A. Pendahuluan
Metode dan strategi pembelajaran sebagai prinsip-prinsip yang mendasari
kegiatan dan mengarahkan perkembangan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Pada kenyataannya, kebanyakan pengajar berbicara [ceramah]
kurang lebih 100-200 kata permenit. Namun pertanyaannya, berapa banyak kata
yang dapat didengar peserta didik? Hal ini tergantung pada bagaimana
kemampuan mereka mendengarkan. Jika peserta didik yang betul-betul
konsentrasi, barangkali mereka akan mampu mendengarkan antara 50-100 kata
per-menit, atau setengah dari yang dikatakan pengajar 2.
Kemampun mendengarkan dan menyerap apa yang dikatakan, sangat
tergantung pada konsentrasi seseorang. Berkenaan dengan hal ini, mungkin
perlu memperhatikan apa yang dikatakan Confucius. Lebih dari 2400 tahun
yang lalu Confucius menyatakan: What I here, I forget [apa yang saya dengan,
saya lupa], What I see, I remember [apa yang saya lihat, saya ingat], What I do, I
understand [apa yang saya lakukan, saya paham] 3.
Ketiga pernyataan
sederhana ini membicarakan bobot pentingnya belajar aktif. Untuk itu diperlukan
metode dan strategi yang dapat mengaktifkan peserta didik. Tanpaknya, pengajar
sangat perlu untuk memperbaiki metode dan strategi pemebelajaran, sehingga
dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Mel Silberman, telah memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius
tersebut menjadi apa yang ia sebut dengan paham belajar aktif. Apa yang
dinyatakan Mel Silberman, adalah : What I hear, I forget [apa yang saya dengar,
saya lupa], What I hear and see, I remember a little [apa yang saya dengar dan
lihat, saya ingat sedikit], What I hear, see, and ask questions about or discuss
with someone else, I begin to understand [apa yang saya dengar, lihat dan
tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham], What I
hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill [apa yang dengar, lihat,
diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan],
1
Hujair AH. Sanaky, adalah dosen tetap Fakultas Ilmu Agama Islam, Jurusan Tarbiyah, Program Studi : Pendidikan
Agama Islam, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Kepala Lembaga Pengabdian paada Masyarakat [LPM] UII
2004-2006 dan sekarang sedang studi lanjut di Program Doktor [Program S-3] Universitas Islam Negeri [UIN] Sunan
Kalijaga Yogyakarta, tahun akademi 2005-2006.
2
Mel Silberman, 2002, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Diterbitkan YAPPENDIS, Dicetak
Bumimedia, Yogyakarta, hlm.2.
3
Ibid, hlm. 1
What I teach to another, I master [apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya
menguasainya]4.
B. Kondisi Peserta Didik
Dalam model pembelajaran aktif, pengajar sangat senang bila peserta didik
berani mengungkapkan gagasan dan pandangan mereka, berani mendebat apa
yang dijelaskan pengajar karena mereka melihat dari segi yang lain. Untuk itu,
pengajar selalu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
mengungkapkan gagasa-gagasan alternatif mereka. Mungkin saja, pengajar
akan sangat senang dan menghargai peserta didik yang dapat mengerjakan
suatu persoalan dengan cara-cara yang berbeda dengan cara yang baru saja
dijelaskan pengajar. Kebebasan berpkir dan berpendapat sangat dihargai dan
diberi ruang oleh pengajar. Hal ini akan berakibat pada suasana kelas, artinya
suasana kelas akan sungguh hidup, menyenangkan 5, tidak tertekan, dan
menyemangati peserta didik untuk senang belajar.
Penggeseran
paradigma
pendidikan
sekarang ini, berpengaruh pada metode dan
strategi pembelajaran. Katakan saja, peserta didik
sekarang ini mulai belajar melalui internet, web,
homepage, cd-rom [lihat contoh gambar6], yang
merupakan alat bantu mempercepat proses
distributed knowledga. Hal ini, akan berpengaruh
pada fungsi pendidik, yaitu sebagai falitator,
mederator, mediator, dinamisator, motivator, dalam
Gambar : 1
Belajar
dengan
proses pembelajaran. Pengajar dalam hal ini
menggunakan
komputer
dosen dan guru bukan lagi satu-satunya sumber
belajar, tetapi merupakan salah satu
sumber dari sekian sumber belajar di dalam proses pembelajaran. Kenapa
demikian, karena saat sekarang ini peserta didik, mungkin saja akan lebih
banyak belajar dari media eloktronik dan media lain dari pada guru. Dengan
demikian, tugas utama pendidik lebih terfokus pada mengajar peserta didik untuk
mengakses sendiri informasi dan pengetahuan yang diperlukan dari berbagai
sumber belajar.
Fungsi pendidik
sebagai falitator, mederator, mediator, dinamisator,
motivator, dalam membantu peserta didik belajar secara konstruktivis dapat
melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : Pertama : Sebelum mengajar :
[1] mempersiapkan bahan yang akan diajarkan, [2] mempersiapkan media yang
akan digunakan, [3] mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang
peserta didik aktif belajar, [4] mempelajari keadaan peserta didik, mengerti
kelemahan dan kelebihan peserta didik, [5] mempelajari pengetahuan awal
peserta didik. Kedua : Selama proses pembelajaran : [1] mengajak peserta
didik untuk aktif belajar, [2] menggunakan metode ilmiah dalam proses
penemuan, sehingga peserta didik merasa menemukan sendiri pengetahuan
mereka. [3] mengikuti pikiran dan gagasan peserta didik, [4] menggunakan
variasi metode dan strategi pembelajaran seperti studi kelompok, aktif debat,
4
Ibid, hlm.1-2.
Paul Suparno, 2003, Guru Demokratis di Era Reformasi, Grasindo, Jakarta, hlm.34
6
Sumber gambar ini, berasal dari program komputer.
5
studi kritis, [5] tidak mencerca peserta didik yang berpendapat salah atau lain, [6]
menerima jawaban alternatif dari peserta didik, [7] kesalahan peserta didik
ditunjukkan secara arif, [8] peserta didik diberi kesempatan berpikir, merumuskan
gagasan, mengungkapkan pikirannya, [9] peserta didik diberi kesempatan untuk
mencari pendekatan dan caranya sendiri dalam belajar sehingga menemukan
sesuatu, [10] melakukan evaluasi secara kontinu dengan segala prosesnya.
Ketiga : Sesudah proses pembelajaran : [1] memberikan tugas-tugas yang
dikerjakan peserta didik, [2] melakukan tes yang membuat peserta didik berpikir,
analisis dan bukan hafalan. Keempat : Sikap pengajar : [1] perlakukan peserta
didik sebagai subjek yang sudah tahu sesuatu, [2] kondisikan peserta didik yang
aktif, pengajar menyertai, [3] memberi ruang tanyajawab dan diskusi, [4] pengajar
dan peserta didik saling belajar, [5] peserta didik belajar untuk belajar sendiri, [5]
hungan pengajar dan peserta didik bersifat dialogtis 7, [6] peserta didik harus
diberi informasi tentang materi pelajaran dan mengerti konteks bahan yang akan
diajarkan.
Kondisi proses pembelajaran yang diuraikan di atas, lebih cenderung
menggunakan konsep learning based atau student learning daripada teachingbased yang akan menjadi kunci pengembangan peserta didik. Metode dan
strategi pembelajaran lebih diorientasikan pada cara mengaktifkan peseta didik,
yaitu; cara untuk menemukan, memecahkan masalah. Metode pembelajaran
semacam ini akan menjadi kunci pengembangan peserta didik yang lebih
berkualitas. Maka untuk mengaktifkan peserta didik secara optimal, proses
pembelajaran harus didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif [student activie
learning], atau mengembangkan kemampuan belajar [learning ability] atau lebih
menekankan pada proses pembelajaran [learning] dan bukan pada mengajar
[teaching]. Oleh karena itu, metode pembelajaran lebih didasarkan pada learning
competency, yaitu peserta didik akan memiliki seperangkat pengetahuan,
keterampilan, sikap, wawasan dan penerapannya sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilaksanakan harus
dapat: [a] mengembangkan potensi peserta didik dan memanfaatkan
kesempatan secara optimal untuk self realization atau self actualization, [b]
mengembangkan metode rasional, emperis, battom up dan menjadi, [c] materi
ajaran harus diberikan secara analisis, deduktif, top down, dan memiliki; dan [d]
memberikan bekal atau landasan yang kuat dan siap dikembangkan ke perbagai
keahlian8.
Dengan kondisi ini, perubahan metodologi pembelajaran pada akhirnya
harus membawa peserta didik untuk belajar lebih lanjut dan berkemampuan
memilih, serta lebih mengutamakan proses belajar dalam perspektif menjadi di
atas perspektif memiliki.
Dengan demikian, sasaran setiap proses
pembelajaran adalah asimilasi pembelajaran [miximizing student learning], dan
bila perlu mengurangi porsi ceramah guru dan dosen [minimizing teacher
teaching] dengan mengaktifkan peserta didik untuk mencari dan menemukan
serta melakukan aktivitas belajar sendiri, sehingga konsep metodologi
pembelajaran yang terbangun adalah pembelajaran [learning] bukan
7
Paul Suparno, 2003, Guru Demokratis di Era Reformasi, Op.cit, hlm. 34-35.
Mastuhu,1999, Pemberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Logos, Jakarta,hlm. 17.
pengajaran [teaching]9. Inilah tantangan yang dihadapi guru dan dosen untuk
mengemas dan mengimplementasikan materi-materi pelajaran dan materi-materi
kuliah yang tertuang dalam kurikulum kepada peserta didik.
Dari kerangka pemikiran diatas, dapat dikatakan bahwa metode dan prinsip
pembelajaran lebih terfokus pada outcomes competency, peningkatan relevansi
dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja serta kompetensi yang dimiliki
peserta didik harus dapat diaplikasikan dan dapat diamati dengan acuan standar,
penggunaan penilaian dan evaluasi secara komprehensif, pengakuan terhadap
kompetensi relatif yang bebas dari cara atau strategi penguasaannya dan
fleksibilitas dalam mengakses perubahan, mengakses kesempatan dan
pengembangan
sikap serta perilaku berkarya sesuai profesinya sebagai
outcomes competency.
Maka, metode dan strategi pembelajaran yang
didasarkan pada leaning competency, diharpakan dapat mengembangkan dan
membangun tiga pilar keterampilan, yaitu :
a. Learning skills, keterampilan mengembangkan dan mengola pengetahuan dan
pengalaman serta kemampuan dalam menjalani belajar sepanjang hayat.
b. Thinking skills,
keterampilan berpikir kritis, kreatif dan inovatif untuk
menghasilkan keputusan dan pemecahan masalah secara optimal.
c. Living skills, keterampilan hidup yang mencakup kematangan emosi dan
sosial yang bermuara pada daya juang, tanggungjawab dan kepekaan sosil
yang tinggi10.
Dari semua di atas, dapat dikatakan bahwa sebenarnya kompetensi standar
yang diinginkan dalam proses pendidikan adalah penguasaan nilai-nilai [value],
penguasaan pengetahuan [knowledge], penguasaan keterampilan dan kemahiran
berkarya [ skill - keterampilan], memiliki attitude dan ability tertentu.
Pertanyaan yang muncul, bagimana membuat peserta didik aktif sejak dini?
Untuk menjawab pertanyaan ini, guru atau dosen, harus berusaha merancang
teknik-teknik untuk melakukan salah satu atau lebih, yaitu: guru atau dosen
berusaha untuk membuat:
1.
Team building [pembentukan tim], yaitu membantu siswa-siswa menjadi
lebih terbiasa satu sama lain atau menciptakan suatu semangat kerja sama
dan saling ketergantungan.
2.
On-The-Spot assessment [penilaian di tempat], yaitu : guru mempelajari
tentang perilaku-perilaku siswa-siswa, pengetahuan, dan pengalaman siswa.
3.
Immediate learning involvement [keterlibatan belajar seketika], yaitu ; guru
menciptakan atau memotivasi minat awal dalam pokok bahasan 11.
Kemudian pertanyaan selanjutnya, bagaimana dosen atau guru dapat
membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
secara aktif. Untuk menjawab pertanyaan ini, langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk mendorong peserta didik untuk berpikir, merasakan, dan
menerapkan, yaitu :
9
Moh. Ansyar, 2001, Kurikulum dalam Menyongsong Otonomi Pendidikan di Era Globalisasi, Peluang, Tantangan,
dan Arah, dalam Jurnal Pendidikan Islam TADIB, Maret 2002, (No. 04), ISSN 1401-6973, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden
Fatah Palembang. hlm.109
10
Sudjarwadi, Ubah Wajah UGM dengan Jiwa Kepemimpinan, Kedaulatan Rakyat, 5 Januari 2003, hlm.10.
11
Mel Silberman, 2002, Active Learning:101 Strategi Pembelajaran Aktif, cet.2, Diterbitkan Yappendis, dicetak
Bumimedia, Yogyakarta, hlm.xxi
1.
Ibid, hlm.xxii
Baca : Mel Silberman, 2002, Active Learning, Ibid, hlm.121,130,149,153,168.
e]
d]
c]
d]
e]
f]
g]
h]
[3]
b] Langkah
kedua,
dosen
meminta
masing-masing
mahasiswa
secara
individu untuk mengemukakan hasil
kajiannya
dan
ditanggapi
oelh
mahasiswa yang lain.
Contoh Foto 8 : Susana Mahasiswa sedang
mengkaji dan mendiskusikan suatu masalah
c] Langkah ketiga, dosen meminta salah
seorang
mahasiswa
untuk
menyimpulkan hasil diskusi tersebut
d] Langkah keempat, diskusi dihentikan, dosen menyimpulkan hasil diskusi
tersebut dan kemudian menutup dengan doa.
D. Penutup
Beberapa metode dan strategi pembelajaran yang dikemukakan di atas,
telah digunakan dan diuji keefektifannya dalam proses pembelajaran atau dalam
proses perkuliahan. Dapat dikatakan bahwa, dengan metode dan strategi
pembelajaran ini, mahasiswa dapat melakukan dan menemukan sendiri, sebab
mereka dapat mengkiritisi, memahami, dan mengemukakan pendapat dan
pandangannya secara perorangan maupun kelompok terhadap materi topik
bahasan yang dibacarakan. Suasana kelas menjadi hidup, menyenangkan, tidak
tertekan dan menyemangati peserta didik untuk senang belajar. Dengan
demikian, kompetensi pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Silahkan
mencoba!!!
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ansyar, Moh., 2001, Kurikulum dalam Menyongsong Otonomi Pendidikan di Era
Globalisasi, Peluang, Tantangan, dan Arah, dalam Jurnal Pendidikan Islam
TADIB, Maret 2002, (No. 04), ISSN 1401-6973, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden
Fatah Palembang.
Mastuhu,1999, Pemberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Logos, Jakarta.
Silberman, Mel, 2002, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif,
Diterbitkan YAPPENDIS, Dicetak Bumimedia, Yogyakarta.
Sudjarwadi, 2003, Ubah Wajah UGM dengan Jiwa Kepemimpinan, Kedaulatan
Rakyat, 5 Januari 2003, Yogyakarta.
Suparno, Paul, 2003, Guru Demokratis di Era Reformasi, Grasindo, Jakarta.