Anda di halaman 1dari 11

METODE DAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA

PEMBERDAYAAN PESERTA DIDIK


Oleh : Hujair AH. Sanaky1
Abstrak : Gunakan metode dan strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik,
sehingga mereka dapat melakukan dan menemukan sendiri. Kondisikan suasana kelas,
sehingga peserta didik dapat mengkiritisi, memahami, mengemukakan pendapat dan
pandangannya, baik secara perorangan maupun kelompok terhadap materi atau topik bahasan
yang dibacarakan. Ciptakan suasana kelas yang hidup, menyenangkan, harmonis, tidak
tertekan, sehingga dapat menyemangati peserta didik untuk senang belajar .
Kata Kunci : Lakukan perubahan dalam pembelajaran.

A. Pendahuluan
Metode dan strategi pembelajaran sebagai prinsip-prinsip yang mendasari
kegiatan dan mengarahkan perkembangan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Pada kenyataannya, kebanyakan pengajar berbicara [ceramah]
kurang lebih 100-200 kata permenit. Namun pertanyaannya, berapa banyak kata
yang dapat didengar peserta didik? Hal ini tergantung pada bagaimana
kemampuan mereka mendengarkan. Jika peserta didik yang betul-betul
konsentrasi, barangkali mereka akan mampu mendengarkan antara 50-100 kata
per-menit, atau setengah dari yang dikatakan pengajar 2.
Kemampun mendengarkan dan menyerap apa yang dikatakan, sangat
tergantung pada konsentrasi seseorang. Berkenaan dengan hal ini, mungkin
perlu memperhatikan apa yang dikatakan Confucius. Lebih dari 2400 tahun
yang lalu Confucius menyatakan: What I here, I forget [apa yang saya dengan,
saya lupa], What I see, I remember [apa yang saya lihat, saya ingat], What I do, I
understand [apa yang saya lakukan, saya paham] 3.
Ketiga pernyataan
sederhana ini membicarakan bobot pentingnya belajar aktif. Untuk itu diperlukan
metode dan strategi yang dapat mengaktifkan peserta didik. Tanpaknya, pengajar
sangat perlu untuk memperbaiki metode dan strategi pemebelajaran, sehingga
dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Mel Silberman, telah memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius
tersebut menjadi apa yang ia sebut dengan paham belajar aktif. Apa yang
dinyatakan Mel Silberman, adalah : What I hear, I forget [apa yang saya dengar,
saya lupa], What I hear and see, I remember a little [apa yang saya dengar dan
lihat, saya ingat sedikit], What I hear, see, and ask questions about or discuss
with someone else, I begin to understand [apa yang saya dengar, lihat dan
tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham], What I
hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill [apa yang dengar, lihat,
diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan],

1
Hujair AH. Sanaky, adalah dosen tetap Fakultas Ilmu Agama Islam, Jurusan Tarbiyah, Program Studi : Pendidikan
Agama Islam, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Kepala Lembaga Pengabdian paada Masyarakat [LPM] UII
2004-2006 dan sekarang sedang studi lanjut di Program Doktor [Program S-3] Universitas Islam Negeri [UIN] Sunan
Kalijaga Yogyakarta, tahun akademi 2005-2006.
2
Mel Silberman, 2002, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Diterbitkan YAPPENDIS, Dicetak
Bumimedia, Yogyakarta, hlm.2.
3
Ibid, hlm. 1

www.sanaky.com. April 2006

What I teach to another, I master [apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya
menguasainya]4.
B. Kondisi Peserta Didik
Dalam model pembelajaran aktif, pengajar sangat senang bila peserta didik
berani mengungkapkan gagasan dan pandangan mereka, berani mendebat apa
yang dijelaskan pengajar karena mereka melihat dari segi yang lain. Untuk itu,
pengajar selalu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
mengungkapkan gagasa-gagasan alternatif mereka. Mungkin saja, pengajar
akan sangat senang dan menghargai peserta didik yang dapat mengerjakan
suatu persoalan dengan cara-cara yang berbeda dengan cara yang baru saja
dijelaskan pengajar. Kebebasan berpkir dan berpendapat sangat dihargai dan
diberi ruang oleh pengajar. Hal ini akan berakibat pada suasana kelas, artinya
suasana kelas akan sungguh hidup, menyenangkan 5, tidak tertekan, dan
menyemangati peserta didik untuk senang belajar.
Penggeseran
paradigma
pendidikan
sekarang ini, berpengaruh pada metode dan
strategi pembelajaran. Katakan saja, peserta didik
sekarang ini mulai belajar melalui internet, web,
homepage, cd-rom [lihat contoh gambar6], yang
merupakan alat bantu mempercepat proses
distributed knowledga. Hal ini, akan berpengaruh
pada fungsi pendidik, yaitu sebagai falitator,
mederator, mediator, dinamisator, motivator, dalam
Gambar : 1
Belajar
dengan
proses pembelajaran. Pengajar dalam hal ini
menggunakan
komputer
dosen dan guru bukan lagi satu-satunya sumber
belajar, tetapi merupakan salah satu
sumber dari sekian sumber belajar di dalam proses pembelajaran. Kenapa
demikian, karena saat sekarang ini peserta didik, mungkin saja akan lebih
banyak belajar dari media eloktronik dan media lain dari pada guru. Dengan
demikian, tugas utama pendidik lebih terfokus pada mengajar peserta didik untuk
mengakses sendiri informasi dan pengetahuan yang diperlukan dari berbagai
sumber belajar.
Fungsi pendidik
sebagai falitator, mederator, mediator, dinamisator,
motivator, dalam membantu peserta didik belajar secara konstruktivis dapat
melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : Pertama : Sebelum mengajar :
[1] mempersiapkan bahan yang akan diajarkan, [2] mempersiapkan media yang
akan digunakan, [3] mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang
peserta didik aktif belajar, [4] mempelajari keadaan peserta didik, mengerti
kelemahan dan kelebihan peserta didik, [5] mempelajari pengetahuan awal
peserta didik. Kedua : Selama proses pembelajaran : [1] mengajak peserta
didik untuk aktif belajar, [2] menggunakan metode ilmiah dalam proses
penemuan, sehingga peserta didik merasa menemukan sendiri pengetahuan
mereka. [3] mengikuti pikiran dan gagasan peserta didik, [4] menggunakan
variasi metode dan strategi pembelajaran seperti studi kelompok, aktif debat,
4

Ibid, hlm.1-2.
Paul Suparno, 2003, Guru Demokratis di Era Reformasi, Grasindo, Jakarta, hlm.34
6
Sumber gambar ini, berasal dari program komputer.
5

www.sanaky.com. April 2006

studi kritis, [5] tidak mencerca peserta didik yang berpendapat salah atau lain, [6]
menerima jawaban alternatif dari peserta didik, [7] kesalahan peserta didik
ditunjukkan secara arif, [8] peserta didik diberi kesempatan berpikir, merumuskan
gagasan, mengungkapkan pikirannya, [9] peserta didik diberi kesempatan untuk
mencari pendekatan dan caranya sendiri dalam belajar sehingga menemukan
sesuatu, [10] melakukan evaluasi secara kontinu dengan segala prosesnya.
Ketiga : Sesudah proses pembelajaran : [1] memberikan tugas-tugas yang
dikerjakan peserta didik, [2] melakukan tes yang membuat peserta didik berpikir,
analisis dan bukan hafalan. Keempat : Sikap pengajar : [1] perlakukan peserta
didik sebagai subjek yang sudah tahu sesuatu, [2] kondisikan peserta didik yang
aktif, pengajar menyertai, [3] memberi ruang tanyajawab dan diskusi, [4] pengajar
dan peserta didik saling belajar, [5] peserta didik belajar untuk belajar sendiri, [5]
hungan pengajar dan peserta didik bersifat dialogtis 7, [6] peserta didik harus
diberi informasi tentang materi pelajaran dan mengerti konteks bahan yang akan
diajarkan.
Kondisi proses pembelajaran yang diuraikan di atas, lebih cenderung
menggunakan konsep learning based atau student learning daripada teachingbased yang akan menjadi kunci pengembangan peserta didik. Metode dan
strategi pembelajaran lebih diorientasikan pada cara mengaktifkan peseta didik,
yaitu; cara untuk menemukan, memecahkan masalah. Metode pembelajaran
semacam ini akan menjadi kunci pengembangan peserta didik yang lebih
berkualitas. Maka untuk mengaktifkan peserta didik secara optimal, proses
pembelajaran harus didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif [student activie
learning], atau mengembangkan kemampuan belajar [learning ability] atau lebih
menekankan pada proses pembelajaran [learning] dan bukan pada mengajar
[teaching]. Oleh karena itu, metode pembelajaran lebih didasarkan pada learning
competency, yaitu peserta didik akan memiliki seperangkat pengetahuan,
keterampilan, sikap, wawasan dan penerapannya sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilaksanakan harus
dapat: [a] mengembangkan potensi peserta didik dan memanfaatkan
kesempatan secara optimal untuk self realization atau self actualization, [b]
mengembangkan metode rasional, emperis, battom up dan menjadi, [c] materi
ajaran harus diberikan secara analisis, deduktif, top down, dan memiliki; dan [d]
memberikan bekal atau landasan yang kuat dan siap dikembangkan ke perbagai
keahlian8.
Dengan kondisi ini, perubahan metodologi pembelajaran pada akhirnya
harus membawa peserta didik untuk belajar lebih lanjut dan berkemampuan
memilih, serta lebih mengutamakan proses belajar dalam perspektif menjadi di
atas perspektif memiliki.
Dengan demikian, sasaran setiap proses
pembelajaran adalah asimilasi pembelajaran [miximizing student learning], dan
bila perlu mengurangi porsi ceramah guru dan dosen [minimizing teacher
teaching] dengan mengaktifkan peserta didik untuk mencari dan menemukan
serta melakukan aktivitas belajar sendiri, sehingga konsep metodologi
pembelajaran yang terbangun adalah pembelajaran [learning] bukan
7

Paul Suparno, 2003, Guru Demokratis di Era Reformasi, Op.cit, hlm. 34-35.
Mastuhu,1999, Pemberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Logos, Jakarta,hlm. 17.

www.sanaky.com. April 2006

pengajaran [teaching]9. Inilah tantangan yang dihadapi guru dan dosen untuk
mengemas dan mengimplementasikan materi-materi pelajaran dan materi-materi
kuliah yang tertuang dalam kurikulum kepada peserta didik.
Dari kerangka pemikiran diatas, dapat dikatakan bahwa metode dan prinsip
pembelajaran lebih terfokus pada outcomes competency, peningkatan relevansi
dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja serta kompetensi yang dimiliki
peserta didik harus dapat diaplikasikan dan dapat diamati dengan acuan standar,
penggunaan penilaian dan evaluasi secara komprehensif, pengakuan terhadap
kompetensi relatif yang bebas dari cara atau strategi penguasaannya dan
fleksibilitas dalam mengakses perubahan, mengakses kesempatan dan
pengembangan
sikap serta perilaku berkarya sesuai profesinya sebagai
outcomes competency.
Maka, metode dan strategi pembelajaran yang
didasarkan pada leaning competency, diharpakan dapat mengembangkan dan
membangun tiga pilar keterampilan, yaitu :
a. Learning skills, keterampilan mengembangkan dan mengola pengetahuan dan
pengalaman serta kemampuan dalam menjalani belajar sepanjang hayat.
b. Thinking skills,
keterampilan berpikir kritis, kreatif dan inovatif untuk
menghasilkan keputusan dan pemecahan masalah secara optimal.
c. Living skills, keterampilan hidup yang mencakup kematangan emosi dan
sosial yang bermuara pada daya juang, tanggungjawab dan kepekaan sosil
yang tinggi10.
Dari semua di atas, dapat dikatakan bahwa sebenarnya kompetensi standar
yang diinginkan dalam proses pendidikan adalah penguasaan nilai-nilai [value],
penguasaan pengetahuan [knowledge], penguasaan keterampilan dan kemahiran
berkarya [ skill - keterampilan], memiliki attitude dan ability tertentu.
Pertanyaan yang muncul, bagimana membuat peserta didik aktif sejak dini?
Untuk menjawab pertanyaan ini, guru atau dosen, harus berusaha merancang
teknik-teknik untuk melakukan salah satu atau lebih, yaitu: guru atau dosen
berusaha untuk membuat:
1.
Team building [pembentukan tim], yaitu membantu siswa-siswa menjadi
lebih terbiasa satu sama lain atau menciptakan suatu semangat kerja sama
dan saling ketergantungan.
2.
On-The-Spot assessment [penilaian di tempat], yaitu : guru mempelajari
tentang perilaku-perilaku siswa-siswa, pengetahuan, dan pengalaman siswa.
3.
Immediate learning involvement [keterlibatan belajar seketika], yaitu ; guru
menciptakan atau memotivasi minat awal dalam pokok bahasan 11.
Kemudian pertanyaan selanjutnya, bagaimana dosen atau guru dapat
membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
secara aktif. Untuk menjawab pertanyaan ini, langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk mendorong peserta didik untuk berpikir, merasakan, dan
menerapkan, yaitu :
9

Moh. Ansyar, 2001, Kurikulum dalam Menyongsong Otonomi Pendidikan di Era Globalisasi, Peluang, Tantangan,
dan Arah, dalam Jurnal Pendidikan Islam TADIB, Maret 2002, (No. 04), ISSN 1401-6973, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden
Fatah Palembang. hlm.109
10
Sudjarwadi, Ubah Wajah UGM dengan Jiwa Kepemimpinan, Kedaulatan Rakyat, 5 Januari 2003, hlm.10.
11
Mel Silberman, 2002, Active Learning:101 Strategi Pembelajaran Aktif, cet.2, Diterbitkan Yappendis, dicetak
Bumimedia, Yogyakarta, hlm.xxi

www.sanaky.com. April 2006

1.

Full-class learning [belajar sepenuhnya di dalam kelas]; petunjuk dari


pengajar yang merangsang seluruh kelas.
2.
Class discussion [diskusi kelas];dialog dan debat mengenai pokok-pokok
bahasan utama.
3.
Question
prompting
[cepatnya
pertanyaan];
siswa
meminta
klarifikasi/penjelasan.
4.
Collaborative learning [belajar dengan bekerja sama]; tugas-tugas
dikerjakan dengan kerja sama dalam kelompok-kelompok kecil peserta didik.
5.
Peer teaching [belajar dengan sebaya], petunjuk diberikan oleh peserta
didik.
6.
Independent learning [belajar mandiri], aktivitas-aktivitas belajar dilakukan
secara invidual.
7.
Affective learning [belajar afektif], aktivitas-aktivitas yang membantu
peserta didik untuk menguji perasaan-perasaan, nilai-nilai dan perilakuperilaku mereka.
8.
Skill development [pengembangan keterampilan], mempelajari dan
mempraktikan keterampilan-keterampilan, baik teknis maupun non-teknis 12.
C. Metode dan Strategi Belajar Aktif
Banyak sekali metode dan strategi pembelajaran untuk mengaktifkan
peserta didik. Dalam pembahasan ini, hanya dikemukakan beberapa metode dan
strategi pembelajaran yang telah digunakan dan diuji keefektifannya dalam
proses pembelajaran atau dalam proses perkuliahan dikelas diantaranya, yaitu ;
[1] strategi Belajar Kekuatan Berdua [The power of two], [2] strategi belajar
Studi Kasus Kreasi Siswa [Student-created case studies], [3] strategi belajar
Memilah dan Memilih Kartu [Card sort], [4] strategi belajar Perdebatan Aktif
[Active Debate], [5] strategi Belajar Saling Beradu Pendapat [Point-counter
point]13, [6] strategi belajar SQ3R dan Rolling Cognitive, [7] studi kritis. Metode
dan strategi pembelajaran ini dapat dijelaskan, sebagai berikut :
1. Strategi Belajar Kekuatan Berdua [The power of two]
Penerapan strategi belajar Kekuatan Berdua [the power of two], dengan
langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan dosen, sebagai berikut:
a] Langkah pertama, membuat problem. Dalam proses belajar, dosen
memberikan satu atau lebih pertanyaan kepada peserta didik yang
membutuhkan refleksi.
b] Langkah kedua, dosen meminta peserta untuk nerenung dan menjawab
pertanyaan sendiri-sendiri.
c] Langkah ketiga, dosen membagi perserta berpasang-pasangan. Dalam
proses belajar setelah semua peserta didik melengkapi jawabannya,
bentuklah ke dalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagai [sharing]
jawaban dengan yang lain.
d] Langkah keempat, dosen meminta pasangan untuk berdiskusi mencari
jawaban baru. Dalam proses belajar, dosen meminta mahasiswa untuk
12
13

Ibid, hlm.xxii
Baca : Mel Silberman, 2002, Active Learning, Ibid, hlm.121,130,149,153,168.

www.sanaky.com. April 2006

e]

membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan


memperbaiki respon masing-masing individu.
Langkah kelima, dosen meminta peserta untuk mendiskusikan hasil
sharingnya. Dalam proses belajar, ketika semua pasangan selesai menulis
jawaban baru, bandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke
pasangan yang lain.

2. Strategi Belajar Studi Kasus Kreasi Siswa [Student-created case studies]


Penerapan strategi belajar Studi Kasus Kreasi Siswa [Student-created
case studies], dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai
berikut :
a] Langkah pertama, dosen membagikan handout [membahas suatu masalah]
kepada mahasiswa dan meminta mahasiswa untuk membaca beberapa
menit.
b] Langkah kedua, dosen membagi peserta berkelompok-kelompok dengan
cara menghitung 1 s/d 4 atau dalam cara lain.
c] Langkah ketiga, dosen meminta peserta untuk mencari pasangannya
menurut angka [nomor urut] yang disebut sehingga terbentuk empat
kelompok diskusi.
d] Langkah keempat, dosen meminta masing-masing kelompok membaca
handsout tersebut, kemudian merumuskan dan mendiskusikan :
[1] Apa kasusnya?
[2] Mengapa kasus itu terjadi?
[3] Bagaimana akibat yang ditumbulkan?
[4] Bagaimana pandangan terhadap hal tersebut?
e] Langkah kelima, ketika masing-masing kelompok sedang berdiskusi, dosen
selalu mengontrol jalannya diskusi tersebut.
f] Langkah keenam, ketika diskusi [studi kasus] selesai, dosen meminta
masing-masing kelompok agar mempresentasikan kepada kelas. Dosen,
meminta seorang anggota kelompok untuk memimpin diskusi dan kelompok
lain mencatat hal-hal yang akan dipertanyakan.
g] Langkah ketujuh, tanggapan masing-masing peserta dari tiap-tiap kelompok
terhadap kelompok lain yang mempresentasikan hasil diskusi mereka.
3. Strategi Belajar Memilah dan Memilih Kartu [Card sort]
Penerapan strategi belajar Memilah dan Memilih Kartu
[Card sort]
dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:
a]
Langkah pertama, dosen membagikan selembar kartu kepada
setiap mahasiswa dan pada kartu tersebut telah dituliskan suatu materi.
Kartu tersebut terdiri dari kartu judul dan dan kartu bahasan dari judul
tersebut. Kartu judul biasanya menggunakan huruf KAPITAL dan kartu-kartu
sub judul menggunakan huruf non-kapital.
b]
Langkah kedua, mahasiswa diminta untuk mencari teman
[pemegang kartu judul] yang sesuai dengan masalah yang ada pada kartunya
untuk satu kelompok.
c]
Langkah ketiga, mahasiswa akan berkelompok dalam satu pokok
bahasan atau masalah masing-masing.

www.sanaky.com. April 2006

d]

Langkah keempat, mahasiswa diminta untuk menempelkan di


papan tulis bahasan yang ada dalam kartu tersebut berdasarkan urutanurutan bahasannya yang dipegang kelompok tersebut.
e]
Langkah kelima, seorang mahasiswa [pemegang kartu judul] dari
masing-masing kelompok untuk menjelaskan dan sekaligus mengecek
kebenaran urutan per pokok bahasan.
Contoh Gambar 2 :
f]
Langkah
keenam,
bagi Memilah dan Memilih Kartu
mahasiswa
yang
salah
mencari [Card Sort]
kelompok sesuai bahasan atau materi Contoh: Kartu Judul
pelajaran tersebut, diberi hukuman
MANFAAT
dengan mencari judul bahasan atau
METODE
DRAMATISASI
materi yang sesuai dengan kartu yang
dipegang.
g]
Langkah ketujuh, dosen/guru
Contoh: Kartu Bahasan
memberikan komentar atau penjelasan
dari permaianan tersebut.
Tujuan dari strategi dan metode belajar
Banayak menarik perhatian
menggunakan memilah dan memilih kartu
[card sort] ini adalah untuk mengungkapkan
Memberi arti yang
daya ingat [recoll] terhadap materi
sebenarnya
kuliah/pelajaran
yang
telah
dipelajari
mahasiswa/siswa. Untuk itu, hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah ; [1] Kartu-kartu
Memberi pengertian
tersebut jangan diberi nomor urut, [2] Kartukartu tersebut dibuat dalam ukuran yang
sama, [3] Jangan memberi tanda kode
apapun pada kartu-kartu tersebut, [4] KartuMenghilangkan verbalisme
kartu tersebut terdiri dari beberapa
bahasan dan dibuat dalam jumlah yang
banyak atau sesuai dengan jumlah mahasiswa atau siswa, [5] Materi yang
ditulis dalam kartu-kartu tersebut, telah diajarkan dan telah dipelajari oleh
mahasiswa atau siswa.
4. Strategi Belajar Perdebatan Aktif [Active Debate]
Penerapan strategi pembelajaran Perdebatan Aktif [Active Debate],
dengan langkah-langkah atau prosedur yang
dilakukan, sebagai berikut:
a]
Materi kuliah telah diberikan
kepada mahasiswa 1 [satu] minggu
sebelum
perkuliahan.
Mahasiswa
diharuskan untuk membaca dan
memahami
materi
ini
agar
memudahkan dalam debat.
b]
Dalam kegiatan debat,
kelas dibagi menjadi 5 [lima] kelompok.
Secara acak akan ditugaskan [1]
Contoh Fato 3 :
kelompok pertama ditetapkan sebagai
Dosen Memberikan Pengarahan pada Kelompok
sebelum diskusi dimulai
www.sanaky.com. April 2006

c]
d]

e]

f]

g]

h]

penyaji, [2] kelompok kedua dan ketiga


ditentukan sebagai kontra atau
penyangga, [3]
kelompok keempat sebagai pembela kelompok pertama, dan [4] kelompok
kelima sebagai penengah. Masing-masing kelompok terdiri 10 [sepuluh]
mahasiswa atau lebih.
Sebelum debat dimulai, dosen menyajikan global materi kuliah
yang akan didebatkan kepada mahasiswa dalam bentuk ceramah.
Sebelum
debat
dilaksanakan, mintalah masing-masing
kelompok menetukan juru bicaranya
dan kemudian mintalah tiap-tiap
kelompok mendikusikan materi pada
kelompoknya sendiri dan merumuskan
arguman-argumen
dari
hasil
diskusinya.
Setelah
masing-masing
kelompok telah selesai mediskusikan
Contoh Foto 4 :
materi tersebut dan telah menemukan
Situasi Diskusi Kelompok
problem
atau
masalah
untuk
disampaikan. Diskusi dihentikan dan
Contoh Gambar 5 :
setting kelas dibuat dalam situasi yang
Suasanan Tempat Duduk untuk
berbeda. Setting kelas sebagai berikut :
Aktif Debat
Mulailah
perdebatan
dan
D/G
dalam perdebatan ini dosen bertindak
Kelompok
sebagai pemandu. Langkah pertama,
kontra
1
surulah juru bicara dari kelompok
2
Kelompok
penyaji untuk menyampaikan argumenPenyaji
3
argumennya. Langkah kedua, meminta
4
kelompok kontra [2 dan 3 ] meberikan atau
kelompok
menyampaikan konter argumentasinya
5
pro/pembe
dan buatlah situasi debat anatar penyaji
la
kelompok
dengan konta dan sesekali meminta
penengah
argumentasi dari kelompok penengah.
Langkah
ketiga,
mintalah
kolompok
pembela untuk menyampaikan argumentasi pembelaannya dan buatlah situasi debat antara
kelompok kontra dengan kelompok pembela
dan sesekali meminta
argumentasi dari kelompok penengah. Doronglah peserta yang lain untuk
mencatat
jawaban berbagai argumen atau bantahan yang
disarankan kepada juru bicaranya. Juga, doronglah mereka untuk sesekali
menyambut dengan applaus terhadap argumen-argunen dari wakil atau juru
bicara tim mereka.
Ketika dianggap perdebatannya sudah cukup, akhiri perdebatan
tersebut dan gambungkan kembali seluruh kelompok tersebut dalam
lingkaran penuh. Kemudian disimpulkan dan berilah komentar tentang

www.sanaky.com. April 2006

permasalah yang diajukan dalam perdebatan tersebut serta buatlah diskusi


seluruh kelas tentang apa yang telah dipelajai oleh mahasiswa tentang
persoalan dari pengalaman debat itu dan kemudian rumuskan argumenargumen terbaik yang dibuat kedua kelompok [penyaji dan kontra] debat
tersebut. Sebelum menutup perkuliahan, doronglah semua mahasiswa untuk
menyambut dengan applaus atas debat yang telah dilakukan, setelah itu
tutup kuliah dengan membaca doa.
5. Strategi Belajar Saling Beradu Pendapat [ Point-counter point]
Penerapan strategi belajar Saling Beradu Pendapat [Point-counter point],
dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:
a]
Langkah pertama, dosen/guru mengajukan suatu masalah untuk
dibahas.
b]
Langkah kedua, mahasisw atau siswa dibagi menjadi 6 kelompok,
untuk berdiskusi mengenai suatu masalah.
c]
Langkah ketiga, dari 6 kelompok tersebut dibagi menjadi 3, untuk
mengkolaborasi hasil perumusan masalah.
d]
Langkah keempat, dosen atau guru membagi tiga kelompok ini
untuk berperan sebagai: [1] penyaji, pembahas, dan audien [seluruh
mahasiswa].
e]
Langkah kelima, presentasi masing-masing kelompok dan
ditanggapi mahasiswa/siswa yang lain.
f]
Langkah keenam, dosen/guru mengatur/mengarahkan proses
debat.
g]
Langkah ketujuh, langkah terakhir adalah dosen atau guru
menyimpulkan atau memberikan summary.
6. Strategi belajar SQ3R dan Rolling Cognitive
Penerapan strategi belajar SQ3R dan Rolling Cognitive, dengan prosedur
atau langkah-langkah, sebagai berikut :
a] Langkah Pertama; dosen memberikan meteri perkuliahan 1 [satu] minggu
sebelum kuliah dimulai.
b] Langkah Kedua; sebelum kuliah dimulai dosem membagi mahasiswa menjadi
4 [empat] kelompok atau sesuai dengan materi yang akan dibahas.
c] Langkah Ketiga; mahasiswa mempelajari
materi
dengan
menerapkan
strategi
pembelajaran SQ3R, dengan langkah
sebagai berikut :
[1] Suvey
meteri,
yaitu
mahasiswa
memeriksa, meneliti, mengidentifikasi
seluruh materi dalam teks yang telah
diberikan dosen.
[2]
Question [membuat pertanyaan],
mahasiswa dapat menyusun daftar
pertanyaan atau membuat problem yang
relevan dengan materi.

www.sanaky.com. April 2006

[3]

Read, mahasiswa membaca teks secara aktif untuk mencari


jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau problem yang telah tersusun.
[4]
Recite, mahasiswa dapat menghafal dan berusaha memahami
setiap jawaban yang telah ditemukan.
[5]
Review [pengulangan], mahasiswa dapat mengingatkan dan
menerangkan apa yang telah dipelajari. Mahasiswa/siswa dapat
meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada
langkah-langkah kedua dan ketiga, kemudian menuliskannya pada
lembar manila atau flano yang.sudah tertempel di dinding.
d] Langkah Keempat, proses Rolling Cognitive
[1] Langkah pertama, mahasiswa secara
berkelompok menuliskan hasil review-nya
kelembar kertas manilai atau flano yang
telah tertempel di dinding.
[2] Langkah kedua, mahasiswa kelompok
pertama mendatangi kelompok ketiga
untuk membaca hasil review-nya dan
menuliskan komentar pada kertas manilai
atau flano dan melanjutkan ke kelompok Contoh Foto 7: Mahasiswa sedang mencermati
dan mendiskusikan hasil reviw kelompok lain,
kedua, dan seterusnya kelompok kedua
dan mengomentasi dengan menuliskan
komentar pada flano atau manila tersebut
mendatangi kelompok pertama dan
ketiga, kelompok ketiga mendatangi
kelompok pertama dan kedua pada
kegiatan yang sama.
[3] Langkah ketiga, secara berurutan mahasiswa kelompok pertama
mempresentasikan hasil review-nya dan menjawab pertanyaan atau
keberatan dari kelompok kedua, ketiga, keempat
dan seterusnya
dilanjutkan untuk kelompok kedua, ketiga, dan keempat.
[4] Langkah keempat, merupakan langkah terakhir dosen/guru memberikan
komentar dan kesimpulan untuk masing-masing kelompok dan kemudian
menutup kuliah. Sebelum menutup kuliah dosen meminta mahasiswa
untuk tepuk tangan atas keberhasilan masing-masing kelompok.
7. Studi Kritis
Penerapan strategi belajar Studi Kritis. Hasil yang diperoleh adalah
mahasiswa dapat mengkiritisi, memahami, dan mengemukakan pendapat dan
pandangannya secara perorangan terhadap materi topik bahasan yang
dibacanya. Langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh, sebagai berikut:
a] Langkah pertama, dosen membagikan
handout
kepada masing-masing
mahasiswa per individual dan dosen
meminta mahasiswa untuk membaca
dan
memahami
serta
berusaha
menangkap permasalahan pada teks
tersebut.

www.sanaky.com. April 2006

b] Langkah
kedua,
dosen
meminta
masing-masing
mahasiswa
secara
individu untuk mengemukakan hasil
kajiannya
dan
ditanggapi
oelh
mahasiswa yang lain.
Contoh Foto 8 : Susana Mahasiswa sedang
mengkaji dan mendiskusikan suatu masalah
c] Langkah ketiga, dosen meminta salah
seorang
mahasiswa
untuk
menyimpulkan hasil diskusi tersebut
d] Langkah keempat, diskusi dihentikan, dosen menyimpulkan hasil diskusi
tersebut dan kemudian menutup dengan doa.
D. Penutup
Beberapa metode dan strategi pembelajaran yang dikemukakan di atas,
telah digunakan dan diuji keefektifannya dalam proses pembelajaran atau dalam
proses perkuliahan. Dapat dikatakan bahwa, dengan metode dan strategi
pembelajaran ini, mahasiswa dapat melakukan dan menemukan sendiri, sebab
mereka dapat mengkiritisi, memahami, dan mengemukakan pendapat dan
pandangannya secara perorangan maupun kelompok terhadap materi topik
bahasan yang dibacarakan. Suasana kelas menjadi hidup, menyenangkan, tidak
tertekan dan menyemangati peserta didik untuk senang belajar. Dengan
demikian, kompetensi pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Silahkan
mencoba!!!
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ansyar, Moh., 2001, Kurikulum dalam Menyongsong Otonomi Pendidikan di Era
Globalisasi, Peluang, Tantangan, dan Arah, dalam Jurnal Pendidikan Islam
TADIB, Maret 2002, (No. 04), ISSN 1401-6973, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden
Fatah Palembang.
Mastuhu,1999, Pemberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Logos, Jakarta.
Silberman, Mel, 2002, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif,
Diterbitkan YAPPENDIS, Dicetak Bumimedia, Yogyakarta.
Sudjarwadi, 2003, Ubah Wajah UGM dengan Jiwa Kepemimpinan, Kedaulatan
Rakyat, 5 Januari 2003, Yogyakarta.
Suparno, Paul, 2003, Guru Demokratis di Era Reformasi, Grasindo, Jakarta.

www.sanaky.com. April 2006

Anda mungkin juga menyukai