) ke RSI Jemursari
Surabaya. Ny.T mengatakan bahwa pancaran air kencing anaknya tidak
lurus dan merembes. Ny.T mengatakan bahwa sejak dilahirkan An.Z memiliki
kelainan pada bagian alat kelaminnya dan, setelah dilakukan pemeriksaan
oleh dokter didapatkan adanya kemerahan pada daerah skrotum, lubang penis
tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di dasar penis, penis melengkung
ke bawah, penis tampak seperti berkerudung, karena adanya kelainan pada
kulit depan penis. Ny.T terus bertanya-tanya tentang penyakit anaknya dan
terlihat sangat cemas.
3.81
4.2 Asuhan Keperawatan Hipospadia
A. PENGKAJIAN
3.82
Nama Mahasiswa : Endang Soekamti
3.83
NIM
: 130012000
3.84
Rumah Sakit
: RSI A. Yani Surabaya
3.85
Ruangan
: Hijir Ismail
3.86
Tgl/ jam pengkajian : 01 Maret 2015/ 08.00 WIB
3.87
IDENTITAS KLIEN
3.88
Nama
: An. Z
3.89
Umur
: 1 tahun
3.90
Jenis kelamin
: Laki-laki
3.91
Pendidikan
:3.92
Alamat
: Surabaya
3.93
Tanggal/Jam MRS
: 01 Maret 2015/ 08.00 WIB
3.94
No.Register
: 210812
3.95
Diagnosa Medis
: Hipospadia
3.96
3.97
3.98
IDENTITAS ORANG TUA/ WALI:
3.99
3.100
3.101
3.102
3.103
3.104
3.105
3.113
3.114
Nama Ayah
Umur
Agama
Suku/ Bangsa
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
: Tn. L
: 33 tahun
: Islam
: Jawa/Indo
: Guru
: Sarjana
: Surabaya
3.106
3.107
3.108
3.109
3.110
3.111
3.112
Nama Ibu
Umur
Agama
Suku/ Bangsa
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
: Ny. T
: 27 tahun
: Islam
: Jawa/Indo
: Guru
: Sarjana
: Surabaya
42
3.115
43
3.137 Ibu px mengatakan, px diasuh sendiri oleh ibu dan ayahnya, tetapi
di waktu pagi hari px diasuh oleh neneknya karena orang tua harus
bekerja.
b. Hubungan dengan anggota keluarga:
3.138 Hubungan px dengan anggota keluaraganya baik dan pasien sangat
dekat dengan ibu dan neneknya.
c. Hubungan dengan teman sebaya:
3.139 Ibu px mengatakan setelah px mengalami sakit, px cenderung tidak
suka bermain dengan teman sebayanya dan lebih suka berdiam diri di
rumah.
d. Pembawaan secara umum:
3.140 Saat sakit px terlihat lemah, pucat dan badannya terlihat kurus.
3.141
3.142
3.143
3.144
3.145
3.146
Kebutuhan Dasar
a. Pola Makan
3.147
3.148
N
Keteranga
n
3.149
Se
belum
Sakit
3.151
1
3.152
Frekuensi
3.153
1-2
kali sehari
3.155
2
3.156
Jenis Menu
3.159
3
3.160
Komposisi
3.163
4
3.164
Porsi
3.167
5
3.168
Kesukaan
3.171
3.172
Riwayat
6
Alergi
3.175
7
3.176
Keluhan
3.157
Na
si
3.161
Na
si + Lauk
3.165
Se
dang
3.169
Ca
milan
3.173
3.177
3.150
Saat
Sakit
3.154
1kali
sehari
3.158
Nasi
3.162
Nasi
+Lauk
3.166
3
Sendok
3.170
3.174
3.178
Anor
eksia
b. Pola tidur
44
3.179 3.180
N
Keteranga
n
3.183 3.184
Jumlah
1
jam tidur siang
3.181
Se
belum
Sakit
3.185
2
jam
3.187 3.188
Jumlah
2
jam tidur malam
3.189
3.191 3.192
3
tidur
3.193
Gangguan
3.195 3.196
Perasaan
4
waktu tidur
3.207 3.208
1
rutin
Mobilitas
3.186
3.197
2
jam
3.190
8
jam
Se
3.194
3.198
gar
Say
u
3.201
Mi
num susu
1 gls
c. Pola aktivitas dan perawatan diri
Aktivitas
Saat
Sakit
jam
3.199 3.200
Kebiasaan
5
sebelum tidur
3.203 3.204
N
3.182
3.205
Se
belum
Sakit
3.209
No
rmal
Ser
3.202
Min
um susu 1
gls
3.206
Saat
sakit
3.210
Men
urun
3.211 3.212
Waktu
2
Senggang
3.213
3.214
3.215 3.216
3
Mandi
3.217
Ma
ndiri
3.218
Diba
ntu
3.219 3.220
4
Keramas
3.221
Di
bantu
3.222
Diba
ntu
3.223 3.224
5
Sikat Gigi
3.225
Di
bantu
3.226
Diba
ntu
3.227 3.228
6
n
Berpakaia
3.229
Di
bantu
3.230
Diba
ntu
3.231 3.232
7
Berhias
3.233
Di
bantu
3.234
Diba
ntu
3.235 3.236
8
Toileting
3.237
Di
bantu
3.238
Diba
ntu
3.239 3.240
Makan
3.241
Di
3.242
Diba
ing
Seri
ng
45
bantu
ntu
d. Pola Eliminasi
3.245
3.243
3.244
K
N
eterangan
3.253 3.254
Fr
1
ekuensi
3.259 3.260
P
2
ancaran
3.265 3.266
3
mlah
Ju
3.271 3.272
4
au
3.277 3.278
5
arna
3.249
Sebelu
m
saki
t
3.255
4x/hari
3.261
Kuat
3.267
450 cc
3.273
Khas
3.279
Kuning
kee
mas
an
3.283 3.284
P
6
erasaan
setelah
BAK
3.289 3.290
K
7
onsistens
i
3.295
3.296
3.285
Puas
3.291
-
Urine
3.250
Saat
s
a
k
it
3.256
2x/h
a
ri
3.262
Lem
a
h
3.268
250
c
c
3.274
Khas
3.280
Kuni
n
g
p
e
k
a
t
3.286
Kura
n
g
p
u
a
s
3.292
-
3.246
3.251
Sebelum
sakit
Alvi
3.252
Saat
s
a
k
it
3.257
1x/hari
3.258
-
3.263
Padat
3.264
-
3.269
-
3.270
-
3.275
Khas
3.276
-
3.281
Khas
3.282
-
3.287
Puas
3.288
-
3.293
Padat
3.294
-
46
3.297
3.298
3.299
3.300
3.301
3.302
a. Kepala leher
3.303
Inspeksi
3.304
Kepala : bentuk normal, rambut hitam
3.305
Mata : simetris, tidak ada secret berlebih, tidak ada gg.
penglihatan
3.306
Hidung : lubang simetris, tidak ada secret berlebih
3.307
Mulut : tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab
3.308
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada pembesaran
b.
c.
d.
e.
f.
g.
kelenjar tiroid
Integument/ Kulit
3.309
Inspeksi : warna kuli tkemerahan
3.310
Palpasi : turgor baik
Payudara/ Ketiak
3.311
Tidak dikaji
Thorak/ dada
3.312
Inspeksi : tidak ada tarikan intercosta, bentuk dada normal
Abdomen
3.313
Inspeksi : tidak terlihat pembesaran abdomen
3.314
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3.315
Perkusi : hipotympani
3.316
Auskultasi : tidak terdengar suara hiperperistaltik
Kelamin dan daerah sekitarnya
3.317
Genetalia: kelaianan bentuk meatus uretra di penis
3.318
Anus: Bersih, tidak ada lesi
Muskuloskeletal
3.319
Kek 3.321
uatan otot:
3.320
edem:
3.322
h. Neurologis: GCS 4, 5, 6
i. Pengkajian Nyeri: 3.323
a. Adaptasi sosial
3.324
Px dapat berkomunikasi dengan lingkungan sekitar dari orang
tua serta neneknya dengan baik.
b. Bahasa
47
3.325
48
3.338
3.339
N
ANALISA DATA
3.340
Data
3.343 3.344
DS:
1
3.345
Ny.T
mengatakan
sangat
khawatir
dengan
tindakan pembedahan
yang akan dilakukan.
3.346
DO:
3.347
Ny.T tampak
cemas dan gelisah
serta selalu bertanya
tentang
kondisi
penyakit
anaknya
kepada
petugas
kesehatan.
3.356 3.357
DS 2
3.358
DO:
3.359
Ny.T
terus
bertanya
tentang
kondisi anaknya pada
petugas kesehatan
3.368 3.369
DS:
3
3.370
Ny.T
mengatakan pancaran
kencing anaknya tidak
lurus dan merembes.
3.371
DO:
3.372
Terlihat Letak
Meatus uretra di penil
3.373
BAK
3x
sehari
3.341
Etiologi
3.342
M
asalah
3.348
Hipospo
dia
3.349
3.350
Pengolaa
n
3.351
3.352
Tindaka
n Pembedahan
Uretroplasty
3.353
3.354
Kecemas
an
3.355
A
nsietas
b.d
Tindakan
Pembeda
han
3.360
3.367
K
urang
Pengetah
uan b.d
tindakan
pembeda
han
Hipospo
dia
3.361
3.362
Pengolaa
n
3.363
3.364
Tindaka
n Pembedahan
Uretroplasty
3.365
3.366
Kurang
Pengetahuan
3.374
Hipospo
dia
3.375
3.376
meatus
urethra terbuka
pada sisi ventral
penis
3.377
3.378
Chordee,
pada sisi ventral
menyebabkan
kurvutura
3.379
g.
Eliminas
i Urine
b.d
Obstruks
i uretra
Uretra
49
(lengkungan)
ventral dari
penis
3.380
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Eliminasi Urine b.d kelainan pada uretra
2. Ansietas b.d Tindakan pembedahan
3. Kurang Pengetahuan b.d Tindakan Pembedahan
3.381
3.382
3.383
3.384
3.385
50
C. INTERVENSI
3.386 3.387 Diagnos
No is Keperawatan
.
Dx
3.391 3.396 Gg.
1.
Eliminasi Urine
3.392 b.d
kelainan
3.393 pada uretra
3.394 3.397
3.395
3.422
2
3.423
3.424
3.425
3.426
3.443
A
nsietas
(pada
orangtua
)
b.d
Tindaka
3.389 Intervensi
1
2
3
4
5
3.390 Rasional
3.420 Kolabrasi.
3.421 Intervensi bedah dilakukan mengatasi
6 Bentuk uretra dan meatusnya yang masalah gangguan eliminasi urine.
bermuara pada ujung penis (uretroplasti)
51
3.389 Intervensi
diharapkan
kecemasan
orangtua
3 Jelaskan semua prosedur dan apa yang
pasien teratasi
dirasakan selama prosedur kepada
dengan
orang tua/keluarga
kriteria hasil:
3.472
3.460
Ny.T
mampu
4 Berikan informasi faktual mengenai
mengidentifik
diagnosis, tindakan prognosis
asi
dan 5 Libatkan orangtua dalam perawatan
mengungkapk
terhadap anaknya
an
gejala
3.481
cemas
dan
mengungkapk
an kecemasan
dan
terlihat
lebih rileks.
3.461
Keluar
ga
menerti
terhadap
penjelasan
perawat dan
mampu
menjelaskan
3.390 Rasional
52
3.389 Intervensi
3.390 Rasional
kembali apa
yang
dijelaskan
3.483
D. IMPLEMENTASI
3.486 Diagno
sis
Keperawatan
3.490
3.503 03/ 3.505 Gg.
1
03/15 Eliminasi
3.504 08.00 Urine
b.d
3.491 WIB
kelainan pada
3.492
3.537 03/03/15 uretra
3.493
3.506
3.538 08.00
3.494 WIB
3.507
3.495
3.508
3.543 03/03/15
3.496
3.509
3.544 11.00
3.497 WIB
3.510
3.498
3.511
1 22/04/2013
3.499 3.549
3.512
0
3.487 Implementasi
1
3.520
5 gelas/hari
3.540
Anak tidak mengompol pada tempat
tidur tetapi di perlak yang sudah disediakan
3.546
3.551
Ny.T mengatakan seja sampai di
rumah sakit anaknya baru BAK 1x
3.489 P
araf
3.521
3.522
3.523
3.524
3.525
3.526
3.527
3.528
3.529
3.530
3.531
3.532
53
3.486 Diagno
sis
Keperawatan
3.487 Implementasi
5
3.513
3.514
3.515
3.516
3.517
3.518
3.519
3.489 P
araf
3.556
Ny.T tampak mengikuti instruksi dari
petugas kesehatan dengan baik
3.563
Ny.T mengatakan khawatir dengan
tindakan pembedahan yang akan dilakukan,
keluarga Terlihat cemas dan khawatir
3.533
3.534
3.535
3.565
54
Nama Ayah
Umur
Agama
Suku/ Bangsa
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
: Tn. L
: 33 tahun
: Islam
: Jawa/Indo
: Guru
: Sarjana
: Surabaya
3.606
3.607
3.608
3.609
3.610
3.611
3.612
Nama Ibu
Umur
Agama
Suku/ Bangsa
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
: Ny. S
: 27 tahun
: Islam
: Jawa/Indo
: Guru
: Sarjana
: Surabaya
makin membesar, daerah skrotum An.C pun mudah merah saat menggunakan
pakaian dalam.
3.616
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran:
d. Prenatal:
3.617 Ibu px mengatakan pada saat hamil selalu memeriksakan
kandungannya setiap bulan ke dokter spesialis kandungan.
e. Natal:
3.618 Ibu px mengatakan, px dilahirkan secara normal yang dibantu oleh
dokter spesialis kandungan di RSI Jemursari Surabaya.
f. Post Natal:
3.619 Ibu px mengatakan setelah px dilahirkan dahulu, diberi ASI
esklusif selama 6 bulan dan dibantu susu formula.
3.620
Riwayat Penyakit Dahulu:
h. Penyakit waktu kecil:
3.621 Ny.T mengatakan semasa kecilnya An.C tidak pernah mengalami
sakit yang serius.
i. Pernah dirawat di rumah sakit:
3.622 Ibu px mengatakan sebelumnya An.C sebelumnya tidak pernah
dirawat di Rumah Sakit.
j. Penggunaan Obat:
3.623 Ibu px mengatakan saat sakit sekarang ini px tidak diberi obat
apapun.
k. Tindakan (Operasi/ Tindakan lain):
3.624 Ibu px mengatakan, An.C belum pernah dilakukan tindakan
operasi.
l. Alergi:
3.625 Ibu px mengatakan, An.C tidak memiliki riwayat alergi terhadap
obat-obatan maupun makanan tertentu.
m. Kecelakaan:
3.626 Ibu px mengatakan, px tidak pernah mengalami kecelakaan.
n. Imunisasi:
3.627 Ibu px mengatakan, px mendapatkan imunisasi lengkap:
3.628 1 bulan: BCG, Polio I
3.629 2 bulan: DPT I, Polio II
3.630 4 bulan: DPT II, Polio III
3.633
3.634
56
3.636 Ibu px mengatakan, px diasuh sendiri oleh ibu dan ayahnya, tetapi
di waktu pagi hari px diasuh oleh neneknya karena orang tua harus
bekerja.
f. Hubungan dengan anggota keluarga:
3.637 Hubungan px dengan anggota keluaraganya baik dan pasien sangat
dekat dengan ibu dan neneknya.
g. Hubungan dengan teman sebaya:
3.638 Ibu px mengatakan setelah px mengalami sakit, px cenderung tidak
suka bermain dengan teman sebayanya dan lebih suka berdiam diri di
rumah.
h. Pembawaan secara umum:
3.639 Saat sakit px terlihat lemah, pucat dan badannya terlihat kurus.
3.640
Kebutuhan Dasar
e. Pola Makan
3.641
3.642
N
Keteranga
n
3.643
Se
belum
Sakit
3.645
1
3.646
Frekuensi
3.647
1-2
kali sehari
3.649
2
3.650
Jenis Menu
3.653
3
3.654
Komposisi
3.657
4
3.658
Porsi
3.661
5
3.662
Kesukaan
3.665
3.666
Riwayat
6
Alergi
3.669
7
3.670
Keluhan
3.651
Na
si
3.655
Na
si + Lauk
3.659
Se
dang
3.663
Ca
milan
3.667
3.671
3.644
Saat
Sakit
3.648
1kali
sehari
3.652
Nasi
3.656
Nasi
+Lauk
3.660
3
Sendok
3.664
3.668
3.672
Anor
eksia
3.676
Saat
Sakit
f. Pola tidur
3.673 3.674
N
Keteranga
n
3.677 3.678
Jumlah
1
jam tidur siang
3.675
Se
belum
Sakit
3.679
2
jam
3.680
2
jam
57
3.681 3.682
Jumlah
2
jam tidur malam
3.683
3.685 3.686
3
tidur
3.687
jam
Gangguan
3.689 3.690
Perasaan
4
waktu tidur
3.691
Se
Mobilitas
3.692
Say
u
3.695
Mi
num susu
1 gls
g. Pola aktivitas dan perawatan diri
3.701 3.702
1
rutin
3.688
gar
Aktivitas
8
jam
3.693 3.694
Kebiasaan
5
sebelum tidur
3.697 3.698
N
3.684
3.699
Se
belum
Sakit
3.703
No
rmal
Ser
3.696
Min
um susu 1
gls
3.700
Saat
sakit
3.704
Men
urun
3.708
Seri
3.705 3.706
Waktu
2
Senggang
3.707
3.709 3.710
3
Mandi
3.711
Ma
ndiri
3.712
Diba
ntu
3.713 3.714
4
Keramas
3.715
Di
bantu
3.716
Diba
ntu
3.717 3.718
5
Sikat Gigi
3.719
Di
bantu
3.720
Diba
ntu
3.721 3.722
6
n
Berpakaia
3.723
Di
bantu
3.724
Diba
ntu
3.725 3.726
7
Berhias
3.727
Di
bantu
3.728
Diba
ntu
3.729 3.730
8
Toileting
3.731
Di
bantu
3.732
Diba
ntu
3.733 3.734
9
Makan
3.735
Di
bantu
3.736
Diba
ntu
ing
ng
h. Pola Eliminasi
3.737 3.738
3.739
Urine
3.740
Alvi
58
eterangan
3.747 3.748
Fr
1
ekuensi
3.753 3.754
P
2
ancaran
3.759 3.760
3
mlah
Ju
3.765 3.766
4
au
3.771 3.772
5
arna
3.743
Sebelu
m
saki
t
3.749
4x/hari
3.755
Kuat
3.761
450 cc
3.767
Khas
3.773
Kuning
kee
mas
an
3.777 3.778
P
6
erasaan
setelah
BAK
3.779
Puas
3.744
Saat
s
a
k
it
3.750
2x/h
a
ri
3.756
Lem
a
h
3.762
250
c
c
3.768
Khas
3.774
Kuni
n
g
p
e
k
a
t
3.780
Kura
n
g
p
u
a
s
3.745
Sebelum
sakit
3.746
Saat
s
a
k
it
3.751
1x/hari
3.752
-
3.757
Padat
3.758
-
3.763
-
3.764
-
3.769
Khas
3.770
-
3.775
Khas
3.776
-
3.781
Puas
3.782
-
3.783 3.784
K
3.785
3.786
3.787
7
onsistens
Padat
i
3.789
3.790
Keadaan Umum: Composmentis
3.791
Tanda-tanda Vital
3.792
TD: 90/60 mmHg
RR: 24 x/menit
3.793
S : 37,4oC
N : 80 x/menit
3.794
TB/BB : 98 cm/15 kg
3.795
3.788
-
59
3.796
3.797
3.798
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala leher
3.799
Inspeksi
3.800
Kepala : bentuk normal, rambut hitam
3.801
Mata : simetris, tidak ada secret berlebih, tidak ada gg.
penglihatan
3.802
Hidung : lubang simetris, tidak ada secret berlebih
3.803
Mulut : tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab
3.804
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
b. Integument/ Kulit
3.805
Inspeksi : warna kulit kemerahan
3.806
Palpasi : turgor baik
c. Payudara/ Ketiak
3.807
Tidak dikaji
d. Thorak/ dada
3.808
Inspeksi : tidak ada tarikan intercosta, bentuk dada normal
e. Abdomen
3.809
Inspeksi : tidak terlihat pembesaran abdomen
3.810
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3.811
Perkusi : hipotympani
3.812
Auskultasi : tidak terdengar suara hiperperistaltik
f. Kelamin dan daerah sekitarnya
3.813
Genetalia: Scrotum sebelah kanan tampak membesar, tegang
serta tampak adanya kemerahan disekitar area skrotum
3.814
Anus: Bersih, tidak ada lesi
g. Muskuloskeletal
3.815
Kek 3.817
uatan otot:
edem:
3.816
3.818
h. Neurologis: GCS 4, 5, 6
i. Pengkajian Nyeri: 3.819
3.820
3.821
a. Adaptasi sosial
3.822
Px dapat berkomunikasi dengan lingkungan sekitar dari orang
tua serta neneknya dengan baik.
b. Bahasa
3.823
Px sudah tidak diam lagi, dan mulai menyampaikan apa saja
yang ia rasakan saat ini kepada ibunya.
60
c. Motorik halus
3.824
Tidak terjadi gangguan pada motorik halus pasien.
d. Motorik Kasar
3.825
Tidak terjadi gangguan pada motorik kasar pasien.
3.826
3.827
3.828
ANALISA DATA
3.846
Data
3.847
Etiologi
3.848
Ma
salah
3.861 Gangguan
citra tubuh b.d
perubahan bentuk
skrotum
3.876 Defisit
pengetahuan
61
3.845
N
3.846
Data
3.847
Etiologi
3.848
Ma
salah
mengkhawatirkan tindakan
3.870
Usia >
orang tua b.d
pembedahan yang akan
1,5 tahun tidak
kondisi anak:
dilakukan pada anaknya.
ada perbaikan
prosedur
3.865 Ny.S terus mencari
3.871
pembedahan,
informasi tentang semua
3.872
Tindaka
perawatan post
yang berhubungan dengan
n Operasi
operasi, program
tindakan pembedahan yang
3.873
penatalaksanaan
akan
dilakukan
pada
3.874
Kurang
anaknya dan hal-hal yang
Pengetahuan
harus dia lakukan
3.875
3.866 DO:
3.867 Ny.S terlihat cemas,
takut serta gelisah.
3.877 3.878 DS:
3.887
Hidrokel
3.896 Nyeri
3.
3.879 Ny.S
mengatakan
3.888
berhubungan
kondisi anaknya sudah
3.889
Usia >
dengan gangguan
lebih baik hanya saja
1,5 tahun tidak
pada kulit
anaknya saat BAK selalu
ada perbaikan
jaringan, trauma
tampak meringis setelah
3.890
pembedahan
operasi
3.891
Tindaka 3.897
3.880 P. Hidrokel
n Operasi
(Pembesaran skrotum)
3.892
3.881 Q. 3.893
Nyeri
3.882 R. Area Skrotum
3.894
3.895
3.883 S. Nyeri 6
(WongBaker)
3.884 T. Nyeri dirasakan
setelah buang air kecil
3.885 DO:
3.886 An.C
tampak
menahan nyerinya dan
terlihat meringis saat BAK
3.898 3.899 DS:
3.903
Hidrokel
3.910 Resiko
4.
3.900 Ny.S
mengatakan
3.904
kerusakan
pembesaran tersebut makin
3.905
Adanya
integritas kulit:
lama makin membesar
pembesaran
skrotum b.d
sehingga daerah skrotum
skrotum
adanya gesekan
anaknya mudah merah saat
3.906
dan peregangan
menggunakan
pakainan
3.907
Reganga
jaringan kulit
dalam.
n Kulit Skrotum
skrotum.
3.901 DO
3.908
3.902 Kulit
sekitar
3.909
Gesekan
sktorum tampak memerah
dengan popok
saat ativitas
3.911
62
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk skrotum.
2. Defisit pengetahuan orang tua b.d kondisi anak: prosedur pembedahan,
perawatan post operasi, program penatalaksanaan.
3. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma
pembedahan.
4. Resiko kerusakan integritas kulit: skrotum b.d adanya gesekan dan
peregangan jaringan kulit skrotum.
3.912
63
C. INTERVENSI
3.913
3.914 Diagno
N
sis
o.
3.918 3.919
G
1.
anggua
n citra
tubuh
b.d
peruba
han
bentuk
skrotu
m
3.920
a
b
3.921
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
2x24
jam, diharapkan
dengan
klien
tidak
merasa
bahwa
penyakitnya
adalah
suatu
penderitaan, ,
orang tua harus
memahami
bahwa penyakit
ini
dapat
disembuhkan,
dengan kriteria
hasil:
Keluarga sabar
menghadapi kondisi
anaknya.
Kekhawatiran ibu
dapat berkurang
3.916 Intervensi
1
2
3
4
3.917 Rasional
64
3.913
3.914 Diagno
N
sis
o.
3.916 Intervensi
3.917 Rasional
menunjukkan intervensi lanjut.
c
3.944
Keluarga menjadi
tenang dan tidak
3.945
3.946
3.947 Diagno
3.948 Tujuan dan
N
sis
Kriteria Hasil
o.
3.951 3.952
N
3.954
Setelah
3.
yeri
dilakukan
berhub
tindakan
ungan
keperawatan
dengan
selama
3x24
ganggu
jam, diharapkan
an pada
nyeri
klien
kulit
berkurang
jaringa
bahkan hilang
n,
dengan kriteria
trauma
hasil:
pembe a Skala nyeri 0-3 dan
dahan
klien tidak
3.953
menangis saat BAK
3.955
3.975
3.949 Intervensi
1
2
3
4
5
3.950 Rasional
65
3.976
3.977
3.978
3.979
3.980
3.981
3.982
3.983
3.984
N 3.985 Diagnosis
o.
3.9893.990 Resiko
4. kerusakan
integritas kulit:
skrotum
b.d
adanya gesekan
dan peregangan
jaringan
kulit
skrotum
3.987 Intervensi
3.988 Rasional
3.993
Mengetahui lebih dini gejala
kerusakan kulit untuk dilakukan
intervensi selanjutnya
3.997
3.1001
Mencegah kerusakan yang
lebih parah.
3.1005
Memberikan sirkulasi bagi
aliran darah..
66
Anjurkan klien menggunakan pakaian 3.1009 Mencegah iritasi yang lebih parah.
yang longgar terutama celana.
3.1010
3.1011
3.1012
3.1013
3.1014
3.1015
3.1016
3.1017
3.1018
D. IMPLEMENTASI
3.10193.1020 Tanggal/
No
waktu
3.10253.1026 03/03/15
1.
3.1027 08.00
WIB
3.1034 03/03/15
3.1035 08.00
WIB
3.1040 03/03/15
3.1041 08.00
3.1021 Diagno
sis
Keperawatan
3.1028
G1
anggua
n citra
tubuh
b.d
peruba 2
han
bentuk
skrotu 3
m
3.1022 Implementasi
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien
tentang kondisi dan pengobatan, dan
ansietas sehubungan dengan situasi saat
ini.
Mengakui kenormalan perasaan.
3.1024
Paraf
67
3.10193.1020 Tanggal/
No
waktu
3.1021 Diagno
sis
Keperawatan
WIB
3.1046 03/03/15
3.1047 08.00
WIB
3.1052 03/03/15
3.1053 08.00
WIB
3.1022 Implementasi
4
5
3.1029
3.1058 03/03/15
3.1059 08.00
WIB
3.1024
Paraf
baik
3.1049 O: Ibu dan keluarga terlihat sedikit
tenang saat diberikan informasi dan tidak
tampak tergang
3.1055 O: Tidak tampak perilaku keluarga
yang tidak efektif. Keluarga tampak
menerima kondisi An.C
3.1063
3.1064
E. EVALUASI
3.10653.1066
T
N
anggal/
jam
3.1067
No.
Di
ag
nos
a
3.1068
Evaluasi Hasil
3.1069
Par
a
f
68
3.1074 S: Ibu mengatakan sudah sangat tenang dan kekhawatirannya sudah berkurang setelah
operasi anaknya berjalan dengan baik
3.1075 O: Ibu sudah tampak lega dan tidak cemas lagi
3.1076 A: Masalah teratasi
3.1077 P: Tindakan dihentikan
3.1083 S: Ibu mengatakan kulit sekitar skrotum anaknya sudah sangat membaik tidak
kemerah-merahan seperti sebelumnya
3.1084 O: Tidak ada tanda-tanda lecet atau pun peradangan pada Kulit sekitar skrotum.
3.1085 A: Masalah Teratasi
3.1086 P: Tindakan dihentikan
3.1092 S : Ibu mengatakan kondisi anaknya sudah sangat membaik, anaknya tidak menangis
lagi saat BAK, hanya sesekali saja terlihat meringis manahan sakit. (Skala Nyeri 2)
3.1093 O: anak terlihat lebih baik namun saat beraktivitas masih terlihat meringis.
3.1094 A: Masalah belum teratasi
3.1095 P: Lanjutkan Tindakan
1 Kaji Skala Nyeri Anak
2 Pantau TTV anak
3 Beri Posisi nyaman
4 Berikan aktivtas hiburan pada anak
5 Beri Analgesik sesuai indikasi
3.1078
3.1087
3.1096
3.1097
3.1098
3.1099
69
3.1100 BAB V
3.1101 PENUTUP
3.1102
5.1 Simpulan
3.1103
dimana meatus uretra externa terletak dipermukaan ventral penis dan lebih
ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glas penis. Tipe hipospadia
berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus: tipe sederhana/ tipe
anterior (60-70%), tipe penil/ tipe Middle (10-15%), tipe posterior (20%).
Tanda dan gejalanya yaitu seperti: glans penis bentuknya lebih datar dan ada
lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus
uretra eksternus, preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis,
menumpuk di bagian punggung penis, kulit penis bagian bawah sangat tipis.
3.1104
Hidrokel adalah adanya penumpukan air pada rongga
khususnya pada tunika vaginalis. Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir
dapat disebabkan karena belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis
sehingga terjadi aliran cairan peritonium ke prosesus vaginalis, belum
sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan
reabsorbsi cairan hidrokel.
3.1105
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan
biasanya baru dilakukan jika penderita sudah merasa terganggu atau merasa
tidak nyaman, atau jika hidrokelnya sedemikian besar sehingga mengancam
aliran darah ke testis. Pengobatan bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan)
dengan bantuan sebuah jarum atau pembedahan. Untuk menghindari
terjadinya komplikasi pada hidrokel maka harus
segera dilakukanlah
DAFTAR PUSTAKA
3.1109
70
71